Sumber akhlak dan budi pekerti meliputi agama, falsafah hidup, tradisi, budaya, dan ilmu pengetahuan. Agama memberikan ajaran moral yang menjadi pegangan perilaku penganutnya. Falsafah hidup berasal dari nilai-nilai yang diyakini kebenaran dan manfaatnya lalu dijadikan sikap dan tindakan. Tradisi terbentuk dari kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh kelompok. Budaya mencakup
Strategi Internalisasi Nilai Karakter Pada Anak Dalam KeluargaAdhi Panjie Gumilang
Pendidikan karakter di dalam keluarga merupakan awal dari pembentukan karakter seorang anak. Sebelum seorang anak masuk bangku sekolah, pendikakan yang pertama kali diberikan kepada anak yaitu pendidikan di keluarga. Ketika anak mulai menginjak umur 6 – 7 tahun barulah dimasukkan kedalam PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun peran dalam keluarga sangat menentukan karakter anak tersebut. Dalam hal ini, ibu merupakan peran utama, Karena ibu yang melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling sayang dengan anak.Kasih sayang merupakan peranan penting dalam pembentukan karakter.
Strategi Internalisasi Nilai Karakter Pada Anak Dalam KeluargaAdhi Panjie Gumilang
Pendidikan karakter di dalam keluarga merupakan awal dari pembentukan karakter seorang anak. Sebelum seorang anak masuk bangku sekolah, pendikakan yang pertama kali diberikan kepada anak yaitu pendidikan di keluarga. Ketika anak mulai menginjak umur 6 – 7 tahun barulah dimasukkan kedalam PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun peran dalam keluarga sangat menentukan karakter anak tersebut. Dalam hal ini, ibu merupakan peran utama, Karena ibu yang melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling sayang dengan anak.Kasih sayang merupakan peranan penting dalam pembentukan karakter.
Dikutip dari Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (BUKU I) Diterbitkan oleh : Dirjen Dikdasmen. Jakarta. 2003.
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)Jean-Jacques PUGIN
YESUS KRISTUS PERINTAH:
ORANG-ORANG KRISTIAN! MELARIKAN DIRI! PERSEKUTUAN RUSIA MELARIKAN DIRI!
YESUS KRISTUS BERKOMUNIKASI:
PERANG DUNIA! PERANG NUKLEAR! NUKLEAR AWAN! SEKARANG!
JERUSALEM ! GAZA DISERANG ISRAEL ! IRAN ! RUSSIA ! AMERIKA ! VATICAN ! ISLAM ! CHURCH !
MENGGUNAKAN YAHOUH (YHWH)! SEBUT NAMA BAPA SYURGAWI! YESUS KRISTUS DIHARAMKAN DARIPADA MEMAKAN HAIWAN! ELIYAHOUH NABI-NABI (ELIA)
Dikutip dari Pedoman Umum Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (BUKU I) Diterbitkan oleh : Dirjen Dikdasmen. Jakarta. 2003.
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)Jean-Jacques PUGIN
YESUS KRISTUS PERINTAH:
ORANG-ORANG KRISTIAN! MELARIKAN DIRI! PERSEKUTUAN RUSIA MELARIKAN DIRI!
YESUS KRISTUS BERKOMUNIKASI:
PERANG DUNIA! PERANG NUKLEAR! NUKLEAR AWAN! SEKARANG!
JERUSALEM ! GAZA DISERANG ISRAEL ! IRAN ! RUSSIA ! AMERIKA ! VATICAN ! ISLAM ! CHURCH !
