1. Makalah ini membahas tentang metode pengumpulan sumber sejarah, termasuk definisi metode sejarah, sejarah metode sejarah, dan jenis-jenis sumber sejarah.
Bab 3 penelitian sejarah dan historiografi Irma Suryani
mata pelajaran Sejarah Peminatan pada bab 3 dengan materi Penelitian Sejarah dan Historiogafi, adapun yang akan dibahas adalah:
Pengertian dan Jenis-jenis Sumber Sejarah,
Langkah-langkah Sejarah,
Perkembangan Histologi
Bab 3 penelitian sejarah dan historiografi Irma Suryani
mata pelajaran Sejarah Peminatan pada bab 3 dengan materi Penelitian Sejarah dan Historiogafi, adapun yang akan dibahas adalah:
Pengertian dan Jenis-jenis Sumber Sejarah,
Langkah-langkah Sejarah,
Perkembangan Histologi
Mata pelajaran Sejarah Peminatan dengan materi bab 2 : Sejarah sebagai Ilmu.
Adapun yang di bahas tentang:
Sejarah sebagai Ilmu, kisah, Peristiwa dan seni,
Sifat Ilmu Sejarah,
Cara Berfikir Sejarah.
Penelitian sejarah adalah salah satu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik, berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab, pengaruh atau perkembangan kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
created by :
Anggraini Febraningrum
Dewi Setiyani Putri
Erwin Maulana Amran
Indri Setiyawati
Rizki Isnaningsih
Ini ppt pertama nih, dulu waktu smp belum pernah belajar bikin ppt :D
(Final)jelaskan kepentingan kritikal luaran dalam menguji authenticity sesuat...Arsyad Arifin Ismail
Assalamualaikum. Maaf jika terdapat banyak kekurangan dalam penulisan sejarah ini. Ianya dibina semasa penulis berada dalam semester pertama di UPSI. Thank U. Cheers!
Mata pelajaran Sejarah Peminatan dengan materi bab 2 : Sejarah sebagai Ilmu.
Adapun yang di bahas tentang:
Sejarah sebagai Ilmu, kisah, Peristiwa dan seni,
Sifat Ilmu Sejarah,
Cara Berfikir Sejarah.
Penelitian sejarah adalah salah satu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik, berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab, pengaruh atau perkembangan kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
created by :
Anggraini Febraningrum
Dewi Setiyani Putri
Erwin Maulana Amran
Indri Setiyawati
Rizki Isnaningsih
Ini ppt pertama nih, dulu waktu smp belum pernah belajar bikin ppt :D
(Final)jelaskan kepentingan kritikal luaran dalam menguji authenticity sesuat...Arsyad Arifin Ismail
Assalamualaikum. Maaf jika terdapat banyak kekurangan dalam penulisan sejarah ini. Ianya dibina semasa penulis berada dalam semester pertama di UPSI. Thank U. Cheers!
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
1. 1
MAKALAH
METODE PENGUMPULAN SUMBER SEJARAH
Mata kuliah : Metode Sejarah
Dosen Pengampu : Dr. Rahayu Permana, M.Hum
Oleh :
Hotdyan Libra Sinaga (20207379092)
Suwarti (20207379001)
KELAS 2N PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN IPS
UNIVERTSITAS INDRAPRASTA PGRI 2021
2. 2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
“ METODE PENGUMPULAN SEJARAH”
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah “ Metode Sejarah “.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Metode Sejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimaksih kepada bapak Dr. Rahayu Permana, M.Hum
selaku dosen mata kuliah Metode Sejarah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, Oktober 2021
Tim Penyusun Makalah
3. 3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap ilmu mempunyai metode. Tanpa metode,kumpulan pengetahuan tentang objek
tertentu tidak dikatakan sebagai ilmu,sekalipun masih ada syarat yang lain. Metode
adalah cara kerja atau prosedur untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan.
Dalam menentukan metode yang digunakan perlu mempertimbangkan kesesuaian
dengan objek studi.sebab kecenderungan untuk menempuh jalan yang sebaliknya yakni
mencocok cocokan objek situasi dengan metode yang asal ada saja, yang sebenarnya
merupakan suatu kekeliruan dalam kaidah ilmiah.karena itu terlebih dahulu dicermati dan
dipahami dengan cermat objeknya Sedangkan sejarah merupakan satu cabang dari ilmu
sosial yang sangat terbuka.
