SlideShare a Scribd company logo
Diskursus Hubungan Sastra
dan Sejarah

    Wildan Insan Fauzi, M.Pd
        Pertemuan empat
Sejarah sebagai Ilmu
īŽ   Ismaun (2002: 13) menguraikan tiga komponen pengertian atau
    konsep tentang sejarah, yaitu: sejarah sebagai peristiwa,
    sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni.
īŽ   Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas,
    sejarah in concreto yang sebenarnya telah terjadi atau
    berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah serba objek).
    RE GESTAE
īŽ   Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun
    dari memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian
    atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang
    lampau (sejarah serba subjek). HISTORIA RERUM
    GESTARUM
Sejarah sebagai Ilmu
īŽ   Sejarah sebagai ilmu atau susunan
    pengetahuan tentang peristiwa dan
    ceritera yang terjadi dalam masyarakat
    manusia pada masa lampau yang
    disusun secara sistematis dan
    metodologis berdasarkan asas-asas,
    prosedur, dan metode serta teknik
    ilmiah yang diakui oleh para pakar
    sejarah.
Sejarah sebagai Ilmu
īŽ   Metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
īŽ   Bury (Teggart, 1960: 56) secara tegas menyatakan “History is
    science; no less, and no more”.
īŽ   Carr (1982: 30). yang menyatakan, bahwa “history is a
    continous process of interaction between the historian and his
    facts, and unending dialogue between the present and the past”
īŽ   Colingwood (1973: 9) yang menegaskan bahwa: “Every
    historian would agree, I think that history is a kind of research or
    inquiry”.
īŽ   menurut Carr (Dalam Sjamsuddin, 2007: 23), sejrawan
    memperoleh fakta-fakta sejarah (historical fact) dari dokumenh,
    inskripsi, dan dari ilmu-ilmu Bantu sejarah lainnya seperti
    arkeologi, sepgarfi, numismatic, dan kronologi.
Pengaruh Positivisme dalam
Sejarah
īŽ   Menurut Kuntowijoyo (2000), setidaknya ada tiga pengandaian
    dalam ilmu-ilmu sosial positivis.
īŽ   Pertama, prosedur-prosedur metodologis dari ilmu-ilmu alam
    dapat langsung diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial.
īŽ   Kedua, hasil-hasil penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk
    hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam.
īŽ   Ketiga, ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu
    menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni,
    netral dan bebas nilai.
īŽ   Dalam pengaruh filsafat positivisme abad 19, sejarah objektif
    dapat direkonstruksi melalui pengamatan empiris, pengukuran,
    dan deskripsi.
Pengaruh Positivisme dalam
Sejarah
īŽ  Pengaruh kuat  aliran postivis ini merasuk pada
   pikiran Hempel.
īŽ Ia dalam teorinya yang dikenal dengan covering law

