1. i
MAKALAH BIOLOGI
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
SARI ANI
Kelas: XI IPA1
SMA NEGERI REBANG TANGKAS
KECAMATAN REBANG TANGKAS
KABUPATEN WAY KANAN
2. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan piji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah – Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita dapat berkarya serta
melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang masing – masing. Semoga kita semua selalu
mendapat petunjuk dan perlindungan – Nya sepanjang masa. Dan dalam pada itu dengan izin –
Nya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan penyusunan “Makalah
Tentang Sistem Pernapasan Manusia” dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini di susun dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai literatur tertentu
dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Kendati
demikian, tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Rebang Tangkas, 26 Januari 2015
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1 Saluran Pernapasan ...................................................................................................... 2
2.2 Masalah-masalah Sistem Pernapasan .......................................................................... 3
2.3 Penyakit Saluran Pernapasan ....................................................................................... 4
2.4 Obat Saluran Pernapasan ............................................................................................. 6
2.5 Penggolongan Obat Sistem Pernapasan ....................................................................... 9
2.6 Teknologi Sistem Pernapasan ...................................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 13
3.2 Saran ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut, sinusitis, tonsillitis akut
dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas yang paling sering ditemukan.
Orang dewasa rata-rata akan terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan anak-anak rata-rata 4-12
kali pertahun. Insidennya bervariasi menurut musim, kira-kira 50 % dari penduduk akan
mendapat penyakit ini pada musim dingin dan 25 % pada musim panas. Biasanya, flu tidak
dianggap sebagai penyakit yang berbahaya, tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman
baik secara fisik maupun mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk
sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagian-bagian saluran pernapasan pada manusia!
2. Coba jelaskan masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan!
3. Sebutkan dan jelaskan penyakit-penyakit saluran pernapasan!
4. Sebutkan dan jelaskan obat saluran pernapasan!
5. Sebutkan dan jelaskan penggolongan obat sistem pernapasan!
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian saluran pernapasan pada manusia.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan.
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4. Untuk mengetahui obat saluran pernapasan.
5. Untuk mengetahui penggolongan obat sistem pernapasan.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Saluran Pernapasan
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua
cara pernapasan, yaitu :
1. Pernapasan dada
a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut.
b. Tulang rusuk terangkat ke atas
c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara
masuk ke dalam badan.
2. Pernapasan perut
a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
b. Diafragma datar
c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil
sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O¬2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa
sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan
mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg dengan 19 cc
oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan
12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana
setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan
keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang saluran dari lingkungan sampai ke paru-paru
(rongga hidung dan nasal, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, dan paru-paru). Fungsi
sistem pernapasan adalah mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan
untuk mentranspor karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchiolus, alveoli dan membran
alveouler – kapiler
6. 3
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar
pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas
dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membran
alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran
pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Adapun faktor-faktor dalam proses respirasi yaitu :
1. Tekanan intrapleura yang menahan paru-paru tetap berkontak dengan dinding toraks.
2. Jaringan elastik dalam paru-paru yang bertanggung jawab terhadap kecenderungannya untuk
menjauh dari dinding toraks dan mengempis.
3. Tekanan intra-alveolar yang merupakan tekanan di dalam paru-paru.
4. Surfaktan adalah sejenis lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel dalam alveoli paru.
Dimana surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan kecenderungan
pengempisan alveoli.
5. Komplians yang merupakan suatu ukuran peningkatan volume paru yang dihasilkan setiap
unit perubahan dalam tekanan intra-alveolar.
6. Pneumotoraks merupakan kondisi dimana udara berada di dalam dada.
7. Atalektasis merupakan proses pengempisan paru-paru.
2.2 Masalah-Masalah Sistem Pernapasan
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara lain hipoksia,
hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar obstruktif menahun, kanker paru,
tuberkolosis, dan pneumonia. Dalam proses bernapas terdapat beberapa masalah, yaitu (Sloane,
E., 2003) :
1. Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen
dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ.
2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai
dengan hipoksia. Dimana jika kadar CO2 berlebih dapat meningkatkan respirasi dan
konsentrasi ion hidrogen yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih).