Karena semua orang mampu menulis sejarah.sehingga banyak tulisan sejarah yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sehingga sulit membedahkan mana
yang fakta dan mana yang mitos atau dongeng semata. Sebelum menulis sejarah
seharusnya mengerti bagaimana cara penulisan dengan kritis. Yaitu dengan melalui
empat tahapan kerja, yang dimulai dari heuristic ( pengumpulan sumber) kemudian kritik
sumber (eksternal/bahan dan internal/isi) selanjutnya melalui interpretasi (penafsiran) dan
yang terkahir historiografi ( penulisan kisah sejarah)sehingga tulisan yang di hasilkan bisa
di pertanggung jawabkan kebenarannya.
1.2 Rumusan masalah
1.Apa pengertian dari metode sejarah ?
2.Bagaimana sistematika metode sejarah ?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui tentang metode sejarah
2.Untuk mengetahui sistematika metode sejarah
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Metode Sejarah
Setiap ilmu pengetahuan memiliki seperangkat aturan dan petunjuk yang
membantu ketepatan hasilnya. Kompleksitas aturan dan petunjuk inilah yang disebut
metode atau teknik (Garraghan, 1957: 33). Metode artinya cara atau prosedur yang
bersifat sistematis (Webster, 1986: 1422).
Penelitian sejarah adalah penelitian yang mempelajari kejadian-kejadian atau
peristiwa - peristiwa pada masa lampau manusia. Tujuannya ialah untuk membuat
rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif. Tujuan ini bisa dicapai
dengan menggunakan metode sejarah. Selanjutnya menurut Gilbert J. Garraghan
(1957: 33) metode sejarah diartikan sebagai “seperangkat prinsip dan aturan yang
sistematis yang dimaksudkan untuk membantu dalam pengumpulan sumber-sumber
sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan suatu sintesis (umumnya dalam
bentuk tertulis) hasil yang dicapai”.
Sementara itu, menurut Louis Gottschalk (1975: 32) yang dimaksud dengan
metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif tentang masa lampau
berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi
(penulisan sejarah). Dengan mempergunakan metode sejarah dan historiografi (yang
sering dipersatukan dengan nama metode sejarah) sejarawan berusaha untuk
merekonstruksi masa lampau manusia.
Pengerjaan sejarah sebagai usaha rekonstruksi masa lampau manusia hanya
mungkin dilakukan apabila pertanyaan pokok telah dirumuskan (Abdullah, 1984 : 5).
Akan tetapi, di dalam daya upaya terbatas itu sekalipun, sejarawan mengalami
kesulitan-kesulitan. Jarang sekali ia dapat mengkisahkan sebagian masa lampau
sekalipun "sebagaimana yang sungguh-sungguh terjadi", seperti yang dianjurkan oleh
sejarawan besar Jerman Leopold von Ranke karena di sam-ping tidak lengkapnya
rekaman-rekaman, ia berhadapan dengan terbatasnya imajinasi dan bahasa manusia
untuk menciptakan "sesungguhnya" seperti itu. Akan tetapi, jika kita meminjam
5. 5
ungkapan dari bidang geometri, ia dapat berusaha untuk mendekati masa lampau yang
sesungguhnya "sebagai limit". Karena masa lampau yang digambarkan sebagai
sesuatu yang "sungguh-sungguh terjadi" jelas memberikan limit terhadap jenis
rekaman dan imajinasi yang dapat dipergunakannya. Ia harus pasti bahwa rekaman-
rekamannya sungguh-sungguh berasal dari masa lampau dan memang benar-benar apa
yang nampaknya demikian, dan bahwa imajinasinya ditujukan terhadap rekreasi dan
bukan ditujukan terhadap kreasi.
Louis Gottschalk jelas-jelas memisahkan historiografi dari metode sejarah
yang dianggapnya hanya terdiri dari heuristik, kritik, dan interpretasi. Sementara itu,
Gilbert J. Garraghan (1957: 34) berpendapat bahwa tahapan metode sejarah terdiri
atas heuristik, kritik, sintesis dan eksposisi. Tahap terakhir inilah yang disebut dengan
historiography secara umum didefinisikan sebagai a history of historical writing
(Sejarah tentang penulisan sejarah).1
Nampaknya Louis Gottschalk mengemukakan hal itu dengan maksud untuk
memudahkan pembahasan, yaitu tahapan analisis disebut metode sejarah, sedangkan
tahapan sintesis data disebut historiografi. Ia pun mengemukakan bahwa dalam batas-
batas tertentu metode sejarah adalah ilmiah, yakni hasilnya harus dapat diverifikasi
dan dapat disetujui atau ditolak oleh para ahli. Sebaliknya historiografi besar
kemungkinannya merupakan seni, filsafat, polemik, propaganda, pembelaan khusus
(Gottschalk, 1975:5).
