SlideShare a Scribd company logo
SUMBER HUKUM
ISLAM
DOSEN PENGAMPU: Bapak A. Ubaidillah, S.Pdi, M.Pd.
APA ITU SUMBER HUKUM ISLAM...?
Sumber agama Islam merupakan landasan utama bagi umat
Muslim dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Secara umum sumber agama Islam dibagi menjadi 2, yaitu hukum
muttafaq (disepakati) dan hukum mukhtalaf (tidak disepakati)
- sumber hukum muttafaq: Al-Quran, Hadits, Ijma', Qiyas.
- sumber hukum mukhtalaf: istishan, mashlahah-mursalah, istishab,
saddzu dzar’iah, qaul as-shahaby, urf, syar’u man qablana
kedua sumber hukum di atas memiliki peran penting dalam
menentukan hukum dan tata cara hidup umat Muslim.
SUMBER HUKUM ISLAM YANG AKAN
DIBAHAS
AL-QUR’AN HADIST IJTIHAD
QIYAS
IJMA’
05
01 02 03
04
AL-QUR’AN
01
PENGERTIAN
Menurut bahasa, kata "al Qur'an adalah bentuk isim
masdar dari kata "qa-ra-a" yang berarti membaca yaitu kata
"qur-a-nan" yang berarti yang dibaca.
ْ‫ت‬َ‫ل‬ ِ
‫ص‬ُ‫ف‬ ٌ‫ب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬
۶
َ‫ق‬ِ‫ل‬ ‫ًّا‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ع‬ ‫ا‬ً‫ن‬‫قرا‬ ،‫ايته‬
ََ‫ْو‬َُُ‫ل‬َْْ‫ي‬ ٍ ْ‫ْو‬
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa arab untuk kaum yang mengetahui”. (QS. Fushshilat
(41) :3)
Secara istilah Menurut Khudhari Beik al-qur’an adalah
Firman Allah SWT yang berbahasa arab yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW, untuk dipahami dan selalu
diingat, disampaikan secara mutawattir (bersambung), ditulis
dalam satu mushaf yang diawali dengn surat al Fatihah dan
diakhiri dengan surat al Naa
Sifat Al Qur’an dalam Menetapkan Hukum
1. Tidak Menyulitkan
َ‫ر‬ْ‫س‬ُْْ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ
‫ر‬ُ‫ي‬ َ
‫َل‬ َ‫و‬ َ‫ر‬ْ‫س‬ُ‫ي‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ ‫ه‬
‫َّللا‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ر‬ُ‫ي‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu...".(QS. Al Baqarah; 185)
Salah satu contohnya dalam mengharamkan khamr ditetapkan dalam tiga proses
1. Menjelaskan manfaat khamar lebih kecil dibanding akibat buruknya
2. Melarang pelaku shalat dalam keadaan mabuk
3. Menegaskan hukum haram kepada khamar dan perbuatan buruk lainya
2. Bertahap dalam pelaksanaanya
1. Sebagai Pedoman dan Petunjuk Hidup Manusia
2. Sebagai Pembenar dan penyempurna kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya
3. Sebagai Mu’jizat Nabi Muhammad SAW
4. Membimbing manusia ke jalan keselamatan dan kebahagiaan
5. Pelajaran dan penerang kehidupan
FUNGSI AL-QUR’AN
HADIST
02
02
HADIST
Hadis ialah segala hal yang datang dari Nabi Muhammad saw., baik berupa ucapan,
perbuatan, ketetapan dan cita-cita nabi SAW. Para ulama telah bersepakat bahwa
hadis dapat berdiri sendiri dalam mengadakan hukum-hukum, seperti menghalalkan
atau mengharamkan sesuatu. Kekuatannya sama dengan Al Qur’an.
Hadis menurut bahasa artinya baru dan kabar/berita
Hadis scr istilah:
‫اأو‬ً‫تقرير‬ ‫أو‬ ً‫ال‬ْ‫ف‬ ‫أو‬ ً‫َل‬‫قْو‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبي‬ ‫إلى‬ ‫ضيف‬ُ‫أ‬ ‫ما‬
‫صفة‬
Segala sesuatu yg disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan, ataupun sifat.
• Hadis merupakan wujud/gambaran konkrit dan penjelas pada dalil tertentu dalam
Al qur’an.
• Ahlaq nabi adalah al Qur'an Jika ingin memahami isi Al qur'an harus melihat
hadis, karena pengejewantahan Al Qur'an ada pada ahlaq rasululloh.
PENGERTIAN
ُ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ل‬‫ْو‬ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ ۟‫ا‬ َٰٓ‫ْو‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ِين‬‫ذ‬‫ه‬‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ََٰٓ‫ي‬
ۖ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫م‬َ ْ
‫ٱْل‬ ‫ى‬ِ‫ل‬ ۟
‫و‬
َ‫ش‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ز‬َ‫ن‬َ‫ت‬ َِ‫إ‬َ‫ف‬
ُ‫ه‬‫و‬ُّ‫د‬ُ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ء‬ْ‫ى‬
َ‫ي‬ْ‫ٱل‬ َ‫و‬ ِ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬ِ‫ب‬ ََ‫ْو‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ َِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫ْو‬ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ َ‫و‬ ِ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬
َ‫ت‬ ُ‫ن‬َ‫س‬َْْ‫أ‬ َ‫و‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َِ ََِ‫ل‬ََٰ ِ
‫ر‬ ِِ‫ا‬َ‫ء‬ْ‫ٱل‬ ٍِ ْ‫ْو‬
ً
‫يال‬ِ‫و‬ْ‫أ‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.“ (QS. An Nisa' : 59)
KEDUDUKAN HADIST SEBAGAI SUMBER HUKUM
FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN
1. TAQRIR
Hadis/sunnah berfungsi untuk menguatkan atau menggaris bawahi maksud redaksi wahyu (Al