MENGGUNAKAN YAHOUH (YHWH)! SEBUT NAMA BAPA SYURGAWI! YESUS KRISTUS DIHARAMKAN DARIPADA MEMAKAN HAIWAN! ELIYAHOUH NABI-NABI (ELIA)
1. 1. Sumber Akhlak dan
Budi Pekerti
1. Agama berdasarkan asal katanya, dari bahasa sansekerta, a berarti tidak dan gam
berarti kacau jadi agama berarti tidak kacau. Berdasarkan pengertian dari akar kata,
maka intinya adalah ikatan yang berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Dalam
praktek hidup sehari-hari, motivasi yang terpenting dan terkuat bagi manusia
terutama bagi para pelaku moral adalah agama. Setiap agama mengandung ajaran
moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Secara struktural
fungsional agama melayani kebutuhan-kebutuhan manusia untuk mencari kebenaran
dan mengatasi serta menetralkan berbagai hal buruk dalam kehidupan. Semua
agama menyajikan formula-formula tersebut yang pada hakikatnya bersifat
mendasar dan umum, berkenaan dengan eksistensi dan perjalanan hidup manusia,
yang masuk akal dan rasional sesuai dengan keyakinan keagamaannya, mendalam
serta penuh dengan muatan-muatan emosi dan perasaan yang manusiawi. Agama
tidak mengalami perubahan, tetapi yang berubah adalah tradisi keagamaan atau
sistem-sistem keyakinan keagamaan, sedangkan teks suci atau doktrin agama itu
sendiri, sebagaimana tertuang dalam kitab suci, tetap tidak berubah. Kehidupan
dalam kelompok terkecil maupun kelompok luas masyarakat dan lingkungan,
didasarkan oleh keyakinan agama yang kemudian membudaya dalam diri dan lahir
menjadi tradisi.
2. Falsafah hidup merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini kebenarannya,
ketepatan dan manfaatnya yang kemudian menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Dalam kehidupan
masyarakat terdapat banyak nilai yang diyakini kebenarannya, kemudian dijadikan
falsafah hidup dipakai sebagai sumber dalam berperilaku. Oleh karena itu, falsafah
hidup yang berlaku di setiap kelompok masyarakat berbeda-beda. Falsafah hidup
bukan timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses
waktu yang lama dan terus-menerus sehingga hasil pemikiran itu dapat teruji
kebenarannya. Dalam proses pembentukan falsafah hidup, dapat terjadi perubahan-
perubahan dasar falsafah hidup itu.
3. Tradisi sama dengan adat kebiasaan yang dimunculkan oleh kehendak atau
perbuatan sadar yang telah menjadi kebiasaan sekelompok orang. Ada 2 faktor
penting yang melahirkan adat kebiasaan, yang pertama adanya kecenderungan hati
kepada perbuatan itu. Yang kedua, adalah adanya praktek yang diulang-ulang
sehingga seseorang menjadi terbiasa melakukan perbuatan tersebut. Diantara kedua
2. faktor tersebut, faktor yang kedualah yang sangat menentukan sebab walaupun ada
kecenderungan hati tetapi apabila tidak ada kesempatan untuk memunculkan
perbuatan, maka kecenderungan hati itu tidak akan terealisasi.
4. Budaya dapat didefinisikan secara sempit dan luas. Secara sempit budaya mencakup
kesenian dengan semua cabang-cabangya, sedangkan secara luas, budaya mencakup
semua aspek kehidupan manusia. Secara formal, budaya didefinisikan sebagai
tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hierarki agama,
waktu, peranan, hubungan ruang dan lain-lain. Budaya meliputi semua peneguhan
perilaku yang diterima selama satu periode kehidupan. Budaya juga berkenaan
dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi
kehidupan kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita
sadari. Fungsi budaya sebagai sumber akhlak dan budi pekerti dapat dilihat dari
model-model perilaku dan komunikasi manusia dalam masyarakat pada tempat dan
kurun waktu tertentu.
