1. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA & ETIKA PROFESI
“KEBERSAMAAN DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA PLURALITAS”
Disusun Oleh :
Raden Ramadhan Syaidina Putra 053120058
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebersamaan dalam kehidupan beragana pluralitas” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
& Etika Profesi Islam. Saya sangat berterima kasih kepada berbagai sumber yang
dapat saya akses secara gratis untuk membantu saya dalam referensi membuat
makalah ini
saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, kepada para
pembaca, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi
kesempurnaan penulisan berikutnya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
3. DAFTAR ISI
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA & ETIKA PROFESI................................................................... 1
“KEBERSAMAAN DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA PLURALITAS” ........................................... 1
Disusun Oleh : ........................................................................................................................... 1
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL.......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... 2
BAB 1............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 5
C. Tujuan.................................................................................................................................. 5
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6
A. Definisi Pluralitas Agama .................................................................................................... 6
B. Sejarah Pluralisme Agama di dunia.................................................................................... 7
C. Dampak dari Pluralisme Agama ......................................................................................... 8
D. Bermasyarakat di Masyarakat Pluralisme.......................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 11
4. BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat pluralitas yang cukup tinggi, baik
dalam bidang .bahasa, suku bangsa, maupun agama. Bagi negara yang pluralis di bidang agama, seperti
Indonesia, kerawanan dan ancaman permusuhan antar warga yang dipicu oleh permasalahan agama
sewaktu-waktu akan muncul jika tidak diantisipasi dengan baik. Selama ini pemerintah Indonesia sudah
dinilai 'cukup berhasil dalam membina kerukunan antar umat beragama. Akan tetapi, akhir-akhir ini
kerukunan antar umat beragama di Indonesia mendapat tantangan yang cukup serius, terutama akibat
terjadinya berbagai insiden yang memakan korban yang tidak sedikit
Keragaman (pluralitas) merupakan bentuk nyata dari adanya kehidupan. Adanya pluralitas tentu
saja bukan hal yang harus diingkari, melainkan harus dijaga dan dapat memberi warna dalam kehidupan
manusia. Pluralitas terdapat dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti adanya pluralitas suku,
ras, etnik, agama, sosial, budaya, keadaan fisik, politik, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis akan
fokus terhadap salah satu bentuk pluralitas yakni pluralitas agama.
Sekarang ini, baik penganut agama Yahudi, Kristen, Islam maupun Hindu-Budha tidak bisa lagi
melepaskan tanggung jawab dan keterlibatan mereka dalam percaturan politik.Apa yang kita sebut
sekularisasi hanya berlaku dalam aturan administratif formal. Sedangkan dalam level aktualnya tokoh
dan lembaga keagamaan semakin terlibat aktif di dalamnya. Keterlibatan agama dalam politik akan
menjadi positif bahkan sangat di perlukan selama pemuka agama bisa menjaga martabat keluhuran
agama tersebut dan bukan menggunakannya untuk kepentingan khusus. Maka dari itu prularisme
agama harus disikapi dengan positif agar dapat menciptakan kerukunan beragama.
Namun, pada proses ideologisasi dan manipulasi peran suci agama selalu saja terjadi dari zaman
ke zaman karena secara sosiologis agama memiliki kekuatan untuk menciptakan solidaritas kelompok
guna menyaingi dan mengalahkan kelompok lain. Kenyataan secara sosiologis agama selalu muncul dalam
format plural. Pada zaman klasik perkembangan sebuah agama bisa saja terpisah dari yang lain. begitu
pun secara teologis, adalah suatu kewajaran bahkan keharusan. jika masing masing penganut agama
mengklaim ajarannya sebagai yang paling benar, dan menjanjikan satu-satunya
jalan keselamatan. Namun dewasa ini kita mau tidak mau harus mengakui bahwa planet bumi di huni
oleh manusia dengan ragam bahasa, etnis, budaya dan agama. Janji-janji keselamatan dan bimbingan
moral serta ajaran budi luhur tidak secara eksklusif dimiliki oleh suatu agama tertentu, melainkan berbagai
hal terdapat kemiripan dan bahkan persamaan antara agama yang satu dengan agama yang lain.
