SlideShare a Scribd company logo
1. Sumber Akhlak dan
Budi Pekerti
1. Agama berdasarkan asal katanya, dari bahasa sansekerta, a berarti tidak dan gam
berarti kacau jadi agama berarti tidak kacau. Berdasarkan pengertian dari akar kata,
maka intinya adalah ikatan yang berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Dalam
praktek hidup sehari-hari, motivasi yang terpenting dan terkuat bagi manusia
terutama bagi para pelaku moral adalah agama. Setiap agama mengandung ajaran
moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Secara struktural
fungsional agama melayani kebutuhan-kebutuhan manusia untuk mencari kebenaran
dan mengatasi serta menetralkan berbagai hal buruk dalam kehidupan. Semua
agama menyajikan formula-formula tersebut yang pada hakikatnya bersifat
mendasar dan umum, berkenaan dengan eksistensi dan perjalanan hidup manusia,
yang masuk akal dan rasional sesuai dengan keyakinan keagamaannya, mendalam
serta penuh dengan muatan-muatan emosi dan perasaan yang manusiawi. Agama
tidak mengalami perubahan, tetapi yang berubah adalah tradisi keagamaan atau
sistem-sistem keyakinan keagamaan, sedangkan teks suci atau doktrin agama itu
sendiri, sebagaimana tertuang dalam kitab suci, tetap tidak berubah. Kehidupan
dalam kelompok terkecil maupun kelompok luas masyarakat dan lingkungan,
didasarkan oleh keyakinan agama yang kemudian membudaya dalam diri dan lahir
menjadi tradisi.
2. Falsafah hidup merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini kebenarannya,
ketepatan dan manfaatnya yang kemudian menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Dalam kehidupan
masyarakat terdapat banyak nilai yang diyakini kebenarannya, kemudian dijadikan
falsafah hidup dipakai sebagai sumber dalam berperilaku. Oleh karena itu, falsafah
hidup yang berlaku di setiap kelompok masyarakat berbeda-beda. Falsafah hidup
bukan timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses
waktu yang lama dan terus-menerus sehingga hasil pemikiran itu dapat teruji
kebenarannya. Dalam proses pembentukan falsafah hidup, dapat terjadi perubahan-
perubahan dasar falsafah hidup itu.
3. Tradisi sama dengan adat kebiasaan yang dimunculkan oleh kehendak atau
perbuatan sadar yang telah menjadi kebiasaan sekelompok orang. Ada 2 faktor
penting yang melahirkan adat kebiasaan, yang pertama adanya kecenderungan hati
kepada perbuatan itu. Yang kedua, adalah adanya praktek yang diulang-ulang
sehingga seseorang menjadi terbiasa melakukan perbuatan tersebut. Diantara kedua
faktor tersebut, faktor yang kedualah yang sangat menentukan sebab walaupun ada
kecenderungan hati tetapi apabila tidak ada kesempatan untuk memunculkan
perbuatan, maka kecenderungan hati itu tidak akan terealisasi.
4. Budaya dapat didefinisikan secara sempit dan luas. Secara sempit budaya mencakup
kesenian dengan semua cabang-cabangya, sedangkan secara luas, budaya mencakup
semua aspek kehidupan manusia. Secara formal, budaya didefinisikan sebagai
tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hierarki agama,
waktu, peranan, hubungan ruang dan lain-lain. Budaya meliputi semua peneguhan
perilaku yang diterima selama satu periode kehidupan. Budaya juga berkenaan
dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi
kehidupan kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita
sadari. Fungsi budaya sebagai sumber akhlak dan budi pekerti dapat dilihat dari
model-model perilaku dan komunikasi manusia dalam masyarakat pada tempat dan
kurun waktu tertentu.
5. Ilmu pengetahuan pertama kali muncul dari rasa ingin tahu akan keterangan
mengapa sasuatu hal terjadi yang kemudian dikaitkan dan digolongkan sehingga hal-
hal yang tersendiri itu dianggap mewakili suatu peristiwa yang lebih umum. Di