5. Ilmu pengetahuan pertama kali muncul dari rasa ingin tahu akan keterangan
mengapa sasuatu hal terjadi yang kemudian dikaitkan dan digolongkan sehingga hal-
hal yang tersendiri itu dianggap mewakili suatu peristiwa yang lebih umum. Di
kalangan ilmuan ada keseragaman pendapat, yaitu bahwa ilmu selalu tersusun dari
pengetahuan secara teratur. Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan benar,
perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak
pada adanya hubungan dalil. Kedua, pengetahuan itu benar bila ada kesesuaian
dengan kenyataan. Ketiga, pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi
praktis dalam dirinya. Sehubungan dengan proses perolehan ilmu pengetahuan
dengan metode yang benar dan teruji kebenarannya secara ilmiah, maka ilmu
pengetahuan dijadikan sumber yang memberikan motivasi untuk melakukan sebuah
perbuatan baik dan berbudi pekerti luhur.
2. Sumber Pendidikan Budi
Pekerti Disekolah
Istilah “budi pekerti” muncul dalam rancangan Kurikulum 2013, menempel pada Pendidikan
Agama, sehingga bunyi selengkapnya struktur kurikulumnya adalah “Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti”. Kemunculannya tidak sejak awal, tapi pada awal 2013, konon dari Kantor Wakil
Presiden Boediono—untuk memberikan warna pada pendidikan agama agar tidak terlalu
dogmatis.
3. Para guru dan pengembang kurikulum untuk pendidikan agama sempat resistan terhadap
penambahan budi pekerti karena, menurut mereka, pendidikan agama sudah mencakup
pendidikan budi pekerti, tanpa harus dieksplisitkan. Wakil Menteri Pendidikan Musliar Kasim
(Februari 2013) perlu meyakinkan bahwa keberadaan budi pekerti itu tidak melemahkan
pendidikan agama, sebaliknya justru memperkuat posisinya.
Sebetulnya istilah budi pekerti pernah dikenal dalam bangku sekolah kita, yaitu sejak awal
kemerdekaan hingga awal dekade 1970-an. Tapi istilah tersebut hilang digantikan oleh
keberadaan pendidikan agama yang mulai diterapkan berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor
XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan.
Keluarnya Ketetapan MPRS tersebut tidak dapat dilepaskan dari tragedi G30S (1965), yang
memunculkan stigma keliru bahwa mereka yang komunis itu tidak beragama, maka agar orang
tidak disebut komunis, harus beragama. Stigmatisasi keliru itu turut mempercepat proses
agamanisasi di masyarakat dan sekolah, apalagi kemudian ditunjang keluarnya UU Nomor
2/1989 yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Semua itu memperkuat proses agamanisasi di sekolah-sekolah formal, sehingga istilah “budi
pekerti” tidak dikenal lagi. Maka, ketika muncul kembali dalam struktur Kurikulum 2013, istilah itu
mendapat resistensi dari para guru agama. Padahal sesungguhnya itu mutiara bangsa yang
sudah lama terpendam.
Beda sumber
Dalam setiap kesempatan, untuk berbicara tentang Kurikulum 2013, penulis selalu menyatakan
bahwa tetap ada beda antara pendidikan agama dengan pendidikan budi pekerti.
Bagaimanapun, sumber utama pendidikan agama adalah kitab suci masing-masing agama. Tapi
sumber utama pendidikan budi pekerti adalah norma-norma sosial yang berkembang di
masyarakat. Sangat mungkin bila substansi materi pendidikan budi pekerti merupakan hasil
ramuan dari berbagai sumber ajaran agama dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat,
tanpa harus menyebut ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Materi tersebut kemudian
diolah menjadi ajaran yang bersifat universal dan dapat diterima oleh semua murid yang
berbeda-beda agamanya.
4. Tujuan utama pendidikan agama adalah mengajarkan keimanan kepada murid-murid sesuai
dengan agama yang dianut. Wajar bila kemudian muncul Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan
Agama Islam yang berbunyi: “Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT,”
atau KD Agama Kristen yang berbunyi: “Memahami makna nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, Kasih,
dan Keadilan dalam kehidupan.” Kedua contoh rumusan KD tersebut tepat untuk KD Pendidikan
Agama. Sedangkan tujuan pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan tertib sosial dan hidup
damai sejahtera dengan sesama manusia tanpa dibedakan oleh latar belakang agama dan
kepercayaannya. Karena itulah, rumusan KD Budi Pekerti lebih bersifat universal, misalnya:
“Memahami makna hidup saling tolong-menolong dengan sesama.”