   model (CLM), mengklaim, bahwa dalam
   mengeksplanasi suatu peristiwa berarti menunjukan
   suatu pernyataan yang dapat dideduksikan dari
(1) pernyataan-pernyataan tertentu tentang kondisi
   yang mendahuluinya atau yang terjadi secara
   bersamaan, dan
(2) hukum-hukum atau teori-teori universal tertentu
   dapat diuji secara emperik.  
Pengaruh Positivisme dalam
Sejarah
īŽ   Salah satu tokoh pencentus aliran modern
    dalam sejarah adalah Leopold von Ranke.
    Ranke (1795-1886) menulis A Critique of
    Modern Historical Writers.
īŽ   Ranke dianggap sebagai penumbuh
    historiografi modern yang menganjurkan
    sejarawan menulis apa yang sebenarnya
    terjadi atau wie es eigentlich gewesen ist
    (Supardan, 2008), yang dikenal dengan
    sejarah kritis.
Sejarah sebagai Humaniora
īŽ   Keunikan manusia dan alam (menyadari
    unsur individualitas dan pentingnya dia dalam
    kehidupan)
īŽ   Pencarian manusia akan nilai-nilai
īŽ   Kesadaran sebagai masyaralat dalam sebuah
    sistem
īŽ   Mengisi kebutuhan tradisional dan
    mengingatkan kepada siswa bahwa dalam
    zaman mesinpun kita tetap MANUSIA
īŽ   kreatifitas
Historia magistra Vitae
īŽ   Mengajarkan kemajuan unat manusia
īŽ   Semangat luhur dari jejak-jejak luhur
    mas lalu
īŽ   Jalinan dan hubungan antara bangsa
īŽ   Ide-ide besar yang memancarkan
    kemanusian
īŽ   Gudang pengalaman
īŽ   Identitas sosial
Sejarah sebagai Humaniora
īŽ   Retorika mendekatkan Sejarah dengan
    sastra
īŽ   Sejarawan menggunakan imajinasi
    bukan fantasi dalam merekonstruksi
    masa lalu
Sejarah dan Postmodern
īŽ       Hayden White dan Munslow (Sjamsuddin,
        2007)
    īŽ     sejarah adalah sebuah narasi yang dikuasai oleh
          konvensi-konvensi estetika sastra daripada ke bidang
          pengetahuan
    īŽ     menyangkal bahwa suatu makna "lebih baik" atau ’"lebih
          benar" daripada makna lain.
    īŽ     Naratif-naratif sejarah adalah fiksi-fiksi verbal yang isinya
          diciptakan atau diimajinasikan sebanyak ditemukan
          sehingga dekat sastra ketimbang sains.
    īŽ     Konteks adalah keseluruhan, totalitas, atau latar
          belakang, atau masa lalu itu sendiri.
    īŽ     Konteks berfungsi membuat masa lalu masuk akal, berari,
          signifikan, dan berarti.
Sejarah dan Postmodern
 īŽ   Sejarawan kesulitan menemukan konteks guna
     mendapatkan fakta2 sejarah yang signifikan dan bermakna
     dan konteks tidak pernah secara pasti ditemukan
 īŽ   Konteks dikonstruksi untuk mengkontekstualkan fakta-fakta
     pada akhirnya harus diimajinasikan dan diciptakan
 īŽ   Semua interpretasi dari masa lalu benar-benar diciptakan
     (konteks) sebanyak yang ditemukan (fakta0
 īŽ   Karena ada unsur imajinasi dalam sejarah, maka tidak ada
     sejarah yang secra harfiah faktual (seluruhnya ditemukan)
     atau benar.
 īŽ   Karena tidak bisa menghindari kiasan, Kisah sejarah
     merupakan metafora dan metahistory, puisi sejarah
Hayden White
īŽ   Menurut White (Shuterland: 2008, 48) mengatakan bahwa
    sejarah adalah sebuah narasi yang dikuasai oleh konvensi-
    konvensi estetika dan lebih dekat kepada sastra daripada ke
    ilmu pegetahuan.
īŽ   White (Sjamsuddin, 2007), menjelaskan bahwa sejarah disebut
    metahistory karena sejarah tidak bisa menolak masuknya
    kiasan-kiasan dalam penulisan sejarah.
īŽ   metahistory adalah karya-karya sejarah yang tujuannya bukan
    untuk membuat informasi baru tentang suatu objek tertentu
    tetapi menimbang informasi yang ada, mendiskusikan
    interpretasi-interpretasi yang sudah ada, dan kemungkinan
    mengomentari asumsi-asumsi yang telah membuat mungkin
    interpretasi-interpretasi itu.
Hayden White
īŽ   Oleh karena adanya kiasan-kiasan yang
    merupakan unsur dari puisi maka sejarah
    juga disebut puisi sejarah.
īŽ   Puisi sejarah menurut Carrad (Sjamsudiin,
    2007: 347) adalah kajian tentang aturan-
    aturan, kode, prosedur yang beroperasi
    disarangkaian teks tertentu.
īŽ   White menolak gagasan bahwa sejarawan
    atau wartawan dapat menulis tentang masa
    lalu atau masa kini seperti itu benar-benar
    terjadi.
Linguistic turn
īŽ   Linguistic turn menyatakan bahwa bahasa dalam
    bentuk budaya dan intelektual merupakan media
    pertukaran bagi hubungan antar kekuatan dan
    konstitutor terakhir dari kebenaran dalam penulisan
    dan pemahaman masa lalu (Purwanto, 2006: 3).
īŽ   Purwanto (2006:3-4) menjelaskan bahwa sejarah
    sebagai sebuah pengetahuan sangat tergantung
    pada wacana dan bentuk representasi antar teks
    pada konteks sosial dan institusional yang lebih luas
    di dalam atau melalui bahasa, karena realitas objek
    masa lalu telah berjarak dengan sejarah sebagai
    ilmu.
Linguistic turn
īŽ   Rekonstruksi sejarah adalah produk subjektif dari
    sebuah proses pemahaman intelektual yang
    dilambangkan dalam simbol-simbol kebahasaan atau
    naratif dan dapat berubah dari waktu-ke waktu, dari
    satu tempat ketempat lain, atau dari satu orang ke
    orang lain.
īŽ   Sementara itu pada waktu yang sama, sastra
    berhasil menampilkan citra dirinya sejajar dengan
    sejarah karena mampu menghadirkan situasi faktual
    dari masa lalu sebagai sebuah naratif melalui
    imajinatif kebahasaan (Purwanto, 2006:3-4).
Sastra dalam Sejarah,
scientific?
īŽ   Sastra telah membuktikan dirinya sebagai
    ilmu yang bukan hanya bicara persoalan
    kreativitas dan rentetan imajinasi, tetapi dapat
    pula berfungsi sebagai dokumen sejarah
    (Surur, 2008).
īŽ   Zainuddin Fananie berpendapat, dengan
    keluarnya sastra dari kreativitas imajiner ke
    wilayah sejarah, maka sastra secara tidak
    langsung bisa diletakkan sebagai dokumen
    sejarah atau dokumen sosial yang kaya
    dengan visi dan tata nilai suatu masyarakat.
Pendapat Bambang Purwanto
īŽ   Purwanto mengungkapkan bahwa secara
    umum sastra selalu dikaitkan dengan fiksi
    yang imaginatif,
īŽ   sedangkan sejarah tidak dapat dipisahkan
    dari fakta untuk menemukan kebenaran masa
    lalu
īŽ   sebagai sebuah realitas yang dibayangkan,
    sejarah dan sastra sering dianggap berada
    dalam tataran yang sama (Purwanto, 2006:2).
Kuntowijoyo (1995),
īŽ   sejarah itu berbeda dengan sastra dalam hal:
    cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan
    kesimpulan.
īŽ   Sastra adalah pekerjaan imajinasi, kebenaran
    di tangan pengarang, dengan perkataan lain
    bersifat subjektif.
īŽ   Sastra bisa berakhir dengan pertanyaan,
    sedang sejarah harus memberikan informasi
    selengkap-lengkapnya.
Kuntowijoyo (1995),
īŽ   bahasa sejarah adalah bahasa yang sederhana dan
    langsung, persis seperti dalam bahasa sastra
    modern.
īŽ   Tidak ada bahasa yang berbunga-bunga. Tidak ada
    "rambutnya bak mayang mengurai", juga tidak "hutan
    itu selebat jenggot orang Arab" dan seterusnya.
īŽ   Dalam sastra, teks dan maknanya menjadi otoritas
    pengarang sepenuhnya.
īŽ   Berbeda dengan sejarah, data-data yang ditampilkan
    tidak dalam wilayah otoritas pengarang. Data-data
    sejarah bermula dari pertanyaan-pertanyaan yang
    diajukan sejarawan.
Hobsbawm
īŽ   terdapat perbedaan mendasar antara fakta dan fiksi
    serta antara pernyataan sejarah yang didasarkan
    bukti dan pernyataan literer yang tidak didasarkan
    pada bukti.
īŽ   Untuk menjembatani persoalan fakta dan fiksi dalam
    merekonstruksi masa lalu, Hobsbawn merasa perlu
    untuk membedakan apa yang ada dengan apa yang
    tidak ada untuk menentukan ada tidaknya sejarah.
īŽ   Representasi kenyataan masa lalu tidak hanya
    ditentukan oleh bahasa karena naratif yang
    merupakan produk dari bahasa hanya akan ada jika
    terdapat realitas dimasa lalu.
Iggers
īŽ   pendekatan linguistik pada pemahaman post-struktural lebih