Qur'an). Bayan Taqrir disebut juga Bayan Ta'kid atau Bayan Isbat.
Contoh: Hadis/sunnah tentang penentuan kalender bulan berkenaan dengan kewajiban di bulan
Ramadhan
َ‫أ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬َ‫ف‬ َ‫ل‬ َ
‫َل‬ِ‫ه‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ِ‫ط‬ْ‫ف‬
(
‫مسلم‬ ‫رواه‬
)
"Apabila kalian melihat bulan, maka puasalah, juga apabila melihat bulan, berbukalah". (HR.
Muslim)
Hadis ini mentaqrir ayat,
‫ن‬ْ‫ص‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ر‬ْ‫ه‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ َ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬
.....
”Maka barangsiapa yang menyaksikan bulan, hendaknya ia berpuasa”. (QS. Al Baqarah: 185)
FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN
2. BAYAN TAFSIR
Hadis/sunnah berfungsi menjelaskan atau memberikan keterangan atau menafsirkan redaksi Al
Qur'an, merinci keterangan Al Qur'an yang bersifat global (umum) dan bahkan membatasi pengertian
lahir dari teks Al Qur'an atau mengkhususkan (takhsis) terhadap redaksi ayat yang masih bersifat
umum.
Contoh: Hadis/Sunnah menafsirkan QS. Al Qodr (97): 1
ِ
‫ر‬ْ‫د‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ِ‫ة‬‫ليل‬ ‫في‬ ‫أنزلته‬ ‫إنا‬
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
Nabi SAW,. memberi penjelasan tentang waktu (terjadinya) Lailatul Qodar, seperti dalam Hadis;
َ‫ا‬َ‫ض‬َ‫م‬ َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ
‫ر‬ ِِ‫وا‬َ‫ْل‬‫ا‬ ِ
‫ر‬ْ‫ش‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫ت‬ِ‫ْو‬ْ‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ
‫ر‬ْ‫د‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ُ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ال‬
(
‫البخارى‬ ‫رواه‬
)
“lailatul qadr berada pada malam gajil pada sepuluh akhir bulan ramadhan"
3. BAYAN TASYRI
Hadis/sunnah berfungsi untuk menetapkan hukum yang tidak dijelaskan oleh Al Qur'an. Hal ini dilakukan
atas inisiatif Nabi SAW Atas berkembangnya permasalahan sejalan dengan luasnya daerah penyebaran
Islam dan beragamnya pemikiran para pemeluk Islam.
Di antara hasil hukum yang berasal dari inisiatif Nabi SAW adalah:
Pada masalah zakat, Al Qur'an tidak secara jelas menyebut berapa yang harus dikeluarkan seorang
muslim dalam mengeluarkan zakat fitrah. Nabi SAW menjelaskannya dalam hadis/sunnahnya sebagai
berikut:
Rasul telah mewajibkan zakat fitrah kepada manusia (muslim). Pada bulan ramadhan satu sho' (zukat)
kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau sahaya, laki-laki atau perempuan muslim" (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Hadis fi’li
Perbuatan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW seperti cara melakukan
wudhu, shalat, haji, dan lainnya. Hadis fi’il ini
tidak diketahui langsung dari nabi, namun
melalui informasi yang diberikan oleh sahabat
1. Hadis Qouli
Segala yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW berupa perkataan atau ucapan
yang berisi berbagai tuntunan dan petujuk syara’
peristiwa, kisah kisah, baik yanh berkaitan
dengan akidah, akhlak, syariah maupun yang
lainnya
BENTUK BENTUK HADIST
3. Hadis Taqriri
Tidak semua materi hadis berasal dari Nabi,
baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Sebagiannya adlaah perkataan atau perbuatan
sahabat baik yang dilakukan di depan Nabi
atau yang tidak kemudian di konfirmasi kepada
Nabi
4. Hadis Ahwali
Berupa hal Ihwal Nabi yang berkenaan dengan
keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadian beliau
5. Hadis Hammi
Hasrat nabi yang belum terealisasikan. Hadis ini
belum terwujud namun masih berupa keinginan
IJTIHAD
03
PENGERTIAN
Kata ijtihad berasal dari kata yang berarti al-thaqah (daya, kemampuan, kekuatan). Atau berarti al-
masyaqqah (kesulitan, kesukaran)
Ijtihad, menurut istilah: secara umum memiliki makna yang luas, mencakup segenap pencurahan
daya intelektual dan bahkan spiritual dalam menghadapi suatu kegiatan atau permasalahan yang
sukar. Dari itu, upaya pengerahan kemampuan dalam berbagai lapangan ilmu, seperti Ilmu kalam,
falsafah, tasawuf, fikih, dan lain sebagainya merupakan suatu bentuk ijtihad.
Namun ijtihad dalam pengertian khusus dan spesifik, yaitu ijtihad dalam hukum Islam, mengacu
kepada upaya maksimal dalam mendapatkan ketentuan hukum syara’. Atau mengerahkan segala
kemampuan dalam mendapatkan hukum syara’ yang praktis dengan menggunakan metode
istinbat. Atau upaya seseorg ahli fikih dalam mengerahkan kemampuan secara optimal dalam
mendapatkan suatu hukum syariat yang bersifat zanni.