5. B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pluralisme Agama ?
2. Mengapa di dunia terjadi pluralisme Agama ?
3. Dampak apa yang terjadi akibat adanya pluralism Agama ?
4. Bagaimana bermasyarakat dalam beragama di masyarakat pluralisme beragama ?
5. Bagaimana menjaga kebersamaan dalam kehidupan pluralism beragama ?
6. Hal – hal apa saja yang harus dihindari dalam bermasyarakat pluralisme beragama ?
C. Tujuan
1. Memahami pluralism Agama
2. Mengetahui sejarah pluralisme agama di Indonesia
3. Mengetahui dampak yang terjadi akibat pluralism Agama
4. Menambah wawasan berkehidupan di masyarakat plural
5. Mengerti bagaimana menjaga kebersamaan dalam bermasyarakat pluralisme Agama
6. Mengetahui hal – hal tabu dalam bermasyarakat pluralisme beragama
6. BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi Pluralitas Agama
Kata Pluralitas atau disebut juga pluralisme merupakan asal kata Bahasa inggris yaitu
Pluralism yang merupakal gabungan dari kata Plural yaitu beragam dan ism yaitu paham, jadi
pluralisme adalah paham keberagaman.
1. Merujuk pada id.Wikipedia.org, pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk
menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran pada tatanan
masyarakat yang berbeda suku, gologan, agama,adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme
mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama,
kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme
diperlukan adanya kematangan dari kepribadian seseorang dan/atau sekelompok orang.
2. Menurut pemikir muslim M. Rasjidi, mendifinisikan pluralisme agama sebatas sebagai
realitas sosiologis,bahwa pada kenyataanya masyarakat memang plural. Namun demikian
pengakuan terhadap realitas kemajemukan ini tidak berarti memberikan pengakuan
terhadap kebenaran teologis agama-agama lain.
3. Mukti Ali dan Alwi Shihab, berpendapat pluralisme agama tidak sekedar memberikan
pengakuan terhadap eksistensi agama-agama lain, namun sebagai dasar membangun sikap
menghargai dan membangun keharmonisan antarumat beragama. Dalam konteks ini, kedua
pemikir tersebut berada pada wilayah agree in disagreement (setuju dalam perbedaan).
Dengan demikian mereka meyakini kebenaran agamanya sendiri, namun mempersilahkan
orang lain juga meyakini kebenaran agama yang dianutnya.
4. Menurut Musa Asy’arie, hakikat pluralisme pada dasarnya tunggal, dan yang tunggal itu
bereksistensi terus tanpa henti dalam melahirkan pluralitas. Pluralisme tidak semakin
sederhana, namun menjadi semakin kompleks
5. Menurut Masykuri Abdillah dengan mengutip The Oxford English Dictionary,
Pluralisme adalah bentuk kelembagaan yang mana penerimaan terhadap keragaman
melingkupi masyarakat tertentu atau dunia secara keseluruhan.
6. Menurut Mukti Ali, pluralitas merupakan realitas yang sangat jelas kelihatan. Di
Indonesia pun terdapat banyak agama. Setiap agama mengajarkan jalan hidup yang berbeda-
beda dan merupakan ekspresi dari pemeluknya untuk memahami ajaran Tuhan.
7. B. Sejarah Pluralisme Agama di dunia
Awal pertama kali munculnya pluralisme agama ada beberapa versi. Versi pertama
pluralisme agama berawal dari agama kristen yang dimulai setelah Konsili Vatikan II pada
permulaan tahun 60-an yanng mendeklarasikan “keselamatan umum” bahkan untuk agama-
agama diluar kristen. Gagasan pluralisme agama ini sebenarnya merupakan upaya-upaya
peletakan landasan teologis kristen untuk berinteraksi dan bertoleransi dengan agama-agama
lain. Versi kedua menyebutkan bahwa pluralisme agama berasal dari India. Seperti Rammohan
Ray (1773-1833) pencetus gerakan Brahma Samaj, ia mencetuskan pemikiran Tuhan satu dan
persamaan antar agama (ajaran ini penggabungan antara Hindu-Islam). Serta masih banyak lagi
pencetus pluralisme dari India, pada intinya teori pluralisme di India didasari pada penggabungan
ajaran agama-agama yang berbeda.