    cocok pada bagi kritik sastra daripada penulisan sejarah
    meskipun faktor kultural tetap penting digunakan dalam
    merekonstruksi masa lalu.
īŽ   para sejarawan akan lebih setuju terhadap pendapat yang
    menyatakan bahwa linguistik membedakan struktur masyarakat
    dan perbedaan sosial menstrukturkan bahasa sebagai salah
    satu fakta dalam sejarah umat manusia daripada pendapat
    yang menyatakan bahwa realitas sejarah tidak pernah ada, dan
    yang ada hanya bahasa yang berbentuk naratif sebagai
    representasi masa lalu.
īŽ   Sementara bagi Stone (Purwanto, 2006: 7), historisme baru
    merupakan ancaman bagi tradisi pengkajian sejarah yang
    konvensional karena mengesampingkan actual historical past
    dalam penulisan sejarah.
Sastra dalam positivisme
īŽ   Ilmu sejarah menurut historical establishment
    saat ini adalah penulisan tentang masa lalu
    yang objektif, bersih dari kepentingan politik
    dan ditulis dengan kaidah ilmiah
īŽ   berbeda dengan sastra yang menulis sejarah
    dengan penuh gairah dan emosi, sangat
    subjektif, bermuatan politik dan tidak terlalu
    peduli pada kaidah ilmiah (Farid, 2008: 81).
Imajinasi dalam Sejarah
īŽ   sejarah juga memerlukan imajinasi. Sejarawan yang meneliti
    sejarah harus dapat membayangkan apa sebenarnya, apa yang
    sedang terjadi, dan apa yang terjadi setelah itu
īŽ   Ketika sejarawan ingin mempelajari sebuah perlawanan gerilya
    di hutan, misalnya, ia harus mampu mengimajinasikan tentang
    hutan, sungai, malam hari, dan seterusnya.
īŽ   Dalam sejarah, tugas utama sejarawan bukanlah menghafal
    fakta-fakta di luar kepala saja, akan tetapi yang lebih utama
    adalah merekonstruksi fakta-fakta sejarah.
īŽ   Untuk itulah akurasi (ketepatan) dan objektivitas adalah dua hal
    yang harus dipenuhi dalam penulisan sejarah.
Pendapat Kompromi
īŽ   Cara pengungkapan sejarah yang terbilang apresiatif melalui
    data-data empiris dan tulisan (narasi) tidak berbeda jauh dari
    pengungkapan karya sastra. Cuma yang dikhawatirkan jika
    sejarah terlalu dekat dengan seni maka sejarah akan
    kehilangan keakuratan dan keobjektivitasannya (Surur, 2008).
īŽ   novel dijadikan sebagai sumber sejarah dalam sebuah karya
    historiografi, data yang digunakan pun biasanya tidak
    menyangkut soal detail mengenai keterangan tempat, waktu,
    atau kronologi peristiwa (5W+1H) melainkan digunakan untuk
    mendapatkan gambaran mengenai kesadaran zaman atau
    semangat zaman yang sedang tumbuh pada masa itu.
Pendapat Kompromi
īŽ   Sugito (2008) penting, bukan untuk
    meneguhkan supremasi ilmu sejarah
    sebagai sumber paling otoritatif mengenai
    masa silam, tetapi justru untuk
(1) tidak sembrono memukul rata semua novel
    sejarah bisa dijadikan sebagai sumber
    sejarah atau dokumen sejarah;
(2) menempatkan novel sejarah pada
    proporsinya; dan(3) tidak memberi beban
    yang tidak semestinya pada novel sejarah.
Pendapat Kompromi
īŽ   Persinggungan antara sastra dan sejarah
    memang tidak bisa dielak, karena memiliki
    medan yang sama,
īŽ   Dalam kenyataannya sejarawan dan novelis
    berbeda dalam hal cara pandang tentang
    novel sejarah dan tujuannya, akan tetapi
    keduanya setuju bahwa dalam menulis novel
    sejarah tidak boleh mengaburkan dan
    memanipulasi fakta sejarah untuk membuat
    novelnya lebih menyenangkan dan laku
    terjual.
Pendapat Kompromi
īŽ    Menurut Kantor (dalam Hertz: 2008: 2),
     novel sejarah itu dirasa sangat penting
     karena kesadaran tentang masa lalu dapat
     membantu pembaca umum untuk
1.   menghadapi kebingungan dan ketakutan
     akan masa sekarang dan masa yang akan
     datang serta
2.   pembaca akan mendapatkan pelajaran dari
     masa lalu mengenai rasa sedih, sakit,
     kekecewaan, kemenangan, dan mimpi.
Konsep Carr tentang Sastra
dalam Sejarah
īŽ   fiction dan falsehood
īŽ   knowledge dan imagination
īŽ   Carr (1996: 75) mengungkapkan bahwa
    menyamakan konsep fiction dan
    falsehood adalah keliru.
īŽ   Falsehood berarti tidak benar, bohong
    atau secara secerhana berarti salah.
Konsep Carr tentang Sastra
dalam Sejarah
īŽ   Sementara fiksi menurut Carr “can be more
    or less true-to-life, life-like or plausible” yang
    berarti jika fiksi ini benar, hal tersebut berarti
    fiksi mampu melukiskan realitas yang
    “mungkin saja terjadi”, walaupun kita berpikir
    dan tahu bahwa mereka tidak demikian juga.
īŽ   Fiksi bisa memberikan kebenaran dan secara
    tidak langsung menyampaikan kondisi
    manusia secara general dan melukiskan
    realitas manusia dan peristiwa (Carr, 1996:
    75).
Konsep Carr tentang Sastra
dalam Sejarah
īŽ   kriteria yang membedakan antara fiksi
    dengan bukan fiksi bukan karena yang fiksi
    berisi sebagian besar pernyataan yang tidak
    benar.
īŽ   Pernyataan yang dikemukakan pengarang
    fiksi bukan dimaksudkan untuk menjadi
    kebenaran, dan bukan untuk untuk diambil
    sebagai kebenaran, dan kenyataannya para
    pembaca tidak mengganggapnya juga
    sebagai sebuah kebenaran.
Konsep Carr tentang Sastra
dalam Sejarah
īŽ   Jika karakter di dalam suatu roman menyerupai tokoh yang
    nyata, dan bahkan dilukiskan orang tersebut melakukan
    berbagai hal seperti tokoh nyata lakukan, kita mungkin hanya
    mengatakan bahwa roman itu “berdasarkan pada kisah nyata”
    atau bahkan sesuatu cerita yang mengagumkan jika muncul
    banyak kemiripan dan persamaan waktu.
īŽ   Mengenai hubungan sejarah dengan fiksi sejarah, Carr
    (1976:77) mengungkapkan bahwa disadari ataupun tidak
    disadari, sejarawan melakukan hal yang sama dengan novelis
    yaitu “imagining things as they might have been” dan berharap
    mampu merepresentasikan seperti sebenarnya keadaan
    dahulu.
Membedakan antara imajinasi
dan pengetahuan?
īŽ   Carr (1976:77) menjelaskan bahwa kapasitas
    imajinasi itu tergantung pada pengetahuan melalui
    hubungan yang otomatis. Menurutnya, pengetahuan
    adalah “representasi” dari pikiran yang merupakan
    refleksi yang pasif terhadap kenyataan yang secara
    sederhana registering and reporting what is there.
īŽ   imajinasi diuraikan sebagai kapasitas untuk
    memimpikan atau mengkhayalkan melalui pikiran
    sehat, sesuatu yang tidak langsung hadir yang
    dengannya kita bisa membayangkan sesuatu
    dimana, mau jadi apa, atau hadir di suatu tempat
    sebagaimana sesuatu itu benar-benar nyata (Carr,
    1976: 77).
Imajinasi dan Sejarah
īŽ   Fiksi adalah produk dari imajinasi dan
    sejarahpun adalah produk dari imajinasi pula
    (Carr, 1976: 77).
īŽ   Sejarawan menggunakan imajinasinya tentu
    saja dengan penilaian dan alasan bukan
    untuk menghasilkan fiksi tetapi mencoba
    menjelaskan realitas dan menghasilkan
    narasi tentang sesuatu yang benar-benar
    terjadi.
Imajinasi dan Sejarah
īŽ   imajinasi.digunakan juga dalam cerita
    tentang karakter, peristiwa, aksi dan
    bahkan untuk melukiskan dunia yang
    tidak pernah ada sekalipun (Carr, 1976:
    77).
īŽ   Dengan demikian, baik itu pengetahuan
    maupun fiksi sama-sama memerlukan
    imajinasi.
Imajinasi dan Sejarah
īŽ   Nugiyantoro (Kalsum, 2000) mengungkapkan bahwa
    fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan
    manusia dalam interaksinya dengan lingkungan,
    dengan sesama, dengan dirinya sendiri, serta
    dengan Tuhan.
īŽ   Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi
    pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan.
    Dengan demikian, walau berupa khayalan, tidak
    benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan
    belaka.
īŽ   Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium
    bahasa untuk “menyajikan kehidupan” yang sebagian
    besar merupakan kenyataan sosial.