Meskipun demikian pada keterangan berikutnya Louis Gottschalk (1975:34)
pun menyatakan bahwa “kita harus membahas analisis dan sintesis seolah-olah
masing-masing merupakan proses yang terpisah, tetapi akan kita lihat bahwa pada
pelbagai tahapan, kedua proses itu tidak dapat sama sekali dipisahkan”.
Apalah artinya penelitian kalau tidak dituliskan? Penulisan adalah usaha
rekonstruksi hari lampau untuk menjawab pertanyaan pokok yang telah dirumuskan.
Akan tetapi, penulisan tanpa penelitian artinya tak lebih daripada suatu rekonstruksi
tanpa kesaksian dan pembuktian. (Abdullah, 1984: 5). Hal ini berarti pula bahwa
1 Nina H.Lubis Historiografi Barat,( Bandung: Satya Historika,2008 ),hlm.10-11
6. 6
metode sejarah tidak dapat dipisahkan dari historiografi, maka jelaslah bahwa
historiografi adalah bagian daripada metode sejarah.
Pencapaian tujuan metode sejarah dilakukan dengan memberikan prinsip dan aturan
yang disusun secara sistematis untuk membantu pengumpulan sumber-sumber
sejarah2
Proses metode sejarah itu, sejarawan membahas apa yang dinamis atau genetis
(yang menjadi), apa yang statis (yang ada atau yang terjadi), dan ia berusaha untuk
bersikap interpretatif (menerangkan mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi dan
saling berhubungan), serta bersikap deskriptif (menceritakan apa, bilamana, di mana,
dan siapa yang ikut serta di dalamnya) (Gottschalk, 1975 : 29).3
B. Sejarah Metode Sejarah
Sejak kapan orang mengenal metode sejarah? Thucydides (456 S.M.- 404 S.M.)
adalah sejarawan pertama di dunia yang benar-benar bersikap kritis (Barnes, 1962:
29). Ketika Perang Peloponnesos pecah, ia sudah berumur 25 tahun. Dalam perang
tersebut Thucydides ditunjuk sebagai jenderal yang memimpin pasukan Athena di
Thrace. Jadi, ketika ia menulis sejarah Perang Peloponessos, ia menuliskan
pengalamannya sebagai aktor (pelaku) sejarah. Meskipun demikian ia bersikap kritis.
Secara teliti Thucydides menceritakan kepada pembacanya bagaimana caranya ia
mengumpulkan bahan-bahannya dan bagaimana caranya ia memisahkan apa yang
benar daripada apa yang khayal. Ia menghidupkan tokoh-tokohnya dengan cara
mengarang pidatopidato yang seakan-akan pernah diucapkan para tokoh itu, dan ia
berusaha untuk membuatnya menyerupai pidato-pidato asli sejauh dapat diketahuinya
dari berbagai sumber. 4Ia berharap untuk dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
jiwa pembicara dan bunyi pidato seutuhnya. Akan tetapi, karena laporan stenografis
tidak ada, maka terkadang ia harus menambahkan kata-kata bagi pembicara, "yang
2
Miftahuddin (2020). Metodologi Penelitian Sejarah Lokal (PDF).Yogyakarta:UNY
Press. ISBN 978-602-498-139-6.
3 Louis R. Gottschalk", Year Book 1975,American Philosophical Society,1975
4 Barnes,Harry Elmer.1962.A History of Historical Writing.NewYork: Dover Publications,Inc
7. 7
diungkapkan sebagaimana yang saya duga ia telah mengungkapkannya" (Gottschalk,
1975: 34; Gay & Cavanaugh, 1972: 56).
Sejak zaman Thucydides, banyak sejarawan telah menulis tentang metode sejarah,
baik secara singkat atau secara panjang lebar. Contoh-contoh yang terkemuka adalah
Lucianus, Ibn Khaldun, Jean Bodin, Mably, Voltaire, dan Leopold von Ranke,
meskipun kadang-kadang studi mereka lebih mengenai ruang lingkup daripada
mengenai teknik penelitian sejarah. Dapat dikatakan bahwa pembahasan mengenai
metode sejarah yang madern dan bersifat lebih akademis dimulai dengan buku Ernst
Bernheim, Lehrbuch der historischen Methode und der Geschichtsphilosophie (edisi
I, Leipzig, 1889). Sejak karya Bernheim, sejumlah buku pegangan lain telah
diterbitkan. Meskipun tidak ada satupun yang melebihi mutu mahakaryanya,
kebajikan-kebajikan khusus bagi pembacapembaca tertentu terdapat pada beberapa di
antara karya-karya tersebut. Contoh-contoh yang terkemuka ialah karya Langlois dan
Seignobos bagi orang Perancis; karya Johnson dan karya Nevins bagi orang Amerika;
brosur Harsin dan brosur Kent bagi mahasiswa muda; dan karya Wolf, karya Hockett,
serta buku Bloch dan Renouvin bagi pelajar bidang-bidang spesialisasi didalam
sejarah (Gottschalk, 1975: 34). Pada tahun 1946 terbit pula buku A Guide toHistorical
Method, yang ditulis oleh Gilbert J. Garraghan, S.J., dari Universitas Loyola Chicago.