Sebenarnya kalau ditelusuri lebih jauh dalam peta sejarah peradaban agama-agama
dunia, kecenderungan sikap beragama yang pluralistik, dengan pemahaman yang dikenal
sekarang, sejatinya sama sekali bukan barang baru. Cikal bakal pluralisme agama ini muncul di
India pada akhir abad ke-15 dalam gagasan-gagasan Kabir (1440-1518) dan muridnya, yaitu Guru
Nanak (1469-1538) pendiri “Sikhisme”.Hanya saja, pengaruh gagasan ini belum mampu
menerobos batas-batas geografis regional, sehingga hanya populer di anak benua India. Ketika
arus globalisasi telah semakin menipiskan pagar- pagar kultural Barat-Timur dan mulai maraknya
interaksi kultural antar kebudayaan dan agama dunia, kemudian di lain pihak timbulnya
kegairahan baru dalam meneliti dan mengkaji agama-agama Timur, khususnya Islam, yang
disertai dengan berkembangnya pendekatan-pendekatan baru kajian agama (scientific study of
religion), mulailah gagasan pluralisme agama berkembang secara pelan tapi pasti, dan mendapat
tempat di hati para intelektual hampir secara universal.
Dalam dunia Islam sendiri pemikiran pluralisme agama muncul setalah perang dunia
kedua. Diantara pencetus pemikiran pluralisme agama dalam Islam yaitu Rene Guenon (Abdul
Wahid Yahya) dan Frithjof Schuon (Isa Nuruddin Ahmad). Karya-karya mereka ini sarat dengan
pemikiran dan gagasan yang menjadi inspirasi dasar bagi tumbuh kembangnya wacana pluralisme
agama. selain kedua orang tersebut juga ada Seyyed Hossein Nasr, seorang tokoh muslim Syi’ah
moderat, merupakan tokoh yang bisa dianggap paling bertanggung jawab dalam mempopulerkan
pluralisme agama di kalangan Islam tradisional. Pemikiran-pemikiran Nasr tentang plurlaisme
agama tertuang pada tesisnya yang membahas tentang sophia perennis atauperennial wisdom
(al-hikmat al-kholidah atau kebenaran abadi) yaitu sebuah wacana menghidupkan kembali
kesatuan metefisika yang tersembunyi dalam tiap ajaran-ajaran agama semenjak Nabi Adam as.
hingga sekarang.
Dalam perkembangan pluralisme agama dapat dilihat ketika memasuki abad ke- 19,
gagasan pluralisme agama telah semakin kokoh dalam wacana pemikiran filsafat dan teologi
barat. Tokoh yang tercatat pada barisan pemula muncul dengan gigih mengedepankan gagasan
ini adalah seorang teolog kristen Liberal Ernst Troeltsch (1865- 1923). Dalam sebuah makalahnya
yang berjudul “The Place of Christianity among the World Religions” (Posisi Agama Kristen
diantara agama-agama Dunia) yang disampaikan dalam sebuah kuliah di Universitas Oxford
menjelang wafatnya pada tahun 1923, Troeltsch melontarkan gagasan pluralisme agama secara
8. argumentatif bahwa dalam semua agama, termasuk Kristen, selalu mengandung elemen
kebenaran dan tidak satu agama pun yang memiliki kebenaran mutlak, konsep ketuhanan di muka
bumi ini beragam dan tidak hanya satu.
Kemudian di lain pihak, gagasan pluralisme agama menembus dan menyusup ke wacana
pemikiran Islam melalui karya-karya pemikir-pemikir muslim seperti Rene Guenon (Abdul Wahid
Yahya) dan Frithjof Schuon (Isa Nuruddin Ahmad).
C. Dampak dari Pluralisme Agama
1. Dampak Positif :
a. Adanya toleransi beragama di Indonesia yang cukup tinggi.
