SlideShare a Scribd company logo
MATERI KULIAH
PENGANTAR ILMU SEJARAH
Oleh :
Sumiatie, S.Pd.,M.Pd
PROGRAM STUDI SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA
2014
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
DAFTAR ISI
BAB I PENGERTIAN SEJARAH………………………..…………………………………1
A. Asal-usul Kata Sejarah……………………………...………………………………1
B. Menurut Istilah……………………………………………………………………….2
C. Sejarah Sebagai Ilmu………………………………………..……………………...6
D. Manfaat Mempelajari Sejarah………………………………..…………………….8
BAB II METODE SEJARAH…………………………………………………..………..…10
A. Pengertian dan Proses Metode Sejarah…………….…………………………..10
B. Objektivitas dan Subjektivitas Sejarah………………………..…………………11
BAB III PENULISAN SEJARAH……………..……...……………………………………15
A. Penulisan Barat……………….….………………………………………………...15
B. Penulisan Tiongkok……………...…………….…………………………………..20
C. Penulisan Indonesia……………...………………………………………………..20
BAB IV PEMBAGIAN SEJARAH…………..…………………….……………………….25
A. Gerak Sejarah………………………………………………………......………….25
B. Pengurunan……………………………………..………………………………….27
C. Ciri-ciri Khusus Untuk Menetapkan Pengurunan……………………………....29
D. Pembagian Menurut Rating……………………………………………………….30
BAB VSUMBER SEJARAH…………………………..…………………………………..32
A. Pengetahuan Sumber Bahan-bahan Masa Lalu………………………………..32
B. Perbedaan antara Sumber Primer dan sumber Asli lainnya…………..………35
C. Tipe Dokumenter...………………………………..……………………………….36
D. Ilmu Bantu Sejarah……………………..……………………………………........36
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
BAB VI FILSAFAT SEJARAH…………..…………………………...……………………44
A. Makna Filsafat Sejarah……………………...…………………………………….44
B. Pembagian Filsafat Sejarah…………………………………………………..…..47
C. Gerak Sejarah dan Tujuannya……………………………...…………………….52
BAB VII EKSPLANASI SEJARAH……….……………………………………………….62
A. Arti dan Pentingnya Eksplanasi Sejarah…………………………………..…….62
B. Model-model Eksplanasi Sejarah……………………..………………………….65
C. Beberapa Contoh Kausalitas dan Eksplanasi Sejarah…………...……………68
DAFTAR PUSTAKA
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 1
BAB I
PENGERTIAN SEJARAH
A. Asal-usul Kata Sejarah
Kata “Sejarah” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yang
diambil dari Syajarah. Kata Syajarah masuk dalam bahasa Melayu setelah akulturasi
cukup panjang (asimilasi dalam kebudayaan) dengan kebudayaan Indonesia juga
dengan kebudayaan Islam semenjak abad ke-13). Pada abad inilah, secara
konvensional disepakati bahwa invensi dan discoveri berjalan diaklektis, yang pada
gilirannya melahirkan realitas bahasa yang sampai kini dijadikan bahasa lingua
franca oleh bangsa Indonesia.
Kata Syajarah berarti pohon kehidupan. Maksudnya, segala hal mengenai
kehidupan memiliki “pohon” yakni masa lalu itu sendiri. Sebagai pohon, sejarah
adalah awal dari segalanya yang menjadi realitas masa kini. Singkatnya, masa kini
adalah produk atau warisan masa lalu. Hal ini berkorelasi dengan arti kata Syajarah
sebagai keturunan dan asal-usul. Syajarah sering dikaitkan pula dengan makna kata
silsilah yang berarti urutan, seri, hubungan, dan daftar keturunan.
Kata Syajarah bersinonim dengan istilah babad dalam tradisi masyarakat
Jawa yang berarti riwayat kerajaan, riwayat bangsa, buku tahunan, dan kronik.
Masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai suatu tradisi pencatatan atas kejadian-
kejadian atau peristiwa penting secara teratur dan detail di atas daun lontar, yang
dikenal dengan Attoriolong (Bugis) atau Pattoriolong (Makasar). Catatan itu berisi
informasi mengenai asal-usul, tempat dan tanggal lahir, serta situasi atau kondisi
tertentu pada saat seseorang dilahirkan. Kebanyakan tulisan-tulisan itu berkaitan
dengan aktivitas politik dan pemerintahan kerajaan-kerajaan.
Sejarah dalam kamus besar Bahasa Indonesia mengandung tiga makna,
yaitu:
1. Kesusteraan lama (silsilah, asal-usul)
2. Kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu
3. Ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-
benar terjadi pada masa lampau, atau juga disebut riwayat ( Poerwadarminta,
2003).
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 2
Kata Syajarah yang diambil menjadi sejarah, sebagaimana dijelaskan
sebelumnya diberi perluasan makna sebagai: (a) apa yang telah terjadi; (b) kisah
dari semua yang telah terjadi, dan uraian ilmiah tentang hal yang telah terjadi.
Dalam bahasa Arab pengertian sejarah digunakan Tarikh, yang mengandung
arti penggalan, waktu, zaman, kurun zaman, perhitungan tahun ( tahun sebelum
Masehi atau sesudah Masehi – dipakai sebutan sebelum atau sesudah tarikh
Masehi).
B. Menurut Istilah
Istilah sejarah dalam bahasa Arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata
arrakha yang berarti menulis atau mencatat; dan catatan tentang waktu serta
peristiwa. Adapula yang berpendapat bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa
Arab, Syajarah, yang berarti pohon atau silsilah. Makna silsilah lebih tertuju pada
makna padanan tarikh; termasuk dengan padanan pengertian babad, mitos,
legenda, dan seterusnya. Syajarah berarti terjadi, Syajarah an-nasab berarti pohon
silsilah.
Banyak pula yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa
Yunani, historia. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan history, bahasa Prancis
historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, dan bahasa Belanda
dikenal gescheiedenis.
Dari berbagai bahasa tersebut dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah
menyangkut waktu dan peristiwa. Oleh karena itu, masalah waktu memegang
peranan penting dalam memahami satu peristiwa. Hal ini membuat para sejarawan
cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
Istilah sejarah, dalam pengertian terminologis atau istilahi, juga memiliki
beberapa variasi redaksi. R.G Collingwood, misalnya mendefenisikan sejarah
dengan ungkapan history is the history of thought (sejarah adalah sejarah pemikiran)
; history is a kind of research or inquiry (sejarah adalah sejenis penelitian atau
penyelidikan). Collingwood juga memaknakan sejarah (dalam arti penulisan sejarah
atau historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are people who build up a
fantasy-word).
Moh. Ali mengemukakan pengertian sejarah dengan mengacu pada tiga
makna:
1. Sejumlah perubahan, kejadian, dan peristiwa kenyataan;
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 3
2. Cerita tentang perubahan, kejadian, peristiwa, atau realita;
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan peristiwa
realitas.
Menurut Sartono Kartodidjo, sejarah dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu
sejarah mentalitas (mentalited history), sejarah sosial (sosiological history), dan
sejarah struktural (structural history). Adapun Hegel berpendapat bahwa sejarah
terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Sejarah asli, memaparkan sebagian besar pada perbuatan, peristiwa, dan
keadaan masyarakat yang ditemukan di hadapan mereka.
2. Sejarah reflektif adalah sejarah yang cara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu
yang dengannya penulis sejarah berhubungan.
3. Sejarah filsafati, jenis ini tidak menggunakan sarana apapun, kecuali
pertimbangan pemikiran terhadapnya.
Sejarah adalah merekontruksi masa lalu, yaitu merekontruksi yang sudah
dipikirkan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami orang. Akan tetapi, perlu ditegaskan
bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu. Sejarah
mempunyai kepentingan masa kini dan bahkan untuk masa yang akan datang. Oleh
karena itu, terus ditulis orang, pada semua peradaban dan sepanjang waktu. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan kerangka keragaman (diversity), perubahan (change), dan
kesinambungan (continuity) melalui dimensi waktu.
Menurut Louis Gottschalk, dalam bukunya Understanding History: a Primer of
Historical Method, tentang pengertian sejarah. Sejarah dalam bahasa Inggrisnya
“history” berasal dari kata benda. Yunani “istoria” yang berarti ilmu. Filsuf Yunani,
Aristoteles, berpendapat bahwa “istoria” berarti suatu pertelaan sistematis mengenai
seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan factor atau tidak
di dalam pertelaan. Penggunaan itu, meskipun jarang, masih tetap hidup di dalam
bahasa Inggris dalam sebutan “natural history”. Akan tetapi dalam perkembangan
zaman, kata latin yang sama artinya, yaitu “scientia” lebih sering digunakan untuk
menyebutkan pertelaan sistematika non-kronologis mengenai gejala alam,
sedangkan kata “istoria” dipergunakaan bagi pertelaan mengenai gejala-gejala
(terutama hal-ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Menurut defenisi umum, kata
“history” kini berarti “masa lampau umat manusia”.
Secara ringkas , pendapat Gottschalk tentang pengertian sejarah merupakan
rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 4
Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodidjo dalam bukunya “Pendekatan Ilmu
Sosial dalam Metodologi Sejarah”, membagi pengertian sejarah pada dua aspek
penting yaitu:
1. Sejarah dalam arti subjektif sebagai suatu konstruksi atau bangunan yang
disusun oleh sejarawan sebagai suatu uraian atau cerita. Dikatakan subjektif
karena sejarah memuat unsure-unsur dan isi subjek (penulis), dan
2. Sejarah dalam arti objektif yang menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu
sendiri, sebagai proses dalam aktualitasnya. Suatu kejadian yang pernah terjadi
tidak dapat diulang atau terulang lagi.
Adapula yang mengartikan istilah sejarah dengan istilah babad, hikayat,
riwayat, atau tambo yang artinya kejadian dan peristiwa masa lampau atau asal-usul
(keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.
Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan tentang kejadian-kejadian yang
sudah lampau serta pengetahuan cara berpikir secara historis. Orang yang
mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.
Selain dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora), sejarah
juga digolongkan sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu sejarah mempelajari
berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan pada masa lalu. Ilmu
sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan
kliometrik.
Beberapa pakar sejarah mengatakan sebagai berikut:
1. J.V. Bryce: sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan
diperbuat oleh manusia.
2. W.H. Walsh: sejarah menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting
bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan dan pengalaman manusia masa
lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
3. Patrick Gardiner: sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
telah diperbuat oleh manusia.
4. Moh. Yamin: sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan
kenyataan.
5. Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas
pengertian sejarah sebagai berikut:
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 5
a. Jumlah perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar
kita.
b. Cerita tentang perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di
sekitar kita.
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejarah
mempelajari peristiwa atau kejadian pada masa lampau dalam kehidupan umat
manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan peristiwa abadi,
yaitu tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa, peristiwa unik yang
hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya,
dan peristiwa sejaarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak.
Informasi dalam sejarah, dapat diperoleh antara lain berdasarkan:
 Kurun waktu (kronologis);
 Wilayah (geografis);
 Negara (nasional);
 Kelompok suku bangsa (etnis);
 Topik atau pokok bahasan (topikal).
Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Bahkan sejarah
mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan
kegagalan perjuangan suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada,
bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia
sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari kemajuan dan kejatuhan
sebuah negara dan peradaban, juga mempelajari peristiwa politik dan pengaruhnya
pada kehidupan suatu bangsa. Sejarah juga dapat dipahami dari filsafat sosial,
kebudayaan dan teknologi.
Oleh karena itu, dapat dirumuskan defenisi sejarah, yaitu gambaran masa lalu
tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah
dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan,
yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 6
C. Sejarah sebagai Ilmu
Suatu hal dapat dikatakan sebagai ilmu apabila hal tersebut memenuhi syarat
umum yaitu objek, tujuan, metodelogi dan sistematika. Sesuatu dikatakan memiliki
objek, jika ilmu itu memiliki sasaran atau tujuan penelitian. Ilmu yang memiliki tujuan
adalah ilmu yang mengantarkan kepada tujuan tertentu seperti biologi, biologi
adalah ilmu yang memepelajari tentang mahluk hidup. Itu berarti biologi bertujuan
mengajarkan tentang mahluk hidup dan segala aspek-aspeknya. Ilmu yang memiliki
metodelogi adalah ilmu yang memiliki cara dalam mengembangkan materi-materi
yang dibahas seperti pengalaman dan sebagainya. Sedangkan ilmu yang
sistematika adalah ilmu yang secara berurutan atau kronologinya jelas sedang
membahas atau mempelajari suatu hal.
Sedangkan sejarah dikatakan sebagai ilmu, jika memiliki syarat yaitu empiris,
memiliki objek, memiliki teori, generalisasi dan memiliki metode. Berikut ini
penjabaran dari aspek tersebut :
1. Empiris
Sejarah itu empiris mempunyai arti pengalaman, ini sesuai dengan ungkapan
Kuntowijoyo (2013:46), “empiris berasal dari kata “Empeiria” Yunani yaitu
pengalaman”. Mengapa sejarah itu empiris? Sejarah berasal dari pengalaman
yang masih tercatat oleh memori kita. Pengalaman yang tadi telah diamati
dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan itulah yang diteliti keabsahannya
oleh sejarawan untuk menentukan fakta. Fakta itu ditafsirkan secara berbeda-
beda. Jika suatu ilmu alam memiliki objek yang pasti. Sedangkan sejarah
menjadikan bukti sebagai objeknya. Letak perbedaan ilmu alam dan sejarah
dilihat dari bagaimana mereka mangamati objeknya bukan dari cara kerjanya.
Jika dalam ilmu alam mereka bisa mengulang-ulang percobaan tentang suatu
hal, akan tetapi dalam sejarah, hal itu tidak bisa dilakukan, karena sejarah itu
hanya terjadi satu kali karena bersifat pengalaman, seperti pada saat proklamasi.
Kejadian ini tidak bisa terjadi kembali dan diulang-ulang untuk diteliti. Hal ini yang
menjadi sebab muncul pebedaan pendapat dari para sejarawan dalam
mendiskripsikan suatu peristiwa tersebut. Karena kebenaran dalam sejarah
hanya ada pada peristiwa itu sendiri.
2. Mempunyai Objek
Berbeda dari sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya. Sejarah
mempelajari manusia yang dikejar oleh waktu. Jika lebih dikhususkan, objek
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 7
penelitian sejarah memang manusia. Akan tetapi waktu sangat berperan penting
dalam proses pembelajaran sejarah. Kebanyakan sejarawan bingung bagaimana
menentukan waktu pas terjadinya sejarah tersebut. Kebanyakan ilmuwan hanya
mengira-ngira waktu terdekat sejarah itu terjadi. Karena informasi yang mereka
dapatkan sangat minim dan peristiwa tersebut tidak bisa terulang kembali.
3. Mempunyai Teori
Seiring dengan munculnya banyak filsafat sejarah di muka bumi. Tentu saja,
hal ini juga memicu munculnya teori-teori tentang sejarah.teori yang terdapat
dalam sejarah ini berbeda-beda antara negara yang satu dengan yang lain,
contohnya saja di Amerika yang beroriantasi pragmatis sedangkan di Belanda
mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif. Ini semua sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2013:48) “di universitas-universitas Amerika
yang berorientasi pragmatis, tidak diajarkan teori sejarah yang bersifat filosof.
Sebaliknya, di negara Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih
kontemplatif, teori sejarah yang bersifat filosof yang diajarkan”.
4. Mempunyai Generalisasi
Generalisasi sejarah memiliki arti seperti yang diungkapkan Kuntowijoyo
dalam bukunya pengantar ilmu sejarah. Kuntowijoyo (2013:48).
Generalisasi, dari bahasa latin “generalis” yang berarti umum. Sama dengan ilmu
lain sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Hanya saja perlu
diingat kalau ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sejarah itu pada dasarnya bersifat
ideografis. Kalau sosiologi membicarakan masyarakat di pojok jalan atau
antropologi membicarakan pluralisme amerika, mereka dituntut untuk menarik
kesimpulan-kesimpulan umum yang berlaku dimana-mana dan dapat dianggap
sebagai kebenaran umum.
Generalisasi dalam hal sejarah disini mempunyai arti koreksi dari kesimpulan
ilmu pengetahuan lain yang kurang akurat. Banyak kejadian atau ilmu yang
belum mempunyai jawaban pasti, akan tetapi setelah menyangkut pautkan
dengan sejarah akhirnya ditemukan jawaban yang pasti.
5. Mempunyai Metode
Hal ini berkaitan dengan tujuan ilmu sejarah, yaitu menjelaskan tentang
kontinuitas dan perubahan dalam kehidupan umat manusia. Unmtuk
mengetahuinya, maka perlu ada cara atau metode dalam menjelaskannya. Cara
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 8
sistematis rekonstrusi masa silam meliputi heuristic, kritik, interpretasi, dan
historiogarafi.
D. Manfaat Mempelajari Sejarah
Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa
sejarah terus ditulis orang, disemua peradaban dan sepanjang waktu, sebenarnya
cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Perspektif tentang nilai guna
(mempelajari) sejarah memang tidak mudah disamakan antara yang belajar sejarah
dan mereka yang tidak memahami sejarah. Tetapi bagi mereka yang meragukan
hasil peradaban manusia ini, maka akan dipaparkan manfaat dan kegunaan sejarah.
Secara umum, guna sejarah dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Edukatif (Pendidikan)
Banyak manusia yang belajar dari sejarah atau pengalaman, baik yang
dilakukan sendiri, oleh orang lain atau oleh generasi sebelumnya. Kita sering
mendengar ungkapan “belajarlah dari sejarah” atau “sejarah mengajarkan kepada
kita”. Menurut C.P. Hill fungsi sejarah bagi peserta didik adalah untuk:
a. Memuaskan rasa ingin tahu tentang orang lain, para pahlawan, dan
membangkitkan kekaguman tentang kehidupan manusia pada masa lampau.
b. Mewariskan kebudayaan umat manusia kepada para siswa.
c. Membantu mengembangkan rasa cinta tanah air dikalangan siswa.
Melalui sejarah manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan cara
meniru pengalaman-pengalaman yang baik serta membuang pengalaman yang
tidak baik dari generasi sebelumnya.
2. Inspiratif (Wawasan)
Sejarah berguna untuk memberikan inspirasi atau pemikiran. Berbagai
peristiwa pada masa lampau akan memberikan inspirasi pada pembentukan moral
dan karakter (nation building). Misalnya semangat 1945 yang memiliki nilai-nilai
persatuan dan kesatuan, rela berkorban, berjuang tanpa pamrih dan cinta tanah air.
Melalui sejarah, maka generasi muda, khususnya pelajar dan mahasiswa
dapat memiliki inspirasi dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa
melalui bidang pendidikan dengan cara menyerap dan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan demikian sejarah dapat menimbulkan munculnya ide-ide
serta kreatifitas bagi kalangan para pemuda dalam rangka turut serta melaksanakan
pembangunan bangsa.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 9
3. Interaktif (Dialog)
Sejarah menurut Edward Hellet Carr adalah sebuah dialog yang tidak
berkesudahan. Dialog antara sejarawan dengan masa lalu hanya bisa dilakukan
dengan menggunakan sumber sejarah. Dengan demikian, proses berdialog dengan
masa lalu membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam membuka lembaran-
lembaran dan ingatan kolektif tentang informasi terkait dengan kejadian masa lalu.
Kualitas dialog sangat ditentukan oleh ketersedian sumber sejarah. Artinya,
kunci dari dialog sejarah, yang membedakan dengan ilmu sastra (yang juga
menggunakan imajinasi dalam menjelaskan kesan penulisnya) ialah pada
penggunaan sumber sejarah. Proses dialog ini tidak akan pernah berakhir, selama
sumber sejarah masih dapat digunakan dan sejarawan masih menjalankan tugasnya
dengan sungguh-sungguh untuk mengkomunikasikannya dengan manusia yang
hidup sekarang.
4. Rekreatif (Kesenangan)
Biasanya situs-situs sejarah dan prasejarah disamping sebagai kekayaan
ilmiah, juga dapat dijadikan tempat pariwisata yang akan membawa dampak bagi
perekonomian daerah maupun nasional. Karena dengan melihat jejak-jejak sejarah
pada situs-situs tersebut orang akan diajak kembali berekreasi menikmati keindahan
masa lampau.
Dalam fungsi rekreatif sejarah berperan sebagai pemandu atau memberikan
petunjuk-petunjuk penting terhadap peninggalan-peninggalan sejarah. Dari sejarah,
orang akan memperoleh informasi secara lengkap terhadap peninggalan-
peninggalan sebagai bukti bahwa pada masa lampau manusia telah
mengembangkan kebudayaan dari berbagai aspek kehidupan.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 10
BAB II
METODE SEJARAH
A. Pengertian dan Proses Metode Sejarah
Setiap ilmu mempunyai metode. Tanpa metode, kumpulan pengetahuan
tentang objek tertentu tidak dapat dikatakan sebagai ilmu, sekalipun masih ada
syarat lain. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni Methodos yang berarti
cara atau jalan. Dalam kaidah ilmiah, metode berkaitan dengan cara kerja atau
prosedur untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan.
Metode sejarah mengandung makna sekumpulan prinsip dan aturan. Metode
sejarah juga bermakna suatu proses. Dua pengertian tersebut kedudukannya sama
kuat, jika yang satu merupakan prinsip-prinsip, yang lain proses.
Defenisi pertama mengambil pendapat Gilbert J. Garraghan S.J., “Historical
method is a systematic body of principles and rules designed to aid effectively in
gathering the source-materials of history, appraising the critically, and presenting a
syinthesis (generally in written form) of the result achieved” (metode sejarah adalah
sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan bagi
sejarah, menilai secara kritis, dan menyajikan suatu sintesis dari hasil-hasilnya,
biasanya dalam bentuk tertulis).
Defenisi lain adalah, “The process of critically examing an analyzing the
record and survivals of the fast is here called historical method” (proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau).
Di sini prosesnya yang ditekankan, tetapi isinya sama. Jadi, metode sejarah
ialah sarana sejarawan untuk melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah.
Ada empat tahap proses metode sejarah. Pertama, heuristik (yunani:
heuriskein), artinya to find yang berarti tidak hanya menemukan, tetapi mencari
dahulu baru menemukan. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan
sumber-sumber. Tempat untuk memperoleh sumber-sumber sejarah yaitu:
1. Museum: tempat penyimpanan benda-benda kuno untuk yang bersifat
arkeologis, epigrafis, dan numismatis.
2. Perpustakaan: tempat penyimpanan dan pembacaan buku-buku; guna
mendapatkan keterangan mengenai sumber sejarah.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 11
3. Arsip Negara: tempat penyimpanan dokumen-dokumen resmi
4. Arsip: tempat penyimpanan dokumen pribadi antiquar, dokumentasi
perusahaan, dokumentasi pemerintah, dan sebagainya.
Kedua, setelah menemukan sumber-sumber, sumber-sumber itu di uji dengan
kritik. Ada dua macam kritik, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern
menyangkut dokumen-dokumennya. Jika ada dokumen, misalnya kita teliti apakah
dokumen itu dikehendaki atau tidak, apakah palsu atau tidak, apakah utuh ataukah
sudah diubah sebagian-sebagian. Jika sudah puas mengenai suatu dokumen, kita
melihat isinya. Cara menilai isinya dilakukan dengan kritik intern.
Tujuan kritik adalah menyeleksi “data” menjadi “fakta”. Di kalangan
masyarakat luas, data dan fakta dicampuradukan. Padahal, keduanya tidak sama.
Data adalah semua bahan; fakta adalah bahan yang sudah lulus diuji dengan kritik.
Jadi, fakta itu sudah terkoreksi.
Ketiga, setelah memperoleh sejumlah fakta yang cukup, kita merangkaikan
fakta-fakta itu menjadi suatu keseluruhan yang masuk akal. Ini dilakukan dalam
tahap ketiga metode sejarah, yaitu tahap “interprestasi” atau tahap penafsiran.
Setelah selesai penafsirannya, kita sampai pada tahap terakhir, yaitu
“historiografi”, yaitu “penulisan sejarah”. Tujuan kegiatan ini adalah merangkai fakta-
fakta menjadi kisah sejarah. Historigrafi menurut Gottschalk adalah kontruksi yang
imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh
proses.
B. Objektivitas dan Subjektivitas Sejarah
Objektivitas dan subjektivitas sering dipersoalkan oleh masyarakat, apalagi
dalam hal penulisan sejarah. Hal ini karena sejarah tidak mungkin objektif, sekalipun
sejarawan telah berusaha bersikap subjektif dalam menulis sejarah. Selanjutnya,
sekalipun sama-sama berdasarkan objektivitas, hasil dari sejarawan suatu masa
berbeda dan karya sejarawan masa lain mengenai objek yang sama. Demikian pula,
hasil dari sejarawan suatu bangsa, berbeda pula dari sejarawan dari bangsa lain
mengenai objek yang sama. Jadi, kenyataannya sejarah dibuat oleh manusia
berdasarkan fakta-fakta atau warisan masa lalu.
Manusia adalah “subjek”, sedangkan fakta atau warisan masa lalu adalah
“objek”. Bagaimanapun objektivitas telah diusahakan, objektivitas itu tenggelam
dalam kesubjektifan. Hal ini karena untuk menjadi sejarah, objek harus ditafsirkan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 12
oleh subjek. Tanpa penafsiran, objek akan menjadi pseudo sejarah ( hanya
melukiskan yang berbentuk kronik atau annal). Jadi, sejarawan seakan seorang
pelukis tentang fakta atau warisan yang lalu. Lukisannya baru menjadi sejarah,
apabila dalam urutan peristiwanya dicapai suatu gambaran, bentuk, yaitu dengan
mengemukakan pengertian dari peristiwa-peristiwa itu.
Terdapat hal yang kontradiksi, sebagai ilmu, sejarah harus objektif. Ilmu tanpa
objektivitas berhenti sebagai ilmu. Artinya, nilai karya sejarawan bergantung pada
objektivitasnya. Suatu karya sejarah akan jatuh nilainya, apabila sejarawannya tidak
objektif. Sejarah ini hilang sifat ilmiahnya, bertukar dengan sifat lain, seperti sifat
legendaries, mythisch, politis atau syauvinistis (adaptasi ejaan lidah Indonesia dari
chauvinismus, yang bermakna kesukaan yang berlebihan pada segala sesuatu dari
lingkungan sendiri atau cinta tanah air yang berlebihan sehingga melahirkan akses).
Menurut Nugroho Notosusanto, subjektivitas timbul karena hal berikut:
1. Sikap berat sebelah (personal bias), misalnya sejarawan yang menyukai
pahlawan-pahlawan, hampir dapat dipastikan menganggap bahwa sejarah dunia
pada dasarnya adalah sejarah orang-orang besar (universal history, the history of
what man has accom-plished in this world, it at bottom the history of the great
men who have worked here).
2. Prasangka kelompok (group prejudice), yaitu sikap berat sebelah karena
kelompok-kelompok. Misalnya, tentang sejarah Diponegoro. Bangsa Belanda
mengatakan bahwa Diponegoro adalah seorang pemberontak. Akan tetapi, bagi
bangsa Indonesia, Diponegoro dinilai dan dikatakan sebaliknya.
3. Teori-teori interprestasi sejarah yang bertentangan. Inilah yang berpengaruh di
dalam proses sejarah. Ada yang menyatakan faktor-faktor ekonomi, ada pula
yang mengatakan bahwa “bahwa politik adalah panglima”. Artinya, yang
menentukan segala-segalanya adalah politik. Adapula yang menyatakan faktor-
faktor budayalah yang menentukan.
4. Konflik filsafat. Misalnya, pendapat orang yang menganggap bahwa Tuhan itu
Mahakuasa, tentu berbeda dengan orang yang menganggap Tuhan itu tidak ada.
Kalau orang menganggap Tuhan itu ada, tentu sejarah yang ditafsirkan ada
kaitannya dengan Tuhan. Kaitan itu dapat langsung ataupun tidak langsung.
Akan tetapi, bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan, tentu tidak ada Tuhan
didalam sejarah. Ini juga akan menyebabkan prasangka atau sikap berat
sebelah.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 13
Pernyataan segera timbul, mengapa terdapat dua sejarah atau lebih yang
berbeda tentang suatu bangsa, masyarakat atau kejadian?. Kalau hal ini ditinjau
secara filsafat, perbedaan itu harus ada. Sejarah adalah buatan sejarah. Pikiran
manusialah yang membuat sejarah. Karena pikiran itu tidak sama (lihat empat faktor
diatas), tidak sama pula hasilnya. Selanjutnya, jika terhadap peristiwa yang baru
sama-sama dialami, tetapi memunculkan pendapat yang berbeda, apalagi terhadap
peristiwa yang tidak mereka alami sendiri dan kejadiannya sudah jauh berlalu.
Oleh karena itu, “kenyataan” dan “kebenaran” sejarah bukan harus sampai
pada kenyataan dan kebenaran mutlak. Hal itu di luar kemampuan disebabkan
beberapa faktor, seperti hilangnya petunjuk, rusaknya bekas peninggalan, atau
seperti ada tujuan atau kepentingan tertentu (lihat empat faktor di atas).
Pada pihak lain, sejarawan dapat menemukan dokumen palsu, baik dengan
maksud propaganda, membela ide tertentu, demi popularitas, maupun perdagangan
dan keuntungan. Oleh karena itu, bekas peninggalan manusia harus dapat dipelajari
dengan jiwa kritis dan hati-hati.
Nilai sejarah yang tertulis, menurut Dr. Hasan Usman, harus didefenisikan
berdasar atas asas-asas yang esensial berikut:
1. Jenis data yang informasinya dijadikan sumber oleh penelitian harus terus
digali. Apakah berupa ukiran atau peninggalan kuno yang baru, yang
validitasnya atau informasinya dapat dipercaya, atau merupakan sumber
dokumen, surat-surat yang dikeluarkan dari arsip historis yang diyakini tidak
palsu dan dapat dijadikan informasi yang valid, belum pernah diumumkan
atau belum pernah digunakan secara sempurna, atau data yang dijadikan
pegangan peneliti hanya data sekunder yang tidak memilikinilai ilmiah.
2. Nilai sejarah yang ditulis ditentukan berdasarkan kemampuan peneliti dalam
mempelajari dan menelitinya, dan kemampuannya mengkritik manuskrip,
sumber-sumber dan referensi yang ada, dan berdasarkan system
penyimpulan, para peneliti saling berbeda atau satu sama lain sejalan dengan
perbedaannya dalam memahami, menginterprestasikan, dan menyingkapkan.
3. Nilai sejarah yang ditulis ditentukan oleh upaya peneliti menjauhkan dirinya
dari memihak dan hawa nafsu, dan penyesuaiannya dengan fakta sekedar
kemampuannya. Terkadang, seorang peneliti terpengaruh oleh jiwa masa
tertentu, seperti masa peperangan Salib atau masa Revolusi Industri atau
pertumbuhan demokrasi atau lahirnya sosialisme, sehingga ia menulis
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 14
dengan berusaha menundukkan tema tertentu pada pendapat dan
pemikirannya.
Pokok-pokok pikiran tersebut menunjukkan bahwa nilai sejarah yang tertulis
ditentukan berdasarkan tingkat pengetahuan seorang peneliti dan system penelitian
yang dipergunakan juga berdasarkan bakat seseorang. Di sinilah sejarawan harus
belajar membaca dan menginterprestasikan dokumen, monument sebagai
pengetahuan bekas-bekas aktivitas masa lampau, tetapi yang disampaikan kepada
kita dengan bahasa sendiri.
Sehubungan dengan itu, jelas bahwa ilmu sejarah tidak hanya mencatat pada
fakta, tetapi mencari realisasinya. Fakta-fakta yang merupakan kerangka belaka,
baru hidup setalah ada saraf, darah, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam
mencari realisasi antara fakta-fakta dalam sejarah, berarti kita membuat interprestasi
(tafsiran) sejarah. Jika demikian, sejarah sebagai ilmu sejarah adalah ingatan
kolektif tentang masa lampau.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 15
BAB III
PENULISAN SEJARAH
A. Penulisan Barat
1. Penulisan Zaman Yunani - Romawi
Dalam masalah sejarah penulisan sejarah (historiografi), para pakar sejarah
umumnya melihat kepada historiografi Eropa karena dari wilayah inilah bermula
munculnya tradisi penulisan sejarah, khususnya sejarah sebagai kajian ilmiah. Di
Yunani tradisi penulisan itu sudah dimulai yang disusun dalam bentuk puisi,
misalnya karya Homer, yaitu Illiad-Odessy yang menceritakan kehancuran kerajaan
Troya tahun 1200 SM. Meskipun karya ini bertolak dari suatu kenyataan masa
lampau, namun budaya zaman yang hidup waktu itu telah membuat karya lebih
menyerupai mitologi daripada karya sejarah. Banyak aspek supernatural
dipergunakan sebagai dasar penjelasannya mengenai sebab-musabab terjadinya
suatu peristiwa. Seperti telah disinggung di atas, penulisan sejarah yang lebih
rasional baru muncul sekitar abad ke-5 SM, yaitu dengan terbitnya karya Herodotus
yang disusul oleh karya Thucydides.
Tradisi Yunani itu kemudian dijadikan model oleh para sejarawan Romawi,
antara lain oleh Polybius (orang Yunani yang dibesarkan di Roma). Ia banyak
menulis tentang masa akhir Yunani sampai awal berdirinya Romawi. Penulis
Romawi sendiri antara lain: Julius Caesar (100-44 SM), Gaius Sallustius Crispus (ca.