kalangan ilmuan ada keseragaman pendapat, yaitu bahwa ilmu selalu tersusun dari
pengetahuan secara teratur. Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan benar,
perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak
pada adanya hubungan dalil. Kedua, pengetahuan itu benar bila ada kesesuaian
dengan kenyataan. Ketiga, pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi
praktis dalam dirinya. Sehubungan dengan proses perolehan ilmu pengetahuan
dengan metode yang benar dan teruji kebenarannya secara ilmiah, maka ilmu
pengetahuan dijadikan sumber yang memberikan motivasi untuk melakukan sebuah
perbuatan baik dan berbudi pekerti luhur.
2. Sumber Pendidikan Budi
Pekerti Disekolah
Istilah “budi pekerti” muncul dalam rancangan Kurikulum 2013, menempel pada Pendidikan
Agama, sehingga bunyi selengkapnya struktur kurikulumnya adalah “Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti”. Kemunculannya tidak sejak awal, tapi pada awal 2013, konon dari Kantor Wakil
Presiden Boediono—untuk memberikan warna pada pendidikan agama agar tidak terlalu
dogmatis.
Para guru dan pengembang kurikulum untuk pendidikan agama sempat resistan terhadap
penambahan budi pekerti karena, menurut mereka, pendidikan agama sudah mencakup
pendidikan budi pekerti, tanpa harus dieksplisitkan. Wakil Menteri Pendidikan Musliar Kasim
(Februari 2013) perlu meyakinkan bahwa keberadaan budi pekerti itu tidak melemahkan
pendidikan agama, sebaliknya justru memperkuat posisinya.
Sebetulnya istilah budi pekerti pernah dikenal dalam bangku sekolah kita, yaitu sejak awal
kemerdekaan hingga awal dekade 1970-an. Tapi istilah tersebut hilang digantikan oleh
keberadaan pendidikan agama yang mulai diterapkan berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor
XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan.
Keluarnya Ketetapan MPRS tersebut tidak dapat dilepaskan dari tragedi G30S (1965), yang
memunculkan stigma keliru bahwa mereka yang komunis itu tidak beragama, maka agar orang
tidak disebut komunis, harus beragama. Stigmatisasi keliru itu turut mempercepat proses
agamanisasi di masyarakat dan sekolah, apalagi kemudian ditunjang keluarnya UU Nomor
2/1989 yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Semua itu memperkuat proses agamanisasi di sekolah-sekolah formal, sehingga istilah “budi
pekerti” tidak dikenal lagi. Maka, ketika muncul kembali dalam struktur Kurikulum 2013, istilah itu
mendapat resistensi dari para guru agama. Padahal sesungguhnya itu mutiara bangsa yang
sudah lama terpendam.
Beda sumber
Dalam setiap kesempatan, untuk berbicara tentang Kurikulum 2013, penulis selalu menyatakan
bahwa tetap ada beda antara pendidikan agama dengan pendidikan budi pekerti.
Bagaimanapun, sumber utama pendidikan agama adalah kitab suci masing-masing agama. Tapi
sumber utama pendidikan budi pekerti adalah norma-norma sosial yang berkembang di
masyarakat. Sangat mungkin bila substansi materi pendidikan budi pekerti merupakan hasil
ramuan dari berbagai sumber ajaran agama dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat,
tanpa harus menyebut ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Materi tersebut kemudian
diolah menjadi ajaran yang bersifat universal dan dapat diterima oleh semua murid yang
berbeda-beda agamanya.
Tujuan utama pendidikan agama adalah mengajarkan keimanan kepada murid-murid sesuai
dengan agama yang dianut. Wajar bila kemudian muncul Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan
Agama Islam yang berbunyi: “Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT,”
atau KD Agama Kristen yang berbunyi: “Memahami makna nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, Kasih,