Indonesia yang mengakui 6 agama di Negaranya yaitu Islam, Protestan, Katolik,
Hindu, Buddha dan Konghucu ditambahg lagi beragama kepercayaan tradisional lainya
selama bertahun tahun sudah melekat di masyarakat umum sehingga pluralisme agama
sudah dianggap sangat wajar bahkan saling bantu membantu.
b. Terjadinya Kerukunan antar umat beragama di Indonesia
Karena pluralisme adalah hal yang biasa dijumpai di masyarakat ditambah lagi ciri
khas masyarakat Indonesia yang sangat mencolok yaitu ramah dan suka bergotong
royong, Kerukunan antar umat beragamapun bisa terjadi, saling membantu dalam
kegiatan agama atau upacara agama padahal berbeda agama sudah hal yang biasa.
c. Memberkan ruang untuk individu agar lebih bisa berkembang
Dengan mengakui plurlalisme agama masyarakat secara individupun memiliki
potensi berkembang yang jauh lebih luas, karena masyarakat diberikan kebebasan dalam
memilih jalan hidupnya yang tidak semua orang sama.
2. Dampak Negatif :
a. Rentan terhadap konflik
Keberagaman tentu saja akan menjadi akar perseteruan apabila tidak ditanggapi
dan dijalankan dengan baik, karena pada dasarnya tidak ada yang menyukai perbedaan.
b. Munculnya sikap ekstrim dan fanatis
Sikap ekstrim dan fanatis kerap muncul dari berbagai golongan akibat plural,
dengan alasan melindungi budaya suatu agama dari budaya agama lainya agar tidak
terpengaruhi kelompok ekstrim dan fanatis ini sering kali meresahkan masyarakat
c. Munculnya sifat etnosentrisme
Sifat etnosentrisme yang suka merendahkan budaya atau masyarakat lain kerap
muncul di bangsa plural, sifat ini bisa jadi pula adalah permulaan dari sebuah perpecahan
dan kebencian.
9. D. Bermasyarakat di Masyarakat Pluralisme
Bermasyarakat di masyarakat pluralisme terutama di Indonesia adalah sebuah keharusan untuk
dilakukan karena masyarakat Indonesia sejak lahirpun sudah menjadi bangsa yang plural dimana di
tempat mana pun di Indonesia pasti akan menemui keberagaman, entah itu keberagaman suku, agama,
keyakinan hingga pendapat. Oleh karena itu kita haruslah beradaptasi dengan perbedaan dan memiliki
pemikiran terbuka akan perbedaan sehingga potensi plural yang dimiliki Indonesia tercinta kita ini tidak
menjadi sebuah keburukan melainkan sebuah kelebihan yang sangat bermanfaat bagi Masyarakat ,
Bangsa , dan Negara.
Dengan hidup di masyarakat yang pluralisme, sebagai individu, kita akan mendapatkan
kesempatan, potensi, dan pilihan yang jauh lebih bebas dan jauh lebih besar daripada masyarakat yang
singularisme. Karena kita dapat bebas memilih jalan hidup kita, ingin apa kita, dan jadi apa kita. Oleh
karena itu kita harus menghargai masing – masing perbedaan itu sendiri.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara pluralisme agar bermanfaat,
tentram dan rukun yaitu :
1. Adanya Kesadaran Islam atau beragama yang Sehat
Pluralisme dalam masyarakat Islam memiliki karakter yang berbeda dari pluralisme yang
terdapat dalam masyarakat lain. Ciri khas dalam Islam meniscayakan adanya perbedaan baik itu
perbedaan ras, suku, etnis, sosial, budaya dan agama.Dan pluralisme tidak dimaksudkan sebagai
penghapusan kepribadian Islami.Kesadaran Islam yang cerdas merupakan faktor yang menjamin
pluralisme dan menjaganya dari penyimpangan dan kesalahan.Kesadaran Islam yang cerdas tidak
pernah menutup diri dari berbagai kecenderungan yang positif obyektif. Bahkan kecenderungan
itu bisa jadi akan menambah keistimewaan agama Islam itu sendiri.