More Related Content

What's hot

Bab 4 teks puisi
Bab 4 teks puisiBab 4 teks puisi
Bab 4 teks puisi
HandrianusH
 
Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1
Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1
Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1
sinauco
 
Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...
Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...
Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...
Berlinda Putri
 
Trias politika
Trias politikaTrias politika
Trias politikaputridiyani
 
Metode penelitian pendidikan prof. dr. sugiyono
Metode penelitian pendidikan   prof. dr. sugiyonoMetode penelitian pendidikan   prof. dr. sugiyono
Metode penelitian pendidikan prof. dr. sugiyono
ntotmbol
 
Kerajaan samudera pasai- Sejarah kelas X
Kerajaan samudera pasai- Sejarah kelas XKerajaan samudera pasai- Sejarah kelas X
Kerajaan samudera pasai- Sejarah kelas X
Defa Griyani
 
5. Public Speaking .pdf
5. Public Speaking .pdf5. Public Speaking .pdf
5. Public Speaking .pdf
AdePutraTunggali
 
'islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi''islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi'
Diennisa Thahira
 
1. teori masukny islam
1. teori masukny islam1. teori masukny islam
1. teori masukny islam
Gungun Misbah Gunawan
 
Materi awal masuknya islam di indonesia
Materi awal masuknya islam di indonesiaMateri awal masuknya islam di indonesia
Materi awal masuknya islam di indonesiaPaskasius Samaragravira
 
Kerajaan kerajaan islam di indonesia
Kerajaan kerajaan islam di indonesiaKerajaan kerajaan islam di indonesia
Kerajaan kerajaan islam di indonesia
Aas Firdausy
 
Tugas seminar 1 (journal review)
Tugas seminar 1 (journal review)Tugas seminar 1 (journal review)
Tugas seminar 1 (journal review)
a santoso
 
Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]
Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]
Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]
Lallaa Lalllaaa
 
sejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarahsejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarahLu'lu Almaknuna
 
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptx
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptxPEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptx
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptx
MunirLuvNaAin
 
03 tokoh dan penokohan
03 tokoh dan penokohan03 tokoh dan penokohan
03 tokoh dan penokohanImansyah Lubis
 
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
Novita Widianingsih
 

What's hot (20)

Bab 4 teks puisi
Bab 4 teks puisiBab 4 teks puisi
Bab 4 teks puisi
 
Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1
Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1
Babad Kemalon (Pakunagara) I - Ki Himodigdoyo 1
 
Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...
Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...
Tugas bahasa indonesia menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi AKU ...
 