‫آم‬ َ َ ‫ن‬ ‫ط‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬ ‫ِيع‬ َّ
‫َّللا‬ ‫ُوا‬ ‫و‬ َ َ ‫ط‬َ‫أ‬ ‫ِيع‬ ‫الر‬ ‫ُوا‬ ‫َّس‬ ‫و‬ ‫َول‬ ُ َ ‫األم‬ ‫ِول‬ ُ‫أ‬ ْ ‫م‬ ‫ِر‬ ِ ‫ن‬ ‫ُكم‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫َإ‬ ‫ن‬
ِ
َ‫أ‬ ‫َا‬ ‫ه‬ ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫َا‬ ‫ين‬
‫ْيـ‬ َ ‫و‬ ْ ‫م‬ ‫ي‬ ِ ‫يـ‬
‫ر‬ ُ ‫دوه‬ ‫إ‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ل‬ َِِ ‫و‬ ِ ‫َالر‬ ‫َّس‬ ‫إ‬ ‫ِول‬ ُ ‫كن‬ ُ ‫ْن‬ ِ ‫ْت‬ ‫ُم‬ ‫تـ‬ ْ ُ ‫ؤ‬ ‫ْم‬ ِ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫َون‬ ُ َّ
‫َِّللا‬ ‫و‬ ِ َ ‫ال‬
َ
‫ُم‬ ْ َ ‫ف‬ ِ ‫شي‬ ْ ‫ء‬ ‫فـ‬ ٍ
‫َاز‬ ‫َع‬ ْ ‫ت‬
‫اآلخ‬ ‫ذل‬ َ ‫ِر‬ ِ ِ ‫خ‬ ‫َك‬ ‫َيـ‬ ْ ‫ر‬ ‫و‬ ٌ َ ‫ح‬َ‫أ‬ ‫ْس‬ ‫َن‬ ‫ت‬ ُ َ ‫أ‬ ‫ويال‬ ْ
ِِ ‫تـ‬ َ ‫ن‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQur‘an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (
Q.S An-nisa : 59)
DASAR HUKUM IJTIHAD
SYARAT SYARAT MENJADI SEORANG MUJTAHID
6. Mengetahui ilmu ushul fiqh.
2. Yang berkaitan dengan Sunnah, harus
mengetahui Sunnah sebanyak-banyaknya. Al-
Gazali mengatakan cukup mengetahui Hadis-hadis
hukum saja.
1. Mengetahui Al-Qurʼan dan Sunnah.
Cukup mengetahui ayat-ayat hukum saja
4. Mengetahui bahasa Arab, yang
memungkinkan menggali hukum dari Al-
Qurʼan dan Sunnah secara baik dan
benar.
3. Mengetahui ijma’, sehingga ia tidak
mengeluarkan fatwa yang
bertentangan dengan ijma’.
5 . Mengetahui nasikh mansukh
7. Mengetahui maksud syari’ dalam
menetapkan hukum.
2. Ijtihad tatbiqi, yaitu kegiatan ijtihad yang bukan
untuk menemukaan dan menghasilkan hukum,
tetapi menerapkan hukum hasil temuan imam
mujtahid terdahulu kepada kejadian yang
muncul kemudian.
1. Ijtihad istinbat, yaitu kegiatan ijtihad
yang berusaha menggali dan
menemukan hukum dari dalil-dalil
yang telah ditentukan
PEMBAGIAN IJTIHAD
TINGKATAN IJTIHAD
1. Mujtahid muthlak/independen adalah mujtahid yang mandiri. Untuk mencapai tingkatan ini, semua
persyaratan sebagai seorang mujtahid harus dipenuhi. Mujtahid inilah yang memiliki tingkat otoritas mengkaji
ketetapan hukum langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Mujtahid muntashib adalah mereka yang mengambil atau memilih pendapat imam-imamnya dalam ushul
dan berbeda pendapat dalam cabang (furu’(, meskipun secara umum menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
yang hampir sama dengan hasil ijtihad yang diperoleh imamnya.
3. Mujtahid fil mazhab, adalah mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam ushul maupun dalam furu’-nya.
Mujtahid mazhab ini menghasilkan al-fikih al-mazhabi (aliran fikih) dan meletakkan asas-asas bagi
perkembangan mazhab-mazhab, serta mengeluarkan ketentuan hukum baru berdasarkan prinsip-prinsip dari
mazhab-mazhab tersebut. Mujtahid-mujtahid inilah yang meletakkan asas-asas tarjih dan muqayasah
(perbandingan) di antara pendapat ulama guna menilai sahih ata daif-nya suatu pendapat.
4. Mujtahid tarjih, adalah mujtahid yang tidak melakukan istinbat terhadap hukum-hukum furu’ yang belum sempat
ditetapkan oleh ulama terdahulu dan belum diketahui hukumnya. Mujtahid murajjih hanya melakukan tarjih
mengunggulkan di antara pendapat-pendapat yang diriwayatkan dari imam dengan metodenya, murajjih melakukan
tarjih sebagai pendapat atas pendapat lain karena dipandang kuat dalilnya atau karena sesuai dengan konteks
kehidupan masyarakat pada masa itu atau karena alasan lain, sepanjang tidak termasuk ke dalam kategori
melakukan kegiatan istinbat baru yang independen ataupun mengikuti metode istinbat imamnya.
IJMA’
04
PENGERTIAN
Ijma’ secara etimologi memutuskan atau menyepakati sesuatu.
‫حكم‬ ‫على‬ ‫الرسول‬ ‫وفاة‬ ‫بعد‬ ‫من‬ ‫العصور‬ ‫من‬ ‫عصر‬ ‫في‬ ‫المجتهدين‬ ‫جميع‬ ‫إتفاق‬ ‫هو‬ ‫اإلجماع‬
‫الواقعة‬ ‫في‬ ‫شرعي‬
“
Ijma' adalah kesepakatan seluruh mujtahid pada suatu masa tertentu sesudah wafatnya
rasul atas hukum syara' untuk suatu peristiwa atau kejadian.
Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum
muslimin pada suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum syara yang tidak
ditemukan dasar hukumnya dalam Al Qur’an dan Hadis.
Jadi obyek ijmâ’ ialah semua peristiwa atau kejadian yang tidak ada dasarnya dalam al-
Qur’an dan al-Hadis, peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan ibadat ghairu
mahdhah (ibadat yanng tidak langsung ditujukan kepada Allah SWT) bidang mu’amalat,
bidang kemasyarakatan atau semua hal-hal yang berhubungan dengan urusan duniawi
DASAR HUKUM IJMA’
ُ‫ه‬‫ال‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫َّن‬‫ي‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َّ‫الر‬ ِ‫ق‬ِ‫ق‬‫َا‬‫ش‬ُ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬‫و‬