86-34 SM), Titus Livius (59 SM-17 M), dan Pablius Cornelius Tacitus (ca. 55-120 M).
Julius Caesar adalah seorang jenderal yang kemudian menjadi kaisar,
menulis Commentaries on Gallic War, yang merupakan memoir tentang suku Gallia,
dan civil War yang merupakan penjelasan mengenai sebab-musabab terjadinya
perang Gallia, sekaaligus tentang adat-istiadat suku tersebut.
Sallustius terkenal dengan monografi dan biografinya. Bentuk karya yang
disebut terakhir sekaligus menjadi salah satu ciri bagi penulisan sejarah era
Romawi. Ia menulis history of Rome, Conspiracy of Catiline, Jugurtbine War.
Analisanya dinilai cukup netral, namun sayang dia ceroboh dalam masalah kronologi
dan geografi sehingga mengurangi nilai karyanya itu.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 16
Livius merupakan salah satu contoh penulis yang hampir sepenuhnya
menggunakan model Yunani. Dalam pembuktiannya ia lebih banyak mengemukakan
retorika sehingga mengorbankan kebenaran sejarah. Karyanya tentang berdirinya
kota Roma merupakan campuran antara data faktual dan fantasi.
Tacitus menulis Annals, Histories, dan Germania. Karyanya itu merupakan
paduan antara karya Livius yang cenderung pada retorika dan Polybius yang
cenderung pada sejarah. Ia tercatat sebagai orang pertama yang melukiskan sebab
moral runtuhnya kekaisaran Romawi.
2. Penulisan Zaman Abad Pertengahan
Tradisi Yunani yang dilanjutkan oleh Romawi itu kemudian terhenti oleh
kemenangan Kristen di Eropa. Kebudayaan Yunani-Romawi yang bertumpu kepada
kekuatan akal dianggap sebagai hasil setan karenanya harus ditolak dan digantikan
dengan kebudayaan Kristen yang bertumpu pada agama dan supernatural. Menurut
pandangan yang disebut terakhir, sejarah tidak bisa dipisahkan dari teologi atau
agama. Sebagai contoh dalam periodisasi atau pembabakan sejarah disesuaikan
dengan ajaran yang ada pada kitab Injil (Perjanjian Baru). Sebagai contoh adalah
skema periodesasi yang disusun Augustine:
--O------- 1 ----0------ 2 -------0------ 3------0------- 4 -----0---- 5 -------0---- 6 ------0--------
Adam---Nuh------Ibrahim-------- Daud -------Babylonia ----Jesus----- kedatangan Jesus
ke-2.
The City of God adalah karya Augustine (ca. 354-430 M) yang merupakan
filsafat sejarah Kristen yang cukup berpengaruh, khususnya pada abad pertengahan
yang sering dikenal dengan sebutan “Abad Kegelapan” (The Dark Ages) yang
melahirkan struktur masyarakat feudal di Eropa. Menurut pandangan Kristen orang
harus memilih antara Tuhan dan setan. Orang yang terlibat dalam sejarah suci akan
dimenangkan oleh Tuhan. Pada masa ini pusat penulisan sejarah terdapat di gereja
dan Negara dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama. Tinjauan kritis dan
netral yang didukung oleh data-data faktual tidak terlihat pada zaman Kristen di
Abad Pertengahan ini.
Karya-karya yang lahir pada abad-abad ini antara lain: Chronographia karya
Sextus Julius Africanus (ca. 180-250 M) yang mengungkapkan bahwa dunia
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 17
diciptakan Tuhan pada 5499 SM; Seven Books Against the Pagan karya Paulus
Orosius (ca. 380-420 M) murid Augustine, yang menguangkapkan pembelaannya
atas peradaban Kristen yang dituduh sebagai penyebab runtuhnya Romawi (Barat)
pada abad ke-5 M. Dalam karyanya itu itu Orosius mengatakan bahwa keruntuhan
paganisme sudah menjadi kehendak Tuhan, karena orang-orang kafir itu akan
runtuh.
3. Penulisan Zaman Renaissance, Reformasi dan Kontra Reformasi.
Sejalan dengan semakin pulihnya keamanan dan perdagangan di Eropa,
sekaligus sebagai pertanda berakhirnya Abad Pertengahan pada abad ke-15, untuk
memasuki era Renaissance. Pada era ini semangat paga dan kebudayaan klasik
Yunani-Romawi menjadi model. Corak penulisan sejarah pun kembali mengalami
perubahan. Pembuktian kebenaran sejarah tidak lagi bersandar pada wahyu
melainkan pada akal, teologi yang dogmatis diganti dengan ilmu. Hal ini antara lain
tercermin dari karya Lorenzo Valla (1407-1457) yang menulis The History of
Ferdinand I of Aragon, The History of Ferdinand I of Aragon, yang berupaya
membuktikan bahwa berita kaisar Konstantinus (memerintah 305-337) telah
memberikan hak politik kepada paus adalah tidak palsu. Meskipun kebenaran yang
dikemukakannya juga dapat disangkal oleh yang lain, namun keberaniannya dalam
melakukan kritik merupakan satu langkah yang maju waktu itu.
Dekonstruksi terhadap historiografi Abad Pertengahan berlanjut pada masa
“Reformasi”. Hal ini antara lain tercermin dari karya lacich Illyricus (1520-1575),
Magdeburg Centuries yang merupakan sejarah polemik. Dalam bukunya itu ia
banyak menyerang institusi kepausan dari segi hukum dan konstitusi. Buku ini
benyak dikecam oleh gerakan “kontra Reformasi” yang berupaya menegakkan
kembali kewibawaan gereja Katholik yang dinilai telah dirusak oleh gerakan
Reformasi. Cardinal Caesar Baronius (1538-1607) misalnya menulis buku
Ecclesistical Annals yang merupakan jawaban langsung terhadap tuduhan dari buku
Magdeburg Centuries. Tulisannya itu jelas merupakan karya yang memihak dan
apologetis, yang banyak mengalihkan isu yang penting ke isu sekunder yang tidak
relevan. Meskipun demikian nilai buku itu cukup tinggi, terutama dalam penggunaan
sumber datanya.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 18
4. Dari Rasionalisme ke Liberalisme
Seperti telah disinggung di atas, dari segi pengungkapan kebenaran sejarah,
model Yunani dengan retorikanya masih cukup Nampak pada abad ke-17 dan ke-
18. Abad ini yang sering disebut sebagai Abad Rasionalisme-Pencerahan telah
melahirkan banyak karya, misalnya: Essay on the manners and spirit of the Nation
karya Voltaire (1697-1778) yang terbir pada tahun 1756. Buku ini merupakan sejarah
umum yang membeberkan sumbangan bangsa-bangsa Timur dan Islam terhadap
peradaban dunia dan Eropa; History of England from the Invasion of Julius Caesar
to the Revolution of 1698 karya David Hume (1711-1776); dan The History of the
Decline and Fall of the Roman Empire karya Edward Gibbon yang terbit pada tahun
1776. Seperti telah disinggung di atas, Gibbon merupakan sejarawan pertama yang
menggunakan eviden (dokumen) untuk pembuktian kebenaran sejarah. Selain
gayanya yng berbeda, akurasinya dalam penulisan yang didukung dengan bukti-
bukti membuat karyanya menjadi penting dan ‘abadi’ dalam historiografi dunia.
Meskipun ia tergolong sejarawaan rasionalis, namun dalam menulis tentang
kemunculan agama Kristen di dunia Barat cukup obyektif, demikian pula mengenai
sumbangan Islam pada peradaban dunia.
Historiografi pada abad ke-19 ditandai dengan beberapa ciri yang cukup
menonjol, antara lain: (1) penghargaan kembali pada Abad Pertengahan, (2)
munculnya liberalism, (3) munculnya filsafat sejarah, dan (4) nasionalisme. Sejarah
yang bersifat nasionalistis misalnya Address to the German Nation karya Johann
Gottlieb Fitchte (1762-1814). Dalam buku ini ia mengemukakan perbedaan antara
orang-orang Jerman yang disebutnya Urvolk alias bangsa yang masih murni dan
orang-orang Eropa selatan yang disebutnya Mischvolk alias bangsa campuran yang
sedang mengalami keruntuhan. Tulisannya itu telah memberi dorongan timbulnya
nasionalisme Jerman.
Abad 19 selain melahirkan Leopold von Ranke yang dianggap sebagai bapak
sejarah science, juga melahirkan banyak pemikir-pemikir sejarah (filsafat sejarah)
yang berpengaruh pada perkembangan teori dan metode sejarah pada tahun-tahun
berikutnya. Misalnya: Georg Wilhelm Friederich Hegel (1770-1831) yang menulis
buku Philosophyof History. Dalam bukunya itu ia berpendapat bahwa sejarah itu
maju dengan cara dialeksis. Diawali dengan tesis yang mendapat perlawanan dari
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 19
satu kekuatan yang disebut anti-tesis. Dari pertarungannya itu melahirkan sintesis
sebagai tujuan akhir. Pada gilirannya nanti sintesis ini akan berubah menjadi tesis
baru, yang kemudian berproses sampai menghasilkan sintesa baru, dst. Heinrich
Karl Marx (1818-1883) memakai dialektika Hegel, dengan proletariat sebagai sarana
pembebasan manusia.
Pengaruh filsafat sejarah Hegel ini antara lain nampak pada karya Francis
Fukuyama, The End of History and The Last Man yang terbit pertama kali pada
tahun 1992. Dalam karyanya itu Fukuyama menginterpretasikan perkembangan
masyarakat dunia (masa kontemporer) didorong oleh dua faktor, yaitu (1)
perkembangan ekonomi yang didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
(2) keinginan untuk diakui, dihargai, dan persamaan hak. Kedua faktor inilah yang
sering digugat oleh system komunis yang dapat dinilai sebagai kekuatan anti-tesis
yang kemudian menghasilkan tujuan akhir sejarah manusia, yaitu masyarakat
kapitalis dengan sistem politik demokrasi liberalnya.
Menjelang akhir abad ke-19 kebenaran yang dikemukakan oleh Ranke mulai
diragukan, sebab menulis sejarah “sebagaimana yang terjadi dinilai bertentangan
dengan psikologi. Sadar atau tidak, setiap orang yang menulis pasti mempunyai
maksud dan tujuan tertentu. Fakta sejarah bukanlah batu bata yang tinggal dipasang
saja, melainkan fakta yang dipilih dengan sengaja oleh sejarawan. Seperti
dikemukakan oleh Carl L.Becker (1873-1945), pemujaan terhadap fakta hanyalah
ilusi. Sementara itu James Harvey Robinson (1863-1936) mengatakan bahwa
sejarah kritis kita hanya dapat menangkap “permukaan”, tidak dapat menangkap
realitas di bawah dan tidak dapat memahami perilaku manusia. Atas dasar
pemikiran itu maka muncul gagasan baru tentang perlunya “sejarah baru” atau “new
perpective on historical writing”.
Berbeda dengan historiografi modern yang dipelopori Ranke yang
menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan perlunya penggunaan ilmu-ilmu
sosial, sekaligus mendekatkan kembali ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial,
sehingga seringkali sejarah baru itu disebut sebagai “sejarah sosial”.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 20
B. Penulisan Tiongkok
Sejarah Tiongkok ditulis dalam kamus-kamus besar yang disusun sistematis
dan dimulai sejak awal zaman dinasti Tiongkok. Sejarah Tiongkok yang agak terang
diketahui ialah semenjak 1500 SM. Dinasti tertua adalah dinasti Tsjou (1050 – 256
SM).
Pada masa ini, norma-norma susila dijamin dan dilindungi oleh kerajaan.
Tidak heran jika kebudayaan yang menitikberatkan susila dalam kehidupannya,
mengajukan pertanyaan tentang kehidupan masa lalu. Disusunlah sejarah untuk
menjawab pertanyaan ini. Objek sejarah atau factor yang tetap dipandang dalam
sejarah adalah kebajikan dan susila.
Bentuk sejarah adalah annal resmi dari berbagai dinasti, riwayat hidup dari
orang-orang ternama, lukisan perjalanan, perantauan, pengembaraan, dan
pembicaraan yang bersifat khusus. Karena pokok-pokoknya beragam sekali tanpa
ukuran yang penting, penulisan sejarah tenggelam dalam jumlah kekhususan yang
tidak habis-habisnya.
C. Penulisan Indonesia
Penulisan sejarah di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak masa kerajaan
Hindu-Buddha berkembang di kepulauan Indonesia, misalnya “Pararaton”, “Negara
Kertagama”, dan “Carita Parahiyangan”. Demikian pula era kesultanan atau
kesunanan yang bercorak Islam, terbit misalnya; “Hikayat Tanah Hitu”, “Tuhfat al
Nafis”, “Babad Tanah Jawi”, dan “Babad Kraton”. Akan tetapi karya-karya para
“sejarawan” atau tepat para pujangga dinilai kurang bernilai sejarah karena sarat
dengan mitos-mitos seperti halnya historiografi Abad Pertengahan di Eropa. Sifatnya
primordial atau istana sentries, legitimasi, anakronis, dengan sumber data yang
seringkali sulit dilacak serta analisa sebab-musabab supernaturalnya. Oleh karena
itu pada awalnya tidak sedikit sejarawan akademik yang menilai karya-karya seperti
itu tidak patut dijadikan sebagai referensi penelitian sejarah ilmiah.
Salah satu pujangga istana Surakarta, Yasadipura (1729-1805) barangkali
dapat disebut sebagai ‘sejarawan’ yang mulai mengkaji kembali karya-karya
historiografi tradisional Indonesia. Ia menulis Babad Giyanti yang merupakan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 21
penafsiran kembali karya-karya yang lebih tua, yang disesuaikan dengan kebutuhan
zamannya. Kemudian pada abad ke-19 beberapa pelaku sejarah juga menuliskan
sejarahnya, seperti Pangeran Dipenogoro menulis Babad Dipenogoro, yang
ditulisnya pada tahun 1835, semasa dia berada di pengasingan. Mungkin saja masih
banyak pujangga dan pelaku sejarah Indonesia yang menulis, namun sejalan
dengan perkembangan dunia kolonial, penelitian, pengumpulan data dan komunikasi
pemikiran sejarah pada abad ke-19 hampir sepenuhnya berada di tangan orang-
orang Belanda/Barat. Selain itu mereka mempunyai tradisi dalam historiografi
kolonial yang cukup lama Oleh karena itu pada masa kolonial, sejarah dianggap
benar dan penting-bahkan oleh orang-orang Indonesia berpendidikan adalah “babad
londo” dengan tokoh-tokohnya yang berkuasa seperti gubernur jenderal dan para
residennya, bukan sultan, susuhunan, kiai atau pemimpin Indonesia lainnya.
Awal abad ke-20 perkembangan historiografi Indonesia dimulai dengan
munculnya studi sejarah yang kritis. Husein Djajadiningrat dapat dikatakan sebagai
orang Indonesia pertama yang melakukan prinsip-prinsip metode kritis sejarah.
Karyanya, Critische Beschouwingen van de Sejarah Banten (1913) sebenarnya
merupakan studi filologis yang menggunakan historiografi tradisional sebagai
obyeknya. Kemudian pada tahun 1936 giliran saudaranya, Pangeran Aria Achmad
Djajadiningrat yang menerbitkan karya biografinya, Kenang-kenangan Pangran Aria
Achmad Djajadiningrat (Herrineringen van Pangran Aria Achmad Djajadiningrat)
dalam dua bahasa, Indonesia dan Belanda.
Sejalan dengan berkembangnya metode kritis, perkembangan nasionalisme
Indonesia yang berkembang sejak awal tahun 1920-an, membutuhan pula sejarah
yang dapat menunjukkan identitas dan simbol keindonesiaan. Semangat inilah yang
mendorong penulisan sejarah dengan pendekatan “Indonesia sentries”
menggantikan sudut pandang “Eropa sentries” atau “Belanda sentries” yang
berkembang waktu itu. Namun seperti dikemukakan oleh Coolhaas bahwa harapan
penulisan sejarah Indonesia akan sulit berkembang mengingat orang-orang
Indonesia masih sedikit yang terlibat secara aktif dalam politik. Kenyataannya
memang demikian, sampai meletusnya Perang Dunia II karya-karya sejarah kolonial
masih mendominasi, di antaranya karya FW Stapel dkk, Geschiedenis van
Nederlandsch-Indiё, yang mempunyai pengaruh besar terhadap penulisan sejarah
Indonesia kemudian, terutama buku-buku ajar sejarah pada tingkat sekolah
menengah.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 22
Setelah proklamasi kemerdekaan literatur sejarah Indonesia mengalami
“booming”. Semangat nasionalisme yang berkobar-kobar dalam periode post
colonial telah mendorong diterbitkannya buku-buku sejarah yang “Indonesia Sentris”.
Oleh karena itu pada periode post revolusi ini banyak diterbitkan biografi tokoh-tokoh
maupun pahlawan nasional seperti: Teuku Umar, Imam Bonjol, Pattimura, Nuku dan
Diponegoro karena obyek-obyek penulisan seperti ini yang mampu menunjukkan
identitas dan symbol keindonesiaan. Demikian pula sejarah perlawanan terhadap
penjajah, seperti Perang Dipenogoro, Perang Aceh, Perang Padri, pergerakan
nasional dan sebagainya menempati posisi yang sama seperti biografi para tokoh
tadi. Tidak sedikit politisi aktif yang ikut menulis sejarah seperti Mr. Muhammad
Yamin menghasilkan beberapa karya sejarah, antara lain 6000 Tahun Sang Merah
Putih, atau menuliskan memoarnya, seperti TB Simatupang menulis Laporan dari
Banaran (1960).
Semangat patriotisme yang berkobar-kobar namun tidak disertai dengan
penguasaan metode sejarah teknis membuat banyak karya sejarah terbit pada
periode ini sulit dipertanggungjawabkan dengan metode kritis. Dapat dikatakan
sebagian besar karya sejarah waktu itu tidak lebih dari sejarah kolonial yang diputar
balik peranan pelakunya, dari “pemberontak” menjadi “pahlawan”, dari “jahat”
menjadi “baik”, dari pemberontak Diponegoro menjadi pahlawan Diponeogoro dan
seterusnya. Karena itu pula banyak kritik terhadap karya seperti itu. Tidak sedikit
pula sejarawan asing yang pesimistis terhadap obyektivitas sejarah yang “Indonesia
sentries”.
Pesimistis yang sempat berkembang itu kemudian menghilang sejalan
dengan dibukanya kembali program studi sejarah di beberapa perguruan tinggi
Indonesia. Pada tahun 1966 terbit buku The Peasants’ Revolt of Banten in 1888: Its
Conditions, Course and Sequel (terjemahannya, Pemberontakan Petani Banten
1888 terbit pada tahun 1984) karya Sartono Kartodirdjo. Dengan karyanya ini, yang
disusul oleh karyanya yang lain seperti Protest Movement in Rural Java (1973),
Sartono menawarkan alternatife dan perspektif baru dalam penulisan sejarah
Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai sejarah sosial.
Meskipun sudah muncul alternatif baru dengan multidimensinya, namun
sampai sampai dekade 1970-an, sejarah politik-khususnya masa pendudukan
Jepang dan revolusi kemerdekaan masih cukup dominan. Pada tahun 1977-1979
terbit secara bertahap karya monumental AH Nasution Sekitar Perang Kemerdekaan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 23
Kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari 11 jilid. Buku ini banyak memberikan
informasi tentang jalannya perang pada periode 1945-1949, Namun buku yang
cukup tebal ini mempunyai satu kelemahan yang cukup mendasar, yaitu dalam
masalah sumber data. Dalam waktu yang hampir sama terbit kumpulan biografi
singkat dari berbagai tokoh yaitu Manusia Dalam Kemelut Sejarah (1978). Buku ini
semula adalah artikel-artikel yang dimuat dalam majalah Prisma No.8 tahun 1977.
Setelah itu pada tahun 1979 terbit buku Tentara Peta pada jaman pendudukan
Jepang di Indonesia (1979) karya Nugroho Notosusanto yang merupakan studi
akademik pertama tentang masa pendudukan Jepang yang dikalakukan oleh orang
Indonesia.
Meskipun ada perkembangan dalam penulisan sejarah Indonesia, namun
banyak orang Indonesia yang menilai penulis-penulis asing masih lebih baik dalam
tulisan sejarah yang bertema “perang kemerdekaan Indonesia”, misalnya
Nationalism and Revolution in Indonesia (1970) karya George Mc T Kahin dan Java
in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1946 (1972) karya BROG
Anderson. Demikian pula dengan sejarah sosial Indonesia, sampai akhir dekade
1970-an masih lebih banyak ditulis oleh peneliti asing, di samping beberapa orang
Indonesia dalam bentuk disertasi, misalnya Onghokham (1975) yang menulis
tentang Madiun pada abad ke-19, yang sampai akhir hayatnya belum sempat
diterbitkan.
Selain itu, dalam dekade 1970-an, tepatnya tahun 1977 terbit buku Sejarah
Nasional Indonesia (SNI) yang terdiri dari 6 jilid yang diterbitkan oleh Balai Pustaka-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini merupakan karya bersama
sejarawan Indonesia waktu itu dalam upaya mewujudkan sejarah nasional. Duduk
sebagai editor umumnya adalah Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Di satu pihak kehadiran buku SNI
berhasil menjawab kebutuhan akan adanya buku sejarah Indonesia yang
“nasionalistis”; namun di pihak lainnya telah mengundang polemik dan keprihatinan
dari beberapa sejarawan lainnya. Buku SNI dinilai masih mengandung banyak
kelemahan, baik dari segi metode maupun data faktualnya. Keprihatinan inilah
antara lain yang menjadi salah satu faktor untuk menulis buku sejarah nasional
sejenis yang lebih baik. Upaya itu mulai dirintis sejak penghujung abad ke-21. Para
sejarawan yang dimotori oleh Prof. Dr. Taufik Abdullah dan Prof. Dr.A.B. Lapian
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 24
yang bertindak sebagai editor umum, merencanakan untuk menulis sejarah
Indonesia yang nantinya terdiri dari 8 jilid (plus satu jilid tambahan).
Di luar keprihatinan itu, sebenarnya perkembangan historiografi Indonesia
tidaklah sesuram itu. Justru sejak akhir abad ke-20 telah berkembang pula penulisan
sejarah dengan pendekatan baru. Namun perkembangan itu luput dari pengamatan
para pakar sejarah, karena sebagian besar lebih tertarik untuk mengamati dan
mendekonstruksi sejarah politik masa Orde Baru, khususnya yang menyangkut tema
sekitar “Gerakan September Tiga Puluh” atau “G-30-S PKI”. Metode baru itu, yaitu
metode strukturistik, dapat dikatakan semacam jembatan antara metode naratif
dengan metode struktural. Perintis pendekatan strukturistik di Indonesia adalah R.Z.
Leirissa dari Universitas Indonesia. Penggunaan metode strukturistik itu terlihat
dalam beberapa karyanya seperti Halmahera Timur dan Raja Jailolo (1996) dan
Kekuatan Ketiga Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (2006).
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 25
BAB IV
PEMBAGIAN SEJARAH
A. Gerak Sejarah
Masalah gerak sejarah semenjak zaman purba adalah apakah jalan sejarah
itu merupakan proses “saling hubung” ataukah “gerak lingkar”. Pada zaman Yunani,
gerak sejarah dianggap sebagai gerak lingkar. Gerak lingkar berarti negeri dan
kebudayaan timbul dan tenggelam dalam urutan ulang yang sama. Demikianlah
pendapat pada zaman Yunani dan Roma bahwa sejarah bergerak dalam urutan
kerajaan dunia, yang saling mengatasi dalam kekuasaan dan kebesaran. Urutan
kerajaan itu adalah Asiria, Persia, Macedonia, dan Roma. Kerajaan tumbuh,
berkembang, dan lenyap untuk digantikan oleh kerajaan baru. Pepatah
menyebutkan “sejarah berulang kembali” berlaku disini. Cara pembagian empat
kerajaan dunia itu dianut sampai abad pertengahan.
Anggapan gerak lingkar dianut sampai abad ke-17. Dalam abad ini, pendapat
berkisar aliran pertama, yaitu sejarah merupakan proses yang saling berhubungan.
Skema pembagiannya tidak lagi berdasarkan kerajaan-kerajaan dunia. Karena itu ,
skema baru berbentuk zaman purba, kira-kira sampai abad ke-5 (runtuhnya kerajaan
Romawi Barat); abad pertengahan, kira-kira sampai dengan abad ke-16 (gerakan
Luther); zaman baru, diperkirakan sampai dengan abad ke-19. Gerak sejarah
menurut pembagian ini merupakan proses saling hubung. Abad pertengahan
berhubungan dengan zaman purba karena masa itu adalah lanjutan dari zaman
tersebut, dan seterusnya. Di sini berlaku teori bahwa peristiwa sejarah hanya
kejadian sekali. Zaman purba tidak akan kembali lagi, demikian juga abad-abad
pertengahan. Zaman barupun berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya.
Sekalipun sejak abad ke-17 anggapan umum tentang gerak sejarah berkisar
pada proses saling hubung, tidak berarti bahwa anggapan gerak lingkar tidak ada
penganutnya. Wakil dari paham ini adalah sebagai berikut:
1. Giovanni Battista Vico (1668-1788),- filsuf dan sejarawan Itali dari Napolit, guru
besar dalam rhetorica, sejarawan istana: bahwa gerak lingkar itu berbentuk
spiral. Artinya, gerak itu selalu berulang kembali, tetapi tidak pada titik pangkal,
tetapi titik yang lebih tinggi, sehingga seluruhnya merupakan kemajuan.
Lingkaran itu bagi setiap bangsa. Masing-masing mengalami perkembangan
dalam tiga tingkat, yaitu ketuhanan atau keagamaan, kepahlawanan, dan
kemanusiaan. Tingkat terakhir adalah tingkat peradaban, tetapi sekaligus juga
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 26
tingkat keruntuhan. Sesudah itu, bangsa lain yang masih biadab mengambil-alih
tugas bangsa yang telah berakhir sejarahnya. Dengan demikian, teori Vico
tersebut dianggap sintesis dari gerak lingkar dan proses saling hubung, atau
pendapat sejarah berulang dan sejarah berlaku sekali. Vico menyatukan
ulangan dengan urutan atau ulangan dengan perkembangan.
2. Nicolay Jakowlesitaj Danilewkij (1822-1885),- biologi dan filsuf-budaya Rusia;
Oswald Spengler (1880-1936), filsuf sejarah dan budaya Jerman; keduanya
beranggapan, tidak melihat peradaban dari umat manusia, juga tidak
memandang kemajuan itu secara umum. Mereka melihat kebudayaan satu demi
satu, yang masing-masing terpisah dan berlawanan. Setiap kebudayaan
merupakan organismus, yang berkembang menurut hukum-hukum ilmu hayat.
Oleh karena itu, tertentu nasibnya untuk mati dan lenyap.
Danilewkij melihat pertentangan antara Eropa Barat dan Eropa Timur,
masing-masing dalam alam rohaninya, yang satu tidak mengerti yang lain dan
terpaksa berlawanan. Spengler beranggapan bahwa kebudayaan yang banyak itu
masing-masing mengalami lingkaran, cyclus, seperti iklim: musim bunga, musim
panas, musim gugur, dan musim dingin. Lingkaran ini selalu berulang pada tiap-tiap
kebuadayaan. Lingkaran kebudayaan Hindu dan kebuyaan antic digantikan oleh
kebudayaan bercorak islam dan Nasrani. Selanjutnya, diulang kembali oleh Eropa
Barat.
Masalah selanjutnya adalah factor-faktor yang menentukan gerak sejarah.
Masalah ini menimbulkan beberapa teori sebagai berikut:
1. Gerak sejarah bagi masyarakat yang bersahaja atau masyarakat primitive
ditentukan oleh kebudayaan dinamisme dan animisme. Pemujaan terhadap
kekuasaan roh nenek moyang dan kekuatan alam gaib menentukan gerak
sejarah.
2. Dalam kebuadayaan politeisme, gerak sejarah ditentukan oleh dewa-dewa.
3. Gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam.
4. Dalam kebudayaan monoteisme, gerak sejarah ditentukan oleh Tuhan.
5. Gerak sejarah ditentukan oleh manusia
6. Gerak sejarah menurut pandangan Karl Marx, ditentukan oleh materi.
Menurut R. Moh. Ali, gerak sejarah digambarkan sebagi berikut:
Gerak sejarah sebagai gerak kemajuan merupakan anggapan umum. Sejarah
adalah cerita tentang kemajuan, tetapi Perang Dunia yang telah dua kali
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 27
berlangsung melahirkan pernyataan tentang sampai di manakah kebenaran yang
anggapan umum itu? Apakah Perang Dunia yang merusak itu merupakan gerak
kemajuan atau gerak sudut? Apakah manusia bertambah maju atau bertambah
mundur dalam persiapan perang atom yang telah dilakukannya? Perang yang telah
direkayasa sekarang merupakan yang terdahsyat, yang memungkinkan umat
manusia mengakhiri sejarahnya. Apakah ini gerak maju sejarah atau gerak yang
akan memusnahkan sejarah?
B. Pengurunan
Untuk memahami gerak sejarah, orang membuat skema dari tingkat-tingkat
gerak itu, yang dinamakan “periode” atau “kurun”. Kurun berasal dari bahasa Arab,
berarti abad. Pengurunan gerak sejarah adalah membagi sejarah dalam kurun-
kurun. Artinya, masa lalu yang beragam, bersimpang siur, dan ruwet dalam kejadian
dan waktu, disusun menjadi kurun-kurun sehingga anggapan sejarah mendapat
ikhtiar yang mudah diartikan. Oleh karena itu, kurun-kurun merupakan cerita pokok
sejarah yang memberikan analisis dan daftar jumlah fakta.
Pengurunan masuk dalam penafsiran sejarah, yang dibuat oleh sejarah
sejarawan. Artinya, kurun yang merupakan cerita sejarah adalah penjelmaan pokok
tafsiran sejarawan. Tanpa tafsiran dan penjelasan, fakta-fakta masa lalu akan
menjadi kronik, annal, atau catatan peristiwa atau pseudo sejarah antara fakta yang
satu lepas dari fakta yang lain.
Pengurunan yang hanya didasarkan pada waktu, tidak memuaskan orang.
Hal ini karena waktu, zaman, masa, atau kurun tidak bicara apa-apa. Apa bedanya
hari ini dengan hari kemaren? Adakah bedanya tahun yang satu dengan tahun yang
lain? Perbedaannya hanya nama atau tanggal. Sekarang hari selasa, kemaren hari
senin. Pada tahun dan abad, bedanya hanya angka. Sekarang abad ke-21,
sebelumnya abad ke-20. Baik hari maupun nama (angka) tahun dan abad, dapat
diubah atau ditukar-tukar tanpa memberi akibat pada waktu. Oleh karena itu,
jelaslah bahwa tidak ada perbedaan antarwaktu. Waktu itu tidak bicara. Pembagian
sejarah dalam kurun, yang jarak waktunya dihitung dalam abad tidak berarti apa-
apa.
Dengan demikian, yang berbicara bukan waktu, melainkan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam waktu itu. Perbedaan hari senin dan hari selasa adalah
perbedaan yang dikandung oleh masing-masing hari itu. Demikian pula, perbedaan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 28
tahun dan abad adalah perbedaan peristiwa atau corak peristiwa atau klasifikasi
kejadian yang dikandungnya. Perbedaan antara tahun 1934, 1944, 1954, misalnya
pada tahun pertama Indonesia dijajah Belanda, tahun kedua dijajah Jepang, dan
tahun ketiga merdeka. Apabila diklasifikasikan berdasarkan kejadian dapat
dikatakan bahwa kejadian pada tahun pertama digolongkan dalam kurun penjajahan
Barat. Kejadian pada tahun kedua digolongkan dalam kurun penjajahan Timur dan
kejadian pada tahun ketiga digolongkan dalam kurun kemerdekaan. Dengan
demikian, pengurunan sejarah tidak didasarkan atas waktu, tetapi pada cirri-ciri yang
dikandung oleh hakikat kejadian-kejadian, dan semua pengurunan itu tidak mungkin
lepas dari waktu. Setiap kejadian terikat pada waktu. Tanpa waktu, kejadian itu tidak
ada. Oleh karena itu, kurun dihubungkan atau diikat pada waktu.
Pada masa kerajaan, pembagian kurun sejarah mudah dan sederhana. Kurun
didasarkan pada raja yang memerintah atau dinasti yang berkuasa, serta nama
kerajaan. Pada zaman modern ini pun ada kurun yang didasarkan pada tokoh yang
berkuasa. Tentang sejarah Rusia, misalnya orang yang menyebut kurun Stalin,
Malenkov, Khruschev. Akan tetapi, jika sejarah itu meluas dan membicarakan materi
yang tidak homogen, sukar memakai suatu negeri atau kerajaan dan materinya
heterogen seperti sejarah Eropa.
C. Tujuan Pengurunan
Ruang lingkup sejarah sangat luas, seluas jumlah manusia yang ada dimuka
bumi. Jangka waktunya pun sangat lama. Bidang dan aspeknya sangat banyak,
meliputi peradaban, kebudayaan, kepercayaan, dan agama yang di anutnya.
Dengan demikian, menurut Hugiono, dkk., tujuan pengurunan adalah sebagai
berikut:
1. Memudahkan pengertian: gambaran peristiwa masa lampau yang sedemikian
banyaknya dikelompokkan, disederhanakan, dan diikhtisarkan menjadi suatu
tatanan sehingga memudahkan pengertian.
2. Melakukan penyederhanaan: begitu banyaknya peristiwa sejarah yang
beragam, bersimpang-siur, dan ruwet, untuk memahaminya, peristiwa-
peristiwa tersebut perlu disusun secara sederhana, sehingga pikiran
mendapatkan ikhtisar yang mudah diartikannya.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 29
3. Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan: semua peristiwa masa
lampau setelah dikelompokkan, hubungan antara motivasi pengaruh-
pengaruh peristiwa itu dikaitkan, lalu disusun secara sistematis.
4. Klasifikasi dalam ilmu sejarah: adalah meletakkan dasar pengurunan atas
masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya, dipastikan isi bentuk
waktunya menjadi bagian-bagian pengurunan.
Berdasarkan tujuan pengurunan tersebut, jelaslah kerangka ceritanya dan
kerangka ini merupakan penjelmaan pandangan hidup, dasar filsafat, serta tafsiran
sejarawan.
D. Ciri-ciri Khusus untuk Menetapkan Pengurunan
Para ahli sejarah terpecah menjadi beberapa aliran dalam menentukan ciri-
ciri khusus untuk menetapkan satu pengurunan, yaitu sebagai berikut:
1. Aliran yang menganggap ciri khusus pengurunan pada bentuk Negara atau
pada sistematis politik yang dianut oleh pemerintah Negara;
2. Aliran yang menganggap ciri khusus pengurunan pada tingkat kemajuan
ekonomi. Artinya, factor ekonomi sangat dominan dalam mendorong
terjadinya proses integrasi sosial, politik, budaya, dan sebagainya;
3. Aliran yang menganggap tingkat kemajuan peradaban sebagai cirri khusus;
4. Aliran yang menganggap tingkat kebudayaan sebagai cirri khusus;
5. Aliran yang menganggap masuk dan berkembangnya agama sebagai cirri
khusus.
Variasi ciri-ciri khusus untuk menetapkan pengurunan tersebut menunjukkan
sikap hidup manusia dalam kurun itu, seperti menyatakan diri dalam agama, susila,
hubungan sosial, seni, aliran-aliran ekonomi, aliran politik, dan lain-lain.
Selanjutnya, betapapun kurun itu didasarkan pada criteria yang berlainan,
waktu terpaksa juga ditetapkan. Sejarah tetaplah ilmu dari urutan waktu. Orang
dapat menentukan ciri-ciri suatu kurun, tetapi batas waktu dari kurun itu harus tetap
diberikan.
Apabila orang akan melakukan pengurunan, lahirlah masalah: bilakah
berakhir kurun yang satu dan dimulainya kurun berikutnya? Dalam hal ini, orang
sukar sepakat. Sekali lagi, pengurunan adalah pendapat sejarawan, berasaskan
tafsirannya. Perbedaan karya sejarah tentang kejadian-kejadian yang sama adalah
perbedaan tafsiran sejarawan-sejarawannya.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 30
Perbedaan sejarah Diponegoro versi Belanda dan versi Indonesia adalah
perbedaan tafsiran sejarawan Belanda dan sejarawan Indonesia. Inilah sebabnya,
pengurunan itu dapat berbeda pula antara sejarawan. Antara pengurunan sejarawan
Belanda dan sejarawan Indonesia terdapat perbedaan, yang berpangkal dari
perbedaan kebudayaannya. Perbedaan kebudayaan melahirkan perbedaan tafsiran
dan pendapat. Akan tetapi, juga di antara ahli-ahli Indonesia terdapat perbedaan
pengurunan. Di sini, perbedaan itu berasal dari perbedaan cara penilaian dan cara