Trias politika
Trias politikaTrias politika
Trias politika
 
Metode penelitian pendidikan prof. dr. sugiyono
Metode penelitian pendidikan   prof. dr. sugiyonoMetode penelitian pendidikan   prof. dr. sugiyono
Metode penelitian pendidikan prof. dr. sugiyono
 
Kerajaan samudera pasai- Sejarah kelas X
Kerajaan samudera pasai- Sejarah kelas XKerajaan samudera pasai- Sejarah kelas X
Kerajaan samudera pasai- Sejarah kelas X
 
Ki & kd smp
Ki & kd smpKi & kd smp
Ki & kd smp
 
5. Public Speaking .pdf
5. Public Speaking .pdf5. Public Speaking .pdf
5. Public Speaking .pdf
 
'islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi''islam dan proses integrasi'
'islam dan proses integrasi'
 
1. teori masukny islam
1. teori masukny islam1. teori masukny islam
1. teori masukny islam
 
Materi awal masuknya islam di indonesia
Materi awal masuknya islam di indonesiaMateri awal masuknya islam di indonesia
Materi awal masuknya islam di indonesia
 
Kerajaan kerajaan islam di indonesia
Kerajaan kerajaan islam di indonesiaKerajaan kerajaan islam di indonesia
Kerajaan kerajaan islam di indonesia
 
Makalah sejarah retorika
Makalah sejarah retorikaMakalah sejarah retorika
Makalah sejarah retorika
 
Tugas seminar 1 (journal review)
Tugas seminar 1 (journal review)Tugas seminar 1 (journal review)
Tugas seminar 1 (journal review)
 
Kerajaan perlak
Kerajaan perlakKerajaan perlak
Kerajaan perlak
 
Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]
Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]
Awal masuk islam di kerajaan gowa - tallo [ppt]
 
sejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarahsejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarah
 
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptx
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptxPEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptx
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR.pptx
 
03 tokoh dan penokohan
03 tokoh dan penokohan03 tokoh dan penokohan
03 tokoh dan penokohan
 
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas
 

Similar to 4. diskursus hubungan sastra dan sejarah

Media pembelajaran pendukung rpp
Media pembelajaran pendukung rppMedia pembelajaran pendukung rpp
Media pembelajaran pendukung rppBain Yusup
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
AzmiSadega
 
E. media pembelajaran pendukung rpp
E. media pembelajaran pendukung rppE. media pembelajaran pendukung rpp
E. media pembelajaran pendukung rppBain Yusup
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
TiaBronte
 
Modul Sejarah Indonesia
Modul Sejarah IndonesiaModul Sejarah Indonesia
Modul Sejarah Indonesia
Mohammad Thobib
 
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarahPengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Sumiatie, S.Pd., M.Pd.
 
Bab 1 hakikat ilmu sejarah
Bab 1 hakikat ilmu sejarahBab 1 hakikat ilmu sejarah
Bab 1 hakikat ilmu sejarah
Mutiara N
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Lailin Luthfiana
 
Hakekat Sejarah
Hakekat SejarahHakekat Sejarah
Hakekat Sejarah
Umi Nur Ida
 
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
Asri Yunita
 
Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmuSejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu
Didin Harianto
 
Catatan mengenai historiograpi sekitar peristiwa 1965
Catatan mengenai  historiograpi sekitar peristiwa 1965Catatan mengenai  historiograpi sekitar peristiwa 1965
Catatan mengenai historiograpi sekitar peristiwa 1965sriyandi djoeweri
 
3-penelitian-sejarah.ppt
3-penelitian-sejarah.ppt3-penelitian-sejarah.ppt
3-penelitian-sejarah.ppt
candrairawan53
 
New historicism aliran sastra
New historicism aliran sastraNew historicism aliran sastra
New historicism aliran sastra
Khoirun Nif'an
 
Pengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan Seni
Pengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan SeniPengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan Seni
Pengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan Seni
Tunjung Tamarin R
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup SejarahHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Dewi Setiyani Putri
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
istana walet
 

Similar to 4. diskursus hubungan sastra dan sejarah (20)

Media pembelajaran pendukung rpp
Media pembelajaran pendukung rppMedia pembelajaran pendukung rpp
Media pembelajaran pendukung rpp
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
E. media pembelajaran pendukung rpp
E. media pembelajaran pendukung rppE. media pembelajaran pendukung rpp
E. media pembelajaran pendukung rpp
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
Modul Sejarah Indonesia
Modul Sejarah IndonesiaModul Sejarah Indonesia
Modul Sejarah Indonesia
 
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarahPengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Bab 1 hakikat ilmu sejarah
Bab 1 hakikat ilmu sejarahBab 1 hakikat ilmu sejarah
Bab 1 hakikat ilmu sejarah
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
Hakekat Sejarah
Hakekat SejarahHakekat Sejarah
Hakekat Sejarah
 
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
 
Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmuSejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu
 
Kuliah 1 pitos 101
Kuliah 1 pitos 101Kuliah 1 pitos 101
Kuliah 1 pitos 101
 
Kuliah 1 pitos 101
Kuliah 1 pitos 101Kuliah 1 pitos 101
Kuliah 1 pitos 101
 
Catatan mengenai historiograpi sekitar peristiwa 1965
Catatan mengenai  historiograpi sekitar peristiwa 1965Catatan mengenai  historiograpi sekitar peristiwa 1965
Catatan mengenai historiograpi sekitar peristiwa 1965
 
3-penelitian-sejarah.ppt
3-penelitian-sejarah.ppt3-penelitian-sejarah.ppt
3-penelitian-sejarah.ppt
 
New historicism aliran sastra
New historicism aliran sastraNew historicism aliran sastra
New historicism aliran sastra
 
Pengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan Seni
Pengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan SeniPengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan Seni
Pengertian Sejarah sebagai Peristiwa,Kisah,Ilmu,dan Seni
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup SejarahHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
 

Recently uploaded

Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 

Recently uploaded (20)

Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 

4. diskursus hubungan sastra dan sejarah

  • 1. Diskursus Hubungan Sastra dan Sejarah Wildan Insan Fauzi, M.Pd Pertemuan empat
  • 2. Sejarah sebagai Ilmu īŽ Ismaun (2002: 13) menguraikan tiga komponen pengertian atau konsep tentang sejarah, yaitu: sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni. īŽ Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah in concreto yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah serba objek). RE GESTAE īŽ Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah serba subjek). HISTORIA RERUM GESTARUM
  • 3. Sejarah sebagai Ilmu īŽ Sejarah sebagai ilmu atau susunan pengetahuan tentang peristiwa dan ceritera yang terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodologis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah.
  • 4. Sejarah sebagai Ilmu īŽ Metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan īŽ Bury (Teggart, 1960: 56) secara tegas menyatakan “History is science; no less, and no more”. īŽ Carr (1982: 30). yang menyatakan, bahwa “history is a continous process of interaction between the historian and his facts, and unending dialogue between the present and the past” īŽ Colingwood (1973: 9) yang menegaskan bahwa: “Every historian would agree, I think that history is a kind of research or inquiry”. īŽ menurut Carr (Dalam Sjamsuddin, 2007: 23), sejrawan memperoleh fakta-fakta sejarah (historical fact) dari dokumenh, inskripsi, dan dari ilmu-ilmu Bantu sejarah lainnya seperti arkeologi, sepgarfi, numismatic, dan kronologi.
  • 5. Pengaruh Positivisme dalam Sejarah īŽ Menurut Kuntowijoyo (2000), setidaknya ada tiga pengandaian dalam ilmu-ilmu sosial positivis. īŽ Pertama, prosedur-prosedur metodologis dari ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial. īŽ Kedua, hasil-hasil penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam. īŽ Ketiga, ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni, netral dan bebas nilai. īŽ Dalam pengaruh filsafat positivisme abad 19, sejarah objektif dapat direkonstruksi melalui pengamatan empiris, pengukuran, dan deskripsi.
  • 6. Pengaruh Positivisme dalam Sejarah īŽ Pengaruh kuat  aliran postivis ini merasuk pada pikiran Hempel. īŽ Ia dalam teorinya yang dikenal dengan covering law model (CLM), mengklaim, bahwa dalam mengeksplanasi suatu peristiwa berarti menunjukan suatu pernyataan yang dapat dideduksikan dari (1) pernyataan-pernyataan tertentu tentang kondisi yang mendahuluinya atau yang terjadi secara bersamaan, dan (2) hukum-hukum atau teori-teori universal tertentu dapat diuji secara emperik.  
  • 7. Pengaruh Positivisme dalam Sejarah īŽ Salah satu tokoh pencentus aliran modern dalam sejarah adalah Leopold von Ranke. Ranke (1795-1886) menulis A Critique of Modern Historical Writers. īŽ Ranke dianggap sebagai penumbuh historiografi modern yang menganjurkan sejarawan menulis apa yang sebenarnya terjadi atau wie es eigentlich gewesen ist (Supardan, 2008), yang dikenal dengan sejarah kritis.
  • 8. Sejarah sebagai Humaniora īŽ Keunikan manusia dan alam (menyadari unsur individualitas dan pentingnya dia dalam kehidupan) īŽ Pencarian manusia akan nilai-nilai īŽ Kesadaran sebagai masyaralat dalam sebuah sistem īŽ Mengisi kebutuhan tradisional dan mengingatkan kepada siswa bahwa dalam zaman mesinpun kita tetap MANUSIA īŽ kreatifitas
  • 9. Historia magistra Vitae īŽ Mengajarkan kemajuan unat manusia īŽ Semangat luhur dari jejak-jejak luhur mas lalu īŽ Jalinan dan hubungan antara bangsa īŽ Ide-ide besar yang memancarkan kemanusian īŽ Gudang pengalaman īŽ Identitas sosial
  • 10. Sejarah sebagai Humaniora īŽ Retorika mendekatkan Sejarah dengan sastra īŽ Sejarawan menggunakan imajinasi bukan fantasi dalam merekonstruksi masa lalu
  • 11. Sejarah dan Postmodern īŽ Hayden White dan Munslow (Sjamsuddin, 2007) īŽ sejarah adalah sebuah narasi yang dikuasai oleh konvensi-konvensi estetika sastra daripada ke bidang pengetahuan īŽ menyangkal bahwa suatu makna "lebih baik" atau ’"lebih benar" daripada makna lain. īŽ Naratif-naratif sejarah adalah fiksi-fiksi verbal yang isinya diciptakan atau diimajinasikan sebanyak ditemukan sehingga dekat sastra ketimbang sains. īŽ Konteks adalah keseluruhan, totalitas, atau latar belakang, atau masa lalu itu sendiri. īŽ Konteks berfungsi membuat masa lalu masuk akal, berari, signifikan, dan berarti.
  • 12. Sejarah dan Postmodern īŽ Sejarawan kesulitan menemukan konteks guna mendapatkan fakta2 sejarah yang signifikan dan bermakna dan konteks tidak pernah secara pasti ditemukan īŽ Konteks dikonstruksi untuk mengkontekstualkan fakta-fakta pada akhirnya harus diimajinasikan dan diciptakan īŽ Semua interpretasi dari masa lalu benar-benar diciptakan (konteks) sebanyak yang ditemukan (fakta0 īŽ Karena ada unsur imajinasi dalam sejarah, maka tidak ada sejarah yang secra harfiah faktual (seluruhnya ditemukan) atau benar. īŽ Karena tidak bisa menghindari kiasan, Kisah sejarah merupakan metafora dan metahistory, puisi sejarah
  • 13. Hayden White īŽ Menurut White (Shuterland: 2008, 48) mengatakan bahwa sejarah adalah sebuah narasi yang dikuasai oleh konvensi- konvensi estetika dan lebih dekat kepada sastra daripada ke ilmu pegetahuan. īŽ White (Sjamsuddin, 2007), menjelaskan bahwa sejarah disebut metahistory karena sejarah tidak bisa menolak masuknya kiasan-kiasan dalam penulisan sejarah. īŽ metahistory adalah karya-karya sejarah yang tujuannya bukan untuk membuat informasi baru tentang suatu objek tertentu tetapi menimbang informasi yang ada, mendiskusikan interpretasi-interpretasi yang sudah ada, dan kemungkinan mengomentari asumsi-asumsi yang telah membuat mungkin interpretasi-interpretasi itu.