ُ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫د‬
َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬
‫ا‬ً‫ير‬ ِ
‫ص‬َ‫م‬ ْ‫ت‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ َ‫و‬ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ص‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ‫تولى‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫ن‬
Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan la leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya
itudan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS.
An Nisa'; 115).
Pada ayat ini Allah swt melarang untuk:
- Menyakiti/ menentang Rasulullah.
- Membelot/ menentang jalan yang disepakati kaum mu'minin.
RUKUN IJMA’
Rukun Ijma’ adalah empat prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam proses Ijma’:
1) Mujtahid lebih dari satu orang: Saat berlangsung kejadian yang
memerlukan adanya Ijma’, terdapat sejumlah orang yang berkualitas
mujtahid
2) Kesepakatan atas hukum suatu masalah: Semua mujtahid pada satu
masa sepakat atas hukum suatu masalah tanpa memandang negeri asal,
suku dan kelompok tertentu
3) Pendapat dikemukakan sebagai hasil ijtihad: Kesepakatan itu tercapai
setelah terlebih dahulu masing-masing mujtahid mengemukanan
pendapatnya sebagai hasil dari usaha ijtihadnya
4) Kesepakatan hukum dicapai dari hasil kesepakatan pendapat para
ulama secara keseluruhan: Seandainya ada sebagian dari ulama yang
tidak setuju dengan kesepakatan tersebut maka tidak bisa disebut sebagai
Ijma’
05
QIYAS
PENGERTIAN
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan, manganalogikan, membandingkan atau
mengukur.
Para ulama ushul fiqh berpendapat, qiyas ialah menetapkan hukum suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada
suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan
nash karena ada persamaan ‘illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu
Jadi suatu Qiyas hanya dapat dilakukan apabila telah diyakini bahwa benar-benar tidak
ada satupun nash yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum suatu
peristiwa atau kejadian.
Karena itu tugas pertama yang harus dilakukan oleh seorang yang akan melakukan
Qiyas, ialah mencari: apakah ada nash yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan
hukum dari peristiwa atau kejadian. Jika telah diyakini benar tidak ada nash yang
dimaksud barulah dilakukan Qiyas
DASAR HUKUM QIYAS
ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ ۟‫ا‬ َٰٓ‫ْو‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ِين‬‫ذ‬‫ه‬‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ََٰٓ‫ي‬
ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ز‬َ‫ن‬َ‫ت‬ َِ‫إ‬َ‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ِ
‫ر‬ْ‫م‬َ ْ
‫ٱْل‬ ‫ى‬ِ‫ل‬ ۟
‫و‬ُ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ل‬‫ْو‬
‫ء‬ْ‫ى‬َ‫ش‬ ‫ى‬ِ‫ف‬
ِ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬ِ‫ب‬ ََ‫ْو‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ َِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫ْو‬ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ َ‫و‬ ِ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬‫و‬ُّ‫د‬ُ‫ر‬َ‫ف‬
ُ‫ن‬َ‫س‬َْْ‫أ‬ َ‫و‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َِ ََِ‫ل‬ََٰ ِ
‫ر‬ ِِ‫ا‬َ‫ء‬ْ‫ٱل‬ ٍِ ْ‫ْو‬َ‫ي‬ْ‫ٱل‬ َ‫و‬
ِ‫و‬ْ‫أ‬َ‫ت‬
ً
‫يال‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.“ (QS. An Nisa' : 59)
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan kembali kepada Allah dan Rasul
(dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan
adanya persamaan (illat) dan membandingkannya = qiyas
RUKUN QIYAS DAN CONTOHNYA
Asal (pokok), yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.
“PENGHARAMAN GANJA SEBAGAI QIYÂS DARI MINUMAN KERAS/KHAMR (YANG
MEMABUKKAN)”
Far'u (cabang), yaitu sesuatu permasalahan yang belum terdapat nash hukumnya, karena tidak
terdapat dalil nash atau ijma' yang menjelaskan hukumnya.
“GANJA”
Hukm Al Asl, yaitu hukum syar'i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya. Atau hukum
syar'i yang ada dalam nash atau ijma’
“MINUMAN KERAS/KHAMR ADALAH HARAM” (QS. Al-Maidah:10)
Illat, adalah sifat persamaan yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun
atasnya.
“SAMA-SAMA MEMABUKKAN/MEMBUAT KEHILANGAN KONTROL DIRI”
REFERENSI
1. Buku Siswa Fikih kelas XII, Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2016
2. Ushul Fiqih, Dr.Hj.Darmawati H.S.Ag.,M.tahun 2019
3. Ulumul Hadis, Zuhri Wahid, Fatimah Azarah, Watni Marpaung tahun 2014
‫شكركثير‬