dan Keadilan dalam kehidupan.” Kedua contoh rumusan KD tersebut tepat untuk KD Pendidikan
Agama. Sedangkan tujuan pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan tertib sosial dan hidup
damai sejahtera dengan sesama manusia tanpa dibedakan oleh latar belakang agama dan
kepercayaannya. Karena itulah, rumusan KD Budi Pekerti lebih bersifat universal, misalnya:
“Memahami makna hidup saling tolong-menolong dengan sesama.”
Konkretnya, ajaran agama mengajarkan relasi manusia dengan Sang Pencipta, tapi budi pekerti
mengajarkan relasi manusia dengan sesama (teman, saudara, orang tua, tetangga, dan lain
sebagainya). Setiap agama mengajarkan agar anak berbakti kepada orang tua. Tapi bagaimana
cara berbakti itu amat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, sosial, serta budaya setempat, dan
itulah ranahnya pendidikan budi pekerti. Dengan kata lain, pendidikan budi pekerti sama sekali
tidak memperlemah peran pendidikan agama, tapi justru semakin memperkuat pendidikan
agama pada tingkat praksis (sosial). Tidak perlu dikhawatirkan pula bahwa pendidikan budi
pekerti akan menenggelamkan pendidikan agama, karena memang beda sumber dan substansi
pesan yang disampaikan.
Dalam implementasinya di lapangan, pendidikan agama dan budi pekerti dapat diajarkan oleh
tim guru, yang terdiri atas guru agama dan guru budi pekerti. Guru budi pekerti dapat diambilkan
dari para guru senior yang pekertinya sudah terbukti terpuji, mengingat pendidikan budi pekerti
sesungguhnya mengajarkan keteladanan dalam hidup, bukan sekadar memberikan
pengetahuan kognitif belaka. Bagi mereka yang bersekolah pada dekade 1950-1960-an dulu di
Sekolah Rakyat, ada buku Akhlakyang memuat materi budi pekerti, di dalamnya berisi nasihat
untuk suka menolong sesama, hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih
muda, tidak boleh pelit, cara berpakaian yang rapi dan sopan, bagaimana bergaul di masyarakat
sehari-hari dan mengenal adat istiadat, serta berbudaya malu.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, yang dinamakan budi pekerti atau watak, yaitu bulatnya jiwa
manusia, yang dalam bahasa asing disebut karakter atau sebagai jiwa yang sudah berasas
hukum kebatinan. Orang yang telah memiliki kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikir-
mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang
pasti dan tetap. Itulah sebabnya tiap-tiap orang itu dapat kita kenal wataknya dengan pasti, yaitu
karena watak atau budi pekerti itu memang bersifat tetap dan pasti buat satu-satunya manusia,
sehingga dapat dibedakan orang yang satu dari yang lain.
Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau
kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. “Budi” berarti pikiran-perasaan-kemauan,
sedangkan “pekerti” berarti tenaga. Maka budi pekerti bersifat jiwa manusia, dari angan-angan
hingga terjelma sebagai tenaga. Dengan adanya “budi pekerti”, tiap-tiap manusia berdiri sebagai
manusia merdeka (berpribadi) yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri
(mandiri, zelfbeheersching). Inilah manusia yang beradab, dan itulah maksud dan tujuan
pendidikan dalam garis besarnya (Pendidikan, 2004:25).
Dengan berbagai ketelanjuran, yang diperlukan sekarang adalah merumuskan KD dan
menuliskan buku pendidikan budi pekerti agar dapat menjadi rujukan para guru dalam mengajar.
Tidak ada istilah terlambat karena kurikulum baru juga diimplementasikan penuh baru pada
tahun ajaran 2014/2015. Jadi lebih baik terlambat tapi ke depannya para guru memiliki pedoman
yang jelas melaksanakan pendidikan budi pekerti, daripada tidak mau dikatakan terlambat tapi di
masa depan bingung soal buku pegangan.*
3. Sumber Budi Pekerti Di
Masyarakat

