SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH 
OTONOMI DAERAH 
Diampu Oleh : Drs. Taufik, MH 
Nama Anggota : 
1. Indalia Nupi Herawan (141540134330036) 
2. Siti Apsoh (141540134660068) 
3. Muji Solih Astuti (141540134450048) 
4. Muta Aliyah (141540134470050) 
5. Neli Rahayu (141540134440051) 
6. Buntar Handayani (141540134030006) 
7. Deni Farih Utami (141540134050008) 
8. Umi Ma’rifah (141540134720075) 
STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 
TAHUN PELAJARAN 
2014/2015 
i
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam 
karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami 
rampungkan tepat pada waktunya. 
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas 
mata kuliah Sistem Pemerintahan Daerah. Adapun yang kami bahas dalam 
makalah sederhana ini mengenai Otonomi Daerah. 
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang 
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan 
dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima 
kasih kepada dosen pembimbing kami yakni Ibu DR. Rahima Ema, M.Si yang 
telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. 
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam 
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah 
ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan 
saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. 
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi 
bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini 
dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. 
ii 
Pekanbaru, November 2012 
Penyusun
DAFTAR ISI 
HALAMAN UTAMA ...................................................................................... i 
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii 
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii 
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 
A. Latar Belakang ................................................................................ 1 
B. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3 
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4 
A. Pengertian Otonomi Daerah............................................................ 4 
B. Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia.................... 5 
C. Dasar Hukum Dan Landasan Teori Otonomi Daerah..................... 9 
D. Pemeran Penting Dalam Otonomi Daerah...................................... 12 
E. Dampak Otonomi Daerah .............................................................. 13 
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16 
A. Kesimpulan .................................................................................... 16 
B. Saran .............................................................................................. 16 
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18 
iii
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang 
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para 
founding fathers telah menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran 
kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. 
Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek 
pemerintahan Negara sejak berlakunya UUD 1945, terus memasuki era 
Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada era kembali ke UUD 1945 yang 
dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959. 
Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita 
desentralisasi senantiasa dipegang teguh oleh Negara Republik Indonesia, 
sekalipun dari satu periode ke periode lainnya terlihat adanya perbedaan 
dalam intensitasnya. 
Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkah-langkah 
penting sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya berbagai 
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah 
membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini terus 
berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut 
masih jauh dalam realisasinya. Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan 
ketimbang sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat 
dikatakan bahwa Otonomi Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang 
diharapkan. Kita nampaknya baru menuju kea rah Otonomi Daerah yang 
sebenarnya. 
Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek otonomi daerah, 
diantaranya, yaitu : 
Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak 
(faktor dinamis) dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini 
haruslah baik, dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini 
mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari Kepala Daerah dan
DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan 
lingkungan tempat aktivitas pemerintahan daerah tersebut. 
Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang 
punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah. Salah stu 
cirri daerah otonom adalah terletak pada kemampuan self supportingnya / 
mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu, kemampuan keuangan ini akan 
sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. 
Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi 
daerah, hasilm perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya 
yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi keuangan daerah. 
Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana 
pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan 
yang ada haruslah cukup dari segi jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya 
dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat peralatan semacam inilah 
yang akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan 
daerah. 
Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa 
kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan 
pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif.oleh 
sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh terhadap masalah ini dituntut dari 
para penyelenggara pemerintahan daerah. 
Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat 
faktor tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi 
Daerah masih menunjukkan sosoknya yang kurang menggembirakan.oleh 
sebab itu apabila kita berkeinginan untuk merealisasi cita-cita Otonomi 
Daerah maka pembenahan dan perhatian yang sungguh-sungguh perlu 
diberikan kepada empat faktor di atas. 
2
3 
B. Tujuan Penulisan 
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun 
Tingkat II mampu mengelola daerah nya sendiri. Untuk kepentingan rakyat 
dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara sosial ekonomi yang 
merata. 
C. Rumusan Masalah 
Makalah ini di buat dengan rumusan masalah: 
1. Apa itu Otonomi Daerah? 
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia 
3. Apa dasar hukum dan Landasan teori Otonomi Daerah? 
4. Apa salah satu yang paling berperan di dalam Otonomi Daerah? 
5. Apa dampak yang di timbulkan oleh Otonomi Daerah?
BAB II 
PEMBAHASAN 
4 
A. Pengertian Otonomi Daerah 
Otonomi berasal dari 2 kata yaitu , auto berarti sendiri,nomosberarti 
rumah tangga atau urusan pemerintahan.Otonomi dengan demikian berarti 
mengurus rumah tangga sendiri.Dengan mendampingkan kata ekonomi 
dengan kata daerah,maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri” 
mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau 
menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. 
Ada juga berbagai pengertian yang berdasarkan pada aturan yang di 
tetapkan oleh Pemerintahan Daerah. Pengertian yang memliki kaitan dan 
hubungan dengan otonomi daerah yang terdapat di dalam Undang- 
Undang,yaitu sebagai berikut: 
1. Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan urusan di dalam suatu daerah. 