More Related Content

Similar to lima sumber hukum islam muttafaq dan mukhtalaf.pptx

Alquran sumber utama
Alquran sumber utamaAlquran sumber utama
Alquran sumber utama
Feni Malviowita
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam  Sumber hukum islam
Sumber hukum islam Dianto Jmb
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
indah pertiwi
 
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxHADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
Fachrum1
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
desydesy02
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
NunuNurhayati3
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1
NaufalAbyan5
 
Sistm Bukti Asli Hadith
Sistm Bukti Asli HadithSistm Bukti Asli Hadith
Sistm Bukti Asli Hadithdr2200s
 
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfSumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
liondian
 
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’isumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
Oppi Ulandari
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
wiki_tuwi23
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
Dewwii Casono
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
Risqi19
 
sumber hukum islam yg disepakati - Copy.ppt
sumber hukum islam yg disepakati - Copy.pptsumber hukum islam yg disepakati - Copy.ppt
sumber hukum islam yg disepakati - Copy.ppt
JakaLanang3
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
haris budi
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
khumairoh
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
agyana_nadian
 

Similar to lima sumber hukum islam muttafaq dan mukhtalaf.pptx (20)

Alquran sumber utama
Alquran sumber utamaAlquran sumber utama
Alquran sumber utama
 
Alquran sumber utama
Alquran sumber utamaAlquran sumber utama
Alquran sumber utama
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam  Sumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
 
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxHADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1
 
Sistm Bukti Asli Hadith
Sistm Bukti Asli HadithSistm Bukti Asli Hadith
Sistm Bukti Asli Hadith
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam Sumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfSumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’isumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
sumber-sumber hukum islam, hukum Takfili, dan Hukum Wad’i
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
sumber hukum islam yg disepakati - Copy.ppt
sumber hukum islam yg disepakati - Copy.pptsumber hukum islam yg disepakati - Copy.ppt
sumber hukum islam yg disepakati - Copy.ppt
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
 