Buku yang cukup komprehensif ini telah dicetak ulang beberapa kali.
C. Jenis-jenis Sumber Sejarah
Ketika seorang sejarawan hendak menuliskan kisah masa lampau, usaha pertama
adalah mencari atau menemukan jejak-jejak (traces) yang ditinggalkan. Istilah “jejak-
jejak”, ini diperkenalkan oleh pemikir Perancis, Langlois dan Seignobos. Jejak adalah
tanda bukti (evidences) dari serangkaian peristiwa. Jadi, harus dicari hubungan antara
jejak yang ditinggalkan dengan event (peristiwa) (Renier, 1997: 101).5
Jejak-jejak masa lampau itu dikenal dengan sebutan sumber sejarah (historical
sources). Ada berbagai klasifikasi sumber sejarah. Yang pertama, sumber-sumber
sejarah dapat dibagi atas tiga golongan besar, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan
5 Renier, G.J. 1997.Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka. hlm.101
8. 8
sumber benda (artefak), (Gottschalk, 1975: 35-36; Kuntowijoyo, 1995: 94-96;).
Dalam hal ini Renier (1997:104) mengelompokkannya kepada tiga golongan juga,
yaitu: immaterial dan material, yang tergolong material terbagi lagi atas yang tertulis
dan tidak tertulis. 6
1) Contoh-contoh sumber tertulis: prasasti, silsilah (raja-raja, para bupati), piagam,
dokumen, babad, kronik, biografi, buku harian, memoir, jurnal, surat kabar, surat,
laporan, notulen rapat, dan sebagainya. Mengenai dokumen, terdapat tiga
pengertian:
Dokumen dalam arti luas, meliputi semua sumber, baik sumber tertulis
maupun sumber lisan, ataupun sumber benda.
Dokumen dalam arti sempit, hanya meliputi sumber tertulis saja.
Dokumen dalam arti sangat sempit, yaitu hanya meliputi surat-surat resmi dan
suratsurat negara seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah, dan
sebagainya.
2) Contoh-contoh sumber benda:
Sumber yang bersifat monumental: piramida, candi, mesjid, gereja, makam,
patung, lukisan, pakaian perang,
Sumber yang bersifat ornamental: relief , gambar-gambar dalam perkamen,
dalam buku, ragam hias dalam berbagai benda
Sumber grafis: peta, sketsa topografis, masterplan kota, tabel statistik, sidik
jari, dsb.
Sumber fotografis: potret, mikrofilm, mikroprint, film (layar lebar),
Sumber fonografis: rekaman suara sumber.
(Garraghan, 1957: 122-123).
Sumber lisan dapat dibagi atas dua golongan. Yang pertama, yaitu kesaksian lisan
yang disampaikan oleh pelaku yang terlibat langsung dalam peristiwa yang
dikisahkan. Sumber yang disebut “sejarah lisan” (oral history) ini merupakan kisah
6 _____, G.J. 1997.Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka.hlm104
9. 9
tentang pengalaman yang disampaikan secara lisan. Biasanya kesaksian lisan ini
direkam dengan alat perekam dan biasanya ditranskripsi ke atas kertas 7(Abdullah,
1984: 9). Contoh: Gus Dur bercerita tentang bagaimana jabatannya sebagai Presiden
RI harus berakhir dalam waktu relatif singkat. Sejarah lisan begini hanya mungkin
dipakai untuk meneliti peristiwa yang belum lama berlangsung, ketika para pelaku
masih hidup. Jenis sumber lisan yang kedua adalah tradisi lisan (oral tradition) seperti
dongeng, mitos, legenda, cerita rakyat (folklore), atau kenangan kolektif. Sumber jenis
ini lebih mungkin dipakai untuk meneliti hal-hal yang bersifat tradisi, seperti asal-usul
sebuah desa. Tradisi lisan sangat bercorak simbolik. Menurut Jan Vansina, tradisi lisan
adalah “mirage of reality” (bayangan kenyataan), sehingga untuk menangkap
kenyataan di belakang “bayangan” itu diperlukan latihan dan kemampuan teori khusus
(Abdullah, 1984: 9). Peribahasa, anekdot, juga termasuk sumber lisan. (Garraghan,
1957: 98-99). Sementara menurut Renier (1997: 104), yang disebut jejak atau sumber
immaterial adalah semua jejak yang tidak kentara yang masih hidup dalam
masyarakat, seperti lembaga, adat-istiadat, ajaran-ajaran, etika, tradisi, legenda, dan
keper-cayaan.