2. Penyelenggaran urusan pemerintah daerah tersebut harus menurut asas 
otonomi seluas-luasya dalam prinsip dan sistem NKRI sebagaimana yang 
dimaksudkan di dalam UUD 1945. 
3. Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati atau Walikota, perangkat daerah 
seperti Lurah,Camat serta Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan 
daerah tertinggi. 
4. DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah di mana di dalam DPRD 
duduk para wakil rakyat yang menjadi penyalur aspirasi rakyat.Selain itu 
DPRD adalah suatu unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 
5. Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah 
otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan 
mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang berada dan menetap di 
dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang 
berlaku. 
6. Daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat yang berada di dalam 
batas-batas wilayah dan wewenang dari pemerintahan daerah di mana
prngaturan nya berdasarkan prakarsa sendiri namum sesuai dengan 
sistem NKRI. 
7. Di dalam otonomi daerah di jelaskan bahwa pemerintah pusat adalah 
Presiden Republik Indonesia sebagaiman tertulis di dalam Undang- 
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 
B. Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia 
5 
1. Warisan Kolonial 
Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan staatsblaad 
No. 329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang 
mempunyai keuangan sendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat dengan 
Staatblaad No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922, pemerintah 
kolonial mengeluarkan sebuah undang-undang S. 216/1922. Dalam 
ketentuan ini dibentuk sejumlah provincie, regentschap, stadsgemeente, 
dan groepmeneenschap yang semuanya menggantikan locale ressort. 
Selain itu juga, terdapat pemerintahan yang merupakan persekutuan asli 
masyarakat setempat (zelfbestuurende landschappen). 
Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh pemerintahan 
kolonial dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun 
kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan kolonial, 
warga masyarakat dihadapkan dengan dua administrasi pemerintahan. 
2. Masa Pendudukan Jepang 
Ketika menjalar PD II Jepang melakukan invasi ke seluruh Asia 
Timur mulai Korea Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau Jawa dan 
Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan kolonial Inggris 
di Burma dan Malaya, AS di Filipina, serta Belanda di Daerah Hindia 
Belanda. Pemerintahan Jepang yang singkat, sekitar tiga setengah tahun 
berhasil melakukan perubahan-perubahan yang cukup fundamental dalam 
urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah-wilayah bekas 
Hindia Belanda. Pihak penguasa militer di Jawa mengeluarkan undang-undang 
(Osamu Seire) No. 27/1942 yang mengatur penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pada masa Jepang pemerintah daerah hampir tidak 
memiliki kewenangan. Penyebutan daerah otonom bagi pemerintahan di 
daerah pada masa tersebut bersifat misleading. 
6 
3. Masa Kemerdekaan 
a. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 menitik beratkan pada 
asas dekonsentrasi, mengatur pembentukan KND (komite Nasional 
Daerah) di keresidenan, kabupaten, kota berotonomi, dan daerah-daerah 
yang dianggap perlu oleh mendagri. Pembagian daerah terdiri 
atas dua macam yang masing-masing dibagi dalam tiga tingkatan 
yakni: 
1) Provinsi 
2) Kabupaten/kota besar 
3) Desa/kota kecil. 
UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat 
darurat dan segera saja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri 
dari 6 pasal saja dan tidak memiliki penjelasan. 
b. Periode Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 
Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di 
Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan 
mulai berlaku pada tanggal 10 Juli 1948. Dalam UU itu dinyatakan 
bahwa daerah Negara RI tersusun dalam tiga tingkat yakni: 
1) Propinsi 
2) Kabupaten/kota besar 
3) Desa/kota kecil 
4) Yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya 
sendiri. 
c. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 
Menurut UU No. 1 Tahun 1957, daerah otonom diganti 
dengan istilah daerah swatantra. Wilayah RI dibagi menjadi daerah
besar dan kecil yang berhak mengurus rumah tangga sendiri, dalam 
tiga tingkat, yaitu: 
1) Daerah swatantra tingkat I, termasuk kotapraja Jakarta Raya 
2) Daerah swatantra tingkat II 
3) Daerah swatantra tingkat III. 
UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan pelaksanaan 
otonomi daerah seluas-luasnya sesuai Pasal 31 ayat (1) UUDS 
1950. 
d. Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 
Penpres No. 6 Tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 7 
November 1959 menitikberatkan pada kestabilan dan efisiensi 
pemerintahan daerah, dengan memasukkan elemen-elemen baru. 
Penyebutan daerah yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri 
dikenal dangan daerah tingkat I, tingkat II, dan daerah tingkat III. 
Dekonsentrasi sangat menonjol pada kebijakan otonomi 
daerah pada masa ini, bahwa kepala daerah diangkat oleh pemerintah 
pusat, terutama dari kalangan pamong praja. 
e. Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 
Menurut UU ini, wilayah negara dibagi-bagi dalam tiga 
7 
tingkatan yakni: 
1) Provinsi (tingkat I) 
2) Kabupaten (tingkat II) 
3) Kecamatan (tingkat III) 
Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah bertugas 
memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisional di daerahnya, 
menyelenggarakan koordinasi antarjawatan pemerintah pusat di 
daerah, melakukan pengawasasan, dan menjalankan tugas-tugas 
lain yang diserahkan kepadanya oleh pemerintah pusat. Sebagai 
alat pemerintah daerah, kepala daerah mempunyai tugas memimpin 
pelaksanaan kekuasaan eksekutif pemerintahan daerah,
menandatangani peraturan dan keputusan yang ditetapkan DPRD, 
dan mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan. 
f. Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 
UU ini menyebutkan bahwa daerah berhak mengatur, dan 
mengatur rumah tangganya berdasar asas desentralisasi. Dalam UU 
ini dikenal dua tingkatan daerah, yaitu daerah tingkat I dan daerah 
tingkat II. Daerah negara dibagi-bagi menurut tingkatannya menjadi: 
1) Provinsi/ibu kota negara 
2) Kabupaten/kotamadya 
3) Kecamatan 
Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II 
karena daerah tingkat II berhubungan langsung dengan masyarakat 
sehingga lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. Prinsip 
otonomi dalam UU ini adalah otonomi yang nyata dan bertanggung 
jawab. 
g. Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 
Pada prinsipnya UU ini mengatur penyelenggaraan 
pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan desentralisasi. Pokok 
pikiran dalam penyusunan UU No. 22 tahun 1999 adalah sebagai 
berikut: 
1) Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip 
pembagian kewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam 
kerangka NKRI. 
2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan 
dekonsentrasi adalah daerah provinsi sedangkan daerah yang 
dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah 
kabupaten dan daerah kota. 
3) Daerah di luar provinsi dibagi dalam daerah otonomi. 
4) Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten. 
Secara umum, UU No. 22 tahun 1999 banyak membawa 
kemajuan bagi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 
8
Tetapi sesuai perkembangan keinginan masyarakat daerah, ternyata 
UU ini juga dirasakan belum memenuhi rasa keadilan dan 
kesejahteraan bagi masyarakat. 
h. Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 
Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004 
tentang pemerintah Daerah yang dalam pasal 239 dengan tegas 
menyatakan bahwa dengan berlakunya UU ini, UU No. 22 tahun 
1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. UU 
baru ini memperjelas dan mempertegas hubungan hierarki antara 
kabupaten dan provinsi, antara provinsi dan pemerintah pusat 
berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah. 
Pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan 
evaluasi terhadap pemerintahan di bawahnya, demikian juga provinsi 
terhadap kabupaten/kota. Di samping itu, hubungan kemitraan dan 
sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin di pertegas dan di 
perjelas. 1 
C. Dasar Hukum Dan Landasan Teori Otonomi Daerah 
9 
1. Dasar Hukum 
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu 
kita bahas.Namun ada dasar-dasar yang bisa menjadi landasan.Ada 
beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan otonomi daerah,yaitu 
sebagai berikut: 
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 1 hingga ayat 7. 
b. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang 
pemerintahan daerah. 
1 [1] Pasal 18 (1) UUD Tahun 1945 tentang Perundang-undangan 
[2] Pasal 18 (2) UUD Tahun 1945 tentang Perundang-undangan 
[2] Pasal 18 (2) UUD 1945 tentang Perundang-undangan [3] http//jari.or.id/Undang-Undang No. 
32 Tahun 2004/Tentang : Pemerintah Daerah
c. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 yang mengatur tentang sumber 
10 
keuangan negara. 
Selain berbagai dasar hukum yang mengatur tentang otonomi 
daerah,saya juga menulis apa saja yang menjadi tujuan pelaksana 
otonomi daerah,yaitu otonomi daerah harus bertujuan untuk 
meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di wilayah 
otonomi tersebut serta meningkatkan pula sumber daya yang di miliki 
oleh daerah agar dapat bersain dengan daerah otonom lainnya. 
2. Landasan Teori 
Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam 
otonomi daerah . 
a. Asas Otonomi 
Berikut ini ada beberapa asas otonomi daerah yang saya 
tuliskan di sini.Asas-asas tersebut sebagai berikut: 
1) Asas tertib penyelenggara negara 
2) Asas Kepentingan umum 
3) Asas Kepastian Hukum 
4) Asas keterbukaan 
5) Asas Profesionalitas 
6) Asas efisiensi 
7) Asas proporsionalitas 
8) Asas efektifitas 
9) Asas akuntabilitas 
b. Desentralisasi 
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari 
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan 
rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari 
rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. 
dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu 
pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam 
keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai
penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem 
pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali 
dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya 
desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan pardigma 
pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi juga dapat diartikan 
sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber 
daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke 
pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang melatarbelakanginya 
adalah keinginan untuk memindahkan pengambilan keputusan untuk 
lebih dekat dengan mereka yang merasakan langsung pengaruh 
program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh 
pemerintah. Hal ini akan meningkatkan relevansi antara pelayanan 
umum dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, sekaligus 
tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah ditingkat 
daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi. Inisiatif 
peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan 
sosial ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumber-sumber 
daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi 
11 
kebutuhan lokal. 
c. Sentralisasi 
Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk 
penyelenggaraan negara adalah persoalan pembagian sumber daya 
dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun 1980-an 
terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang 
ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan 
tujuan “baik” dari perimbangan ini adalah pelayanan negara terhadap 
masyarakat. 
Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, 
pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah 
bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan 
menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman
sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme membawa 
banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini 
mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang sehat 
bagaimana sebaiknya desentralisasi dikembangkan di Indonesia. 
Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah “melepaskan diri sebesarnya 
dari pusat” bukan “membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah”. 
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai 
suatu proses satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua 
“sasi” itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah 
pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang 
dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain proses 
politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah 
adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat. 
D. Pemeran Penting Dalam Otonomi Daerah 
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) 
Di dalam Otonomi daerah selalu identik dengan yang namanya 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang sering disebut APBd.Di 
sini saya akan membahas sedikit mengenai APBD. 
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang 
keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi 
otonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam penyelenggaraan suatu 
pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah tidak akan dapat 
melaksanan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup 
untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang 
mrupakan salah satu dasar kriteria untukmengetahui secara nyata kemampuan 
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Suatu daerah 
otonom diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan 
pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah 
pusat mempunyai proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus 
menjadi bagian yang terbesar dalammemobilisasi dana penyelenggaraan 
12
pemerintah daerah. Oleh karena itu,sudah sewajarnya apabila PAD dijadikan 
tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah demi mewujudkan tingkat 
kemandirian dalam menghadapi otonomi daerah. 
Mardiasmo mendefinisikan anggaran sebagai pernyataan mengenai 
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang 
dinyatakan dalam ukuran finansial,sedangkan penganggaran adalah proses 
atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.Mardiasmo mendefinisikan 
nya sebagai berikut ,anggaran publik merupakan suatu dokumen yang 
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi 
informasi mengenai pendapatan belanja dan aktifitasSecara singkat dapat 
dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang 
menyatakan : 
1. Berapa biaya atas rencana yang di buat(pengeluaran/belanja),dan 
2. Berapa banyak dan bagaimana cara uang untuk mendanai rencana 
13 
tersebut(pendapatan) 
Sedangkan menurut UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara 
disebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah 
daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Lebih lanjut 
dijelaskan dalam PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Keuangan 
Daerah disebutkan bahwa APBD adlah rencana keuangan tahunan 
Pemerintah daerah yang di bahas dan disetujui bersama oleh pemerintah 
daerah dan DPRD,dan ditetapkan dengan peraturan daerah. ekonomi. Inisiatif 
peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial 
ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumber-sumber daya 
pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan lokal. 
E. Dampak Otonomi Daerah 
1. Dampak Positif 
Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi 
daerah makapemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk 
menampilkan identitas lokalyang ada di masyarakat. Berkurangnya
wewenang dan kendali pemerintah pusatmendapatkan respon tinggi dari 
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yangberada di daerahnya 
sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada 
yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana 
tersebut memungkinkanpemerintah lokal mendorong pembangunan 
daerah serta membangun program promosikebudayaan dan juga 
pariwisata. 
14 
2. Dampak Negatif 
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan 
bagioknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang 
dapat merugikaNegara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. 
Selain itu terkadang adakebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai 
dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar 
daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkandaerah dengan 
Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi 
ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah 
maka pemerintahpusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan 
di daerah, selain itu karena memang dengan sistem.otonomi daerah 
membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti. 
Beberapa modus pejabat nakal dalam melakukan korupsi dengan 
APBD : 
a. Korupsi Pengadaan Barang Modus : 
1) Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga 
pasar. 
2) Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender. 
b. Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) 
Modus : 
1) Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi. 
2) Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi. 
c. Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, 
pengurusan pensiun dan sebagainya.
Modus : Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi. 
d. Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, 
panti asuhan dan jompo) 
Modus : 
1) Pemotongan dana bantuan sosial b. Biasanya dilakukan secara 
15 
bertingkat (setiap meja). 
e. Bantuan fiktif 
Modus : Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada 
bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
BAB III 
PENUTUP 
16 
A. KESIMPULAN 
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya 
otonomi daerah, maka setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun 
program dan mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan 
berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut apabila Orang/badan 
yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam merencanan suatu 
program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi 
dikemudia hari. Tetapi sebaliknya akan berdamapak kurang baik apabila orang 
/badan yang menyusun program tersebut kurang memahami atau kurang 
mengetahui mengenai bagaimana cara menyusun perencanaan yang baik serta 
analisis dampak yang akan terjadi. 
B. SARAN 
Analisis Langkah-Langkah Yang Harus Diambil Pemerintah Dalam 
Mengontrol Otonomi Daerah: 
1. Merumuskan kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di 
tingkat propinsi dan sejalan dengan strategi desentralisasi secara bertahap. 
2. Menyusun sebuah rencana implementasi desentralisasi dengan 
memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut penjaminan 
kesinambungan pelayanan pada masyarakat,perlakuan perimbangan 
antara daerah-daerah,dan menjamin kebijakan fiskal yang berkelanjutan. 
3. Untuk mempertahankan momentum desentralisasi,pemerintah pusat perlu 
menjalankan segera langkah desentralisasi,akan tetapi terbatas pada 
sektor-sektor yang jelas merupakan kewenangan Kabupaten dan Kota dan 
dapat segera diserahkan. 
4. Proses otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan 
tanggung jawab dari menteri negara otonomi atau menteri dalam
negeri,akan tetapi menuntut koordinasi dan kerjasama dari seluruh bidang 
dalam kabinet (Ekuin,Kesra & Taskin, dan Polkam). 
Upaya Yang Menurut Saya harus Dilakukan Pejabat Daerah Untuk 
Mengatasi Ketimpangan Yang Terjadi : 
1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang 
berada di pusat dapat terdistribusi ke daerah. 
2. Pejabat harus melakukan pemberdayaan politik warga masyarakat 
dilakukan melalui pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya 
masyarakat, media massa dan lainnya. 
3. Pejabat daerah harus bisa bertanggung jawab dan jujur. 
4. Adanya kerjasama antara pejabat dan masyarakat. 
5. Dan yang paling penting pejabat harus tahu prinsip-prinsip otonomi. 
17
DAFTAR PUSTAKA 
Riwu Kaho, Josef, 1988, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, Jakarta, PT. Raja 
18 
Grafindo Persada. 
DR. Kaloh J, 2007, Mencari Bentuk otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam 
Menjawab Kebutuhan Lokal Dan Tantangan Global, Jakarta, Rhineka 
Cipta. 
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah- 
di.html 
http//google.com/Undang-Undang Republik Indionesia Nomor 5 Tahun 1974 
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah 
http//google.com/Parlemen.net. 
http//google.com/bkksi.or.id 
http://id.wikipedia.org/wiki/ Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah 
http//google.com/Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 
Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undan 
durrahman. 1987. Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah. Jakarta: PT. 
Media Sarana Press. 
Amin, S. M. 1976. Demokrasi Selayang Pandang. Jakarta: Pradnya Paramita. 
Amrusyi, Fahmi. 1987. Otonomi Dalam Negara Kesatuan, dalam Abdurrahman 
(ed), Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah. Jakarta: PT. 
Media Sarana Press. 
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1990. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: 
PT. Gramedia. 
Kaloh, J. 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab 
Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: Rineka Cipta. 
Kusnardi, Moh. dan Harmailly Ibrahim. 1983. Hukum Tata Negara Indonesia. 
Jakarta: PSHTN FH-UI. 
Magnar, Kuntana. 1984. Pokok-pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah 
Administratif. Bandung: Armico.
Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat 
Studi Hukum Fakultas Hukum UII. 
MD, Moh. Mahfud. 1999. Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. 
19 
Yogyakarta: Gama Media. 
M.S., Burhani, dan Hasbi Lawrens. t.th. Referensi Ilmiah-Politik Kamus Ilmiah 
Populer. Jombang: Lintas Media. 
Putri, Vera Jasini. 2003. Kamus dan Glosarium Otonomi Daerah. Jakarta: 
Friedrich Naumann Stiftung. 
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1998. Risalah Badan Penyelidik Usaha- 
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia 
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Setneg RI. 
Teall, Edward N. (ed). 1965. Webster’s Word University Dictionary. Washington 
D.c.: Publishers Company. Inc. 
Wiyono. 1976. Garis-garis Besar Pembahasan dan Komentar UUD 1945. 
Bandung: Alumni. 
Yamin, Muhammad. t.th. Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik 
Indonesia. t.p.: t.tp.