More Related Content

What's hot

Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterPresentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterAnis Rahman
 
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematikaPendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Interest_Matematika_2011
 
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSAHUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
Aprilia putri
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1
hepi gustia
 
Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa
Ria Mey
 
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Angga Sho-hibul Ulum, M.Psi
 
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAKPENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
wahabsultan
 
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakPerkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
M N Habibah
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
penggawa
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
Pendidikan karakter Demi Masa Depan Indonesia
Pendidikan karakter Demi Masa Depan IndonesiaPendidikan karakter Demi Masa Depan Indonesia
Pendidikan karakter Demi Masa Depan Indonesia
Rahmatsevenzero
 

What's hot (15)

Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan KarakterPresentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
Presentasi Pendekatan Pendidikan Karakter
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematikaPendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika
 
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSAHUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER BANGSA
 
Tugas bp
Tugas bpTugas bp
Tugas bp
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1
 
Dsk moral thn 1
Dsk moral thn 1Dsk moral thn 1
Dsk moral thn 1
 
Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa
 
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
 
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAKPENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN MORAL ANAK
 
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakPerkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
 
Pendidikan karakter Demi Masa Depan Indonesia
Pendidikan karakter Demi Masa Depan IndonesiaPendidikan karakter Demi Masa Depan Indonesia
Pendidikan karakter Demi Masa Depan Indonesia
 

Viewers also liked

33 nilai budi pekerti
33 nilai budi pekerti33 nilai budi pekerti
33 nilai budi pekerti
Sugeng Arianto
 
Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Randy Ikas
 
Bab 3
Bab 3 Bab 3
Tugas drama budi pekerti
Tugas drama budi pekertiTugas drama budi pekerti
Tugas drama budi pekerti
nisa1191
 
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)
Jean-Jacques PUGIN
 
Kiamat Menurut Agama Buddha
Kiamat Menurut Agama BuddhaKiamat Menurut Agama Buddha
Kiamat Menurut Agama Buddha
m4t4r4
 
Makalah ketrampilan dan masalah sosial
Makalah ketrampilan dan masalah sosialMakalah ketrampilan dan masalah sosial
Makalah ketrampilan dan masalah sosialAgoesdwybima Salim
 
Takabur (teks drama agama islam)
Takabur (teks drama agama islam)Takabur (teks drama agama islam)
Takabur (teks drama agama islam)Azizahluthfi
 
teori kemoralan sosial dan keperibadian mulia
teori kemoralan sosial dan keperibadian muliateori kemoralan sosial dan keperibadian mulia
teori kemoralan sosial dan keperibadian mulia
Badriyatun Kamar
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
Deli Maulana Jabet
 

Viewers also liked (12)

33 nilai budi pekerti
33 nilai budi pekerti33 nilai budi pekerti
33 nilai budi pekerti
 
Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs buddha sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
 
Bab 3
Bab 3 Bab 3
Bab 3
 
Tugas drama budi pekerti
Tugas drama budi pekertiTugas drama budi pekerti
Tugas drama budi pekerti
 
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)
Orang orang kristian yang telah dipulihkan malais (malaisie)
 
Kiamat Menurut Agama Buddha
Kiamat Menurut Agama BuddhaKiamat Menurut Agama Buddha
Kiamat Menurut Agama Buddha
 
Makalah ketrampilan dan masalah sosial
Makalah ketrampilan dan masalah sosialMakalah ketrampilan dan masalah sosial
Makalah ketrampilan dan masalah sosial
 
Qonaah dan tasamuh
Qonaah dan tasamuhQonaah dan tasamuh
Qonaah dan tasamuh
 
Moral
MoralMoral
Moral
 
Takabur (teks drama agama islam)
Takabur (teks drama agama islam)Takabur (teks drama agama islam)
Takabur (teks drama agama islam)
 
teori kemoralan sosial dan keperibadian mulia
teori kemoralan sosial dan keperibadian muliateori kemoralan sosial dan keperibadian mulia
teori kemoralan sosial dan keperibadian mulia
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
 

Similar to Macam macam budi pekerti

Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologiHary Ihsan
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
HendroGunawan8
 
tugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliah
tugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliahtugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliah
tugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliah
jumaralisra
 
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosialAbdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
RehanAskingAlexandri
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas33335
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agama
iwan Alit
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Raffy Mundung
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
imam shofwan
 
35219183 pengaruh-budaya
35219183 pengaruh-budaya35219183 pengaruh-budaya
35219183 pengaruh-budaya
Rabian Syahbana
 
TUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdf
TUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdfTUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdf
TUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdf
AnggiRahmatGinanjar
 
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hariPeran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
pjj_kemenkes
 
Modul 2 keperawatan agama kb1
Modul 2 keperawatan agama kb1Modul 2 keperawatan agama kb1
Modul 2 keperawatan agama kb1
Anton Saja
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
bagas darmawan
 
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagitaMakalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
PutuNagita
 
117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx
117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx
117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx
MuhammadYusro1
 