lima sumber hukum islam muttafaq dan mukhtalaf.pptx

  • 1. SUMBER HUKUM ISLAM DOSEN PENGAMPU: Bapak A. Ubaidillah, S.Pdi, M.Pd.
  • 2. APA ITU SUMBER HUKUM ISLAM...? Sumber agama Islam merupakan landasan utama bagi umat Muslim dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Secara umum sumber agama Islam dibagi menjadi 2, yaitu hukum muttafaq (disepakati) dan hukum mukhtalaf (tidak disepakati) - sumber hukum muttafaq: Al-Quran, Hadits, Ijma', Qiyas. - sumber hukum mukhtalaf: istishan, mashlahah-mursalah, istishab, saddzu dzar’iah, qaul as-shahaby, urf, syar’u man qablana kedua sumber hukum di atas memiliki peran penting dalam menentukan hukum dan tata cara hidup umat Muslim.
  • 3. SUMBER HUKUM ISLAM YANG AKAN DIBAHAS AL-QUR’AN HADIST IJTIHAD QIYAS IJMA’ 05 01 02 03 04
  • 5. PENGERTIAN Menurut bahasa, kata "al Qur'an adalah bentuk isim masdar dari kata "qa-ra-a" yang berarti membaca yaitu kata "qur-a-nan" yang berarti yang dibaca. ْ‫ت‬َ‫ل‬ ِ ‫ص‬ُ‫ف‬ ٌ‫ب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ ۶ َ‫ق‬ِ‫ل‬ ‫ًّا‬‫ي‬ِ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ع‬ ‫ا‬ً‫ن‬‫قرا‬ ،‫ايته‬ ََ‫ْو‬َُُ‫ل‬َْْ‫ي‬ ٍ ْ‫ْو‬ “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa arab untuk kaum yang mengetahui”. (QS. Fushshilat (41) :3) Secara istilah Menurut Khudhari Beik al-qur’an adalah Firman Allah SWT yang berbahasa arab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, untuk dipahami dan selalu diingat, disampaikan secara mutawattir (bersambung), ditulis dalam satu mushaf yang diawali dengn surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat al Naa
  • 6. Sifat Al Qur’an dalam Menetapkan Hukum 1. Tidak Menyulitkan َ‫ر‬ْ‫س‬ُْْ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ ‫ر‬ُ‫ي‬ َ ‫َل‬ َ‫و‬ َ‫ر‬ْ‫س‬ُ‫ي‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ ‫ه‬ ‫َّللا‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ر‬ُ‫ي‬ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...".(QS. Al Baqarah; 185) Salah satu contohnya dalam mengharamkan khamr ditetapkan dalam tiga proses 1. Menjelaskan manfaat khamar lebih kecil dibanding akibat buruknya 2. Melarang pelaku shalat dalam keadaan mabuk 3. Menegaskan hukum haram kepada khamar dan perbuatan buruk lainya 2. Bertahap dalam pelaksanaanya
  • 7. 1. Sebagai Pedoman dan Petunjuk Hidup Manusia 2. Sebagai Pembenar dan penyempurna kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya 3. Sebagai Mu’jizat Nabi Muhammad SAW 4. Membimbing manusia ke jalan keselamatan dan kebahagiaan 5. Pelajaran dan penerang kehidupan FUNGSI AL-QUR’AN
  • 9. Hadis ialah segala hal yang datang dari Nabi Muhammad saw., baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan dan cita-cita nabi SAW. Para ulama telah bersepakat bahwa hadis dapat berdiri sendiri dalam mengadakan hukum-hukum, seperti menghalalkan atau mengharamkan sesuatu. Kekuatannya sama dengan Al Qur’an. Hadis menurut bahasa artinya baru dan kabar/berita Hadis scr istilah: ‫اأو‬ً‫تقرير‬ ‫أو‬ ً‫ال‬ْ‫ف‬ ‫أو‬ ً‫َل‬‫قْو‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبي‬ ‫إلى‬ ‫ضيف‬ُ‫أ‬ ‫ما‬ ‫صفة‬ Segala sesuatu yg disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat. • Hadis merupakan wujud/gambaran konkrit dan penjelas pada dalil tertentu dalam Al qur’an. • Ahlaq nabi adalah al Qur'an Jika ingin memahami isi Al qur'an harus melihat hadis, karena pengejewantahan Al Qur'an ada pada ahlaq rasululloh. PENGERTIAN
  • 10. ُ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ل‬‫ْو‬ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ ‫ه‬ ‫ٱَّلل‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ ۟‫ا‬ َٰٓ‫ْو‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ِين‬‫ذ‬‫ه‬‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ََٰٓ‫ي‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ ‫ٱْل‬ ‫ى‬ِ‫ل‬ ۟ ‫و‬ َ‫ش‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ز‬َ‫ن‬َ‫ت‬ َِ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُّ‫د‬ُ‫ر‬َ‫ف‬ ‫ء‬ْ‫ى‬ َ‫ي‬ْ‫ٱل‬ َ‫و‬ ِ ‫ه‬ ‫ٱَّلل‬ِ‫ب‬ ََ‫ْو‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ َِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫ْو‬ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ َ‫و‬ ِ ‫ه‬ ‫ٱَّلل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ت‬ ُ‫ن‬َ‫س‬َْْ‫أ‬ َ‫و‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َِ ََِ‫ل‬ََٰ ِ ‫ر‬ ِِ‫ا‬َ‫ء‬ْ‫ٱل‬ ٍِ ْ‫ْو‬ ً ‫يال‬ِ‫و‬ْ‫أ‬ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.“ (QS. An Nisa' : 59) KEDUDUKAN HADIST SEBAGAI SUMBER HUKUM
  • 11. FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN 1. TAQRIR Hadis/sunnah berfungsi untuk menguatkan atau menggaris bawahi maksud redaksi wahyu (Al Qur'an). Bayan Taqrir disebut juga Bayan Ta'kid atau Bayan Isbat. Contoh: Hadis/sunnah tentang penentuan kalender bulan berkenaan dengan kewajiban di bulan Ramadhan َ‫أ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬َ‫ف‬ َ‫ل‬ َ ‫َل‬ِ‫ه‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ِ‫ط‬ْ‫ف‬ ( ‫مسلم‬ ‫رواه‬ ) "Apabila kalian melihat bulan, maka puasalah, juga apabila melihat bulan, berbukalah". (HR. Muslim) Hadis ini mentaqrir ayat, ‫ن‬ْ‫ص‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ر‬ْ‫ه‬َّ‫ش‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ َ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ..... ”Maka barangsiapa yang menyaksikan bulan, hendaknya ia berpuasa”. (QS. Al Baqarah: 185)
  • 12. FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN 2. BAYAN TAFSIR Hadis/sunnah berfungsi menjelaskan atau memberikan keterangan atau menafsirkan redaksi Al Qur'an, merinci keterangan Al Qur'an yang bersifat global (umum) dan bahkan membatasi pengertian lahir dari teks Al Qur'an atau mengkhususkan (takhsis) terhadap redaksi ayat yang masih bersifat umum. Contoh: Hadis/Sunnah menafsirkan QS. Al Qodr (97): 1 ِ ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ِ‫ة‬‫ليل‬ ‫في‬ ‫أنزلته‬ ‫إنا‬ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Nabi SAW,. memberi penjelasan tentang waktu (terjadinya) Lailatul Qodar, seperti dalam Hadis; َ‫ا‬َ‫ض‬َ‫م‬ َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ ‫ر‬ ِِ‫وا‬َ‫ْل‬‫ا‬ ِ ‫ر‬ْ‫ش‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫ت‬ِ‫ْو‬ْ‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ُ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ي‬‫ال‬ ( ‫البخارى‬ ‫رواه‬ ) “lailatul qadr berada pada malam gajil pada sepuluh akhir bulan ramadhan"