7 Abdullah.(1984).Psikologi Umum Dan Psikologi Sosial.Bandung:Depdikbud. Dirjen Dikdasmen.hlm.9
23. 23
Berdasarkan asal-usulnya, sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi
sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier 8(Garraghan, 1946: 107, Alfian,
2000: 9). Dengan demikian, maka sumber sejarah: baik yang berupa sumber tertulis,
sumber lisan, maupun sumber benda, dapat digolongkan menjadi sumber tertulis yang
bersifat primer dan yang bersifat sekunder. Sumber lisan, ada sumber lisan yang
bersifat primer dan ada yang bersifat sekunder dan demikian juga dengan sumber
benda.
8 Gilbert J. Garraghan A Guide to Historical Method.1946, New York: Fordham Universit. Hlm.107
24. 24
1) Sumber Primer
Yang dimaksud dengan sumber primer
(primary sources) adalah bila sumber atau penulis sumber menyaksikan, mendengar
sendiri (eyewitness atau ear-witness), atau mengalami sendiri (the actor) peristiwa
yang dituliskan dalam sumber tersebut.
Sumber primer adalah sumber yang belum diolah, atau belum “diganggu“
isinya (Abdullah, 1984: 7). Sumber primer dapat dibagi dua pula (Garraghan, 1946:
106-108), yaitu:
a. Strictly primary sources (sumber primer yang kuat) Yang tergolong sumber ini
adalah sumber yang berasal dari para pelaku peristiwa yang bersangkutan atau
saksi mata (eyewitness) yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut.
Contoh:
Mantan Presiden Soeharto adalah sumber primer (lisan) yang kuat untuk kasus
Supersemar.
Kolonel Latief Hendraningrat (lisan) adalah sumber primer kuat untuk
peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 karena ia sebagai komandan PETA-lah
yang mengerek bendera merah putih pada peristriwa tersebut.
Prasasti Batutulis Bogor yang dibuat oleh Prabu Surawisesa (1522) adalah
sumber primer kuat yang mengisahkan tentang pembangunan yang dilakukan
oleh Raja Sunda Sri Baduga Maharaja (kakek Prabu Surawisesa).
b. Less-strictly primary sources atau contemporary primary sources (sumber primer
yang kurang kuat atau sumber primer kontemporer). Sumber jenis ini dapat
disebut pula sebagai sumber sezaman. Sumber ini berasal dari zaman terjadinya
suatu peristiwa tetapi tidak memiliki hubungan langsung dengan peristiwa
tersebut.
Contoh:
Pengawal Mantan Presiden Soekarno, yang hadir di luar Istana Bogor saat
penyerahan Supersemar tersebut, tergolong sumber primer (lisan) yang kurang
kuat.
25. 25
Naskah Carita Parahyangan, yang ditulis pada tahun 1580, adalah sumber
primer yang kuat untuk peristiwa runtuhnya Kerajaan Sunda pada tahun 1579,
namun merupakan sumber primer yang kurang kuat untuk menjelaskan masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja yang pemerintahannya berakhir seabad
sebelumnya.
Seorang wartawan yang melaporkan peristiwa Sumpah Pemuda 1928 di
Harian Preanger Bode, pada awal Nopember 1928, adalah sumber primer yang
kurang kuat atau hanya sebagai sumber sezaman karena wartawan tersebut
tidak hadir dalam peristiwa tersebut.