More Related Content

What's hot

Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Aulia Hamunta
 
Otonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahOtonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - Makalah
Amalia Dekata
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
Abdul Rais P
 
7 elemen pak taslim
7 elemen pak taslim7 elemen pak taslim
7 elemen pak taslim
Krisna Yasa
 
Sistem penyelenggaraan org. negara
Sistem penyelenggaraan org. negaraSistem penyelenggaraan org. negara
Sistem penyelenggaraan org. negaraFira Nursya`bani
 
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan IndonesiaGambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
rizqialfadly
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Amphie Yuurisman
 
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Operator Warnet Vast Raha
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Smywlndr wlndr
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
fuji kurniawan
 
konsep pemerintahan
konsep pemerintahankonsep pemerintahan
konsep pemerintahanYaqeen Noor
 
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementerMakalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Harlan Hariz
 
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan IndonesiaMakalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Dini Audi
 
Makalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesiaMakalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesiaMohammad Nawawi
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaSyaifOer
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
Warnet Raha
 
PPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan IndonesiaPPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan Indonesiaworodyah
 
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas xSecara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas xfatimaharyenfa
 

What's hot (20)

Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Otonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahOtonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - Makalah
 
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)
 
Makalah pemerintahan
Makalah pemerintahanMakalah pemerintahan
Makalah pemerintahan
 
7 elemen pak taslim
7 elemen pak taslim7 elemen pak taslim
7 elemen pak taslim
 
Sistem penyelenggaraan org. negara
Sistem penyelenggaraan org. negaraSistem penyelenggaraan org. negara
Sistem penyelenggaraan org. negara
 
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan IndonesiaGambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
 
konsep pemerintahan
konsep pemerintahankonsep pemerintahan
konsep pemerintahan
 
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementerMakalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
 
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan IndonesiaMakalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Makalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesiaMakalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesia
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
 
PPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan IndonesiaPPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas xSecara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
 

Similar to Makalah otonomi daerah

Makalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahMakalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerah
kamal fauzee
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
Silvia Ellen
 
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docxMakalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
LydiaDanira1
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Muhammad Fahri
 
Otoda
OtodaOtoda
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahYadhi Muqsith
 
Makalah Kewarganegaraan- Good Government
Makalah Kewarganegaraan- Good GovernmentMakalah Kewarganegaraan- Good Government
Makalah Kewarganegaraan- Good Government
Pamulang University
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Uu perda
Uu perdaUu perda
Uu perda
MettaMetta3
 
Makalah pemerintahan
Makalah pemerintahanMakalah pemerintahan
Makalah pemerintahan
Warnet Raha
 
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahPkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahScout Dan
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
brunojahur
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah pemerintahan
Makalah pemerintahanMakalah pemerintahan
Makalah pemerintahan
Septian Muna Barakati
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Otonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdfOtonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdf
Zukét Printing
 
tugas praktikum komputer dan perpajakan
tugas praktikum komputer dan perpajakantugas praktikum komputer dan perpajakan
tugas praktikum komputer dan perpajakanroyenaller
 

Similar to Makalah otonomi daerah (20)

Makalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahMakalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerah
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docxMakalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Otoda
OtodaOtoda
Otoda
 
Makalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintahMakalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintah
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerah
 
Makalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintahMakalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintah
 
Makalah Kewarganegaraan- Good Government
Makalah Kewarganegaraan- Good GovernmentMakalah Kewarganegaraan- Good Government
Makalah Kewarganegaraan- Good Government
 
Otonomi daerah 1
Otonomi daerah 1Otonomi daerah 1
Otonomi daerah 1
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Uu perda
Uu perdaUu perda
Uu perda
 
Makalah pemerintahan
Makalah pemerintahanMakalah pemerintahan
Makalah pemerintahan
 
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahPkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Makalah pemerintahan
Makalah pemerintahanMakalah pemerintahan
Makalah pemerintahan
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Otonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdfOtonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdf
 
tugas praktikum komputer dan perpajakan
tugas praktikum komputer dan perpajakantugas praktikum komputer dan perpajakan
tugas praktikum komputer dan perpajakan
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy

Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doaMakalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah konseling
Makalah konselingMakalah konseling
Makalah konseling
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kd1 embem
Makalah kd1 embemMakalah kd1 embem
Makalah kd1 embem
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tamiMakalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tami
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetikMakalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetik
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpmMakalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Sentra Komputer dan Foto Copy
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy (20)

Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
 
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doaMakalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doa
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
 
Makalah konseling
Makalah konselingMakalah konseling
Makalah konseling
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
 
Makalah kd1 embem
Makalah kd1 embemMakalah kd1 embem
Makalah kd1 embem
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
 
Makalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tamiMakalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tami
 
Makalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetikMakalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetik
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpmMakalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 

Recently uploaded

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 

Recently uploaded (20)