Konkretnya, ajaran agama mengajarkan relasi manusia dengan Sang Pencipta, tapi budi pekerti
mengajarkan relasi manusia dengan sesama (teman, saudara, orang tua, tetangga, dan lain
sebagainya). Setiap agama mengajarkan agar anak berbakti kepada orang tua. Tapi bagaimana
cara berbakti itu amat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, sosial, serta budaya setempat, dan
itulah ranahnya pendidikan budi pekerti. Dengan kata lain, pendidikan budi pekerti sama sekali
tidak memperlemah peran pendidikan agama, tapi justru semakin memperkuat pendidikan
agama pada tingkat praksis (sosial). Tidak perlu dikhawatirkan pula bahwa pendidikan budi
pekerti akan menenggelamkan pendidikan agama, karena memang beda sumber dan substansi
pesan yang disampaikan.
Dalam implementasinya di lapangan, pendidikan agama dan budi pekerti dapat diajarkan oleh
tim guru, yang terdiri atas guru agama dan guru budi pekerti. Guru budi pekerti dapat diambilkan
dari para guru senior yang pekertinya sudah terbukti terpuji, mengingat pendidikan budi pekerti
sesungguhnya mengajarkan keteladanan dalam hidup, bukan sekadar memberikan
pengetahuan kognitif belaka. Bagi mereka yang bersekolah pada dekade 1950-1960-an dulu di
Sekolah Rakyat, ada buku Akhlakyang memuat materi budi pekerti, di dalamnya berisi nasihat
untuk suka menolong sesama, hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih
muda, tidak boleh pelit, cara berpakaian yang rapi dan sopan, bagaimana bergaul di masyarakat
sehari-hari dan mengenal adat istiadat, serta berbudaya malu.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, yang dinamakan budi pekerti atau watak, yaitu bulatnya jiwa
manusia, yang dalam bahasa asing disebut karakter atau sebagai jiwa yang sudah berasas
hukum kebatinan. Orang yang telah memiliki kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikir-
mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang
5. pasti dan tetap. Itulah sebabnya tiap-tiap orang itu dapat kita kenal wataknya dengan pasti, yaitu
karena watak atau budi pekerti itu memang bersifat tetap dan pasti buat satu-satunya manusia,
sehingga dapat dibedakan orang yang satu dari yang lain.
Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau
kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. “Budi” berarti pikiran-perasaan-kemauan,
sedangkan “pekerti” berarti tenaga. Maka budi pekerti bersifat jiwa manusia, dari angan-angan
hingga terjelma sebagai tenaga. Dengan adanya “budi pekerti”, tiap-tiap manusia berdiri sebagai
manusia merdeka (berpribadi) yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri
(mandiri, zelfbeheersching). Inilah manusia yang beradab, dan itulah maksud dan tujuan
pendidikan dalam garis besarnya (Pendidikan, 2004:25).
Dengan berbagai ketelanjuran, yang diperlukan sekarang adalah merumuskan KD dan
menuliskan buku pendidikan budi pekerti agar dapat menjadi rujukan para guru dalam mengajar.
Tidak ada istilah terlambat karena kurikulum baru juga diimplementasikan penuh baru pada
tahun ajaran 2014/2015. Jadi lebih baik terlambat tapi ke depannya para guru memiliki pedoman
yang jelas melaksanakan pendidikan budi pekerti, daripada tidak mau dikatakan terlambat tapi di
masa depan bingung soal buku pegangan.*
3. Sumber Budi Pekerti Di
Masyarakat