Segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu, Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM, process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen.Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM, process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen.
Segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu, Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM, process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen.Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM, process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
KONSEP NILAI EKONOMI TOTAL DAN METODE PENILAIAN SUMBERDAYA.pptx
1. KONSEP NILAI
EKONOMI TOTAL DAN
METODE PENILAIAN
SUMBERDAYA HUTAN*
MAYSAN PASAH, S.HUT
Dipresentasikan pada mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan
Oktober 2021
Universitas Lambung Mangkurat
2. PENDAHULUAN
manfaat nyata SDH yang terukur (tangible)
(hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti
rotan, bambu, damar, dll)
manfaat SDH tidak terukur (intangible)
(manfaat perlindungan lingkungan, keragaman
konsep nilai ekonomi total dan berbagai metode
yang digunakan untuk menilai manfaat SDH dan
lingkungan
(pendekatan-pendekatan untuk
mengkuantifikasi nilai ekonomi SDH dalam
satuan moneter)
3. METODE PENELITIAN
Kajian desk study
[Pengumpulan data dengan cara studi literatur melalui pengumpulan berbagai referensi yang memuat
berbagai konsep dan teori mengenai nilai ekonomi total sumber daya alam dan metode penilaian sumber
daya hutan]
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
KONSEP NILAI SUMBERDAYA HUTAN
[Persepsi manusia tentang makna SDH pada tempat dan waktu tertentu:
persepsi positif terhadap nilai SDH akan makin tinggi bagi masyarakat yang
menerima manfaat langsung, dan sebaliknya bagi yang tinggal jauh dari
hutan/tidak menerima manfaat langsung.]
KLASIFIKASI NILAI SDH (menurut Davis dan Johnson, 1987)
a) nilai pasar : nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar,
b) nilai kegunaan : nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut
oleh individu tertentu, dan
c) nilai sosial : nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum, ataupun
perwakilan masyarakat
5. NILAI EKONOMI TOTAL
SUMBERDAYA HUTAN
menurut David Pearce (1992)
(Munasinghe, 1993)
NET = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan + Nilai Keberadaan
7. METODE PENILAIAN SDH
PENILAIAN SUMBERDAYA HUTAN
Langkah Pertama
1.
•Melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis manfaat
yang dihasilkan dari sumberdaya hutan
Langkah Kedua
2.
•Melakukan identifikasi kondisi biofisik hutan dan sosial
budaya masyarakat
Langkah ketiga
3.
•Mengkuantifikasi setiap indikator nilai berupa barang hasil
hutan, jasa fungsi ekosistem hutan serta atribut hutan
dalam kaitannya dengan budaya setempat
METODE PENILAIAN MANFAAT HUTAN
Metode atas dasar pasar
1.
• ……………………………………………….
Metode pendekatan terhadap pasar
(kesediaan membayar)
2.
•Metode ini mencoba untuk menggambarkan permintaan konsumen,
seperti kesediaan membayar konsumen (willingness to pay-WTP)
terhadap manfaat hutan yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan
moneter, atau kesediaan menerima konsumen (willingness to accept –
WTA) terhadap kompensasi yang diberikan kepada konsumen untuk
manfaat yang hilang dalam satuan moneter.
8. Metode Penilaian Ekonomi terhadap Manfaat yang diperoleh dari Sumber
Daya Alam dan Lingkungan
(Joshua Bishop, 1999)
(i)1. Penilaian berdasarkan harga
pasar, termasuk pendugaan
manfaat dari kegiatan produksi
dan konsumsi dalam kehidupan
sehari-hari.
(i)2. Pendekatan harga pengganti,
termasuk metode biaya
perjalanan, hedonic price, dan
pendekatan barang
pengganti/subtitusi.
3. Pendekatan fungsi produksi
(dosis respon), dengan fokus
pada hubungan biofisik antara
fungsi hutan dan kegiatan pasar.
4. Pendekatan preferensi, nilai
manfaat lingkungan diperoleh
dengan mengajukan pertanyaan
kepada konsumen mengenai
kesediaan membayar atau
kesediaan menerima kompensasi
5. Pendekatan berdasarkan
biaya, termasuk di dalamnya
adalah biaya penggantian dan
pengeluaran defensif.
9. TEKNIK PENILAIAN MANFAAT SUMBERDAYAHUTAN
MENURUT JAMES, R.F (1991)
James, R.F (1991) mengelompokkan teknik
penilaian manfaat sumberdaya hutan berdasarkan
kriteria yang menggambarkan karakteristik setiap
jenis nilai, baik nilai guna langsung, nilai guna
tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan.
Untuk metode penilaian nilai guna langsung
terdiri atas :
1. Nilai manfaat sosial bersih;
2. Harga pasar;
3. Harga pengganti;
4. Biaya perjalanan; dan
5. Nilai dalam proses produksi.
11. TEKNIK PENILAIAN MANFAAT SUMBERDAYAHUTAN
MENURUT JAMES, R.F (1991)
Sedangkan untuk metode penilaian nilai
guna tidak langsung, nilai pilihan dan nilai
keberadaan dari sumberdaya hutan terdiri atas:
1. Perlindungan asset
a. Biaya penggantian;
b. Biaya rehabilitasi;
c. Nilai produksi yang hilang; dan
d. Biaya pembangunan tambahan
2. Metode penilaian kontingensi
Penentuannya berdasarkan pada dapat tidaknya
nilai tersebut direfleksikan pada nilai-nilai manfaat
yang mudah terukur
12. Bagan tahapan pemilihan metode penilaian
nilai guna langsung, nilai pilihan, dan nilai
keberadaan (James, 1991).
