SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
KONTROL KINETIK DAN TERMODINAMIK DALAM REAKSI KARBONIL
Oleh: Sarmoko, S. Farm., Apt.

Pendahuluan
Beberapa reaksi kimia mempunyai kemampuan untuk menghasilkan lebih dari satu
produk. Jumlah relatif dari produk yang dihasilkan lebih sering tergantung pada kondisi
reaksi saat reaksi berlangsung. Perubahan pada jumlah reaktan, waktu, temperatur, dan
kondisi yang lain dapat memperngaruhi distribusi pembentukan produk dari reaksi
kimia tersebut.
Alasannya dapat dimengerti dari dua konsep penting yaitu:
1. Stabilitas relatif secara termodinamik dari produk yang dihasilkan.
2. Kecepatan relatif secara kinetik pada saat produk terbentuk.
Kinetika berkaitan kecepatan reaksi, termodinamika berkaitan dengan stabilitas
intermediet atau produk yang terjadi.
Reaksi karbonil merupakan contoh reaksi yang menarik untuk membahas kontrol
reaksi. Hal ini dikarenakan banyaknya produk yang bisa saja terbentuk jika tidak
dikontrol secara ketat. Ini berkaitan dengan adanya “diverse reactivity” senyawa
karbonil. Di satu sisi dia bisa berperilaku sebagai elektrofil, namun juga bisa bersifat
nukleofil pada kondisi tertentu.
Satu contoh misalnya pada reaksi Aldol, dengan 2 reaktan (A dan B) yang sama-sama
mempunyai hidrogen alfa, maka kemungkinan reaksi yang terjadi: A + A, A + B, B +
A, dan B + B. Artinya, selain adanya kondensasi silang, juga terdapat selfcondensation. Belum selesai masalah tersebut jika ternyata senyawa A ata B berupa
molekul asimetri sehingga adanya 2 kemungkinan H alfa yang menghasilkan
intermediet yang berbeda (regioselektivitas). Lalu bagaimana kontrol reaksi pada reaksi
kondensasi senyawa karbonil dalam hal kontrol kinetik dan termodinamik?
Pada

makalah

ini

sebagai

pendahuluan

akan

dipaparkan

tentang

definisi

kemoselektivitas dan regioselektivitas, merupakan faktor penting yang harus
diperhitungkan dalam reaksi. Bagian kedua tentang pembahasan mengenai kontrol pada
1
self-condensation dan reaksi intramolekular. Bagian ketiga membahas kontrol pada
kondensasi silang, dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu: i) menggunakan reaktan yang
salah satunya tidak bisa mengalami enolisasi (cannot enolise), ii) menggunakan
equivalen enol spesifik.
Kemoselektivitas dan Regioselektivitas
Dalam reaksi dikenal istilah kemoselektivitas dan regioselektivitas. Kedua selektivitas
tersebut dapat dikontrol dengan cara kinetika dan termodinamika. Namun sebelumnya,
apakah pengertian kemoseletivitas dan regioselektivitas?
Kemoselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu gugus fungsional
dari dua gugus yang berada pada satu molekul. Contoh pada senyawa karbonil, yang
bisa berperan sebagai nukleofil (sebagai enolat) dan juga elektrofil.

Regioselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu dari gugus
fungsional yang sama pada satu molekul. Contoh keton asimetris, yang memiliki dua
atom C alfa yang bisa berperan sebagai nukleofil.

Pengertian kinetik dan termodinamik enolat
Senyawa karbonil yang memiliki H alfa jika diperlakukan pada kondisi asam, akan
membentuk enol, sedangkan pada kondisi basa membentuk ion enolat. Kondisi asam
2
termasuk kontrol termodinamik karena mengacu pada kestabilan intermediet (enol).
Sedangkan kondisi basa, termasuk kontrol kinetik karena mengacu pada terbentuknya
ion enolat yang berjalan cepat.
Perlakuan metil keton dengan LDA biasanya menghasilkan hanya lithium enolat pada
sisi metil. Enolat ini terbentuk cepat, dan berikutnya dikenal dengan nama enolat
kinetik. Alasan terbentuk cepat:
a. proton pada gugus metil adalah lebih asam
b. terdapat tiga H alfa pada sisi metil dibandingkan 2 H alfa pada sisi lainnya
c. terdapat hambatan sterik pada penyerangan LDA pada sisi lain dari gugus
karbonil.

Contoh sederhana yaitu kondensasi antara pentan-2-on dengan butanal menghasilkan
produk aldol kemudian mengalami dehidrasi menjadi enone (oct-4-en-3-on) dengan
katalis asam. Reaksi ini dikenalkan oleh Gilbert Stork pda tahun 1974.

Enolat lithium kinetik ini stabil pada THF pada suhu –78 °C dalam waktu yang
singkat, namun dapat disiapkan pada suhu ruangan dalam bentuk silil eter.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa enolat kinetik adalah enolat yang terbentuk pada sisi
keton yang kurang tersubstitusi.
Sedangkan enolat termodinamik yaitu enolat yang terbentuk pada sisi keton yang lebih
tersubstitusi. Hal ini dapat dijelaskan yaitu sama seperti alkena, suatu enol atau enolat
3
akan lebih stabil pada posisi yang lebih tersubstitusi. Contoh yang paling sukses dari
enol silil termodinamik adalah 1-fenilpropan-2-on.

Rangkuman perbandingan enolat termodinamik dan kinetik:

Problem Dalam Sintesis Enona: Pengantar Diperlukannya Kontrol Reaksi
Contoh sintesis enona, yaitu alkena keton suatu α,β-unsaturated karbonil, didiskoneksi
menghasilkan starting material keton dan aldehida sebagai berikut.

Reaksi sintesis sebagai berikut:

4
Sebuah analisis diskoneksi yang sederhana, namun sebenarnya ketika sudah sanpai ke
tahap sintesis akan ditemui banyak kerumitan. Pertanyaannya, apakah reaksi sintesis
tersebut dapat berjalan sesuai yang kita harapkan dan memberikan produk seperti yang
kita inginkan?
Ada 3 masalah yang timbul ketika sintesis dilangsungkan jika dilakukan pada kondisi di
atas.
1. Kita menginginkan senyawa keton (2) berenolisasi, namun ternyata senyawa
aldehida (3) bisa juga berenolisasi. Bahkan, senyawa (3) lebih mudah
berenolisasi karena hanya mengikat satu metil saja, berbeda dengan senyawa 2
yang mengikat 2 metil. Semakin banyak metil yang diikat C karbonil maka
elektrofilisitasnya semakin berkurang karena adanya induksi dari metil,
sehingga H alfa semakin sukar untuk dilepaskan.
2. Kita menginginkan senyawa keton (2) berenolisasi pada C alfa pada metil agar
dapat memberikan struktur enolat (4) sehingga bisa menyerang senyawa aldehid
(3). Namun pada kenyataannya C alfa pada benzilik lebih disukai untuk
berenolisasi karena adanya stabilisasi produk dari cincin melalui resonansi.
3. Kita menginginkan enolat (4) yang akan menyerang aldehida (3). Namun, pada
kenyataannya enolat (4) bisa juga menyerang keton (2) melalui O- karbonil
Berdasarkan hal-hal di atas, maka kita harus bisa mengontrol reaksi dengan
memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut: senyawa mana yang terenolisasi? Pada
sisi mana dia terenolisasi? Senyawa mana yang berfungsi sebagai nukleofil dan
elektrofil?
Pertanyaan di atas bisa dipecahkan dengan memahami bahwa senyawa yang lebih
elektrofil adalah yang lebih mudah terenoliasi. Pada senyawa karbonil, alkil halida
adalah yang paling enolisable (karena paling elektrofil), di susul anhidrida asam, asam
karboksilat, aldehida, keton, ester.