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 

Makalah otonomi daerah

  • 1. MAKALAH OTONOMI DAERAH Diampu Oleh : Drs. Taufik, MH Nama Anggota : 1. Indalia Nupi Herawan (141540134330036) 2. Siti Apsoh (141540134660068) 3. Muji Solih Astuti (141540134450048) 4. Muta Aliyah (141540134470050) 5. Neli Rahayu (141540134440051) 6. Buntar Handayani (141540134030006) 7. Deni Farih Utami (141540134050008) 8. Umi Ma’rifah (141540134720075) STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 i
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Daerah. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Otonomi Daerah. Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yakni Ibu DR. Rahima Ema, M.Si yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. ii Pekanbaru, November 2012 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN UTAMA ...................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3 C. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4 A. Pengertian Otonomi Daerah............................................................ 4 B. Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia.................... 5 C. Dasar Hukum Dan Landasan Teori Otonomi Daerah..................... 9 D. Pemeran Penting Dalam Otonomi Daerah...................................... 12 E. Dampak Otonomi Daerah .............................................................. 13 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16 A. Kesimpulan .................................................................................... 16 B. Saran .............................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18 iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para founding fathers telah menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek pemerintahan Negara sejak berlakunya UUD 1945, terus memasuki era Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada era kembali ke UUD 1945 yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959. Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita desentralisasi senantiasa dipegang teguh oleh Negara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode lainnya terlihat adanya perbedaan dalam intensitasnya. Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkah-langkah penting sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut masih jauh dalam realisasinya. Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan ketimbang sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kita nampaknya baru menuju kea rah Otonomi Daerah yang sebenarnya. Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek otonomi daerah, diantaranya, yaitu : Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak (faktor dinamis) dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik, dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari Kepala Daerah dan
  • 5. DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintahan daerah tersebut. Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah. Salah stu cirri daerah otonom adalah terletak pada kemampuan self supportingnya / mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu, kemampuan keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi keuangan daerah. Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan yang ada haruslah cukup dari segi jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat peralatan semacam inilah yang akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif.oleh sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh terhadap masalah ini dituntut dari para penyelenggara pemerintahan daerah. Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat faktor tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi Daerah masih menunjukkan sosoknya yang kurang menggembirakan.oleh sebab itu apabila kita berkeinginan untuk merealisasi cita-cita Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian yang sungguh-sungguh perlu diberikan kepada empat faktor di atas. 2
  • 6. 3 B. Tujuan Penulisan Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingkat II mampu mengelola daerah nya sendiri. Untuk kepentingan rakyat dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara sosial ekonomi yang merata. C. Rumusan Masalah Makalah ini di buat dengan rumusan masalah: 1. Apa itu Otonomi Daerah? 2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia 3. Apa dasar hukum dan Landasan teori Otonomi Daerah? 4. Apa salah satu yang paling berperan di dalam Otonomi Daerah? 5. Apa dampak yang di timbulkan oleh Otonomi Daerah?
  • 7. BAB II PEMBAHASAN 4 A. Pengertian Otonomi Daerah Otonomi berasal dari 2 kata yaitu , auto berarti sendiri,nomosberarti rumah tangga atau urusan pemerintahan.Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri.Dengan mendampingkan kata ekonomi dengan kata daerah,maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri” mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. Ada juga berbagai pengertian yang berdasarkan pada aturan yang di tetapkan oleh Pemerintahan Daerah. Pengertian yang memliki kaitan dan hubungan dengan otonomi daerah yang terdapat di dalam Undang- Undang,yaitu sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan urusan di dalam suatu daerah. 2. Penyelenggaran urusan pemerintah daerah tersebut harus menurut asas otonomi seluas-luasya dalam prinsip dan sistem NKRI sebagaimana yang dimaksudkan di dalam UUD 1945. 3. Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati atau Walikota, perangkat daerah seperti Lurah,Camat serta Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan daerah tertinggi. 4. DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah di mana di dalam DPRD duduk para wakil rakyat yang menjadi penyalur aspirasi rakyat.Selain itu DPRD adalah suatu unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5. Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang berada dan menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat yang berada di dalam batas-batas wilayah dan wewenang dari pemerintahan daerah di mana
  • 8. prngaturan nya berdasarkan prakarsa sendiri namum sesuai dengan sistem NKRI. 7. Di dalam otonomi daerah di jelaskan bahwa pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia sebagaiman tertulis di dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. B. Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia 5 1. Warisan Kolonial Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan staatsblaad No. 329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang mempunyai keuangan sendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat dengan Staatblaad No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922, pemerintah kolonial mengeluarkan sebuah undang-undang S. 216/1922. Dalam ketentuan ini dibentuk sejumlah provincie, regentschap, stadsgemeente, dan groepmeneenschap yang semuanya menggantikan locale ressort. Selain itu juga, terdapat pemerintahan yang merupakan persekutuan asli masyarakat setempat (zelfbestuurende landschappen). Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh pemerintahan kolonial dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan kolonial, warga masyarakat dihadapkan dengan dua administrasi pemerintahan. 2. Masa Pendudukan Jepang Ketika menjalar PD II Jepang melakukan invasi ke seluruh Asia Timur mulai Korea Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau Jawa dan Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan kolonial Inggris di Burma dan Malaya, AS di Filipina, serta Belanda di Daerah Hindia Belanda. Pemerintahan Jepang yang singkat, sekitar tiga setengah tahun berhasil melakukan perubahan-perubahan yang cukup fundamental dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah-wilayah bekas Hindia Belanda. Pihak penguasa militer di Jawa mengeluarkan undang-undang (Osamu Seire) No. 27/1942 yang mengatur penyelenggaraan