13. Pearce and Turner (1990) membagi metode penilaian ekonomi SDA
berdasarkan dua pendekatan kurva:
(1) pendekatan yang mengacu pada kurva permintaan (Marshallian dan
Hicksian), dan
(2) (2) pendekatan yang mengacu pada pendekatan non kurva permintaan.
Pendekatan yang mengacu pada kurva permintaan dapat dibagi menjadi dua:
(a) permintaan diukur dengan menyelidiki preferensi individu terhadap SDA
(melalui kuesioner),
(b) permintaan dinyatakan dengan menyelidiki pembayaran individu
terhadap SDA melalui pasar, yang berkaitan dengan SDA yang dinikmati.
Kurva permintaan Marshall mengukur kesejahteraan melalui surplus
konsumen, sedangkan kurva permintaan Hicksian mengukur kesejahteraan
melalui kompensasi pendapatan.
15. Setelah dilakukan kajian komparasi, maka dapat
disimpulkan bahwa : (1) tidak ada satu teknikpun yang
superior terhadap yang lain; (2) masing-masing teknik
adalah cocok bagi beberapa kasus-kasus tertentu tetapi
tidak pada kasus lainnya; (3) penentuan teknik yang
akan digunakan tergantung pada masalah apa yang akan
dinilai serta sumberdaya pendukung studi.
Hoevennagel (1994) dalam Yakin (1997) menganalisis
dan membandingkan metode-metode penilaian
ekonomi sumberdaya hutan berdasarkan dua kriteria
utama:
1. kemampuan penerapannya secara teknis (technical
aplicability), yan diukur dengan dua parameter:
a. validitas dan reliabilitas; dan
b. kelengkapan cakupannya (comprehensiveness
2. kemampuan praktisnya (practical aplicability),
yang diukur dengan parameter:
a. kelengkapan (completeness); dan
b. kemampuan penerapannya
Perbandingan antara berbagai metode valuasi ekonomi
16. HASIL-HASIL PENELITIAN
TERDAHULU
1. Anssi Niskanen dalam Value of External Environmental Impacts
of Reforestation in Thailand. “Ecological Economics Journal”
No.26 (1998) pp 287 -297
Penelitian mengenai nilai eksternal lingkungan sebagai dampak dari reforestasi di
Thailand ini menghitung manfaat ekonomi dari lingkungan dalam hal penyerapan karbon
dan peningkatan fungsi perlindungan terhadap erosi serta menghitung biaya ekonomi
lingkungan dalam hal konsumsi air oleh tanaman dalam proses transpirasi dan kehilangan
nutrisi tanah pada kegiatan pemanenan, dari beberapa pilihan kegiatan reforestasi yang
paling banyak digunakan di Thailand.
Hasil penelitian : Nilai ekonomi total terbesar dari dampak lingkungan akibat reforestasi
dihasilkan oleh kegiatan reforestasi yang diusahakan secara private yaitu untuk
kepentingan industri dengan jenis tanaman Eucalyptus camaldulensia yang menghasilkan
nilai kini bersih dari dampak lingkungan pengusahaan Eucalyptus camaldulensia sebesar
19.129 Thai Bath/ha atau setara dengan US $ 765,16/ha dengan tingkat suku bunga
sebesar 10 %.
17. HASIL-HASIL PENELITIAN
TERDAHULU
2. Kramer, R A, Sharma, N, and Munasinghe, M.dalam
Valuing Tropical Forests : Methodology and Case Study of
Madagascar, “World Bank Environment Paper Number 13” The
World Bank. Washington D C.
Untuk memperoleh gambaran lebih mendalam mengenai penerapan
konsep nilai ekonomi total, dapat dilihat pada hasil studi Kramer,
Narendra Sharma dan Mohan Munasinghe (1995) mengenai nilai ekonomi
lingkungan dari kegiatan pembangunan dan konservasi hutan di
Madagaskar. Studi yang dilakukan Kramer et.al ini bertujuan untuk
menerapkan beberapa metode penilaian untuk digunakan dalam analisis
ekonomi dari suatu proyek konservasi hutan.
18. Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bishop, J.T. 1999. Valuing Forests : A Review of Methods and Applications in Developing Countries. International Institute
for Environment and Development. London.
Davis, L.S dan Johnson K.N. 1987. Forest Management 3 rd Edition. Mc Graw-Hill Book Company. New York.
Hufschmidt, M.M et al. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan : Pedoman Penilaian Ekonomis.
Reksohadiprodjo S, penerjemah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Terjemahan dari: Environmental, Natural
Systems, and Development, An Economic Valuation Guide.
James, R.F. 1991. Wetland Valuation : Guidelines and Techniques. Asian Wetland Bureau-Indonesia. Bogor.
Kramer, R.A, Sharma, N, Munasinghe, M. 1995. Valuing Tropical Forests : Methodology and Case Study of Madagascar.
World Bank Environment Paper Number 13. The World Bank. Washington D C.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. The World Bank. Washington DC.
Niskanen, A. 1997. Value of External Environmental Impacts of Reforestation in Thailand. Ecological Economics Journal
No.26 (1998) pp 287 -297.
Pearce, D.W, Turner, R.K. 1990. Economics of Natural Resources and The Environment. Harvester Wheatsheaf. London.
Pearce, D. 1992. Economic Valuation and The Natural world. World Bank Working Papers. The World Bank. New York.
Pearce, D, Warford, J.J. 1993. World Without End : Economics, Environment, and Sustainable Development. Oxford
University Press. New York.
Ramdan, H., Yusran, D. Darusman, 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi Daerah. Alqaprint Jatinangor.
Bandung.
Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika
Pressindo. Jakarta.
DAPUS