Diskusi tentang menuntut ilmu dan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan lembaga pendidikan yang menjadi tempat bernaung bagi penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Lembaga pendidikan merupakan elemen penting yang keberadaanya dapat menjadi simbol kemajuan pendidikan di suatu wilayah. Salah satu lembaga pendidikan yang dikenal di Indonesia adalah lembaga pendidikan pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan sampai sekarang di Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia di perkirakan bermula pada saat masuknya ajaran islam di Indonesia yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam, wali, mubaligh dan sebagainya ke wilayah nusantara. Sejak saat itu, pesantren dapat di temukan di beberapa wilayah berbeda di Indonesia.
Diskusi tentang menuntut ilmu dan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan lembaga pendidikan yang menjadi tempat bernaung bagi penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Lembaga pendidikan merupakan elemen penting yang keberadaanya dapat menjadi simbol kemajuan pendidikan di suatu wilayah. Salah satu lembaga pendidikan yang dikenal di Indonesia adalah lembaga pendidikan pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan sampai sekarang di Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia di perkirakan bermula pada saat masuknya ajaran islam di Indonesia yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam, wali, mubaligh dan sebagainya ke wilayah nusantara. Sejak saat itu, pesantren dapat di temukan di beberapa wilayah berbeda di Indonesia.
Teknologi Pendidikan sebagai Kontruksi Teoritik, Bidang Garapan dan Profesinurfadilah hafni
Teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber untuk membelajarkan peserta didik
Belajar dari Prestasi Kabupaten Jembrana dalam Mewujudkan Pendidikan Unggul melalui berbagai Kebijakan yang sangat Berpihak pada Pendidikan di Daerah Tersebut.
Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Teknologi Pendidikan sebagai Kontruksi Teoritik, Bidang Garapan dan Profesinurfadilah hafni
Teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber untuk membelajarkan peserta didik
Belajar dari Prestasi Kabupaten Jembrana dalam Mewujudkan Pendidikan Unggul melalui berbagai Kebijakan yang sangat Berpihak pada Pendidikan di Daerah Tersebut.
Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
1. 1
PENDAHULUAN
Upaya pengembangan sistem layanan instruksional dewasa telah
mengalami perkembangan, karena layanan instruksional dianggap penting dan
merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan
belajar mengajar. Menurut Ellison (1972), layanan pendukung pembelajaran
memiliki fungsi antara lain:
1. Memberikan fasilitas atau bantuan belajar.
2. Menyediakan sumber belajar.
3. Menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk melaksanakan
kurikulum dan Pengalaman belajar.
Dalam pendidikan, kegiatan pembelajaran tidaklah selalu berjalan dengan
baik sesuai dengan harapan kita, namun ada beberapa layanan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam proses pendidikan tersebut. Untuk itu kita harus
terlebih dahulu mengetahui apa-apa saja yang termasuk kedalam komponen
pendidikan, seperti Layanan pendukung dalam pembelajaran maupun penghambat
dalam pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
1. Bentuk Umum Layanan Pendukung Instruksional
a. Dukungan Bahasa dan Akademis
b. Pusat Sumber Informasi
c. Penasihat khusus
d. Program Penerimaan dan Program Orientasi
e. Penitipan Anak, Kesehatan dan Konseling
f. Akomodasi Siswa
g. Layanan Ketenagakerjaan
h. Ruang doa dan sembahyang
i. Bank, tempat belanja dan gerai makanan
j. Klub, Perkumpulan, Fasilitas Olah Raga dan Kebugaran
2. 2
Layanan Pendukung Instruksional sebagai Komponen Pendidikan
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan yang
menentukan berhasil dan tidak. Pertama, komponen perangkat keras (hardware),
yang meliputi ruangan belajar, peralatan praktik, laboratorium, perpustakaan;
kedua, komponen perangkat lunak (software) yaitu meliputi kurikulum,
program pengajaran, manajemen sekolah, system pembelajaran; ketiga, apa
yang disebut dengan perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut keberadaan
guru, kepala sekolah, anak didik dan orang-orang yang terkait dalam proses
pendidikan itu sendiri dan merupakan bagian dari Layanan Pendukung
Instruksional Pendidikan.
Dari tiga kelompok komponen di atas, maka yang menjadi penentu dari
proses pendidikan dan pembelajaran adalah Layanan Pendukung Instruksional itu
sendiri. Bahwa dapat diartikan untuk berlangsungnya proses pendidikan yang
sukses dan berhasil diperlukan beberapa komponen-komponen pendukung.
Layanan pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul
untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah
bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu
pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam mendidik anak-anak yang tidak hanya harus didewasakan dari
segi intelektualitasnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk
itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam
perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar
3. 3
pengaruhnya terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar
yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa.
Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan
mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan sekolah
yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya akan mampu
menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis.
Kedua kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat
Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum
tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter yang
mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum modern yang
menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan
diselenggarakan secara efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk
pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum
tersebut dalam kehidupan lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan
kebutuhan dan dinamika masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai
pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-
anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,
sistematik, dan terarah serta terorganisir.
b. Gedung dan Sarana Kelas
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus
disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum
selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka
diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung.
Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan ruangan
bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di kelas yang
tetap untuk sejumlah murid yang sama tingkatannya. Sekolah yang
4. 4
mempergunakan kurikulum modern, ruangan kelas diatur menurut jenis kegiatan
berdasarkan program-progam yang telah dikelompokkan secara integrated.
Sedangkan sekolah yang mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya
ruangan kelas masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu
kesatuan menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen.
c. Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi
kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai
pemimpin pendidikan diantara murid-murid dalam suatu kelas. Guru adalah
seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa campur tangan orang lain
(Rusyan, 1991: 135).
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya
terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di
kelas dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai
pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai
perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan. Persiapan yang
harus diikuti, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989: 121).
d. Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam
mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal, khususnya berupa
sekolah. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat
penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis.
Setiap murid memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya
agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan
menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.
5. 5
e. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh
setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya.
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk
aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid
sebagai suatu kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha
menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi
yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan
membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar
terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-
kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus dilihat dari dua segi.
Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat mewujudkan
kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang
menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem
dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua
kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.
Kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
Selain faktor pendukung tentu juga ada faktor penghambatnya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan
tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga
ataupun karena faktor fasilitas yang merupakan layanan pendukung dari proses
pembelajaran itu sendiri diantaranya :
a. Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab terhambatnya
kreativitas pada diri guru tersebut. Diantara hambatan itu ialah :
6. 6
1) Tipe kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses belajar mengajar)
yang otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta
didik. Sikap peserta didik ini akan merupakan sumber masalah pengelolaan
kelas. Siswa hanya duduk rapi mendengarkan, dan berusaha memahami kaidah-
kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa diberikan kesempatan untuk
berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas dan daya nalarnya.
2) Gaya guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta
didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran ataupun tindakan.
Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa . Misalnya setiap guru
menggunakan metode ceramah dalam mengajarnya, suaranya terdengar datar,
lemah, dan tidak diiringi dengan gerak motorik/mimik. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan kebosanan belajar.
3) Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil, obyektif
dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar. Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan
anak didik dengan selalu menunjukkan antusias pada tugas serta pada kreativitas
semua anak didik tanpa pandang bulu.
4) Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan
pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis,
sudah barang tentu akan mengahambat perwujudan pengelolaan kelas dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas
sangat diperlukan.
7. 7
5) Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik
dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk
dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Karena
pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan bakat
para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata, dan
lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya.
Semua hal di atas memberi petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar
mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan siswa satu sama lain.
b. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam
suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya
sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu
akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-
teman sekelasnya.
Kekurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai
anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupakan faktor utama penyebab
hambatan pengelolaan kelas. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari
peserta didik akan hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
c. Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan
keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik
yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal
dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga
seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau
terlampau terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik
melanggar di kelas.
8. 8
d. Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru memaksimalkan
programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti bagi
seorang guru dalam beraktivitas. Kendala tersebut ialah :
1) Jumlah peserta didik di dalam kelas yang sangat banyak
2) Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan
jumlah siswa
3) Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran.
Keberhasilan belajar dan mengajar bergantung pada keyakinan pendidik
tentang faktor-faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efesien. Beberapa
faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik
antara lain:
1) Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin
pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan
mengalami proses, produk, keterampilan, dan nilai yang diharapkan.
2) Pengetahuan awal siswa, kegiatan belajar perlu mengaitkan dengan
pengetahuan awal siswa, keterampilan dan nilai yang dimiliki sambil
memperluas dan menunjukkan keterbukaan pada cara pandang dan cara
tindakan sehari-hari.
3) Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar
bermakna yang mampu mendorong tindakan (aksi) dan renungan (refleksi)
pada siswa.
4) Motivasi, kegiatan mengajar harus perlu menyediakan pengalaman belajar
yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5) Keragaman individu, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman
belajar yang mempertimbangkan perbedaan individu.
6) Kemandirian dan kerja sama, kegiatan mengajar perlu menyediakan
pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk belajar secara mendiri
maupun melalui kerjasama.
9. 9
7) Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan
lebih kondusif untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar lebih efektif.
8) Belajar untuk kebersamaan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman
belajar yang mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan
toleransi pada orang lain.
9) Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan mengajar menyediakan
pengalaman belajar yang mengkomodasi pandangan bahwa pembangunan
gagasan adalah siswa sedangkan guru hanya sebagai penyedia kondisi
supaya perestiwa belajar berlangsung.
10) Rasa ingin tahu, kreatifitas, dan ketuhanan, kegiatan mengajar menyediakan
pangalaman yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas dan
selalu mengagumkan kebesaran Yang Maha Esa.
11) Menyenangkan, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar
yang menyenangkan siswa.
12) Interaksi dan Komunikasi, kegiatan mengajar perlu menyediakan
pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif secara
mental, fisik, dan social.
13) Belajar dan Cara Belajar, kegiatan mengajar perlu menyediakan
pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar sehinggasiswa
terampil belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
Layanan Pendukung Instruksional Perguruan Tinggi
1) Ruang kuliah dilengkapi LCD projector dan layarnya, komputer, white
board, wireless, sound system dan Air Conditioner (AC).
2) Masjid Berdaya tampung Minimal 500 orang jema’ah.
3) Poliklinik; memberikan pelayanan medis awal kepada civitas akademika
dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
4) Mobil Ambulan; memberikan pelayanan transportasi untuk civitas
akademika dan keluarganya yang sakit, atau meninggal dunia.
5) Internet; bagi dosen dan karyawan disediakan fasilitas internet di ruangan-
ruangan kantor secara gratis.
10. 10
6) Wartel; fasilitas yang dikelola oleh Koperasi Mahasiswa
7) Mess Diklat untuk berbagai kepentingan seperti pelatihan,
8) Guest House; menyediakan kamar bagi tamu civitas akademika dan
masyarakat
9) Mobil operasional; di fakultas dan universitas.
10) Koperasi Karyawan dan Dosen; melayani jual beli barang-barang
kebutuhan dan layanan simpan pinjam.
11) Koperasi Mahasiswa; melakukan usaha minimarket, toko, photo copy,
warung telekomunikasi.
12) Kantin dan Cafe; menyediakan berbagai makanan dan minuman bagi
mahasiswa dan civitas akademika lainnya.
13) Student Centre / Convention Centre; tempat untuk pelaksanaan berbagai
kegiatan
14) Perangkat Laboratorium Lengkap
15) Bank & ATM yang memudahkan transaksi keuangan dan perbankan.
16) Perumahan Dosen dan Karyawan memberikan jaminan pemilikan rumah
bagi dosen karyawan yang membutuhkannya.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas telah dipaparkan fungsi-fungsi layanan
pendukung instruksional sebagai komponen pendidikan. Fungsi dan kegiatan diatas
merupakan fungsi dan kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal
tersebut dapat dilaksanakan oleh layanan tersebut tergantung pada tujuan program
pengajaran, fasilitas, peralatan yang dimilki, staf dan personalia yang ada dalam
pusat sumber belajar yang bersangkutan.
Namun demikian, dapat dipastikan bahwa fungsi-fungsi diatas akan selalu
dijumpai dalam setiap layanan pembelajaran sebagai suatu sarana yang berusaha
untuk memajukan efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar. Yang
berbeda hanyalah kegiatan-kegiatan nyata yang berhubungan dengan fungsi diatas,
11. 11
sesuai dengan adanya pembatasan-pembatasan yang terdapat pada masing-masing
layanan yang dimanfaatkan.
2. Saran
Suksesnya belajar dan berhasilnya suatu pendidikan sangat (dominan)
ditentukan oleh komponen tenaga pendidik, dalam hal ini guru di sekolah.
Meskipun di suatu sekolah fasilitasnya memadai, bangunannya bertingkat;
meskipun kurikulumnya lengkap, program pengajarannya hebat,
manajemennya ketat, sistem pembelajarannya oke, tapi para tenaga
pengajarnya (guru) sebagai aplikator di lapangan tidak memiliki kemampuan
(kualitas) dalam penyampaian materi, cakap menggunakan alat-alat tekhnologi
yang mendukung pembelajaran, maka tujuan pendidikan akan sulit dicapai
sebagaimana mestinya.
Disini hendaknya setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat
besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan
pekerjaan sehari-hari dikelas dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan
dan fungsinya sebagai pendidik professional, selalu terdorong untuk tumbuh dan
berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap
pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, hendaknya sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989:121). Mantan Mendikbud, Fuad Hassan
juga pernah mengingatkan, bahwa tanpa guru yang menguasai materinya mustahil
suatu sistem pendidikan berikut kurikulum serta muatan kurikulernya dapat
mencapai hasil sebagaimana yang diidealkan.
12. 12
Daftar Pustaka
AECT. 1977. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V.
Mudhoffir.1990. Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Belajar. Bandung: Remaja
Karya
Tucker. 1979. The Organisation and Management of Educational Technology.
Dalam http://projekku.wordpress.com