  • 14. Hayden White īŽ Oleh karena adanya kiasan-kiasan yang merupakan unsur dari puisi maka sejarah juga disebut puisi sejarah. īŽ Puisi sejarah menurut Carrad (Sjamsudiin, 2007: 347) adalah kajian tentang aturan- aturan, kode, prosedur yang beroperasi disarangkaian teks tertentu. īŽ White menolak gagasan bahwa sejarawan atau wartawan dapat menulis tentang masa lalu atau masa kini seperti itu benar-benar terjadi.
  • 15. Linguistic turn īŽ Linguistic turn menyatakan bahwa bahasa dalam bentuk budaya dan intelektual merupakan media pertukaran bagi hubungan antar kekuatan dan konstitutor terakhir dari kebenaran dalam penulisan dan pemahaman masa lalu (Purwanto, 2006: 3). īŽ Purwanto (2006:3-4) menjelaskan bahwa sejarah sebagai sebuah pengetahuan sangat tergantung pada wacana dan bentuk representasi antar teks pada konteks sosial dan institusional yang lebih luas di dalam atau melalui bahasa, karena realitas objek masa lalu telah berjarak dengan sejarah sebagai ilmu.
  • 16. Linguistic turn īŽ Rekonstruksi sejarah adalah produk subjektif dari sebuah proses pemahaman intelektual yang dilambangkan dalam simbol-simbol kebahasaan atau naratif dan dapat berubah dari waktu-ke waktu, dari satu tempat ketempat lain, atau dari satu orang ke orang lain. īŽ Sementara itu pada waktu yang sama, sastra berhasil menampilkan citra dirinya sejajar dengan sejarah karena mampu menghadirkan situasi faktual dari masa lalu sebagai sebuah naratif melalui imajinatif kebahasaan (Purwanto, 2006:3-4).
  • 17. Sastra dalam Sejarah, scientific? īŽ Sastra telah membuktikan dirinya sebagai ilmu yang bukan hanya bicara persoalan kreativitas dan rentetan imajinasi, tetapi dapat pula berfungsi sebagai dokumen sejarah (Surur, 2008). īŽ Zainuddin Fananie berpendapat, dengan keluarnya sastra dari kreativitas imajiner ke wilayah sejarah, maka sastra secara tidak langsung bisa diletakkan sebagai dokumen sejarah atau dokumen sosial yang kaya dengan visi dan tata nilai suatu masyarakat.
  • 18. Pendapat Bambang Purwanto īŽ Purwanto mengungkapkan bahwa secara umum sastra selalu dikaitkan dengan fiksi yang imaginatif, īŽ sedangkan sejarah tidak dapat dipisahkan dari fakta untuk menemukan kebenaran masa lalu īŽ sebagai sebuah realitas yang dibayangkan, sejarah dan sastra sering dianggap berada dalam tataran yang sama (Purwanto, 2006:2).
  • 19. Kuntowijoyo (1995), īŽ sejarah itu berbeda dengan sastra dalam hal: cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan kesimpulan. īŽ Sastra adalah pekerjaan imajinasi, kebenaran di tangan pengarang, dengan perkataan lain bersifat subjektif. īŽ Sastra bisa berakhir dengan pertanyaan, sedang sejarah harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya.
  • 20. Kuntowijoyo (1995), īŽ bahasa sejarah adalah bahasa yang sederhana dan langsung, persis seperti dalam bahasa sastra modern. īŽ Tidak ada bahasa yang berbunga-bunga. Tidak ada "rambutnya bak mayang mengurai", juga tidak "hutan itu selebat jenggot orang Arab" dan seterusnya. īŽ Dalam sastra, teks dan maknanya menjadi otoritas pengarang sepenuhnya. īŽ Berbeda dengan sejarah, data-data yang ditampilkan tidak dalam wilayah otoritas pengarang. Data-data sejarah bermula dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sejarawan.
  • 21. Hobsbawm īŽ terdapat perbedaan mendasar antara fakta dan fiksi serta antara pernyataan sejarah yang didasarkan bukti dan pernyataan literer yang tidak didasarkan pada bukti. īŽ Untuk menjembatani persoalan fakta dan fiksi dalam merekonstruksi masa lalu, Hobsbawn merasa perlu untuk membedakan apa yang ada dengan apa yang tidak ada untuk menentukan ada tidaknya sejarah. īŽ Representasi kenyataan masa lalu tidak hanya ditentukan oleh bahasa karena naratif yang merupakan produk dari bahasa hanya akan ada jika terdapat realitas dimasa lalu.
  • 22. Iggers īŽ pendekatan linguistik pada pemahaman post-struktural lebih cocok pada bagi kritik sastra daripada penulisan sejarah meskipun faktor kultural tetap penting digunakan dalam merekonstruksi masa lalu. īŽ para sejarawan akan lebih setuju terhadap pendapat yang menyatakan bahwa linguistik membedakan struktur masyarakat dan perbedaan sosial menstrukturkan bahasa sebagai salah satu fakta dalam sejarah umat manusia daripada pendapat yang menyatakan bahwa realitas sejarah tidak pernah ada, dan yang ada hanya bahasa yang berbentuk naratif sebagai representasi masa lalu. īŽ Sementara bagi Stone (Purwanto, 2006: 7), historisme baru merupakan ancaman bagi tradisi pengkajian sejarah yang konvensional karena mengesampingkan actual historical past dalam penulisan sejarah.
  • 23. Sastra dalam positivisme īŽ Ilmu sejarah menurut historical establishment saat ini adalah penulisan tentang masa lalu yang objektif, bersih dari kepentingan politik dan ditulis dengan kaidah ilmiah īŽ berbeda dengan sastra yang menulis sejarah dengan penuh gairah dan emosi, sangat subjektif, bermuatan politik dan tidak terlalu peduli pada kaidah ilmiah (Farid, 2008: 81).
  • 24. Imajinasi dalam Sejarah īŽ sejarah juga memerlukan imajinasi. Sejarawan yang meneliti sejarah harus dapat membayangkan apa sebenarnya, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi setelah itu īŽ Ketika sejarawan ingin mempelajari sebuah perlawanan gerilya di hutan, misalnya, ia harus mampu mengimajinasikan tentang hutan, sungai, malam hari, dan seterusnya. īŽ Dalam sejarah, tugas utama sejarawan bukanlah menghafal fakta-fakta di luar kepala saja, akan tetapi yang lebih utama adalah merekonstruksi fakta-fakta sejarah. īŽ Untuk itulah akurasi (ketepatan) dan objektivitas adalah dua hal yang harus dipenuhi dalam penulisan sejarah.