5
Bagaimana penjelasan dari tabel di atas? Kita ambil satu contoh bahwa asil klorida
adalah senyawa yang paling elektrofil, juga paling mudah dienolisasi. Penjelasannya
perhatikan mekanisme berikut:

Pada gambar, terdapat dua mekanisme yaitu pernyerangan Nu- pada C karbonil dan
pembentukan enolat. Kedua mekanisme adalah serupa, yaitu pembentukan O- pada
karbonil. Elektron berpindah ke C=O orbital π*: ikatan rangkap C=O menjadi ikatan
tunggal C–O dengan atom O mengemban muatan negatif. Berdasarkan penjelasan
tersebut, tidak mengherankan bisa dikatakan bahwa reaktivitas terhadap enolisasi
adalah sama reaktivitas terhadap serangan nukleofilik.
Kasus kemoselektivitas bisa dihindari dengan menggunakan senyawa yang sama. Keton
yang tidak simetri akan memberikan masalah regioselektivitas. Selektivitas dapat
dicapai dengan variasi kondisi reaksi berikut:
1. Pada kondisi basa, kontrol kinetik menjamin bahwa proton yang lebih asam
biasanya berada pada atom karbon yang kurang tersubstitusi, terbentuk enolat
kinetik.

6
2. Pada kondisi asam, terjadi kesetimbangan yang cepat antara keton dan enol,
artinya enol yang lebih stabil biasanya pada enol yang lebih tersubstitusi (enol
termodinamik).
O

O

OH

O-

basa
O

enolat kinetik
O
O
OH

asam
enol termodinamik
OH

Reaksi Intramolekular
Reaksi intramolekuler merupakan pertengahan batas antara self-condensation dan
kondensasi silang. Walaupun hanya satu molekul, namun 3 pertanyaan tersebut bisa
mjadi muncul bersamaan. Karena reaksi kondensasi karbonil biasanya reversibel,
sehingga rute yang membentuk cincin anggota lima atau enam yang stabil lebih dipilih
secara termodinamik. Walaupun demikian, reaksi intramolekuler lebih mudah dikontrol
dibanding reaksi bimolekuler.
Contoh reaksi siklisasi dari diketon simetri nona-2,8-dione, yang bisa menghasilkan dua
bentuk enol (A) dan (B).

(A)

(B)

Enol A dapat mengalami siklisasi menjadi cincin anggota 8 pada tingkat transisinya,
sedangkan enol B membentuk cincin anggota 6. Dalam praktiknya, hanya ada satu
produk yang bisa terisolasi yaitu cincin anggota 6 dengan yield sekitar 85%.

7
Contoh lain, perhatikan senyawa di bawah ini:

Senyawa keton di atas memiliki 4 kemungkinan titik enolisasi karena adanya H alfa
yang berbeda-beda lokasinya. Juga terdapat 2 tempat elektrofil karbonil yang berbeda
sehingga banyak kemungkina reaksi bisa terjadi, baik kondensasi inter- maupun
intramolekuler. Apa yang terjadi jika senyawa tersebut diberikan KOH?

Ternyata hanya terbentuk satu produk dengan yield 90%. Kita dapat menyimpulkan
bahwa mekanisme reaksi dengan mudah dengan cara melihat prdouk dan mundur ke
belakang. Ikatan rangkap yang terbentuk dari reaksi aldol dapat diprediksi dan kita bisa
melihat sisi mana yang berperilaku sebagai ion enolat dan sisi elektrofilnya.

8
Mekanisme reaksi:

Dilanjutkan dengan protonasi dan dehidrasi menghasilkan produk enona.
Mau mencoba bagaimana produk yang terjadi jika titik enolisasi terjadi pada tempat
yang lain? Berikut gambarannya.

9
Kontrol Dalam Kondensasi Silang I: Penggunaan Senyawa yang Tidak Dapat
Dienolisasi

Senyawa yang tidak dapat dienolisasi akan berfungsi sebagai komponen elektrofil
dalam reaksi kondensasi. Dalam reaksi kondensasi, penggunaan senyawa ini sangat
menguntungkan karena mbisa meminimlkan campuran produk yang tinggi. Berbagai
senyawa dalam kategori ini misalnya formaldehida dan t-butil aldehida.

Tabel di bawah ini memberikan daftar senyawa karbonil yang diblok sisi enoliasinya
dan disusun berdasarkan elektrofilisitasnya. Senyawa yang paling reaktif adalah
formaldehida, bisa dilihat sekilas senyawa ini tampaknya ideal karena tidak mempunyai
H alfa dan paling elektrofil. Namun, pernyataan ini kurang tepat karena justru karena
reaktifnya seanyawa ini sehingga sulit dikendalikan. Berbagai masalah yang timbul
misal terjadinya reaksi Cannizaro, yaitu reaksi pembentukan alkohol (dari reaksi
reduksi) dan pembentukan asam karboksilat (dari reaksi oksidasi) senyawa aldehida.
Pengendalian senyawa reaktif formaldehid ini, dilakukan dengan pembentukan basa
Mannich yang lebih mudah dikontrol, berikut penjelasannya.

10
Basa Mannich
Penggunaan formaldehida sebagai senyawa yang tidak enolisable, dengan demikian
posisinya adalah sebagai elektrofil. Namun, formaldehid sangatlah reaktif dan sulit
dikendalikan. Gambaran kereaktifan dari formaldehid, contoh reaksi asetaldehid dengan
formaldehid akan terjadi produk dimana produk aldol bisa bereaksi lagi dengan
formaldehid membentuk produk aldol kedua, dan seterusnya. Diakhiri dengan reaksi
Cannizaro membentuk produk pentaerythritol, C(CH2OH)4, bisa dilihat pada gambar
berikut:

11
Oleh karena itu, kita membutuhkan formaldehida yang “lunak” (kurang reaktif), hal itu
dapat dilakukan dengan mereaksikannya dengan amina skunder, yang populer dengan
basa Mannich. Basa Mannich merupakan suatu β-amino keton, atau resonance
stabilized imine (iminium ion atau imine salt). Basa Mannich mudah diisolasi, stabil
disimpan, tidak harus dimurnikan, bisa diubah menjadi produk kondensasi
formaldehida yang kurang stabil.
Kondisi pH diatur pada nilai 4-5 supaya amina tidak terprotonasi karena jika terlalu
asam (pH diturunkan) maka amina bisa terprotonasi yang pada akhirnya tidak dapat
bersifat sebagai nukleofil. Amina yang sering digunakan adalah pirolidin dan piperidin.

12
Mekanisme reaksi pembentukan basa Mannich dimulai dengan formasi ion iminium
yang berasal dari reaksi amina dan formaldehida.

Karena reaksi berlangsung pada konsisi asam, maka senyawa dengan gugus karbonil
dalam hal ini adalah keton, dapat bertaumerisasi menjadi bentuk enol, selanjutnya dapat
menyerang ion iminium (basa Mannich).

13
Penggunaan Senyawa Nitro Alifatik
Apa keistimewaan senyawa ini? Senyawa nitroalkana bisa bersifat mengenolisasi tetapi
tidak dapat berposisi sebagai elektrofil. Anion yang terbentuk dinamakan nitronates,
yang bisa bereaksi dengan aldehida atau keton.

Contoh kasus, reaksi nitrometana dengan sikloheksonon. Kedua senyawa dapat
mengalami enolisasi. Namun, nitrometana akan mudah mengalami enolisasi karena pKa
keton pada umumnya sekitar 20, tetapi pada nitrometana hanya 10. Sehingga tidak
diperlukan basa yang kuat misal NaOH (pKaH = 15.7) untuk mendeprotonasi
nitrometana. Basa yang sering digunakan adalah suatu amina atau amina skunder yang
memiliki pKaH sekitar 10.

Dalam reaksi bisa digunakan senyawa nitro alifatik nitrometana atau 2-nitro propana
dengan keuntungan sebagai berikut:
1. Gugus nitro tidak peka terhadap serangan nukleofil.
2. Gugus nitro adalah penstabil anion yang sangat kuat.
3. Gugus nitro dapat diubah menjadi amina dengan cara reduksi.
4. Gugus nitro dapat diubah menjadi keton dengan cara hidrolisis.
14
Nitroalkana dapat berkondensasi dengan aldehida dan keton, dan ikatan rangkap C=C
dan gugus NO2 dapat direduksi dalam satu langkah reaksi menjadi amina. Keuntungan
tambahan yaitu, produk dari reaksi ini mampu menyediakan suatu senyawa α,βunsaturated karbonil yang bermanfaat sebagai akseptor pada reaksi addisi Michael.
Kontrol Dalam Kondensasi Silang II: Penggunaan Ekivalen Enol Spesifik
Untuk mengatasi masalah kemoselektivitas dan regioselektivitas dapat dilakukan
dengan menggunakan ekivalen enol spesifik. Yaitu menggunakan pereaksi yang
berkelakuan sebagai enol spesifik pada posisi yang diinginkan dienoliasi.
Ekivalen enol spesifik adalah intermediet yang masih mempunyai reaktivitas enol atau
enolat namun cukup stabil untuk disiapkan dengan hasil yang baik dari senyawa
karbonil tanpa reaksi aldol.

Enolate Litium
Enolat litium biasanya dibuat pada temperatur yang rendah dalam THF dengan basa
amida yang terhalangi (LDA) dan stabil pada kondisi tersebut karena ikatan yang kuat
O-Li. Formasi enolat diawali dengan formasi ikatan Li-O sebelum penghilangan proton
pada posisi alfa oleh atom nitrogen basa.

15
Reaksi ini berjalan dengan sangat cepat, sehingga tidak memberi kesempatan kepada
senyawa karbonil untuk melakukan self-condensation.

Namun, keadaan akan berbeda jika senyawa karbonil yang digunakan adalah senyawa
aldehida. Untuk membuat enolat litium dari aldehid bisa digunakan i-PrCHO, tapi
secara umum pada aldehid peristiwa self-condesation berlangsung begitu cepat.
Sehingga diperlukan cara khusus jika kita menginginkan enolat litium yang berasal dari
aldehida (tidak dibahas di sini).
Jika senyawa karbonil kedua ditambahkan, misal PhCHO maka akan terjadi reaksi aldol
dengan formasi menguntungkan tingkat transisi siklik anggota enam sebagai berikut:

Silyl enol ethers
Silyl enol ether dapat disiapkan dari senyawa karbonil induk dengan membentuk
konsentrasi kecil kesetimbangan ion enolat dalam basa lemah seperti amina tersier dan
menhjerap enolat dengan elektrofil yang efisien oksigen Me3SiCl. Silyl enol ether
cukup stabil untuk diisolasi dan biasanya dibuat segera tanpa melewati penyimpanan.

16
Reagen Konjugat Wittig dan Zinc Enolat (Reformatsky)
Reagen Wittig dapat dibuat dari senyawa α-halo-karbonil dan dapat berperilaku seperti
enol spesfik membentuk senyawa unsaturated karbonil. Reaksi umum:

Bagaimana suatu intermediet Ilida

bisa dikatakan sebagai enolat?

Berikut

mekanismenya, dengan menggunakan basa lemah bisa terbentuk suatu struktur
phosphorane.

Pada tahap penyerangan ke elektrofil, menariknya senyawa unsaturated karbonil
langsung terbentuk.

Zinc enolat, bisa sebagai alternatif bagus dari litium enolat. Dibuat dari bromoester, dan
mekanisme pembentukannya mirip dengan reagen Grignard. Zink enolat bereaksi bersih

17
dengan aldehid atau keton membentuuk produk aldol, dan tidak ada kekhawatiran
adanya self-condensation dan dia tidak bereaksi dengan ester.

Zinc, seperti magnesium mendonorkan dua elektron dalam bentuk oksidasi dari Zn(0)
menjadi Zn(II). Ion enolat ini dinamakan reagen Reformatsky dan sering digambar
sebagai senyawa C-Zn dan bukan yang ini.

Bentuk enol spesifik aldehida: Enamina dan Aza-enolat
Bentuk enol spesifik yang baik untuk aldehida adalah enamina. Enamina mudah dibuat
dari senyawaan karbonil dan amina skunder, dapat diisolasi dan stabil. Reaksi ini
dinamakan reaksi Stork-enamina atau alkilasi Stork-enamina. Merupakan adisi enamina
pada α,β-unsaturated karbonil (suatu akseptor), dan ini mirip dengan reaksi addisi
Michael. Kemudian, produk dihidrolisis pada kondisi asam menghasilkan senyawa 1,5dikarbonil (diketon). Contoh reaksi siklopentanon dengan piperidin (amina skunder)
dalam suasan asam pH ± 5 akan menghasilkan enamina. Enamina dapat direaksikan
dengan α,β-unsaturated karbonil (3-buten-2-on) mendapatkan senyawa diketon.

18
Jika elektrofil adalah asil halida, maka dihasilkan 1,3-diketon (asilasi Stork).

Aza-enolate adalah enolat litium dari imina yang diturunkan dari aldehida.
Sikloheksilamin memberikan imina stabilwalaupun dengan asetaldehida, dapat diisolasi
dan dapat di-lithiated dengan LDA membentuk aza-enolate. Mekanisme semilar dengan
formasi lithium enolat, yaitu atom Li yang terikat pada oksigen, sedangkan pada azaenolat atom Li menempel pada nitrogen.

19
Contoh reaksi dengan aldehid.

Ekuivalen Enol Spesfik dari Senyawa 1,3-dikarbonil
Dua senyawa berikut telah lama digunakan dan dikenal luas juga sebagai gugus
aktivator. Senyawa etilasetoasetat dan asam malonat sangat baik, tidak mensyaratkan
suhu rendah atau kondisi spesial.

20
Jika senyawa tersebut sangat mudah dienoliasi, pertanyaannya mengapa mereka tidak
melakukan self-condesation? Oh tidak semudah itu, setidaknya ada dua jawaban yang
bisa menjelaskan hal tersebut:
1. Enol yang terbentuk sangat stabil
2. Gugus karbonil pada fraksi yang terenoliasi merupakan elektrofil yang lemah
sebagai ester dan keton, dan gugus karbonil yang dalam bentuk enol bersifat
tidak elektrofil karena konjugasi.

Contoh reaksi:

Mekanisme:

21
Kondensasi Knoevenagel
Merupakan bagian dari penggunaan senyawa enol spesifik 1,3-dikarbonil. Pada reaksi
Knoevenagel digunakan basa organik yaitu piperidin atau piridin, bukan NaOH atau
KOH karena kedua basa ini bisa bereaksi dengan asam karboksilatnya membentuk
garam malonat.

Reaksi di atas merupakan reaksi kondensasi Knoevenagel modifikasi Doebner, dengan
mereaksikan aldehida dan asam atau ester malonat menggunakan basa piperidin
menghasilkan

suatu

senyawa

α,β-unsaturated

karbonil.

H

alfa

ditingkatkan

keasamannya karena diapit oleh dua gugus aktivator –COOEt. Enolat ini menjadi
spesifik dengan penambahan 2 atom C membentuk suatu asam karboksilat α,βunsaturated. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:
Pertama, adalah pembentukan enolat dari ester malonat dengan abstraksi H alfa oleh
piperidin.

22
Kedua, penyerangan enolat ke aldehid, dan abstraksi H alfa lainnya.

Tahap terarakhir dalam reaksi ini adalah perisitiwa dehidrasi (dengan tambahan
pemanasan) dan dekarboksilasi melepas CO2 membentuk senyawa α,β-unsaturated
karbonil.

Sebagai rangkuman dari penggunaan ekivalen enol spesfik dirangkum dalam tabel
berikut.

23
SUMMARY

24
25
Daftar Pustaka
Clayden, J., 2000, Organic Chemistry, E-book
Organic Chemistry Portal, 2010, Knoevenagel Condensation, Doebner Modification,
http://www.organic-chemistry.org/namedreactions/knoevenagelcondensation.shtm, Desember 2010
Wikipedia, 2010, Mannich reaction, http://en.wikipedia.org/wiki/Mannich_reaction,
Desember 2010
Warren, S., 1994, Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi, diterjemahkan oleh M.
Samhoedi Reksohadiprodjo, GMU Press, Yogyakarta.
Warren, S., 1995, Buku Kerja Untuk Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi, GMU
Press, Yogyakarta.

26

More Related Content

What's hot

Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiRihlatul adni
 
Reaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonReaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonDM12345
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprakpraditya_21
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsialqlp
 
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3yunita97544748
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturqlp
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanDokter Tekno
 
laporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenalaporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenawd_amaliah
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field TheoryTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field TheoryUniversity Of Jakarta
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonqlp
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasDila Adila
 
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baruSejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baruNonong Isdayanti
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAn Nes Niwayatul
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaIndra Yudhipratama
 

What's hot (20)

Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
Reaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonReaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan keton
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
Makalah retrosintesis Kimia Organik 3
 
Gravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatikaGravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatika
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Stereokimia 010
Stereokimia 010Stereokimia 010
Stereokimia 010
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
laporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenalaporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilena
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field TheoryTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baruSejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 
Konformasi isomer
Konformasi isomerKonformasi isomer
Konformasi isomer
 
Spektrometri massa
Spektrometri massaSpektrometri massa
Spektrometri massa
 

Viewers also liked

Kimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-iKimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-iRinii Alfiiah
 
252354655 makalah-persamaan-reaksi
252354655 makalah-persamaan-reaksi252354655 makalah-persamaan-reaksi
252354655 makalah-persamaan-reaksiWarnet Raha
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiBughis Berkata
 
Senyawa Heterosiklik
Senyawa HeterosiklikSenyawa Heterosiklik
Senyawa HeterosiklikIndra Lasmana
 
Reaksi Eliminasi
Reaksi EliminasiReaksi Eliminasi
Reaksi Eliminasielfisusanti
 
Tugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organikTugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organiksanrorobby
 
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikReaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikMifta Rahmat
 
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiHensen Tobing
 
Mekanisme Reaksi Organik
Mekanisme Reaksi OrganikMekanisme Reaksi Organik
Mekanisme Reaksi Organikelfisusanti
 
Adisi Elektrofilik
Adisi ElektrofilikAdisi Elektrofilik
Adisi Elektrofilikelfisusanti
 
Substitusi Elektrofilik
Substitusi ElektrofilikSubstitusi Elektrofilik
Substitusi Elektrofilikelfisusanti
 

Viewers also liked (14)

Kimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-iKimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-i
 
Materi polisiklis
Materi polisiklisMateri polisiklis
Materi polisiklis
 
252354655 makalah-persamaan-reaksi
252354655 makalah-persamaan-reaksi252354655 makalah-persamaan-reaksi
252354655 makalah-persamaan-reaksi
 
Reaksi penataan ulang
Reaksi penataan ulangReaksi penataan ulang
Reaksi penataan ulang
 
5 lipid
5 lipid5 lipid
5 lipid
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
 
Senyawa Heterosiklik
Senyawa HeterosiklikSenyawa Heterosiklik
Senyawa Heterosiklik
 
Reaksi Eliminasi
Reaksi EliminasiReaksi Eliminasi
Reaksi Eliminasi
 
Tugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organikTugas mekanisme kimia organik
Tugas mekanisme kimia organik
 
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikReaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
 
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
 
Mekanisme Reaksi Organik
Mekanisme Reaksi OrganikMekanisme Reaksi Organik
Mekanisme Reaksi Organik
 
Adisi Elektrofilik
Adisi ElektrofilikAdisi Elektrofilik
Adisi Elektrofilik
 
Substitusi Elektrofilik
Substitusi ElektrofilikSubstitusi Elektrofilik
Substitusi Elektrofilik
 

Similar to KONTROL REAKSI KARBONIL (20)

Alkena-Alkuna
Alkena-AlkunaAlkena-Alkuna
Alkena-Alkuna
 
Alkena-alkuna
Alkena-alkunaAlkena-alkuna
Alkena-alkuna
 
Organik
OrganikOrganik
Organik
 
Alkena dan alkuna
Alkena dan alkunaAlkena dan alkuna
Alkena dan alkuna
 
Bab 17.pptx
Bab 17.pptxBab 17.pptx
Bab 17.pptx
 
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendiMakalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
 
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendiMakalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
 
ALKENA.pptx
ALKENA.pptxALKENA.pptx
ALKENA.pptx
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
 
Mekanisme Reaksi E1.pptx
Mekanisme Reaksi E1.pptxMekanisme Reaksi E1.pptx
Mekanisme Reaksi E1.pptx
 
Ppt alkena dan alkuna
Ppt alkena dan alkunaPpt alkena dan alkuna
Ppt alkena dan alkuna
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
 
Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme
Bab 4-reaktivitas-dan-mekanismeBab 4-reaktivitas-dan-mekanisme
Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme
 
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendiMakalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
 
Bbbbbb
BbbbbbBbbbbb
Bbbbbb
 
Power point reaksi adisi dan eliminasi
Power point reaksi adisi dan eliminasiPower point reaksi adisi dan eliminasi
Power point reaksi adisi dan eliminasi
 
Reaksi senyawa karbon
Reaksi senyawa karbonReaksi senyawa karbon
Reaksi senyawa karbon
 
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.pptBAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
BAB_02_METABOLISME_kelas_12_pelajaran_bi.ppt
 
Alkil halida oleh dr
Alkil halida  oleh  drAlkil halida  oleh  dr
Alkil halida oleh dr
 
Metabolisme
Metabolisme Metabolisme
Metabolisme
 

More from Tb Didi Supriadi

More from Tb Didi Supriadi (20)

iodin value (Wijs Metode)
iodin value (Wijs Metode)iodin value (Wijs Metode)
iodin value (Wijs Metode)
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
 
Stereochemistry lecture
Stereochemistry lectureStereochemistry lecture
Stereochemistry lecture
 
Basic Stereochemistry
Basic StereochemistryBasic Stereochemistry
Basic Stereochemistry
 
Bidadari untuk ikhwan
Bidadari untuk ikhwanBidadari untuk ikhwan
Bidadari untuk ikhwan
 
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKT...
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKT...PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKT...
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILEN (PP)/POLI ASAM LAKT...
 
Terlambatmencintai
TerlambatmencintaiTerlambatmencintai
Terlambatmencintai
 
Kenapa allah merahasiakan_mati
Kenapa allah merahasiakan_matiKenapa allah merahasiakan_mati
Kenapa allah merahasiakan_mati
 
Indah
IndahIndah
Indah
 
Siapakah diri kita sebenarnya
Siapakah diri kita sebenarnyaSiapakah diri kita sebenarnya
Siapakah diri kita sebenarnya
 
seandainy alqur'an bisa berbicara
seandainy alqur'an bisa berbicaraseandainy alqur'an bisa berbicara
seandainy alqur'an bisa berbicara
 
stereochemistry
stereochemistrystereochemistry
stereochemistry
 
Ikatan kimia1
Ikatan kimia1Ikatan kimia1
Ikatan kimia1
 
Kimia anorganik
Kimia anorganikKimia anorganik
Kimia anorganik
 
Kita pantas bersyukur
Kita pantas bersyukurKita pantas bersyukur
Kita pantas bersyukur
 
Tertawa tersenyum - marah - hati2
Tertawa   tersenyum - marah - hati2Tertawa   tersenyum - marah - hati2
Tertawa tersenyum - marah - hati2
 
Kumpulan tips-tips-motivasi2
Kumpulan tips-tips-motivasi2Kumpulan tips-tips-motivasi2
Kumpulan tips-tips-motivasi2
 
Inspirasi hidup
Inspirasi hidupInspirasi hidup
Inspirasi hidup
 
Wanita
WanitaWanita
Wanita
 
U re my_friend (gommen ^_^
U re my_friend (gommen ^_^U re my_friend (gommen ^_^
U re my_friend (gommen ^_^
 

KONTROL REAKSI KARBONIL

  • 1. KONTROL KINETIK DAN TERMODINAMIK DALAM REAKSI KARBONIL Oleh: Sarmoko, S. Farm., Apt. Pendahuluan Beberapa reaksi kimia mempunyai kemampuan untuk menghasilkan lebih dari satu produk. Jumlah relatif dari produk yang dihasilkan lebih sering tergantung pada kondisi reaksi saat reaksi berlangsung. Perubahan pada jumlah reaktan, waktu, temperatur, dan kondisi yang lain dapat memperngaruhi distribusi pembentukan produk dari reaksi kimia tersebut. Alasannya dapat dimengerti dari dua konsep penting yaitu: 1. Stabilitas relatif secara termodinamik dari produk yang dihasilkan. 2. Kecepatan relatif secara kinetik pada saat produk terbentuk. Kinetika berkaitan kecepatan reaksi, termodinamika berkaitan dengan stabilitas intermediet atau produk yang terjadi. Reaksi karbonil merupakan contoh reaksi yang menarik untuk membahas kontrol reaksi. Hal ini dikarenakan banyaknya produk yang bisa saja terbentuk jika tidak dikontrol secara ketat. Ini berkaitan dengan adanya “diverse reactivity” senyawa karbonil. Di satu sisi dia bisa berperilaku sebagai elektrofil, namun juga bisa bersifat nukleofil pada kondisi tertentu. Satu contoh misalnya pada reaksi Aldol, dengan 2 reaktan (A dan B) yang sama-sama mempunyai hidrogen alfa, maka kemungkinan reaksi yang terjadi: A + A, A + B, B + A, dan B + B. Artinya, selain adanya kondensasi silang, juga terdapat selfcondensation. Belum selesai masalah tersebut jika ternyata senyawa A ata B berupa molekul asimetri sehingga adanya 2 kemungkinan H alfa yang menghasilkan intermediet yang berbeda (regioselektivitas). Lalu bagaimana kontrol reaksi pada reaksi kondensasi senyawa karbonil dalam hal kontrol kinetik dan termodinamik? Pada makalah ini sebagai pendahuluan akan dipaparkan tentang definisi kemoselektivitas dan regioselektivitas, merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam reaksi. Bagian kedua tentang pembahasan mengenai kontrol pada 1
  • 2. self-condensation dan reaksi intramolekular. Bagian ketiga membahas kontrol pada kondensasi silang, dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu: i) menggunakan reaktan yang salah satunya tidak bisa mengalami enolisasi (cannot enolise), ii) menggunakan equivalen enol spesifik. Kemoselektivitas dan Regioselektivitas Dalam reaksi dikenal istilah kemoselektivitas dan regioselektivitas. Kedua selektivitas tersebut dapat dikontrol dengan cara kinetika dan termodinamika. Namun sebelumnya, apakah pengertian kemoseletivitas dan regioselektivitas? Kemoselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu gugus fungsional dari dua gugus yang berada pada satu molekul. Contoh pada senyawa karbonil, yang bisa berperan sebagai nukleofil (sebagai enolat) dan juga elektrofil. Regioselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu dari gugus fungsional yang sama pada satu molekul. Contoh keton asimetris, yang memiliki dua atom C alfa yang bisa berperan sebagai nukleofil. Pengertian kinetik dan termodinamik enolat Senyawa karbonil yang memiliki H alfa jika diperlakukan pada kondisi asam, akan membentuk enol, sedangkan pada kondisi basa membentuk ion enolat. Kondisi asam 2
  • 3. termasuk kontrol termodinamik karena mengacu pada kestabilan intermediet (enol). Sedangkan kondisi basa, termasuk kontrol kinetik karena mengacu pada terbentuknya ion enolat yang berjalan cepat. Perlakuan metil keton dengan LDA biasanya menghasilkan hanya lithium enolat pada sisi metil. Enolat ini terbentuk cepat, dan berikutnya dikenal dengan nama enolat kinetik. Alasan terbentuk cepat: a. proton pada gugus metil adalah lebih asam b. terdapat tiga H alfa pada sisi metil dibandingkan 2 H alfa pada sisi lainnya c. terdapat hambatan sterik pada penyerangan LDA pada sisi lain dari gugus karbonil. Contoh sederhana yaitu kondensasi antara pentan-2-on dengan butanal menghasilkan produk aldol kemudian mengalami dehidrasi menjadi enone (oct-4-en-3-on) dengan katalis asam. Reaksi ini dikenalkan oleh Gilbert Stork pda tahun 1974. Enolat lithium kinetik ini stabil pada THF pada suhu –78 °C dalam waktu yang singkat, namun dapat disiapkan pada suhu ruangan dalam bentuk silil eter. Jadi, dapat disimpulkan bahwa enolat kinetik adalah enolat yang terbentuk pada sisi keton yang kurang tersubstitusi. Sedangkan enolat termodinamik yaitu enolat yang terbentuk pada sisi keton yang lebih tersubstitusi. Hal ini dapat dijelaskan yaitu sama seperti alkena, suatu enol atau enolat 3
  • 4. akan lebih stabil pada posisi yang lebih tersubstitusi. Contoh yang paling sukses dari enol silil termodinamik adalah 1-fenilpropan-2-on. Rangkuman perbandingan enolat termodinamik dan kinetik: Problem Dalam Sintesis Enona: Pengantar Diperlukannya Kontrol Reaksi Contoh sintesis enona, yaitu alkena keton suatu α,β-unsaturated karbonil, didiskoneksi menghasilkan starting material keton dan aldehida sebagai berikut. Reaksi sintesis sebagai berikut: 4
  • 5. Sebuah analisis diskoneksi yang sederhana, namun sebenarnya ketika sudah sanpai ke tahap sintesis akan ditemui banyak kerumitan. Pertanyaannya, apakah reaksi sintesis tersebut dapat berjalan sesuai yang kita harapkan dan memberikan produk seperti yang kita inginkan? Ada 3 masalah yang timbul ketika sintesis dilangsungkan jika dilakukan pada kondisi di atas. 1. Kita menginginkan senyawa keton (2) berenolisasi, namun ternyata senyawa aldehida (3) bisa juga berenolisasi. Bahkan, senyawa (3) lebih mudah berenolisasi karena hanya mengikat satu metil saja, berbeda dengan senyawa 2 yang mengikat 2 metil. Semakin banyak metil yang diikat C karbonil maka elektrofilisitasnya semakin berkurang karena adanya induksi dari metil, sehingga H alfa semakin sukar untuk dilepaskan. 2. Kita menginginkan senyawa keton (2) berenolisasi pada C alfa pada metil agar dapat memberikan struktur enolat (4) sehingga bisa menyerang senyawa aldehid (3). Namun pada kenyataannya C alfa pada benzilik lebih disukai untuk berenolisasi karena adanya stabilisasi produk dari cincin melalui resonansi. 3. Kita menginginkan enolat (4) yang akan menyerang aldehida (3). Namun, pada kenyataannya enolat (4) bisa juga menyerang keton (2) melalui O- karbonil Berdasarkan hal-hal di atas, maka kita harus bisa mengontrol reaksi dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut: senyawa mana yang terenolisasi? Pada sisi mana dia terenolisasi? Senyawa mana yang berfungsi sebagai nukleofil dan elektrofil? Pertanyaan di atas bisa dipecahkan dengan memahami bahwa senyawa yang lebih elektrofil adalah yang lebih mudah terenoliasi. Pada senyawa karbonil, alkil halida adalah yang paling enolisable (karena paling elektrofil), di susul anhidrida asam, asam karboksilat, aldehida, keton, ester. 5
  • 6. Bagaimana penjelasan dari tabel di atas? Kita ambil satu contoh bahwa asil klorida adalah senyawa yang paling elektrofil, juga paling mudah dienolisasi. Penjelasannya perhatikan mekanisme berikut: Pada gambar, terdapat dua mekanisme yaitu pernyerangan Nu- pada C karbonil dan pembentukan enolat. Kedua mekanisme adalah serupa, yaitu pembentukan O- pada karbonil. Elektron berpindah ke C=O orbital π*: ikatan rangkap C=O menjadi ikatan tunggal C–O dengan atom O mengemban muatan negatif. Berdasarkan penjelasan tersebut, tidak mengherankan bisa dikatakan bahwa reaktivitas terhadap enolisasi adalah sama reaktivitas terhadap serangan nukleofilik. Kasus kemoselektivitas bisa dihindari dengan menggunakan senyawa yang sama. Keton yang tidak simetri akan memberikan masalah regioselektivitas. Selektivitas dapat dicapai dengan variasi kondisi reaksi berikut: 1. Pada kondisi basa, kontrol kinetik menjamin bahwa proton yang lebih asam biasanya berada pada atom karbon yang kurang tersubstitusi, terbentuk enolat kinetik. 6
  • 7. 2. Pada kondisi asam, terjadi kesetimbangan yang cepat antara keton dan enol, artinya enol yang lebih stabil biasanya pada enol yang lebih tersubstitusi (enol termodinamik). O O OH O- basa O enolat kinetik O O OH asam enol termodinamik OH Reaksi Intramolekular Reaksi intramolekuler merupakan pertengahan batas antara self-condensation dan kondensasi silang. Walaupun hanya satu molekul, namun 3 pertanyaan tersebut bisa mjadi muncul bersamaan. Karena reaksi kondensasi karbonil biasanya reversibel, sehingga rute yang membentuk cincin anggota lima atau enam yang stabil lebih dipilih secara termodinamik. Walaupun demikian, reaksi intramolekuler lebih mudah dikontrol dibanding reaksi bimolekuler. Contoh reaksi siklisasi dari diketon simetri nona-2,8-dione, yang bisa menghasilkan dua bentuk enol (A) dan (B). (A) (B) Enol A dapat mengalami siklisasi menjadi cincin anggota 8 pada tingkat transisinya, sedangkan enol B membentuk cincin anggota 6. Dalam praktiknya, hanya ada satu produk yang bisa terisolasi yaitu cincin anggota 6 dengan yield sekitar 85%. 7
  • 8. Contoh lain, perhatikan senyawa di bawah ini: Senyawa keton di atas memiliki 4 kemungkinan titik enolisasi karena adanya H alfa yang berbeda-beda lokasinya. Juga terdapat 2 tempat elektrofil karbonil yang berbeda sehingga banyak kemungkina reaksi bisa terjadi, baik kondensasi inter- maupun intramolekuler. Apa yang terjadi jika senyawa tersebut diberikan KOH? Ternyata hanya terbentuk satu produk dengan yield 90%. Kita dapat menyimpulkan bahwa mekanisme reaksi dengan mudah dengan cara melihat prdouk dan mundur ke belakang. Ikatan rangkap yang terbentuk dari reaksi aldol dapat diprediksi dan kita bisa melihat sisi mana yang berperilaku sebagai ion enolat dan sisi elektrofilnya. 8
  • 9. Mekanisme reaksi: Dilanjutkan dengan protonasi dan dehidrasi menghasilkan produk enona. Mau mencoba bagaimana produk yang terjadi jika titik enolisasi terjadi pada tempat yang lain? Berikut gambarannya. 9
  • 10. Kontrol Dalam Kondensasi Silang I: Penggunaan Senyawa yang Tidak Dapat Dienolisasi Senyawa yang tidak dapat dienolisasi akan berfungsi sebagai komponen elektrofil dalam reaksi kondensasi. Dalam reaksi kondensasi, penggunaan senyawa ini sangat menguntungkan karena mbisa meminimlkan campuran produk yang tinggi. Berbagai senyawa dalam kategori ini misalnya formaldehida dan t-butil aldehida. Tabel di bawah ini memberikan daftar senyawa karbonil yang diblok sisi enoliasinya dan disusun berdasarkan elektrofilisitasnya. Senyawa yang paling reaktif adalah formaldehida, bisa dilihat sekilas senyawa ini tampaknya ideal karena tidak mempunyai H alfa dan paling elektrofil. Namun, pernyataan ini kurang tepat karena justru karena reaktifnya seanyawa ini sehingga sulit dikendalikan. Berbagai masalah yang timbul misal terjadinya reaksi Cannizaro, yaitu reaksi pembentukan alkohol (dari reaksi reduksi) dan pembentukan asam karboksilat (dari reaksi oksidasi) senyawa aldehida. Pengendalian senyawa reaktif formaldehid ini, dilakukan dengan pembentukan basa Mannich yang lebih mudah dikontrol, berikut penjelasannya. 10
  • 11. Basa Mannich Penggunaan formaldehida sebagai senyawa yang tidak enolisable, dengan demikian posisinya adalah sebagai elektrofil. Namun, formaldehid sangatlah reaktif dan sulit dikendalikan. Gambaran kereaktifan dari formaldehid, contoh reaksi asetaldehid dengan formaldehid akan terjadi produk dimana produk aldol bisa bereaksi lagi dengan formaldehid membentuk produk aldol kedua, dan seterusnya. Diakhiri dengan reaksi Cannizaro membentuk produk pentaerythritol, C(CH2OH)4, bisa dilihat pada gambar berikut: 11
  • 12. Oleh karena itu, kita membutuhkan formaldehida yang “lunak” (kurang reaktif), hal itu dapat dilakukan dengan mereaksikannya dengan amina skunder, yang populer dengan basa Mannich. Basa Mannich merupakan suatu β-amino keton, atau resonance stabilized imine (iminium ion atau imine salt). Basa Mannich mudah diisolasi, stabil disimpan, tidak harus dimurnikan, bisa diubah menjadi produk kondensasi formaldehida yang kurang stabil. Kondisi pH diatur pada nilai 4-5 supaya amina tidak terprotonasi karena jika terlalu asam (pH diturunkan) maka amina bisa terprotonasi yang pada akhirnya tidak dapat bersifat sebagai nukleofil. Amina yang sering digunakan adalah pirolidin dan piperidin. 12
  • 13. Mekanisme reaksi pembentukan basa Mannich dimulai dengan formasi ion iminium yang berasal dari reaksi amina dan formaldehida. Karena reaksi berlangsung pada konsisi asam, maka senyawa dengan gugus karbonil dalam hal ini adalah keton, dapat bertaumerisasi menjadi bentuk enol, selanjutnya dapat menyerang ion iminium (basa Mannich). 13
  • 14. Penggunaan Senyawa Nitro Alifatik Apa keistimewaan senyawa ini? Senyawa nitroalkana bisa bersifat mengenolisasi tetapi tidak dapat berposisi sebagai elektrofil. Anion yang terbentuk dinamakan nitronates, yang bisa bereaksi dengan aldehida atau keton. Contoh kasus, reaksi nitrometana dengan sikloheksonon. Kedua senyawa dapat mengalami enolisasi. Namun, nitrometana akan mudah mengalami enolisasi karena pKa keton pada umumnya sekitar 20, tetapi pada nitrometana hanya 10. Sehingga tidak diperlukan basa yang kuat misal NaOH (pKaH = 15.7) untuk mendeprotonasi nitrometana. Basa yang sering digunakan adalah suatu amina atau amina skunder yang memiliki pKaH sekitar 10. Dalam reaksi bisa digunakan senyawa nitro alifatik nitrometana atau 2-nitro propana dengan keuntungan sebagai berikut: 1. Gugus nitro tidak peka terhadap serangan nukleofil. 2. Gugus nitro adalah penstabil anion yang sangat kuat. 3. Gugus nitro dapat diubah menjadi amina dengan cara reduksi. 4. Gugus nitro dapat diubah menjadi keton dengan cara hidrolisis. 14
  • 15. Nitroalkana dapat berkondensasi dengan aldehida dan keton, dan ikatan rangkap C=C dan gugus NO2 dapat direduksi dalam satu langkah reaksi menjadi amina. Keuntungan tambahan yaitu, produk dari reaksi ini mampu menyediakan suatu senyawa α,βunsaturated karbonil yang bermanfaat sebagai akseptor pada reaksi addisi Michael. Kontrol Dalam Kondensasi Silang II: Penggunaan Ekivalen Enol Spesifik Untuk mengatasi masalah kemoselektivitas dan regioselektivitas dapat dilakukan dengan menggunakan ekivalen enol spesifik. Yaitu menggunakan pereaksi yang berkelakuan sebagai enol spesifik pada posisi yang diinginkan dienoliasi. Ekivalen enol spesifik adalah intermediet yang masih mempunyai reaktivitas enol atau enolat namun cukup stabil untuk disiapkan dengan hasil yang baik dari senyawa karbonil tanpa reaksi aldol. Enolate Litium Enolat litium biasanya dibuat pada temperatur yang rendah dalam THF dengan basa amida yang terhalangi (LDA) dan stabil pada kondisi tersebut karena ikatan yang kuat O-Li. Formasi enolat diawali dengan formasi ikatan Li-O sebelum penghilangan proton pada posisi alfa oleh atom nitrogen basa. 15
  • 16. Reaksi ini berjalan dengan sangat cepat, sehingga tidak memberi kesempatan kepada senyawa karbonil untuk melakukan self-condensation. Namun, keadaan akan berbeda jika senyawa karbonil yang digunakan adalah senyawa aldehida. Untuk membuat enolat litium dari aldehid bisa digunakan i-PrCHO, tapi secara umum pada aldehid peristiwa self-condesation berlangsung begitu cepat. Sehingga diperlukan cara khusus jika kita menginginkan enolat litium yang berasal dari aldehida (tidak dibahas di sini). Jika senyawa karbonil kedua ditambahkan, misal PhCHO maka akan terjadi reaksi aldol dengan formasi menguntungkan tingkat transisi siklik anggota enam sebagai berikut: Silyl enol ethers Silyl enol ether dapat disiapkan dari senyawa karbonil induk dengan membentuk konsentrasi kecil kesetimbangan ion enolat dalam basa lemah seperti amina tersier dan menhjerap enolat dengan elektrofil yang efisien oksigen Me3SiCl. Silyl enol ether cukup stabil untuk diisolasi dan biasanya dibuat segera tanpa melewati penyimpanan. 16
  • 17. Reagen Konjugat Wittig dan Zinc Enolat (Reformatsky) Reagen Wittig dapat dibuat dari senyawa α-halo-karbonil dan dapat berperilaku seperti enol spesfik membentuk senyawa unsaturated karbonil. Reaksi umum: Bagaimana suatu intermediet Ilida bisa dikatakan sebagai enolat? Berikut mekanismenya, dengan menggunakan basa lemah bisa terbentuk suatu struktur phosphorane. Pada tahap penyerangan ke elektrofil, menariknya senyawa unsaturated karbonil langsung terbentuk. Zinc enolat, bisa sebagai alternatif bagus dari litium enolat. Dibuat dari bromoester, dan mekanisme pembentukannya mirip dengan reagen Grignard. Zink enolat bereaksi bersih 17
  • 18. dengan aldehid atau keton membentuuk produk aldol, dan tidak ada kekhawatiran adanya self-condensation dan dia tidak bereaksi dengan ester. Zinc, seperti magnesium mendonorkan dua elektron dalam bentuk oksidasi dari Zn(0) menjadi Zn(II). Ion enolat ini dinamakan reagen Reformatsky dan sering digambar sebagai senyawa C-Zn dan bukan yang ini. Bentuk enol spesifik aldehida: Enamina dan Aza-enolat Bentuk enol spesifik yang baik untuk aldehida adalah enamina. Enamina mudah dibuat dari senyawaan karbonil dan amina skunder, dapat diisolasi dan stabil. Reaksi ini dinamakan reaksi Stork-enamina atau alkilasi Stork-enamina. Merupakan adisi enamina pada α,β-unsaturated karbonil (suatu akseptor), dan ini mirip dengan reaksi addisi Michael. Kemudian, produk dihidrolisis pada kondisi asam menghasilkan senyawa 1,5dikarbonil (diketon). Contoh reaksi siklopentanon dengan piperidin (amina skunder) dalam suasan asam pH ± 5 akan menghasilkan enamina. Enamina dapat direaksikan dengan α,β-unsaturated karbonil (3-buten-2-on) mendapatkan senyawa diketon. 18
  • 19. Jika elektrofil adalah asil halida, maka dihasilkan 1,3-diketon (asilasi Stork). Aza-enolate adalah enolat litium dari imina yang diturunkan dari aldehida. Sikloheksilamin memberikan imina stabilwalaupun dengan asetaldehida, dapat diisolasi dan dapat di-lithiated dengan LDA membentuk aza-enolate. Mekanisme semilar dengan formasi lithium enolat, yaitu atom Li yang terikat pada oksigen, sedangkan pada azaenolat atom Li menempel pada nitrogen. 19
  • 20. Contoh reaksi dengan aldehid. Ekuivalen Enol Spesfik dari Senyawa 1,3-dikarbonil Dua senyawa berikut telah lama digunakan dan dikenal luas juga sebagai gugus aktivator. Senyawa etilasetoasetat dan asam malonat sangat baik, tidak mensyaratkan suhu rendah atau kondisi spesial. 20
  • 21. Jika senyawa tersebut sangat mudah dienoliasi, pertanyaannya mengapa mereka tidak melakukan self-condesation? Oh tidak semudah itu, setidaknya ada dua jawaban yang bisa menjelaskan hal tersebut: 1. Enol yang terbentuk sangat stabil 2. Gugus karbonil pada fraksi yang terenoliasi merupakan elektrofil yang lemah sebagai ester dan keton, dan gugus karbonil yang dalam bentuk enol bersifat tidak elektrofil karena konjugasi. Contoh reaksi: Mekanisme: 21
  • 22. Kondensasi Knoevenagel Merupakan bagian dari penggunaan senyawa enol spesifik 1,3-dikarbonil. Pada reaksi Knoevenagel digunakan basa organik yaitu piperidin atau piridin, bukan NaOH atau KOH karena kedua basa ini bisa bereaksi dengan asam karboksilatnya membentuk garam malonat. Reaksi di atas merupakan reaksi kondensasi Knoevenagel modifikasi Doebner, dengan mereaksikan aldehida dan asam atau ester malonat menggunakan basa piperidin menghasilkan suatu senyawa α,β-unsaturated karbonil. H alfa ditingkatkan keasamannya karena diapit oleh dua gugus aktivator –COOEt. Enolat ini menjadi spesifik dengan penambahan 2 atom C membentuk suatu asam karboksilat α,βunsaturated. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut: Pertama, adalah pembentukan enolat dari ester malonat dengan abstraksi H alfa oleh piperidin. 22
  • 23. Kedua, penyerangan enolat ke aldehid, dan abstraksi H alfa lainnya. Tahap terarakhir dalam reaksi ini adalah perisitiwa dehidrasi (dengan tambahan pemanasan) dan dekarboksilasi melepas CO2 membentuk senyawa α,β-unsaturated karbonil. Sebagai rangkuman dari penggunaan ekivalen enol spesfik dirangkum dalam tabel berikut. 23
  • 25. 25
  • 26. Daftar Pustaka Clayden, J., 2000, Organic Chemistry, E-book Organic Chemistry Portal, 2010, Knoevenagel Condensation, Doebner Modification, http://www.organic-chemistry.org/namedreactions/knoevenagelcondensation.shtm, Desember 2010 Wikipedia, 2010, Mannich reaction, http://en.wikipedia.org/wiki/Mannich_reaction, Desember 2010 Warren, S., 1994, Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi, diterjemahkan oleh M. Samhoedi Reksohadiprodjo, GMU Press, Yogyakarta. Warren, S., 1995, Buku Kerja Untuk Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi, GMU Press, Yogyakarta. 26