Makalah pendidikan agama plural
Makalah pendidikan agama pluralMakalah pendidikan agama plural
Makalah pendidikan agama plural
RadenRamadhanSyaidin
 

Similar to Macam macam budi pekerti (20)

Latar belakang
Latar belakangLatar belakang
Latar belakang
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
 
tugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliah
tugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliahtugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliah
tugas agama untuk presentation memenuhi tugas kuliah
 
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosialAbdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas
 
Pk uk 2
Pk uk 2Pk uk 2
Pk uk 2
 
Pendidikan moral
Pendidikan moralPendidikan moral
Pendidikan moral
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agama
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
 
35219183 pengaruh-budaya
35219183 pengaruh-budaya35219183 pengaruh-budaya
35219183 pengaruh-budaya
 
TUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdf
TUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdfTUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdf
TUGAS 2-UAS_RESUME AGAMA ISLAM_ANGGI RAHMAT G.docx.pdf
 
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hariPeran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan sehari-hari
 
Modul 2 keperawatan agama kb1
Modul 2 keperawatan agama kb1Modul 2 keperawatan agama kb1
Modul 2 keperawatan agama kb1
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagitaMakalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
 
117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx
117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx
117_01. LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PAI.pptx
 
Makalah pendidikan agama plural
Makalah pendidikan agama pluralMakalah pendidikan agama plural
Makalah pendidikan agama plural
 