  • 9. pemerintahan daerah. Pada masa Jepang pemerintah daerah hampir tidak memiliki kewenangan. Penyebutan daerah otonom bagi pemerintahan di daerah pada masa tersebut bersifat misleading. 6 3. Masa Kemerdekaan a. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 menitik beratkan pada asas dekonsentrasi, mengatur pembentukan KND (komite Nasional Daerah) di keresidenan, kabupaten, kota berotonomi, dan daerah-daerah yang dianggap perlu oleh mendagri. Pembagian daerah terdiri atas dua macam yang masing-masing dibagi dalam tiga tingkatan yakni: 1) Provinsi 2) Kabupaten/kota besar 3) Desa/kota kecil. UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat darurat dan segera saja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri dari 6 pasal saja dan tidak memiliki penjelasan. b. Periode Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai berlaku pada tanggal 10 Juli 1948. Dalam UU itu dinyatakan bahwa daerah Negara RI tersusun dalam tiga tingkat yakni: 1) Propinsi 2) Kabupaten/kota besar 3) Desa/kota kecil 4) Yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. c. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 Menurut UU No. 1 Tahun 1957, daerah otonom diganti dengan istilah daerah swatantra. Wilayah RI dibagi menjadi daerah
  • 10. besar dan kecil yang berhak mengurus rumah tangga sendiri, dalam tiga tingkat, yaitu: 1) Daerah swatantra tingkat I, termasuk kotapraja Jakarta Raya 2) Daerah swatantra tingkat II 3) Daerah swatantra tingkat III. UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya sesuai Pasal 31 ayat (1) UUDS 1950. d. Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 Penpres No. 6 Tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 7 November 1959 menitikberatkan pada kestabilan dan efisiensi pemerintahan daerah, dengan memasukkan elemen-elemen baru. Penyebutan daerah yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dikenal dangan daerah tingkat I, tingkat II, dan daerah tingkat III. Dekonsentrasi sangat menonjol pada kebijakan otonomi daerah pada masa ini, bahwa kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat, terutama dari kalangan pamong praja. e. Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 Menurut UU ini, wilayah negara dibagi-bagi dalam tiga 7 tingkatan yakni: 1) Provinsi (tingkat I) 2) Kabupaten (tingkat II) 3) Kecamatan (tingkat III) Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah bertugas memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisional di daerahnya, menyelenggarakan koordinasi antarjawatan pemerintah pusat di daerah, melakukan pengawasasan, dan menjalankan tugas-tugas lain yang diserahkan kepadanya oleh pemerintah pusat. Sebagai alat pemerintah daerah, kepala daerah mempunyai tugas memimpin pelaksanaan kekuasaan eksekutif pemerintahan daerah,
  • 11. menandatangani peraturan dan keputusan yang ditetapkan DPRD, dan mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan. f. Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 UU ini menyebutkan bahwa daerah berhak mengatur, dan mengatur rumah tangganya berdasar asas desentralisasi. Dalam UU ini dikenal dua tingkatan daerah, yaitu daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Daerah negara dibagi-bagi menurut tingkatannya menjadi: 1) Provinsi/ibu kota negara 2) Kabupaten/kotamadya 3) Kecamatan Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II karena daerah tingkat II berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. Prinsip otonomi dalam UU ini adalah otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. g. Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Pada prinsipnya UU ini mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan desentralisasi. Pokok pikiran dalam penyusunan UU No. 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam kerangka NKRI. 2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah provinsi sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten dan daerah kota. 3) Daerah di luar provinsi dibagi dalam daerah otonomi. 4) Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten. Secara umum, UU No. 22 tahun 1999 banyak membawa kemajuan bagi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 8
  • 12. Tetapi sesuai perkembangan keinginan masyarakat daerah, ternyata UU ini juga dirasakan belum memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. h. Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah yang dalam pasal 239 dengan tegas menyatakan bahwa dengan berlakunya UU ini, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. UU baru ini memperjelas dan mempertegas hubungan hierarki antara kabupaten dan provinsi, antara provinsi dan pemerintah pusat berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah. Pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan evaluasi terhadap pemerintahan di bawahnya, demikian juga provinsi terhadap kabupaten/kota. Di samping itu, hubungan kemitraan dan sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin di pertegas dan di perjelas. 1 C. Dasar Hukum Dan Landasan Teori Otonomi Daerah 9 1. Dasar Hukum Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita bahas.Namun ada dasar-dasar yang bisa menjadi landasan.Ada beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan otonomi daerah,yaitu sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 1 hingga ayat 7. b. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan daerah. 1 [1] Pasal 18 (1) UUD Tahun 1945 tentang Perundang-undangan [2] Pasal 18 (2) UUD Tahun 1945 tentang Perundang-undangan [2] Pasal 18 (2) UUD 1945 tentang Perundang-undangan [3] http//jari.or.id/Undang-Undang No. 32 Tahun 2004/Tentang : Pemerintah Daerah
  • 13. c. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 yang mengatur tentang sumber 10 keuangan negara. Selain berbagai dasar hukum yang mengatur tentang otonomi daerah,saya juga menulis apa saja yang menjadi tujuan pelaksana otonomi daerah,yaitu otonomi daerah harus bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di wilayah otonomi tersebut serta meningkatkan pula sumber daya yang di miliki oleh daerah agar dapat bersain dengan daerah otonom lainnya. 2. Landasan Teori Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam otonomi daerah . a. Asas Otonomi Berikut ini ada beberapa asas otonomi daerah yang saya tuliskan di sini.Asas-asas tersebut sebagai berikut: 1) Asas tertib penyelenggara negara 2) Asas Kepentingan umum 3) Asas Kepastian Hukum 4) Asas keterbukaan 5) Asas Profesionalitas 6) Asas efisiensi 7) Asas proporsionalitas 8) Asas efektifitas 9) Asas akuntabilitas b. Desentralisasi Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai
  • 14. penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan pardigma pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang melatarbelakanginya adalah keinginan untuk memindahkan pengambilan keputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang merasakan langsung pengaruh program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan meningkatkan relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi. Inisiatif peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi 11 kebutuhan lokal. c. Sentralisasi Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara adalah persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun 1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan “baik” dari perimbangan ini adalah pelayanan negara terhadap masyarakat. Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman
  • 15. sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana sebaiknya desentralisasi dikembangkan di Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah “melepaskan diri sebesarnya dari pusat” bukan “membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah”. Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua “sasi” itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat. D. Pemeran Penting Dalam Otonomi Daerah APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Di dalam Otonomi daerah selalu identik dengan yang namanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang sering disebut APBd.Di sini saya akan membahas sedikit mengenai APBD. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah tidak akan dapat melaksanan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang mrupakan salah satu dasar kriteria untukmengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Suatu daerah otonom diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian yang terbesar dalammemobilisasi dana penyelenggaraan 12
  • 16. pemerintah daerah. Oleh karena itu,sudah sewajarnya apabila PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah demi mewujudkan tingkat kemandirian dalam menghadapi otonomi daerah. Mardiasmo mendefinisikan anggaran sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.Mardiasmo mendefinisikan nya sebagai berikut ,anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan belanja dan aktifitasSecara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan : 1. Berapa biaya atas rencana yang di buat(pengeluaran/belanja),dan 2. Berapa banyak dan bagaimana cara uang untuk mendanai rencana 13 tersebut(pendapatan) Sedangkan menurut UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara disebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Lebih lanjut dijelaskan dalam PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Keuangan Daerah disebutkan bahwa APBD adlah rencana keuangan tahunan Pemerintah daerah yang di bahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,dan ditetapkan dengan peraturan daerah. ekonomi. Inisiatif peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan lokal. E. Dampak Otonomi Daerah 1. Dampak Positif Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah makapemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokalyang ada di masyarakat. Berkurangnya
  • 17. wewenang dan kendali pemerintah pusatmendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yangberada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkanpemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun program promosikebudayaan dan juga pariwisata. 14 2. Dampak Negatif Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagioknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikaNegara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang adakebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkandaerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah maka pemerintahpusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti. Beberapa modus pejabat nakal dalam melakukan korupsi dengan APBD : a. Korupsi Pengadaan Barang Modus : 1) Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar. 2) Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender. b. Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) Modus : 1) Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi. 2) Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi. c. Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan pensiun dan sebagainya.
  • 18. Modus : Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi. d. Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan jompo) Modus : 1) Pemotongan dana bantuan sosial b. Biasanya dilakukan secara 15 bertingkat (setiap meja). e. Bantuan fiktif Modus : Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
  • 19. BAB III PENUTUP 16 A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut apabila Orang/badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi dikemudia hari. Tetapi sebaliknya akan berdamapak kurang baik apabila orang /badan yang menyusun program tersebut kurang memahami atau kurang mengetahui mengenai bagaimana cara menyusun perencanaan yang baik serta analisis dampak yang akan terjadi. B. SARAN Analisis Langkah-Langkah Yang Harus Diambil Pemerintah Dalam Mengontrol Otonomi Daerah: 1. Merumuskan kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di tingkat propinsi dan sejalan dengan strategi desentralisasi secara bertahap. 2. Menyusun sebuah rencana implementasi desentralisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut penjaminan kesinambungan pelayanan pada masyarakat,perlakuan perimbangan antara daerah-daerah,dan menjamin kebijakan fiskal yang berkelanjutan. 3. Untuk mempertahankan momentum desentralisasi,pemerintah pusat perlu menjalankan segera langkah desentralisasi,akan tetapi terbatas pada sektor-sektor yang jelas merupakan kewenangan Kabupaten dan Kota dan dapat segera diserahkan. 4. Proses otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan tanggung jawab dari menteri negara otonomi atau menteri dalam
  • 20. negeri,akan tetapi menuntut koordinasi dan kerjasama dari seluruh bidang dalam kabinet (Ekuin,Kesra & Taskin, dan Polkam). Upaya Yang Menurut Saya harus Dilakukan Pejabat Daerah Untuk Mengatasi Ketimpangan Yang Terjadi : 1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang berada di pusat dapat terdistribusi ke daerah. 2. Pejabat harus melakukan pemberdayaan politik warga masyarakat dilakukan melalui pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat, media massa dan lainnya. 3. Pejabat daerah harus bisa bertanggung jawab dan jujur. 4. Adanya kerjasama antara pejabat dan masyarakat. 5. Dan yang paling penting pejabat harus tahu prinsip-prinsip otonomi. 17
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Riwu Kaho, Josef, 1988, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, Jakarta, PT. Raja 18 Grafindo Persada. DR. Kaloh J, 2007, Mencari Bentuk otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal Dan Tantangan Global, Jakarta, Rhineka Cipta. http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah- di.html http//google.com/Undang-Undang Republik Indionesia Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah http//google.com/Parlemen.net. http//google.com/bkksi.or.id http://id.wikipedia.org/wiki/ Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah http//google.com/Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undan durrahman. 1987. Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Media Sarana Press. Amin, S. M. 1976. Demokrasi Selayang Pandang. Jakarta: Pradnya Paramita. Amrusyi, Fahmi. 1987. Otonomi Dalam Negara Kesatuan, dalam Abdurrahman (ed), Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Media Sarana Press. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1990. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia. Kaloh, J. 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: Rineka Cipta. Kusnardi, Moh. dan Harmailly Ibrahim. 1983. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PSHTN FH-UI. Magnar, Kuntana. 1984. Pokok-pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah Administratif. Bandung: Armico.
  • 22. Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII. MD, Moh. Mahfud. 1999. Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. 19 Yogyakarta: Gama Media. M.S., Burhani, dan Hasbi Lawrens. t.th. Referensi Ilmiah-Politik Kamus Ilmiah Populer. Jombang: Lintas Media. Putri, Vera Jasini. 2003. Kamus dan Glosarium Otonomi Daerah. Jakarta: Friedrich Naumann Stiftung. Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1998. Risalah Badan Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Setneg RI. Teall, Edward N. (ed). 1965. Webster’s Word University Dictionary. Washington D.c.: Publishers Company. Inc. Wiyono. 1976. Garis-garis Besar Pembahasan dan Komentar UUD 1945. Bandung: Alumni. Yamin, Muhammad. t.th. Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. t.p.: t.tp.