2) Sumber Sekunder
Yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah bila sumber atau penulis
sumber hanya mendengar peristiwa itu dari orang lain. Dalam hal ini, harus dibedakan
antara sumber sekunder dengan sumber kontemporer (sumber sezaman). Untuk
mudahnya, dapat dikatakan bahwa dalam sumber sekunder, sumber tidak hidup
sezaman. Sumber sekunder adalah sumber yang telah diolah lebih dahulu. Misalnya:
buku-buku, artikel-artikel hasil kajian tentang suatu peristiwa, orang yang pernah
mendengar suatu peristiwa dari orang lain yang menjadi pelaku sejarah. Namun ada
juga buku yang “hasil tulisan bukan pelaku” bisa digolongkan ke dalam sumber
primer, misalnya: Otobiografi Bung Karno yang ditulis oleh Cindy Adams karena
Bung Karno tak pernah membantah isinya. Habis Gelap Terbitlah Terang, yang
merupakan terjemahan dari kumpulan surat-surat R.A. Kartini, baik yang
diterjemahkan Armijn Pane maupun Soelastin Soetrisno, dapat dianggap sumber
primer. Ada juga buku yang dapat dianggap primer dilihat dari satu sisi namun
dianggap sumber sekunder dilihat dari sisi lain. Misalnya buku Di Bawah Bendera
Revolusi karya Bung Karno, dianggap sumber primer tentang pendapat atau
pandangan Bung Karno (jadi sebagai berita “pemikiran Bung Karno”), namun untuk
hal-hal yang lain yang dikisahkan Bung Karno, bersifat sekunder (Abdullah, 1984: 7).
Penelitian sebaiknya dimulai dari sumber sekunder karena dari sumber-sumber
inilah halhal awal yang perlu diketahui bisa didapatkan. Dari sumber sekunder ini
sejarawan dapat membuat rencana penelitian dan anggapan sementara (hipotesis) bisa
dirumuskan (Abdullah, 1984: 6).
26. 26
Sementara itu, ada juga konsep khusus tentang sumber tersier. Yang tergolong
sumber jenis ini adalah semua karya tulis (sejarah) yang bersifat ilmiah seperti skripsi,
tesis, disertasi, karya ilmiah lainnya. Namun, konsep ini tidak berlaku umum.
Berdasarkan sifat sumber tersebut di atas, sebagai sumber sejarah sumber
primer mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada sumber sekunder. Dan memang
karya sejarah yang banyak memakai sumber primer dinilai lebih tinggi daripada karya
sejarah yang berdasarkan sumber sekunder. Namun, sebuah sumber primer, nilai
kebenaran yang terkandung di dalamnya bergantung pula kepada kredibilitas sumber,
seperti aka dijelaskan kemudian.
Berdasarkan tujuannya, Garraghan (1946: 109-111) membagi dokumen
menjadi dua: sumber formal dan sumber informal. Sementara Nugroho Notosusanto
dalam E. Kosim (1984: 38) membagi lebih rinci menjadi:9
Contoh:
a. Resmi formal:
- Surat Keputusan Presiden mengenai pengangkatan seorang pejabat negara
b. Resmi informal:
- Surat dari Rektor sebuah perguruan tinggi kepada Kepala BAKN berupa
“memo” mengenai Surat Keputusan tentang kepegawaian. Disebut resmi
karena ditulis oleh seorang pejabat kepada pejabat yang lain, tetapi cara
menulisnya biasa.
9 Kosim, E. 1984.Metode Sejarah; Asas dan Proses. Bandung.hlm.38
27. 27
c. tak resmi formal:
- Surat seorang gubernur kepada dekan sebuah fakultas, di mana anak gubernur
tersebut kuliah. Isi surat berkaitan dengan permohonan cuti untuk anaknya
tersebut. Disebut tak resmi karena ditulis gubernur bukan sebagai pejabat,
formal karena ditulis dengan surat yang memenuhi syarat-syarat surat-
menyurat formal.
d. tak resmi informal:
- Surat dari Bapak A kepada isterinya mengenai urusan rumah makan yang
menjadi bisnis keluarganya.
D. Tahapan-tahapan Metode Sejarah
Langkah-langkah dalam metode sejarah terdiri atas :
1. Metode Heuristik (pengumpulan Sumber)
Heuristik (Heuristics) merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk
mendapatkan data-data baik berupa sumber tulisan maupun sumber lisan, atau materi
sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji
oleh penulis 10(Sjamsuddin, 2007: 86). Berhasil tidaknya pencarian sumber, pada
dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan
keterampilan teknis penelusuran sumber literature. Heuristik berasal dari bahasa Yunani
heurishein yang berarti memperoleh (Dudung, 2007:64).
Menurut G.J. Renier (1997: 113), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan
bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturanperaturan umum.
Suatu prinsip di dalam heuristik ialah sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber
primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata.
Sumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya
peristiwa, sumber ini berupa garapan dari sumber yang asli
Sedangkan berdasarkan bentuknya sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Sumber dokumenter yaitu keterangan tertulis yang berkaitan dengan peristiwa
sejarah (berupa bahan sejarah dalam bentuk tulisan),. Contoh: prasasti, kronik,
babad, piagam, dokumen, laporan, arsip, dan surat kabar.