Macam macam budi pekerti

  • 1. 1. Sumber Akhlak dan Budi Pekerti 1. Agama berdasarkan asal katanya, dari bahasa sansekerta, a berarti tidak dan gam berarti kacau jadi agama berarti tidak kacau. Berdasarkan pengertian dari akar kata, maka intinya adalah ikatan yang berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Dalam praktek hidup sehari-hari, motivasi yang terpenting dan terkuat bagi manusia terutama bagi para pelaku moral adalah agama. Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Secara struktural fungsional agama melayani kebutuhan-kebutuhan manusia untuk mencari kebenaran dan mengatasi serta menetralkan berbagai hal buruk dalam kehidupan. Semua agama menyajikan formula-formula tersebut yang pada hakikatnya bersifat mendasar dan umum, berkenaan dengan eksistensi dan perjalanan hidup manusia, yang masuk akal dan rasional sesuai dengan keyakinan keagamaannya, mendalam serta penuh dengan muatan-muatan emosi dan perasaan yang manusiawi. Agama tidak mengalami perubahan, tetapi yang berubah adalah tradisi keagamaan atau sistem-sistem keyakinan keagamaan, sedangkan teks suci atau doktrin agama itu sendiri, sebagaimana tertuang dalam kitab suci, tetap tidak berubah. Kehidupan dalam kelompok terkecil maupun kelompok luas masyarakat dan lingkungan, didasarkan oleh keyakinan agama yang kemudian membudaya dalam diri dan lahir menjadi tradisi. 2. Falsafah hidup merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, ketepatan dan manfaatnya yang kemudian menimbulkan tekad untuk mewujudkannya dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Dalam kehidupan masyarakat terdapat banyak nilai yang diyakini kebenarannya, kemudian dijadikan falsafah hidup dipakai sebagai sumber dalam berperilaku. Oleh karena itu, falsafah hidup yang berlaku di setiap kelompok masyarakat berbeda-beda. Falsafah hidup bukan timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus-menerus sehingga hasil pemikiran itu dapat teruji kebenarannya. Dalam proses pembentukan falsafah hidup, dapat terjadi perubahan- perubahan dasar falsafah hidup itu. 3. Tradisi sama dengan adat kebiasaan yang dimunculkan oleh kehendak atau perbuatan sadar yang telah menjadi kebiasaan sekelompok orang. Ada 2 faktor penting yang melahirkan adat kebiasaan, yang pertama adanya kecenderungan hati kepada perbuatan itu. Yang kedua, adalah adanya praktek yang diulang-ulang sehingga seseorang menjadi terbiasa melakukan perbuatan tersebut. Diantara kedua
  • 2. faktor tersebut, faktor yang kedualah yang sangat menentukan sebab walaupun ada kecenderungan hati tetapi apabila tidak ada kesempatan untuk memunculkan perbuatan, maka kecenderungan hati itu tidak akan terealisasi. 4. Budaya dapat didefinisikan secara sempit dan luas. Secara sempit budaya mencakup kesenian dengan semua cabang-cabangya, sedangkan secara luas, budaya mencakup semua aspek kehidupan manusia. Secara formal, budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hierarki agama, waktu, peranan, hubungan ruang dan lain-lain. Budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama satu periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi kehidupan kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita sadari. Fungsi budaya sebagai sumber akhlak dan budi pekerti dapat dilihat dari model-model perilaku dan komunikasi manusia dalam masyarakat pada tempat dan kurun waktu tertentu. 5. Ilmu pengetahuan pertama kali muncul dari rasa ingin tahu akan keterangan mengapa sasuatu hal terjadi yang kemudian dikaitkan dan digolongkan sehingga hal- hal yang tersendiri itu dianggap mewakili suatu peristiwa yang lebih umum. Di kalangan ilmuan ada keseragaman pendapat, yaitu bahwa ilmu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur. Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak pada adanya hubungan dalil. Kedua, pengetahuan itu benar bila ada kesesuaian dengan kenyataan. Ketiga, pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam dirinya. Sehubungan dengan proses perolehan ilmu pengetahuan dengan metode yang benar dan teruji kebenarannya secara ilmiah, maka ilmu pengetahuan dijadikan sumber yang memberikan motivasi untuk melakukan sebuah perbuatan baik dan berbudi pekerti luhur. 2. Sumber Pendidikan Budi Pekerti Disekolah Istilah “budi pekerti” muncul dalam rancangan Kurikulum 2013, menempel pada Pendidikan Agama, sehingga bunyi selengkapnya struktur kurikulumnya adalah “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”. Kemunculannya tidak sejak awal, tapi pada awal 2013, konon dari Kantor Wakil Presiden Boediono—untuk memberikan warna pada pendidikan agama agar tidak terlalu dogmatis.