Kesadaran Islam yang sehat akan mampu melihat dengan jernih sisi kebenaran yang
terdapat dalam agama lain karena semua agama punya nilai-nilai kebenaran yang bersifat
univerasl, tidak panatisme agama secara berlebihan dan selalu membuka diri dengan orang lain
walaupun berbada agama dan keyakinan. Bila sikap seperti ini dimiliki oleh setiap muslim, maka
pluralisme agama dapat berkembang denga baik yang pada akhirnya akan tercipta kerukunan dan
toleransi umat beragama yang baik dan harmonis ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
2. Dialog Antarumat Beragam
Salah satu faktor utama penyebab terjadinya konflik keagamaan adalah adanya
paradigma keberagamaan masyarakat yang masih eksklusif (tertutup). Pemahaman
keberagamaan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena pemahaman ini dapat membentuk
pribadi yang antipati terhadap pemeluk agama lainnya. Pribadi yang tertutup dan menutup ruang
dialog dengan pemeluk agama lainnya. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya
saja yang paling benar sedangkan agama dan aliran keagamaan lainnya adalah salah dan bahkan
dianggap sesat.Paradigma keberagamaan seperti ini (eksklusif) akan membahayakan stabilitas
keamanan dan ketentraman pemeluk agama bagi masyarakat yang multi agama.
10. 3. Saling menjaga tempat tempat peribadatan.
Dalam hal ini kita harus menjaga tempat peribadatan umat beragama, baik dalam hal
kenyamanan maupun keamanan. Karena jika umat agama lan dapat menjalankan ritual
keagamaannya dengan tentram maka hal itu pula yang akan terjadi pada hubungan antar umat
beragama.
4. Saling menjaga relasi antar umat beragama.
Agama secara normatif-doktriner selalu mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan
kerukunan. Dalam hal ini agama mengajarkan untuk menghormati umat agama lain, dan hal ini
sangat ditekankan oleh semua agama terlebih lagi agama Islam. Dalam ajaran islam
penghormatan kepada umat agama lain sangat dianjurkan karena dengan menghormati agama
lain, maka umat agama lain akan memberi apresiasi yang sama terhadap umat Islam.
Juga ada hal-hal yang di hindari dalam bermasyarakat pluralisme agar tidak terjadi konflik
, perpecahan atau bahkan peperangan yaitu :
1. Merendahkan agama atau keyakinan lain
2. Memaksakan kehendak agama pada yang berbeda keyakinan
3. Mengganggu kegiatan agama lain
4. Merusak tempat ibadat agama lain
5. Saling menjelek jelekan dalam beragama
6. Merasiskan perbedaan dalam kelompok masyarakat
7. Membuli instansi akibat perbedaan.
11. BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Pluralisme Agama saat ini bukanlah hal yang aneh atau hal yang harus diwaspadai secara
berlebihan karena saat ini sudah bukan zamannya saling menjatuhkan dalam beragama karena manusia
sudah bertambah sangat banyak juga ancaman yang sangat besar, agama sesungguhnya adalah hubungan
batin atau spiritual individu kepada penciptanya, mengenai siapa penciptanya, biarlah individu yang
menentukan dan ahli agama masing-masing mendalami agama dan terus menyebarluaskan agar setiap
individu dapat menemukan ikatan spiritual yang baik dan benar menurut individu tersebut. Karena setiap
individu itu berbeda-beda jadi tidak perlu disama-samakan dengan cara paksaan atau dengan cara yang
buruk. Karena tidak bisa disamakan kucing dengan kelinci, lumba-lumba dan salmon, merpati dan wallet,
walaupun sama sama hidup di darat, air, dan udara mereka tidak bisa disamakan sifatnya apalagi manusia
yang memiliki akal dan pemikiran yang sangat luas.
B. Saran
Alangkah indahnya apabila umat manusia hidup secara tentram dan damai tanpa membanding
bandingkan agama dan perbedaan secara konservatif dan berfokus pada memajukan umat manusia.
12. Daftar Pustaka
1. Rodiah, dkk, Studi Alquran Metodedan Konsep, (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), 335
2. Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama (jakarta : Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2010), 48-51.
3. Kiki Rezki Ananda, “MakalahPrularime”,http://kikirezkiananda.blogspot.co.id/2015/01/makalah-
pluralisme.html.
4. http://inigaperludikenang.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pluralisme.html
5. Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
7. Webster's Revised Unabridged Dictionary (1913 + 1828)
8. https://brainly.co.id
9. http://fitriayumachlika.blogspot.com/2016/04/makalah-pluralisme-agama.html
10. https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/18/breaking-
news/nasional/10/08/20/130974-pluralisme-bukan-sesuatu-yang-harus-dihindari