berpikir, yang melahirkan perbedaan tafsiran dan pendapat, ditambah perbedaan
sikap atau politik masa datang.
E. Pembagian Menurut Rating
Kehidupan yang semakin luas dan kaya isinya memerlukan diferensiasi,
demikian pula dengan ilmu. Sejarah sebagai cabang ilmu melakukan diferensiasi
dalam “ranting”. Ranting-ranting ini merupakan belahan sejarah untuk
memungkinkan pemusatan perhatian pada bagian-bagian khusus pada sejarah.
Cara ini memungkinkan orang untuk mensejarahkan bidang-bidang kegiatan
manusia secara seksama, meluas, dan mendalam. Tanpa cara itu, sukar menguasai
seluruh fakta masa lalu dengan segala jenis dan macam ragamnya secara
terperinci.
Adapun ranting-ranting ilmu sejarah adalah sebagai berikut:
1. Sejarah ekonomi: secara garis besar, sejarah ekonomi mempunyai perhatian
mengenai kegiatan ekonomi masa lampau. Masalah-masalah yang ada
hubungannya dengan seorang sejarawan ekonomi sama luasnya dengan niatnya
terhadap pertumbuhan, kemandegan atau merosotnya ekonomi; kemakmuran
kelompok-kelompok individual dalam ekonomi senada dengan arah perubahan
ekonomi, serta hubungan timbal balik antara organisasi ekonomi dan
kegiatannya.
2. Sejarah politik; objek sejarah politik adalah Negara. Negara adalah perwujudan
sejarah yang lengkap dan nyata dari kehidupan masyarakat kesatuan organis,
tempat kehidupan masyarakat itu berlangsung. Oleh karena itu, ranting sejarah
ini sampai sekarang masih tetap penting dan masuk barisan utama dalam objek
sejarah. Sejak dahulu hingga sekarang, apabila diteliti, perhatian utama sejarah-
sejarah umum lebih dipusatkan pada sejarah politik, dan yang paling ditonjolkan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 31
adalah yang berhubungan dengan Negara, yang mencakup raja, pejabat penting,
pemerintahan, kerajaan dan penguasa.
3. Sejarah perang: sejarah perang sesungguhnya sebagian dari sejarah politik
karena perang merupakan lanjutan politik dan tujuan perang pun sama. Sejarah
perang juga sebagai bagian dari sejarah tehnik karena pelaksanaan perang
dilakukan oleh teknologi. Sejarah perang juga dapat dikatakan sebagai bagian
sejarah kebudayaan karena perang adalah produk dari cara berpikir dan merasa,
seperti juga unsur-unsur kebudayaan. Perang berawal dari pikiran manusia, dan
berakhir dengan kehancuran.
4. Sejarah konstitusi: menggambarkan pertumbuhan dan sifat bentuk-bentuk
Negara serta lembaga-lembaga Negara, dan berhubungan dengan sejarah
hukum umumnya. Karena itu, sejarah konstitusi memberi pengetahuan dan
pengertian tentang pertumbuhan dan sifat bentuk dan lembaga-lembaga masa
lalu, dan memberikan kepahaman tentang hal-hal tersebut pada masa kini.
Selanjutnya, sejarah konstitusi menggerakkan rencana tentang hal-hal itu pada
masa datang.
5. Sejarah sosial: ranting sejarah ini sukar dipisahkan dari sejarah ekonomi dan
sejarah konstitusi. Antara sosial dan ekonomi berhubungan dan saling
mempengaruhi, sehingga sukar untuk memisahkan sejarah kedua bidang itu. Di
samping itu, sejarah sosial dianggap berhubungan rapat dengan sejarah
kebudayaan. Sejarah sosial seharusnya dipandang sebagai bagian dari sejarah
kebuadayaan. Kebuadayaan ada, tumbuh, dan berkembang hanya dalam
masyarakat. Tanpa masyarakat, tidak ada kebudayaan. Akan tetapi, kebudayaan
tidak hanya pergaulan hidup masyarakat. Seluruh pernyataan atau manifestasi
jiwa masyarakat adalah kebudayaan. Kehidupan sosial hanya satu, tetapi
kehidupan sosial merupakan salah satu segi dari pernyataan jiwa masyarakat.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 32
BAB V
SUMBER SEJARAH
A. Pengetahuan Sumber Bahan-bahan Masa Lalu
Perkenalan tentang masa lalu, baik bagi kita maupun para sejarawan
berdasarkan warisan. Dengan demikian, warisan itu dapat dipandang sebagai
komunikasi masa kini dengan masa lalu. Menurut bentuk dan sifatnya, warisan
dapat dibagi tiga, yaitu:
1. Warisan lisan, merupakan sumber tradisional sejarah dalam pengertian luas.
Warisan lisan tidak melukiskan kenyataan atau fakta yang sesungguhnya. Hal ini
karena sesuatu pada awalnya fakta atau kenyataan, karena tambahan-tambahan
atau pengurangan, akhirnya menjadi bentuk sejarah bersahaja. Dalam sejarah
bersahaja, warisan ini memainkan peranan penting bagi bangsa-bangsa
prasejarah, dan bangsa-bangsa yang berkebudayaan bersahaja yang hidup
dalam kurun sejarah umat manusia. Apabila zaman batu purba diambil sebagai
awal pertumbuhan pikiran manusia, jarak waktu dari zaman itu sampai zaman
perunggu kira-kira 614.000 tahun, merupakan kurun prasejarah manusia. Awal
zaman sejarah sampai sekarang baru meliputi kira-kira 6.000 tahun. Dalam
penulisan sejarah metode ilmiah, warisan lisan yang dinamakan mithe dan
legenda ini masih dapat dipakai sebagai bahan-bahan pelengkap, bahan-bahan
perbandingan atau bahan-bahan yang dari dalamnya dapat di tarik kesimpulan
tentang hal-hal yang telah berlalu.
2. Warisan tulisan: tulisan mempunyai fungsi mutlak dalam sejarah. Zaman sejarah
adalah kurun saat suatu bangsa telah memakai tulisan dalam kebudayaannya.
Jadi, yang menentukan zaman sejarah adalah tulisan dalam kebudayaan.
Bahan-bahan tertulis dari masa lalu ada yang sengaja dimaksudkan untuk
bahan-bahan sejarah dan ada pula yang tidak. Bahan-bahan yang sengaja untuk
bahan-bahan sejarah adalah buku-buku sejarah, buku-buku harian, notulen,
resolusi, daftar kepegawaian dan lain-lain. Melalui buku-buku itu kita dapat
menghimpun masa lalu yang dapat dipakai dalam menulis sejarah sekarang.
Warisan tertulis yang tidak sengaja untuk bahan-bahan sejarah adalah surat-
surat instruksi, pembukuan, berita-berita pemerintah, harian, majalah, dan bahan
tertulis lain.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 33
3. Warisan visual, adalah segala sesuatu yang berbentuk atau berupa. Kata visual
merupakan adaptasi dari bahasa Belanda, visueel, visual (Inggris). Termasuk
dalam golongan visual adalah semua warisaan masa lalu yang berbentuk dan
berupa. Barang-barang yang berbentuk dan berupa dari masa lalu yang
merupakan warisan kebudayaan zaman silam, misalnya alat kerja, senjata,
perhiasan, dan barang-barang lain yang dapat dipergunakan, rumah, candi,
benteng, kuburan. Tiap benda kebudayaan tersebut adalah pernyataan cara
berpikir dan merasa dari bangsa yang mendukung kebudayaan itu.
Selanjutnya, sumber sejarah menurut sifat dan pewarisannya adalah sebagai
berikut:
a. Bahan-bahan Ilmu Bumi
 Memberikan bahan-bahan tentang iklim, keadaan geologi, dan etnografi
 Jenis bahan-bahan: batas-batas bentuk kediaman sekarang; perumahan;
dasar sungai-sungai lamal; tempat penemuan barang, senjata, perumahan,
dan kerangka
 Pewarisan cara lisan: nama-nama asli daerah, desa dan lain-lain
 Pewarisan cara tulisan: kisah perjalanan, karangan tentang geografi,
pelukisan alam dalam puisi dan sejenis, nama negeri
 Pewarisan cara visual: peta-peta, denah (platteground), lukisan, dan gambar-
gambar.
b. Keadaan Jasmaniah
 Memberikan bahan-bahan tentang bangun badan daya tahan fisik
 Jenis bahan: ciri-ciri ras, cacat-cacat yang typis, peninggalan mayat
(tengkorak, kerangka)
 Pewarisan cara tulisan: karangan-karangan kedokteran, kisah-kisah
perjalanan, lukisan tentang peperangan, penunjuk perjalanan
 Pewarisan cara visual: foto, gambar, dan lukisan.
c. Kehidupan Praktis
 Memberikan bahan-bahan tentang teknik, kehidupan sosial ekonomi, cara
pemakaman, bentuk-bentuk negara
 Jenis bahan: perabot rumah tangga, sampah (afval), bangunan pemakaman,
pakaian, senjata, perhiasan, mata uang, bentuk organisasi sekarang, hukum,
bentuk-bentuk negara
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 34
 Pewarisan cara lisan: mite, legenda, pepatah, nyanyian, cerita
 Pewarisan cara tulisan: rekening, inventaris, buku-buku niaga, akta notaries,
dan akta-akta lain, inskripsi, piagam, catatan penasbihan kawin-cerai-rujuk,
catatan pajak, berita-berita perwakilan, kisah-kisah perjalanan, biografi, buku
harian dan buku famili, surat-surat kisah peperangan, perintah dan
semacamnya, surat kabar dan majalah.
 Pewarisan cara visual: gambar-gambar, mata uang, panji-panji, cap, foto, dan
film, lembaran reklame, ruang pasar, gudang, rumah, barang-barang yang
dipakai, senjata, alat kerja, baik yang diketemukan maupun yang masih
dipakai, bekas-bekas bangunan.
d. Aturan Masyarakat, Pemerintah, Hukum dan agama
 Memberikan bahan-bahan tentang: kebiasaan, adat, hukum, anggapan,
umum, agama, politik
 Jenis bahan: perayaan sekarang dan lembaga-lembaga hukum, adat, kitab
undang-undang dan peraturan, piagam, bentuk-bentuk kultus, dogma, dan
pembicaraan tentang sesuatu, gambar-gambar
 Pewarisan cara lisan: mite, legenda, dongeng, pepatah dan kekhususan-
kekhususan bahasa, nyanyian, doa, kebiasaan penduduk
 Pewarisan cara tulisan: karya-karya sastra, biografi, lukisan tentang gedung-
gedung bangunan seni, akta dan catatan tentang seniman dan sarjana,
laporan-laporan akademi, kisah perjalanan
 Pewarisan cara visual: lukisan, gambar, gedung, perhiasan, cap, foto dari
bangunan-bangunan seni, panji, karya sulam, dan lain-lain.
Demikianlah sumber sejarah menurut sifat dan cara pewarisannya menurut H.
A. Enno Van Gelder, yang diambil alih secara bebas oleh Gazalba. Jadi, semua
warisan zaman lalu (lisan, tulisan, dan visual) merupakan sumber dari bahan-bahan
sejarah. Warisan itu dapat di bagi menjadi bagian yang tidak di pakai lagi dan masih
di pergunakan lagi. Warisan yang tidak terpakai adalah unsure-unsur yang tidak lagi
mempunyai atau melakukan fungsinya dalam kehidupan sekarang, misalnya barang-
barang kuno yang terhimpun dalam museum. Adapun, warisan yang dipergunakan,
misalnya bahasa, nama-nama ilmu bumi, adat dan kebiasaan, struktur sosial, alat
kerja dan lain-lain. Semua unsure kebudayaan terjadi dengan proses dalam waktu.
Unsur-unsur itu dilahirkan oleh sejarah sehingga semua unsure yang kita pakai
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 35
sebagai kebudayaan sekarang ada sejarahnya, mempunyai sejarah, dan bertolak
dari unsure-unsur itu, kita dapat mendekati sejarah.
B. Perbedaan antara Sumber Primer dan Sumber Asli Lainnya
Sumber bahan-bahan sejarah, baik lisan maupun tulisan, menurut Louis
Gottschalk dibagi atas dua jenis, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi
dengan pancaindra yang lain, atau dengan alat mekanis, seperti diktafon, yaitu
orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya (selanjutnya secara
singkat disebut saksi pandangan mata). Adapun sumber sedkunder merupakan
kesaksian dari siapaun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yaitu saksi
dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya.
Saksi primer harus dihasilkan oleh seorang yang sezaman dengan peristiwa
yang dikisahkannya. Akan tetapi, sumber primer tidak perlu asli, yaitu dokumen itu
(biasanya versi tulisan yang pertama) yang isinya menjadi subjek pembicaraan,
karena sering suatu salinan atau edisi cetak memenuhi syarat bagi keperluan itu;
misalnya mengenai karya-karya klasik yunani dan Romawi jarang sekali ada yang
asli.
“Asli” memiliki arti yang berbeda-beda sehingga lebih baik dihindarkan di
dalam pembiacaraan sejarah yang teliti. Sekalipun demikian, kata asli dapat dan
sering dipergunakan untuk menyebutkan lima kondisi yang berbeda-bedan sehingga
suatu dokumen dapat dianggap asli, yaitu:
1. Mengandung gagasan yang segar dan kreatif
2. Tidak diterjemahkan dari bahasa yang dipergunakan untuk menuliskannya
3. Berada dalam tahapan yang paling awal dan belum disalin
4. Teksnya merupakan teks yang disetujui, tidak diubah-ubah dan diganti-ganti
5. Merupakan sumber paling awal yang diperoleh mengenai informasi yang
dikandungnya.
Kelima arti dari kata itu mungkin berimpitan, tetapi tidak sinonim.
Akan tetapi, istilah “sumber-sumber asli” bisa dipakai oleh para sejarawan,
dengan dua arti: (1) untuk mendeskripsikan suatu sumber yang tidak disalin, tidak
diterjemahkan, sebagai keluar dari tangan pengarangnya (misalnya naskah asli
Magna Charta); (2) suatu sumber yang memberikan informasi paling awal yang
dapat diperoleh (yakni asal-usul) mengenai persoalan yang sedang di bahas,
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 36
karena sumber-sumber yang lebih awal telah hilang. Karenanya, di sini akan
diusahakan untuk mempergunakan istilah itu hanya dengan dua arti yang baru
didefenisikan.
Selanjutnya, perlu diketahui bahwa sumber-sumber primer tidak perlu asli di
dalam salah satu di antara dua arti tersebut. Sumber primer hanya harus asli dalam
arti “kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain”, tetapi bearasal dari “tangan
pertama”. Hal itu ditekankan untuk menghindarkan kekacauan antara sumber asli
dan sumber primer. Kekacauan itu timbul karena penggunaan yang sangat
serampangan daripada kata “asli”. Kata itu sering dipergunakan oleh sejarawan
sebagai sinonim bagi kata manuskripi atau berasal dari arsip.
C. Tipe Dokumenter
Sumber primer dapat pula terdiri dari dokumen, dalam arti sempit, dokumen
berarti kumpulan kata-kata verbal yang berbentuk tulisan; seperti surat catatan
harian (jurnal), kenang-kenangan (memoris), daftar, laporan, dan sebagainya. Sifat
istimewa dari data verbal adalah data ini mengatasi ruang dan waktu, sehingga
membuka kemungkinan bagi kita untuk mengetahuinya. Dalam arti luas, dokumen
meliputi monumen, artifact, foto-foto, dan sebagainya. Adapun tipe-tipe dokumenter
yaitu:
1. Otobiorafi
2. Surat pribadi, catatan, atau buku harian atau memoirs.
3. Surat kabar
4. Dokumen pemerintah
5. Cerita roman; merupakan science Fiction atau roman utopis.
D. Ilmu Bantu Sejarah
Sejarah merupakan ilmu yang digunakan untuk mempelajari masa lampau.
Hal itu tidak bisa lepas dengan penggunaan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu tersebut biasa
disebut Ilmu Bantu Sejarah. Beberapa ilmu bantu sejarah yaitu:
1. Paleontologi
Suatu Ilmu yang mempelajari tentang bentuk –bentuk kehidupan zaman
purba yang pernah ada di muka bumi, terutama pada fosil-fosil disebut paleontology.
Kata fosil berasal dari kata Yunani yaitu fissilis yang berarti apa yang di gali atau
dikeluarkan dari dalam tanah. Kemudian kata ini mempunyai arti khusus mengenai
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 37
semua sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan yang pernah hidup pada zaman
Palaezoikum dan Mesozoikum. Relik-relik (sisa-sisa) binatang dan tumbuh-
tumbuhan itu tetap terpelihara karena telah membantu serta tersimpan selama
ratusan juta tahun yang lalu. Dalam kajian paleontology sangat erat hubungannya
dengan ilmu geologi, ilmu fisika, ilmu botani (tumbuh-tumbuhan), zoology (ilmu
hewan). Untuk mengetahui usia fosil-fosil yang telah di temukan maka dapat
menggunakan metode Radiocarbon agar dapat menentukan usia fosil-fosil tersebut
sampai ratusan tahun. Dari temuan fosil-fosil tersebut itu dapat disusun melalui
evolusi perkembangan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dikaitan dengan lapisan
geologi pada masa hidupnya. Bagi ilmu sejarah, paleontology berperan ketika
manusia masih di anggap belum ada di muka bumi ini. Maka dari itu bantuan dari
paleontology bagi sejarah ialah ilmu ini dapat menunjukkan secara hipotesis pada
lapisan geologi mana atau kira-kira kapan manusia mulai ada dalam evolusi geologi.
Di Indonesia fosil-fosil binatang purba tersebut semisal gajah, kerbau, badak dalam
ukuran raksasa yang ditemukan di daerah lembah Sangiran, Pacitan, Jawa Timur. Di
antara fosil-fosil binatang purba tersebut kemudian banyak yang disimpan di dalam
Musium Geologi Bandung.
2. Paleoantropologi
Paleontropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil-fosil manusia-
manusia purba sering juga disebut sebagai antropologi ragawi. Yang dijadikan
sebagai objek ilmu Paleoantropologi ialah manusia-manusia purba itu sendiri. Ilmu
ini bertujuan untuk merekontruksi asal-muasal manusia, evolusi, pesebarannya,
lingkungan, cara hidup dan budayanya (Teuku Jacob, 1990:65-66). Di Indonesia
fosil-fosil manusia ditemukan pada lapisan pleistosen. Semula berawal dari temuan
E. Dubois (1890) temuannya yaitu tulang rahang di dekat desa trinil, di pinggir aliran
bengawan solo, tidak jauh dari Ngawi. Kemudian setelah itu ditemukan di tempat
yang berbeda namun waktunya juga berbeda. Peneliti-peneliti lain yaitu G.H.R. Von
Koeningswald dan F. Weidenrich antara tahun 1931-1934 menemukan sebelas fosil
manusia purba namun fosil tersebut lebih sempurna daripada pithecanthropus
erectus mungkin sudah merupakan manusia sehingga mereka beri nama Homo
Soloensis(manusia solo).
3. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda kuno.
Dunia arkeologi sangat erat kaitannya dengan asumsi tentang rentang waktu yang
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 38
sangat panjang. Arkeologi mencakup masa sejarah maupun prasejarah. Arkeologi
juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya, yaitu
dapat dijelaskan bahwa manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya dapat
menghasilkan kebudayaan, kebudayaan yang dihasilkan adalah sebuah benda-
benda kuno yang dikaji dalam arkeologi ini. Di Indonesia sendiri masa prasejarah
berahir pada abad ke empat. Arkeologi salah satu sumber besar dalam
penghimpunan sejarah di banyak tempat. Objek-objek yang dikaji dalam arkeologi
adalah artefak, ekofak, fitur. Situs. Situs tertua adalah situs warka di kawasan
Mesopotamia yang sekarang merupakan wilayah Irak bagian selatan. Dalam
masanya, manusia selalu meninggalkan benda-benda yang pada awalnya sebagai
fungsi praktis. Arkeologi mencoba menginterpretasikan dan merekontruksi budaya
ataupun peristiwa yang trjadi di masa itu.
4. Paleografi
Paleografi adalah salah satu ilmu bantu sejarah yang mempelajari tentang
tulisan-tulisan yang ada di masa lampau (tulisan kuno). Paleografi umumnya
mengidentifikasi tulisan-tulisan kuno yang tertulis pada papyrus, tablet-tablet tanah
liat, perkamen (vellum), kertas, daun lontar, dan lain sebagainya. Paleografi ini
termasuk ilmu membaca dalam menentukan waktu (tanggal) dibuatnya tulisan-
tulisan kuno. Dalam tulisan-tulisan kuno tersebut biasanya sulit untuk diterjemahkan
sehingga butuh pengungkapan arti dari tulisan-tulisan kuno yang ditemukan.
Terkadang arti dari tulisan-tulisan kuno tersebut merupakan sejarah tentang
terjadinya sesutau yang dianggap penting, Selain berguna untuk membaca tulisan-
tulisan kuno, Paleografi juga digunakan untuk mempelajari tulisan tangan karya
sastra yang biasanya tidak menyebutkan bilamana dan dimana karya tulis itu ditulis,
serta tidak diketahui pengarangnya.
5. Epigrafi
Epigrafi adalah ilmu bantu sejarah yang mempelajari tentang cara membaca,
menunjukkan waktu (tanggal), mengidentifikasi tulisan-tulisan kuno yang ditulis di
atas benda yang keras. Persamaan antara Epigrafi dan Paleografi adalah terletak
pada pembahasannya yaitu tulisan-tulisan kuno. Perbedaan antara keduanya ialah
terletak pada materi yang digunakan untuk menulis.Salah satu contoh yang diteliti
oleh ilmu epigrafi ini adalah Prasasti. Prasasti merupakan sumber tertulis yang dapat
memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa masa lampau, bisa juga dalam
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 39
prasasti itu, menggambarkan tentang raja maupun ratu yang ada pada masa
lampau.
6. Ikonografi
Ialah ilmu yang mempelajari tentang arca atau patung-patung dari zaman
prasejarah sampai sejarah. Arca pada zaman prasejarah adalah bangunan yang
umumnya melambangkan nenek moyang dan menjadi tempat pemujaan. Arca dan
patung yang ditemukan di Indonesia terbuat dari tanah liat, batu, dan logam
(perunggu, perak dan emas).
Pada zaman sejarah arca lebih ditujukan untuk menggambarkan orang-orang
yang di anggap penting, seperti raja dan ratu. Patung-patung yang melukiskan tokoh
sejarah itu misalnya Rajasa (pendiri kerajaan singgosari), Prajnaparamita
(menggambarkan Ken Dedes), Kertanegara, Kertarajasa Jawardana (Raden Wijaya
pendiri Majapahit), Hayam Wuruk, Gajah Mada Aditiawarman dan putrid Tribuana.
Arca-arca dan patung-patung ini dapat berdiri sendiri atau merupakan dari
bangunan-bangunan keagamaan seperti kuil, gereja, atau candi.
7. Numismatik
Numismatic ialah ilmu yang mempelajari tentang mata uang (coins), asal usul,
tehnik pembuatan, sejarah, mitologi, dan seninya. Mata uang ialah alat tukar
menukar pada zamannya, mata uang koin ini beratnya tidak sama. Mata uang itu
tidak hanya berupa logam namun ada juga yang berupa kertas, namun orang pada
zaman dahulu itu senang memakai uang logam dikarenakan uang tersebut awet,
tahan lama dan tidak robek seperti halnya uang kertas. Bagi sejarah Indonesia mata
uang lamamerupakan sumber penting karena menunjukkan adanya kegiatan
ekonomi, hubungan-hubungan dagang antara kepulauan Indonesia dan luar
Indonesia, juga hubungan politik dan kebudayaan. Mata uang tertua berupa dinar
emas ditemukan dalam ekskavasi di bekas keraton Ratu Boko, Ygyakarta.
8. Ilmu Keramik
Keramik adalah nama umum untuk tembikar, cina dan porselin. Pengetahuan
tentang keramik merupakan ilmu bantu sejarah dan kesenian yang penting. Hasil
kajian tentang benda-benda ini merupakan bahan penting untuk penyusunan sejarah
baik pada periode pra sejarah dan sejarah. Dari kajian tentang keramik akan
diketahui perkiraan waktu, pemilik atau pendukung kebudayaan keramik, lalu lintas
perdagangan dan interaksi antar daerah dan bangsa.Tembikar di Indonesia
biasanya berupa alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pecahan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 40
tembikar ini telah ditemukan pada masa mesolitikum (batu madya) seperti sampah
dapur (kjokkenmoddinger) yang ditemukan di pantai timur Sumatra. Pada masa
neolitikum (batu baru), tembikar yang ditemukan telah dihias dan diperhalus.
9. Genealogi
Pengetahuan mengenai asal-usul nenek moyang atau keturunan keluarga
seseorang atau oraang-orang.biasanya pada zaman dahulu pararaja-raja membuat
silsilah keluarganya dengan cara menggambarkan sebuah pihon dimana rantingnya
yang pling muda adalah keturunan mereka yang masih bayi, dan daun yang telah
gugur adalah mereka yang sudah meninggal. Penulisan sejarah keluarga (family
history) umumnya menggunakan genealogi sebagai dasarnya.
10.Filologi
Filologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang naskah-naskah
kuno. Naslkah-naskah kuno tersebut di tulis dalam bahasa jawa kuno, sunda kuno,
atau melayu. Beberapa contoh naskah-naskah itu ialah :
a. Negarakertagama
Negarakertagama adalah naskah lontar yang ditemukan dan dirampas oleh
Belanda di Puri Cakranegara Lombok tahun 1894. Naskah ini menggunakan
bahasa Jawa Kuno, berhuruf Bali dan berbentuk puisi (kakawin). Naskah ini
ditulis oleh Mpu Prapanca seorang pujangga Majapahit ditulis tahun 1365
setahun setelah Gajah Mada wafat. Sekarang naskah ini disimpan di Universitas
Leiden Belanda. Beberapa sejarawan telah menterjemahkan naskah seperti oleh
Brandes dan H. Kern. Sementara sejarawan Indonesia yang menterjemahkan
naskah ini adalah Prof. Slametmulyono (1953).
Secara garis besar isi dari naskah Negarakertagama antara lain : tinjauan
filsafat Prapanca dan tujuan penulisan, susunan pemerintah pusat dan
pemerintahan dalam negeri Majapahit, wilayah nusantara yang dikuasai
Majapahit, penyiaran agama Hindu-Budha, catatan perjalanan Hayam Wuruk ke
Jawa Tengah dan Jawa Timur, sejarah Singasari-Majapahit sejak Ken Arok
hingga Hayam Wuruk dan Gajah Mada, upacara kebesaran di Majapahit, dan
peraturan mengenai pertanahan agraria.
b. Pararaton
Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berbentuk prosa, tidak diketahui
penulisnya dan disusun sekitar abad 16. Pararaton berisi tentang riwayat Ken
Arok. Tahun 1920 naskah Pararaton ditulis ke dalam bahasa Romawi dan
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 41
diterjemahkan oleh Brandes. Nasakah Pararaton berisi tentang kisah Ken Arok
sebagai pendiri wangsa Rajasa, istrinya Ken Dedes dan sejarah Majapahit 1486.
c. Kidung Sundayana
Kidung Sundayana berbentuk puisi (kidung). Naskah ini ditemukan di Bali dan
menggunakan bahasa Jawa Kuno dengan pengarang yang belum diketahui. Isi
secara umum naskah Kidung Sundayana bercerita tentang kronologis perang
Bubat yang diawali dengan keinginan Hayam Wuruk mencari permaisuri. Maka
terpilihlah putri dari kerajaan Pajajaran yang bernama Citraloka. Rombongan
Pajajaran dan putri Citraloka akhirnya datang ke Majapahit. Di sinilah awal
masalah terjadi ketika Gajah Mada tidak senang dengan cara Hayam Wuruk
menyambut kerajaan Pajajaran. Muncullah perselisihan paham antara Gajah
Mada, Hayam Wuruk dan pihak Pajajaran. Tidak adanya kesepakatan pihak
meyebabkan pertempuran antara kedua belah. Raja Pajajaran terbunuh dalam
peristiwa ini dan Citraloka akhirnya bunuh diri.
d. Babad Tanah Jawi
Naskah ini bercerita tentang pasang surut sejarah Jawa yang meliputi akhir
kerajaan Majapahit 1525 sampai Perjanjian Giyanti 1755 yang membagi
Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Secara rinci isi Babad Tanah Jawi
adalah Kerajaan Demak Bintoro, Mataram, walisongo terutama figur Sunan
Kalijaga dan perpecahan Mataram.
e. Carita Parahiyangan
Naskah berbahasa dan beraksara Sunda Kuno ini ditulis pada daun lontar.
Naskah ini pernah ditranskrip dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh
Pleyte dengan catatan dari Purbacaraka. Isinya tentang leluhur raja Sunda (para
hiyang) yang dimulai dari kerajaan Galuh (Ciamis) sampai runtuhnya kerajaan
Pajajaran karena serangan Islam. Yang unik dari naskah ini adalah terdapatnya
nama raja Sanjaya dari kerajaan Mataram.
f. Hikayat Raja-Raja Pasai
Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu sekitar abad 16 yang sekarang disimpan
di perpustakaan Royal Society di London. Hikayat ini bercerita tentang kerajaan
Pasai (Aceh) periode abad ke-13-16 M. Isi singkatnya adalah tentang raja Pasai
yang memeluk agama Islam yaitu Raja Ahmad dan saudaranya Muhammad,
tentang raja Samudra pertama yaitu Merah Silu yang masuk Islam dengan gelar
Malik as-Saleh, tentang adu kerbau besar Majapahit (Raja Sang Nata dan Gajah
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 42
Mada) dan anak kerbau dari Minangkabau (Patih Suatang dan Patih
Katamanggungan). Yang menarik dari hikayat ini memuat tentang nama 35
daearah nusantara dan Semenanjung Melayu yang ditaklukkan Majapahit.
g. Sejarah Melayu
Naskah Melayu ini menggunakan aksara Arab-Melayu ditulis oleh Tun Sri
Lanang (1565-1642) seorang bendahara dari Kesultanan Johor. Buku ini ditulis
sekitar tahun 1612 seabad setelah Malaka ditundukkan Portugis tahun 1511.
Penulisan acapkali tertunda karena Aceh sering menyerang Johor sehingga
penulis harus mengungsi. Naskah ini sekarang disimpan di British Museum
London. Ringkasnya naskah ini berawal dari Sang Tri Buana yang turun dari
Bukit Seguntang Palembang sampai direbutnya Malaka oleh Portugis tahun
1511. Sang Tri Buana ini dianggap sebagai pangkal empat keluarga raja yang
memerintah Palembang, Majapahit, Melayu dan Minangkabau.
11.Bahasa
Bahasa sangatlah penting dalam membantu Ilmu sejarah karena dengan
memiliki pengetahuan bahasa yang memadai akan sangat membatu dalam
melakukan penelitian dan penulisan sejarah terutama dalam melakukan penelitian
pada bangsa asing. Pengetahuan itu tidak harus menjadikannya ahlidalam bahasa,
akan tetapi dapat berguna dalam memahami apa yang di tulis dalam bahasa asing.
Dokumen-dokumen adalah sumber pertama sejarah (primary sources) yang
disimpan di arsip-arsip ditulis dalam bahasa daerah atau bahasa asing tertentu.
Apabila ingin melakukan penelitian sejarah tentang suatu daerah atau bangsa asing
syaratnya harus mengerti bahasa asing yang di perlukan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut. Misalnya apabila ingin melakukan penelitian terhadap sejarah Indonesia
mengenai periode pertengahan pertama abad ke-20 atau abad sebelumnya, maka
selain bahasa daerah, atau bahasa melayu, atau bahasa Indonesia, maka
sejarawan juga harus mengetahui bahsa Belanda karena banyak dokumen-
dokumen yang di tulis dalam bahsa belanda.
12.Statistik
Statistik membantu ilmu sejarah menjadi ilmiah karena menggunakan fakta
dan data kuantitatif. (Wilson Gee, 1950:253) mengatakan bahwa statistic tidak harus
dianggap sebagai subjek yang mempunyai hubungan hanya dengan ilmu-ilmu fisika,
kimia, ekonomi, dan sosiologi. Statistic itu bukan sebuah ilmu (science) melainkan
sebuah metode ilmiah (scientific method). Statistic digunakan sebagai metode ilmiah
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 43
dalam ilmu-ilmu social seperti antropologi, sosiologi, psikologi social, ekonomi, politik
dan sejarah. Untuk sejarah, statiktik menggunakan fakta atau data kuantitatif masa
lampau dalam pengumpulan, penyajian, pembahasan dan penafsirannya.
13.Etnografi
Etnografi adalah salah satu cabang ilmu antropologi yang menjelaskan
tentang kebudayaan di dalam suku bangsa. Etnografi berasal dari kata etnic yaitu
etnis dan logos yang artinya ilmu, jadi dapat dikatakan etnografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang etnik. Pada awalnya Eropa menjajah Afrika, Asia, Amerika,
Australia, dan Oceania, namun pada abad ke 16, bangsa Eropa mulai peduli
terhadap bangsa yang dijajahnya dan mempelajari perbedaan budaya dari masing-
masing bangsa, sehingga muncullah ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan
yaitu antropologi dan cabang yang mengkhususkan membahas tentang etnic disebut
Etnografi. Koentjaraningrat (1997:92) menjelaskan Etnografi merupakan bagian
kajian antropologi yang secara holistis mendeskripsikan kebudayaan satu
masyarakat, dan yang semestinya berdasarkan pemahaman atas hasil penelitian
lapangan (fieldwork) dari hukum masa yang lebih akhir.
Penelitian lapangan yaitu meneliti satu kelompok suku bangsa dalam satuan
kecil di masyarakat. Kelompok suku bangsa yang dimaksud adalah mulai dari tingkat
desa, kecamatan, kota, pulau kecil, provinsi, bahkan satu Negara sekaligus. Suku
bangsa adalah kolektiva yang memiliki kesadaran akan kesatuan kebudayaan, yang
sering kali ditandai oleh kesatuan bangsa (koentjaraningrat 1969). Di Indonesia
etnografi itu tidak hanya berupa tulisan-tulisan tentang suatu kebudayaan, suku
bangsa namun ada bukti yang mendukung yaitu gambar, foto, film, dan
dokumentasi-dokumentasi dari hasil penelitian suatu kebudayaan. Etnografi di
Indonesia itu dibuat oleh para musuh, pendeta, penyair, agama nasrani, sarjana-
sarjana bahasa-bahasa Indonesia (Nusantara) penyelidik alam, pegawai
pemerintahan jajahan.
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 44
BAB VI
FILSAFAT SEJARAH
A. Makna Filsafat Sejarah
Filsafat secara harfiah berasal dari kata philo dan sophos, philo berarti cinta
dan sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap
ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari
bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan
atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau
cinta pada kebenaran. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas
yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.
Ariestoteles mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-
kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun
pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula.
Pada abad modern filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran.
Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan, istilah filsafat telah dikenal manusia
sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa Yunani kuno, di Miletos, Asia kecil, tempat
perantauan orang Yunani, sejarah awal filsafat ditandai dengan munculnya para
tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu, seperti Thales, Anaximandros, dan
Anaximenes, Thales adalah orang yang pertama mempersoalkan subtansi terdalam
terhadap segala sesuatu, yang melahirkan pengertian-pengertian kebenaran yang
hakiki.
Menurut Muthahhari, ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga
disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu pertama, sejarah tradisional,
sejarah tradisional adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-
peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya
dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua, sejarah ilmiah,yaitu pengetahuan
tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang
diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.
Ketiga, filsafat sejarah, yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap
yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-
hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, sejarah adalah
ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudkan masyarakat saja.
Spengler Toynbee mengemukakan sejarah sebagai perkembangan yang
sesuai dengan putaran-putaran perubahan yang tetap dan selalu kembali,
w
w
w
.s
u
m
ia
t
ie
.c
o
m
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah

More Related Content

What's hot

Konsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi Sejarah
Konsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi  SejarahKonsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi  Sejarah
Konsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi Sejarah
Alifia
 
Memahami sejarah dan penelitian sejarah
Memahami sejarah dan penelitian sejarahMemahami sejarah dan penelitian sejarah
Memahami sejarah dan penelitian sejarah
KHartoko
 
Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5Rahman Klu
 
Ppt sejarah bab 1 sma x wajib
Ppt sejarah bab 1 sma x wajibPpt sejarah bab 1 sma x wajib
Ppt sejarah bab 1 sma x wajib
eli priyatna laidan
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup SejarahHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Dewi Setiyani Putri
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
AzmiSadega
 
Ruang lingkup ilmu sejarah
Ruang lingkup ilmu sejarahRuang lingkup ilmu sejarah
Ruang lingkup ilmu sejarah
Larasafdha
 
Sifat ilmu sejarah
Sifat ilmu sejarahSifat ilmu sejarah
Sifat ilmu sejarah
Maulida Alchoirunisa
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas XHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas XHidayah Lestari
 
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
DyanSinaga3
 
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarahsejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
anisaf7
 
Eksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.pptEksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.ppt
Sulaihah
 
Bab I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Bab  I Prinsip Dasar Ilmu SejarahBab  I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Bab I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Agustinus_Purwanto
 
Sejarah bab 1 kelas x
Sejarah bab 1 kelas xSejarah bab 1 kelas x
Sejarah bab 1 kelas xDea N
 
Ilmu Sejarah
Ilmu SejarahIlmu Sejarah
Ilmu Sejarah
Endahsriwahyuni
 
Sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisahSejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisah
Elma Maa
 
Pengertian diakronis dan sinkroni1
Pengertian diakronis dan sinkroni1Pengertian diakronis dan sinkroni1
Pengertian diakronis dan sinkroni1
Septian Muna Barakati
 
Prinsip dasar ilmu sejarah
Prinsip dasar ilmu sejarahPrinsip dasar ilmu sejarah
Prinsip dasar ilmu sejarah
didid
 