  • 3. Para guru dan pengembang kurikulum untuk pendidikan agama sempat resistan terhadap penambahan budi pekerti karena, menurut mereka, pendidikan agama sudah mencakup pendidikan budi pekerti, tanpa harus dieksplisitkan. Wakil Menteri Pendidikan Musliar Kasim (Februari 2013) perlu meyakinkan bahwa keberadaan budi pekerti itu tidak melemahkan pendidikan agama, sebaliknya justru memperkuat posisinya. Sebetulnya istilah budi pekerti pernah dikenal dalam bangku sekolah kita, yaitu sejak awal kemerdekaan hingga awal dekade 1970-an. Tapi istilah tersebut hilang digantikan oleh keberadaan pendidikan agama yang mulai diterapkan berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan. Keluarnya Ketetapan MPRS tersebut tidak dapat dilepaskan dari tragedi G30S (1965), yang memunculkan stigma keliru bahwa mereka yang komunis itu tidak beragama, maka agar orang tidak disebut komunis, harus beragama. Stigmatisasi keliru itu turut mempercepat proses agamanisasi di masyarakat dan sekolah, apalagi kemudian ditunjang keluarnya UU Nomor 2/1989 yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semua itu memperkuat proses agamanisasi di sekolah-sekolah formal, sehingga istilah “budi pekerti” tidak dikenal lagi. Maka, ketika muncul kembali dalam struktur Kurikulum 2013, istilah itu mendapat resistensi dari para guru agama. Padahal sesungguhnya itu mutiara bangsa yang sudah lama terpendam. Beda sumber Dalam setiap kesempatan, untuk berbicara tentang Kurikulum 2013, penulis selalu menyatakan bahwa tetap ada beda antara pendidikan agama dengan pendidikan budi pekerti. Bagaimanapun, sumber utama pendidikan agama adalah kitab suci masing-masing agama. Tapi sumber utama pendidikan budi pekerti adalah norma-norma sosial yang berkembang di masyarakat. Sangat mungkin bila substansi materi pendidikan budi pekerti merupakan hasil ramuan dari berbagai sumber ajaran agama dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat, tanpa harus menyebut ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Materi tersebut kemudian diolah menjadi ajaran yang bersifat universal dan dapat diterima oleh semua murid yang berbeda-beda agamanya.
  • 4. Tujuan utama pendidikan agama adalah mengajarkan keimanan kepada murid-murid sesuai dengan agama yang dianut. Wajar bila kemudian muncul Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Agama Islam yang berbunyi: “Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT,” atau KD Agama Kristen yang berbunyi: “Memahami makna nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, Kasih, dan Keadilan dalam kehidupan.” Kedua contoh rumusan KD tersebut tepat untuk KD Pendidikan Agama. Sedangkan tujuan pendidikan budi pekerti adalah mewujudkan tertib sosial dan hidup damai sejahtera dengan sesama manusia tanpa dibedakan oleh latar belakang agama dan kepercayaannya. Karena itulah, rumusan KD Budi Pekerti lebih bersifat universal, misalnya: “Memahami makna hidup saling tolong-menolong dengan sesama.” Konkretnya, ajaran agama mengajarkan relasi manusia dengan Sang Pencipta, tapi budi pekerti mengajarkan relasi manusia dengan sesama (teman, saudara, orang tua, tetangga, dan lain sebagainya). Setiap agama mengajarkan agar anak berbakti kepada orang tua. Tapi bagaimana cara berbakti itu amat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, sosial, serta budaya setempat, dan itulah ranahnya pendidikan budi pekerti. Dengan kata lain, pendidikan budi pekerti sama sekali tidak memperlemah peran pendidikan agama, tapi justru semakin memperkuat pendidikan agama pada tingkat praksis (sosial). Tidak perlu dikhawatirkan pula bahwa pendidikan budi pekerti akan menenggelamkan pendidikan agama, karena memang beda sumber dan substansi pesan yang disampaikan. Dalam implementasinya di lapangan, pendidikan agama dan budi pekerti dapat diajarkan oleh tim guru, yang terdiri atas guru agama dan guru budi pekerti. Guru budi pekerti dapat diambilkan dari para guru senior yang pekertinya sudah terbukti terpuji, mengingat pendidikan budi pekerti sesungguhnya mengajarkan keteladanan dalam hidup, bukan sekadar memberikan pengetahuan kognitif belaka. Bagi mereka yang bersekolah pada dekade 1950-1960-an dulu di Sekolah Rakyat, ada buku Akhlakyang memuat materi budi pekerti, di dalamnya berisi nasihat untuk suka menolong sesama, hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, tidak boleh pelit, cara berpakaian yang rapi dan sopan, bagaimana bergaul di masyarakat sehari-hari dan mengenal adat istiadat, serta berbudaya malu. Menurut Ki Hadjar Dewantara, yang dinamakan budi pekerti atau watak, yaitu bulatnya jiwa manusia, yang dalam bahasa asing disebut karakter atau sebagai jiwa yang sudah berasas hukum kebatinan. Orang yang telah memiliki kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikir- mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang
  • 5. pasti dan tetap. Itulah sebabnya tiap-tiap orang itu dapat kita kenal wataknya dengan pasti, yaitu karena watak atau budi pekerti itu memang bersifat tetap dan pasti buat satu-satunya manusia, sehingga dapat dibedakan orang yang satu dari yang lain. Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. “Budi” berarti pikiran-perasaan-kemauan, sedangkan “pekerti” berarti tenaga. Maka budi pekerti bersifat jiwa manusia, dari angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga. Dengan adanya “budi pekerti”, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi) yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri (mandiri, zelfbeheersching). Inilah manusia yang beradab, dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya (Pendidikan, 2004:25). Dengan berbagai ketelanjuran, yang diperlukan sekarang adalah merumuskan KD dan menuliskan buku pendidikan budi pekerti agar dapat menjadi rujukan para guru dalam mengajar. Tidak ada istilah terlambat karena kurikulum baru juga diimplementasikan penuh baru pada tahun ajaran 2014/2015. Jadi lebih baik terlambat tapi ke depannya para guru memiliki pedoman yang jelas melaksanakan pendidikan budi pekerti, daripada tidak mau dikatakan terlambat tapi di masa depan bingung soal buku pegangan.* 3. Sumber Budi Pekerti Di Masyarakat