  • 13. 3. BAYAN TASYRI Hadis/sunnah berfungsi untuk menetapkan hukum yang tidak dijelaskan oleh Al Qur'an. Hal ini dilakukan atas inisiatif Nabi SAW Atas berkembangnya permasalahan sejalan dengan luasnya daerah penyebaran Islam dan beragamnya pemikiran para pemeluk Islam. Di antara hasil hukum yang berasal dari inisiatif Nabi SAW adalah: Pada masalah zakat, Al Qur'an tidak secara jelas menyebut berapa yang harus dikeluarkan seorang muslim dalam mengeluarkan zakat fitrah. Nabi SAW menjelaskannya dalam hadis/sunnahnya sebagai berikut: Rasul telah mewajibkan zakat fitrah kepada manusia (muslim). Pada bulan ramadhan satu sho' (zukat) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau sahaya, laki-laki atau perempuan muslim" (HR. Bukhari dan Muslim)
  • 14. 2. Hadis fi’li Perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW seperti cara melakukan wudhu, shalat, haji, dan lainnya. Hadis fi’il ini tidak diketahui langsung dari nabi, namun melalui informasi yang diberikan oleh sahabat 1. Hadis Qouli Segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkataan atau ucapan yang berisi berbagai tuntunan dan petujuk syara’ peristiwa, kisah kisah, baik yanh berkaitan dengan akidah, akhlak, syariah maupun yang lainnya BENTUK BENTUK HADIST 3. Hadis Taqriri Tidak semua materi hadis berasal dari Nabi, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagiannya adlaah perkataan atau perbuatan sahabat baik yang dilakukan di depan Nabi atau yang tidak kemudian di konfirmasi kepada Nabi 4. Hadis Ahwali Berupa hal Ihwal Nabi yang berkenaan dengan keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadian beliau 5. Hadis Hammi Hasrat nabi yang belum terealisasikan. Hadis ini belum terwujud namun masih berupa keinginan
  • 16. PENGERTIAN Kata ijtihad berasal dari kata yang berarti al-thaqah (daya, kemampuan, kekuatan). Atau berarti al- masyaqqah (kesulitan, kesukaran) Ijtihad, menurut istilah: secara umum memiliki makna yang luas, mencakup segenap pencurahan daya intelektual dan bahkan spiritual dalam menghadapi suatu kegiatan atau permasalahan yang sukar. Dari itu, upaya pengerahan kemampuan dalam berbagai lapangan ilmu, seperti Ilmu kalam, falsafah, tasawuf, fikih, dan lain sebagainya merupakan suatu bentuk ijtihad. Namun ijtihad dalam pengertian khusus dan spesifik, yaitu ijtihad dalam hukum Islam, mengacu kepada upaya maksimal dalam mendapatkan ketentuan hukum syara’. Atau mengerahkan segala kemampuan dalam mendapatkan hukum syara’ yang praktis dengan menggunakan metode istinbat. Atau upaya seseorg ahli fikih dalam mengerahkan kemampuan secara optimal dalam mendapatkan suatu hukum syariat yang bersifat zanni.
  • 17. ‫آم‬ َ َ ‫ن‬ ‫ط‬َ‫أ‬ ‫ُوا‬ ‫ِيع‬ َّ ‫َّللا‬ ‫ُوا‬ ‫و‬ َ َ ‫ط‬َ‫أ‬ ‫ِيع‬ ‫الر‬ ‫ُوا‬ ‫َّس‬ ‫و‬ ‫َول‬ ُ َ ‫األم‬ ‫ِول‬ ُ‫أ‬ ْ ‫م‬ ‫ِر‬ ِ ‫ن‬ ‫ُكم‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫َإ‬ ‫ن‬ ِ َ‫أ‬ ‫َا‬ ‫ه‬ ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫َا‬ ‫ين‬ ‫ْيـ‬ َ ‫و‬ ْ ‫م‬ ‫ي‬ ِ ‫يـ‬ ‫ر‬ ُ ‫دوه‬ ‫إ‬ ُ َّ ‫َّللا‬ ‫ل‬ َِِ ‫و‬ ِ ‫َالر‬ ‫َّس‬ ‫إ‬ ‫ِول‬ ُ ‫كن‬ ُ ‫ْن‬ ِ ‫ْت‬ ‫ُم‬ ‫تـ‬ ْ ُ ‫ؤ‬ ‫ْم‬ ِ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫َون‬ ُ َّ ‫َِّللا‬ ‫و‬ ِ َ ‫ال‬ َ ‫ُم‬ ْ َ ‫ف‬ ِ ‫شي‬ ْ ‫ء‬ ‫فـ‬ ٍ ‫َاز‬ ‫َع‬ ْ ‫ت‬ ‫اآلخ‬ ‫ذل‬ َ ‫ِر‬ ِ ِ ‫خ‬ ‫َك‬ ‫َيـ‬ ْ ‫ر‬ ‫و‬ ٌ َ ‫ح‬َ‫أ‬ ‫ْس‬ ‫َن‬ ‫ت‬ ُ َ ‫أ‬ ‫ويال‬ ْ ِِ ‫تـ‬ َ ‫ن‬ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQur‘an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( Q.S An-nisa : 59) DASAR HUKUM IJTIHAD
  • 18. SYARAT SYARAT MENJADI SEORANG MUJTAHID 6. Mengetahui ilmu ushul fiqh. 2. Yang berkaitan dengan Sunnah, harus mengetahui Sunnah sebanyak-banyaknya. Al- Gazali mengatakan cukup mengetahui Hadis-hadis hukum saja. 1. Mengetahui Al-Qurʼan dan Sunnah. Cukup mengetahui ayat-ayat hukum saja 4. Mengetahui bahasa Arab, yang memungkinkan menggali hukum dari Al- Qurʼan dan Sunnah secara baik dan benar. 3. Mengetahui ijma’, sehingga ia tidak mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan ijma’. 5 . Mengetahui nasikh mansukh 7. Mengetahui maksud syari’ dalam menetapkan hukum.
  • 19. 2. Ijtihad tatbiqi, yaitu kegiatan ijtihad yang bukan untuk menemukaan dan menghasilkan hukum, tetapi menerapkan hukum hasil temuan imam mujtahid terdahulu kepada kejadian yang muncul kemudian. 1. Ijtihad istinbat, yaitu kegiatan ijtihad yang berusaha menggali dan menemukan hukum dari dalil-dalil yang telah ditentukan PEMBAGIAN IJTIHAD
  • 20. TINGKATAN IJTIHAD 1. Mujtahid muthlak/independen adalah mujtahid yang mandiri. Untuk mencapai tingkatan ini, semua persyaratan sebagai seorang mujtahid harus dipenuhi. Mujtahid inilah yang memiliki tingkat otoritas mengkaji ketetapan hukum langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah. 2. Mujtahid muntashib adalah mereka yang mengambil atau memilih pendapat imam-imamnya dalam ushul dan berbeda pendapat dalam cabang (furu’(, meskipun secara umum menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang hampir sama dengan hasil ijtihad yang diperoleh imamnya. 3. Mujtahid fil mazhab, adalah mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam ushul maupun dalam furu’-nya. Mujtahid mazhab ini menghasilkan al-fikih al-mazhabi (aliran fikih) dan meletakkan asas-asas bagi perkembangan mazhab-mazhab, serta mengeluarkan ketentuan hukum baru berdasarkan prinsip-prinsip dari mazhab-mazhab tersebut. Mujtahid-mujtahid inilah yang meletakkan asas-asas tarjih dan muqayasah (perbandingan) di antara pendapat ulama guna menilai sahih ata daif-nya suatu pendapat. 4. Mujtahid tarjih, adalah mujtahid yang tidak melakukan istinbat terhadap hukum-hukum furu’ yang belum sempat ditetapkan oleh ulama terdahulu dan belum diketahui hukumnya. Mujtahid murajjih hanya melakukan tarjih mengunggulkan di antara pendapat-pendapat yang diriwayatkan dari imam dengan metodenya, murajjih melakukan tarjih sebagai pendapat atas pendapat lain karena dipandang kuat dalilnya atau karena sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat pada masa itu atau karena alasan lain, sepanjang tidak termasuk ke dalam kategori melakukan kegiatan istinbat baru yang independen ataupun mengikuti metode istinbat imamnya.
  • 22. PENGERTIAN Ijma’ secara etimologi memutuskan atau menyepakati sesuatu. ‫حكم‬ ‫على‬ ‫الرسول‬ ‫وفاة‬ ‫بعد‬ ‫من‬ ‫العصور‬ ‫من‬ ‫عصر‬ ‫في‬ ‫المجتهدين‬ ‫جميع‬ ‫إتفاق‬ ‫هو‬ ‫اإلجماع‬ ‫الواقعة‬ ‫في‬ ‫شرعي‬ “ Ijma' adalah kesepakatan seluruh mujtahid pada suatu masa tertentu sesudah wafatnya rasul atas hukum syara' untuk suatu peristiwa atau kejadian. Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum muslimin pada suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum syara yang tidak ditemukan dasar hukumnya dalam Al Qur’an dan Hadis. Jadi obyek ijmâ’ ialah semua peristiwa atau kejadian yang tidak ada dasarnya dalam al- Qur’an dan al-Hadis, peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan ibadat ghairu mahdhah (ibadat yanng tidak langsung ditujukan kepada Allah SWT) bidang mu’amalat, bidang kemasyarakatan atau semua hal-hal yang berhubungan dengan urusan duniawi
  • 23. DASAR HUKUM IJMA’ ُ‫ه‬‫ال‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫َّن‬‫ي‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َّ‫الر‬ ِ‫ق‬ِ‫ق‬‫َا‬‫ش‬ُ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬‫و‬ ُ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫د‬ َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ ‫ا‬ً‫ير‬ ِ ‫ص‬َ‫م‬ ْ‫ت‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ َ‫و‬ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ص‬ُ‫ن‬ َ‫و‬ ‫تولى‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫ن‬ Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan la leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itudan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An Nisa'; 115). Pada ayat ini Allah swt melarang untuk: - Menyakiti/ menentang Rasulullah. - Membelot/ menentang jalan yang disepakati kaum mu'minin.
  • 24. RUKUN IJMA’ Rukun Ijma’ adalah empat prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam proses Ijma’: 1) Mujtahid lebih dari satu orang: Saat berlangsung kejadian yang memerlukan adanya Ijma’, terdapat sejumlah orang yang berkualitas mujtahid 2) Kesepakatan atas hukum suatu masalah: Semua mujtahid pada satu masa sepakat atas hukum suatu masalah tanpa memandang negeri asal, suku dan kelompok tertentu 3) Pendapat dikemukakan sebagai hasil ijtihad: Kesepakatan itu tercapai setelah terlebih dahulu masing-masing mujtahid mengemukanan pendapatnya sebagai hasil dari usaha ijtihadnya 4) Kesepakatan hukum dicapai dari hasil kesepakatan pendapat para ulama secara keseluruhan: Seandainya ada sebagian dari ulama yang tidak setuju dengan kesepakatan tersebut maka tidak bisa disebut sebagai Ijma’
  • 26. PENGERTIAN Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan, manganalogikan, membandingkan atau mengukur. Para ulama ushul fiqh berpendapat, qiyas ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan ‘illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu Jadi suatu Qiyas hanya dapat dilakukan apabila telah diyakini bahwa benar-benar tidak ada satupun nash yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum suatu peristiwa atau kejadian. Karena itu tugas pertama yang harus dilakukan oleh seorang yang akan melakukan Qiyas, ialah mencari: apakah ada nash yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum dari peristiwa atau kejadian. Jika telah diyakini benar tidak ada nash yang dimaksud barulah dilakukan Qiyas
  • 27. DASAR HUKUM QIYAS ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ ‫ه‬ ‫ٱَّلل‬ ۟‫ْوا‬ُْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬ ۟‫ا‬ َٰٓ‫ْو‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ء‬ َ‫ِين‬‫ذ‬‫ه‬‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ََٰٓ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ز‬َ‫ن‬َ‫ت‬ َِ‫إ‬َ‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ِ ‫ر‬ْ‫م‬َ ْ ‫ٱْل‬ ‫ى‬ِ‫ل‬ ۟ ‫و‬ُ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ل‬‫ْو‬ ‫ء‬ْ‫ى‬َ‫ش‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ِ ‫ه‬ ‫ٱَّلل‬ِ‫ب‬ ََ‫ْو‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ َِ‫إ‬ ِ‫ل‬‫ْو‬ُ‫س‬‫ه‬‫ٱلر‬ َ‫و‬ ِ ‫ه‬ ‫ٱَّلل‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬‫و‬ُّ‫د‬ُ‫ر‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬َ‫س‬َْْ‫أ‬ َ‫و‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َِ ََِ‫ل‬ََٰ ِ ‫ر‬ ِِ‫ا‬َ‫ء‬ْ‫ٱل‬ ٍِ ْ‫ْو‬َ‫ي‬ْ‫ٱل‬ َ‫و‬ ِ‫و‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ ً ‫يال‬ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.“ (QS. An Nisa' : 59) Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan kembali kepada Allah dan Rasul (dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan adanya persamaan (illat) dan membandingkannya = qiyas
  • 28. RUKUN QIYAS DAN CONTOHNYA Asal (pokok), yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. “PENGHARAMAN GANJA SEBAGAI QIYÂS DARI MINUMAN KERAS/KHAMR (YANG MEMABUKKAN)” Far'u (cabang), yaitu sesuatu permasalahan yang belum terdapat nash hukumnya, karena tidak terdapat dalil nash atau ijma' yang menjelaskan hukumnya. “GANJA” Hukm Al Asl, yaitu hukum syar'i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya. Atau hukum syar'i yang ada dalam nash atau ijma’ “MINUMAN KERAS/KHAMR ADALAH HARAM” (QS. Al-Maidah:10) Illat, adalah sifat persamaan yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya. “SAMA-SAMA MEMABUKKAN/MEMBUAT KEHILANGAN KONTROL DIRI”
  • 29. REFERENSI 1. Buku Siswa Fikih kelas XII, Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2016 2. Ushul Fiqih, Dr.Hj.Darmawati H.S.Ag.,M.tahun 2019 3. Ulumul Hadis, Zuhri Wahid, Fatimah Azarah, Watni Marpaung tahun 2014