Kegunaan Sejarah
Kegunaan SejarahKegunaan Sejarah
Kegunaan SejarahNafiah RR
 

What's hot (20)

Konsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi Sejarah
Konsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi  SejarahKonsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi  Sejarah
Konsep Diakronik, Sinkronik, Kausalitas dan Periodisasi Sejarah
 
Memahami sejarah dan penelitian sejarah
Memahami sejarah dan penelitian sejarahMemahami sejarah dan penelitian sejarah
Memahami sejarah dan penelitian sejarah
 
Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5Pengertian sejarah a5
Pengertian sejarah a5
 
Ppt sejarah bab 1 sma x wajib
Ppt sejarah bab 1 sma x wajibPpt sejarah bab 1 sma x wajib
Ppt sejarah bab 1 sma x wajib
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup SejarahHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Berpikir sejarah1
Berpikir sejarah1Berpikir sejarah1
Berpikir sejarah1
 
Ruang lingkup ilmu sejarah
Ruang lingkup ilmu sejarahRuang lingkup ilmu sejarah
Ruang lingkup ilmu sejarah
 
Sifat ilmu sejarah
Sifat ilmu sejarahSifat ilmu sejarah
Sifat ilmu sejarah
 
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas XHakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
Hakekat dan Ruang Lingkup Sejarah Kelas X
 
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
Makalah metode pengumpulan sumber sejarah (1)
 
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarahsejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
sejarah wajib kelas X. pengertian,kronologi,ruang lingkup dll sejarah
 
Eksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.pptEksplanasi sejarah.ppt
Eksplanasi sejarah.ppt
 
Bab I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Bab  I Prinsip Dasar Ilmu SejarahBab  I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Bab I Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
 
Sejarah bab 1 kelas x
Sejarah bab 1 kelas xSejarah bab 1 kelas x
Sejarah bab 1 kelas x
 
Ilmu Sejarah
Ilmu SejarahIlmu Sejarah
Ilmu Sejarah
 
Sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisahSejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai kisah
 
Pengertian diakronis dan sinkroni1
Pengertian diakronis dan sinkroni1Pengertian diakronis dan sinkroni1
Pengertian diakronis dan sinkroni1
 
Prinsip dasar ilmu sejarah
Prinsip dasar ilmu sejarahPrinsip dasar ilmu sejarah
Prinsip dasar ilmu sejarah
 
Kegunaan Sejarah
Kegunaan SejarahKegunaan Sejarah
Kegunaan Sejarah
 

Similar to Pengantar ilmu sejarah

Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
Mitha Ye Es
 
MATERI KELAS 10.pptx
MATERI KELAS 10.pptxMATERI KELAS 10.pptx
MATERI KELAS 10.pptx
devvypertiwi
 
Ppt sejarah bab 1
Ppt sejarah bab 1Ppt sejarah bab 1
Ppt sejarah bab 1
muhammadrafli58
 
Konsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptx
Konsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptxKonsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptx
Konsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptx
ArmanMahbub2
 
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docx
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docxPENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docx
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docx
agustrianto10
 
JUMAT dian sej indo x mipa ips
JUMAT dian sej indo x mipa ipsJUMAT dian sej indo x mipa ips
JUMAT dian sej indo x mipa ips
RiyanAdita
 
2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf
2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf
2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf
RAJAAFRENRA
 
Pengertian sejarah
Pengertian sejarahPengertian sejarah
Pengertian sejarahVJ Asenk
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
istana walet
 
Guna sejarah 2 xcdsz
Guna sejarah 2 xcdszGuna sejarah 2 xcdsz
Guna sejarah 2 xcdsz
Vicky Rinaldo Soeki
 
Buku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdf
Buku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdfBuku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdf
Buku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdf
JumaidiSaefulloh
 
KURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docx
KURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docxKURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docx
KURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docx
ZafriadiSlaluInteris
 
1.1 potongan materi ppg
1.1 potongan materi ppg1.1 potongan materi ppg
1.1 potongan materi ppg
smknetura
 
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarahPengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarahIsniah Madjal
 
pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1
pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1
pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1
Nor Amira
 
Praaksara
PraaksaraPraaksara
Praaksara
lisa widya
 
Bab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptx
Bab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptxBab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptx
Bab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptx
HendrianaHendriana
 
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesiaSebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
estipramiati
 
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
Asri Yunita
 
Materi 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.ppt
Materi 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.pptMateri 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.ppt
Materi 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.ppt
DinaNurArafat
 

Similar to Pengantar ilmu sejarah (20)

Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
 
MATERI KELAS 10.pptx
MATERI KELAS 10.pptxMATERI KELAS 10.pptx
MATERI KELAS 10.pptx
 
Ppt sejarah bab 1
Ppt sejarah bab 1Ppt sejarah bab 1
Ppt sejarah bab 1
 
Konsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptx
Konsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptxKonsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptx
Konsep Dasar Sejarah dan Kehidupan Masyarakat Praaksara.pptx
 
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docx
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docxPENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docx
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH.docx
 
JUMAT dian sej indo x mipa ips
JUMAT dian sej indo x mipa ipsJUMAT dian sej indo x mipa ips
JUMAT dian sej indo x mipa ips
 
2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf
2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf
2. Sejarah SMA CBT. Makalah 2. Pengantar Ilmu Sejarah.pdf
 
Pengertian sejarah
Pengertian sejarahPengertian sejarah
Pengertian sejarah
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
 
Guna sejarah 2 xcdsz
Guna sejarah 2 xcdszGuna sejarah 2 xcdsz
Guna sejarah 2 xcdsz
 
Buku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdf
Buku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdfBuku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdf
Buku Siswwa PAI Kelas 12 Edisi Revisi 2018.pdf
 
KURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docx
KURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docxKURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docx
KURIKULUM MERDEKA MATERI SEJ KELAS X FASE E.docx
 
1.1 potongan materi ppg
1.1 potongan materi ppg1.1 potongan materi ppg
1.1 potongan materi ppg
 
Pengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarahPengantar ilmu sejarah
Pengantar ilmu sejarah
 
pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1
pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1
pengertian-sejarah-dan-metode-sejarah-peradaban-islam1
 
Praaksara
PraaksaraPraaksara
Praaksara
 
Bab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptx
Bab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptxBab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptx
Bab 1 Pengantar Ilmu Sejarah.pptx
 
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesiaSebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
 
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
ILMU SEJARAH (PENGANTAR ILMU SOSIAL)
 
Materi 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.ppt
Materi 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.pptMateri 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.ppt
Materi 1 - Konsep Dasar Sejarah & Penelitian Sejarah.ppt
 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 