  • 25. Pendapat Kompromi īŽ Cara pengungkapan sejarah yang terbilang apresiatif melalui data-data empiris dan tulisan (narasi) tidak berbeda jauh dari pengungkapan karya sastra. Cuma yang dikhawatirkan jika sejarah terlalu dekat dengan seni maka sejarah akan kehilangan keakuratan dan keobjektivitasannya (Surur, 2008). īŽ novel dijadikan sebagai sumber sejarah dalam sebuah karya historiografi, data yang digunakan pun biasanya tidak menyangkut soal detail mengenai keterangan tempat, waktu, atau kronologi peristiwa (5W+1H) melainkan digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesadaran zaman atau semangat zaman yang sedang tumbuh pada masa itu.
  • 26. Pendapat Kompromi īŽ Sugito (2008) penting, bukan untuk meneguhkan supremasi ilmu sejarah sebagai sumber paling otoritatif mengenai masa silam, tetapi justru untuk (1) tidak sembrono memukul rata semua novel sejarah bisa dijadikan sebagai sumber sejarah atau dokumen sejarah; (2) menempatkan novel sejarah pada proporsinya; dan(3) tidak memberi beban yang tidak semestinya pada novel sejarah.
  • 27. Pendapat Kompromi īŽ Persinggungan antara sastra dan sejarah memang tidak bisa dielak, karena memiliki medan yang sama, īŽ Dalam kenyataannya sejarawan dan novelis berbeda dalam hal cara pandang tentang novel sejarah dan tujuannya, akan tetapi keduanya setuju bahwa dalam menulis novel sejarah tidak boleh mengaburkan dan memanipulasi fakta sejarah untuk membuat novelnya lebih menyenangkan dan laku terjual.
  • 28. Pendapat Kompromi īŽ Menurut Kantor (dalam Hertz: 2008: 2), novel sejarah itu dirasa sangat penting karena kesadaran tentang masa lalu dapat membantu pembaca umum untuk 1. menghadapi kebingungan dan ketakutan akan masa sekarang dan masa yang akan datang serta 2. pembaca akan mendapatkan pelajaran dari masa lalu mengenai rasa sedih, sakit, kekecewaan, kemenangan, dan mimpi.
  • 29. Konsep Carr tentang Sastra dalam Sejarah īŽ fiction dan falsehood īŽ knowledge dan imagination īŽ Carr (1996: 75) mengungkapkan bahwa menyamakan konsep fiction dan falsehood adalah keliru. īŽ Falsehood berarti tidak benar, bohong atau secara secerhana berarti salah.
  • 30. Konsep Carr tentang Sastra dalam Sejarah īŽ Sementara fiksi menurut Carr “can be more or less true-to-life, life-like or plausible” yang berarti jika fiksi ini benar, hal tersebut berarti fiksi mampu melukiskan realitas yang “mungkin saja terjadi”, walaupun kita berpikir dan tahu bahwa mereka tidak demikian juga. īŽ Fiksi bisa memberikan kebenaran dan secara tidak langsung menyampaikan kondisi manusia secara general dan melukiskan realitas manusia dan peristiwa (Carr, 1996: 75).
  • 31. Konsep Carr tentang Sastra dalam Sejarah īŽ kriteria yang membedakan antara fiksi dengan bukan fiksi bukan karena yang fiksi berisi sebagian besar pernyataan yang tidak benar. īŽ Pernyataan yang dikemukakan pengarang fiksi bukan dimaksudkan untuk menjadi kebenaran, dan bukan untuk untuk diambil sebagai kebenaran, dan kenyataannya para pembaca tidak mengganggapnya juga sebagai sebuah kebenaran.
  • 32. Konsep Carr tentang Sastra dalam Sejarah īŽ Jika karakter di dalam suatu roman menyerupai tokoh yang nyata, dan bahkan dilukiskan orang tersebut melakukan berbagai hal seperti tokoh nyata lakukan, kita mungkin hanya mengatakan bahwa roman itu “berdasarkan pada kisah nyata” atau bahkan sesuatu cerita yang mengagumkan jika muncul banyak kemiripan dan persamaan waktu. īŽ Mengenai hubungan sejarah dengan fiksi sejarah, Carr (1976:77) mengungkapkan bahwa disadari ataupun tidak disadari, sejarawan melakukan hal yang sama dengan novelis yaitu “imagining things as they might have been” dan berharap mampu merepresentasikan seperti sebenarnya keadaan dahulu.
  • 33. Membedakan antara imajinasi dan pengetahuan? īŽ Carr (1976:77) menjelaskan bahwa kapasitas imajinasi itu tergantung pada pengetahuan melalui hubungan yang otomatis. Menurutnya, pengetahuan adalah “representasi” dari pikiran yang merupakan refleksi yang pasif terhadap kenyataan yang secara sederhana registering and reporting what is there. īŽ imajinasi diuraikan sebagai kapasitas untuk memimpikan atau mengkhayalkan melalui pikiran sehat, sesuatu yang tidak langsung hadir yang dengannya kita bisa membayangkan sesuatu dimana, mau jadi apa, atau hadir di suatu tempat sebagaimana sesuatu itu benar-benar nyata (Carr, 1976: 77).
  • 34. Imajinasi dan Sejarah īŽ Fiksi adalah produk dari imajinasi dan sejarahpun adalah produk dari imajinasi pula (Carr, 1976: 77). īŽ Sejarawan menggunakan imajinasinya tentu saja dengan penilaian dan alasan bukan untuk menghasilkan fiksi tetapi mencoba menjelaskan realitas dan menghasilkan narasi tentang sesuatu yang benar-benar terjadi.
  • 35. Imajinasi dan Sejarah īŽ imajinasi.digunakan juga dalam cerita tentang karakter, peristiwa, aksi dan bahkan untuk melukiskan dunia yang tidak pernah ada sekalipun (Carr, 1976: 77). īŽ Dengan demikian, baik itu pengetahuan maupun fiksi sama-sama memerlukan imajinasi.
  • 36. Imajinasi dan Sejarah īŽ Nugiyantoro (Kalsum, 2000) mengungkapkan bahwa fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan sesama, dengan dirinya sendiri, serta dengan Tuhan. īŽ Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Dengan demikian, walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka. īŽ Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa untuk “menyajikan kehidupan” yang sebagian besar merupakan kenyataan sosial.