SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
BAB 1 
A. Pengertian Budaya Politik 
Budaya politik adalah orientasi masyarakat terhadap suatu sistem politik. 
Dalam setiap masyarakat, terdapat budaya politik yang menggambarkan pandangan mereka 
mengenai proses politik yang berlangsung di lingkungannya sendiri. Tingkat kesadaran dan 
partisipasi mereka biasanya menjadi hal penting untuk mengukur kemajuan budaya politik yang 
berkembang. 
Perbedaan pandangan masyarakat dalam menyikapi masalah politik dalam hubungannya dengan 
pemerintah merupakan bagian kajian tentang budaya politik suatu masyarakat. 
Gejala budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia sebagai contoh adalah 
sejak reformasi tahun 1998. kesadaran politik masyarakat Indonesia meningkat cukup tajam. 
Berbagai hal yang sebelumnya dianggap tabu atau aneh kini menjadi hal yang sangat biasa. 
Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa, buruh, atau masyarakat sipil. Pada masa 
kepemimpinan Soeharto atau era Orde Baru, demonstrasi tidak diperbolehkan karena dianggap 
mengganggu stabilitas keamanan. Tetapi saat ini, demonstrasi tidak dilarang karena merupakan 
hak rakyat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemimpin. 
Menurut Almond dan Verba, budaya politik yang sering disebut pula kebudayaan politik 
merupakan dimensi psikologis (bukan lagi sebuah sistem normatif yang ada di luar masyarakat) 
dari sistem politik. “Budaya politik merupakan kultur politik yang berkembang dan dipraktikan 
oleh suatu masyarakat tertentu.” 
PENGERTIAN BUDAYA POLITIK : 
1. Samuel Beer, budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang 
bagaiman pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh 
pemerintah. 
2. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sikap orientasi yang khas 
dari warga negara terhadap sistem politik dengan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap 
peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.
3. Rusdi Sumintapura, budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya 
terhadap kehidupan plitik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. 
4. Mochtar Masud dan Colin McAndrews, budaya politik adalah sikap dan orientasi warga 
suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya. 
5. Larry Diamond, budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi 
suatu masyarakat tentang sistem politik negara mereka dan peran masing-masing individu dalam 
sistem itu. 
Perbedaan budaya politik (tingkat kesadaran dan partisipasi politik) masyarakat pedesaan dan 
masyarakat perkotaan: 
- Masyarakat pedesaan : Tergantung pada pilihan politik pemimpinnya, baik pemimpin adat, 
suku, maupun agama. 
- Masyarakat perkotaan : Tidak bergantung pada pilihan orang lain. 
Budaya politik diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yng memiliki 
kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan 
publik untuk masyarakat seluruhnya. 
Secara umum, budaya politik terbagi atas: 
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, pasif); 
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi); dan 
3. Budaya politik partisipatif (aktif). 
Faktor-faktor yang mempengaruhi model kebudayaan politik yang berkembang dalam 
masyarakat: 
1. Tingkat pendidikan warga negara (faktor kunci) 
2. Tingkat ekonomi (semakin sejahtera rakyat maka semakin tinggi partisipasi politiknya). 
3. Reformasi politik/political will (semangat merevisi dan mengadopsi sistem politik sistem 
politik yang lebih baik). 
4. Supremasi hukum (adanya penegakan hukum yang adil, independen, dan bebas). 
5. Media komunikasi yang independen (berfungsi sebagai kontrol sosial, bebas, dan mandiri).
Budaya politik lebih merupakan sifat atau karakter berpolitik yang berkembang dalam 
masyarakat dengan seperangkat objek dan proses sosial yang bersifat khusus. 
Almond dan Verba membagi orientasi politik menjadi 3 bagian: 
1. Orientasi kognitif, merupakan pengetahuan masyarakat tentang sistem politik, peran, dan 
segala kewajibannya. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai kebijakan-kebijakan 
yang dibuat oleh pemerintah. 
2. Orientasi afektif, merupakan perasaan masyarakat terhadap sistem politik dan perannya, serta 
para aktor dan penampilannya. Perasaan masyarakat ini bisa saja merupakan perasaan untuk 
menolak atau menerima sistem politik atau kebijakan yang dibuat. 
3. Orientasi evaluatif, merupakan keputusan dan pendapat masyarakat tentang objek-objek 
politik yang secara tipikal melibatkan nilai moral yang ada dalam masyarakat dengan kriteria 
informasi dan perasaan yang mereka miliki. 
Almond dan Verba mengidentifikasi tiga objek yang dituju dalam orientasi politik. 
1. Peran atau struktur dari sebuah institusi politik. 
2. Para pemegang jabatan atau aktor dari sebuah institusi negara seperti pemimpin monarki, 
legislator dan administrator. (Aktor/orangnya) 
3. Kebijakan, keputusan, dan penguatan keputusan yang dibuat oleh para aktor di dalam negara. 
(Produk) 
B. Tipe-Tipe Budaya Politik 
AS dan Inggris adalah negara yang paling mendekati model kebudayaan kewarganegaraan. AS 
cenderung peserta aktif dan khawatir terhadap pemerintahan yang kuat. Sedangkan di Inggris 
cenderung pada penghargaan terhadap subjek dan mendorong perkembangan yang kuat dan 
efektif serta struktur administrasi yang efektif dan bebas akibat mapannya orientasi penghargaan 
dan orientasi subjek. 
Dimensi-dimensi yang menjadi ukuran dalam menentukan budaya politik suatu masyarakat. 
1. Tingkat pengetahuan umum masyarakat mengenai sistem politik negaranya, seperti 
pengetahuan tentang sejarah, letak geografis, dan konstitusi negara. 
2. Pemahaman masyarakat mengenai struktur dan peran pemerintah dalam membuat kebijakan. 
3. Pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang meliputi masukan opini dari masyarakat dan 
media massa kepada pemerintah. 
4. Sejauh mana pertisipasi masyarakat dalam berpolitik dan bernegara, serta sejauh mana 
pemahamannya mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara. 
Tiga tipe kebudayaan menurut Almond dan Verba:
1. Budaya politik parokial. Memiliki ciri: 
- Frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau 
tidak memiliki perhatian sama sekali. 
- Tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus. 
- Peran-peran pemimpin masyarakatnya sangat berperan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan 
religius. 
- Partisipasi masyarakat sangat bergantung pada pemimpinnya 
- Dianut oleh masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman Indonesia. 
2. Budaya politik subjek. Memiliki ciri: 
- Frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek 
output atau pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. 
- Pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. 
- Masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem politik. 
3. Budaya politik partisipan. Memiliki cirri: 
- Anggota masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu 
budaya politik. 
- Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum tentang 
peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan. 
- Berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. 
- Masyarakat sudah ikut terlibat dalam sistem politik pemerintahan. 
C. Tipe-Tipe Budaya Politik Yang Berkembang di Indonesia 
Berikut adalah pembagian tipe-tipe politik yang lebih didasarkan pada gaya berplitik yang 
berkembang di Indonesia. 
1. Budaya politik tradisional 
Budaya politik tradisional merupakan budaya politik yang memprioritaskan satu budaya dari 
etnis tertentu. Sebagai contoh, ketika Soeharto memimpin negeri kita selama lebih dari 3 dekade, 
masyarakat etnis Jawa cukup mendominasi pusat-pusat kekuasaan penting, seperti kekuasaan 
yang ada dalam tubuh ABRI (TNI). 
2. Budaya politik Islam 
Budaya politik Islam adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada keyakinan dan 
nilai agama Islam. Biasanya kelompok santri mempelopori budaya politik ini.
3. Budaya politik modern 
Budaya politik modern adalah budaya politik yang lebih bersifat netral tanpa mendasarkan pada 
budaya atau agama tertentu. Budaya politik ini dikembangkan pada masa pemerintahan Orde 
Baru yang bertujuan untuk stabilitas keamanan dan kemajuan. 
Harold Laswell mengemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan ciri-ciri masyarakat yang 
demokratis. 
1. Open ego (sifat keakuan yang terbuka). Artinya, tingkah laku yang terbuka terhadap 
keberadaan orang lain. 
2. Kapasitas untuk membentuk sejumlah nilai dengan orang lain. 
3. Lebih berprientasi pada nilai-nilai yang beragam. 
4. Percaya dan yakin terhadap lingkungan sosialnya. 
5. Relatif lebih memiliki kebebasan daripada rasa cemas. 
D. Pembagian Tipe Budaya Politik Menurut Geertz 
Tiga budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia menurut Geertz: 
1. Budaya politik abangan 
Budaya politik masyarakat yang menekankan aspek-aspek animisme atau kepercayaan terhadap 
adanya roh halus yang mempengaruhi hidup manusia. 
Ciri khasnya adalah diadakan upacara selamatan untuk mengusir roh halus. 
2. Budaya politik santri 
Budaya politik masyarakat yang menekankan pada aspek-aspek keagamaan, khususnya Islam. 
3. Budaya politik priyayi 
Budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi. 
Priayi adalah masyarakat kelas atas atau kelompok masyarakat aristokrat dan bekerja sebagai 
birokrat (pegawai pemerintah). Yang dulunya berafiliasi (berhubungan, berpautan) dengan partai 
PNI, kini berinfiliasi pada partai golkar. 
Afan Gaffar, budaya politik indonesia memiliki 3 ciri dominan : 
1. Hirarki yang tegar/ketat : adanya pemilahan tegas antar penguasa (wong Gedhe) dengan
Rakyat kebanyakan ( wong cilik). 
2. Kecendrungan Patronage ( hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa) seperti majikan 
majikan dengan buruh. 
3. Kecendrungan Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan 
budaya politik yang berkarakter patrimonial. 
E. Perkembangan Tipe Budaya Politik Sejalan Dengan Perkembangan Sistem Politik yang 
Berlaku 
Pada negara-negara demokratis umumnya, partisipasi politik warga negaranya dapat 
mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan. 
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, “Partisipasi politik adalah kegiatan warga 
negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan 
keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan atau kolektif, terorganisir atau 
spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau 
tidak efektif.” 
Menurut Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga 
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan 
secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. 
Peran dan political will elit yang berkuasa sangat mempengaruhi perluasan dan pembatasan, 
sedangkan elit politik yang tidak berkuasa cenderung meluaskan partisipasi politik dan 
mengubah serta mengembangkannya ke bentuk partisipasi yang baru. 
Setiap insan politik harus dapat menunjukan partisipannya dalam kegiatan yang berkaitan 
dengan hak warga negara, yang bertujuan untuk ikut mempengaruhi pengambilan keputusan oleh 
pemerintah. 
Berikut adalah kegiatan-kegiatan waraga negara dalam bentuk partisipasi politik. 
1. Terbentuknya organisasi-organisasi politik dan organisasi masyarakat. 
2. Lahirnya kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok penekan, dan LSM. 
3. Pelaksanaan pemilu berupa berkampanye, menjadi pemilih aktif atau menjadi anggota 
parlemen. 
4. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem input dan 
output kepada pemerintah.
F. Pentingnya Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik 
Menurut Almond dan Verba, budaya politik demokratis merupakan gabungan dari budaya politik 
partisipan, subjek, dan paroikal. 
Menurut Samuel P. Huntington, modernisasi budaya politik ditandai oleh tiga hal yaitu sebagai 
berikut. 
1. Sikap politik yang rasional dan otonom di dalam masyarakat. (Tidak memilih satu pilihan 
politik berdasarkan pemimpinnya) 
2. Diferensiasi struktur. (Sudah ada spesifikasi atau tugas yang harus dilakukan) 
3. Perluasan peran serta politik di dalam masyarakat. 
G. Peran Serta Politik Partisipan 
Budaya politik demokratis adalah budaya politik yang menempatkan rakyat sebagai pemegang 
kedaulatan tertinggi. 
Dalam peran serta politik partisipan, masyarakat diarahkan untuk berperan aktif dalam proses 
politik yang berlangsung di lingkungannya. 
Tipe-tipe partisipan adalah sebagai berikut. 
1. Partisipan terbuka : para responden yang tidak acuh terhadap perkawinan antarpartai dan 
menjelaskan dirinya sendiri secara emosional dalam pemilihan. 
2. Partisipan apatis : para responden yang memilih salah satu partai besar dan menyatakan 
ketidakacuhannya terhadap perkawinan antarpartai serta mengingkari perasaan pemilihan. 
3. Partisipan bersemangat : para responden yang prihatin terhadap perkawinan antarpartai dan 
secara emosional terlibat dalam pemilihan. 
SOSIALISASI POLITIK 
1. Pengertian sosialisasi politik :
a. Kenneth P. Langton, Sosialisasi politik adalah cara bagaimana masyarakat meneruskan 
kebudayaan politiknya. 
b. Gabriel A. Almond, Sosialisasi politik adalah proses dimana sikap-sikap politik dan pola – 
pola tingkah laku diperoleh atau dibentuk, dan merupakan sarana bagi generasi muda untuk 
menyampaikan patokan politik dan keyakinan politik. 
c. Richard E. Dawson, sosialisasi politik adalah pewarisan pengetahuan , nilai dan pandangan 
politik darimorang tua, guru dan sarana sosialisasi lainnya bagi warga baru dan yang beranjak 
dewasa. 
d. Dennis Kavanagh, sosialisasi politik adalah istilah untuk mengganbarkan proses dimana 
seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik. 
e. Ramlan Surbakti, sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik 
anggota masyarakatnya. 
f. Alfian, sosialisasi Politik adalah usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik 
masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati nilai- nilai yang terkandung dalam 
suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. 
Sosialisasi politik dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: 
1). Dalam Lingkungan Keluarga, orang tua bisa mengajarkan kepada anak-anak beberapa cara 
tingkah laku politik tertentu. Melalui obrolan politik ringan sehingga tak disadarai telah 
menanamkan nilai-nilai politik kepada anak-anaknya. 
2). Di Lingkungan Sekolah,dengan memasukkan pendidikan kewarganegaraan. Siswa dan guru 
bertukar informasdi dan berinteraksi dalam membahas topik tentang politik. 
3). Di lIngkungan Negara, secara hati-hati bisa menyebarkan dan menanamkan ideologi- ideologi 
resminya. 
4). Di Lingkungan Partai politik, Salah satu fungsi partai politik adalah dapat memainkan 
perannya sebagai sosioalisasi politik. Artinya parpol itu telah merekrut anggota atau kader 
danpartisipannya secara periodik. Partai politik harus mampu menciptakan kesan 
atau image memperjuangkan kepentingan umum.
Menurut Ramlan Surbakti ada dua macam sosialisasi politik dilihat dari metode 
penyampaian pesan : 
a. Pendidikan Politik Yaitu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Dari sini 
anggota masyarakat mempelajari simbol politik negaranya, norma maupun nilai politik. 
b. Indoktrinasi Politik, yaitu proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi 
warga masyarakat untuk menerima nilai , norma dan simbol yang dianggap pihak berkuasa 
sebagai ideal dan baik. 
Dalam upaya pengembangan budaya politik, sosialisasi politik sangant penting karena 
dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa, serta dapat 
memelihara kebudayaan politik suatu bangsa, penyampaian dari generasi tua ke generasi muda, 
dapat pula sosialisasi politik dapat mengubah kebudayaan politik. 
Menurut Gabriel A. Almond, sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan 
kebudayaan politik suatu bangsa dan mememlihara kebudayaan politik suatu bangsa dengan 
bentuk penyampaian dari generasi tua kepada generasi muda. Terdapat 6 sarana atau agen 
sosialisasi politik menurut Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews, adalah : 
a. Keluarga yaitu lembaga pertama yang dijumpai sesorang individu saat lahir. Dalam 
keluarga anak ditanamkan sikap patuh dan hormat yang mungkin dapat mempengaruhi sikap 
seseorang dalam sistem politik setelah dewasa. 
b. Sekolah yaitu sekolah sebagai agen sosialisasi politik memberi pengetahuan bagi kaum 
muda tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya. Disekolah memberi kesadaran 
pada anak tentang pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara, cinta tanah air.
c. Kelompk bermain yaitu kelompok bermain masa anak-anak yang dapat membentuk sikap 
politik seseorang, kelompok bermain saling memiliki ikatan erat antar anggota bermain. 
Seseorang dapat melakukan tindakan tertentu karena temannya melakukan hal itu. 
d. Tempat kerja yaitu organisasi formal maupun nonformal yang dibentuk atas dasar pekerjaan 
seperti serikat kerja, sderikat buruh. Organisasi seperti ini dapat berfungsi sebagai penyuluh di 
bidang politik. 
e. Media massa yaitu informasi tentang peristiwa yang terjadi dimana saja dengan cepat 
diketahui masyarakat sehingga dapat memberi pengetahuan dan informasi tentang politik. 
f. Kontak-kontak politik langsung yaitu pengalaman nyata yang dirasakan oleh seseorang 
dapat berpengaruh terhadap sikap dan keputusan politik seseorang. Seperti diabaikan partainya, 
ditipu, rasa tidak aman,dll. 
BUDAYA POLITIK PARTISIPAN 
1. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik partisipatif atau disebut juga budaya 
politik demokrasi adalah suatu kumpulan sistem keyakinan, sikap, norma, persepsi dan 
sejenisnya, yang menopang terwujudnya partisipasi. Untuk terwujudnya partisipasi itu warga 
negara harus yakin akan kompetensinya untukterlibat dalam proses politik dan pemerintah 
memperhatikan kepentingan rakyat agar rakyat tidak kecewa dan apatis terhadap pemerintah. 
2. Ramlan Surbakti, partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam 
menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Ciri-cirinya 
adalah : 
a. Perilaku warga negara yang bisa diamati bukan batiniah (sikap dan orientasi). 
b. Perilaku atau kegiatan itu mem,pengaruhi pemerintah (pemegang kebijakan) 
c. Kegiatan atau prilaku yang gagal ataupun berhasil termasuk partisipasi politik. 
d. Kedgiatan mempengaruhui pemerintah dapat dilakukan secara : 
· Langsung yaitu individu tidak menggunakan perantara dalam memepengaruhi pemerintah.
· Tak langsung yaitu menggunakan pihak lain yang dapat meyakinkan pemerintah. 
e. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan dengan prosedur wajar (konvensional) 
tidak berupa kekerasan (nonviolence) seperti : ikut memeilih dalam pemilihan 
umum,mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, menulis surat, dll,dan ada yang melalui 
cara –cara diluar prosedur yang wajar (tidak Konvensional) dan berupa kekerasan (violence), 
seperti : demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus (golput),hura-hura, mogok, serangan 
senjata, gerakan-gerakan politik, dan revolusi, kudeta, makar,dll 
3. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang dalampartai plitik 
yang mencakup semua kegiatamnnsukarela dimana seseorang turut dalam proses pemilihan 
pemimpin plitik dan turut langsung atau tidak lanmgsung dalam pembentukan kebijakan umum. 
PARTAI POLITIK 
1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha untuk 
memperoleh dan menggunakan kekuasaan. 
2. Sigmund Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha untuk 
menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan 
suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham. 
3. Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil 
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan 
partainya sehingga penguasaan itu memberikan mamfaat kepada anggota partainya baik bersifat 
ideal maupun material. 
FUNGSI PARTAI POLITIK
1. Sarana komunikasi politik, yaitu penyalur aspirasi pendapat rakyat, menggabungkan berbagai 
macam kepentingan dan merumuskan kepentingan yang menjadi dasar kebijaksanaannya. 
Upaya Partai politik dalah mencapai fungsi ini adalah : 
· Memperjuangkan aspirasi rakyat agar menjadi kebijaksanaan umum oleh pemerintah 
· Menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan pemerintah 
· Perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide 
· Bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat 
sebagai pengeras suara. 
2. Sarana Sosialisasi Politik, yaitusarana untuk memmberikan penanaman nilai-nilai, norma, dan 
sikap serta orientasi terhadap fenomena politik tertentu. Upaya yang dilakukan untuk mencapai 
fungsi ini adalah : 
· Penguasaan pemerintah dengan memenangkan setiap pemilu 
· Menciptakan image bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum 
· Menanamkan solidaritas dan tanggung jawab terhadap para anggotanya maupun anggota 
lain 
3. Sarana Rekrutmen Politik, yaitu mencari dan mengajakorang berbakat untuk turut aktif dalam 
kegiatan plitik. Dengan demikian memperluas partisipasi politik. Upaya yang dilakukan parpol 
adalah : 
· Melalui kontak pribadi maupun persuasi 
· Menarik golongan muda untuk didddik menjadi kader di masa depan 
4. Sarana Pengatur Konplik, yaitu mengatasi berbagai macam konplik yang muncul sebagai 
konsekuensi dari negara demokrasi yang di dalamnya terdapat ersaingan dan perbedaan 
pendapat. Biasanya masalah tersebut cukup mengganggu stabilitas nasional. Hal ini mungkin 
saja dimunculkan oleh kelompok tertentu untukkepentingan ppularitasnya. Upaya yang 
dilakukan partai politik adalah :
· Bilaanggta partai plitikyang memberikan informasi justru menimbulkan kegelisahan dan 
perpecahan masyarakat,pimpinan partai politik harus segera klarifikasi atau diselesaikan dengan 
baik. 
· Adanya kemungkinsn anggota partai plitik lebih mengejar kepentingan 
pribadi/golongannya, sehingga berakibat terjadi pengkotakan politik atau konplik yangbharus 
segera diselesaikan dengan tuntas.
BAB 2 
BUDAYA DEMOKRASI MENUJU 
MASYARAKAT MADANI 
1. Pengertian dan prinsip budaya demokrasi 
Demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat dan kratos atau kratein yang 
dapat diartikan sebagai pemerintahan berada di tangan rakyat. Secara harfiah, demokrasi berarti 
pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Menurut kamus, demokrasi adalah pemerintahan oleh 
rakyat dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh wakil-wakilnya 
yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas. Demokrasi dapat disebut juga sebagai 
pelembagaan dari suatu kebebasan (institutionalization of freedom). 
Berbicara tentang pengertian demokrasi, ada beberapa pendapat yang dapat kita jadikan acuan agar 
kita mudah memahaminya. Pendapat-pendapat tersebut antara lainnya dikemukakan oleh para tokoh 
seperti berikut. 
A. Kranenburg berpendapat bahwa demokrasi terbentuk dari dua pokok kata yang berasal 
dari bahasa yunani yaitu Demos (rakyat) dan Kratein (memerinyah) yang maknanya 
adalah “ cara memerintah oleh rakyat”. 
B. Prof. Mr. Koentjoro Poerbobranoto. Berpendapat demokrasi adalah suatu Negara yang 
pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Maksudnya, suatu system dimana suatu Negara 
diikutsertakan dalampemerintahan Negara. 
C. Abraham Lincoln. Berpendapat bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh 
rakyat, dan untuk rakyat (Democracy is government oh the people, by the people, and 
for the people). 
Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh diatas, maka dapat diambil satu kesimpulan tentang 
pengertian demokrasi seperti berikut. Demokrasi adalah suatu paham yang menegaskan bahwa 
pemerintahan suatu Negara di pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada hakikatnya 
berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. System pemerintahan demokrasi adalah demokrasi 
langsung.Pelaksana demokrasi itu disebut demokrasi langsung (direct democracy). 
Dalam masa sekarang ini, di mana penduduk Negara berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan orang. 
Demokrasi langsung tidak mungkin dilaksanakan, sehingga dibutuhkan lembaga perwakilan rakyat.
Anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum yang rahasia, bebas, jujur, dan adil. 
Oleh karena itu, demokrasi seperti ini disebut demokrasi perwakilan (representative democracy). 
Inti pemerintahan demokrasi kekuasaan memerintah yang dimiliki oleh rakyat. Kemudian 
diwujudkan dalm ikut seta menentukan arah perkembangan dan cara mencapai tujuan serta gerak 
poloitik Negara. Keikut sertaannya tersebut tentu saja dalam batas-batas ditentukan dalamperaturan 
perundang-undangan atau hokum yang berlaku. Salah satu hak dalam hubungannya dengan Negara 
adalah hak politik rakyat dalam partisipasi aktif untuk dengan bebas berorganisasi, berkumpul, dan 
menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan. Kebebasan tersebut dapat berbentuk dukungan 
ataupun tuntutan terhadap kebijakan yang diambil atau diputuskan oleh pejabat negara. 
Demokrasi pada masa kini antara lain menyangkut hak memilih dan hak untuk dipilih, menyangkut 
pula adanya pengakuan terhadap kesetraan diantara warga negara, kebebasan warga negara untuk 
melakukan partisipasi politik, kebebasan untuk memperoleh berbagai sumber informasi dan 
komunikasi, serta kebebasan utuk menyuarakan ekspresi baik memlalui organisasi, potensi, seni, 
serta kebudayaan, dan efektif dan lestari tanpa adanya budaya yang memawarnai pengorganisasian 
bebagai elemen politik seperti partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi 
kemasyarakatan. Demokrasi memerlukan partisipasi rakyat dan deokrasi yang kuat bersumber pada 
kehendak rakyat serta bertujuan untuk mencapai kemasalahatan bersama, itukah pengertian 
demokrasi. 
1. 2. Unsur-unsur Demokrasi 
Unsur-unsur demokrasi meliputi: 
a. Adanya partisipasi masyarakat secara aktifd dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan 
bernegara 
b. Adanya pengakuan akan supremasi hokum ( daulat Hukum) 
c. Adanya pengakuan akan kesamaan di anatar warga Negara 
d. Adanya kebebasan, di anataranya; kebebasan berekpresi dan berbicara/berpendapat berkebebasab 
untuk berkumpul dan berorganisasi, berkebebasan beragama, berkeyakinan, kebebasan untuk 
mengguagat pemerintah, kebebasan untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, kebebasan 
untuk mengurus nasib sendiri.
e. Adanya pengakuan akan supremasi sipil atas militer 
1. 3. Prinsip-Prinsip Demokrasi 
Istilah demokrasi mengacu kepada dua hal, yaitu: pertama, seperangkat ketentuan normatif yang 
harus dipenuhi agar terbentuk sebuah sistem politik tertentu; dan kedua, sebuah bentuk pemerintahan 
yang memenuhi ketentuan-ketentuan normatif. Kedua dimensi demokrasi ini menunjukkan bahwa 
lembaga-lembaga politik demokratis yang dikembangkan di barat selama beberapa abad terakhir ini 
berdasarkan ide para filosof yang membentuk bangunan teoretis dari sebuah sistem politik 
demokratis. Kedudukan warga negara dalam UUD 1945 adalah sama tidak ada perkecualiaan, 
persamaan hak meliputi, hak politik, ekonomi, sosial,budaya, pendidikan dan hukum. 
Ada sepuluh pilar demokrasi konstitutional, yakni demokrasi yang berketuhanan, demokrasi dengan 
kecerdasan, demokrasi yang berkedaulatan rakyat, demokrasi denganrule of law, demokrasi dengan 
pembagian kekuasaan negara, demokrasi dengan hak asasi, demokrasi dengan peradilan yang 
merdeka, demokrasi dengan otonomi daerah, demokrasi dengan kemakmuran, dan demokrasi yang 
berkeadilan sosial. (Sanusi, 1984) Demokrasi berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM dengan 
konsep city state melalui pemilihan umum langsung yang diikuti sekitar 300.000 
penduduk. Sammuel P. Huntington menggambarkan perjalanan demokrasi sebagai berikut. 
 Gelombang kesatu mulai abad ke-19 dengan meluasnya hak pilih pada 1890-an (oleh 29 
negara). Arus baliknya pada 1922 saat berkuasanya Musolini sebagai presiden Italia sehingga 
pada 1942 negara demokrasi menjadi 12 negara. 
 Gelombang kedua saat kemenangan sekutu pada Perang Dunia II dan memuncak pada 1962 
menjadi 36 negara demokrasi. Arus baliknya tahun 1970 menjadi 30 negara demokrasi. 
 Gelombang ketiga tahun 1974 bertambah 30 negara demokrasi baru, terhitung revolusi politik 
yang berlangsung di Uni Soviet dan bagian Afrika. Huntington mennjelaskan bahwa 
gelombang ketiga ini diikuti oleh gelombang keempat pada abad 21. 
Prinsip utama demokrasi adalah persamaan dan kebebasan. Prinsip utama demokrasi 
menurut Alamudi, yaitu: 
 kedaulatan rakyat; 
 pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; 
 kekuasaan mayoritas; 
 hak-hak minoritas; 
 jaminan hak asasi manusia; 
 pemilihan yang bebas dan jujur; 
 persamaan di depan hukum; 
 proses hukum yang wajar;
 pembatasan pemerintah secara konstitusional; 
 pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; serta nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, 
dan mufakat. 
Prinsip-prinsip demokrasi sebenarnya tumbuh berkembang dalam masyarakat tak terkecuali di 
kalangan petani salak. Saling menghormati dan menghargai sesama petani untuk menyesuiakan 
harga jual salak merupakan salah satu prinsip demokrasi yang berkembang. Perlakuan dan 
kesempatan yang sama dalam mendapat, memproses serta menjual salak merupakan jaminan 
tersendiri dalam pembangunan prinsip-prinsip demokrasi di kalangan petani salak. Seyogyanya 
perkembangan prinsip-prinsip demokrasi di kalangan petani salak dapat membawa kesejahteraan 
kepada petani salak. 
1. 4. Budaya Demokrasi 
Indicator berkembangnya budaya demokrasi adalah sebagai berikut: 
Pertisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara. Dalam budaya demokrasi, setiap warga berhak 
ikut menentukan kebijakan public seperti penentuan anggaran, peraturan-perauran dan kebijakan-kebijakan 
public. Namuk oleh karena secara praktis tidak mungkin melibatkan seluruh warga suatu 
Negara terlibat dalam pengambilan keputusan (sebagaimana halnya pada zaman Ynani Kuno), maka 
digunakan prosedur pemilihan wakil. Para warga Negara memilih wakil-wakil mereka di 
pemerintahan. 
Para wakil inilah yang diserahi mandar untuk mengelolah masa depan bersama warga Negara melalui 
berbagai kebijaka dan peraturan perundang-undangan. Pemerintah demokrasi diberi kewenangan 
membuat kepuusan melalui mandar yang diperoleh lewat pemilihan umum. 
Pemilu yang teratus (regular) memungkinkan partai-partai turut bersaing dan mengumumkan 
kebijakan-kebijakan alternative mereka agar didukung masyarakat. Selanjutnya warga Negara, 
melalui hak memilihnya yang priodik, dapat terus menjaga agar pemerintahanya bertanggung jawab 
kepada masyarakat. Dan jika pertanggungjawaban itu tidak diberikan, maka warga Negara dapat 
mengganti pemerintahan melalui mekanisme demokrasi yang tersedia. Hal itu sesuai dengan definisi 
demokrasi sebagai mana dikemukakan oleh Abraham Lincoln. Ia mengatakan, demokrasi adalah 
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. 
Pertanyaan berikutnya dalah : pemilu yang bagaimana? Ketika partai-partai komunis berkuasa 
dieropa timur (1947-1949), pemilihan umum dilaksanakan secara berkala. Para pemilih dijinkan 
untuk mengambil bagian dalam pemungutan suara rahasia yang untuk memilih anggota majlis local 
dan nasional. Di beberapa negarra, para calon majlis bahkan mewakili bebagai macam partai politik.
Apakah Negara-negara ini, yangmenyebut dirinya “ demokrasi rakyat”, benar-benar demokrasi? 
Jawabannya adalah tidak. Negara-negara komunis initelah menyebut sebuah system demokrasi, 
namun menolak untuk mengakui unsur-unsur lain yang diperlukan agar system itu berjalan secara 
demokrasi, di antaranya adanya pemilihan umum yang bebas. Pertama-pertama pemilu harus jujur. 
Pemilihan harus menawarkan kepada para pemilih yang nyata di antarapartai-partai yang 
menawarkan program-program yang berbeda. Pemilihan harus diawasi oleh petugas yang resmi dan 
tidak memiliki kepentingan pribadi, yang dapat dipercaya untuk menjamin bahwa tidak seorang pun 
memebrika suara lebih dari satu kali dan bahwa suara-suara di hitung secara jujur dan akurat ini 
jarang terjadi di Negara-negara komunis Eropa timurtempo dulu, dan tidak selalu otomatis 
diperaktekkan bahkan di Negara-negara barat yang lebih maju. 
Akan tetapi, partisipasi rakyat tidak hanya berupa partisipasi dalam mekanisme lima tahunan 
(pemilu) itu saja. Partisipasi tidak indetik dengan memilih dan dipilih dan dipilih pemilu. Khusus bai 
rakyat yang dipilih, mereka berhak dan bertanggungjawab menyuarakan aspirasi atau keritik kapan 
saja terhadap para wakil dan pemerintahan lazim disebut gerakan ekstraparloementer. Hal ini 
mengingatkan kenyatan bahwa baik pemerintah maupun wakil rakyat yang mereka pilih bias saja 
membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi mereka. Dalam hal kebijakan yang tidak 
memihak aspirasi rakyat, misalkanan para wakir sering diam saja. Atau malah kongkalikong dengan 
pemerintaha. Untuk itu, masyarakat tetap harus tetap mengawasi mereka dan tidak hanya tunggu saat 
pemilu. Inilah yang juga disebut demokrasi parstipatoris. 
Kebebasan. Unsure kedua dan bahkan lebih mendasar adalah kebebasan yaitu kebebasan berekpresi, 
berkumpul, berserikat, dan media (Koran, radio, TV) kebebasan memungkinkan demokrasi 
berfungsi. Kebebasan memberikan boksigen agar demokrasi bias bernafas kebebasan berekpresi dan 
memungkinkan segala masalah bias diperdebatkan, memungkikan pemerintahdikritik, dan 
memungkikan adanya pilihan-pilihan lain. Kebebasan berkumpul memungkinkan rakyat berkumpul 
untuk melakukan diskusi. Kebebasan berserikat memungkinkan orang-orang untuk bergabung dalam 
suatu partai atau kelompok penekan untuk mewujudkan pandangan atau cita-cita politik mereka. 
Ketiga kebebasanini memungkinkan rakyat mengambil bagian dalam proses demokrasi. 
Media yang bebas ( artinya, media tidak dikembalikan oleh penguasa) membantu rakyat 
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat pilihan mereka sendiri. Tanpa media yang 
bebas dan tanpa kebebasan berekpresi yang lebih luas (melalui percakapan, buku-buku, filem-filem, 
dan bahakan poster-poster dinding), sering kali sulit bagi rakyat untuk mengetahui apa yang 
sesungguhnya sedang terjadi, dan bahkan lebih sulit lagi untuk membuat keputusan yang berbobot 
mengenai apa yanag harus mereka pilih demi mencapai suatu mesyarakat yang mereka inginkan.
Supremasi hukum (daulat hukum). Unsur penting lainnya, yang seringkali dianggap sudah 
semestinya ada di Negara-negara yang tradisi demokrasinya sudah lama, adalahsupremasi 
hukum (rule of law).tidak ada gunanya pemerintah membiarkan semua kebebasan yang disebut di 
atas bertumbuh apabila pemerintah menginjak-injaknya. Pengalaman banyak Negara menunjukan 
banyak pengerintik dijebloskan kedalam penjara, banyak demonstran yang menentang kebijakan 
pemerintah dibubarkan dengan cara kekerasan, dan bahkan banyak di antara mereka ditembak mati 
secara diam-diam oleh agen-agen Negara. 
Pengakuan akan kesamaan warga Negara. Dalam demokrasi, semua warga Negara diandaiakan 
memiliki hak-hak politik yang sama; jumlah suara yang sama, hak pilih yang sama, akses atau 
kesempatan yang sama untuk medapatkan ilmu pengetahuan. Tidak seorang pun mempunyai 
mempunyai pengaruh lebih besar dari orang lain dalam proses pembuatan kebijakan. Kesamaan 
disini juga termasuk kesamaan di depan hokum; dari rakyat jelata sampai pejabat tinggi, semuanya 
sama dihadapan hukum. Berikut penjelasannya: 
Di bidang ekonomi : setiap individu memiliki hak yang sama untuk melakukan usaha ekonomi ( 
berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dan sebagainya) untuk memenuhi dan meningkatkan 
taraf hidup. 
Dibidang budaya budaya : setiap individu mempunyai kesaman dalam mengembangkan seni, 
misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukis, seni musik, seni pahar, seni bangunan (arsitektur), dan 
sebagainya. 
Dalam bidang politik : setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni setiap individu berhak 
secara bebas memiliki, menjadi anggota salah satu partai politikbaru sesuai perundang-undangan 
yang berlaku. Juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan baik dalam lingkup keluarga atau 
masyarakat melalui mekanisme yang disepakati dengan dengan tidak membedakan setatus, 
kedudukan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. 
Dalam bidang hokum : setiap individu memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk 
mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan. 
Di bidang pertahanan dan keamanan : setiap individu mempunya hak dan kewajiban yang sama 
dalam pembelaan Negara 
Pengakuan akan supremasi sipil atau militer. Budaya demokrasi juga mensyaratkan supremasi sipil 
atau militer (sipil mengatur militer). 
Indikator yang telah dijelaskan di atas dapat mengungkapkan bagaimana budaya demokrasi yang 
berkembang di masyarakat petani salak. Jaminan hak asasi manusia serta partisipasi rakyat dalam 
mengolah, memproses dan menjual salak merupakan implementasi bagaimana budaya demokrasi 
berkembang di masyarakat petani salak.
1. Definisi Masyarakat Madani 
Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society pertama kali 
dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis yang identik dengan 
negara. Dalam perkembangannya istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi 
masyarakat yang terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan 
negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi masyarakat. 
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan dari civil society yang pertama kali digulirkan 
oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada acara Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di 
Jakarta. Konsep yang diajukannya hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah 
kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. 
Masyarakat madani (civil society) sering disebut masyarakat warga, masyarakat kewargaan, 
masyarakat sipil, beradab, atau masyarakat berbudaya. Istilah civil societyberasal dari bahasa latin, 
yaitu civitas dei artinya kota Ilahi. Asal kata civil adalahcivilization yang artinya peradaban. Civil 
society secara sederhana dapat diartikan sebagai masyarakat beradab. Masyarakat madani 
didefinisikan sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain 
kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting). 
Kemandirian tinggi terjadi jika berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma atau 
nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. 
Menurut Anwar Ibrahim masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berasaskan kepada 
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. 
Masyarakat madani secara etimologis memiliki dua arti. Pertama, masyarakat kota karena madani 
adalah turunan dari kata dalam bahasa Arab, madinah yang berarti kota.Kedua, masyarakat 
peradaban yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai civility ataucivilization. Istilah masyarakat 
madani yang merupakan terjemahan dari civil society,apabila ditelusuri berasal dari proses sejarah 
masyarakat barat. Akar perkembangannya dapat dirunut mulai Cicero. Cicero adalah seseorang yang 
mulai menggunakan istilahsocietes civilis dalam filsafat politiknya. 
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang pada dasarnya adalah 
masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan masyarakat 
madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara 
yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan kreatif, 
berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal 
Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, 
menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara 
profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi, memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau
silih asah-asih-asuh antara sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita 
Indonesia di masa mendatang dan sebagainya. 
1. Ciri-ciri masyarakat madani 
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut : 
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh 
terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam 
menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada 
publik. 
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga 
muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan 
kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta 
kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan 
demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar 
demokrasi yang meliputi : 
(1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 
(2) Pers yang bebas 
(3) Supremasi hokum 
(4) Perguruan Tinggi 
(5) Partai politik 
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap 
sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat 
serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain. 
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk disertai 
dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari 
Tuhan Yang Maha Kuasa. 
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal antara 
hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa, 
intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki kedewasaan 
dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab. 
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan 
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum 
yang sama tanpa kecuali. 
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia 
diantaranya : 
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata 
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat 
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter 
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja 
yang terbatas 
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar 
2. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi 
Adapun Nurcholis Madjid memberikan beberapa karekteristik bagi masyarakat berperadaban, 
masyarakat madani, atau civil society sebagai berikut. 
 Adanya semangat egalitarianisme. 
 Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan keturunan, kesukuan, atau ras. 
 Keterbukaan 
 Partisipasi seluruh anggota masyarakat. 
 Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan, bukan berdasarkan keturunan. 
Sedangkan Muhammad A.S. Hikam menyebutkan bahwa masyarakat madani memiliki ciri-ciri 
sebagai berikut. 
 Kesukarelaan (voluntary) 
 Keswasembadaan (self generating) 
 Keswadayaan (self supporting) 
 Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara 
 Keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. 
Civil society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi 
mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan 
kelembagaan politik resmi yang di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang
bebas (the free public). Sebagai tempat di mana transaksi komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh 
warga masyarakat. 
Menurut Hidayat Syarief apabila diaktualisasikan dalam masyarakat Indonesia yang berbhinneka 
tunggal ika, masyarakat madani mempunyai karakteristik sebagai berikut. 
 Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasilais, dan 
memiliki cita-cita serta harapan masa depan. 
 Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat. 
 Masyarakat yang menghargai Hak Azasi Manusia (HAM) 
 Masyarakat yang tertib dan sadar hukum dan direfleksikan dari adanya budaya malu apabila 
melanggar hukum. 
 Masyarakat yang memiki kepercayaan diri dan kemandirian. 
 Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana kooperatif dan penuh 
persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal (pluralis). 
Dari beberapa ciri yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut, nampak bahwa bangunan masyarakat 
madani adalah masyarakat yang ideal. Artinya sebuah masyarakat yang memiliki keberdayaan secara 
intelektual, sosial dan spiritual, serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk maju dan mandiri 
tanpa intervensi dari negara dengan senantiasa memegang teguh hukum (aturan). Apakah cirri-ciri ini 
pun muncul dalam masyarakat petani salak di Cineam. Tentu saja ciri-ciri masyarakat madani ini 
telah muncul di kalangan petani salak. Secara intelektual social dan spiritual mereka mampu hidup 
untuk saling menghormati dan menghargai. Kehidupan tradisional serta kuatnya nilai-nilai agama 
khususnya Islam dalam menjalankan kehidupan menjadi pijakan dalam membangun masyarakat 
madani di petani salak atau masyarakat Cineam. 
1. Pemberdayaan Masyarakat Madani 
Secara esensi dibutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara komprehensif agar 
memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai 
hak asasi manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan 
menerapkan strategi pemberdayaan untuk mencapai hasil secara optimal. Dalam hal ini Dawam 
Rahardjo mengemukakan tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi 
pemberdayaan masyarakat madani Indonesia. 
 Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik 
Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat 
yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini, 
pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik sehingga menjadi sumber 
instabilitas politik. Saat ini yang diperlukan adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan,
karena pembangunan membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian, persatuan dan 
kesatuan bangsa lebih diutamakan daripada demokrasi. 
 Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. 
Strategi ini berpandangan bahwa pembangunan demokrasi tidak perlu menunggu rampungnya tahap 
pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang 
pada esensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, 
akan dengan sendirinya timbul civil society yang mampu mengontrol terhadap negara. 
 Strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke 
arah demokratisasi. 
Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dan strategi pertama dan kedua. Dengan 
begitu, strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan 
menengah yang makin luas. 
Ketiga model strategi pemberdayaan civil society (masyarakat madani) tersebut dipertegas 
oleh Hikam bahwa pada era transisi lebih mementingkan prioritas pemberdayaan dengan cara 
memahami target yang paling strategis serta penciptaan pendekatan yang tepat di dalam proses 
tersebut. Untuk keperluan itu, keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas sosial dan keagamaan, 
serta mahasiswa adalah mutlak adanya karena mereka mempunyai kemampuan dan sekaligus tokoh 
utama pemberdayaan tersebut. 
Sedangkan menurut Ryas Rasyid, sebuah masyarakat madani (civil society) haruslah mandiri, tidak 
begitu terntung pada peran pemerintah atau negara. Barangkali, diantara organisasi sosial dan politik 
yang patut dicatat dan meiliki kemandirian cukup tinggi adalah organisasi yang termasuk dalam 
kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) atauNon-Governmental Organization (NGO) yang di 
Indoneisa jumlahnya mencapai ratusan. 
Perubahan paradigma yang berorientasi kepada perwujudan masyarakat madani perlu dilakukan 
sebagai koreksi terhadap kekeliruan yang secara umum berpangkal pada kurangnya konsistensi 
dalam memelihara dan menegakkan prinsip serta semangat yang telah disepakati bersama. Dengan 
demikian, dapat melahirkan ketidakseimbangan antara posisi serta peran pemerintah dan masyarakat 
dalam penyelenggaraan negara juga pembangunan. Ketidakseimbangan posisi serta peran pemerintah 
dan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini. 
 Sistem politik, budaya, dan perilaku politik yang tenggelam dalam kehidupan demokrasi semu. 
 Ditandai dengan matinya oposisi 
 Sikap tabu terhadap perbedaan pendapat
 Tidak terdapat kontrol sosial 
 Pelaksanaan fungsi legislatif yang tidak bermakna 
 Penegakan hukum yang lemah 
Adapun nilai-nilai dasar yang menandai masyarakat madani pada petani salak Cineam, di antaranya 
sebagai berikut. 
1) Ketuhanan 
2) kemerdekaan 
3) hak azasi dan martabat manusia 
4) kebangsaan 
5) demokrasi 
6) kemajemukan 
7) kebersamaan 
8) persatuan dan kesatuan 
9) kesejahteraan bersama 
10) keadilan dan supremasi hukum 
11) keterbukaan 
12) partisipasi 
13) kemitraan 
14) rasional
15) etis 
16) perbedaan 
17) pendapat dan pertanggungjawaban 
18) (akuntabilitas). 
Nilai-nilai masyarakat madani tersebut harus melekat pada setiap individu dan institusi yang 
memiliki komitmen untuk mewujudkannya di wilayah Cineam dan Indonesia. Adapun fungsi dari 
nilai-nilai tersebut di antaranya sebagai berikut. 
 Menjadi pedoman perilaku alam bersikap, berpikir dan bertindak, baik secara individual 
maupun institusional 
Menjadi dasar acuan penyusunan kebijakan dalam membangun Indonesia Baru sebagai landasan 
perjuangan panjang untuk mewujudkan masyarakat madani
BAB 3 
Keterbukaan dan Jaminan Keadilan dalam Berbangsa dan Bernegara 
Keterbukaan merupakan salah satu syarat terbentuknya mesyarakat demokratis. Bahkan, 
keterbukaan merupakan ciri suatu Negara demokratis. Adanya keterbukaan, rakyat akan merasa 
mempunyai dan berperan aktif dalam kehidupan bernegara. Begitu pentingnya keterbukaan 
sehingga semua Negara berupaya menumbuhkan keterbukaan dalam kehidupan bernegara. 
Berikut akan dijelaskan apa yang dimaksud keterbukaan dalam berbangsa dan bernegara. 
1. Pengertian Keterbukaan 
Keterbukaan berasal dari kata dasar “terbuka”. Menurut Kamus BesarBahasa 
Indonesia,terbuka berarti tidak tertutup, tersingkap. Jadi, keterbukaan adalah suatu keadaan yang 
tidak tertutupi, tidak ditutupi, keadaan yang tidak rahasia, sehingga semua pihak mempunyai hak 
untuk mengetahuinya. 
Keterbukaan dimiliki oleh semua pihak, baik keluarga, masyarakat, bangsa maupun Negara. 
Keterbukaan berarti kesadaran untuk menjelaskan suatu hal tanpa rahasia. Dalam kehidupan, 
keterbukaan selalu berhubungan dengan media informasi dan berita. Keterbukaan dalam 
kehidupan berbangsa dan bernegara selalu berhubungan dengan pernyataan dan kebijakan publik. 
Keterbukaan sering diartikan transparan. Oleh karena itu, pemerintahan yang demokratis 
merupakan pemerintahan yang transparan. Keterbukaan dalam berbangsa dan bernegara dapat 
diwujudkan dalam penyelenggaraan Negara. Penyelenggaraan Negara yang terbuka atau 
transparan sangat diperlukan untung meningkatkan partisipasi masyarakat. Masyarakat sudah 
seharusnya mengetahui dan mengerti kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah untuk 
rakyat.Apa kebijakan itu merugikan atau menguntungkan masyarakat? Apa kebijakan itu dapat 
meningkatkan kesejahteraan? Semua hal yang berhak diketahui masyarakat harus dijelaskan 
secara terbuka oleh pemerintah. Oleh karena itu, budaya lama dari pemerintahan yang tertutup 
dan monopoli informasi harus dihilangkan karena akan mengakibatkan terlambatnya 
keterbukaan, terciptanya arogansi pemerintahan, dan terhambatnya pembentukan masyarakat 
demokratis. 
Semua masalah dalam berbangsa dan bernegara hendaknya ditelusuri kembali pada akar 
masalahnya. Semua masalah yang muncul sering disebabkan tidak adanya komunikasi yang sehat 
atau miscommunication. Oleh karena itu, keterbukaan dalam komunikasi menjadi hal penting 
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Keterbukaan harus dilakukan dalam berbagai bidang. Keterbukaan dalam kehidupan 
berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan dalam keterbukaan pemerintahan. 
a. Keterbukaan dalam Pemerintahan yang Baik 
Penyelenggaraan pemerintah yang baik “good governance” adalah istilah yang sangat 
popular dewasa ini baik pada negara-negara maju atau negara-negara berkembang termasuk 
Indonesia. Good governance pada dasarnya adalah pemerintah demokrasi yang transparan. Agar 
dapat terlaksana dengan baik maka good governance perlu pengawasan oleh lembaga perwakilan 
yang legitimed, disamping pengawasan langsung dari masyarakat atau pers dan masyarakat 
sendiri bahkan oleh suatu lembaga independen yang diakui.
Berdasarkan pengertian tersebut, Pemerintahan yang baik bermuara pada dua hal berikut: 
1) Tujuan Nasional, yaitu masyarakat yang maju, sejahtera, adil, dan makmur. 
2) Demikratisasi, yaitu pemerintahan yang transparan, akuntabilitas, efektif, dan efesiensi, serta 
otonomi dalam mencapai tujuan nasional. 
Pemerintahan dikatakan demokratis dan terbuka jika memenuhi unsur: 
1. Pelayanan public yang efesien dan transparan. 
2. Sistem pengadilan yang dapat diandalkan atau kepastian hukum. 
3. Accountable, yaitu pemerintahan yang bertanggung jawab. 
4. Otonomi, yaitu kewenangan daerah untuk mengurus kebijakan sendiri. 
5. Partisipasi dalam pengambilan kebijakan secara demokratis. 
6. Memihak dan melindungi kepentingan masyarakat. 
7. Melaksanakan hak asasi manusia. 
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik maka DPR memiliki peranan penting. Peranan 
pokok Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan yang 
dilakukan oleh pemerintah dan menampung serta menyalurkan aspirasi rakyat. Pemerintah pun 
dalam menyelenggarakan pemerintahaan harus sesuai peraturan. Hal ini berarti kekuasaan 
pemerintah terbatas, pemerintah harus menyelenggarakan yang ditetapkannya, serta penggunaan 
anggaran yang sesuai dengan yang ditetapkan dengan memperlihatkan pengawasan yang 
dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 
Suatu pemerintahan dikatakan transparan apabila di dalam pemerintahan yang dijalankan 
terdapat iklim kehidupan politik yag ditandai beberapa hal berikut ini. 
1) Kebebasan informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diikuti 
perkembangannya oleh masyarakat. 
2) Kebebasan media massa yang memiliki kesempatan luas untu meliput kegiatan pemerintahan, 
kebebasan berserikat dan berkumpul termasuk dalam pengambilan keputusan (berpartisipasi). 
3) Kemerdekaan hukum, yaitu hukum harus ditegakkan dan memberikan kepastian secara adil 
terhadap hak asasi manusia tanpa campur tangan penguasa atau pihak lain. 
4) Manajemen yang terbuka, terutama dalam pengelolaan kekayaan negara (termasuk kekayaan 
pejabat negara) dan keuangan negara harus transparan. 
5) Memberikan kesempatan yang sama bagi warga negara untuk meningkatkan kualitas hidup dan 
meningkatkan kesejahteraan. 
6) Meningkatkan upaya pelayanan publik (mendahulukan kepentingan umum) melalui program-program 
yang memihak kepada rakyat dan pembangunan yang merata. 
7) Akuntabilitas, yaitu hasil-hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. 
b. Keterbukaan Berpartisipasi 
Yang dimaksud partisipasi di sini adalah partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara 
(private citizen) yang bertujuan memengaruhi pengambilan keputusan/kebijakan oleh 
pemerintah. Masyarakat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik, artinya masyarakat 
ikut aktif dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, yang bisa dilakukan secara individu atau 
kolektif, terorganisasi dengan mengartikulasikan kepentingan politiknya melalui organisasi
kemasyarakatan (civil society)atau dengan mengagregasikan kepentingan politik melalui partai-partai 
politik atau langsung melalui lembaga perwakilan. 
Sekarang tingkat partisipasi rakyat melalui partai politik cukup aspiratif dan terbuka 
sehingga tingkat partisipasi politik tinggi, sebagai indikator dikembangkan system multipartai 
yang demokratis dan independen sehingga pelaksanaan pemilu yang berasaskan langsung, 
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam memilih wakil rakyat dan elit politik seperti pemilu 
presiden dan wakil presiden secara langsung benar-benar merupakan partisipasi aktif rakyat 
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berlangsung demokratis. 
c. Keterbukaan Berserikat, Berkumpul, dan Berpendapat 
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan 
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Berdasarkan 
pasal tersebut maka pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat menetapkan perundangan-undangan, 
seperti Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 yang berisi tentang kemerdekaan 
menyampaikan pendapat di muka umum, Undang-Undang No.24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, 
dan Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers. 
Semua undang-undang tersebut memberikan ruang gerak dan keadilan publik dalam 
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Selain itu, rakyat juga diberi kebebasan 
secara langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta adil dalam memberikan pendapat (pilihan ) atau 
dukungan politik untuk meraih kedudukan/kekuasaan atau jabatan-jabatan politik seperti anggota 
Dewan Perwakilan Rakyat. 
Dengan diberlakukan berbagai undang-undang tersebut merupakan bukti jaminan akan peran 
warga Negara dalam berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat secara adil dalam 
kehidupan berbangsa dan bernegara. 
d. Kemerdekaan Pers/ Media Massa 
Kemerdekaan per dimaksudkan supaya tidak ada campur tangan dari pihak luar untuk 
intervensi dalam menentukan standar professional dan kode etik jurnalistik. Kemerdekaan pers 
ini diperlukan agar dalam memberitakan dan memberikan informasi serta pendapat kepada 
pembaca, pendengar dapat akurat, tidak ambigu, adil dan tidak memihak, serta objektif, dan 
komprehensip. 
Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, sistem pers diIndonesia diberi kebebasan 
dalam istilah lain “Kemerdekaan Pres”. Sistem perizinan yang berbe lit dicabut sehingga semua 
orang berhak menerbitkan surat kabar, majalah, tabloid, pemberitaan ilmiah lainnya. 
Sesungguhnya, bagi bangsa Indonesia yang ideal mengenai system pers adalah system pers 
yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan ideology dan culture bangsa sendiri, yaitu 
Pancasila. Berita yang diangkat dan diinformasikan adalah berita yang berdasarkan fakta dan 
benar adanya yang mendidik, memberikan control dan hiburan bagi pembaca sehingga tidak 
menimbulkan keresahan dan pembohongan publik yang simpang siur. 
2. Pengertian Jaminan Keadilan 
Selain keterbukaan atau transparansi dalam penyelenggaraan negara, jaminan keadilan pun 
merupakan hal penting dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Jamilan keadilan ini berkaitan
dengan penghargaan nilai-nilai hak asasi manusia. Oleh karena itu, jaminan keadilan harus ada 
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Keadilan berasal dari kata dasar “adil” yang berarti tidak memihak. Keadilan berarti 
perbuatan tidak memihak dan memperlakukan setiap orang pada kedudukan yang sama. Keadilan 
juga diartikan sebagai tindakan yang tidak sewenang-wenang, tindakan berdasarkan norma dan 
aturan. 
Sebagai sikap atau perbuatan tidak berat sebelah, keadilan dapat dilaksanakan dalam 
kehidupan masyarakat, bernegara, dan kerja sama internasional. Oleh karena itu, keadilan 
menjadi satu keharusan yang diciptakan atau diwujudkan masyarakat di mana pun berada. 
Ada beberapa teori keadilan yang dikemukakan oleh ahli filsafat atau filsuf seperti 
Aristoteles, Plato, dan Thomas Hobbes. 
a. Teori Keadilan menurut Aristoteles 
Kelima jenis keadilan yang dikemukakan Aristoteles adalah sebagai berikut: 
1) Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa yang 
dilakukannya. Contohnya, seseorang yang telah melakukan pelanggaran tetap dihukum sesuai 
pelanggaran yang telah dibuat. 
2) Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang telah 
dibuatnya. Contohnya, pegawai memperoleh yang berbeda berdasarkan masa kerja, golongan 
kepangkatan, jenjang pendidikan, atau tingkat kesulitan kerja. 
3) Keadilan kodrat alam adalah member sesuatu sesuai dengan yang diberikan orang lain kepada 
kita. Contohnya, seseorang yang menjawab salam yang diucapkan orang. 
4) Keadilan konvensional adalah apabila seseorang warga Negara telah menaati segala peraturan 
perundang-undangan yang telah diwajibkan. 
5) Keadilan menurut teori perbaikan adalah apabila seseorang telah berusaha memulihkan nama 
baik orang lain yang telah tercemar. 
b. Teori Keadilan menurut Plato 
Keadilan menurut Plato adalah keadilan moral dan keadilan procedural. 
1) Keadilan moral. Suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral apabila telah mampu 
memberikan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajibannya. 
2) Keadilan procedural. Suatu perbuatan dikatakan adil secara procedural apabila seseorang telah 
mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah diterapkan. 
c. Teori Keadilan menurut Thomas Hobbes 
Menurut Thomas Hobbes, suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah didasarkan 
perjanjian yang disepakati. 
Selain tiga filsuf di atas, Notonegoro juga menambahkan adanya keadilan legalitas atau 
keadilan hukum, yaitu suatu keadaan dikatakan adil jika sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 
Berdasarkan teori di atas, suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah mampu memberikan 
hak-hak atau jaminan keadilan kepada orang lain sebagaimana mestinya. 
Di Indonesia, jaminan keadilan telah tercantum dalam beberapa peraturan sebagai berikut
a. Pancasila 
1) Sila kedua berbunyi “Kemanus iaa n yang adil dan beradab” 
2) Sila kelima berbunyi “Kadila n social bagi seluruh rakyat Indones ia” 
b. Pembukaan UUD 1945 
1) Alenia II yang berbunyi, “… negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan 
makmur”. 
2) Alenia IV yang berbunyi, ” … ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan 
kemerdekaa n, perdamaia n abadi, dan keadila n sosial”. 
Dua landasan jaminan keadilan di atas merupakan landasan utama bagi bangsa Indonesia 
dalam membangun masa depan bangsa sesuai dengan cita-cita proklamasi dan tujuan Negara. 
Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak orang yang belum mendapat keadilan. Bahkan, 
keadilan semakin jarang atau sulit dirasakan oleh golongan masyarakat miskin/rendah. Keadilan 
sering menjadi alat bagi golongan penguasa/kaya untuk bertindak sewenag-wenag atau 
memaksakan kehendak. Untuk itulah, diperlukan upaya peningkatan jaminan keadilan yang 
merata bagi semua golongan. 
B. Pentingnya Keterbukaan dan Jaminan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa 
dan Bernegara 
Masyarakat akan mudah untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat jika ada keterbukaan 
dan jaminan keadilan. Aspirasi dan pendapat ditampung dan diseleksi, lalu dijadikan suatu 
keputusan bersama yang bermanfaat. Semua aspirasi yang telah menjadi keputusan bersama akan 
mempermudah bangsa untuk mencapai keadilan. Aspirasi masyarakat didapat disalurkan melalui 
lembaga perwakilan. Selain itu, jaminan untuk mengeluarkan aspirasi dijamin dalam UUD 1945 
Pasal 28. Pasal 28 ini memuat hasrat bangsa Indonesia untuk mempertahankan persatuan dan 
kesatuan dalam membangun Negara yang berdasarkan demokrasi dan hendak menyelenggarakan 
keadilan. 
Selain dalam Pasal 28, jaminan tentang keadilan juga terkandungdalam pembukaan UUD 
1945 Alenia I yang berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa 
dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan 
perikemanusiaan dan perikeadilan” . 
Adanya dua jaminan tersebut, bangsa Indonesia menentang adanya suatu penjajahan yang 
ingin memecah belah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia melakukan 
perjuangan kemerdekaan untuk menegakkan kemanusiaan dan keadilan social serta 
demokratisasi. 
Untuk menegakkan kemanusiaan, keadilan sosial, serta demokratisasi/ keterbukaan 
diperlukan partisipasi rakyat. Salah satu partisipasi masyarakat diwujudkan dalam pembentukan 
kebijakan public melalui wakil-wakil rakyat. Semua kebijakan publik memerlukan dukungan 
masyarakat agar bisa efektif. Jika masyarakat melalui penentangan terhadap sejumlah kebijakan 
maka hal itu disebabkan oleh kurangnya keterlibatan masyarakat dalam tahap perumusan 
kebijakan. Jika hai itu dibiarkan terus maka makin besar keinginan rakyat untuk selalu 
mengadakan pembaruan. Rakyat yang tidak tahu arahnya akan mudah kehilangan kendali dan
emosional sehingga rakyat cenderung ingin membentuk suatu wadah dengan kebijakan sendiri. 
Akibatnya, timbul konflik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, jika 
keterbukaan dan jaminan keadilan selalu ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka 
akan menghasilkan kebijakan public dan peraturan umum yang mengatur masyarakat dengan 
baik. 
Berdasarkan hal di atas, arti penting dari keterbukaan dan keadilan bagi bangsa adalah 
1. Menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat; 
2. menumbuhkan prakarsa dan partisipasi rakyat dalam pembangunan; 
3. memperkuat kepercayaan rakyat pada pemerintah; 
4. memperkuat dukungan rakyat pada bangsa dan negara; 
5. mempererat hubungan antara rakyat dengan pemerintah; 
6. memperkuat Negara demokrasi; 
7. meningkatkan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa; 
8. memperkuat persatuan dan kesatuan. 
Bentuk sikap yang mencerminkan keterbukaan dan keadilan 
1. Apresiatif terhadap keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu upaya untuk 
memahami, menilai, dan menghargai keterbukaan dalamkehidupan berbangsa dan bernegara, 
seperti : 
a. berusaha mengetahui dan memahami hal yang mendasar atau elementer tentrang 
keterbukaan dan keadilan. 
b. Aktif mencermati kebijakan dalam kehidupan bangsa dan negara. 
c. Berusaha menilai perkembangan keterbukaan dan keadilan 
d. Menghargai tindakan pemerintah atau pihak lain yang konsisten dengan prinsip keterbukaan 
e. Mengajukan keritik terhadap tindakan yang bertentangan dengan prinsip keterbukaan 
f. Menumbuhkan danmempromosikan budaya keterbukaan dan transparansi mulai dari 
keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja. 
2. Berpartisipasi dalam upaya peningkatan jaminan keadilan dari lembaga yang bertugas untuk 
menjamin keadilan dan prilaku positif masyarakat dalam upaya meningkatkan jaminan keadilan, 
seperti : 
a. Mengetahui hal-hal yangnmendasar tentang keadilan 
b. Mencermati fakta ketidakadilan dalam masyarakat dan kebijakan yang berkaitan dengan 
keadilan 
c. Memantau kinerja lembaga yang bertugas memberikan keadilan 
d. Menghargai tindakan berbagai pihak yang memperkuat jaminan keadilan 
e. Mengajukan kritik terhadap tindakan yang tidak adil dan mencari solusi jaminan keadilan 
f. Membiasakan diri bertindak adil dari keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja.
BAB 4 
HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN ORGANISASI INTERNASIONAL 
Manusia sebagai makhluk sosial, baru memiliki arti apabila bekerja sama dengan sesamanya. Manusia 
dalam hidup berbangsa dan negara akan dapat melangsungkan kehidupannya jika mengadakan 
hubungan dengan bangsa lain. Tidak ada satu negara di dunia ini yang dapat hidup sendiri dan tidak 
melibatkan diri dengan negara lain. Karena, pada dasarnya antara negara yang satu dengan negara yang 
lain terdapat hubungan saling ketergantungan. 
Dalam rangka peningkatan kualitas kerja sama internasional, bangsa Indonesia harus mampu 
meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi pro aktif 
dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia Internasional. 
Bangsa Indonesia, dalam membina hubungan dengan negara lain menerapkan politik luar negeri 
yang bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional, serta berlandaskan pada prinsip 
persamaan derajat, serta tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. 
Kesadaran akan prinsip hubungan internasional menegaskan perlunya kerja sama dengan bangsa 
lain. Hal ini juga mempengaruhi sepak terjang bangsa Indonesia dalam masyarakat Internasional, baik 
dalam melaksanakan politik luar negeri maupun keterlibatannya dalam berbagai organisasi 
Internasional. Dengan demikian timbul permasalahan, Bagaimanakah negara Indonesiamembina 
hubungan dengan negara-negara di dunia ? Apa saja yang dilakukan bangsa Indonesia dalam organisasi 
Internasional ? 
4.1 Mendeskripsikan Pengertian, Pentingnya, dan Sarana - sarana Hubungan Inter- nasional bagi Suatu 
Negara 
1. Pengertian Hubungan Internasional 
Hubungan internasional adalah hubungan yang diadakan oleh suatu bangsa atau negara 
yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik 
Luar Negeri RI ( Renstra ), hubungan internasional adalah hubungan antarbangsa dalam segala 
aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negara 
tersebut. 
Hubungan ini di dalam Encyclopedia Americana dilihat sebagai hubungan antarnegara atau 
antarindividu dari negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan politis, budaya, ekonomi 
ataupun hankam. Konsep ini berhubungan erat dengan subjek-subjek, seperti organisasi 
internasional, diplomasi, hukum internasional dan politik internasional. 
Hubungan Internasional dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 disebut dengan 
hubungan luar negeri. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa hubungan luar negeri 
adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh 
pemerintah di tingkat pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan 
usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga 
negara Indonesia.
Pengertian hubungan internasional juga dikemukakan oleh para ahli, antara lain: 
a. Charles A. MC. Clelland 
Hubungan internasional adalah studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi 
interaksi. 
b. Warsito Sunaryo 
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan – 
kesatuan social tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi 
interaksi. Adapun yang dimaksud dengan kesatuan-kesatuan social tertentu, bisa diartikan 
sebagai negara, bangsa maupun organisasi negara sepanjang hubungan bersifat 
internasional. 
c. Tygve Nathiessen 
Hubungan internasional merupakan bagian dari ilmu politik dan karena itu komponen-komponen 
hubungan internasional meliputi politik internasional, organisasi dan 
administrasi internasional dan hukum internasional. 
Konsep hubungan internasional berhubungan erat dengan subjek-subjek internasional, 
seperti organisasi internasional, hukum internasional, politik internasional termasuk diplomasi. 
Jika dilihat dari subyeknya, hubungan internasional dapat berupa: 
a. hubungan individual, yaitu hubungan antarpribadi atau perorangan (interpersonal) antara 
warga negara suatu negara dengan warga negara dari negara lain. Individu-individu 
tersebut saling mengadakan kontak-kontak pribadi sehingga timbul kepentingan timbal 
balik diantara keduanya. 
Misalnya: turis, pelajar, mahasiswa. 
b. hubungan antar kelompok, yaitu hubungan antara kelompok-kelompok tertentu dari suatu 
negara dengan kelompok – kelompok tertentu dari negara lain. Kelompok-kelompok 
tersebut dapat mengadakan hubungan secara periodik, insidental maupun permanen. 
Misalnya hubungan antarlembaga sosial, antarlembaga agama, antarorganisasi sosial 
politik. 
c. hubungan antarnegara, yaitu hubungan antarbadan publik/pemerintah/lembaga negara yang 
dengan negara lainnya dalam pergaulan internasional. Dalam hubungan ini ne gara 
bertindak sebagai institusi. 
Jika dilihat dari sifatnya, hubungan internasional dapat berupa; 
a. hubungan bilateral, yaitu hubungan yang melibatkan dua negara.
b. Hubungan multilateral, yaitu hubungan yang melibatkan banyak negara 
c. Hubungan regional, yaitu hubungan yang dilakukan oleh beberapa negara dalam satu 
kawasan (region) 
d. Hubungan internasional, yaitu hubungan yang melibatkan lebih dari dua negara dan tidak 
terikat pada suatu kawasan. 
2. Asas-asas hubungan internasional 
Dalam hubungan internasional, dikenal beberapa asas yang didasarkan pada daerah dan 
ruang lingkup berlakunya ketentuan hukum bagi daerah dan warga negara masing-masing. 
Ada tiga asas dalam hubungan internasional yang saling mempengaruhi, yaitu: 
a. Asas Teritorial 
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas ini, negara 
melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi 
terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah tersebut berlaku hukum 
asing ( internasional sepenuhnya) 
b. Asas Kebangsaan 
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara terhadap warga negaranya. Menurut asas 
ini, setiap warga negara dimanapun ia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari 
negaranya.Asas ini mempunyai kekuatan extraterritorial, artinya hukum dari negara 
tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun di negara asing. 
c. Asas Kepentingan Umum 
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan 
dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua 
keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi hukum tidak 
tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara. 
3. Pentingnya hubungan internasional bagi Suatu Negara 
Hubungan Internasioal menjadi penting bagi suatu negara, karena di masa sekarang diyakini bahwa 
tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri. Dengan adanya hubungan internasional, 
pencapaian tujuan negara akan lebih mudah dilakukan dan perdamaian dunia lebih mudah 
diciptakan. 
Dengan demikian tak satu bangsa pun di dunia ini dapat membebaskan diri dari keterlibatan dengan 
bangsa dan negara lain. Bagi suatu negara hubungan dan kerjasama internasional sangat 
penting. Menurut Mochtar Kusumaatmadja (1982), hubungan dan kerja sama tersebut timbul 
karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan alam dan 
perkembangan industri yang tidak merata di dunia.
Jadi, ada saling ketergantungan dan membutuhkan antarbangsa. Ketergantungan terjadi dipelbagai 
bidang kehidupan baik perdagangan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial 
maupun olah raga. Disamping itu, hubungan dan kerja sama internasional juga penting untuk : 
a. memelihara dan menciptakan hidup berdampingan secara damai dan adil dengan bangsa 
lain; 
b. mencegah dan menyelesaikan konflik, perselisihan, permusuhan atau persengketaan yang 
mengancam perdamaian dunia sebagai akibat adanya kepentingan nasional yang berbeda 
di antara bangsa dan negara di dunia; 
c. mengembangkan cara penyelesaian masalah secara damai melalui perundingan dan 
diplomasi yang lazim ditempuh negara-negara beradab, cinta damai dan berpegang kepada 
nilai-nilai etik dalam pergaulan antarbangsa; 
d. membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antarbangsa; 
e. membantu bangsa lain yang terancam keberadaannya sebagai akibat pelanggaran atas hak-hak 
kemerdekaan yang dimiliki; 
f. berpartisipasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, 
perdamaian abadi, dan keadilan social; 
g. menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, kelangsungan keberadaan dan 
kehadirannya ditengah bangsa-bangsa lain. 
Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses hubungan internasioanal, baik 
secara bilateral maupun multilateral antara lain adalah kekuatan nasional, jumlah penduduk, 
sumber daya dan letak geografis. 
Suatu negara dapat mengadakan hubungan internasional manakala kemerdekaan nya 
telah diakui oleh negara lain, baik secara de facto, maupun de jure. Perlunya kerjasama dalam 
bentuk hubungan internasional antara lain karena faktor-faktor berikut: 
a. Faktor internal, yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya baik melaui 
kudeta maupun intervensi dari negara lain. 
b. Faktor eksternal, yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri bahwa suatu 
negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerjasama dengan negara lain. 
Ketergantungan tersebut terutama dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, politik, 
hukum sosial budaya dan pertahanan keamanan. 
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong hubungan 
internasional adalah sebagai berikut. 
a. Faktor kodrat manusia sebagai makhluk social yang harus mengadakan kerjasama dengan 
sesama. 
b. Faktor wilayah yang saling berjauhan akan mengakibatkan timbulnya kerja sama regional dan 
internasional
c. Faktor pertumbuhan bangsa dan negara itu sendiri. 
d. Faktor kepentingan nasional yang tidak selamanya dapat dipenuhi di dalam negeri sendiri. 
e. Faktor tanggung jawab sebagai warga dunia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tertib 
serta damai. 
Disamping itu hubungan kerjasama antar negara di dunia diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup 
dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, disamping demi 
terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan dambaan setiap manusia 
dan negara di dunia. 
Kerjasama antarbangsa di dunia didasari atas sikap saling menghormati dan saling menguntungkan. 
Kerja sama internasional antara lain bertujuan untuk : 
a. Memacu pertumbuhan ekonomi seiap negara. 
b. Menciptakan saling pengertian antarbangsa dalam membina dan menegakkan perdamaian 
dunia. 
c. Menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. 
4. Sarana-sarana Hubungan Internasional Bagi Suatu Negara 
a. Politik Luar Negeri 
1) Pengertian Politik Luar Negeri 
Prof. Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politikmengatakan bahwa politik adalah bermacam-macam 
kegiatan dalam sutu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan 
tujuan-tujuan dari sistem dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Luar Negeri adalah daerah, 
tempat atau wilayah yang bukan merupakan bagian dari daerah, tempat, atau wilayah 
sendiri. Dalam pengertian kita sehari-hari, luar negeri diartikan negara-negara lain di luar 
negara Indonesia. 
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan bahwa politik luar negeri adalah 
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses 
menentukan tujuan-tujuan dari sistem dan melaksanakan tujuan-tujuan itu dalam 
mengadakan hubungan dengan negara-negara lain atau dalam pergaulan internasional. 
Atau dengan kata lain politik luar negeri adalah kebijakan yang di tetapkan suatu negara 
untuk mengatur mekanisme hubungan dengan negara lain. 
Dalam Undang-Undang No. 37 tahun 1999 dijelaskan tentang pengertian politik luar 
negeri, yaitu kebijakan, sikap, dan langkah pemerintah Republik Indonesia yang diambil 
dalam melakukan dengan negara lain, organisasi internasional, subyek hukum 
internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna mencapai 
tujuan nasional. 
2) Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia merupakan hasil perkembangan sejarah ketatanegaraan selama 
kurun waktu yang panjang. Pada tahun-tahun pertama berdirinya, 
negara Indonesia menghadapi persoalan yang penting, antara lain usaha konsolidasi bagi 
kelangsungan hidup negara. Ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia datang dari 
pihak Belanda yang ingin kembali menjajah negara Indonesia. Ancaman ini, menyebabkan 
pemerintah Indonesiamerumuskan politik luar negerinya. 
Pada tanggal 2 September 1948, pemerintah Indonesiamengumumkan pendirian politik luar 
negerinya dihadapan badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang antara lain 
berbunyi : “….. tetapi mestikah kita, bangsa Indonesia yang memperjuangkan 
kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih antara pro – Rusia atau pro – 
Amerika ? Apakah tak ada pendirian lain yang harus kita ambil dalam mengejar cita-cita 
kita”. 
Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil adalah pendirian untuk menjadi 
objek dalam pertarungan politik internasional, tetapi harus tetap menjadi subjek yang 
berhak menentukan sikap sendiri dan memperjuangkan tujuan sendiri, 
yaitu Indonesiamerdeka seluruhnya. Keterangan inilah yang kemudian menjadi dasar 
pertimbangan politik luar negeriIndonesia yang bebas dan aktif. 
3) Landasan Politik Luar Negeri Indonesia 
Landasan pelaksanaan politik luar negeri RepublikIndonesia tertuang dalam Undang-Undang 
Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Dalam pasal 2 UU No. 37 Tahun 
1999 dinyatakan bahwa hubungan luar negeri dan politik luar negeri didasarkan pada 
Pancasila, UUD 1945, dan Garis-Garis Besar haluan Negara. 
Dengan demikian Landasan bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah sebagai 
berikut : 
a. Landasan idiil : Pancasila 
b. Landasan Konstitusional : UUD 1945 
c. Landasan operasional : 
- Ketetapan-Ketetapan MPR 
- Kebijakan Presiden berupa Keppres 
- Kebijakan Menlu antara lain peraturan Menlu 
4) Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia 
Politik luar negeri Indonesia antara lain bertujuan sebagai berikut : 
a. Pembentukan satu negara Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara 
kebangsaan yang demokrasi dengan wilayah kekuasaan dari sabang sampai merauke. 
b. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur materialo dan spiritual dalam 
wadah negara kesatuan RI.
c. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara RI dan semua negara di dunia. 
Mengenai tujuan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, Drs. Moh. Hatta 
dalam bukunyaDasar Politik Luar negeri Republik Indonesia,merumuskan sebagai berikut : 
a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara. 
b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar 
kemakmuran rakyat apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan 
sendiri. 
c. Meningkatkan perdamaian internasional karena hanya dalam keadaan 
damai, Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan 
untuk memperbesar kemakmuran rakyat. 
d. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksana cita-cita yang tersimpul 
di dalam Pancasila, dasar, dan filsafat negara kita. 
5) Pedoman Perjuangan Politik Luar NegeriIndonesia 
Pedoman perjuangan politik luar negeri yang bebas aktif berdasarkan pada faktor-faktor 
sebagai berikut : 
a. Dasa Sila Bandung yang mencerminkan solidaritas negara-negara Asia dan Afrika, dan 
perjuangan melawan imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan 
manivestasinya serta mengandung sifat non intervensi (tidak turut campur urusan 
negara lain). 
b. Prinsip bahwa masalah Asia hendaknya dipecahkan oleh bangsa Asia sendiri dengan 
kerja sama regional. 
c. Pemulihan kembali kepercayaan negara-negara/bangsa-bangsa lain terhadap maksud 
dan tujuan revolusi Indonesia dengan cara memperbanyak kawan daripada lawan, 
menjauhkan kontradiksi dengan mencari keserasian yang sesuai dengan falsafah 
Pancasila. 
d. Pelaksanaan dilakukan dengan keluwesan dalam pendekatan dan penanggapan 
sehingga pengarahannya harus dilakukan untuk kepentingan nasional terutama 
kepentingan ekonomi rakyat. 
6) Prinsip-prinsip Pokok Politik Luar NegeriIndonesia 
Berdasarkan Pengumuman pemerintah tanggal 2 September 1948 di hadapan Badan 
Pekerja Komite Nasional Pusat, yang menjadi prinsip-prinsip pokok politik luar negeri RI 
sebagai berikut : 
a. Negara kita menjalankan politik damai. 
b. Negara kita bersahabat dengan segala bangsa atas dasar saling menghargai dengan 
tidak mencampuri soal susunan dan corak pemerintahan negeri masing-masing.
c. Negara kita memperkuat sendi-sendi hokum internasional dan organisasi internasional 
untuk menjamin perdamaian yang kekal. 
d. Negara kita berusaha mempermudah jalannya pertukaran pembayaran internasional. 
e. Negara kita membantu pelaksanaan keadilan social internasional dengan berpedoman 
pada Piagam PBB. 
f. Negara kita dalam lingkungan PBB berusaha menokong perjuangan kemerdekaan 
bangsa-bangsa yang masih dijajah sebab tanpa kemerdekaan, persaudaraan, dan 
perdamaian internasional itu tidak akan tercapai. 
7) Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia 
Dalam rangka menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera, 
negara kita harus tetap melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif. 
a. Bebas, artinya kita bebas menentukan sikap dan pandangan kita terhadap masalah-masalah 
internasional dan terlepas dari ikatan kekuatan-kekuatan raksasa dunia 
yang secara ideologis bertentangan. 
b. Aktif,artinya kita dalam politik luar negeri senantiasa aktif memperjuangkan 
terbinanya perdamaian dunia. 
Perwujudan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, dapat dilihat dari contoh 
sebagai berikiut : 
a. Penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 yang melahirkan semangat 
dan solidaritas negara-negara Asia afrika yang kemudian melahirkan Deklarasi 
Bandung. 
b. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu negara pendiri Gerakan Non Blok tahun 1961 
yang berusaha membantu dunia Internasional untuk meredakan ketegangan perang 
dingin antara Blok barat dan Blok Timur. 
c. Indonesia juga aktif di dalam merintis dan mengembangkan organisasi di kawasan Asia 
Tenggara (ASEAN). 
d. Ikut aktif membantu penyelesaian konflik di Kamboja, perang saudara di Bosnia, 
pertikaian dan konflik antara pemerintahan Filipina dan bangsa Moro, dan lain-lain. 
Dalam pasal 4 UU No 37 Tahun 1999 dinyatakan bahwa politik luar negeri 
dilaksanakan melaluidiplomasi yang kreatif, aktif, antisipatif, tidak sekedar rutin, dan 
reaktif, teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan 
1) Pengertian Diplomasi 
Kata diplomasi berasal dari bahasa yunani dan Latin, yaitu diploma, yang artinya 
piagam atau surat perjanjian. Dalam perkembangannya, diplomasi diartikan kegiatan 
yang menyangkut hubungan antarnegara atau hubungan resmi suatu negara dengan 
negara lain. Segala hal ihwal yang berkenaan dengan diplomasi disebut dengan
diplomatic, sedangkan petugas-petugas yang melaksanakantugas diplomatic atau 
kegiatan disebut diplomat. 
Seorang diplomat mempunyai tiga fungsi dalam mewakilim negaranya, yaitu: 
a) Sebagai lambang; maksudnya diplomat merupakan lambang prestisen nasional di 
luar negeri, sedangkan di lain pihak proses penerimaan diplomat di negara 
penerima merupakan ujian penghargaan negara penerima terhadap negara 
pengirim, misalnya dalam upacara resmi dan upacara kebesaran lainnya. 
b) Sebagai wakil yuridis yang sah menurut hukum dalam hubungan internasional; 
maksudnya diplomat mebuat dan menandatangani perjanjian yang mengikat 
menurut hukum, mengumumkan pernyataan, dan mempunyai wewenang untuk 
meratifikasi dokumen yang telah disahkan oleh negara pengirim 
c) Sebagai perwakilan politik; maksudnya seorang diplomat meneruskan semua 
keinginan negara pengirim sesuai dengan garis yang telah digariskan. 
Seorang diplomat mengemban tugas penting dan sangat menentukan bagai 
Negara yang diwakilinya. Menurut Sir H. Nicolson dalam bukunya Diplomacy, seorang 
diplomat harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu: 
a) Kejujuran ( aruthulness) 
b) Ketelitian (precision) 
c) Ketenangan (calm) 
d) Temperamen yang baik(good temperate) 
e) Kesabaran dan kesederhanaan (patience and medesty) 
f) Kesetiaan (loyalty) 
2) Kegiatan dan Tujuan Diplomasi 
Kegiatan diplomasi dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk yaitu diplomasi 
politik, ekonomi, social dan penerangan serta pertahanan dan keamanan. Kegiatan 
diplomasi meliputi: 
a) menentukan tujuan dengan mempergunakan semua daya dan tenaga untuk 
mencapai tujuan tersebut; 
b) menyesuaikan dari kepentingan bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai 
dengan daya dan tenaga yang ada; 
c) menentukan sesuai dan tidaknya tujuan nasioanal dengan kepentingan bangsa 
atau negara lain; 
d) mempergunakan sarana dan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya;
Kegiatan diplomasi merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan 
antarnegara. Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan diplomasi dapat 
membahayakan perdamaian dan ketertiban dunia. Tujuan diplomasi adalah 
mengusahakan agar pihak-pihak yang mengadakan mendapatkan manfaat yang 
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat masing-masing. 
3) Alat Perlengkapan atau Instrumen Diplomasi 
Alat perlengkapan atau instrument dalam melaksanakan diplomasi ada dua, 
yaitu. 
a) Perwakilan diplomatik 
Perwakilan diplomatik ditugaskan atau ditempatkan di negara lain. Perwakilan 
diplomatik merupakan penyambung lidah di negara yang di wakilinya 
b) Departemen luar negeri 
Departemen luar negeri merupakan unsur pelaksana dari seluruh kegiatan 
politik luar negeri suatu negara. 
b. Peranan Departemen Luar negeri 
Departemen luar negeri biasanya bertempat di ibukota negara. Departemen luar 
negeri merupakan pusat dari seluruh kegiatan politik luar negeri suatu negara. Di 
departemen luar negeri bahan-bahan dari berbagai sumber diolah dan dirumuskan, 
kemudian dinilai. Hasil penilaian ini akan dijadikan pedoman dalam mengambil langkah-langkah 
yang diperlukan. 
1) Kedudukan dan Tugas Pokok Departemen Luar Negeri 
Departemen luar negeri Republik Indonesiadibentuk berdasarkan Keputusan 
Presiden No 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi departemen. 
Departemen luar negeri adalah bagian dari pemerintah negara yang dipimpin oleh 
seorang menteri dan bertanggungjawab langsung kepada presiden.Tugas pokok 
departemen luar negeri adalah menyelenggarakan sebagian tugas umum 
pemerintahan dan pembangunan di bidang politik dan hubungan luar negeri. 
2) Tugas Umum dan Peranan Departemen Luar Negeri 
Tugas umum departemen luar negeri antara lain sebagai berikut. 
a) Menjaga agar pelaksanaan politik luar negeriIndonesia tidak menyimpang dari 
peraturan pemerintah dan tetap berpedoman kepada kepentingan nasional; 
b) Menjaga nama baik, kedaulatan dan martabat Republik Indonesia di mata 
internasional 
Departemen luar negeri Republik Indonesiajuga mempunyai tugas-tugas khusus 
yang biasanya dijalankan oleh lembaga-lembaga di bawah departemen luar negeri, 
antara lain, yaitu:
a) Merumuskan kebijakan teknis, memberikan bimbingan dan pembinaan serta 
perijinan di bidang politik dan hubungan luar negeri sesuai dengan kebijakan 
menteri luar negeri. Tugas ini dibebankan kepada Dirjen Politik Departemen 
Luar Negeri; 
b) Mengadakan pengamanan, penerangan dan pembinaan masyarakat Indonesia di 
luar negeri. Tugas ini dilaksanakan oleh Dirjen Hubungan Sosial Budaya dan 
Penerangan Luar Negeri; 
c) Merumuskan kebijakan teknis, memberikan bimbingan, pembinaan dan perijinan 
di bidang protocol, konsuler dan fasilitas diplomatic. Tugas ini dilaksanakan oleh 
Direktorat Jenderal Protokoler dan konsuler. 
Banyaknya tugas yang harus dilaksanakan oleh departemen luar negeri 
menyebabkan departemen ini memiliki peranan penting. Fungsi dan peranan 
departemen luar negeri Indonesiadalam mengadakan hubungan dengan negara-negara 
lain, antara lain, yaitu: 
a) Membawakan aspirasi nasional ke tengah-tengah pergaulan antarnegara serta 
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunanyang meliputi bidang 
politik dan hubungan luar negeri; 
b) Membantu presiden dan melaksanakan politik luar negeri Republik Indonesia yang 
bebas dan aktif dengan berorientasi pada kepentingan nasional; 
c) Melaksanakan dan membina hubungan dengan negara-negara lain, baik hubungan 
yang bersifat politis maupun non politis; 
d) Mengolah, merumuskan, menilai data-data dan bahan-bahan dari berbagai 
sumber, kemudian menentukan langkah-langkah yang diperlukan;serta 
e) Bertanggungjawab atas tugas pengawasan terhadap perwakilan diplomatic dan 
konsuler. 
Dalam melaksanakan tugas diplomatiknya, departemen luar negeri harus 
diberitahu tentang: 
a) Pengangkatan anggota-anggota misi, kedatangan, pemberangkatan dan 
berakhirnya tugas misi tersebut; 
b) Kedatangan dan pemberangkatan orang-orang yang termasuk anggota misi atau 
anggota keluarga serta berakhirnya tugas atau keberadaan mereka; 
c) Kedatangan dan pemberangkatan para pembantu yang diperbantukan kepada 
pejabat diplomatic; 
d) Penempatan warga negara penerima sebagai anggota misi atau sebagai pembantu 
pribadi yang mempunyai hak istimewa atau hak kekebalan.
4.1 Menjelaskan Tahap - Tahap Perjanjian Internasional 
1. Pengertian Perjanjian Internasional 
Secara umum perjanjian internasional dapat diartikan sebagai suatu persetujuan yang 
dinyatakan secara formal antara dua atau lebih negara mengenai penetapan, penentuan, atau 
syarat timbal balik tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak. 
Dalam perjanjian internasional, pihak-pihak dinyatakan secara sukarela dan didasarkan 
pada persamaan kedudukan, serta kepentingan bersama, baik di masa damai maupun perang. 
Pada umumnya perjanjian ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian karena 
adanya adagium “Pacta Sunt Servanda” (persetujuan antarnegara harus ditaati. 
Pengertian perjanjian internasional juga dikemukakan oleh beberapa tokoh atau ahli, 
antara lain: 
a. Oppenheimer - Lauterpacht 
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan 
kewajiban di antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. 
b. G. Schwarzenberger 
Perjanian internasional sebagai suatu persetujuan antara obyek-obyek hukum 
internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum 
internasional, dapat berbentuk bilateral maupun multilateral. Subyek-subyek hukum 
dalam hal ini selain lembaga-lembaga internasional juga negara-negara. 
a. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M. 
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat 
bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu. 
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, yang termasuk perjanjian internasional antara lain: 
1) Perjanjian anta Negara-negara; 
2) Perjanjian antara Negara dengan organisasi internasional, misalnya antara Negara 
Amerika dengan PBB mengenai status hukum tempat kedudukan tetap PBB di New 
York; 
3) Perjanjian aantara organisasi internasional dengan organisasi internasional lainnya; 
b. Konferensi Wina 1969 
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih, yang 
bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu. Tegasnya perjanjian 
internasional mengatur perjanjian antar negara saja selaku subyek hukum internasional 
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
Perjanjian internasional yaitu perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur 
dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan 
kewajiban di bidang hukum publik. 
2. Penggolongan Perjanjian Internasional 
a. Penggolongan Menurut Subyeknya 
1) Perjanjian antarnegara, misalnya antara negaraIndonesia dengan negara Malaysia 
2) Perjanjian antarnegara dengan subyek hukum internasional lainnya, misalnya antara 
negaraIndonesia dengan ASEAN 
3) Perjanjian antara sesame subyek hukum internasional lain selain negara, misalnya antara 
ASEAN dengan MEE 
b. Penggolongan Menurut Isinya 
Perjanjian internasional dapat mencakup berbagai bidang sebagai berikut. 
1) Politis, misalnya pakta pertahanan, pakta perdamaian; 
2) Ekonomi, misalnya bantuan ekonomi, bantuan keuangan dan perjanjian perdagangan 
3) Hukum, misalnya perjanjian ekstradisi; 
4) Batas wilayah, misalnya batas ZEE, landas kontinen; 
5) Kesehata, misalnya karantina dan Sars 
c. Penggolongan Menurut Fungsinya 
1) Perjanjian yang membentuk hukum (law making treaties) yaitu suatu perjanjian yang 
meletakkan kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara keseluruhan. 
Perjanjian ini bersifat multilateral dan terbuka bagi pihak ketiga. 
Contoh: Konvensi Wina Tahun 1958 tentang hubungan diplomatik 
2) Perjanjian yang bersifat khusus (treaty contract), yaitu perjanjian yang menimbulkan hak 
dan kewajiban bagi pihk-pihak yang mengadakan perjanjian saja. Biasanya bersifat 
bilateral. 
Contoh: Perjanjian republik Indonesia dengan RRC mengenai dwikewarganegaraan 
d. Penggolongan Menurut Jumlah Pihak Pihak yang Mengadakan Perjanjian 
1) Perjanjian Bilateral, yaitu perjanjian yang dilakukan oleh dua negara 
2) Perjanjian Multilateral, yaitu perjanjian yang dilakukan oleh lebih dua negara/ banyak 
negara. 
e. Penggolongan Menurut Bentuknya
1) Perjanjian antar kepala negara (head of state form) 
2) Perjanjian antar pemerintah (intergovernmental form) 
3) Perjanjian antar menteri (interdepartemental form) 
f. Penggolongan Menurut Proses/ Tahapan Pembentukannya 
1) Perjanjian yang bersifat penting yang dibuat melalui tiga tahap,yaitu proses 
perundingan, penandatanganan. dan ratifikasi. 
2) Perjanjian yang bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu perundingan 
dan penandatanganan.Biasanya digunakan kata persetujuan atau agreement. 
3. Tahap-tahap (Proses) Pembuatan Perjanjian Internasional 
Proses pembuatan perjanjian internasional biasanya diatur oleh konstitusi/ undang-undang dasar atau 
hukum kebiasaan masing-masing negara. Oleh karena itu dengan sendirinya tidak ada 
keseragaman antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Berdasarkan praktek dari 
berbagai negara terdapat dua macam proses pembuatan perjanjian internasional, yaitu 
a. Proses yang melaui dua tahap 
1) Perundingan (negotiation) 
2) Penandatanganan (signature) 
b. Proses yang melalui tiga tahap 
1) Perundingan (negotiation) 
2) Penandatanganan (signature) 
3) Pengesahan (ratification) 
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 pasal 6, pembuatan 
perjanjian internasional dilaksanakan melalui tahap-tahap : 
a. Penjajakan 
b. Perundingan 
c. Perumusan naskah 
d. Penerimaan 
e. Penandatanganan 
Dalam Konvensi Wina tahun 1969, tentang Hukum Perjanjian Internasional disebutkan 
bahwa dalam pembuatan perjanjian internasional baik bilateral maupun multilateral dapat 
dilakukan melakukan tahap-tahap: 
a. Perundingan (negotiation)
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA
BUDAYA POLITIK INDONESIA

More Related Content

What's hot

Budaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaBudaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaMuhamad Yogi
 
1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik
1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik
1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya PolitikSugeng Sulistiyawan
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politikMuhammad Agung
 
PKN - Budaya politik di indonesia
PKN - Budaya politik di indonesiaPKN - Budaya politik di indonesia
PKN - Budaya politik di indonesiaMuhammad Maulana
 
Pkn budaya politik
Pkn budaya politikPkn budaya politik
Pkn budaya politikwah yuni
 
Potret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik MasyarakatPotret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik MasyarakatDhimas Ilya'sa
 
Budaya politik partisipan
Budaya politik partisipanBudaya politik partisipan
Budaya politik partisipanpandji57
 
Tipe Budaya Politik di Indonesia
Tipe Budaya Politik di IndonesiaTipe Budaya Politik di Indonesia
Tipe Budaya Politik di IndonesiaLinda Dwi A II
 
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3Ega Saputra
 
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesiapentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesiaRakha Al
 

What's hot (19)

Budaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaBudaya Politik Indonesia
Budaya Politik Indonesia
 
Budaya politik indonesia
Budaya politik indonesiaBudaya politik indonesia
Budaya politik indonesia
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
PKN Budaya Politik
PKN Budaya PolitikPKN Budaya Politik
PKN Budaya Politik
 
1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik
1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik
1.1 Menjelaskan Pengertian Budaya Politik
 
Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
 
Budaya Politik
Budaya PolitikBudaya Politik
Budaya Politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
PKN - Budaya politik di indonesia
PKN - Budaya politik di indonesiaPKN - Budaya politik di indonesia
PKN - Budaya politik di indonesia
 
Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
 
Hakikat Budaya Politik
Hakikat Budaya PolitikHakikat Budaya Politik
Hakikat Budaya Politik
 
Pkn budaya politik
Pkn budaya politikPkn budaya politik
Pkn budaya politik
 
Potret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik MasyarakatPotret Budaya Politik Masyarakat
Potret Budaya Politik Masyarakat
 
Budaya politik-utk-print
Budaya politik-utk-printBudaya politik-utk-print
Budaya politik-utk-print
 
Budaya politik partisipan
Budaya politik partisipanBudaya politik partisipan
Budaya politik partisipan
 
Tipe Budaya Politik di Indonesia
Tipe Budaya Politik di IndonesiaTipe Budaya Politik di Indonesia
Tipe Budaya Politik di Indonesia
 
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
Sosialisasi Budaya Politik dan Partai Politik di Indonesia kwn group 3
 
Tipe budaya politik
Tipe budaya politikTipe budaya politik
Tipe budaya politik
 
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesiapentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
pentingnya sosial perkembangan budaya politik indonesia
 

Viewers also liked

Bab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di indBab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di inddeasyfitria
 
USWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bola
USWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bolaUSWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bola
USWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bolaElisa Sari
 
Luas permukaan bola, uswati p pt. benar
Luas permukaan bola, uswati p pt. benarLuas permukaan bola, uswati p pt. benar
Luas permukaan bola, uswati p pt. benaruswati140896
 
Bab vi-sistem-politik-di-indonesia
Bab vi-sistem-politik-di-indonesiaBab vi-sistem-politik-di-indonesia
Bab vi-sistem-politik-di-indonesiaD1345
 
kebudayaan dongson
kebudayaan dongsonkebudayaan dongson
kebudayaan dongsonShoanna94
 
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialstrategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialAey Doank
 
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartikaKelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartikaw0nd0
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaSistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiajul_karnaini
 
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02Mulya Yanto
 
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusPatofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusA Adriyani Akbar
 
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumiDwi Miftakhul
 
04 senibudayajadi
04 senibudayajadi04 senibudayajadi
04 senibudayajadiZend0els
 
Kimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-iKimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-iRinii Alfiiah
 

Viewers also liked (20)

Bab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di indBab i budaya pol di ind
Bab i budaya pol di ind
 
USWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bola
USWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bolaUSWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bola
USWAKTI KHOIRIAH-Luas permukaan bola
 
Luas permukaan bola, uswati p pt. benar
Luas permukaan bola, uswati p pt. benarLuas permukaan bola, uswati p pt. benar
Luas permukaan bola, uswati p pt. benar
 
Bab vi-sistem-politik-di-indonesia
Bab vi-sistem-politik-di-indonesiaBab vi-sistem-politik-di-indonesia
Bab vi-sistem-politik-di-indonesia
 
kebudayaan dongson
kebudayaan dongsonkebudayaan dongson
kebudayaan dongson
 
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialstrategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
 
Kanibalisme suku asmat
Kanibalisme suku asmatKanibalisme suku asmat
Kanibalisme suku asmat
 
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartikaKelas iv sd pkn_ressi kartika
Kelas iv sd pkn_ressi kartika
 
Kimia Unsur: Halogen
Kimia Unsur: HalogenKimia Unsur: Halogen
Kimia Unsur: Halogen
 
06d bab ii program s2 1
06d bab ii program s2 106d bab ii program s2 1
06d bab ii program s2 1
 
Sistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusiaSistem peredaran darah manusia
Sistem peredaran darah manusia
 
Perkembangan Provinsi di Indonesia
Perkembangan Provinsi di IndonesiaPerkembangan Provinsi di Indonesia
Perkembangan Provinsi di Indonesia
 
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
Rangkumanmateriipakelas6sd 110124235201-phpapp01-140320063351-phpapp02
 
Pementasan drama
Pementasan dramaPementasan drama
Pementasan drama
 
Rang kuman pkn
Rang kuman pknRang kuman pkn
Rang kuman pkn
 
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusPatofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
 
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
7 hidrokarbon-dan-minyak-bumi
 
04 senibudayajadi
04 senibudayajadi04 senibudayajadi
04 senibudayajadi
 
Batimetri
BatimetriBatimetri
Batimetri
 
Kimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-iKimia organik-fisis-i
Kimia organik-fisis-i
 

Similar to BUDAYA POLITIK INDONESIA (20)

Pendidikan kewarganegaraan kelas xi
Pendidikan kewarganegaraan kelas xiPendidikan kewarganegaraan kelas xi
Pendidikan kewarganegaraan kelas xi
 
Budaya pPolitik
Budaya pPolitikBudaya pPolitik
Budaya pPolitik
 
Budaya Politik.pptx
Budaya Politik.pptxBudaya Politik.pptx
Budaya Politik.pptx
 
Bab 9. budaya politik
Bab 9. budaya politikBab 9. budaya politik
Bab 9. budaya politik
 
Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1Materi pkn smk kelas xi semester 1
Materi pkn smk kelas xi semester 1
 
Modul p kn kelas xi
Modul p kn kelas xiModul p kn kelas xi
Modul p kn kelas xi
 
Politik
PolitikPolitik
Politik
 
Budaya
BudayaBudaya
Budaya
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
8.Bab II Materi
8.Bab II Materi8.Bab II Materi
8.Bab II Materi
 
Budaya politik
Budaya politikBudaya politik
Budaya politik
 
Makalah budaya politik
Makalah budaya politikMakalah budaya politik
Makalah budaya politik
 
Tm 08 budaya politik
Tm 08 budaya politikTm 08 budaya politik
Tm 08 budaya politik
 
Pkn bab 1 fi xedited
Pkn bab 1 fi xeditedPkn bab 1 fi xedited
Pkn bab 1 fi xedited
 
Budaya Politik dan sosialisasi politik.ppt
Budaya Politik dan sosialisasi politik.pptBudaya Politik dan sosialisasi politik.ppt
Budaya Politik dan sosialisasi politik.ppt
 

More from fhnx

Video editing@
Video editing@Video editing@
Video editing@fhnx
 
Cara instalasi adobe premier pro 1
Cara instalasi adobe premier pro 1Cara instalasi adobe premier pro 1
Cara instalasi adobe premier pro 1fhnx
 
Webpage maker part 1
Webpage maker part 1Webpage maker part 1
Webpage maker part 1fhnx
 
Front page part 3
Front page part 3Front page part 3
Front page part 3fhnx
 
Front page part 2
Front page part 2Front page part 2
Front page part 2fhnx
 
Front page part 1
Front page part 1Front page part 1
Front page part 1fhnx
 
Html dasar
Html dasarHtml dasar
Html dasarfhnx
 
Pengenalan pascal
Pengenalan pascalPengenalan pascal
Pengenalan pascalfhnx
 
Smst 2
Smst 2Smst 2
Smst 2fhnx
 
Mulok kls 1 smt 1
Mulok kls 1 smt 1Mulok kls 1 smt 1
Mulok kls 1 smt 1fhnx
 
Materi p kn kelas xii
Materi p kn kelas xiiMateri p kn kelas xii
Materi p kn kelas xiifhnx
 
Pkn kelas 10
Pkn kelas 10Pkn kelas 10
Pkn kelas 10fhnx
 
Pkn kelas 10
Pkn kelas 10Pkn kelas 10
Pkn kelas 10fhnx
 
Buku x bab 5
Buku x bab 5Buku x bab 5
Buku x bab 5fhnx
 
Buku x bab 4
Buku x bab 4Buku x bab 4
Buku x bab 4fhnx
 
Buku x bab 3
Buku x bab 3Buku x bab 3
Buku x bab 3fhnx
 
Buku x bab 1
Buku x bab 1Buku x bab 1
Buku x bab 1fhnx
 
Buku x bab 2
Buku x bab 2Buku x bab 2
Buku x bab 2fhnx
 
Kelas 2 s2
Kelas 2 s2Kelas 2 s2
Kelas 2 s2fhnx
 
Kelas 2
Kelas 2Kelas 2
Kelas 2fhnx
 

More from fhnx (20)

Video editing@
Video editing@Video editing@
Video editing@
 
Cara instalasi adobe premier pro 1
Cara instalasi adobe premier pro 1Cara instalasi adobe premier pro 1
Cara instalasi adobe premier pro 1
 
Webpage maker part 1
Webpage maker part 1Webpage maker part 1
Webpage maker part 1
 
Front page part 3
Front page part 3Front page part 3
Front page part 3
 
Front page part 2
Front page part 2Front page part 2
Front page part 2
 
Front page part 1
Front page part 1Front page part 1
Front page part 1
 
Html dasar
Html dasarHtml dasar
Html dasar
 
Pengenalan pascal
Pengenalan pascalPengenalan pascal
Pengenalan pascal
 
Smst 2
Smst 2Smst 2
Smst 2
 
Mulok kls 1 smt 1
Mulok kls 1 smt 1Mulok kls 1 smt 1
Mulok kls 1 smt 1
 
Materi p kn kelas xii
Materi p kn kelas xiiMateri p kn kelas xii
Materi p kn kelas xii
 
Pkn kelas 10
Pkn kelas 10Pkn kelas 10
Pkn kelas 10
 
Pkn kelas 10
Pkn kelas 10Pkn kelas 10
Pkn kelas 10
 
Buku x bab 5
Buku x bab 5Buku x bab 5
Buku x bab 5
 
Buku x bab 4
Buku x bab 4Buku x bab 4
Buku x bab 4
 
Buku x bab 3
Buku x bab 3Buku x bab 3
Buku x bab 3
 
Buku x bab 1
Buku x bab 1Buku x bab 1
Buku x bab 1
 
Buku x bab 2
Buku x bab 2Buku x bab 2
Buku x bab 2
 
Kelas 2 s2
Kelas 2 s2Kelas 2 s2
Kelas 2 s2
 
Kelas 2
Kelas 2Kelas 2
Kelas 2
 

BUDAYA POLITIK INDONESIA

  • 1. BAB 1 A. Pengertian Budaya Politik Budaya politik adalah orientasi masyarakat terhadap suatu sistem politik. Dalam setiap masyarakat, terdapat budaya politik yang menggambarkan pandangan mereka mengenai proses politik yang berlangsung di lingkungannya sendiri. Tingkat kesadaran dan partisipasi mereka biasanya menjadi hal penting untuk mengukur kemajuan budaya politik yang berkembang. Perbedaan pandangan masyarakat dalam menyikapi masalah politik dalam hubungannya dengan pemerintah merupakan bagian kajian tentang budaya politik suatu masyarakat. Gejala budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia sebagai contoh adalah sejak reformasi tahun 1998. kesadaran politik masyarakat Indonesia meningkat cukup tajam. Berbagai hal yang sebelumnya dianggap tabu atau aneh kini menjadi hal yang sangat biasa. Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa, buruh, atau masyarakat sipil. Pada masa kepemimpinan Soeharto atau era Orde Baru, demonstrasi tidak diperbolehkan karena dianggap mengganggu stabilitas keamanan. Tetapi saat ini, demonstrasi tidak dilarang karena merupakan hak rakyat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemimpin. Menurut Almond dan Verba, budaya politik yang sering disebut pula kebudayaan politik merupakan dimensi psikologis (bukan lagi sebuah sistem normatif yang ada di luar masyarakat) dari sistem politik. “Budaya politik merupakan kultur politik yang berkembang dan dipraktikan oleh suatu masyarakat tertentu.” PENGERTIAN BUDAYA POLITIK : 1. Samuel Beer, budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaiman pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah. 2. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dengan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.
  • 2. 3. Rusdi Sumintapura, budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan plitik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. 4. Mochtar Masud dan Colin McAndrews, budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya. 5. Larry Diamond, budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negara mereka dan peran masing-masing individu dalam sistem itu. Perbedaan budaya politik (tingkat kesadaran dan partisipasi politik) masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan: - Masyarakat pedesaan : Tergantung pada pilihan politik pemimpinnya, baik pemimpin adat, suku, maupun agama. - Masyarakat perkotaan : Tidak bergantung pada pilihan orang lain. Budaya politik diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yng memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Secara umum, budaya politik terbagi atas: 1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, pasif); 2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi); dan 3. Budaya politik partisipatif (aktif). Faktor-faktor yang mempengaruhi model kebudayaan politik yang berkembang dalam masyarakat: 1. Tingkat pendidikan warga negara (faktor kunci) 2. Tingkat ekonomi (semakin sejahtera rakyat maka semakin tinggi partisipasi politiknya). 3. Reformasi politik/political will (semangat merevisi dan mengadopsi sistem politik sistem politik yang lebih baik). 4. Supremasi hukum (adanya penegakan hukum yang adil, independen, dan bebas). 5. Media komunikasi yang independen (berfungsi sebagai kontrol sosial, bebas, dan mandiri).
  • 3. Budaya politik lebih merupakan sifat atau karakter berpolitik yang berkembang dalam masyarakat dengan seperangkat objek dan proses sosial yang bersifat khusus. Almond dan Verba membagi orientasi politik menjadi 3 bagian: 1. Orientasi kognitif, merupakan pengetahuan masyarakat tentang sistem politik, peran, dan segala kewajibannya. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. 2. Orientasi afektif, merupakan perasaan masyarakat terhadap sistem politik dan perannya, serta para aktor dan penampilannya. Perasaan masyarakat ini bisa saja merupakan perasaan untuk menolak atau menerima sistem politik atau kebijakan yang dibuat. 3. Orientasi evaluatif, merupakan keputusan dan pendapat masyarakat tentang objek-objek politik yang secara tipikal melibatkan nilai moral yang ada dalam masyarakat dengan kriteria informasi dan perasaan yang mereka miliki. Almond dan Verba mengidentifikasi tiga objek yang dituju dalam orientasi politik. 1. Peran atau struktur dari sebuah institusi politik. 2. Para pemegang jabatan atau aktor dari sebuah institusi negara seperti pemimpin monarki, legislator dan administrator. (Aktor/orangnya) 3. Kebijakan, keputusan, dan penguatan keputusan yang dibuat oleh para aktor di dalam negara. (Produk) B. Tipe-Tipe Budaya Politik AS dan Inggris adalah negara yang paling mendekati model kebudayaan kewarganegaraan. AS cenderung peserta aktif dan khawatir terhadap pemerintahan yang kuat. Sedangkan di Inggris cenderung pada penghargaan terhadap subjek dan mendorong perkembangan yang kuat dan efektif serta struktur administrasi yang efektif dan bebas akibat mapannya orientasi penghargaan dan orientasi subjek. Dimensi-dimensi yang menjadi ukuran dalam menentukan budaya politik suatu masyarakat. 1. Tingkat pengetahuan umum masyarakat mengenai sistem politik negaranya, seperti pengetahuan tentang sejarah, letak geografis, dan konstitusi negara. 2. Pemahaman masyarakat mengenai struktur dan peran pemerintah dalam membuat kebijakan. 3. Pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang meliputi masukan opini dari masyarakat dan media massa kepada pemerintah. 4. Sejauh mana pertisipasi masyarakat dalam berpolitik dan bernegara, serta sejauh mana pemahamannya mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Tiga tipe kebudayaan menurut Almond dan Verba:
  • 4. 1. Budaya politik parokial. Memiliki ciri: - Frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali. - Tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus. - Peran-peran pemimpin masyarakatnya sangat berperan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan religius. - Partisipasi masyarakat sangat bergantung pada pemimpinnya - Dianut oleh masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman Indonesia. 2. Budaya politik subjek. Memiliki ciri: - Frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. - Pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. - Masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem politik. 3. Budaya politik partisipan. Memiliki cirri: - Anggota masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. - Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan. - Berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. - Masyarakat sudah ikut terlibat dalam sistem politik pemerintahan. C. Tipe-Tipe Budaya Politik Yang Berkembang di Indonesia Berikut adalah pembagian tipe-tipe politik yang lebih didasarkan pada gaya berplitik yang berkembang di Indonesia. 1. Budaya politik tradisional Budaya politik tradisional merupakan budaya politik yang memprioritaskan satu budaya dari etnis tertentu. Sebagai contoh, ketika Soeharto memimpin negeri kita selama lebih dari 3 dekade, masyarakat etnis Jawa cukup mendominasi pusat-pusat kekuasaan penting, seperti kekuasaan yang ada dalam tubuh ABRI (TNI). 2. Budaya politik Islam Budaya politik Islam adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada keyakinan dan nilai agama Islam. Biasanya kelompok santri mempelopori budaya politik ini.
  • 5. 3. Budaya politik modern Budaya politik modern adalah budaya politik yang lebih bersifat netral tanpa mendasarkan pada budaya atau agama tertentu. Budaya politik ini dikembangkan pada masa pemerintahan Orde Baru yang bertujuan untuk stabilitas keamanan dan kemajuan. Harold Laswell mengemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan ciri-ciri masyarakat yang demokratis. 1. Open ego (sifat keakuan yang terbuka). Artinya, tingkah laku yang terbuka terhadap keberadaan orang lain. 2. Kapasitas untuk membentuk sejumlah nilai dengan orang lain. 3. Lebih berprientasi pada nilai-nilai yang beragam. 4. Percaya dan yakin terhadap lingkungan sosialnya. 5. Relatif lebih memiliki kebebasan daripada rasa cemas. D. Pembagian Tipe Budaya Politik Menurut Geertz Tiga budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia menurut Geertz: 1. Budaya politik abangan Budaya politik masyarakat yang menekankan aspek-aspek animisme atau kepercayaan terhadap adanya roh halus yang mempengaruhi hidup manusia. Ciri khasnya adalah diadakan upacara selamatan untuk mengusir roh halus. 2. Budaya politik santri Budaya politik masyarakat yang menekankan pada aspek-aspek keagamaan, khususnya Islam. 3. Budaya politik priyayi Budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi. Priayi adalah masyarakat kelas atas atau kelompok masyarakat aristokrat dan bekerja sebagai birokrat (pegawai pemerintah). Yang dulunya berafiliasi (berhubungan, berpautan) dengan partai PNI, kini berinfiliasi pada partai golkar. Afan Gaffar, budaya politik indonesia memiliki 3 ciri dominan : 1. Hirarki yang tegar/ketat : adanya pemilahan tegas antar penguasa (wong Gedhe) dengan
  • 6. Rakyat kebanyakan ( wong cilik). 2. Kecendrungan Patronage ( hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa) seperti majikan majikan dengan buruh. 3. Kecendrungan Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. E. Perkembangan Tipe Budaya Politik Sejalan Dengan Perkembangan Sistem Politik yang Berlaku Pada negara-negara demokratis umumnya, partisipasi politik warga negaranya dapat mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan. Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, “Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.” Menurut Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Peran dan political will elit yang berkuasa sangat mempengaruhi perluasan dan pembatasan, sedangkan elit politik yang tidak berkuasa cenderung meluaskan partisipasi politik dan mengubah serta mengembangkannya ke bentuk partisipasi yang baru. Setiap insan politik harus dapat menunjukan partisipannya dalam kegiatan yang berkaitan dengan hak warga negara, yang bertujuan untuk ikut mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Berikut adalah kegiatan-kegiatan waraga negara dalam bentuk partisipasi politik. 1. Terbentuknya organisasi-organisasi politik dan organisasi masyarakat. 2. Lahirnya kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok penekan, dan LSM. 3. Pelaksanaan pemilu berupa berkampanye, menjadi pemilih aktif atau menjadi anggota parlemen. 4. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem input dan output kepada pemerintah.
  • 7. F. Pentingnya Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik Menurut Almond dan Verba, budaya politik demokratis merupakan gabungan dari budaya politik partisipan, subjek, dan paroikal. Menurut Samuel P. Huntington, modernisasi budaya politik ditandai oleh tiga hal yaitu sebagai berikut. 1. Sikap politik yang rasional dan otonom di dalam masyarakat. (Tidak memilih satu pilihan politik berdasarkan pemimpinnya) 2. Diferensiasi struktur. (Sudah ada spesifikasi atau tugas yang harus dilakukan) 3. Perluasan peran serta politik di dalam masyarakat. G. Peran Serta Politik Partisipan Budaya politik demokratis adalah budaya politik yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Dalam peran serta politik partisipan, masyarakat diarahkan untuk berperan aktif dalam proses politik yang berlangsung di lingkungannya. Tipe-tipe partisipan adalah sebagai berikut. 1. Partisipan terbuka : para responden yang tidak acuh terhadap perkawinan antarpartai dan menjelaskan dirinya sendiri secara emosional dalam pemilihan. 2. Partisipan apatis : para responden yang memilih salah satu partai besar dan menyatakan ketidakacuhannya terhadap perkawinan antarpartai serta mengingkari perasaan pemilihan. 3. Partisipan bersemangat : para responden yang prihatin terhadap perkawinan antarpartai dan secara emosional terlibat dalam pemilihan. SOSIALISASI POLITIK 1. Pengertian sosialisasi politik :
  • 8. a. Kenneth P. Langton, Sosialisasi politik adalah cara bagaimana masyarakat meneruskan kebudayaan politiknya. b. Gabriel A. Almond, Sosialisasi politik adalah proses dimana sikap-sikap politik dan pola – pola tingkah laku diperoleh atau dibentuk, dan merupakan sarana bagi generasi muda untuk menyampaikan patokan politik dan keyakinan politik. c. Richard E. Dawson, sosialisasi politik adalah pewarisan pengetahuan , nilai dan pandangan politik darimorang tua, guru dan sarana sosialisasi lainnya bagi warga baru dan yang beranjak dewasa. d. Dennis Kavanagh, sosialisasi politik adalah istilah untuk mengganbarkan proses dimana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik. e. Ramlan Surbakti, sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakatnya. f. Alfian, sosialisasi Politik adalah usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati nilai- nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Sosialisasi politik dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: 1). Dalam Lingkungan Keluarga, orang tua bisa mengajarkan kepada anak-anak beberapa cara tingkah laku politik tertentu. Melalui obrolan politik ringan sehingga tak disadarai telah menanamkan nilai-nilai politik kepada anak-anaknya. 2). Di Lingkungan Sekolah,dengan memasukkan pendidikan kewarganegaraan. Siswa dan guru bertukar informasdi dan berinteraksi dalam membahas topik tentang politik. 3). Di lIngkungan Negara, secara hati-hati bisa menyebarkan dan menanamkan ideologi- ideologi resminya. 4). Di Lingkungan Partai politik, Salah satu fungsi partai politik adalah dapat memainkan perannya sebagai sosioalisasi politik. Artinya parpol itu telah merekrut anggota atau kader danpartisipannya secara periodik. Partai politik harus mampu menciptakan kesan atau image memperjuangkan kepentingan umum.
  • 9. Menurut Ramlan Surbakti ada dua macam sosialisasi politik dilihat dari metode penyampaian pesan : a. Pendidikan Politik Yaitu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Dari sini anggota masyarakat mempelajari simbol politik negaranya, norma maupun nilai politik. b. Indoktrinasi Politik, yaitu proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai , norma dan simbol yang dianggap pihak berkuasa sebagai ideal dan baik. Dalam upaya pengembangan budaya politik, sosialisasi politik sangant penting karena dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa, serta dapat memelihara kebudayaan politik suatu bangsa, penyampaian dari generasi tua ke generasi muda, dapat pula sosialisasi politik dapat mengubah kebudayaan politik. Menurut Gabriel A. Almond, sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa dan mememlihara kebudayaan politik suatu bangsa dengan bentuk penyampaian dari generasi tua kepada generasi muda. Terdapat 6 sarana atau agen sosialisasi politik menurut Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews, adalah : a. Keluarga yaitu lembaga pertama yang dijumpai sesorang individu saat lahir. Dalam keluarga anak ditanamkan sikap patuh dan hormat yang mungkin dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam sistem politik setelah dewasa. b. Sekolah yaitu sekolah sebagai agen sosialisasi politik memberi pengetahuan bagi kaum muda tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya. Disekolah memberi kesadaran pada anak tentang pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara, cinta tanah air.
  • 10. c. Kelompk bermain yaitu kelompok bermain masa anak-anak yang dapat membentuk sikap politik seseorang, kelompok bermain saling memiliki ikatan erat antar anggota bermain. Seseorang dapat melakukan tindakan tertentu karena temannya melakukan hal itu. d. Tempat kerja yaitu organisasi formal maupun nonformal yang dibentuk atas dasar pekerjaan seperti serikat kerja, sderikat buruh. Organisasi seperti ini dapat berfungsi sebagai penyuluh di bidang politik. e. Media massa yaitu informasi tentang peristiwa yang terjadi dimana saja dengan cepat diketahui masyarakat sehingga dapat memberi pengetahuan dan informasi tentang politik. f. Kontak-kontak politik langsung yaitu pengalaman nyata yang dirasakan oleh seseorang dapat berpengaruh terhadap sikap dan keputusan politik seseorang. Seperti diabaikan partainya, ditipu, rasa tidak aman,dll. BUDAYA POLITIK PARTISIPAN 1. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik partisipatif atau disebut juga budaya politik demokrasi adalah suatu kumpulan sistem keyakinan, sikap, norma, persepsi dan sejenisnya, yang menopang terwujudnya partisipasi. Untuk terwujudnya partisipasi itu warga negara harus yakin akan kompetensinya untukterlibat dalam proses politik dan pemerintah memperhatikan kepentingan rakyat agar rakyat tidak kecewa dan apatis terhadap pemerintah. 2. Ramlan Surbakti, partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Ciri-cirinya adalah : a. Perilaku warga negara yang bisa diamati bukan batiniah (sikap dan orientasi). b. Perilaku atau kegiatan itu mem,pengaruhi pemerintah (pemegang kebijakan) c. Kegiatan atau prilaku yang gagal ataupun berhasil termasuk partisipasi politik. d. Kedgiatan mempengaruhui pemerintah dapat dilakukan secara : · Langsung yaitu individu tidak menggunakan perantara dalam memepengaruhi pemerintah.
  • 11. · Tak langsung yaitu menggunakan pihak lain yang dapat meyakinkan pemerintah. e. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan dengan prosedur wajar (konvensional) tidak berupa kekerasan (nonviolence) seperti : ikut memeilih dalam pemilihan umum,mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, menulis surat, dll,dan ada yang melalui cara –cara diluar prosedur yang wajar (tidak Konvensional) dan berupa kekerasan (violence), seperti : demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus (golput),hura-hura, mogok, serangan senjata, gerakan-gerakan politik, dan revolusi, kudeta, makar,dll 3. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang dalampartai plitik yang mencakup semua kegiatamnnsukarela dimana seseorang turut dalam proses pemilihan pemimpin plitik dan turut langsung atau tidak lanmgsung dalam pembentukan kebijakan umum. PARTAI POLITIK 1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan. 2. Sigmund Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham. 3. Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya sehingga penguasaan itu memberikan mamfaat kepada anggota partainya baik bersifat ideal maupun material. FUNGSI PARTAI POLITIK
  • 12. 1. Sarana komunikasi politik, yaitu penyalur aspirasi pendapat rakyat, menggabungkan berbagai macam kepentingan dan merumuskan kepentingan yang menjadi dasar kebijaksanaannya. Upaya Partai politik dalah mencapai fungsi ini adalah : · Memperjuangkan aspirasi rakyat agar menjadi kebijaksanaan umum oleh pemerintah · Menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan pemerintah · Perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide · Bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai pengeras suara. 2. Sarana Sosialisasi Politik, yaitusarana untuk memmberikan penanaman nilai-nilai, norma, dan sikap serta orientasi terhadap fenomena politik tertentu. Upaya yang dilakukan untuk mencapai fungsi ini adalah : · Penguasaan pemerintah dengan memenangkan setiap pemilu · Menciptakan image bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum · Menanamkan solidaritas dan tanggung jawab terhadap para anggotanya maupun anggota lain 3. Sarana Rekrutmen Politik, yaitu mencari dan mengajakorang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan plitik. Dengan demikian memperluas partisipasi politik. Upaya yang dilakukan parpol adalah : · Melalui kontak pribadi maupun persuasi · Menarik golongan muda untuk didddik menjadi kader di masa depan 4. Sarana Pengatur Konplik, yaitu mengatasi berbagai macam konplik yang muncul sebagai konsekuensi dari negara demokrasi yang di dalamnya terdapat ersaingan dan perbedaan pendapat. Biasanya masalah tersebut cukup mengganggu stabilitas nasional. Hal ini mungkin saja dimunculkan oleh kelompok tertentu untukkepentingan ppularitasnya. Upaya yang dilakukan partai politik adalah :
  • 13. · Bilaanggta partai plitikyang memberikan informasi justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan masyarakat,pimpinan partai politik harus segera klarifikasi atau diselesaikan dengan baik. · Adanya kemungkinsn anggota partai plitik lebih mengejar kepentingan pribadi/golongannya, sehingga berakibat terjadi pengkotakan politik atau konplik yangbharus segera diselesaikan dengan tuntas.
  • 14. BAB 2 BUDAYA DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI 1. Pengertian dan prinsip budaya demokrasi Demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat dan kratos atau kratein yang dapat diartikan sebagai pemerintahan berada di tangan rakyat. Secara harfiah, demokrasi berarti pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Menurut kamus, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh wakil-wakilnya yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas. Demokrasi dapat disebut juga sebagai pelembagaan dari suatu kebebasan (institutionalization of freedom). Berbicara tentang pengertian demokrasi, ada beberapa pendapat yang dapat kita jadikan acuan agar kita mudah memahaminya. Pendapat-pendapat tersebut antara lainnya dikemukakan oleh para tokoh seperti berikut. A. Kranenburg berpendapat bahwa demokrasi terbentuk dari dua pokok kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu Demos (rakyat) dan Kratein (memerinyah) yang maknanya adalah “ cara memerintah oleh rakyat”. B. Prof. Mr. Koentjoro Poerbobranoto. Berpendapat demokrasi adalah suatu Negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Maksudnya, suatu system dimana suatu Negara diikutsertakan dalampemerintahan Negara. C. Abraham Lincoln. Berpendapat bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Democracy is government oh the people, by the people, and for the people). Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh diatas, maka dapat diambil satu kesimpulan tentang pengertian demokrasi seperti berikut. Demokrasi adalah suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan suatu Negara di pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. System pemerintahan demokrasi adalah demokrasi langsung.Pelaksana demokrasi itu disebut demokrasi langsung (direct democracy). Dalam masa sekarang ini, di mana penduduk Negara berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan orang. Demokrasi langsung tidak mungkin dilaksanakan, sehingga dibutuhkan lembaga perwakilan rakyat.
  • 15. Anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum yang rahasia, bebas, jujur, dan adil. Oleh karena itu, demokrasi seperti ini disebut demokrasi perwakilan (representative democracy). Inti pemerintahan demokrasi kekuasaan memerintah yang dimiliki oleh rakyat. Kemudian diwujudkan dalm ikut seta menentukan arah perkembangan dan cara mencapai tujuan serta gerak poloitik Negara. Keikut sertaannya tersebut tentu saja dalam batas-batas ditentukan dalamperaturan perundang-undangan atau hokum yang berlaku. Salah satu hak dalam hubungannya dengan Negara adalah hak politik rakyat dalam partisipasi aktif untuk dengan bebas berorganisasi, berkumpul, dan menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan. Kebebasan tersebut dapat berbentuk dukungan ataupun tuntutan terhadap kebijakan yang diambil atau diputuskan oleh pejabat negara. Demokrasi pada masa kini antara lain menyangkut hak memilih dan hak untuk dipilih, menyangkut pula adanya pengakuan terhadap kesetraan diantara warga negara, kebebasan warga negara untuk melakukan partisipasi politik, kebebasan untuk memperoleh berbagai sumber informasi dan komunikasi, serta kebebasan utuk menyuarakan ekspresi baik memlalui organisasi, potensi, seni, serta kebudayaan, dan efektif dan lestari tanpa adanya budaya yang memawarnai pengorganisasian bebagai elemen politik seperti partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan. Demokrasi memerlukan partisipasi rakyat dan deokrasi yang kuat bersumber pada kehendak rakyat serta bertujuan untuk mencapai kemasalahatan bersama, itukah pengertian demokrasi. 1. 2. Unsur-unsur Demokrasi Unsur-unsur demokrasi meliputi: a. Adanya partisipasi masyarakat secara aktifd dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara b. Adanya pengakuan akan supremasi hokum ( daulat Hukum) c. Adanya pengakuan akan kesamaan di anatar warga Negara d. Adanya kebebasan, di anataranya; kebebasan berekpresi dan berbicara/berpendapat berkebebasab untuk berkumpul dan berorganisasi, berkebebasan beragama, berkeyakinan, kebebasan untuk mengguagat pemerintah, kebebasan untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, kebebasan untuk mengurus nasib sendiri.
  • 16. e. Adanya pengakuan akan supremasi sipil atas militer 1. 3. Prinsip-Prinsip Demokrasi Istilah demokrasi mengacu kepada dua hal, yaitu: pertama, seperangkat ketentuan normatif yang harus dipenuhi agar terbentuk sebuah sistem politik tertentu; dan kedua, sebuah bentuk pemerintahan yang memenuhi ketentuan-ketentuan normatif. Kedua dimensi demokrasi ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga politik demokratis yang dikembangkan di barat selama beberapa abad terakhir ini berdasarkan ide para filosof yang membentuk bangunan teoretis dari sebuah sistem politik demokratis. Kedudukan warga negara dalam UUD 1945 adalah sama tidak ada perkecualiaan, persamaan hak meliputi, hak politik, ekonomi, sosial,budaya, pendidikan dan hukum. Ada sepuluh pilar demokrasi konstitutional, yakni demokrasi yang berketuhanan, demokrasi dengan kecerdasan, demokrasi yang berkedaulatan rakyat, demokrasi denganrule of law, demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara, demokrasi dengan hak asasi, demokrasi dengan peradilan yang merdeka, demokrasi dengan otonomi daerah, demokrasi dengan kemakmuran, dan demokrasi yang berkeadilan sosial. (Sanusi, 1984) Demokrasi berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM dengan konsep city state melalui pemilihan umum langsung yang diikuti sekitar 300.000 penduduk. Sammuel P. Huntington menggambarkan perjalanan demokrasi sebagai berikut.  Gelombang kesatu mulai abad ke-19 dengan meluasnya hak pilih pada 1890-an (oleh 29 negara). Arus baliknya pada 1922 saat berkuasanya Musolini sebagai presiden Italia sehingga pada 1942 negara demokrasi menjadi 12 negara.  Gelombang kedua saat kemenangan sekutu pada Perang Dunia II dan memuncak pada 1962 menjadi 36 negara demokrasi. Arus baliknya tahun 1970 menjadi 30 negara demokrasi.  Gelombang ketiga tahun 1974 bertambah 30 negara demokrasi baru, terhitung revolusi politik yang berlangsung di Uni Soviet dan bagian Afrika. Huntington mennjelaskan bahwa gelombang ketiga ini diikuti oleh gelombang keempat pada abad 21. Prinsip utama demokrasi adalah persamaan dan kebebasan. Prinsip utama demokrasi menurut Alamudi, yaitu:  kedaulatan rakyat;  pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;  kekuasaan mayoritas;  hak-hak minoritas;  jaminan hak asasi manusia;  pemilihan yang bebas dan jujur;  persamaan di depan hukum;  proses hukum yang wajar;
  • 17.  pembatasan pemerintah secara konstitusional;  pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; serta nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat. Prinsip-prinsip demokrasi sebenarnya tumbuh berkembang dalam masyarakat tak terkecuali di kalangan petani salak. Saling menghormati dan menghargai sesama petani untuk menyesuiakan harga jual salak merupakan salah satu prinsip demokrasi yang berkembang. Perlakuan dan kesempatan yang sama dalam mendapat, memproses serta menjual salak merupakan jaminan tersendiri dalam pembangunan prinsip-prinsip demokrasi di kalangan petani salak. Seyogyanya perkembangan prinsip-prinsip demokrasi di kalangan petani salak dapat membawa kesejahteraan kepada petani salak. 1. 4. Budaya Demokrasi Indicator berkembangnya budaya demokrasi adalah sebagai berikut: Pertisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara. Dalam budaya demokrasi, setiap warga berhak ikut menentukan kebijakan public seperti penentuan anggaran, peraturan-perauran dan kebijakan-kebijakan public. Namuk oleh karena secara praktis tidak mungkin melibatkan seluruh warga suatu Negara terlibat dalam pengambilan keputusan (sebagaimana halnya pada zaman Ynani Kuno), maka digunakan prosedur pemilihan wakil. Para warga Negara memilih wakil-wakil mereka di pemerintahan. Para wakil inilah yang diserahi mandar untuk mengelolah masa depan bersama warga Negara melalui berbagai kebijaka dan peraturan perundang-undangan. Pemerintah demokrasi diberi kewenangan membuat kepuusan melalui mandar yang diperoleh lewat pemilihan umum. Pemilu yang teratus (regular) memungkinkan partai-partai turut bersaing dan mengumumkan kebijakan-kebijakan alternative mereka agar didukung masyarakat. Selanjutnya warga Negara, melalui hak memilihnya yang priodik, dapat terus menjaga agar pemerintahanya bertanggung jawab kepada masyarakat. Dan jika pertanggungjawaban itu tidak diberikan, maka warga Negara dapat mengganti pemerintahan melalui mekanisme demokrasi yang tersedia. Hal itu sesuai dengan definisi demokrasi sebagai mana dikemukakan oleh Abraham Lincoln. Ia mengatakan, demokrasi adalah “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Pertanyaan berikutnya dalah : pemilu yang bagaimana? Ketika partai-partai komunis berkuasa dieropa timur (1947-1949), pemilihan umum dilaksanakan secara berkala. Para pemilih dijinkan untuk mengambil bagian dalam pemungutan suara rahasia yang untuk memilih anggota majlis local dan nasional. Di beberapa negarra, para calon majlis bahkan mewakili bebagai macam partai politik.
  • 18. Apakah Negara-negara ini, yangmenyebut dirinya “ demokrasi rakyat”, benar-benar demokrasi? Jawabannya adalah tidak. Negara-negara komunis initelah menyebut sebuah system demokrasi, namun menolak untuk mengakui unsur-unsur lain yang diperlukan agar system itu berjalan secara demokrasi, di antaranya adanya pemilihan umum yang bebas. Pertama-pertama pemilu harus jujur. Pemilihan harus menawarkan kepada para pemilih yang nyata di antarapartai-partai yang menawarkan program-program yang berbeda. Pemilihan harus diawasi oleh petugas yang resmi dan tidak memiliki kepentingan pribadi, yang dapat dipercaya untuk menjamin bahwa tidak seorang pun memebrika suara lebih dari satu kali dan bahwa suara-suara di hitung secara jujur dan akurat ini jarang terjadi di Negara-negara komunis Eropa timurtempo dulu, dan tidak selalu otomatis diperaktekkan bahkan di Negara-negara barat yang lebih maju. Akan tetapi, partisipasi rakyat tidak hanya berupa partisipasi dalam mekanisme lima tahunan (pemilu) itu saja. Partisipasi tidak indetik dengan memilih dan dipilih dan dipilih pemilu. Khusus bai rakyat yang dipilih, mereka berhak dan bertanggungjawab menyuarakan aspirasi atau keritik kapan saja terhadap para wakil dan pemerintahan lazim disebut gerakan ekstraparloementer. Hal ini mengingatkan kenyatan bahwa baik pemerintah maupun wakil rakyat yang mereka pilih bias saja membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi mereka. Dalam hal kebijakan yang tidak memihak aspirasi rakyat, misalkanan para wakir sering diam saja. Atau malah kongkalikong dengan pemerintaha. Untuk itu, masyarakat tetap harus tetap mengawasi mereka dan tidak hanya tunggu saat pemilu. Inilah yang juga disebut demokrasi parstipatoris. Kebebasan. Unsure kedua dan bahkan lebih mendasar adalah kebebasan yaitu kebebasan berekpresi, berkumpul, berserikat, dan media (Koran, radio, TV) kebebasan memungkinkan demokrasi berfungsi. Kebebasan memberikan boksigen agar demokrasi bias bernafas kebebasan berekpresi dan memungkinkan segala masalah bias diperdebatkan, memungkikan pemerintahdikritik, dan memungkikan adanya pilihan-pilihan lain. Kebebasan berkumpul memungkinkan rakyat berkumpul untuk melakukan diskusi. Kebebasan berserikat memungkinkan orang-orang untuk bergabung dalam suatu partai atau kelompok penekan untuk mewujudkan pandangan atau cita-cita politik mereka. Ketiga kebebasanini memungkinkan rakyat mengambil bagian dalam proses demokrasi. Media yang bebas ( artinya, media tidak dikembalikan oleh penguasa) membantu rakyat mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat pilihan mereka sendiri. Tanpa media yang bebas dan tanpa kebebasan berekpresi yang lebih luas (melalui percakapan, buku-buku, filem-filem, dan bahakan poster-poster dinding), sering kali sulit bagi rakyat untuk mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi, dan bahkan lebih sulit lagi untuk membuat keputusan yang berbobot mengenai apa yanag harus mereka pilih demi mencapai suatu mesyarakat yang mereka inginkan.
  • 19. Supremasi hukum (daulat hukum). Unsur penting lainnya, yang seringkali dianggap sudah semestinya ada di Negara-negara yang tradisi demokrasinya sudah lama, adalahsupremasi hukum (rule of law).tidak ada gunanya pemerintah membiarkan semua kebebasan yang disebut di atas bertumbuh apabila pemerintah menginjak-injaknya. Pengalaman banyak Negara menunjukan banyak pengerintik dijebloskan kedalam penjara, banyak demonstran yang menentang kebijakan pemerintah dibubarkan dengan cara kekerasan, dan bahkan banyak di antara mereka ditembak mati secara diam-diam oleh agen-agen Negara. Pengakuan akan kesamaan warga Negara. Dalam demokrasi, semua warga Negara diandaiakan memiliki hak-hak politik yang sama; jumlah suara yang sama, hak pilih yang sama, akses atau kesempatan yang sama untuk medapatkan ilmu pengetahuan. Tidak seorang pun mempunyai mempunyai pengaruh lebih besar dari orang lain dalam proses pembuatan kebijakan. Kesamaan disini juga termasuk kesamaan di depan hokum; dari rakyat jelata sampai pejabat tinggi, semuanya sama dihadapan hukum. Berikut penjelasannya: Di bidang ekonomi : setiap individu memiliki hak yang sama untuk melakukan usaha ekonomi ( berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dan sebagainya) untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidup. Dibidang budaya budaya : setiap individu mempunyai kesaman dalam mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukis, seni musik, seni pahar, seni bangunan (arsitektur), dan sebagainya. Dalam bidang politik : setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni setiap individu berhak secara bebas memiliki, menjadi anggota salah satu partai politikbaru sesuai perundang-undangan yang berlaku. Juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan baik dalam lingkup keluarga atau masyarakat melalui mekanisme yang disepakati dengan dengan tidak membedakan setatus, kedudukan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. Dalam bidang hokum : setiap individu memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan. Di bidang pertahanan dan keamanan : setiap individu mempunya hak dan kewajiban yang sama dalam pembelaan Negara Pengakuan akan supremasi sipil atau militer. Budaya demokrasi juga mensyaratkan supremasi sipil atau militer (sipil mengatur militer). Indikator yang telah dijelaskan di atas dapat mengungkapkan bagaimana budaya demokrasi yang berkembang di masyarakat petani salak. Jaminan hak asasi manusia serta partisipasi rakyat dalam mengolah, memproses dan menjual salak merupakan implementasi bagaimana budaya demokrasi berkembang di masyarakat petani salak.
  • 20. 1. Definisi Masyarakat Madani Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi masyarakat. Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan dari civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada acara Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukannya hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Masyarakat madani (civil society) sering disebut masyarakat warga, masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, beradab, atau masyarakat berbudaya. Istilah civil societyberasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei artinya kota Ilahi. Asal kata civil adalahcivilization yang artinya peradaban. Civil society secara sederhana dapat diartikan sebagai masyarakat beradab. Masyarakat madani didefinisikan sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting). Kemandirian tinggi terjadi jika berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Menurut Anwar Ibrahim masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani secara etimologis memiliki dua arti. Pertama, masyarakat kota karena madani adalah turunan dari kata dalam bahasa Arab, madinah yang berarti kota.Kedua, masyarakat peradaban yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai civility ataucivilization. Istilah masyarakat madani yang merupakan terjemahan dari civil society,apabila ditelusuri berasal dari proses sejarah masyarakat barat. Akar perkembangannya dapat dirunut mulai Cicero. Cicero adalah seseorang yang mulai menggunakan istilahsocietes civilis dalam filsafat politiknya. Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi, memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau
  • 21. silih asah-asih-asuh antara sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di masa mendatang dan sebagainya. 1. Ciri-ciri masyarakat madani Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut : 1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik. 2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi : (1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (2) Pers yang bebas (3) Supremasi hokum (4) Perguruan Tinggi (5) Partai politik 3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain. 4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. 5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
  • 22. 6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab. 7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali. Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia diantaranya : 1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata 2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat 3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter 4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas 1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar 2. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi Adapun Nurcholis Madjid memberikan beberapa karekteristik bagi masyarakat berperadaban, masyarakat madani, atau civil society sebagai berikut.  Adanya semangat egalitarianisme.  Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan keturunan, kesukuan, atau ras.  Keterbukaan  Partisipasi seluruh anggota masyarakat.  Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan, bukan berdasarkan keturunan. Sedangkan Muhammad A.S. Hikam menyebutkan bahwa masyarakat madani memiliki ciri-ciri sebagai berikut.  Kesukarelaan (voluntary)  Keswasembadaan (self generating)  Keswadayaan (self supporting)  Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara  Keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Civil society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi yang di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang
  • 23. bebas (the free public). Sebagai tempat di mana transaksi komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh warga masyarakat. Menurut Hidayat Syarief apabila diaktualisasikan dalam masyarakat Indonesia yang berbhinneka tunggal ika, masyarakat madani mempunyai karakteristik sebagai berikut.  Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.  Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat.  Masyarakat yang menghargai Hak Azasi Manusia (HAM)  Masyarakat yang tertib dan sadar hukum dan direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum.  Masyarakat yang memiki kepercayaan diri dan kemandirian.  Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana kooperatif dan penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal (pluralis). Dari beberapa ciri yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut, nampak bahwa bangunan masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal. Artinya sebuah masyarakat yang memiliki keberdayaan secara intelektual, sosial dan spiritual, serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk maju dan mandiri tanpa intervensi dari negara dengan senantiasa memegang teguh hukum (aturan). Apakah cirri-ciri ini pun muncul dalam masyarakat petani salak di Cineam. Tentu saja ciri-ciri masyarakat madani ini telah muncul di kalangan petani salak. Secara intelektual social dan spiritual mereka mampu hidup untuk saling menghormati dan menghargai. Kehidupan tradisional serta kuatnya nilai-nilai agama khususnya Islam dalam menjalankan kehidupan menjadi pijakan dalam membangun masyarakat madani di petani salak atau masyarakat Cineam. 1. Pemberdayaan Masyarakat Madani Secara esensi dibutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi pemberdayaan untuk mencapai hasil secara optimal. Dalam hal ini Dawam Rahardjo mengemukakan tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat madani Indonesia.  Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini, pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik sehingga menjadi sumber instabilitas politik. Saat ini yang diperlukan adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan,
  • 24. karena pembangunan membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian, persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan daripada demokrasi.  Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa pembangunan demokrasi tidak perlu menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, akan dengan sendirinya timbul civil society yang mampu mengontrol terhadap negara.  Strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dan strategi pertama dan kedua. Dengan begitu, strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang makin luas. Ketiga model strategi pemberdayaan civil society (masyarakat madani) tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa pada era transisi lebih mementingkan prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target yang paling strategis serta penciptaan pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu, keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas sosial dan keagamaan, serta mahasiswa adalah mutlak adanya karena mereka mempunyai kemampuan dan sekaligus tokoh utama pemberdayaan tersebut. Sedangkan menurut Ryas Rasyid, sebuah masyarakat madani (civil society) haruslah mandiri, tidak begitu terntung pada peran pemerintah atau negara. Barangkali, diantara organisasi sosial dan politik yang patut dicatat dan meiliki kemandirian cukup tinggi adalah organisasi yang termasuk dalam kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) atauNon-Governmental Organization (NGO) yang di Indoneisa jumlahnya mencapai ratusan. Perubahan paradigma yang berorientasi kepada perwujudan masyarakat madani perlu dilakukan sebagai koreksi terhadap kekeliruan yang secara umum berpangkal pada kurangnya konsistensi dalam memelihara dan menegakkan prinsip serta semangat yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, dapat melahirkan ketidakseimbangan antara posisi serta peran pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan negara juga pembangunan. Ketidakseimbangan posisi serta peran pemerintah dan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini.  Sistem politik, budaya, dan perilaku politik yang tenggelam dalam kehidupan demokrasi semu.  Ditandai dengan matinya oposisi  Sikap tabu terhadap perbedaan pendapat
  • 25.  Tidak terdapat kontrol sosial  Pelaksanaan fungsi legislatif yang tidak bermakna  Penegakan hukum yang lemah Adapun nilai-nilai dasar yang menandai masyarakat madani pada petani salak Cineam, di antaranya sebagai berikut. 1) Ketuhanan 2) kemerdekaan 3) hak azasi dan martabat manusia 4) kebangsaan 5) demokrasi 6) kemajemukan 7) kebersamaan 8) persatuan dan kesatuan 9) kesejahteraan bersama 10) keadilan dan supremasi hukum 11) keterbukaan 12) partisipasi 13) kemitraan 14) rasional
  • 26. 15) etis 16) perbedaan 17) pendapat dan pertanggungjawaban 18) (akuntabilitas). Nilai-nilai masyarakat madani tersebut harus melekat pada setiap individu dan institusi yang memiliki komitmen untuk mewujudkannya di wilayah Cineam dan Indonesia. Adapun fungsi dari nilai-nilai tersebut di antaranya sebagai berikut.  Menjadi pedoman perilaku alam bersikap, berpikir dan bertindak, baik secara individual maupun institusional Menjadi dasar acuan penyusunan kebijakan dalam membangun Indonesia Baru sebagai landasan perjuangan panjang untuk mewujudkan masyarakat madani
  • 27. BAB 3 Keterbukaan dan Jaminan Keadilan dalam Berbangsa dan Bernegara Keterbukaan merupakan salah satu syarat terbentuknya mesyarakat demokratis. Bahkan, keterbukaan merupakan ciri suatu Negara demokratis. Adanya keterbukaan, rakyat akan merasa mempunyai dan berperan aktif dalam kehidupan bernegara. Begitu pentingnya keterbukaan sehingga semua Negara berupaya menumbuhkan keterbukaan dalam kehidupan bernegara. Berikut akan dijelaskan apa yang dimaksud keterbukaan dalam berbangsa dan bernegara. 1. Pengertian Keterbukaan Keterbukaan berasal dari kata dasar “terbuka”. Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia,terbuka berarti tidak tertutup, tersingkap. Jadi, keterbukaan adalah suatu keadaan yang tidak tertutupi, tidak ditutupi, keadaan yang tidak rahasia, sehingga semua pihak mempunyai hak untuk mengetahuinya. Keterbukaan dimiliki oleh semua pihak, baik keluarga, masyarakat, bangsa maupun Negara. Keterbukaan berarti kesadaran untuk menjelaskan suatu hal tanpa rahasia. Dalam kehidupan, keterbukaan selalu berhubungan dengan media informasi dan berita. Keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu berhubungan dengan pernyataan dan kebijakan publik. Keterbukaan sering diartikan transparan. Oleh karena itu, pemerintahan yang demokratis merupakan pemerintahan yang transparan. Keterbukaan dalam berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan dalam penyelenggaraan Negara. Penyelenggaraan Negara yang terbuka atau transparan sangat diperlukan untung meningkatkan partisipasi masyarakat. Masyarakat sudah seharusnya mengetahui dan mengerti kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah untuk rakyat.Apa kebijakan itu merugikan atau menguntungkan masyarakat? Apa kebijakan itu dapat meningkatkan kesejahteraan? Semua hal yang berhak diketahui masyarakat harus dijelaskan secara terbuka oleh pemerintah. Oleh karena itu, budaya lama dari pemerintahan yang tertutup dan monopoli informasi harus dihilangkan karena akan mengakibatkan terlambatnya keterbukaan, terciptanya arogansi pemerintahan, dan terhambatnya pembentukan masyarakat demokratis. Semua masalah dalam berbangsa dan bernegara hendaknya ditelusuri kembali pada akar masalahnya. Semua masalah yang muncul sering disebabkan tidak adanya komunikasi yang sehat atau miscommunication. Oleh karena itu, keterbukaan dalam komunikasi menjadi hal penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterbukaan harus dilakukan dalam berbagai bidang. Keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan dalam keterbukaan pemerintahan. a. Keterbukaan dalam Pemerintahan yang Baik Penyelenggaraan pemerintah yang baik “good governance” adalah istilah yang sangat popular dewasa ini baik pada negara-negara maju atau negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Good governance pada dasarnya adalah pemerintah demokrasi yang transparan. Agar dapat terlaksana dengan baik maka good governance perlu pengawasan oleh lembaga perwakilan yang legitimed, disamping pengawasan langsung dari masyarakat atau pers dan masyarakat sendiri bahkan oleh suatu lembaga independen yang diakui.
  • 28. Berdasarkan pengertian tersebut, Pemerintahan yang baik bermuara pada dua hal berikut: 1) Tujuan Nasional, yaitu masyarakat yang maju, sejahtera, adil, dan makmur. 2) Demikratisasi, yaitu pemerintahan yang transparan, akuntabilitas, efektif, dan efesiensi, serta otonomi dalam mencapai tujuan nasional. Pemerintahan dikatakan demokratis dan terbuka jika memenuhi unsur: 1. Pelayanan public yang efesien dan transparan. 2. Sistem pengadilan yang dapat diandalkan atau kepastian hukum. 3. Accountable, yaitu pemerintahan yang bertanggung jawab. 4. Otonomi, yaitu kewenangan daerah untuk mengurus kebijakan sendiri. 5. Partisipasi dalam pengambilan kebijakan secara demokratis. 6. Memihak dan melindungi kepentingan masyarakat. 7. Melaksanakan hak asasi manusia. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik maka DPR memiliki peranan penting. Peranan pokok Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah dan menampung serta menyalurkan aspirasi rakyat. Pemerintah pun dalam menyelenggarakan pemerintahaan harus sesuai peraturan. Hal ini berarti kekuasaan pemerintah terbatas, pemerintah harus menyelenggarakan yang ditetapkannya, serta penggunaan anggaran yang sesuai dengan yang ditetapkan dengan memperlihatkan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Suatu pemerintahan dikatakan transparan apabila di dalam pemerintahan yang dijalankan terdapat iklim kehidupan politik yag ditandai beberapa hal berikut ini. 1) Kebebasan informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diikuti perkembangannya oleh masyarakat. 2) Kebebasan media massa yang memiliki kesempatan luas untu meliput kegiatan pemerintahan, kebebasan berserikat dan berkumpul termasuk dalam pengambilan keputusan (berpartisipasi). 3) Kemerdekaan hukum, yaitu hukum harus ditegakkan dan memberikan kepastian secara adil terhadap hak asasi manusia tanpa campur tangan penguasa atau pihak lain. 4) Manajemen yang terbuka, terutama dalam pengelolaan kekayaan negara (termasuk kekayaan pejabat negara) dan keuangan negara harus transparan. 5) Memberikan kesempatan yang sama bagi warga negara untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan. 6) Meningkatkan upaya pelayanan publik (mendahulukan kepentingan umum) melalui program-program yang memihak kepada rakyat dan pembangunan yang merata. 7) Akuntabilitas, yaitu hasil-hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. b. Keterbukaan Berpartisipasi Yang dimaksud partisipasi di sini adalah partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara (private citizen) yang bertujuan memengaruhi pengambilan keputusan/kebijakan oleh pemerintah. Masyarakat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik, artinya masyarakat ikut aktif dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, yang bisa dilakukan secara individu atau kolektif, terorganisasi dengan mengartikulasikan kepentingan politiknya melalui organisasi
  • 29. kemasyarakatan (civil society)atau dengan mengagregasikan kepentingan politik melalui partai-partai politik atau langsung melalui lembaga perwakilan. Sekarang tingkat partisipasi rakyat melalui partai politik cukup aspiratif dan terbuka sehingga tingkat partisipasi politik tinggi, sebagai indikator dikembangkan system multipartai yang demokratis dan independen sehingga pelaksanaan pemilu yang berasaskan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam memilih wakil rakyat dan elit politik seperti pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung benar-benar merupakan partisipasi aktif rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berlangsung demokratis. c. Keterbukaan Berserikat, Berkumpul, dan Berpendapat Pasal 28 UUD 1945 menyatakan, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Berdasarkan pasal tersebut maka pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat menetapkan perundangan-undangan, seperti Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 yang berisi tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, Undang-Undang No.24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, dan Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers. Semua undang-undang tersebut memberikan ruang gerak dan keadilan publik dalam berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Selain itu, rakyat juga diberi kebebasan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta adil dalam memberikan pendapat (pilihan ) atau dukungan politik untuk meraih kedudukan/kekuasaan atau jabatan-jabatan politik seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan diberlakukan berbagai undang-undang tersebut merupakan bukti jaminan akan peran warga Negara dalam berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat secara adil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. d. Kemerdekaan Pers/ Media Massa Kemerdekaan per dimaksudkan supaya tidak ada campur tangan dari pihak luar untuk intervensi dalam menentukan standar professional dan kode etik jurnalistik. Kemerdekaan pers ini diperlukan agar dalam memberitakan dan memberikan informasi serta pendapat kepada pembaca, pendengar dapat akurat, tidak ambigu, adil dan tidak memihak, serta objektif, dan komprehensip. Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, sistem pers diIndonesia diberi kebebasan dalam istilah lain “Kemerdekaan Pres”. Sistem perizinan yang berbe lit dicabut sehingga semua orang berhak menerbitkan surat kabar, majalah, tabloid, pemberitaan ilmiah lainnya. Sesungguhnya, bagi bangsa Indonesia yang ideal mengenai system pers adalah system pers yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan ideology dan culture bangsa sendiri, yaitu Pancasila. Berita yang diangkat dan diinformasikan adalah berita yang berdasarkan fakta dan benar adanya yang mendidik, memberikan control dan hiburan bagi pembaca sehingga tidak menimbulkan keresahan dan pembohongan publik yang simpang siur. 2. Pengertian Jaminan Keadilan Selain keterbukaan atau transparansi dalam penyelenggaraan negara, jaminan keadilan pun merupakan hal penting dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Jamilan keadilan ini berkaitan
  • 30. dengan penghargaan nilai-nilai hak asasi manusia. Oleh karena itu, jaminan keadilan harus ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keadilan berasal dari kata dasar “adil” yang berarti tidak memihak. Keadilan berarti perbuatan tidak memihak dan memperlakukan setiap orang pada kedudukan yang sama. Keadilan juga diartikan sebagai tindakan yang tidak sewenang-wenang, tindakan berdasarkan norma dan aturan. Sebagai sikap atau perbuatan tidak berat sebelah, keadilan dapat dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat, bernegara, dan kerja sama internasional. Oleh karena itu, keadilan menjadi satu keharusan yang diciptakan atau diwujudkan masyarakat di mana pun berada. Ada beberapa teori keadilan yang dikemukakan oleh ahli filsafat atau filsuf seperti Aristoteles, Plato, dan Thomas Hobbes. a. Teori Keadilan menurut Aristoteles Kelima jenis keadilan yang dikemukakan Aristoteles adalah sebagai berikut: 1) Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa yang dilakukannya. Contohnya, seseorang yang telah melakukan pelanggaran tetap dihukum sesuai pelanggaran yang telah dibuat. 2) Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang telah dibuatnya. Contohnya, pegawai memperoleh yang berbeda berdasarkan masa kerja, golongan kepangkatan, jenjang pendidikan, atau tingkat kesulitan kerja. 3) Keadilan kodrat alam adalah member sesuatu sesuai dengan yang diberikan orang lain kepada kita. Contohnya, seseorang yang menjawab salam yang diucapkan orang. 4) Keadilan konvensional adalah apabila seseorang warga Negara telah menaati segala peraturan perundang-undangan yang telah diwajibkan. 5) Keadilan menurut teori perbaikan adalah apabila seseorang telah berusaha memulihkan nama baik orang lain yang telah tercemar. b. Teori Keadilan menurut Plato Keadilan menurut Plato adalah keadilan moral dan keadilan procedural. 1) Keadilan moral. Suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral apabila telah mampu memberikan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajibannya. 2) Keadilan procedural. Suatu perbuatan dikatakan adil secara procedural apabila seseorang telah mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah diterapkan. c. Teori Keadilan menurut Thomas Hobbes Menurut Thomas Hobbes, suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah didasarkan perjanjian yang disepakati. Selain tiga filsuf di atas, Notonegoro juga menambahkan adanya keadilan legalitas atau keadilan hukum, yaitu suatu keadaan dikatakan adil jika sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Berdasarkan teori di atas, suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah mampu memberikan hak-hak atau jaminan keadilan kepada orang lain sebagaimana mestinya. Di Indonesia, jaminan keadilan telah tercantum dalam beberapa peraturan sebagai berikut
  • 31. a. Pancasila 1) Sila kedua berbunyi “Kemanus iaa n yang adil dan beradab” 2) Sila kelima berbunyi “Kadila n social bagi seluruh rakyat Indones ia” b. Pembukaan UUD 1945 1) Alenia II yang berbunyi, “… negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. 2) Alenia IV yang berbunyi, ” … ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaa n, perdamaia n abadi, dan keadila n sosial”. Dua landasan jaminan keadilan di atas merupakan landasan utama bagi bangsa Indonesia dalam membangun masa depan bangsa sesuai dengan cita-cita proklamasi dan tujuan Negara. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak orang yang belum mendapat keadilan. Bahkan, keadilan semakin jarang atau sulit dirasakan oleh golongan masyarakat miskin/rendah. Keadilan sering menjadi alat bagi golongan penguasa/kaya untuk bertindak sewenag-wenag atau memaksakan kehendak. Untuk itulah, diperlukan upaya peningkatan jaminan keadilan yang merata bagi semua golongan. B. Pentingnya Keterbukaan dan Jaminan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Masyarakat akan mudah untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat jika ada keterbukaan dan jaminan keadilan. Aspirasi dan pendapat ditampung dan diseleksi, lalu dijadikan suatu keputusan bersama yang bermanfaat. Semua aspirasi yang telah menjadi keputusan bersama akan mempermudah bangsa untuk mencapai keadilan. Aspirasi masyarakat didapat disalurkan melalui lembaga perwakilan. Selain itu, jaminan untuk mengeluarkan aspirasi dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28. Pasal 28 ini memuat hasrat bangsa Indonesia untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam membangun Negara yang berdasarkan demokrasi dan hendak menyelenggarakan keadilan. Selain dalam Pasal 28, jaminan tentang keadilan juga terkandungdalam pembukaan UUD 1945 Alenia I yang berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” . Adanya dua jaminan tersebut, bangsa Indonesia menentang adanya suatu penjajahan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia melakukan perjuangan kemerdekaan untuk menegakkan kemanusiaan dan keadilan social serta demokratisasi. Untuk menegakkan kemanusiaan, keadilan sosial, serta demokratisasi/ keterbukaan diperlukan partisipasi rakyat. Salah satu partisipasi masyarakat diwujudkan dalam pembentukan kebijakan public melalui wakil-wakil rakyat. Semua kebijakan publik memerlukan dukungan masyarakat agar bisa efektif. Jika masyarakat melalui penentangan terhadap sejumlah kebijakan maka hal itu disebabkan oleh kurangnya keterlibatan masyarakat dalam tahap perumusan kebijakan. Jika hai itu dibiarkan terus maka makin besar keinginan rakyat untuk selalu mengadakan pembaruan. Rakyat yang tidak tahu arahnya akan mudah kehilangan kendali dan
  • 32. emosional sehingga rakyat cenderung ingin membentuk suatu wadah dengan kebijakan sendiri. Akibatnya, timbul konflik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, jika keterbukaan dan jaminan keadilan selalu ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka akan menghasilkan kebijakan public dan peraturan umum yang mengatur masyarakat dengan baik. Berdasarkan hal di atas, arti penting dari keterbukaan dan keadilan bagi bangsa adalah 1. Menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat; 2. menumbuhkan prakarsa dan partisipasi rakyat dalam pembangunan; 3. memperkuat kepercayaan rakyat pada pemerintah; 4. memperkuat dukungan rakyat pada bangsa dan negara; 5. mempererat hubungan antara rakyat dengan pemerintah; 6. memperkuat Negara demokrasi; 7. meningkatkan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa; 8. memperkuat persatuan dan kesatuan. Bentuk sikap yang mencerminkan keterbukaan dan keadilan 1. Apresiatif terhadap keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu upaya untuk memahami, menilai, dan menghargai keterbukaan dalamkehidupan berbangsa dan bernegara, seperti : a. berusaha mengetahui dan memahami hal yang mendasar atau elementer tentrang keterbukaan dan keadilan. b. Aktif mencermati kebijakan dalam kehidupan bangsa dan negara. c. Berusaha menilai perkembangan keterbukaan dan keadilan d. Menghargai tindakan pemerintah atau pihak lain yang konsisten dengan prinsip keterbukaan e. Mengajukan keritik terhadap tindakan yang bertentangan dengan prinsip keterbukaan f. Menumbuhkan danmempromosikan budaya keterbukaan dan transparansi mulai dari keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja. 2. Berpartisipasi dalam upaya peningkatan jaminan keadilan dari lembaga yang bertugas untuk menjamin keadilan dan prilaku positif masyarakat dalam upaya meningkatkan jaminan keadilan, seperti : a. Mengetahui hal-hal yangnmendasar tentang keadilan b. Mencermati fakta ketidakadilan dalam masyarakat dan kebijakan yang berkaitan dengan keadilan c. Memantau kinerja lembaga yang bertugas memberikan keadilan d. Menghargai tindakan berbagai pihak yang memperkuat jaminan keadilan e. Mengajukan kritik terhadap tindakan yang tidak adil dan mencari solusi jaminan keadilan f. Membiasakan diri bertindak adil dari keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja.
  • 33. BAB 4 HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN ORGANISASI INTERNASIONAL Manusia sebagai makhluk sosial, baru memiliki arti apabila bekerja sama dengan sesamanya. Manusia dalam hidup berbangsa dan negara akan dapat melangsungkan kehidupannya jika mengadakan hubungan dengan bangsa lain. Tidak ada satu negara di dunia ini yang dapat hidup sendiri dan tidak melibatkan diri dengan negara lain. Karena, pada dasarnya antara negara yang satu dengan negara yang lain terdapat hubungan saling ketergantungan. Dalam rangka peningkatan kualitas kerja sama internasional, bangsa Indonesia harus mampu meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi pro aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia Internasional. Bangsa Indonesia, dalam membina hubungan dengan negara lain menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional, serta berlandaskan pada prinsip persamaan derajat, serta tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Kesadaran akan prinsip hubungan internasional menegaskan perlunya kerja sama dengan bangsa lain. Hal ini juga mempengaruhi sepak terjang bangsa Indonesia dalam masyarakat Internasional, baik dalam melaksanakan politik luar negeri maupun keterlibatannya dalam berbagai organisasi Internasional. Dengan demikian timbul permasalahan, Bagaimanakah negara Indonesiamembina hubungan dengan negara-negara di dunia ? Apa saja yang dilakukan bangsa Indonesia dalam organisasi Internasional ? 4.1 Mendeskripsikan Pengertian, Pentingnya, dan Sarana - sarana Hubungan Inter- nasional bagi Suatu Negara 1. Pengertian Hubungan Internasional Hubungan internasional adalah hubungan yang diadakan oleh suatu bangsa atau negara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri RI ( Renstra ), hubungan internasional adalah hubungan antarbangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Hubungan ini di dalam Encyclopedia Americana dilihat sebagai hubungan antarnegara atau antarindividu dari negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan politis, budaya, ekonomi ataupun hankam. Konsep ini berhubungan erat dengan subjek-subjek, seperti organisasi internasional, diplomasi, hukum internasional dan politik internasional. Hubungan Internasional dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 disebut dengan hubungan luar negeri. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa hubungan luar negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.
  • 34. Pengertian hubungan internasional juga dikemukakan oleh para ahli, antara lain: a. Charles A. MC. Clelland Hubungan internasional adalah studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi. b. Warsito Sunaryo Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan – kesatuan social tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi. Adapun yang dimaksud dengan kesatuan-kesatuan social tertentu, bisa diartikan sebagai negara, bangsa maupun organisasi negara sepanjang hubungan bersifat internasional. c. Tygve Nathiessen Hubungan internasional merupakan bagian dari ilmu politik dan karena itu komponen-komponen hubungan internasional meliputi politik internasional, organisasi dan administrasi internasional dan hukum internasional. Konsep hubungan internasional berhubungan erat dengan subjek-subjek internasional, seperti organisasi internasional, hukum internasional, politik internasional termasuk diplomasi. Jika dilihat dari subyeknya, hubungan internasional dapat berupa: a. hubungan individual, yaitu hubungan antarpribadi atau perorangan (interpersonal) antara warga negara suatu negara dengan warga negara dari negara lain. Individu-individu tersebut saling mengadakan kontak-kontak pribadi sehingga timbul kepentingan timbal balik diantara keduanya. Misalnya: turis, pelajar, mahasiswa. b. hubungan antar kelompok, yaitu hubungan antara kelompok-kelompok tertentu dari suatu negara dengan kelompok – kelompok tertentu dari negara lain. Kelompok-kelompok tersebut dapat mengadakan hubungan secara periodik, insidental maupun permanen. Misalnya hubungan antarlembaga sosial, antarlembaga agama, antarorganisasi sosial politik. c. hubungan antarnegara, yaitu hubungan antarbadan publik/pemerintah/lembaga negara yang dengan negara lainnya dalam pergaulan internasional. Dalam hubungan ini ne gara bertindak sebagai institusi. Jika dilihat dari sifatnya, hubungan internasional dapat berupa; a. hubungan bilateral, yaitu hubungan yang melibatkan dua negara.
  • 35. b. Hubungan multilateral, yaitu hubungan yang melibatkan banyak negara c. Hubungan regional, yaitu hubungan yang dilakukan oleh beberapa negara dalam satu kawasan (region) d. Hubungan internasional, yaitu hubungan yang melibatkan lebih dari dua negara dan tidak terikat pada suatu kawasan. 2. Asas-asas hubungan internasional Dalam hubungan internasional, dikenal beberapa asas yang didasarkan pada daerah dan ruang lingkup berlakunya ketentuan hukum bagi daerah dan warga negara masing-masing. Ada tiga asas dalam hubungan internasional yang saling mempengaruhi, yaitu: a. Asas Teritorial Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah tersebut berlaku hukum asing ( internasional sepenuhnya) b. Asas Kebangsaan Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara terhadap warga negaranya. Menurut asas ini, setiap warga negara dimanapun ia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya.Asas ini mempunyai kekuatan extraterritorial, artinya hukum dari negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun di negara asing. c. Asas Kepentingan Umum Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi hukum tidak tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara. 3. Pentingnya hubungan internasional bagi Suatu Negara Hubungan Internasioal menjadi penting bagi suatu negara, karena di masa sekarang diyakini bahwa tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri. Dengan adanya hubungan internasional, pencapaian tujuan negara akan lebih mudah dilakukan dan perdamaian dunia lebih mudah diciptakan. Dengan demikian tak satu bangsa pun di dunia ini dapat membebaskan diri dari keterlibatan dengan bangsa dan negara lain. Bagi suatu negara hubungan dan kerjasama internasional sangat penting. Menurut Mochtar Kusumaatmadja (1982), hubungan dan kerja sama tersebut timbul karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia.
  • 36. Jadi, ada saling ketergantungan dan membutuhkan antarbangsa. Ketergantungan terjadi dipelbagai bidang kehidupan baik perdagangan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial maupun olah raga. Disamping itu, hubungan dan kerja sama internasional juga penting untuk : a. memelihara dan menciptakan hidup berdampingan secara damai dan adil dengan bangsa lain; b. mencegah dan menyelesaikan konflik, perselisihan, permusuhan atau persengketaan yang mengancam perdamaian dunia sebagai akibat adanya kepentingan nasional yang berbeda di antara bangsa dan negara di dunia; c. mengembangkan cara penyelesaian masalah secara damai melalui perundingan dan diplomasi yang lazim ditempuh negara-negara beradab, cinta damai dan berpegang kepada nilai-nilai etik dalam pergaulan antarbangsa; d. membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antarbangsa; e. membantu bangsa lain yang terancam keberadaannya sebagai akibat pelanggaran atas hak-hak kemerdekaan yang dimiliki; f. berpartisipasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social; g. menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, kelangsungan keberadaan dan kehadirannya ditengah bangsa-bangsa lain. Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses hubungan internasioanal, baik secara bilateral maupun multilateral antara lain adalah kekuatan nasional, jumlah penduduk, sumber daya dan letak geografis. Suatu negara dapat mengadakan hubungan internasional manakala kemerdekaan nya telah diakui oleh negara lain, baik secara de facto, maupun de jure. Perlunya kerjasama dalam bentuk hubungan internasional antara lain karena faktor-faktor berikut: a. Faktor internal, yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya baik melaui kudeta maupun intervensi dari negara lain. b. Faktor eksternal, yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerjasama dengan negara lain. Ketergantungan tersebut terutama dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, politik, hukum sosial budaya dan pertahanan keamanan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong hubungan internasional adalah sebagai berikut. a. Faktor kodrat manusia sebagai makhluk social yang harus mengadakan kerjasama dengan sesama. b. Faktor wilayah yang saling berjauhan akan mengakibatkan timbulnya kerja sama regional dan internasional
  • 37. c. Faktor pertumbuhan bangsa dan negara itu sendiri. d. Faktor kepentingan nasional yang tidak selamanya dapat dipenuhi di dalam negeri sendiri. e. Faktor tanggung jawab sebagai warga dunia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tertib serta damai. Disamping itu hubungan kerjasama antar negara di dunia diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, disamping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan dambaan setiap manusia dan negara di dunia. Kerjasama antarbangsa di dunia didasari atas sikap saling menghormati dan saling menguntungkan. Kerja sama internasional antara lain bertujuan untuk : a. Memacu pertumbuhan ekonomi seiap negara. b. Menciptakan saling pengertian antarbangsa dalam membina dan menegakkan perdamaian dunia. c. Menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. 4. Sarana-sarana Hubungan Internasional Bagi Suatu Negara a. Politik Luar Negeri 1) Pengertian Politik Luar Negeri Prof. Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politikmengatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam sutu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Luar Negeri adalah daerah, tempat atau wilayah yang bukan merupakan bagian dari daerah, tempat, atau wilayah sendiri. Dalam pengertian kita sehari-hari, luar negeri diartikan negara-negara lain di luar negara Indonesia. Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan bahwa politik luar negeri adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem dan melaksanakan tujuan-tujuan itu dalam mengadakan hubungan dengan negara-negara lain atau dalam pergaulan internasional. Atau dengan kata lain politik luar negeri adalah kebijakan yang di tetapkan suatu negara untuk mengatur mekanisme hubungan dengan negara lain. Dalam Undang-Undang No. 37 tahun 1999 dijelaskan tentang pengertian politik luar negeri, yaitu kebijakan, sikap, dan langkah pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan dengan negara lain, organisasi internasional, subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional. 2) Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia
  • 38. Politik luar negeri Indonesia merupakan hasil perkembangan sejarah ketatanegaraan selama kurun waktu yang panjang. Pada tahun-tahun pertama berdirinya, negara Indonesia menghadapi persoalan yang penting, antara lain usaha konsolidasi bagi kelangsungan hidup negara. Ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia datang dari pihak Belanda yang ingin kembali menjajah negara Indonesia. Ancaman ini, menyebabkan pemerintah Indonesiamerumuskan politik luar negerinya. Pada tanggal 2 September 1948, pemerintah Indonesiamengumumkan pendirian politik luar negerinya dihadapan badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang antara lain berbunyi : “….. tetapi mestikah kita, bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih antara pro – Rusia atau pro – Amerika ? Apakah tak ada pendirian lain yang harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita”. Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil adalah pendirian untuk menjadi objek dalam pertarungan politik internasional, tetapi harus tetap menjadi subjek yang berhak menentukan sikap sendiri dan memperjuangkan tujuan sendiri, yaitu Indonesiamerdeka seluruhnya. Keterangan inilah yang kemudian menjadi dasar pertimbangan politik luar negeriIndonesia yang bebas dan aktif. 3) Landasan Politik Luar Negeri Indonesia Landasan pelaksanaan politik luar negeri RepublikIndonesia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Dalam pasal 2 UU No. 37 Tahun 1999 dinyatakan bahwa hubungan luar negeri dan politik luar negeri didasarkan pada Pancasila, UUD 1945, dan Garis-Garis Besar haluan Negara. Dengan demikian Landasan bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah sebagai berikut : a. Landasan idiil : Pancasila b. Landasan Konstitusional : UUD 1945 c. Landasan operasional : - Ketetapan-Ketetapan MPR - Kebijakan Presiden berupa Keppres - Kebijakan Menlu antara lain peraturan Menlu 4) Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia Politik luar negeri Indonesia antara lain bertujuan sebagai berikut : a. Pembentukan satu negara Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokrasi dengan wilayah kekuasaan dari sabang sampai merauke. b. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur materialo dan spiritual dalam wadah negara kesatuan RI.
  • 39. c. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara RI dan semua negara di dunia. Mengenai tujuan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, Drs. Moh. Hatta dalam bukunyaDasar Politik Luar negeri Republik Indonesia,merumuskan sebagai berikut : a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara. b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri. c. Meningkatkan perdamaian internasional karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran rakyat. d. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksana cita-cita yang tersimpul di dalam Pancasila, dasar, dan filsafat negara kita. 5) Pedoman Perjuangan Politik Luar NegeriIndonesia Pedoman perjuangan politik luar negeri yang bebas aktif berdasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut : a. Dasa Sila Bandung yang mencerminkan solidaritas negara-negara Asia dan Afrika, dan perjuangan melawan imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manivestasinya serta mengandung sifat non intervensi (tidak turut campur urusan negara lain). b. Prinsip bahwa masalah Asia hendaknya dipecahkan oleh bangsa Asia sendiri dengan kerja sama regional. c. Pemulihan kembali kepercayaan negara-negara/bangsa-bangsa lain terhadap maksud dan tujuan revolusi Indonesia dengan cara memperbanyak kawan daripada lawan, menjauhkan kontradiksi dengan mencari keserasian yang sesuai dengan falsafah Pancasila. d. Pelaksanaan dilakukan dengan keluwesan dalam pendekatan dan penanggapan sehingga pengarahannya harus dilakukan untuk kepentingan nasional terutama kepentingan ekonomi rakyat. 6) Prinsip-prinsip Pokok Politik Luar NegeriIndonesia Berdasarkan Pengumuman pemerintah tanggal 2 September 1948 di hadapan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, yang menjadi prinsip-prinsip pokok politik luar negeri RI sebagai berikut : a. Negara kita menjalankan politik damai. b. Negara kita bersahabat dengan segala bangsa atas dasar saling menghargai dengan tidak mencampuri soal susunan dan corak pemerintahan negeri masing-masing.
  • 40. c. Negara kita memperkuat sendi-sendi hokum internasional dan organisasi internasional untuk menjamin perdamaian yang kekal. d. Negara kita berusaha mempermudah jalannya pertukaran pembayaran internasional. e. Negara kita membantu pelaksanaan keadilan social internasional dengan berpedoman pada Piagam PBB. f. Negara kita dalam lingkungan PBB berusaha menokong perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa yang masih dijajah sebab tanpa kemerdekaan, persaudaraan, dan perdamaian internasional itu tidak akan tercapai. 7) Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam rangka menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera, negara kita harus tetap melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif. a. Bebas, artinya kita bebas menentukan sikap dan pandangan kita terhadap masalah-masalah internasional dan terlepas dari ikatan kekuatan-kekuatan raksasa dunia yang secara ideologis bertentangan. b. Aktif,artinya kita dalam politik luar negeri senantiasa aktif memperjuangkan terbinanya perdamaian dunia. Perwujudan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, dapat dilihat dari contoh sebagai berikiut : a. Penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 yang melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia afrika yang kemudian melahirkan Deklarasi Bandung. b. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu negara pendiri Gerakan Non Blok tahun 1961 yang berusaha membantu dunia Internasional untuk meredakan ketegangan perang dingin antara Blok barat dan Blok Timur. c. Indonesia juga aktif di dalam merintis dan mengembangkan organisasi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). d. Ikut aktif membantu penyelesaian konflik di Kamboja, perang saudara di Bosnia, pertikaian dan konflik antara pemerintahan Filipina dan bangsa Moro, dan lain-lain. Dalam pasal 4 UU No 37 Tahun 1999 dinyatakan bahwa politik luar negeri dilaksanakan melaluidiplomasi yang kreatif, aktif, antisipatif, tidak sekedar rutin, dan reaktif, teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan 1) Pengertian Diplomasi Kata diplomasi berasal dari bahasa yunani dan Latin, yaitu diploma, yang artinya piagam atau surat perjanjian. Dalam perkembangannya, diplomasi diartikan kegiatan yang menyangkut hubungan antarnegara atau hubungan resmi suatu negara dengan negara lain. Segala hal ihwal yang berkenaan dengan diplomasi disebut dengan
  • 41. diplomatic, sedangkan petugas-petugas yang melaksanakantugas diplomatic atau kegiatan disebut diplomat. Seorang diplomat mempunyai tiga fungsi dalam mewakilim negaranya, yaitu: a) Sebagai lambang; maksudnya diplomat merupakan lambang prestisen nasional di luar negeri, sedangkan di lain pihak proses penerimaan diplomat di negara penerima merupakan ujian penghargaan negara penerima terhadap negara pengirim, misalnya dalam upacara resmi dan upacara kebesaran lainnya. b) Sebagai wakil yuridis yang sah menurut hukum dalam hubungan internasional; maksudnya diplomat mebuat dan menandatangani perjanjian yang mengikat menurut hukum, mengumumkan pernyataan, dan mempunyai wewenang untuk meratifikasi dokumen yang telah disahkan oleh negara pengirim c) Sebagai perwakilan politik; maksudnya seorang diplomat meneruskan semua keinginan negara pengirim sesuai dengan garis yang telah digariskan. Seorang diplomat mengemban tugas penting dan sangat menentukan bagai Negara yang diwakilinya. Menurut Sir H. Nicolson dalam bukunya Diplomacy, seorang diplomat harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu: a) Kejujuran ( aruthulness) b) Ketelitian (precision) c) Ketenangan (calm) d) Temperamen yang baik(good temperate) e) Kesabaran dan kesederhanaan (patience and medesty) f) Kesetiaan (loyalty) 2) Kegiatan dan Tujuan Diplomasi Kegiatan diplomasi dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk yaitu diplomasi politik, ekonomi, social dan penerangan serta pertahanan dan keamanan. Kegiatan diplomasi meliputi: a) menentukan tujuan dengan mempergunakan semua daya dan tenaga untuk mencapai tujuan tersebut; b) menyesuaikan dari kepentingan bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai dengan daya dan tenaga yang ada; c) menentukan sesuai dan tidaknya tujuan nasioanal dengan kepentingan bangsa atau negara lain; d) mempergunakan sarana dan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya;
  • 42. Kegiatan diplomasi merupakan hal yang sangat penting dalam hubungan antarnegara. Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan diplomasi dapat membahayakan perdamaian dan ketertiban dunia. Tujuan diplomasi adalah mengusahakan agar pihak-pihak yang mengadakan mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat masing-masing. 3) Alat Perlengkapan atau Instrumen Diplomasi Alat perlengkapan atau instrument dalam melaksanakan diplomasi ada dua, yaitu. a) Perwakilan diplomatik Perwakilan diplomatik ditugaskan atau ditempatkan di negara lain. Perwakilan diplomatik merupakan penyambung lidah di negara yang di wakilinya b) Departemen luar negeri Departemen luar negeri merupakan unsur pelaksana dari seluruh kegiatan politik luar negeri suatu negara. b. Peranan Departemen Luar negeri Departemen luar negeri biasanya bertempat di ibukota negara. Departemen luar negeri merupakan pusat dari seluruh kegiatan politik luar negeri suatu negara. Di departemen luar negeri bahan-bahan dari berbagai sumber diolah dan dirumuskan, kemudian dinilai. Hasil penilaian ini akan dijadikan pedoman dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan. 1) Kedudukan dan Tugas Pokok Departemen Luar Negeri Departemen luar negeri Republik Indonesiadibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi departemen. Departemen luar negeri adalah bagian dari pemerintah negara yang dipimpin oleh seorang menteri dan bertanggungjawab langsung kepada presiden.Tugas pokok departemen luar negeri adalah menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang politik dan hubungan luar negeri. 2) Tugas Umum dan Peranan Departemen Luar Negeri Tugas umum departemen luar negeri antara lain sebagai berikut. a) Menjaga agar pelaksanaan politik luar negeriIndonesia tidak menyimpang dari peraturan pemerintah dan tetap berpedoman kepada kepentingan nasional; b) Menjaga nama baik, kedaulatan dan martabat Republik Indonesia di mata internasional Departemen luar negeri Republik Indonesiajuga mempunyai tugas-tugas khusus yang biasanya dijalankan oleh lembaga-lembaga di bawah departemen luar negeri, antara lain, yaitu:
  • 43. a) Merumuskan kebijakan teknis, memberikan bimbingan dan pembinaan serta perijinan di bidang politik dan hubungan luar negeri sesuai dengan kebijakan menteri luar negeri. Tugas ini dibebankan kepada Dirjen Politik Departemen Luar Negeri; b) Mengadakan pengamanan, penerangan dan pembinaan masyarakat Indonesia di luar negeri. Tugas ini dilaksanakan oleh Dirjen Hubungan Sosial Budaya dan Penerangan Luar Negeri; c) Merumuskan kebijakan teknis, memberikan bimbingan, pembinaan dan perijinan di bidang protocol, konsuler dan fasilitas diplomatic. Tugas ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Protokoler dan konsuler. Banyaknya tugas yang harus dilaksanakan oleh departemen luar negeri menyebabkan departemen ini memiliki peranan penting. Fungsi dan peranan departemen luar negeri Indonesiadalam mengadakan hubungan dengan negara-negara lain, antara lain, yaitu: a) Membawakan aspirasi nasional ke tengah-tengah pergaulan antarnegara serta melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunanyang meliputi bidang politik dan hubungan luar negeri; b) Membantu presiden dan melaksanakan politik luar negeri Republik Indonesia yang bebas dan aktif dengan berorientasi pada kepentingan nasional; c) Melaksanakan dan membina hubungan dengan negara-negara lain, baik hubungan yang bersifat politis maupun non politis; d) Mengolah, merumuskan, menilai data-data dan bahan-bahan dari berbagai sumber, kemudian menentukan langkah-langkah yang diperlukan;serta e) Bertanggungjawab atas tugas pengawasan terhadap perwakilan diplomatic dan konsuler. Dalam melaksanakan tugas diplomatiknya, departemen luar negeri harus diberitahu tentang: a) Pengangkatan anggota-anggota misi, kedatangan, pemberangkatan dan berakhirnya tugas misi tersebut; b) Kedatangan dan pemberangkatan orang-orang yang termasuk anggota misi atau anggota keluarga serta berakhirnya tugas atau keberadaan mereka; c) Kedatangan dan pemberangkatan para pembantu yang diperbantukan kepada pejabat diplomatic; d) Penempatan warga negara penerima sebagai anggota misi atau sebagai pembantu pribadi yang mempunyai hak istimewa atau hak kekebalan.
  • 44. 4.1 Menjelaskan Tahap - Tahap Perjanjian Internasional 1. Pengertian Perjanjian Internasional Secara umum perjanjian internasional dapat diartikan sebagai suatu persetujuan yang dinyatakan secara formal antara dua atau lebih negara mengenai penetapan, penentuan, atau syarat timbal balik tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam perjanjian internasional, pihak-pihak dinyatakan secara sukarela dan didasarkan pada persamaan kedudukan, serta kepentingan bersama, baik di masa damai maupun perang. Pada umumnya perjanjian ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian karena adanya adagium “Pacta Sunt Servanda” (persetujuan antarnegara harus ditaati. Pengertian perjanjian internasional juga dikemukakan oleh beberapa tokoh atau ahli, antara lain: a. Oppenheimer - Lauterpacht Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. b. G. Schwarzenberger Perjanian internasional sebagai suatu persetujuan antara obyek-obyek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional, dapat berbentuk bilateral maupun multilateral. Subyek-subyek hukum dalam hal ini selain lembaga-lembaga internasional juga negara-negara. a. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, yang termasuk perjanjian internasional antara lain: 1) Perjanjian anta Negara-negara; 2) Perjanjian antara Negara dengan organisasi internasional, misalnya antara Negara Amerika dengan PBB mengenai status hukum tempat kedudukan tetap PBB di New York; 3) Perjanjian aantara organisasi internasional dengan organisasi internasional lainnya; b. Konferensi Wina 1969 Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih, yang bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu. Tegasnya perjanjian internasional mengatur perjanjian antar negara saja selaku subyek hukum internasional c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
  • 45. Perjanjian internasional yaitu perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. 2. Penggolongan Perjanjian Internasional a. Penggolongan Menurut Subyeknya 1) Perjanjian antarnegara, misalnya antara negaraIndonesia dengan negara Malaysia 2) Perjanjian antarnegara dengan subyek hukum internasional lainnya, misalnya antara negaraIndonesia dengan ASEAN 3) Perjanjian antara sesame subyek hukum internasional lain selain negara, misalnya antara ASEAN dengan MEE b. Penggolongan Menurut Isinya Perjanjian internasional dapat mencakup berbagai bidang sebagai berikut. 1) Politis, misalnya pakta pertahanan, pakta perdamaian; 2) Ekonomi, misalnya bantuan ekonomi, bantuan keuangan dan perjanjian perdagangan 3) Hukum, misalnya perjanjian ekstradisi; 4) Batas wilayah, misalnya batas ZEE, landas kontinen; 5) Kesehata, misalnya karantina dan Sars c. Penggolongan Menurut Fungsinya 1) Perjanjian yang membentuk hukum (law making treaties) yaitu suatu perjanjian yang meletakkan kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara keseluruhan. Perjanjian ini bersifat multilateral dan terbuka bagi pihak ketiga. Contoh: Konvensi Wina Tahun 1958 tentang hubungan diplomatik 2) Perjanjian yang bersifat khusus (treaty contract), yaitu perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihk-pihak yang mengadakan perjanjian saja. Biasanya bersifat bilateral. Contoh: Perjanjian republik Indonesia dengan RRC mengenai dwikewarganegaraan d. Penggolongan Menurut Jumlah Pihak Pihak yang Mengadakan Perjanjian 1) Perjanjian Bilateral, yaitu perjanjian yang dilakukan oleh dua negara 2) Perjanjian Multilateral, yaitu perjanjian yang dilakukan oleh lebih dua negara/ banyak negara. e. Penggolongan Menurut Bentuknya
  • 46. 1) Perjanjian antar kepala negara (head of state form) 2) Perjanjian antar pemerintah (intergovernmental form) 3) Perjanjian antar menteri (interdepartemental form) f. Penggolongan Menurut Proses/ Tahapan Pembentukannya 1) Perjanjian yang bersifat penting yang dibuat melalui tiga tahap,yaitu proses perundingan, penandatanganan. dan ratifikasi. 2) Perjanjian yang bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu perundingan dan penandatanganan.Biasanya digunakan kata persetujuan atau agreement. 3. Tahap-tahap (Proses) Pembuatan Perjanjian Internasional Proses pembuatan perjanjian internasional biasanya diatur oleh konstitusi/ undang-undang dasar atau hukum kebiasaan masing-masing negara. Oleh karena itu dengan sendirinya tidak ada keseragaman antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Berdasarkan praktek dari berbagai negara terdapat dua macam proses pembuatan perjanjian internasional, yaitu a. Proses yang melaui dua tahap 1) Perundingan (negotiation) 2) Penandatanganan (signature) b. Proses yang melalui tiga tahap 1) Perundingan (negotiation) 2) Penandatanganan (signature) 3) Pengesahan (ratification) Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 pasal 6, pembuatan perjanjian internasional dilaksanakan melalui tahap-tahap : a. Penjajakan b. Perundingan c. Perumusan naskah d. Penerimaan e. Penandatanganan Dalam Konvensi Wina tahun 1969, tentang Hukum Perjanjian Internasional disebutkan bahwa dalam pembuatan perjanjian internasional baik bilateral maupun multilateral dapat dilakukan melakukan tahap-tahap: a. Perundingan (negotiation)