Pengantar ilmu sejarah

  • 1. MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU SEJARAH Oleh : Sumiatie, S.Pd.,M.Pd PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA 2014 w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 3. DAFTAR ISI BAB I PENGERTIAN SEJARAH………………………..…………………………………1 A. Asal-usul Kata Sejarah……………………………...………………………………1 B. Menurut Istilah……………………………………………………………………….2 C. Sejarah Sebagai Ilmu………………………………………..……………………...6 D. Manfaat Mempelajari Sejarah………………………………..…………………….8 BAB II METODE SEJARAH…………………………………………………..………..…10 A. Pengertian dan Proses Metode Sejarah…………….…………………………..10 B. Objektivitas dan Subjektivitas Sejarah………………………..…………………11 BAB III PENULISAN SEJARAH……………..……...……………………………………15 A. Penulisan Barat……………….….………………………………………………...15 B. Penulisan Tiongkok……………...…………….…………………………………..20 C. Penulisan Indonesia……………...………………………………………………..20 BAB IV PEMBAGIAN SEJARAH…………..…………………….……………………….25 A. Gerak Sejarah………………………………………………………......………….25 B. Pengurunan……………………………………..………………………………….27 C. Ciri-ciri Khusus Untuk Menetapkan Pengurunan……………………………....29 D. Pembagian Menurut Rating……………………………………………………….30 BAB VSUMBER SEJARAH…………………………..…………………………………..32 A. Pengetahuan Sumber Bahan-bahan Masa Lalu………………………………..32 B. Perbedaan antara Sumber Primer dan sumber Asli lainnya…………..………35 C. Tipe Dokumenter...………………………………..……………………………….36 D. Ilmu Bantu Sejarah……………………..……………………………………........36 w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 4. BAB VI FILSAFAT SEJARAH…………..…………………………...……………………44 A. Makna Filsafat Sejarah……………………...…………………………………….44 B. Pembagian Filsafat Sejarah…………………………………………………..…..47 C. Gerak Sejarah dan Tujuannya……………………………...…………………….52 BAB VII EKSPLANASI SEJARAH……….……………………………………………….62 A. Arti dan Pentingnya Eksplanasi Sejarah…………………………………..…….62 B. Model-model Eksplanasi Sejarah……………………..………………………….65 C. Beberapa Contoh Kausalitas dan Eksplanasi Sejarah…………...……………68 DAFTAR PUSTAKA w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 5. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 1 BAB I PENGERTIAN SEJARAH A. Asal-usul Kata Sejarah Kata “Sejarah” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yang diambil dari Syajarah. Kata Syajarah masuk dalam bahasa Melayu setelah akulturasi cukup panjang (asimilasi dalam kebudayaan) dengan kebudayaan Indonesia juga dengan kebudayaan Islam semenjak abad ke-13). Pada abad inilah, secara konvensional disepakati bahwa invensi dan discoveri berjalan diaklektis, yang pada gilirannya melahirkan realitas bahasa yang sampai kini dijadikan bahasa lingua franca oleh bangsa Indonesia. Kata Syajarah berarti pohon kehidupan. Maksudnya, segala hal mengenai kehidupan memiliki “pohon” yakni masa lalu itu sendiri. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang menjadi realitas masa kini. Singkatnya, masa kini adalah produk atau warisan masa lalu. Hal ini berkorelasi dengan arti kata Syajarah sebagai keturunan dan asal-usul. Syajarah sering dikaitkan pula dengan makna kata silsilah yang berarti urutan, seri, hubungan, dan daftar keturunan. Kata Syajarah bersinonim dengan istilah babad dalam tradisi masyarakat Jawa yang berarti riwayat kerajaan, riwayat bangsa, buku tahunan, dan kronik. Masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai suatu tradisi pencatatan atas kejadian- kejadian atau peristiwa penting secara teratur dan detail di atas daun lontar, yang dikenal dengan Attoriolong (Bugis) atau Pattoriolong (Makasar). Catatan itu berisi informasi mengenai asal-usul, tempat dan tanggal lahir, serta situasi atau kondisi tertentu pada saat seseorang dilahirkan. Kebanyakan tulisan-tulisan itu berkaitan dengan aktivitas politik dan pemerintahan kerajaan-kerajaan. Sejarah dalam kamus besar Bahasa Indonesia mengandung tiga makna, yaitu: 1. Kesusteraan lama (silsilah, asal-usul) 2. Kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu 3. Ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar- benar terjadi pada masa lampau, atau juga disebut riwayat ( Poerwadarminta, 2003). w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 6. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 2 Kata Syajarah yang diambil menjadi sejarah, sebagaimana dijelaskan sebelumnya diberi perluasan makna sebagai: (a) apa yang telah terjadi; (b) kisah dari semua yang telah terjadi, dan uraian ilmiah tentang hal yang telah terjadi. Dalam bahasa Arab pengertian sejarah digunakan Tarikh, yang mengandung arti penggalan, waktu, zaman, kurun zaman, perhitungan tahun ( tahun sebelum Masehi atau sesudah Masehi – dipakai sebutan sebelum atau sesudah tarikh Masehi). B. Menurut Istilah Istilah sejarah dalam bahasa Arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata arrakha yang berarti menulis atau mencatat; dan catatan tentang waktu serta peristiwa. Adapula yang berpendapat bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, Syajarah, yang berarti pohon atau silsilah. Makna silsilah lebih tertuju pada makna padanan tarikh; termasuk dengan padanan pengertian babad, mitos, legenda, dan seterusnya. Syajarah berarti terjadi, Syajarah an-nasab berarti pohon silsilah. Banyak pula yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa Yunani, historia. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis. Dari berbagai bahasa tersebut dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut waktu dan peristiwa. Oleh karena itu, masalah waktu memegang peranan penting dalam memahami satu peristiwa. Hal ini membuat para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi. Istilah sejarah, dalam pengertian terminologis atau istilahi, juga memiliki beberapa variasi redaksi. R.G Collingwood, misalnya mendefenisikan sejarah dengan ungkapan history is the history of thought (sejarah adalah sejarah pemikiran) ; history is a kind of research or inquiry (sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Collingwood juga memaknakan sejarah (dalam arti penulisan sejarah atau historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are people who build up a fantasy-word). Moh. Ali mengemukakan pengertian sejarah dengan mengacu pada tiga makna: 1. Sejumlah perubahan, kejadian, dan peristiwa kenyataan; w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 7. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 3 2. Cerita tentang perubahan, kejadian, peristiwa, atau realita; 3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan peristiwa realitas. Menurut Sartono Kartodidjo, sejarah dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu sejarah mentalitas (mentalited history), sejarah sosial (sosiological history), dan sejarah struktural (structural history). Adapun Hegel berpendapat bahwa sejarah terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Sejarah asli, memaparkan sebagian besar pada perbuatan, peristiwa, dan keadaan masyarakat yang ditemukan di hadapan mereka. 2. Sejarah reflektif adalah sejarah yang cara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu yang dengannya penulis sejarah berhubungan. 3. Sejarah filsafati, jenis ini tidak menggunakan sarana apapun, kecuali pertimbangan pemikiran terhadapnya. Sejarah adalah merekontruksi masa lalu, yaitu merekontruksi yang sudah dipikirkan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami orang. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu. Sejarah mempunyai kepentingan masa kini dan bahkan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, terus ditulis orang, pada semua peradaban dan sepanjang waktu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kerangka keragaman (diversity), perubahan (change), dan kesinambungan (continuity) melalui dimensi waktu. Menurut Louis Gottschalk, dalam bukunya Understanding History: a Primer of Historical Method, tentang pengertian sejarah. Sejarah dalam bahasa Inggrisnya “history” berasal dari kata benda. Yunani “istoria” yang berarti ilmu. Filsuf Yunani, Aristoteles, berpendapat bahwa “istoria” berarti suatu pertelaan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan factor atau tidak di dalam pertelaan. Penggunaan itu, meskipun jarang, masih tetap hidup di dalam bahasa Inggris dalam sebutan “natural history”. Akan tetapi dalam perkembangan zaman, kata latin yang sama artinya, yaitu “scientia” lebih sering digunakan untuk menyebutkan pertelaan sistematika non-kronologis mengenai gejala alam, sedangkan kata “istoria” dipergunakaan bagi pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama hal-ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Menurut defenisi umum, kata “history” kini berarti “masa lampau umat manusia”. Secara ringkas , pendapat Gottschalk tentang pengertian sejarah merupakan rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 8. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 4 Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodidjo dalam bukunya “Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah”, membagi pengertian sejarah pada dua aspek penting yaitu: 1. Sejarah dalam arti subjektif sebagai suatu konstruksi atau bangunan yang disusun oleh sejarawan sebagai suatu uraian atau cerita. Dikatakan subjektif karena sejarah memuat unsure-unsur dan isi subjek (penulis), dan 2. Sejarah dalam arti objektif yang menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, sebagai proses dalam aktualitasnya. Suatu kejadian yang pernah terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. Adapula yang mengartikan istilah sejarah dengan istilah babad, hikayat, riwayat, atau tambo yang artinya kejadian dan peristiwa masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan tentang kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan cara berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan. Selain dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora), sejarah juga digolongkan sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan pada masa lalu. Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Beberapa pakar sejarah mengatakan sebagai berikut: 1. J.V. Bryce: sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia. 2. W.H. Walsh: sejarah menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan dan pengalaman manusia masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti. 3. Patrick Gardiner: sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang telah diperbuat oleh manusia. 4. Moh. Yamin: sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. 5. Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut: w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 9. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 5 a. Jumlah perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. b. Cerita tentang perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejarah mempelajari peristiwa atau kejadian pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan peristiwa abadi, yaitu tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa, peristiwa unik yang hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya, dan peristiwa sejaarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak. Informasi dalam sejarah, dapat diperoleh antara lain berdasarkan:  Kurun waktu (kronologis);  Wilayah (geografis);  Negara (nasional);  Kelompok suku bangsa (etnis);  Topik atau pokok bahasan (topikal). Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Bahkan sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan kegagalan perjuangan suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari kemajuan dan kejatuhan sebuah negara dan peradaban, juga mempelajari peristiwa politik dan pengaruhnya pada kehidupan suatu bangsa. Sejarah juga dapat dipahami dari filsafat sosial, kebudayaan dan teknologi. Oleh karena itu, dapat dirumuskan defenisi sejarah, yaitu gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 10. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 6 C. Sejarah sebagai Ilmu Suatu hal dapat dikatakan sebagai ilmu apabila hal tersebut memenuhi syarat umum yaitu objek, tujuan, metodelogi dan sistematika. Sesuatu dikatakan memiliki objek, jika ilmu itu memiliki sasaran atau tujuan penelitian. Ilmu yang memiliki tujuan adalah ilmu yang mengantarkan kepada tujuan tertentu seperti biologi, biologi adalah ilmu yang memepelajari tentang mahluk hidup. Itu berarti biologi bertujuan mengajarkan tentang mahluk hidup dan segala aspek-aspeknya. Ilmu yang memiliki metodelogi adalah ilmu yang memiliki cara dalam mengembangkan materi-materi yang dibahas seperti pengalaman dan sebagainya. Sedangkan ilmu yang sistematika adalah ilmu yang secara berurutan atau kronologinya jelas sedang membahas atau mempelajari suatu hal. Sedangkan sejarah dikatakan sebagai ilmu, jika memiliki syarat yaitu empiris, memiliki objek, memiliki teori, generalisasi dan memiliki metode. Berikut ini penjabaran dari aspek tersebut : 1. Empiris Sejarah itu empiris mempunyai arti pengalaman, ini sesuai dengan ungkapan Kuntowijoyo (2013:46), “empiris berasal dari kata “Empeiria” Yunani yaitu pengalaman”. Mengapa sejarah itu empiris? Sejarah berasal dari pengalaman yang masih tercatat oleh memori kita. Pengalaman yang tadi telah diamati dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan itulah yang diteliti keabsahannya oleh sejarawan untuk menentukan fakta. Fakta itu ditafsirkan secara berbeda- beda. Jika suatu ilmu alam memiliki objek yang pasti. Sedangkan sejarah menjadikan bukti sebagai objeknya. Letak perbedaan ilmu alam dan sejarah dilihat dari bagaimana mereka mangamati objeknya bukan dari cara kerjanya. Jika dalam ilmu alam mereka bisa mengulang-ulang percobaan tentang suatu hal, akan tetapi dalam sejarah, hal itu tidak bisa dilakukan, karena sejarah itu hanya terjadi satu kali karena bersifat pengalaman, seperti pada saat proklamasi. Kejadian ini tidak bisa terjadi kembali dan diulang-ulang untuk diteliti. Hal ini yang menjadi sebab muncul pebedaan pendapat dari para sejarawan dalam mendiskripsikan suatu peristiwa tersebut. Karena kebenaran dalam sejarah hanya ada pada peristiwa itu sendiri. 2. Mempunyai Objek Berbeda dari sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya. Sejarah mempelajari manusia yang dikejar oleh waktu. Jika lebih dikhususkan, objek w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 11. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 7 penelitian sejarah memang manusia. Akan tetapi waktu sangat berperan penting dalam proses pembelajaran sejarah. Kebanyakan sejarawan bingung bagaimana menentukan waktu pas terjadinya sejarah tersebut. Kebanyakan ilmuwan hanya mengira-ngira waktu terdekat sejarah itu terjadi. Karena informasi yang mereka dapatkan sangat minim dan peristiwa tersebut tidak bisa terulang kembali. 3. Mempunyai Teori Seiring dengan munculnya banyak filsafat sejarah di muka bumi. Tentu saja, hal ini juga memicu munculnya teori-teori tentang sejarah.teori yang terdapat dalam sejarah ini berbeda-beda antara negara yang satu dengan yang lain, contohnya saja di Amerika yang beroriantasi pragmatis sedangkan di Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif. Ini semua sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2013:48) “di universitas-universitas Amerika yang berorientasi pragmatis, tidak diajarkan teori sejarah yang bersifat filosof. Sebaliknya, di negara Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif, teori sejarah yang bersifat filosof yang diajarkan”. 4. Mempunyai Generalisasi Generalisasi sejarah memiliki arti seperti yang diungkapkan Kuntowijoyo dalam bukunya pengantar ilmu sejarah. Kuntowijoyo (2013:48). Generalisasi, dari bahasa latin “generalis” yang berarti umum. Sama dengan ilmu lain sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Hanya saja perlu diingat kalau ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sejarah itu pada dasarnya bersifat ideografis. Kalau sosiologi membicarakan masyarakat di pojok jalan atau antropologi membicarakan pluralisme amerika, mereka dituntut untuk menarik kesimpulan-kesimpulan umum yang berlaku dimana-mana dan dapat dianggap sebagai kebenaran umum. Generalisasi dalam hal sejarah disini mempunyai arti koreksi dari kesimpulan ilmu pengetahuan lain yang kurang akurat. Banyak kejadian atau ilmu yang belum mempunyai jawaban pasti, akan tetapi setelah menyangkut pautkan dengan sejarah akhirnya ditemukan jawaban yang pasti. 5. Mempunyai Metode Hal ini berkaitan dengan tujuan ilmu sejarah, yaitu menjelaskan tentang kontinuitas dan perubahan dalam kehidupan umat manusia. Unmtuk mengetahuinya, maka perlu ada cara atau metode dalam menjelaskannya. Cara w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 12. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 8 sistematis rekonstrusi masa silam meliputi heuristic, kritik, interpretasi, dan historiogarafi. D. Manfaat Mempelajari Sejarah Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa sejarah terus ditulis orang, disemua peradaban dan sepanjang waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Perspektif tentang nilai guna (mempelajari) sejarah memang tidak mudah disamakan antara yang belajar sejarah dan mereka yang tidak memahami sejarah. Tetapi bagi mereka yang meragukan hasil peradaban manusia ini, maka akan dipaparkan manfaat dan kegunaan sejarah. Secara umum, guna sejarah dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Edukatif (Pendidikan) Banyak manusia yang belajar dari sejarah atau pengalaman, baik yang dilakukan sendiri, oleh orang lain atau oleh generasi sebelumnya. Kita sering mendengar ungkapan “belajarlah dari sejarah” atau “sejarah mengajarkan kepada kita”. Menurut C.P. Hill fungsi sejarah bagi peserta didik adalah untuk: a. Memuaskan rasa ingin tahu tentang orang lain, para pahlawan, dan membangkitkan kekaguman tentang kehidupan manusia pada masa lampau. b. Mewariskan kebudayaan umat manusia kepada para siswa. c. Membantu mengembangkan rasa cinta tanah air dikalangan siswa. Melalui sejarah manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan cara meniru pengalaman-pengalaman yang baik serta membuang pengalaman yang tidak baik dari generasi sebelumnya. 2. Inspiratif (Wawasan) Sejarah berguna untuk memberikan inspirasi atau pemikiran. Berbagai peristiwa pada masa lampau akan memberikan inspirasi pada pembentukan moral dan karakter (nation building). Misalnya semangat 1945 yang memiliki nilai-nilai persatuan dan kesatuan, rela berkorban, berjuang tanpa pamrih dan cinta tanah air. Melalui sejarah, maka generasi muda, khususnya pelajar dan mahasiswa dapat memiliki inspirasi dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa melalui bidang pendidikan dengan cara menyerap dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian sejarah dapat menimbulkan munculnya ide-ide serta kreatifitas bagi kalangan para pemuda dalam rangka turut serta melaksanakan pembangunan bangsa. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 13. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 9 3. Interaktif (Dialog) Sejarah menurut Edward Hellet Carr adalah sebuah dialog yang tidak berkesudahan. Dialog antara sejarawan dengan masa lalu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan sumber sejarah. Dengan demikian, proses berdialog dengan masa lalu membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam membuka lembaran- lembaran dan ingatan kolektif tentang informasi terkait dengan kejadian masa lalu. Kualitas dialog sangat ditentukan oleh ketersedian sumber sejarah. Artinya, kunci dari dialog sejarah, yang membedakan dengan ilmu sastra (yang juga menggunakan imajinasi dalam menjelaskan kesan penulisnya) ialah pada penggunaan sumber sejarah. Proses dialog ini tidak akan pernah berakhir, selama sumber sejarah masih dapat digunakan dan sejarawan masih menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh untuk mengkomunikasikannya dengan manusia yang hidup sekarang. 4. Rekreatif (Kesenangan) Biasanya situs-situs sejarah dan prasejarah disamping sebagai kekayaan ilmiah, juga dapat dijadikan tempat pariwisata yang akan membawa dampak bagi perekonomian daerah maupun nasional. Karena dengan melihat jejak-jejak sejarah pada situs-situs tersebut orang akan diajak kembali berekreasi menikmati keindahan masa lampau. Dalam fungsi rekreatif sejarah berperan sebagai pemandu atau memberikan petunjuk-petunjuk penting terhadap peninggalan-peninggalan sejarah. Dari sejarah, orang akan memperoleh informasi secara lengkap terhadap peninggalan- peninggalan sebagai bukti bahwa pada masa lampau manusia telah mengembangkan kebudayaan dari berbagai aspek kehidupan. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 14. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 10 BAB II METODE SEJARAH A. Pengertian dan Proses Metode Sejarah Setiap ilmu mempunyai metode. Tanpa metode, kumpulan pengetahuan tentang objek tertentu tidak dapat dikatakan sebagai ilmu, sekalipun masih ada syarat lain. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni Methodos yang berarti cara atau jalan. Dalam kaidah ilmiah, metode berkaitan dengan cara kerja atau prosedur untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode sejarah mengandung makna sekumpulan prinsip dan aturan. Metode sejarah juga bermakna suatu proses. Dua pengertian tersebut kedudukannya sama kuat, jika yang satu merupakan prinsip-prinsip, yang lain proses. Defenisi pertama mengambil pendapat Gilbert J. Garraghan S.J., “Historical method is a systematic body of principles and rules designed to aid effectively in gathering the source-materials of history, appraising the critically, and presenting a syinthesis (generally in written form) of the result achieved” (metode sejarah adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan bagi sejarah, menilai secara kritis, dan menyajikan suatu sintesis dari hasil-hasilnya, biasanya dalam bentuk tertulis). Defenisi lain adalah, “The process of critically examing an analyzing the record and survivals of the fast is here called historical method” (proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau). Di sini prosesnya yang ditekankan, tetapi isinya sama. Jadi, metode sejarah ialah sarana sejarawan untuk melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah. Ada empat tahap proses metode sejarah. Pertama, heuristik (yunani: heuriskein), artinya to find yang berarti tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu baru menemukan. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber. Tempat untuk memperoleh sumber-sumber sejarah yaitu: 1. Museum: tempat penyimpanan benda-benda kuno untuk yang bersifat arkeologis, epigrafis, dan numismatis. 2. Perpustakaan: tempat penyimpanan dan pembacaan buku-buku; guna mendapatkan keterangan mengenai sumber sejarah. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 15. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 11 3. Arsip Negara: tempat penyimpanan dokumen-dokumen resmi 4. Arsip: tempat penyimpanan dokumen pribadi antiquar, dokumentasi perusahaan, dokumentasi pemerintah, dan sebagainya. Kedua, setelah menemukan sumber-sumber, sumber-sumber itu di uji dengan kritik. Ada dua macam kritik, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menyangkut dokumen-dokumennya. Jika ada dokumen, misalnya kita teliti apakah dokumen itu dikehendaki atau tidak, apakah palsu atau tidak, apakah utuh ataukah sudah diubah sebagian-sebagian. Jika sudah puas mengenai suatu dokumen, kita melihat isinya. Cara menilai isinya dilakukan dengan kritik intern. Tujuan kritik adalah menyeleksi “data” menjadi “fakta”. Di kalangan masyarakat luas, data dan fakta dicampuradukan. Padahal, keduanya tidak sama. Data adalah semua bahan; fakta adalah bahan yang sudah lulus diuji dengan kritik. Jadi, fakta itu sudah terkoreksi. Ketiga, setelah memperoleh sejumlah fakta yang cukup, kita merangkaikan fakta-fakta itu menjadi suatu keseluruhan yang masuk akal. Ini dilakukan dalam tahap ketiga metode sejarah, yaitu tahap “interprestasi” atau tahap penafsiran. Setelah selesai penafsirannya, kita sampai pada tahap terakhir, yaitu “historiografi”, yaitu “penulisan sejarah”. Tujuan kegiatan ini adalah merangkai fakta- fakta menjadi kisah sejarah. Historigrafi menurut Gottschalk adalah kontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses. B. Objektivitas dan Subjektivitas Sejarah Objektivitas dan subjektivitas sering dipersoalkan oleh masyarakat, apalagi dalam hal penulisan sejarah. Hal ini karena sejarah tidak mungkin objektif, sekalipun sejarawan telah berusaha bersikap subjektif dalam menulis sejarah. Selanjutnya, sekalipun sama-sama berdasarkan objektivitas, hasil dari sejarawan suatu masa berbeda dan karya sejarawan masa lain mengenai objek yang sama. Demikian pula, hasil dari sejarawan suatu bangsa, berbeda pula dari sejarawan dari bangsa lain mengenai objek yang sama. Jadi, kenyataannya sejarah dibuat oleh manusia berdasarkan fakta-fakta atau warisan masa lalu. Manusia adalah “subjek”, sedangkan fakta atau warisan masa lalu adalah “objek”. Bagaimanapun objektivitas telah diusahakan, objektivitas itu tenggelam dalam kesubjektifan. Hal ini karena untuk menjadi sejarah, objek harus ditafsirkan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 16. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 12 oleh subjek. Tanpa penafsiran, objek akan menjadi pseudo sejarah ( hanya melukiskan yang berbentuk kronik atau annal). Jadi, sejarawan seakan seorang pelukis tentang fakta atau warisan yang lalu. Lukisannya baru menjadi sejarah, apabila dalam urutan peristiwanya dicapai suatu gambaran, bentuk, yaitu dengan mengemukakan pengertian dari peristiwa-peristiwa itu. Terdapat hal yang kontradiksi, sebagai ilmu, sejarah harus objektif. Ilmu tanpa objektivitas berhenti sebagai ilmu. Artinya, nilai karya sejarawan bergantung pada objektivitasnya. Suatu karya sejarah akan jatuh nilainya, apabila sejarawannya tidak objektif. Sejarah ini hilang sifat ilmiahnya, bertukar dengan sifat lain, seperti sifat legendaries, mythisch, politis atau syauvinistis (adaptasi ejaan lidah Indonesia dari chauvinismus, yang bermakna kesukaan yang berlebihan pada segala sesuatu dari lingkungan sendiri atau cinta tanah air yang berlebihan sehingga melahirkan akses). Menurut Nugroho Notosusanto, subjektivitas timbul karena hal berikut: 1. Sikap berat sebelah (personal bias), misalnya sejarawan yang menyukai pahlawan-pahlawan, hampir dapat dipastikan menganggap bahwa sejarah dunia pada dasarnya adalah sejarah orang-orang besar (universal history, the history of what man has accom-plished in this world, it at bottom the history of the great men who have worked here). 2. Prasangka kelompok (group prejudice), yaitu sikap berat sebelah karena kelompok-kelompok. Misalnya, tentang sejarah Diponegoro. Bangsa Belanda mengatakan bahwa Diponegoro adalah seorang pemberontak. Akan tetapi, bagi bangsa Indonesia, Diponegoro dinilai dan dikatakan sebaliknya. 3. Teori-teori interprestasi sejarah yang bertentangan. Inilah yang berpengaruh di dalam proses sejarah. Ada yang menyatakan faktor-faktor ekonomi, ada pula yang mengatakan bahwa “bahwa politik adalah panglima”. Artinya, yang menentukan segala-segalanya adalah politik. Adapula yang menyatakan faktor- faktor budayalah yang menentukan. 4. Konflik filsafat. Misalnya, pendapat orang yang menganggap bahwa Tuhan itu Mahakuasa, tentu berbeda dengan orang yang menganggap Tuhan itu tidak ada. Kalau orang menganggap Tuhan itu ada, tentu sejarah yang ditafsirkan ada kaitannya dengan Tuhan. Kaitan itu dapat langsung ataupun tidak langsung. Akan tetapi, bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan, tentu tidak ada Tuhan didalam sejarah. Ini juga akan menyebabkan prasangka atau sikap berat sebelah. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 17. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 13 Pernyataan segera timbul, mengapa terdapat dua sejarah atau lebih yang berbeda tentang suatu bangsa, masyarakat atau kejadian?. Kalau hal ini ditinjau secara filsafat, perbedaan itu harus ada. Sejarah adalah buatan sejarah. Pikiran manusialah yang membuat sejarah. Karena pikiran itu tidak sama (lihat empat faktor diatas), tidak sama pula hasilnya. Selanjutnya, jika terhadap peristiwa yang baru sama-sama dialami, tetapi memunculkan pendapat yang berbeda, apalagi terhadap peristiwa yang tidak mereka alami sendiri dan kejadiannya sudah jauh berlalu. Oleh karena itu, “kenyataan” dan “kebenaran” sejarah bukan harus sampai pada kenyataan dan kebenaran mutlak. Hal itu di luar kemampuan disebabkan beberapa faktor, seperti hilangnya petunjuk, rusaknya bekas peninggalan, atau seperti ada tujuan atau kepentingan tertentu (lihat empat faktor di atas). Pada pihak lain, sejarawan dapat menemukan dokumen palsu, baik dengan maksud propaganda, membela ide tertentu, demi popularitas, maupun perdagangan dan keuntungan. Oleh karena itu, bekas peninggalan manusia harus dapat dipelajari dengan jiwa kritis dan hati-hati. Nilai sejarah yang tertulis, menurut Dr. Hasan Usman, harus didefenisikan berdasar atas asas-asas yang esensial berikut: 1. Jenis data yang informasinya dijadikan sumber oleh penelitian harus terus digali. Apakah berupa ukiran atau peninggalan kuno yang baru, yang validitasnya atau informasinya dapat dipercaya, atau merupakan sumber dokumen, surat-surat yang dikeluarkan dari arsip historis yang diyakini tidak palsu dan dapat dijadikan informasi yang valid, belum pernah diumumkan atau belum pernah digunakan secara sempurna, atau data yang dijadikan pegangan peneliti hanya data sekunder yang tidak memilikinilai ilmiah. 2. Nilai sejarah yang ditulis ditentukan berdasarkan kemampuan peneliti dalam mempelajari dan menelitinya, dan kemampuannya mengkritik manuskrip, sumber-sumber dan referensi yang ada, dan berdasarkan system penyimpulan, para peneliti saling berbeda atau satu sama lain sejalan dengan perbedaannya dalam memahami, menginterprestasikan, dan menyingkapkan. 3. Nilai sejarah yang ditulis ditentukan oleh upaya peneliti menjauhkan dirinya dari memihak dan hawa nafsu, dan penyesuaiannya dengan fakta sekedar kemampuannya. Terkadang, seorang peneliti terpengaruh oleh jiwa masa tertentu, seperti masa peperangan Salib atau masa Revolusi Industri atau pertumbuhan demokrasi atau lahirnya sosialisme, sehingga ia menulis w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 18. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 14 dengan berusaha menundukkan tema tertentu pada pendapat dan pemikirannya. Pokok-pokok pikiran tersebut menunjukkan bahwa nilai sejarah yang tertulis ditentukan berdasarkan tingkat pengetahuan seorang peneliti dan system penelitian yang dipergunakan juga berdasarkan bakat seseorang. Di sinilah sejarawan harus belajar membaca dan menginterprestasikan dokumen, monument sebagai pengetahuan bekas-bekas aktivitas masa lampau, tetapi yang disampaikan kepada kita dengan bahasa sendiri. Sehubungan dengan itu, jelas bahwa ilmu sejarah tidak hanya mencatat pada fakta, tetapi mencari realisasinya. Fakta-fakta yang merupakan kerangka belaka, baru hidup setalah ada saraf, darah, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam mencari realisasi antara fakta-fakta dalam sejarah, berarti kita membuat interprestasi (tafsiran) sejarah. Jika demikian, sejarah sebagai ilmu sejarah adalah ingatan kolektif tentang masa lampau. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 19. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 15 BAB III PENULISAN SEJARAH A. Penulisan Barat 1. Penulisan Zaman Yunani - Romawi Dalam masalah sejarah penulisan sejarah (historiografi), para pakar sejarah umumnya melihat kepada historiografi Eropa karena dari wilayah inilah bermula munculnya tradisi penulisan sejarah, khususnya sejarah sebagai kajian ilmiah. Di Yunani tradisi penulisan itu sudah dimulai yang disusun dalam bentuk puisi, misalnya karya Homer, yaitu Illiad-Odessy yang menceritakan kehancuran kerajaan Troya tahun 1200 SM. Meskipun karya ini bertolak dari suatu kenyataan masa lampau, namun budaya zaman yang hidup waktu itu telah membuat karya lebih menyerupai mitologi daripada karya sejarah. Banyak aspek supernatural dipergunakan sebagai dasar penjelasannya mengenai sebab-musabab terjadinya suatu peristiwa. Seperti telah disinggung di atas, penulisan sejarah yang lebih rasional baru muncul sekitar abad ke-5 SM, yaitu dengan terbitnya karya Herodotus yang disusul oleh karya Thucydides. Tradisi Yunani itu kemudian dijadikan model oleh para sejarawan Romawi, antara lain oleh Polybius (orang Yunani yang dibesarkan di Roma). Ia banyak menulis tentang masa akhir Yunani sampai awal berdirinya Romawi. Penulis Romawi sendiri antara lain: Julius Caesar (100-44 SM), Gaius Sallustius Crispus (ca. 86-34 SM), Titus Livius (59 SM-17 M), dan Pablius Cornelius Tacitus (ca. 55-120 M). Julius Caesar adalah seorang jenderal yang kemudian menjadi kaisar, menulis Commentaries on Gallic War, yang merupakan memoir tentang suku Gallia, dan civil War yang merupakan penjelasan mengenai sebab-musabab terjadinya perang Gallia, sekaaligus tentang adat-istiadat suku tersebut. Sallustius terkenal dengan monografi dan biografinya. Bentuk karya yang disebut terakhir sekaligus menjadi salah satu ciri bagi penulisan sejarah era Romawi. Ia menulis history of Rome, Conspiracy of Catiline, Jugurtbine War. Analisanya dinilai cukup netral, namun sayang dia ceroboh dalam masalah kronologi dan geografi sehingga mengurangi nilai karyanya itu. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 20. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 16 Livius merupakan salah satu contoh penulis yang hampir sepenuhnya menggunakan model Yunani. Dalam pembuktiannya ia lebih banyak mengemukakan retorika sehingga mengorbankan kebenaran sejarah. Karyanya tentang berdirinya kota Roma merupakan campuran antara data faktual dan fantasi. Tacitus menulis Annals, Histories, dan Germania. Karyanya itu merupakan paduan antara karya Livius yang cenderung pada retorika dan Polybius yang cenderung pada sejarah. Ia tercatat sebagai orang pertama yang melukiskan sebab moral runtuhnya kekaisaran Romawi. 2. Penulisan Zaman Abad Pertengahan Tradisi Yunani yang dilanjutkan oleh Romawi itu kemudian terhenti oleh kemenangan Kristen di Eropa. Kebudayaan Yunani-Romawi yang bertumpu kepada kekuatan akal dianggap sebagai hasil setan karenanya harus ditolak dan digantikan dengan kebudayaan Kristen yang bertumpu pada agama dan supernatural. Menurut pandangan yang disebut terakhir, sejarah tidak bisa dipisahkan dari teologi atau agama. Sebagai contoh dalam periodisasi atau pembabakan sejarah disesuaikan dengan ajaran yang ada pada kitab Injil (Perjanjian Baru). Sebagai contoh adalah skema periodesasi yang disusun Augustine: --O------- 1 ----0------ 2 -------0------ 3------0------- 4 -----0---- 5 -------0---- 6 ------0-------- Adam---Nuh------Ibrahim-------- Daud -------Babylonia ----Jesus----- kedatangan Jesus ke-2. The City of God adalah karya Augustine (ca. 354-430 M) yang merupakan filsafat sejarah Kristen yang cukup berpengaruh, khususnya pada abad pertengahan yang sering dikenal dengan sebutan “Abad Kegelapan” (The Dark Ages) yang melahirkan struktur masyarakat feudal di Eropa. Menurut pandangan Kristen orang harus memilih antara Tuhan dan setan. Orang yang terlibat dalam sejarah suci akan dimenangkan oleh Tuhan. Pada masa ini pusat penulisan sejarah terdapat di gereja dan Negara dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama. Tinjauan kritis dan netral yang didukung oleh data-data faktual tidak terlihat pada zaman Kristen di Abad Pertengahan ini. Karya-karya yang lahir pada abad-abad ini antara lain: Chronographia karya Sextus Julius Africanus (ca. 180-250 M) yang mengungkapkan bahwa dunia w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 21. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 17 diciptakan Tuhan pada 5499 SM; Seven Books Against the Pagan karya Paulus Orosius (ca. 380-420 M) murid Augustine, yang menguangkapkan pembelaannya atas peradaban Kristen yang dituduh sebagai penyebab runtuhnya Romawi (Barat) pada abad ke-5 M. Dalam karyanya itu itu Orosius mengatakan bahwa keruntuhan paganisme sudah menjadi kehendak Tuhan, karena orang-orang kafir itu akan runtuh. 3. Penulisan Zaman Renaissance, Reformasi dan Kontra Reformasi. Sejalan dengan semakin pulihnya keamanan dan perdagangan di Eropa, sekaligus sebagai pertanda berakhirnya Abad Pertengahan pada abad ke-15, untuk memasuki era Renaissance. Pada era ini semangat paga dan kebudayaan klasik Yunani-Romawi menjadi model. Corak penulisan sejarah pun kembali mengalami perubahan. Pembuktian kebenaran sejarah tidak lagi bersandar pada wahyu melainkan pada akal, teologi yang dogmatis diganti dengan ilmu. Hal ini antara lain tercermin dari karya Lorenzo Valla (1407-1457) yang menulis The History of Ferdinand I of Aragon, The History of Ferdinand I of Aragon, yang berupaya membuktikan bahwa berita kaisar Konstantinus (memerintah 305-337) telah memberikan hak politik kepada paus adalah tidak palsu. Meskipun kebenaran yang dikemukakannya juga dapat disangkal oleh yang lain, namun keberaniannya dalam melakukan kritik merupakan satu langkah yang maju waktu itu. Dekonstruksi terhadap historiografi Abad Pertengahan berlanjut pada masa “Reformasi”. Hal ini antara lain tercermin dari karya lacich Illyricus (1520-1575), Magdeburg Centuries yang merupakan sejarah polemik. Dalam bukunya itu ia banyak menyerang institusi kepausan dari segi hukum dan konstitusi. Buku ini benyak dikecam oleh gerakan “kontra Reformasi” yang berupaya menegakkan kembali kewibawaan gereja Katholik yang dinilai telah dirusak oleh gerakan Reformasi. Cardinal Caesar Baronius (1538-1607) misalnya menulis buku Ecclesistical Annals yang merupakan jawaban langsung terhadap tuduhan dari buku Magdeburg Centuries. Tulisannya itu jelas merupakan karya yang memihak dan apologetis, yang banyak mengalihkan isu yang penting ke isu sekunder yang tidak relevan. Meskipun demikian nilai buku itu cukup tinggi, terutama dalam penggunaan sumber datanya. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 22. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 18 4. Dari Rasionalisme ke Liberalisme Seperti telah disinggung di atas, dari segi pengungkapan kebenaran sejarah, model Yunani dengan retorikanya masih cukup Nampak pada abad ke-17 dan ke- 18. Abad ini yang sering disebut sebagai Abad Rasionalisme-Pencerahan telah melahirkan banyak karya, misalnya: Essay on the manners and spirit of the Nation karya Voltaire (1697-1778) yang terbir pada tahun 1756. Buku ini merupakan sejarah umum yang membeberkan sumbangan bangsa-bangsa Timur dan Islam terhadap peradaban dunia dan Eropa; History of England from the Invasion of Julius Caesar to the Revolution of 1698 karya David Hume (1711-1776); dan The History of the Decline and Fall of the Roman Empire karya Edward Gibbon yang terbit pada tahun 1776. Seperti telah disinggung di atas, Gibbon merupakan sejarawan pertama yang menggunakan eviden (dokumen) untuk pembuktian kebenaran sejarah. Selain gayanya yng berbeda, akurasinya dalam penulisan yang didukung dengan bukti- bukti membuat karyanya menjadi penting dan ‘abadi’ dalam historiografi dunia. Meskipun ia tergolong sejarawaan rasionalis, namun dalam menulis tentang kemunculan agama Kristen di dunia Barat cukup obyektif, demikian pula mengenai sumbangan Islam pada peradaban dunia. Historiografi pada abad ke-19 ditandai dengan beberapa ciri yang cukup menonjol, antara lain: (1) penghargaan kembali pada Abad Pertengahan, (2) munculnya liberalism, (3) munculnya filsafat sejarah, dan (4) nasionalisme. Sejarah yang bersifat nasionalistis misalnya Address to the German Nation karya Johann Gottlieb Fitchte (1762-1814). Dalam buku ini ia mengemukakan perbedaan antara orang-orang Jerman yang disebutnya Urvolk alias bangsa yang masih murni dan orang-orang Eropa selatan yang disebutnya Mischvolk alias bangsa campuran yang sedang mengalami keruntuhan. Tulisannya itu telah memberi dorongan timbulnya nasionalisme Jerman. Abad 19 selain melahirkan Leopold von Ranke yang dianggap sebagai bapak sejarah science, juga melahirkan banyak pemikir-pemikir sejarah (filsafat sejarah) yang berpengaruh pada perkembangan teori dan metode sejarah pada tahun-tahun berikutnya. Misalnya: Georg Wilhelm Friederich Hegel (1770-1831) yang menulis buku Philosophyof History. Dalam bukunya itu ia berpendapat bahwa sejarah itu maju dengan cara dialeksis. Diawali dengan tesis yang mendapat perlawanan dari w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 23. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 19 satu kekuatan yang disebut anti-tesis. Dari pertarungannya itu melahirkan sintesis sebagai tujuan akhir. Pada gilirannya nanti sintesis ini akan berubah menjadi tesis baru, yang kemudian berproses sampai menghasilkan sintesa baru, dst. Heinrich Karl Marx (1818-1883) memakai dialektika Hegel, dengan proletariat sebagai sarana pembebasan manusia. Pengaruh filsafat sejarah Hegel ini antara lain nampak pada karya Francis Fukuyama, The End of History and The Last Man yang terbit pertama kali pada tahun 1992. Dalam karyanya itu Fukuyama menginterpretasikan perkembangan masyarakat dunia (masa kontemporer) didorong oleh dua faktor, yaitu (1) perkembangan ekonomi yang didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan (2) keinginan untuk diakui, dihargai, dan persamaan hak. Kedua faktor inilah yang sering digugat oleh system komunis yang dapat dinilai sebagai kekuatan anti-tesis yang kemudian menghasilkan tujuan akhir sejarah manusia, yaitu masyarakat kapitalis dengan sistem politik demokrasi liberalnya. Menjelang akhir abad ke-19 kebenaran yang dikemukakan oleh Ranke mulai diragukan, sebab menulis sejarah “sebagaimana yang terjadi dinilai bertentangan dengan psikologi. Sadar atau tidak, setiap orang yang menulis pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Fakta sejarah bukanlah batu bata yang tinggal dipasang saja, melainkan fakta yang dipilih dengan sengaja oleh sejarawan. Seperti dikemukakan oleh Carl L.Becker (1873-1945), pemujaan terhadap fakta hanyalah ilusi. Sementara itu James Harvey Robinson (1863-1936) mengatakan bahwa sejarah kritis kita hanya dapat menangkap “permukaan”, tidak dapat menangkap realitas di bawah dan tidak dapat memahami perilaku manusia. Atas dasar pemikiran itu maka muncul gagasan baru tentang perlunya “sejarah baru” atau “new perpective on historical writing”. Berbeda dengan historiografi modern yang dipelopori Ranke yang menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan perlunya penggunaan ilmu-ilmu sosial, sekaligus mendekatkan kembali ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, sehingga seringkali sejarah baru itu disebut sebagai “sejarah sosial”. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 24. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 20 B. Penulisan Tiongkok Sejarah Tiongkok ditulis dalam kamus-kamus besar yang disusun sistematis dan dimulai sejak awal zaman dinasti Tiongkok. Sejarah Tiongkok yang agak terang diketahui ialah semenjak 1500 SM. Dinasti tertua adalah dinasti Tsjou (1050 – 256 SM). Pada masa ini, norma-norma susila dijamin dan dilindungi oleh kerajaan. Tidak heran jika kebudayaan yang menitikberatkan susila dalam kehidupannya, mengajukan pertanyaan tentang kehidupan masa lalu. Disusunlah sejarah untuk menjawab pertanyaan ini. Objek sejarah atau factor yang tetap dipandang dalam sejarah adalah kebajikan dan susila. Bentuk sejarah adalah annal resmi dari berbagai dinasti, riwayat hidup dari orang-orang ternama, lukisan perjalanan, perantauan, pengembaraan, dan pembicaraan yang bersifat khusus. Karena pokok-pokoknya beragam sekali tanpa ukuran yang penting, penulisan sejarah tenggelam dalam jumlah kekhususan yang tidak habis-habisnya. C. Penulisan Indonesia Penulisan sejarah di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak masa kerajaan Hindu-Buddha berkembang di kepulauan Indonesia, misalnya “Pararaton”, “Negara Kertagama”, dan “Carita Parahiyangan”. Demikian pula era kesultanan atau kesunanan yang bercorak Islam, terbit misalnya; “Hikayat Tanah Hitu”, “Tuhfat al Nafis”, “Babad Tanah Jawi”, dan “Babad Kraton”. Akan tetapi karya-karya para “sejarawan” atau tepat para pujangga dinilai kurang bernilai sejarah karena sarat dengan mitos-mitos seperti halnya historiografi Abad Pertengahan di Eropa. Sifatnya primordial atau istana sentries, legitimasi, anakronis, dengan sumber data yang seringkali sulit dilacak serta analisa sebab-musabab supernaturalnya. Oleh karena itu pada awalnya tidak sedikit sejarawan akademik yang menilai karya-karya seperti itu tidak patut dijadikan sebagai referensi penelitian sejarah ilmiah. Salah satu pujangga istana Surakarta, Yasadipura (1729-1805) barangkali dapat disebut sebagai ‘sejarawan’ yang mulai mengkaji kembali karya-karya historiografi tradisional Indonesia. Ia menulis Babad Giyanti yang merupakan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 25. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 21 penafsiran kembali karya-karya yang lebih tua, yang disesuaikan dengan kebutuhan zamannya. Kemudian pada abad ke-19 beberapa pelaku sejarah juga menuliskan sejarahnya, seperti Pangeran Dipenogoro menulis Babad Dipenogoro, yang ditulisnya pada tahun 1835, semasa dia berada di pengasingan. Mungkin saja masih banyak pujangga dan pelaku sejarah Indonesia yang menulis, namun sejalan dengan perkembangan dunia kolonial, penelitian, pengumpulan data dan komunikasi pemikiran sejarah pada abad ke-19 hampir sepenuhnya berada di tangan orang- orang Belanda/Barat. Selain itu mereka mempunyai tradisi dalam historiografi kolonial yang cukup lama Oleh karena itu pada masa kolonial, sejarah dianggap benar dan penting-bahkan oleh orang-orang Indonesia berpendidikan adalah “babad londo” dengan tokoh-tokohnya yang berkuasa seperti gubernur jenderal dan para residennya, bukan sultan, susuhunan, kiai atau pemimpin Indonesia lainnya. Awal abad ke-20 perkembangan historiografi Indonesia dimulai dengan munculnya studi sejarah yang kritis. Husein Djajadiningrat dapat dikatakan sebagai orang Indonesia pertama yang melakukan prinsip-prinsip metode kritis sejarah. Karyanya, Critische Beschouwingen van de Sejarah Banten (1913) sebenarnya merupakan studi filologis yang menggunakan historiografi tradisional sebagai obyeknya. Kemudian pada tahun 1936 giliran saudaranya, Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat yang menerbitkan karya biografinya, Kenang-kenangan Pangran Aria Achmad Djajadiningrat (Herrineringen van Pangran Aria Achmad Djajadiningrat) dalam dua bahasa, Indonesia dan Belanda. Sejalan dengan berkembangnya metode kritis, perkembangan nasionalisme Indonesia yang berkembang sejak awal tahun 1920-an, membutuhan pula sejarah yang dapat menunjukkan identitas dan simbol keindonesiaan. Semangat inilah yang mendorong penulisan sejarah dengan pendekatan “Indonesia sentries” menggantikan sudut pandang “Eropa sentries” atau “Belanda sentries” yang berkembang waktu itu. Namun seperti dikemukakan oleh Coolhaas bahwa harapan penulisan sejarah Indonesia akan sulit berkembang mengingat orang-orang Indonesia masih sedikit yang terlibat secara aktif dalam politik. Kenyataannya memang demikian, sampai meletusnya Perang Dunia II karya-karya sejarah kolonial masih mendominasi, di antaranya karya FW Stapel dkk, Geschiedenis van Nederlandsch-Indiё, yang mempunyai pengaruh besar terhadap penulisan sejarah Indonesia kemudian, terutama buku-buku ajar sejarah pada tingkat sekolah menengah. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 26. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 22 Setelah proklamasi kemerdekaan literatur sejarah Indonesia mengalami “booming”. Semangat nasionalisme yang berkobar-kobar dalam periode post colonial telah mendorong diterbitkannya buku-buku sejarah yang “Indonesia Sentris”. Oleh karena itu pada periode post revolusi ini banyak diterbitkan biografi tokoh-tokoh maupun pahlawan nasional seperti: Teuku Umar, Imam Bonjol, Pattimura, Nuku dan Diponegoro karena obyek-obyek penulisan seperti ini yang mampu menunjukkan identitas dan symbol keindonesiaan. Demikian pula sejarah perlawanan terhadap penjajah, seperti Perang Dipenogoro, Perang Aceh, Perang Padri, pergerakan nasional dan sebagainya menempati posisi yang sama seperti biografi para tokoh tadi. Tidak sedikit politisi aktif yang ikut menulis sejarah seperti Mr. Muhammad Yamin menghasilkan beberapa karya sejarah, antara lain 6000 Tahun Sang Merah Putih, atau menuliskan memoarnya, seperti TB Simatupang menulis Laporan dari Banaran (1960). Semangat patriotisme yang berkobar-kobar namun tidak disertai dengan penguasaan metode sejarah teknis membuat banyak karya sejarah terbit pada periode ini sulit dipertanggungjawabkan dengan metode kritis. Dapat dikatakan sebagian besar karya sejarah waktu itu tidak lebih dari sejarah kolonial yang diputar balik peranan pelakunya, dari “pemberontak” menjadi “pahlawan”, dari “jahat” menjadi “baik”, dari pemberontak Diponegoro menjadi pahlawan Diponeogoro dan seterusnya. Karena itu pula banyak kritik terhadap karya seperti itu. Tidak sedikit pula sejarawan asing yang pesimistis terhadap obyektivitas sejarah yang “Indonesia sentries”. Pesimistis yang sempat berkembang itu kemudian menghilang sejalan dengan dibukanya kembali program studi sejarah di beberapa perguruan tinggi Indonesia. Pada tahun 1966 terbit buku The Peasants’ Revolt of Banten in 1888: Its Conditions, Course and Sequel (terjemahannya, Pemberontakan Petani Banten 1888 terbit pada tahun 1984) karya Sartono Kartodirdjo. Dengan karyanya ini, yang disusul oleh karyanya yang lain seperti Protest Movement in Rural Java (1973), Sartono menawarkan alternatife dan perspektif baru dalam penulisan sejarah Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai sejarah sosial. Meskipun sudah muncul alternatif baru dengan multidimensinya, namun sampai sampai dekade 1970-an, sejarah politik-khususnya masa pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan masih cukup dominan. Pada tahun 1977-1979 terbit secara bertahap karya monumental AH Nasution Sekitar Perang Kemerdekaan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 27. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 23 Kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari 11 jilid. Buku ini banyak memberikan informasi tentang jalannya perang pada periode 1945-1949, Namun buku yang cukup tebal ini mempunyai satu kelemahan yang cukup mendasar, yaitu dalam masalah sumber data. Dalam waktu yang hampir sama terbit kumpulan biografi singkat dari berbagai tokoh yaitu Manusia Dalam Kemelut Sejarah (1978). Buku ini semula adalah artikel-artikel yang dimuat dalam majalah Prisma No.8 tahun 1977. Setelah itu pada tahun 1979 terbit buku Tentara Peta pada jaman pendudukan Jepang di Indonesia (1979) karya Nugroho Notosusanto yang merupakan studi akademik pertama tentang masa pendudukan Jepang yang dikalakukan oleh orang Indonesia. Meskipun ada perkembangan dalam penulisan sejarah Indonesia, namun banyak orang Indonesia yang menilai penulis-penulis asing masih lebih baik dalam tulisan sejarah yang bertema “perang kemerdekaan Indonesia”, misalnya Nationalism and Revolution in Indonesia (1970) karya George Mc T Kahin dan Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1946 (1972) karya BROG Anderson. Demikian pula dengan sejarah sosial Indonesia, sampai akhir dekade 1970-an masih lebih banyak ditulis oleh peneliti asing, di samping beberapa orang Indonesia dalam bentuk disertasi, misalnya Onghokham (1975) yang menulis tentang Madiun pada abad ke-19, yang sampai akhir hayatnya belum sempat diterbitkan. Selain itu, dalam dekade 1970-an, tepatnya tahun 1977 terbit buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) yang terdiri dari 6 jilid yang diterbitkan oleh Balai Pustaka- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini merupakan karya bersama sejarawan Indonesia waktu itu dalam upaya mewujudkan sejarah nasional. Duduk sebagai editor umumnya adalah Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Di satu pihak kehadiran buku SNI berhasil menjawab kebutuhan akan adanya buku sejarah Indonesia yang “nasionalistis”; namun di pihak lainnya telah mengundang polemik dan keprihatinan dari beberapa sejarawan lainnya. Buku SNI dinilai masih mengandung banyak kelemahan, baik dari segi metode maupun data faktualnya. Keprihatinan inilah antara lain yang menjadi salah satu faktor untuk menulis buku sejarah nasional sejenis yang lebih baik. Upaya itu mulai dirintis sejak penghujung abad ke-21. Para sejarawan yang dimotori oleh Prof. Dr. Taufik Abdullah dan Prof. Dr.A.B. Lapian w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 28. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 24 yang bertindak sebagai editor umum, merencanakan untuk menulis sejarah Indonesia yang nantinya terdiri dari 8 jilid (plus satu jilid tambahan). Di luar keprihatinan itu, sebenarnya perkembangan historiografi Indonesia tidaklah sesuram itu. Justru sejak akhir abad ke-20 telah berkembang pula penulisan sejarah dengan pendekatan baru. Namun perkembangan itu luput dari pengamatan para pakar sejarah, karena sebagian besar lebih tertarik untuk mengamati dan mendekonstruksi sejarah politik masa Orde Baru, khususnya yang menyangkut tema sekitar “Gerakan September Tiga Puluh” atau “G-30-S PKI”. Metode baru itu, yaitu metode strukturistik, dapat dikatakan semacam jembatan antara metode naratif dengan metode struktural. Perintis pendekatan strukturistik di Indonesia adalah R.Z. Leirissa dari Universitas Indonesia. Penggunaan metode strukturistik itu terlihat dalam beberapa karyanya seperti Halmahera Timur dan Raja Jailolo (1996) dan Kekuatan Ketiga Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (2006). w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 29. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 25 BAB IV PEMBAGIAN SEJARAH A. Gerak Sejarah Masalah gerak sejarah semenjak zaman purba adalah apakah jalan sejarah itu merupakan proses “saling hubung” ataukah “gerak lingkar”. Pada zaman Yunani, gerak sejarah dianggap sebagai gerak lingkar. Gerak lingkar berarti negeri dan kebudayaan timbul dan tenggelam dalam urutan ulang yang sama. Demikianlah pendapat pada zaman Yunani dan Roma bahwa sejarah bergerak dalam urutan kerajaan dunia, yang saling mengatasi dalam kekuasaan dan kebesaran. Urutan kerajaan itu adalah Asiria, Persia, Macedonia, dan Roma. Kerajaan tumbuh, berkembang, dan lenyap untuk digantikan oleh kerajaan baru. Pepatah menyebutkan “sejarah berulang kembali” berlaku disini. Cara pembagian empat kerajaan dunia itu dianut sampai abad pertengahan. Anggapan gerak lingkar dianut sampai abad ke-17. Dalam abad ini, pendapat berkisar aliran pertama, yaitu sejarah merupakan proses yang saling berhubungan. Skema pembagiannya tidak lagi berdasarkan kerajaan-kerajaan dunia. Karena itu , skema baru berbentuk zaman purba, kira-kira sampai abad ke-5 (runtuhnya kerajaan Romawi Barat); abad pertengahan, kira-kira sampai dengan abad ke-16 (gerakan Luther); zaman baru, diperkirakan sampai dengan abad ke-19. Gerak sejarah menurut pembagian ini merupakan proses saling hubung. Abad pertengahan berhubungan dengan zaman purba karena masa itu adalah lanjutan dari zaman tersebut, dan seterusnya. Di sini berlaku teori bahwa peristiwa sejarah hanya kejadian sekali. Zaman purba tidak akan kembali lagi, demikian juga abad-abad pertengahan. Zaman barupun berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya. Sekalipun sejak abad ke-17 anggapan umum tentang gerak sejarah berkisar pada proses saling hubung, tidak berarti bahwa anggapan gerak lingkar tidak ada penganutnya. Wakil dari paham ini adalah sebagai berikut: 1. Giovanni Battista Vico (1668-1788),- filsuf dan sejarawan Itali dari Napolit, guru besar dalam rhetorica, sejarawan istana: bahwa gerak lingkar itu berbentuk spiral. Artinya, gerak itu selalu berulang kembali, tetapi tidak pada titik pangkal, tetapi titik yang lebih tinggi, sehingga seluruhnya merupakan kemajuan. Lingkaran itu bagi setiap bangsa. Masing-masing mengalami perkembangan dalam tiga tingkat, yaitu ketuhanan atau keagamaan, kepahlawanan, dan kemanusiaan. Tingkat terakhir adalah tingkat peradaban, tetapi sekaligus juga w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 30. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 26 tingkat keruntuhan. Sesudah itu, bangsa lain yang masih biadab mengambil-alih tugas bangsa yang telah berakhir sejarahnya. Dengan demikian, teori Vico tersebut dianggap sintesis dari gerak lingkar dan proses saling hubung, atau pendapat sejarah berulang dan sejarah berlaku sekali. Vico menyatukan ulangan dengan urutan atau ulangan dengan perkembangan. 2. Nicolay Jakowlesitaj Danilewkij (1822-1885),- biologi dan filsuf-budaya Rusia; Oswald Spengler (1880-1936), filsuf sejarah dan budaya Jerman; keduanya beranggapan, tidak melihat peradaban dari umat manusia, juga tidak memandang kemajuan itu secara umum. Mereka melihat kebudayaan satu demi satu, yang masing-masing terpisah dan berlawanan. Setiap kebudayaan merupakan organismus, yang berkembang menurut hukum-hukum ilmu hayat. Oleh karena itu, tertentu nasibnya untuk mati dan lenyap. Danilewkij melihat pertentangan antara Eropa Barat dan Eropa Timur, masing-masing dalam alam rohaninya, yang satu tidak mengerti yang lain dan terpaksa berlawanan. Spengler beranggapan bahwa kebudayaan yang banyak itu masing-masing mengalami lingkaran, cyclus, seperti iklim: musim bunga, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Lingkaran ini selalu berulang pada tiap-tiap kebuadayaan. Lingkaran kebudayaan Hindu dan kebuyaan antic digantikan oleh kebudayaan bercorak islam dan Nasrani. Selanjutnya, diulang kembali oleh Eropa Barat. Masalah selanjutnya adalah factor-faktor yang menentukan gerak sejarah. Masalah ini menimbulkan beberapa teori sebagai berikut: 1. Gerak sejarah bagi masyarakat yang bersahaja atau masyarakat primitive ditentukan oleh kebudayaan dinamisme dan animisme. Pemujaan terhadap kekuasaan roh nenek moyang dan kekuatan alam gaib menentukan gerak sejarah. 2. Dalam kebuadayaan politeisme, gerak sejarah ditentukan oleh dewa-dewa. 3. Gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. 4. Dalam kebudayaan monoteisme, gerak sejarah ditentukan oleh Tuhan. 5. Gerak sejarah ditentukan oleh manusia 6. Gerak sejarah menurut pandangan Karl Marx, ditentukan oleh materi. Menurut R. Moh. Ali, gerak sejarah digambarkan sebagi berikut: Gerak sejarah sebagai gerak kemajuan merupakan anggapan umum. Sejarah adalah cerita tentang kemajuan, tetapi Perang Dunia yang telah dua kali w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 31. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 27 berlangsung melahirkan pernyataan tentang sampai di manakah kebenaran yang anggapan umum itu? Apakah Perang Dunia yang merusak itu merupakan gerak kemajuan atau gerak sudut? Apakah manusia bertambah maju atau bertambah mundur dalam persiapan perang atom yang telah dilakukannya? Perang yang telah direkayasa sekarang merupakan yang terdahsyat, yang memungkinkan umat manusia mengakhiri sejarahnya. Apakah ini gerak maju sejarah atau gerak yang akan memusnahkan sejarah? B. Pengurunan Untuk memahami gerak sejarah, orang membuat skema dari tingkat-tingkat gerak itu, yang dinamakan “periode” atau “kurun”. Kurun berasal dari bahasa Arab, berarti abad. Pengurunan gerak sejarah adalah membagi sejarah dalam kurun- kurun. Artinya, masa lalu yang beragam, bersimpang siur, dan ruwet dalam kejadian dan waktu, disusun menjadi kurun-kurun sehingga anggapan sejarah mendapat ikhtiar yang mudah diartikan. Oleh karena itu, kurun-kurun merupakan cerita pokok sejarah yang memberikan analisis dan daftar jumlah fakta. Pengurunan masuk dalam penafsiran sejarah, yang dibuat oleh sejarah sejarawan. Artinya, kurun yang merupakan cerita sejarah adalah penjelmaan pokok tafsiran sejarawan. Tanpa tafsiran dan penjelasan, fakta-fakta masa lalu akan menjadi kronik, annal, atau catatan peristiwa atau pseudo sejarah antara fakta yang satu lepas dari fakta yang lain. Pengurunan yang hanya didasarkan pada waktu, tidak memuaskan orang. Hal ini karena waktu, zaman, masa, atau kurun tidak bicara apa-apa. Apa bedanya hari ini dengan hari kemaren? Adakah bedanya tahun yang satu dengan tahun yang lain? Perbedaannya hanya nama atau tanggal. Sekarang hari selasa, kemaren hari senin. Pada tahun dan abad, bedanya hanya angka. Sekarang abad ke-21, sebelumnya abad ke-20. Baik hari maupun nama (angka) tahun dan abad, dapat diubah atau ditukar-tukar tanpa memberi akibat pada waktu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa tidak ada perbedaan antarwaktu. Waktu itu tidak bicara. Pembagian sejarah dalam kurun, yang jarak waktunya dihitung dalam abad tidak berarti apa- apa. Dengan demikian, yang berbicara bukan waktu, melainkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu itu. Perbedaan hari senin dan hari selasa adalah perbedaan yang dikandung oleh masing-masing hari itu. Demikian pula, perbedaan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 32. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 28 tahun dan abad adalah perbedaan peristiwa atau corak peristiwa atau klasifikasi kejadian yang dikandungnya. Perbedaan antara tahun 1934, 1944, 1954, misalnya pada tahun pertama Indonesia dijajah Belanda, tahun kedua dijajah Jepang, dan tahun ketiga merdeka. Apabila diklasifikasikan berdasarkan kejadian dapat dikatakan bahwa kejadian pada tahun pertama digolongkan dalam kurun penjajahan Barat. Kejadian pada tahun kedua digolongkan dalam kurun penjajahan Timur dan kejadian pada tahun ketiga digolongkan dalam kurun kemerdekaan. Dengan demikian, pengurunan sejarah tidak didasarkan atas waktu, tetapi pada cirri-ciri yang dikandung oleh hakikat kejadian-kejadian, dan semua pengurunan itu tidak mungkin lepas dari waktu. Setiap kejadian terikat pada waktu. Tanpa waktu, kejadian itu tidak ada. Oleh karena itu, kurun dihubungkan atau diikat pada waktu. Pada masa kerajaan, pembagian kurun sejarah mudah dan sederhana. Kurun didasarkan pada raja yang memerintah atau dinasti yang berkuasa, serta nama kerajaan. Pada zaman modern ini pun ada kurun yang didasarkan pada tokoh yang berkuasa. Tentang sejarah Rusia, misalnya orang yang menyebut kurun Stalin, Malenkov, Khruschev. Akan tetapi, jika sejarah itu meluas dan membicarakan materi yang tidak homogen, sukar memakai suatu negeri atau kerajaan dan materinya heterogen seperti sejarah Eropa. C. Tujuan Pengurunan Ruang lingkup sejarah sangat luas, seluas jumlah manusia yang ada dimuka bumi. Jangka waktunya pun sangat lama. Bidang dan aspeknya sangat banyak, meliputi peradaban, kebudayaan, kepercayaan, dan agama yang di anutnya. Dengan demikian, menurut Hugiono, dkk., tujuan pengurunan adalah sebagai berikut: 1. Memudahkan pengertian: gambaran peristiwa masa lampau yang sedemikian banyaknya dikelompokkan, disederhanakan, dan diikhtisarkan menjadi suatu tatanan sehingga memudahkan pengertian. 2. Melakukan penyederhanaan: begitu banyaknya peristiwa sejarah yang beragam, bersimpang-siur, dan ruwet, untuk memahaminya, peristiwa- peristiwa tersebut perlu disusun secara sederhana, sehingga pikiran mendapatkan ikhtisar yang mudah diartikannya. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 33. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 29 3. Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan: semua peristiwa masa lampau setelah dikelompokkan, hubungan antara motivasi pengaruh- pengaruh peristiwa itu dikaitkan, lalu disusun secara sistematis. 4. Klasifikasi dalam ilmu sejarah: adalah meletakkan dasar pengurunan atas masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya, dipastikan isi bentuk waktunya menjadi bagian-bagian pengurunan. Berdasarkan tujuan pengurunan tersebut, jelaslah kerangka ceritanya dan kerangka ini merupakan penjelmaan pandangan hidup, dasar filsafat, serta tafsiran sejarawan. D. Ciri-ciri Khusus untuk Menetapkan Pengurunan Para ahli sejarah terpecah menjadi beberapa aliran dalam menentukan ciri- ciri khusus untuk menetapkan satu pengurunan, yaitu sebagai berikut: 1. Aliran yang menganggap ciri khusus pengurunan pada bentuk Negara atau pada sistematis politik yang dianut oleh pemerintah Negara; 2. Aliran yang menganggap ciri khusus pengurunan pada tingkat kemajuan ekonomi. Artinya, factor ekonomi sangat dominan dalam mendorong terjadinya proses integrasi sosial, politik, budaya, dan sebagainya; 3. Aliran yang menganggap tingkat kemajuan peradaban sebagai cirri khusus; 4. Aliran yang menganggap tingkat kebudayaan sebagai cirri khusus; 5. Aliran yang menganggap masuk dan berkembangnya agama sebagai cirri khusus. Variasi ciri-ciri khusus untuk menetapkan pengurunan tersebut menunjukkan sikap hidup manusia dalam kurun itu, seperti menyatakan diri dalam agama, susila, hubungan sosial, seni, aliran-aliran ekonomi, aliran politik, dan lain-lain. Selanjutnya, betapapun kurun itu didasarkan pada criteria yang berlainan, waktu terpaksa juga ditetapkan. Sejarah tetaplah ilmu dari urutan waktu. Orang dapat menentukan ciri-ciri suatu kurun, tetapi batas waktu dari kurun itu harus tetap diberikan. Apabila orang akan melakukan pengurunan, lahirlah masalah: bilakah berakhir kurun yang satu dan dimulainya kurun berikutnya? Dalam hal ini, orang sukar sepakat. Sekali lagi, pengurunan adalah pendapat sejarawan, berasaskan tafsirannya. Perbedaan karya sejarah tentang kejadian-kejadian yang sama adalah perbedaan tafsiran sejarawan-sejarawannya. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 34. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 30 Perbedaan sejarah Diponegoro versi Belanda dan versi Indonesia adalah perbedaan tafsiran sejarawan Belanda dan sejarawan Indonesia. Inilah sebabnya, pengurunan itu dapat berbeda pula antara sejarawan. Antara pengurunan sejarawan Belanda dan sejarawan Indonesia terdapat perbedaan, yang berpangkal dari perbedaan kebudayaannya. Perbedaan kebudayaan melahirkan perbedaan tafsiran dan pendapat. Akan tetapi, juga di antara ahli-ahli Indonesia terdapat perbedaan pengurunan. Di sini, perbedaan itu berasal dari perbedaan cara penilaian dan cara berpikir, yang melahirkan perbedaan tafsiran dan pendapat, ditambah perbedaan sikap atau politik masa datang. E. Pembagian Menurut Rating Kehidupan yang semakin luas dan kaya isinya memerlukan diferensiasi, demikian pula dengan ilmu. Sejarah sebagai cabang ilmu melakukan diferensiasi dalam “ranting”. Ranting-ranting ini merupakan belahan sejarah untuk memungkinkan pemusatan perhatian pada bagian-bagian khusus pada sejarah. Cara ini memungkinkan orang untuk mensejarahkan bidang-bidang kegiatan manusia secara seksama, meluas, dan mendalam. Tanpa cara itu, sukar menguasai seluruh fakta masa lalu dengan segala jenis dan macam ragamnya secara terperinci. Adapun ranting-ranting ilmu sejarah adalah sebagai berikut: 1. Sejarah ekonomi: secara garis besar, sejarah ekonomi mempunyai perhatian mengenai kegiatan ekonomi masa lampau. Masalah-masalah yang ada hubungannya dengan seorang sejarawan ekonomi sama luasnya dengan niatnya terhadap pertumbuhan, kemandegan atau merosotnya ekonomi; kemakmuran kelompok-kelompok individual dalam ekonomi senada dengan arah perubahan ekonomi, serta hubungan timbal balik antara organisasi ekonomi dan kegiatannya. 2. Sejarah politik; objek sejarah politik adalah Negara. Negara adalah perwujudan sejarah yang lengkap dan nyata dari kehidupan masyarakat kesatuan organis, tempat kehidupan masyarakat itu berlangsung. Oleh karena itu, ranting sejarah ini sampai sekarang masih tetap penting dan masuk barisan utama dalam objek sejarah. Sejak dahulu hingga sekarang, apabila diteliti, perhatian utama sejarah- sejarah umum lebih dipusatkan pada sejarah politik, dan yang paling ditonjolkan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 35. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 31 adalah yang berhubungan dengan Negara, yang mencakup raja, pejabat penting, pemerintahan, kerajaan dan penguasa. 3. Sejarah perang: sejarah perang sesungguhnya sebagian dari sejarah politik karena perang merupakan lanjutan politik dan tujuan perang pun sama. Sejarah perang juga sebagai bagian dari sejarah tehnik karena pelaksanaan perang dilakukan oleh teknologi. Sejarah perang juga dapat dikatakan sebagai bagian sejarah kebudayaan karena perang adalah produk dari cara berpikir dan merasa, seperti juga unsur-unsur kebudayaan. Perang berawal dari pikiran manusia, dan berakhir dengan kehancuran. 4. Sejarah konstitusi: menggambarkan pertumbuhan dan sifat bentuk-bentuk Negara serta lembaga-lembaga Negara, dan berhubungan dengan sejarah hukum umumnya. Karena itu, sejarah konstitusi memberi pengetahuan dan pengertian tentang pertumbuhan dan sifat bentuk dan lembaga-lembaga masa lalu, dan memberikan kepahaman tentang hal-hal tersebut pada masa kini. Selanjutnya, sejarah konstitusi menggerakkan rencana tentang hal-hal itu pada masa datang. 5. Sejarah sosial: ranting sejarah ini sukar dipisahkan dari sejarah ekonomi dan sejarah konstitusi. Antara sosial dan ekonomi berhubungan dan saling mempengaruhi, sehingga sukar untuk memisahkan sejarah kedua bidang itu. Di samping itu, sejarah sosial dianggap berhubungan rapat dengan sejarah kebudayaan. Sejarah sosial seharusnya dipandang sebagai bagian dari sejarah kebuadayaan. Kebuadayaan ada, tumbuh, dan berkembang hanya dalam masyarakat. Tanpa masyarakat, tidak ada kebudayaan. Akan tetapi, kebudayaan tidak hanya pergaulan hidup masyarakat. Seluruh pernyataan atau manifestasi jiwa masyarakat adalah kebudayaan. Kehidupan sosial hanya satu, tetapi kehidupan sosial merupakan salah satu segi dari pernyataan jiwa masyarakat. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 36. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 32 BAB V SUMBER SEJARAH A. Pengetahuan Sumber Bahan-bahan Masa Lalu Perkenalan tentang masa lalu, baik bagi kita maupun para sejarawan berdasarkan warisan. Dengan demikian, warisan itu dapat dipandang sebagai komunikasi masa kini dengan masa lalu. Menurut bentuk dan sifatnya, warisan dapat dibagi tiga, yaitu: 1. Warisan lisan, merupakan sumber tradisional sejarah dalam pengertian luas. Warisan lisan tidak melukiskan kenyataan atau fakta yang sesungguhnya. Hal ini karena sesuatu pada awalnya fakta atau kenyataan, karena tambahan-tambahan atau pengurangan, akhirnya menjadi bentuk sejarah bersahaja. Dalam sejarah bersahaja, warisan ini memainkan peranan penting bagi bangsa-bangsa prasejarah, dan bangsa-bangsa yang berkebudayaan bersahaja yang hidup dalam kurun sejarah umat manusia. Apabila zaman batu purba diambil sebagai awal pertumbuhan pikiran manusia, jarak waktu dari zaman itu sampai zaman perunggu kira-kira 614.000 tahun, merupakan kurun prasejarah manusia. Awal zaman sejarah sampai sekarang baru meliputi kira-kira 6.000 tahun. Dalam penulisan sejarah metode ilmiah, warisan lisan yang dinamakan mithe dan legenda ini masih dapat dipakai sebagai bahan-bahan pelengkap, bahan-bahan perbandingan atau bahan-bahan yang dari dalamnya dapat di tarik kesimpulan tentang hal-hal yang telah berlalu. 2. Warisan tulisan: tulisan mempunyai fungsi mutlak dalam sejarah. Zaman sejarah adalah kurun saat suatu bangsa telah memakai tulisan dalam kebudayaannya. Jadi, yang menentukan zaman sejarah adalah tulisan dalam kebudayaan. Bahan-bahan tertulis dari masa lalu ada yang sengaja dimaksudkan untuk bahan-bahan sejarah dan ada pula yang tidak. Bahan-bahan yang sengaja untuk bahan-bahan sejarah adalah buku-buku sejarah, buku-buku harian, notulen, resolusi, daftar kepegawaian dan lain-lain. Melalui buku-buku itu kita dapat menghimpun masa lalu yang dapat dipakai dalam menulis sejarah sekarang. Warisan tertulis yang tidak sengaja untuk bahan-bahan sejarah adalah surat- surat instruksi, pembukuan, berita-berita pemerintah, harian, majalah, dan bahan tertulis lain. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 37. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 33 3. Warisan visual, adalah segala sesuatu yang berbentuk atau berupa. Kata visual merupakan adaptasi dari bahasa Belanda, visueel, visual (Inggris). Termasuk dalam golongan visual adalah semua warisaan masa lalu yang berbentuk dan berupa. Barang-barang yang berbentuk dan berupa dari masa lalu yang merupakan warisan kebudayaan zaman silam, misalnya alat kerja, senjata, perhiasan, dan barang-barang lain yang dapat dipergunakan, rumah, candi, benteng, kuburan. Tiap benda kebudayaan tersebut adalah pernyataan cara berpikir dan merasa dari bangsa yang mendukung kebudayaan itu. Selanjutnya, sumber sejarah menurut sifat dan pewarisannya adalah sebagai berikut: a. Bahan-bahan Ilmu Bumi  Memberikan bahan-bahan tentang iklim, keadaan geologi, dan etnografi  Jenis bahan-bahan: batas-batas bentuk kediaman sekarang; perumahan; dasar sungai-sungai lamal; tempat penemuan barang, senjata, perumahan, dan kerangka  Pewarisan cara lisan: nama-nama asli daerah, desa dan lain-lain  Pewarisan cara tulisan: kisah perjalanan, karangan tentang geografi, pelukisan alam dalam puisi dan sejenis, nama negeri  Pewarisan cara visual: peta-peta, denah (platteground), lukisan, dan gambar- gambar. b. Keadaan Jasmaniah  Memberikan bahan-bahan tentang bangun badan daya tahan fisik  Jenis bahan: ciri-ciri ras, cacat-cacat yang typis, peninggalan mayat (tengkorak, kerangka)  Pewarisan cara tulisan: karangan-karangan kedokteran, kisah-kisah perjalanan, lukisan tentang peperangan, penunjuk perjalanan  Pewarisan cara visual: foto, gambar, dan lukisan. c. Kehidupan Praktis  Memberikan bahan-bahan tentang teknik, kehidupan sosial ekonomi, cara pemakaman, bentuk-bentuk negara  Jenis bahan: perabot rumah tangga, sampah (afval), bangunan pemakaman, pakaian, senjata, perhiasan, mata uang, bentuk organisasi sekarang, hukum, bentuk-bentuk negara w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 38. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 34  Pewarisan cara lisan: mite, legenda, pepatah, nyanyian, cerita  Pewarisan cara tulisan: rekening, inventaris, buku-buku niaga, akta notaries, dan akta-akta lain, inskripsi, piagam, catatan penasbihan kawin-cerai-rujuk, catatan pajak, berita-berita perwakilan, kisah-kisah perjalanan, biografi, buku harian dan buku famili, surat-surat kisah peperangan, perintah dan semacamnya, surat kabar dan majalah.  Pewarisan cara visual: gambar-gambar, mata uang, panji-panji, cap, foto, dan film, lembaran reklame, ruang pasar, gudang, rumah, barang-barang yang dipakai, senjata, alat kerja, baik yang diketemukan maupun yang masih dipakai, bekas-bekas bangunan. d. Aturan Masyarakat, Pemerintah, Hukum dan agama  Memberikan bahan-bahan tentang: kebiasaan, adat, hukum, anggapan, umum, agama, politik  Jenis bahan: perayaan sekarang dan lembaga-lembaga hukum, adat, kitab undang-undang dan peraturan, piagam, bentuk-bentuk kultus, dogma, dan pembicaraan tentang sesuatu, gambar-gambar  Pewarisan cara lisan: mite, legenda, dongeng, pepatah dan kekhususan- kekhususan bahasa, nyanyian, doa, kebiasaan penduduk  Pewarisan cara tulisan: karya-karya sastra, biografi, lukisan tentang gedung- gedung bangunan seni, akta dan catatan tentang seniman dan sarjana, laporan-laporan akademi, kisah perjalanan  Pewarisan cara visual: lukisan, gambar, gedung, perhiasan, cap, foto dari bangunan-bangunan seni, panji, karya sulam, dan lain-lain. Demikianlah sumber sejarah menurut sifat dan cara pewarisannya menurut H. A. Enno Van Gelder, yang diambil alih secara bebas oleh Gazalba. Jadi, semua warisan zaman lalu (lisan, tulisan, dan visual) merupakan sumber dari bahan-bahan sejarah. Warisan itu dapat di bagi menjadi bagian yang tidak di pakai lagi dan masih di pergunakan lagi. Warisan yang tidak terpakai adalah unsure-unsur yang tidak lagi mempunyai atau melakukan fungsinya dalam kehidupan sekarang, misalnya barang- barang kuno yang terhimpun dalam museum. Adapun, warisan yang dipergunakan, misalnya bahasa, nama-nama ilmu bumi, adat dan kebiasaan, struktur sosial, alat kerja dan lain-lain. Semua unsure kebudayaan terjadi dengan proses dalam waktu. Unsur-unsur itu dilahirkan oleh sejarah sehingga semua unsure yang kita pakai w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 39. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 35 sebagai kebudayaan sekarang ada sejarahnya, mempunyai sejarah, dan bertolak dari unsure-unsur itu, kita dapat mendekati sejarah. B. Perbedaan antara Sumber Primer dan Sumber Asli Lainnya Sumber bahan-bahan sejarah, baik lisan maupun tulisan, menurut Louis Gottschalk dibagi atas dua jenis, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan pancaindra yang lain, atau dengan alat mekanis, seperti diktafon, yaitu orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya (selanjutnya secara singkat disebut saksi pandangan mata). Adapun sumber sedkunder merupakan kesaksian dari siapaun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yaitu saksi dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya. Saksi primer harus dihasilkan oleh seorang yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkannya. Akan tetapi, sumber primer tidak perlu asli, yaitu dokumen itu (biasanya versi tulisan yang pertama) yang isinya menjadi subjek pembicaraan, karena sering suatu salinan atau edisi cetak memenuhi syarat bagi keperluan itu; misalnya mengenai karya-karya klasik yunani dan Romawi jarang sekali ada yang asli. “Asli” memiliki arti yang berbeda-beda sehingga lebih baik dihindarkan di dalam pembiacaraan sejarah yang teliti. Sekalipun demikian, kata asli dapat dan sering dipergunakan untuk menyebutkan lima kondisi yang berbeda-bedan sehingga suatu dokumen dapat dianggap asli, yaitu: 1. Mengandung gagasan yang segar dan kreatif 2. Tidak diterjemahkan dari bahasa yang dipergunakan untuk menuliskannya 3. Berada dalam tahapan yang paling awal dan belum disalin 4. Teksnya merupakan teks yang disetujui, tidak diubah-ubah dan diganti-ganti 5. Merupakan sumber paling awal yang diperoleh mengenai informasi yang dikandungnya. Kelima arti dari kata itu mungkin berimpitan, tetapi tidak sinonim. Akan tetapi, istilah “sumber-sumber asli” bisa dipakai oleh para sejarawan, dengan dua arti: (1) untuk mendeskripsikan suatu sumber yang tidak disalin, tidak diterjemahkan, sebagai keluar dari tangan pengarangnya (misalnya naskah asli Magna Charta); (2) suatu sumber yang memberikan informasi paling awal yang dapat diperoleh (yakni asal-usul) mengenai persoalan yang sedang di bahas, w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 40. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 36 karena sumber-sumber yang lebih awal telah hilang. Karenanya, di sini akan diusahakan untuk mempergunakan istilah itu hanya dengan dua arti yang baru didefenisikan. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa sumber-sumber primer tidak perlu asli di dalam salah satu di antara dua arti tersebut. Sumber primer hanya harus asli dalam arti “kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain”, tetapi bearasal dari “tangan pertama”. Hal itu ditekankan untuk menghindarkan kekacauan antara sumber asli dan sumber primer. Kekacauan itu timbul karena penggunaan yang sangat serampangan daripada kata “asli”. Kata itu sering dipergunakan oleh sejarawan sebagai sinonim bagi kata manuskripi atau berasal dari arsip. C. Tipe Dokumenter Sumber primer dapat pula terdiri dari dokumen, dalam arti sempit, dokumen berarti kumpulan kata-kata verbal yang berbentuk tulisan; seperti surat catatan harian (jurnal), kenang-kenangan (memoris), daftar, laporan, dan sebagainya. Sifat istimewa dari data verbal adalah data ini mengatasi ruang dan waktu, sehingga membuka kemungkinan bagi kita untuk mengetahuinya. Dalam arti luas, dokumen meliputi monumen, artifact, foto-foto, dan sebagainya. Adapun tipe-tipe dokumenter yaitu: 1. Otobiorafi 2. Surat pribadi, catatan, atau buku harian atau memoirs. 3. Surat kabar 4. Dokumen pemerintah 5. Cerita roman; merupakan science Fiction atau roman utopis. D. Ilmu Bantu Sejarah Sejarah merupakan ilmu yang digunakan untuk mempelajari masa lampau. Hal itu tidak bisa lepas dengan penggunaan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu tersebut biasa disebut Ilmu Bantu Sejarah. Beberapa ilmu bantu sejarah yaitu: 1. Paleontologi Suatu Ilmu yang mempelajari tentang bentuk –bentuk kehidupan zaman purba yang pernah ada di muka bumi, terutama pada fosil-fosil disebut paleontology. Kata fosil berasal dari kata Yunani yaitu fissilis yang berarti apa yang di gali atau dikeluarkan dari dalam tanah. Kemudian kata ini mempunyai arti khusus mengenai w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 41. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 37 semua sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan yang pernah hidup pada zaman Palaezoikum dan Mesozoikum. Relik-relik (sisa-sisa) binatang dan tumbuh- tumbuhan itu tetap terpelihara karena telah membantu serta tersimpan selama ratusan juta tahun yang lalu. Dalam kajian paleontology sangat erat hubungannya dengan ilmu geologi, ilmu fisika, ilmu botani (tumbuh-tumbuhan), zoology (ilmu hewan). Untuk mengetahui usia fosil-fosil yang telah di temukan maka dapat menggunakan metode Radiocarbon agar dapat menentukan usia fosil-fosil tersebut sampai ratusan tahun. Dari temuan fosil-fosil tersebut itu dapat disusun melalui evolusi perkembangan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dikaitan dengan lapisan geologi pada masa hidupnya. Bagi ilmu sejarah, paleontology berperan ketika manusia masih di anggap belum ada di muka bumi ini. Maka dari itu bantuan dari paleontology bagi sejarah ialah ilmu ini dapat menunjukkan secara hipotesis pada lapisan geologi mana atau kira-kira kapan manusia mulai ada dalam evolusi geologi. Di Indonesia fosil-fosil binatang purba tersebut semisal gajah, kerbau, badak dalam ukuran raksasa yang ditemukan di daerah lembah Sangiran, Pacitan, Jawa Timur. Di antara fosil-fosil binatang purba tersebut kemudian banyak yang disimpan di dalam Musium Geologi Bandung. 2. Paleoantropologi Paleontropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil-fosil manusia- manusia purba sering juga disebut sebagai antropologi ragawi. Yang dijadikan sebagai objek ilmu Paleoantropologi ialah manusia-manusia purba itu sendiri. Ilmu ini bertujuan untuk merekontruksi asal-muasal manusia, evolusi, pesebarannya, lingkungan, cara hidup dan budayanya (Teuku Jacob, 1990:65-66). Di Indonesia fosil-fosil manusia ditemukan pada lapisan pleistosen. Semula berawal dari temuan E. Dubois (1890) temuannya yaitu tulang rahang di dekat desa trinil, di pinggir aliran bengawan solo, tidak jauh dari Ngawi. Kemudian setelah itu ditemukan di tempat yang berbeda namun waktunya juga berbeda. Peneliti-peneliti lain yaitu G.H.R. Von Koeningswald dan F. Weidenrich antara tahun 1931-1934 menemukan sebelas fosil manusia purba namun fosil tersebut lebih sempurna daripada pithecanthropus erectus mungkin sudah merupakan manusia sehingga mereka beri nama Homo Soloensis(manusia solo). 3. Arkeologi Arkeologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda kuno. Dunia arkeologi sangat erat kaitannya dengan asumsi tentang rentang waktu yang w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 42. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 38 sangat panjang. Arkeologi mencakup masa sejarah maupun prasejarah. Arkeologi juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya, yaitu dapat dijelaskan bahwa manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya dapat menghasilkan kebudayaan, kebudayaan yang dihasilkan adalah sebuah benda- benda kuno yang dikaji dalam arkeologi ini. Di Indonesia sendiri masa prasejarah berahir pada abad ke empat. Arkeologi salah satu sumber besar dalam penghimpunan sejarah di banyak tempat. Objek-objek yang dikaji dalam arkeologi adalah artefak, ekofak, fitur. Situs. Situs tertua adalah situs warka di kawasan Mesopotamia yang sekarang merupakan wilayah Irak bagian selatan. Dalam masanya, manusia selalu meninggalkan benda-benda yang pada awalnya sebagai fungsi praktis. Arkeologi mencoba menginterpretasikan dan merekontruksi budaya ataupun peristiwa yang trjadi di masa itu. 4. Paleografi Paleografi adalah salah satu ilmu bantu sejarah yang mempelajari tentang tulisan-tulisan yang ada di masa lampau (tulisan kuno). Paleografi umumnya mengidentifikasi tulisan-tulisan kuno yang tertulis pada papyrus, tablet-tablet tanah liat, perkamen (vellum), kertas, daun lontar, dan lain sebagainya. Paleografi ini termasuk ilmu membaca dalam menentukan waktu (tanggal) dibuatnya tulisan- tulisan kuno. Dalam tulisan-tulisan kuno tersebut biasanya sulit untuk diterjemahkan sehingga butuh pengungkapan arti dari tulisan-tulisan kuno yang ditemukan. Terkadang arti dari tulisan-tulisan kuno tersebut merupakan sejarah tentang terjadinya sesutau yang dianggap penting, Selain berguna untuk membaca tulisan- tulisan kuno, Paleografi juga digunakan untuk mempelajari tulisan tangan karya sastra yang biasanya tidak menyebutkan bilamana dan dimana karya tulis itu ditulis, serta tidak diketahui pengarangnya. 5. Epigrafi Epigrafi adalah ilmu bantu sejarah yang mempelajari tentang cara membaca, menunjukkan waktu (tanggal), mengidentifikasi tulisan-tulisan kuno yang ditulis di atas benda yang keras. Persamaan antara Epigrafi dan Paleografi adalah terletak pada pembahasannya yaitu tulisan-tulisan kuno. Perbedaan antara keduanya ialah terletak pada materi yang digunakan untuk menulis.Salah satu contoh yang diteliti oleh ilmu epigrafi ini adalah Prasasti. Prasasti merupakan sumber tertulis yang dapat memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa masa lampau, bisa juga dalam w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 43. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 39 prasasti itu, menggambarkan tentang raja maupun ratu yang ada pada masa lampau. 6. Ikonografi Ialah ilmu yang mempelajari tentang arca atau patung-patung dari zaman prasejarah sampai sejarah. Arca pada zaman prasejarah adalah bangunan yang umumnya melambangkan nenek moyang dan menjadi tempat pemujaan. Arca dan patung yang ditemukan di Indonesia terbuat dari tanah liat, batu, dan logam (perunggu, perak dan emas). Pada zaman sejarah arca lebih ditujukan untuk menggambarkan orang-orang yang di anggap penting, seperti raja dan ratu. Patung-patung yang melukiskan tokoh sejarah itu misalnya Rajasa (pendiri kerajaan singgosari), Prajnaparamita (menggambarkan Ken Dedes), Kertanegara, Kertarajasa Jawardana (Raden Wijaya pendiri Majapahit), Hayam Wuruk, Gajah Mada Aditiawarman dan putrid Tribuana. Arca-arca dan patung-patung ini dapat berdiri sendiri atau merupakan dari bangunan-bangunan keagamaan seperti kuil, gereja, atau candi. 7. Numismatik Numismatic ialah ilmu yang mempelajari tentang mata uang (coins), asal usul, tehnik pembuatan, sejarah, mitologi, dan seninya. Mata uang ialah alat tukar menukar pada zamannya, mata uang koin ini beratnya tidak sama. Mata uang itu tidak hanya berupa logam namun ada juga yang berupa kertas, namun orang pada zaman dahulu itu senang memakai uang logam dikarenakan uang tersebut awet, tahan lama dan tidak robek seperti halnya uang kertas. Bagi sejarah Indonesia mata uang lamamerupakan sumber penting karena menunjukkan adanya kegiatan ekonomi, hubungan-hubungan dagang antara kepulauan Indonesia dan luar Indonesia, juga hubungan politik dan kebudayaan. Mata uang tertua berupa dinar emas ditemukan dalam ekskavasi di bekas keraton Ratu Boko, Ygyakarta. 8. Ilmu Keramik Keramik adalah nama umum untuk tembikar, cina dan porselin. Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu bantu sejarah dan kesenian yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan bahan penting untuk penyusunan sejarah baik pada periode pra sejarah dan sejarah. Dari kajian tentang keramik akan diketahui perkiraan waktu, pemilik atau pendukung kebudayaan keramik, lalu lintas perdagangan dan interaksi antar daerah dan bangsa.Tembikar di Indonesia biasanya berupa alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pecahan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 44. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 40 tembikar ini telah ditemukan pada masa mesolitikum (batu madya) seperti sampah dapur (kjokkenmoddinger) yang ditemukan di pantai timur Sumatra. Pada masa neolitikum (batu baru), tembikar yang ditemukan telah dihias dan diperhalus. 9. Genealogi Pengetahuan mengenai asal-usul nenek moyang atau keturunan keluarga seseorang atau oraang-orang.biasanya pada zaman dahulu pararaja-raja membuat silsilah keluarganya dengan cara menggambarkan sebuah pihon dimana rantingnya yang pling muda adalah keturunan mereka yang masih bayi, dan daun yang telah gugur adalah mereka yang sudah meninggal. Penulisan sejarah keluarga (family history) umumnya menggunakan genealogi sebagai dasarnya. 10.Filologi Filologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang naskah-naskah kuno. Naslkah-naskah kuno tersebut di tulis dalam bahasa jawa kuno, sunda kuno, atau melayu. Beberapa contoh naskah-naskah itu ialah : a. Negarakertagama Negarakertagama adalah naskah lontar yang ditemukan dan dirampas oleh Belanda di Puri Cakranegara Lombok tahun 1894. Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berhuruf Bali dan berbentuk puisi (kakawin). Naskah ini ditulis oleh Mpu Prapanca seorang pujangga Majapahit ditulis tahun 1365 setahun setelah Gajah Mada wafat. Sekarang naskah ini disimpan di Universitas Leiden Belanda. Beberapa sejarawan telah menterjemahkan naskah seperti oleh Brandes dan H. Kern. Sementara sejarawan Indonesia yang menterjemahkan naskah ini adalah Prof. Slametmulyono (1953). Secara garis besar isi dari naskah Negarakertagama antara lain : tinjauan filsafat Prapanca dan tujuan penulisan, susunan pemerintah pusat dan pemerintahan dalam negeri Majapahit, wilayah nusantara yang dikuasai Majapahit, penyiaran agama Hindu-Budha, catatan perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, sejarah Singasari-Majapahit sejak Ken Arok hingga Hayam Wuruk dan Gajah Mada, upacara kebesaran di Majapahit, dan peraturan mengenai pertanahan agraria. b. Pararaton Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berbentuk prosa, tidak diketahui penulisnya dan disusun sekitar abad 16. Pararaton berisi tentang riwayat Ken Arok. Tahun 1920 naskah Pararaton ditulis ke dalam bahasa Romawi dan w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 45. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 41 diterjemahkan oleh Brandes. Nasakah Pararaton berisi tentang kisah Ken Arok sebagai pendiri wangsa Rajasa, istrinya Ken Dedes dan sejarah Majapahit 1486. c. Kidung Sundayana Kidung Sundayana berbentuk puisi (kidung). Naskah ini ditemukan di Bali dan menggunakan bahasa Jawa Kuno dengan pengarang yang belum diketahui. Isi secara umum naskah Kidung Sundayana bercerita tentang kronologis perang Bubat yang diawali dengan keinginan Hayam Wuruk mencari permaisuri. Maka terpilihlah putri dari kerajaan Pajajaran yang bernama Citraloka. Rombongan Pajajaran dan putri Citraloka akhirnya datang ke Majapahit. Di sinilah awal masalah terjadi ketika Gajah Mada tidak senang dengan cara Hayam Wuruk menyambut kerajaan Pajajaran. Muncullah perselisihan paham antara Gajah Mada, Hayam Wuruk dan pihak Pajajaran. Tidak adanya kesepakatan pihak meyebabkan pertempuran antara kedua belah. Raja Pajajaran terbunuh dalam peristiwa ini dan Citraloka akhirnya bunuh diri. d. Babad Tanah Jawi Naskah ini bercerita tentang pasang surut sejarah Jawa yang meliputi akhir kerajaan Majapahit 1525 sampai Perjanjian Giyanti 1755 yang membagi Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Secara rinci isi Babad Tanah Jawi adalah Kerajaan Demak Bintoro, Mataram, walisongo terutama figur Sunan Kalijaga dan perpecahan Mataram. e. Carita Parahiyangan Naskah berbahasa dan beraksara Sunda Kuno ini ditulis pada daun lontar. Naskah ini pernah ditranskrip dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Pleyte dengan catatan dari Purbacaraka. Isinya tentang leluhur raja Sunda (para hiyang) yang dimulai dari kerajaan Galuh (Ciamis) sampai runtuhnya kerajaan Pajajaran karena serangan Islam. Yang unik dari naskah ini adalah terdapatnya nama raja Sanjaya dari kerajaan Mataram. f. Hikayat Raja-Raja Pasai Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu sekitar abad 16 yang sekarang disimpan di perpustakaan Royal Society di London. Hikayat ini bercerita tentang kerajaan Pasai (Aceh) periode abad ke-13-16 M. Isi singkatnya adalah tentang raja Pasai yang memeluk agama Islam yaitu Raja Ahmad dan saudaranya Muhammad, tentang raja Samudra pertama yaitu Merah Silu yang masuk Islam dengan gelar Malik as-Saleh, tentang adu kerbau besar Majapahit (Raja Sang Nata dan Gajah w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 46. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 42 Mada) dan anak kerbau dari Minangkabau (Patih Suatang dan Patih Katamanggungan). Yang menarik dari hikayat ini memuat tentang nama 35 daearah nusantara dan Semenanjung Melayu yang ditaklukkan Majapahit. g. Sejarah Melayu Naskah Melayu ini menggunakan aksara Arab-Melayu ditulis oleh Tun Sri Lanang (1565-1642) seorang bendahara dari Kesultanan Johor. Buku ini ditulis sekitar tahun 1612 seabad setelah Malaka ditundukkan Portugis tahun 1511. Penulisan acapkali tertunda karena Aceh sering menyerang Johor sehingga penulis harus mengungsi. Naskah ini sekarang disimpan di British Museum London. Ringkasnya naskah ini berawal dari Sang Tri Buana yang turun dari Bukit Seguntang Palembang sampai direbutnya Malaka oleh Portugis tahun 1511. Sang Tri Buana ini dianggap sebagai pangkal empat keluarga raja yang memerintah Palembang, Majapahit, Melayu dan Minangkabau. 11.Bahasa Bahasa sangatlah penting dalam membantu Ilmu sejarah karena dengan memiliki pengetahuan bahasa yang memadai akan sangat membatu dalam melakukan penelitian dan penulisan sejarah terutama dalam melakukan penelitian pada bangsa asing. Pengetahuan itu tidak harus menjadikannya ahlidalam bahasa, akan tetapi dapat berguna dalam memahami apa yang di tulis dalam bahasa asing. Dokumen-dokumen adalah sumber pertama sejarah (primary sources) yang disimpan di arsip-arsip ditulis dalam bahasa daerah atau bahasa asing tertentu. Apabila ingin melakukan penelitian sejarah tentang suatu daerah atau bangsa asing syaratnya harus mengerti bahasa asing yang di perlukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Misalnya apabila ingin melakukan penelitian terhadap sejarah Indonesia mengenai periode pertengahan pertama abad ke-20 atau abad sebelumnya, maka selain bahasa daerah, atau bahasa melayu, atau bahasa Indonesia, maka sejarawan juga harus mengetahui bahsa Belanda karena banyak dokumen- dokumen yang di tulis dalam bahsa belanda. 12.Statistik Statistik membantu ilmu sejarah menjadi ilmiah karena menggunakan fakta dan data kuantitatif. (Wilson Gee, 1950:253) mengatakan bahwa statistic tidak harus dianggap sebagai subjek yang mempunyai hubungan hanya dengan ilmu-ilmu fisika, kimia, ekonomi, dan sosiologi. Statistic itu bukan sebuah ilmu (science) melainkan sebuah metode ilmiah (scientific method). Statistic digunakan sebagai metode ilmiah w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 47. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 43 dalam ilmu-ilmu social seperti antropologi, sosiologi, psikologi social, ekonomi, politik dan sejarah. Untuk sejarah, statiktik menggunakan fakta atau data kuantitatif masa lampau dalam pengumpulan, penyajian, pembahasan dan penafsirannya. 13.Etnografi Etnografi adalah salah satu cabang ilmu antropologi yang menjelaskan tentang kebudayaan di dalam suku bangsa. Etnografi berasal dari kata etnic yaitu etnis dan logos yang artinya ilmu, jadi dapat dikatakan etnografi adalah ilmu yang mempelajari tentang etnik. Pada awalnya Eropa menjajah Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Oceania, namun pada abad ke 16, bangsa Eropa mulai peduli terhadap bangsa yang dijajahnya dan mempelajari perbedaan budaya dari masing- masing bangsa, sehingga muncullah ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan yaitu antropologi dan cabang yang mengkhususkan membahas tentang etnic disebut Etnografi. Koentjaraningrat (1997:92) menjelaskan Etnografi merupakan bagian kajian antropologi yang secara holistis mendeskripsikan kebudayaan satu masyarakat, dan yang semestinya berdasarkan pemahaman atas hasil penelitian lapangan (fieldwork) dari hukum masa yang lebih akhir. Penelitian lapangan yaitu meneliti satu kelompok suku bangsa dalam satuan kecil di masyarakat. Kelompok suku bangsa yang dimaksud adalah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kota, pulau kecil, provinsi, bahkan satu Negara sekaligus. Suku bangsa adalah kolektiva yang memiliki kesadaran akan kesatuan kebudayaan, yang sering kali ditandai oleh kesatuan bangsa (koentjaraningrat 1969). Di Indonesia etnografi itu tidak hanya berupa tulisan-tulisan tentang suatu kebudayaan, suku bangsa namun ada bukti yang mendukung yaitu gambar, foto, film, dan dokumentasi-dokumentasi dari hasil penelitian suatu kebudayaan. Etnografi di Indonesia itu dibuat oleh para musuh, pendeta, penyair, agama nasrani, sarjana- sarjana bahasa-bahasa Indonesia (Nusantara) penyelidik alam, pegawai pemerintahan jajahan. w w w .s u m ia t ie .c o m
  • 48. Pengantar Ilmu Sejarah. Sumiatie, S.Pd., M.Pd.| 44 BAB VI FILSAFAT SEJARAH A. Makna Filsafat Sejarah Filsafat secara harfiah berasal dari kata philo dan sophos, philo berarti cinta dan sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang- kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan, istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa Yunani kuno, di Miletos, Asia kecil, tempat perantauan orang Yunani, sejarah awal filsafat ditandai dengan munculnya para tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu, seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes, Thales adalah orang yang pertama mempersoalkan subtansi terdalam terhadap segala sesuatu, yang melahirkan pengertian-pengertian kebenaran yang hakiki. Menurut Muthahhari, ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu pertama, sejarah tradisional, sejarah tradisional adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa- peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini. Kedua, sejarah ilmiah,yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau. Ketiga, filsafat sejarah, yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum- hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, sejarah adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudkan masyarakat saja. Spengler Toynbee mengemukakan sejarah sebagai perkembangan yang sesuai dengan putaran-putaran perubahan yang tetap dan selalu kembali, w w w .s u m ia t ie .c o m