3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2¬ dalam darah. Dimana jika terjadi penurunan
kadar CO2¬ dapat menyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih) dalam
cairan tubuh.
4. Asfisia (sufokasi) adalah suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia yang diakibatkan
ketidakcukupan ventilasi pulmonar.
5. Penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) adalah kelompok penyakit yang
meliputi asma, bronkitis kronik, dan emfisema, juga kelompok penyakit industrial seperti
asbestosis, silikosis, dan black lung.
7. 4
6. Kanker paru (karsinoma pulmonar) sering dikaitkan dengan merokok tetapi dapat juga
terjadi pada orang yang tidak merokok.
7. Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat mempengaruhi semua
jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di paru-paru.
8. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan alveoli penuh
terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, virus, atau zat
kimia.
2.3 Penyakit Saluran Pernapasan
Selain masalah-masalah diatas, terdapat juga beberapa penyakit pada saluran pernapasan
yang dikenal dengan istilah CARA (Chronic Aspecific Respiratory Affections) yang mencakup
semua penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai
pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Gejala terpenting dari
penyakit saluran pernapasan antara lain sesak napas (dyspnoe) saat mengeluarkan tenaga atau
selama istirahat dan/atau sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak
yang kental (Tjay, 2002).
Penyumbatan bronchi dengan sesak napas, yang merupakan sebab utama asma dan
COPD, diperkirakan dapat terjadi menurut mekanisme berikut, yaitu berdasarkan
hiperreaksitivitas bronchi (HRB), reaksi alergi atau infeksi saluran pernapasan (Tjay, 2002).
2.3.1 Hiperreaksitivitas bronchi (HRB)
Pada semua penderita asma dan COPD terdapat hiperreakstivitas bronchi. HRB adalah
meningkatnya kepekaan bronchi dibandingkan saluran napas normal, terhadapkan zat-zat
merangsang tak spesifik yang dihirup dari udara. Pada sebagian penderita asma juga terdapat
kepekaan berlebihan bagi stimuli spesifik yang pada orang sehat tidak memberikan reaksi pada
saluran pernapasannya. HRB aspesifik selalu timbul bersamaan reaksi peradangan di saluran
pernapasan.
2.3.2 Alergi
Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik juga terdapat alergi untuk
membentuk antibody terhadap allergen tertentu yang memasuki tubuh (antigen). Antibodies ini
dari tipe IgE (immunoglobulin type E), juga disebut regain, mengikat dari pada mastcells antara
lain disaluran pernapasan, mata dan hidung. Jika jumllah IgE sudah cukup besar maka pada
waktu allergen yang sama masuk lagi ke dalam tubuh terjadilah penggabungan antigen-antibodi.
Mattcells pecah (degranulasi) den segera melepaskan mediatornya. Akibatnya sering kali
bronchokontriksi dengan pengembangan mukosa dan hipersekresi dahak, yang merupakan
gejala khas asma.
a. Alergen inhalasi; yang masuk ke tubuh lewat pernapasan.
b. Alergen oral dan lokali; yang memasuki tubuh melalui mulut atau kulit
8. 5
2.3.3 Infeksi saluran pernapasan
Dapat menyebabkan gejala radang dengan perubahan di selaput lender, yang pada pasien
asma dan COPD memperkuat HRB dan bronchokontriksi serta mempermudah penetrasi allergen
sehingga terjadi infeksi yang sering kambuh akibat obtruksi bronchi.
2.3.3.1 ASMA
Asma atau bengek adalah suatu penyakit peradangan steril kronis yang bercirikan
serangan sesak napas akut secara berkala, mudah tersengal-sengal, disertai batuk dan
hipersekresi dahak. Berlainan dengan COPD, obstruksi saluran napas pada asma bersifat
reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Penyebabnya, adanya peradangan steril kronis dari saluran pernapasan dengan mastcells
dan granulosit eosinofil sebagai pemeran penting. Selain itu juga terdapat hiperreaktivitas
bronchi terhadap berbagai stimuli aspesifik yang dapat memicu serangan (Tjay, 2002).