10 Sjamsudin, H. 1994. MetodologiSejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.hlm113
28. 28
b. Sumber korporal yaitu benda-benda peninggalan masa lampau (berwujud benda,
seperti bangunan, arca, perkakas, fosil, artefak dan sebagainya).
c. Sumber lisan yaitu keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari suatu peristiwa
sejarah. Contohnya: cerita dari seseorang
d. Sumber rekaman yaitu sumber yang berasal dari rekaman, dapat berupa kaset
audio dan kaset video. Misalnya: rekaman proklamasi kemerdekaan 17 agustus
1945, masa pendudukan jepang.
2. Metode Verifikasi (kritik sumber)
Setelah sumber dikumpulkan, Langkah selanjutnya adalah penulis melakukan
penyaringan secara kritis terhadap sumber yang telah diperoleh, terutama terhadap
sumber-sumber primer agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah inilah yang
disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap
substansi (isi) sumber. Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber
tertulis maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk dinilai dan diselidiki kesesuaian
sumber, keterkaitan dan keobjektifan.
Dalam bukunya Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan
untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, yaitu11:
a. Siapa yang mengatakan itu?
b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah di ubah?
c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?
d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten,
apakah ia mengetahui fakta?
e. Apakah saksi itu megatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta
yang diketahui itu?
Didalam proses analisa terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan
unsur-unsur yang relevan didalam dokumen itu sendiri secara keseluruhan. Unsur
didalam dokumen dianggap relevan dan dapat dipercaya (kredibel) apabila unsur itu
paling dekat dengan apa yang telah terjadi. Identifikasi terhadap sipembuat dokumen atau
11 ______..1994.Metodologi Sejarah.Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.hlm133
29. 29
sumber sejarah pun perlu dilakukan untuk menguji keautentikannya. (Sjamsudin, 1996:2-
3).
3. Metode interpretasi (Analisis Fakta Sejarah)
Sebelum sampai pada tahap historiografi, terlebih dahulu fakta sejarah tersebut digabung-
gabungkan (disintesakan) berdasarkan subjek kajian. Tahap ini merupakan tahap
penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah disaring dan diidentifikasi melalui proses
kritik ekstern dan intern yaitu berupa fakta. Fakta yang telah didapatkan tersebut
kemudian disusun, diolah, dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga peneliti dapat menguji
kebenarannya. Setelah kebenaran didapatkan, maka peneliti menggabungkan atau
merekonstruksi fakta tersebut menjadi sebuah satu kesatuan yang dibantu dengan
“historical thingking”. Hal tersebut dilakukan dengan memikirkan kembali masa lalu
seolah-olah peneliti mengalami dan menjadi pelaku pada peristiwa yang terjadi pada
masa lalu tersebut. Sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran tentang permasalahan
yang dikaji.
Metode interpretasi sejarah memang pada umumnya memang sering diarahkan kepada
pandangan para ahli filsafat sehingga sejarawan bisa mendapatkan kemungkinan jalan
pemecahan dalam menghadapi masalah historis. Beberapa interprestasi mengenai sejarah
yang muncul dalam aliran-aliran filsafat itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Interpretasi monistik, yakni interpretasi yang bersifat tinggal atau suatu penafsiran
yang hanya mencatat peristiwa besar dan pembuatan orang terkemuka. Interprestasi
ini meliputi :
Interpretasi teologis, yang menekankan pada takdir Tuhan sehingga peranan
gerak sejarah bersifat pasif.
Interpretasi geografis, yakni peranan sejarah ditentukan oleh factor
geografis,dengan pertimbangan letak bumi akan mempengaruhi pola hidup
dan cara hidup manusia
Interpretasi ekonomis,yang secara determistik factor ekonomi sangat
berpengaruh,sekalipun tidak dapat menerangkan mengapa suatu suku
bangsa berbeda padahal perekonomian hampir sama
Interpretasi rasial,ia;ah penafsiran yang ditentukan oleh peranan rasa tau
bangsa.
30. 30
b. Interpretasi pluralistic, dimunculkan oleh filsuf abad XIX yang mengemukakan
bahwa sejarah akan mengikuti perkembangan-perkembangan
social,budaya,politik,dan ekonomi yang menunjukkan pola peradaban yang
bersifat multikompleks
4. Metode Historigrafi (penulisan Sejarah)
Tahap selanjutnya dari proses penelitian ini adalah historiografi. Kegiatan tersebut
merupakan tahap paling akhir dari metode penelitian sejarah. Penulis memaparkan
seluruh hasil penelitian dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Menurut Ismaun (2005: 28),
Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi
pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah. Historiografi juga menggambarkan
pemikiran penulis yang diawali dengan tahap heuristik, kritik sumber, hingga interpretasi
yang merupakan hasil penelitian di lapangan yakni tentang Afrika Selatan dibawah
pemerintahan Presiden Nelson Mandela (1994 – 1999).