Ada beberapa jenis stimuli (rangsangan) yang dapat menyebabkan masalah pada sistem
pernapasan, yaitu (Tjay,2002):
1. Rangsangan fisis, seperti perubahan suhu, dingin, dan kabut.
2. Rangsangan kimiawi, seperti polusi udara (gas-gas pembuangan, sulfurdioksida, ozon,
asap rokok).
3. Rangsangan fisik, seperti exertion, hiperventilasi.
4. Rangsangan psikis, seperti emosi dan stress.
5. Rangsangan farmakologi, seperti histamin, serotonin, asetilkolin, asetosal, dan lainnya
Peranan lekosit
Di membrane mukosa saluran napas dan alveoli terdapat banyak makrofag dan limfosit.
Makrofag berperan pada pengikatan pertama allergen, dapat melepaskan mediator peradangan
seperti prostaglandin, tromboksan, leukotrien dan PAF (Platelet activating factor). Aktivitas
makrofag dan limfosit dihambat oleh kortikosteroid tetapi tidak oleh β2 adrenergik.
Mastcells
Pada penderita asma, mastcells bertambah banyak di sel-sel epitel serta mukosa dan melepaskan
mediator vasoaktif kuat pula, seperti histamine, serotaonin, dan bradikinin yang mmencetuskan
reaksi asma akut (Tjay, 2002).
2.3.3.2 BRONCHITIS KRONIS
Penyakit ini bercirikan batuk ‘produktif’ menahun dengan pengeluaran banyak dahak, tanpa
sesak napas atau hanya ringan. Dalam kebanyakan kasus (80%) disebabkan infeksi akut saluran
pernapasan oleh virus, yang mudah disuprainfeksikan (Str pneumonia dan branhamella
catarrhalis) dengan suatu bakteri Haemophilus influenza (Tjay, 2002).
9. 6
2.3.3.3 EMFISEMA PARU
Emfisema bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru, yang mengakibatkan
sesak napas terus-menerus dan menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga. Gelembung paru
(alveoli) terus mengembang dan rongganya membesar sehingga dinding-dindingnya yang
mengandung pembuluh darah menjadi amat tipis dan sebagian akhirnya rusak sehingga
permukaan paru untuk penyerapan oksigen dapat berkurang di bawah 30% hingga jantung harus
bekerja lebih keras untuk memenuhi akan oksigen. Tonus di cabang-cabang batang nadi (aorta)
bertambah dan tekanan darah di arteri paru-paru meningkat. Sehingga menimbulkan kegagalan
ventrikel jantung dan terjadilah cor pulmonale (jantung membesar) (Tjay, 2002).
Penyebab emfisema adalah :
a. Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga asma.
b. Merokok
c. Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim elastase yang merombak serat-
serat elastin dalam dinding gelembung paru, sehingga kekenyalannya menurun, terjadi kelainan
irreversible dalam bentuk fibrosis dan destruksi dari dinding gelembung bersama pembuluh
darahnya.
2.4 Obat Saluran Pernapasan
2.4.1. Antihistaminika
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis
alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin menyebabkan mulut kering dan
pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin
banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat
menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat antihistamin
Nama Obat Dosis
Anti histamin
Difenhidramin
( Benadryl )
Kloerfenilamen
maleat
D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak lebih dari
300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tunggal
D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam
A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
10. 7
Fenotiasin
(aksi antihistamin)
Prometazine
Timeprazine
Turunan
piperazine
(aksi antihistamin)
hydroxyzine
A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)
D: PO: 25-100 mg
A: (<6thn):>
Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena
2.4.2. Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret
mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek samping yang paling sering terjadi adalah
mual dan muntah, maka penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama
laktasi boleh menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
* ambroksol : Dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari pertama.
Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
* bromheksin : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.
2.4.3. Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh
lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali.
Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv
(turbuhaler).
11. 8
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, seperti
sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang
merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg setiap 6-8 jam.
2.4.4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan bronchitis yang
bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan alergi akibat bahan makanan. Efek
samping berupa rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala
perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat.
Wanita hamil dapat menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma bronchial dan
tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya adalah secara inhalasi dan obat
ini dapat dipakai bersama dengan adrenergic beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh
dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.,
2.4.5. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal.
Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga
pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas
bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka
waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan
osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.
2.4.6. Antiasma dan Bronkodilator
Contoh Obat : teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun teh dan memiliki sejumlah khasiat antara lain
spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi, menstimuli jantung dan mendilatasinya
serta menstimulasi SSP dan pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya
yang terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun parienteral. Pada
overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta gangguan pernapasan
juga efek kardiovaskuler.
Dosis : 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin, suatu campuran teofilin
dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin hidroklorida.
12. 9
2.4.7. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan
dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam,
yaitu :
1. Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk,
melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak
digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
2. Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam
tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini
memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan
batuk.
3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak
dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya
dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase), obat-obat dengan
kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang mengelitik.
5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan alklorfeniaramin. Obat ini
dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan.
6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat
batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
1. Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin juga bekerja terhadap
pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan.
1. Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
2. Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
3. Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat pereda.
2.5 Penggolongan Obat Sistem Pernafasan
a. Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan refleks batuk pada
sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang
disertai dengan dahak kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.
b. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan dahak
sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan. Dengan demikian tidak rasional jika digunakan pada
13. 10
kasus batuk kering, sebab hanya akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan
ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.
c. Antihistamin
Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan kawan-kawan. Di kemasan
obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya
setali tiga uang.
Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai mekanisme alami
untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung
kita berair dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk,
terutama difenhidramin dan doksilamin. Sayangnya, obat golongan ini bisa menyebabkan Anda
mengantuk pada saat rapat.
d. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine) merupakan obat yang paling
banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang
mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu
dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas.
Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan terus-menerus, dapat
memicu serangan stroke. Untuk mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan
membatasi PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.
2.6 Teknologi Yang Berkaitan Dengan Sistem Pernapasan
Dengan semakin berkembangnya teknologi internet, situs mengobati.org berusaha untuk
memberikan informasi kesehatan dan artikel biologi sekolah untuk memudahkan anda mencari
masukan yang dapat dijadikan bahan referensi anda.
Pada kesempatan kali ini, mengobati.org akan sedikit membahas artikel dan informasi mengenai
" Teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan ".
Pada artikel singkat ini, mengobati.org memberikan beberapa artikel yang dapat anda jadikan
masukan.
14. 11
Teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan
Teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan – Sistem pernapasan atau sistem
respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat,
sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam
paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga
mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk
hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.
Alat bantu atau Teknologi yang digunakan dalam sistem pernapasan manusia sebagai
berikut :
Trakeotomi
Teknologi Trakeotomi Pernapasan
Trakeotomi : Pembuatan lubang pada trakea untuk membantu memberikan pernapasan bantuan.
Trakeotomi biasanya dilakukan pada penderita dipteri akut yang dapat menyebabkan
penyumbatan pada saluran pernapasannya.
Pulmotor
15. 12
Pulmotor alat bantu pernapasan
Pulmotor : alat untuk melakukan pernapasan buatan. Pernapasan buatan biasanya dilakukan
pada orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan karena tenggelam dan shock karena
sengatan listrik.
Spirometer
Spirometer teknologi pernafasan
Spirometer : alat untuk mengukur secara langsung dan cepat kemampuan paru-paru seseorang
serta untuk keperluan diagnosa paru-paru yang abnormal.
Oxygen catheter
Oxygen catheter
Oxygen catheter atau Oxygen cannula : alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen ke
dalam lubang hidung.
16. 13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Obat-obat pernafasan terdiri dari Antihistaminika, Mukolitik, Inhalasi, Kromoglikat,
Kortikosteroid, Antiasma dan Bronkodilator, Obat-obat batuk, Zat-zat sentral SSP, Zat-zat
perifer di luar SSP.
Kami menyimpulkan obat-obat tersebut diatas sangat berperan penting bagi kesehatan
saluran pernapasan kita karena dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang
mengganggu saluran pernapasan kita.
3.2 Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistem pernafasan
lainnya.