Hasan Usman dalam Abdurrahman (1999: 67-68) mengungkapkan bahwa terdapat
beberapa syarat umum yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti dalam melakukan
pemaparan sejarah, antara lain:
a. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik, agar
data dapat dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti
dan dengan gaya bahasa yang khas.
b. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari sebagai
bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa dan diikuti
oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkannya sesuai
dengan perjalanan sejarah.
c. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya
dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran
pembaca.
d. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha peneliti
dalam mengerahkan ide-idenya dalam merekonstruksi masa lampau itu
didasarkan pada bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan detail fakta
yang akurat.
31. 31
Menurut Sartono Kartodirdjo, penulisan sejarah Indonesia berkembang dari
berbagai cakrawala, diantaranya dari religio kosmoginis ke sejarah kritis, dan dari
wtnosentrism ke natiocentris, dari colonial elits ke sejarah Indonesia secara
keseluruhan.
Cukup jelas bahwa hal yang membedakan penulisan sejarah dengan penulisan ilmiah
bidang lain ialah penekanannya pada aspek kronologis
32. 32
BAB III
KESIMPULAN
Metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam merekontruksi peristiwa masa
lampau, melalui empat tahapan kerja,yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik
sumber (eksternal/bahan dan internal/isi),interprestasi (penafsiran),dan historiografi
(penulisan kisah sejarah)
Sumber sejarah adalah sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung
menyampaikan kepada kita tentang kenyataan dimasa lalu, sumber sejarah terbagi
menjadi tiga yaitu, sumber tertulis, sumber lisan dan sumber benda. Sumber tertulis
memberikan informasi aspek – aspek yang akan ditelitin. Dilihat dari segi bentuknya
sumber tertulis dapat berbentuk tulisan yang sudah di cetak dan tulisan tangan atau
manuskrip. Fakta sejarah ada yang berbentuk benda konkret, misalnya candi, patung, dan
perkakas yang sering disebut arfetak. Dalam pemilihan topik penelitian terdapat unsur –
unsur keunikan peristiwa, tidak bersifat majemuk, dan tidak bersifat multidimensional.
Dalam penelitian sejarah heuristic berarti kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan
menghimpun jejak – jejak masa lalu. Historiografi merupakan tahapan terakhir dalam
kegiatan penelitian sejarah. Pada tahap ini seseorang sejarawan melakukan penulisan
sejarah dengan menyusun semua fakta yang telah dikumpulkan dan diuji kebenarannya.
Perkembangan historografi di Indonesia terbagi menjadi tiga fase, yaitu
historiografi tradisional, historiografi colonial, dan historiografi modern.
Historiografi tradisional adalah tradisi penulisan sejarah setelah masyarakat Indonesia
tulisan pada zaman Hindu dan Buddha maupun Islam. Historiografi Kolonial adalah
merupakan historiografi warisan colonial dan penulisannya digunakan untuk kepentingan
penjajah. Dalam historiografi Modern penggunaan istilah asing khususnya istilah Belanda
mulai di istilahkan. Penulisan sejarah Indonesia berdasarkan pada kepentingan dan
kebutuhan bangsa dan negara Indonesia dengan sudut pandang nasional.
33. 33
Daftar pustaka
Sjamsudin, H. 1994. Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Abdurrahman,dudung,Metodologi penelitian sejarah.jogyakarta:Ar Ruzz Media,2007
Hamid,Abd Rahman dan Muhammad saleh madjid.Pengantar Ilmu
Sejarah.Yogyakarta:penerbit ombak,201
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_sejarah
https://tirto.id/jenis-sumber-sejarah-berdasarkan-sifat-dan-bentuknya-apa-saja-f8JX
Suhartono W.Pranoto.Teori &Metodologi Sejarah:Graha Ilmu
Sartono kartodirdjo, pemikiran dan perkembangan Historiografi
Indonesia,(Jakarta:Gramedia,1992), hlm.3
Irwanto, D. dan Syair, A. (2014). Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta:
Nina H.Lubis Historiografi Barat, ( Bandung: Satya Historika, 2008 )
Miftahuddin (2020). Metodologi Penelitian Sejarah Lokal (PDF). Yogyakarta: UNY
Louis R. Gottschalk", Year Book 1975, American Philosophical Society,1975
Barnes,Harry Elmer.1962.A History of Historical Writing.New York: