SlideShare a Scribd company logo
i
Makalah Keterampilan Dasar Kebidanan/Keperawatan (KDK) tentang Sterilisasi,
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), Cuci Dan Bilas
Dimanapun prosedur tindakan dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara
untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan keperawatan maupun kebidanan.
Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area
steril. Prinsip menjaga daerah yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan
dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi.
Selengkapnya:
http://warungbidan.blogspot.com/2017/09/makalah-kdk-tentang-sterilisasi.html
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................................................1
C. Rumusan masalah .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
STERILISASI ...........................................................................................................2
A. Sterilisasi Secara Fisika ................................................................................3
B. Sterilisasi Secara Kimia ................................................................................12
C. Sterilisasi Secara Mekanik ............................................................................14
DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) ................................................................21
A. Pemeliharaan Teknik Steril/ Disinfeksi Tingkat Tinggi ...............................21
B. DTT dengan Cara Merebus ...........................................................................21
C. Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air .22
D. DTT Kimiawi ................................................................................................23
E. Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia ............24
ii
F. DTT kateter secara kimiawi ..........................................................................24
G. Pencucian dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai) .........................25
CUCI DAN BILAS ...................................................................................................28
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................31
B. Saran ..............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan
dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata
dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat
berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan
lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang
sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan,
contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat
cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus
dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin,
bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada
umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba
(Burdon, 1969).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui
tentang sterilisasi, desinfektan serta langkah cuci dan bilas.
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan perumusan masalah,
yang di identifikasikan masalah-masalah tersebut diantaranya:
1. Apa pengertian dari Sterilisasi ?
2. Apa cara-cara mensterilisasikan ?
3. Apa pengertian dari Disinfeksi Tingkat Tinggi ?
4. Bagaimana langkah Cuci dan Bilas ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
STERILISASI
Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari
mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari
kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam
kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek
yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi
oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu
organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air, makanan,
kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah
nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar
digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol
kehidupan mikroba (Burdon, 1969).
Cara kerja sterilisasi adalah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi, cara kerja
steril ini digunakan pada pembuatan media, pemeriksaan kultur dan pembuatan
preparat. Sterilisasi dapat dilakukan secara; (1) Fisik di bagi menjadi beberapa bagian
antara lain (a) dengan ”Hot air Sterilization” oven. Bahan dari gelas dibungkus dengan
alumunium foil, suhu 170-250°C selama 2 jam. (b) panas basah dengan tekanan, suhu
121°C selama 15 menit. Alat yang digunakan adalah autoclave, caranya: alat-alat gelas
dibungkus lagi dengan alumunium foil. (c) Pressure Cooker, caranya: panaskan air
mendidih, biarkan klep uap terbuka agar keluar uap kemudian klep uap ditutup, lihat
suhu dan tekanan, bila suhu telah 121°C dengan tekanan 1,5 atm, dijaga konstan selama
15 menit. Kemudian buka klep uap hingga tercapai tekanan nol, dan setelah suhu
mencapai suhu kamar, alat dan bahan dikeluarkan. (2) Kimia yaitu dengan
menggunakan zat-zat kimia seperti desinfektan, antiseptik. (3) Radiasi yaitu dengan
menggunakan sinar Ultraviolet, biasanya digunakan pada ruangan dan alat-alat plastik.
(4) Filter yaitu dengan menggunakan membran filter dan Vacum Pump (Anonim,
2007).
3
A. Sterilisasi Secara Fisika
1. Pemanasan Kering
a. Udara Panas Oven
The Art of Compounding : 404
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi
dengan uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan
ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol.
Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain.
Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif
untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering
dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu
elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau
dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah
disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium
anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121o C (suhu yang biasanya
digunakan dalam autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit).
Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk
mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-
bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses
oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein
pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya
suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses
dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas
dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi
panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C
selama 1-4 jam. Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering
160°C paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara
khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya.
Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk streilisasi panas
kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan
pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus
disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama.
4
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan – bahan
melalui proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan
kelanjutan atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven
dengan temperatur sekelilingnya 170°C untuk sterilisasi atau 250°C untuk
depirogenisasi. Panas kering digunakan untuk sterilisasi/depirogenisasi alat-
alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu
yang digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti
sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol.
Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas
dan bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang
digunakan. Secara umum, validasi untuk alur depirogenisasi untuk proses
panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya.
Parenteral Technology Manual : 123
Panas kering pada temperatur lebih 160oC efektif menghancurkan
mikroorganisme hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara
inversible. Proses ini berjalan relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1
jam pada suhu 160oC tetapi lebih cepat pada temperatur yang tinggi. Panas
kering ini sering merugikan beberapa produk.
Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk
pembunuhan mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121oC.
Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th : 1471
Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik
disterilkan dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral,
lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas
lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas
waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan berdasarkan
tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain.
Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya
terhadap destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba
dalam daerah yang betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap
inaktivasi panas kering. Ini jelas bahwa perhatian harus diberi untuk
5
mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk produk-produk rumah sakit
dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi standar.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas
dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.
Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :
 170°C (340 F) sampai 1 jam
 160°C (320 F) sampai 2 jam
 150°C (300 F) sampai 2,5 jam
 140°C (285 F) sampai 3 jam
b. Minyak dan penangas lain
The Art of Compounding : 404
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi
dengan mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada
suhu 1620C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat
juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang
mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan,
untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup.
c. Pemijaran langsung
The Art of Compounding : 404
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam,
batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol,
vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang
tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu
dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian yang
paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi
dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat
keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah
pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.
6
2. Panas lembab
a. Uap bertekanan
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri
farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri,
dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan
mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang
divalidasi. Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu
121°C dibawah tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan
dengan F0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C.
F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan waktu yang dibutuhkan,
dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan hasil pada
121°C pada waktu tertentu.
The Art of Compounding : 407
Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling
umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan
untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa
pada sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian
dan alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan
penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada
bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak
dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua
bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini
dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh
kering yaitu :
air
7
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC
selama 12 menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah
ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan
kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit.
Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th : 1471
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang
merupakan cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab
kematian dengan cara sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan cara
panas kering, kematian mikroorganisme oleh panas lembab adalah hasil
koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering, kematian
mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah
tekanan paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121oC dalam
jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah “home
pressure cooker”.
b. Uap panas pada 100oC
The Art of Compounding : 412
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap
mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan
penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat
untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk
larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh
dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang tidak
membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada
bentuk non spora yang bertahan.
Dalam prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu
perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua
bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk
meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda yang juga disebut
sterilisasi tidak berlanjut. Penjedahan dan bertahap adalah tindalisasi
digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir pada
8
periode waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit. Antara
pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan pada suhu kamar atau pada
inkubator pada 37oC. prinsip dari metode ini adalah pada saat waktu pertama
kali pemaparan pada uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya.
Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selam
24 jam, banyak spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif bentuk spora
yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua.
Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke
bentuk vegetatif selama masa istirahat.
c. Pemanasan dengan bakterisida
The Art of Compounding : 413
Ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap pans pada 100oC.
adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf. Larutan yang ditumbuhkan
bakterisida ini dpanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100oC selama 20
menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air. Bakterisida yang dapat
digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol, 0,2% kresol atau
0.002% fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari 15 ml
larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastro intestinal sehingga tidak
dibuat dengan metode ini.
d. Air mendidih
The Art of Compounding : 413
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak
dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat
bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan
harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan
dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan
pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2%
Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat
kondisi bahan-bahan logam.
9
3. Cara Bukan Panas
Sinar ultraviolet
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1272
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi
kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang
bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut
merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV
menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan
garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan
derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi
dihindarkan dan setiap tindakan membunuhmikroorganisme dibatasi pada
permukaan yang dipaparkan.
Aksi letal
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1272
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam
atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan
meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya.
Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-
molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak
dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang
diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang
gelombang UV yang panjang.
Radiasi pengion
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1274
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop
radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan
mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar
beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan
kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan
dari, mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang
dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih
seragam. Aksi letal radiasi pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan
10
menghentikan rep-roduksi sebagai hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan
karena transformasi radiasi menjadi molekul penerima pada sinar x, menurut
teori langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung,
dimana molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi
seperti hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini pada akhirnya, menyebabkan
perubahan energi pada asam nukleat dan molekul lain sehingga hilangnya
keberadaannya bagi metabolisme molekul sel bakteri.
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Dekstruksi bakteri untuk menghasilkan kondisi steril dapat dilakukan
dengan menggunakan radiasi pengion, dengan efek pada asam nukleat dari
mikroorganisme yang nonreversibel. Pembentukan radikal bebas dan peroksida
yang merupakan senyawa reaktif juga memberikan kontribusi pada letalitas dari
proses sterilisasi ini. Dua tipe radiasi pengion yang dapat digunakan yaitu
radiasi sinar gamma dan radiasi electron. Sterilisasi dengan radiasi digunakan
untuk alat-alat medis yang sensitive terhadap panas dan jika residu etilen oksida
tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan
dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi radiasi selama
dengan waktu iradiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi
kehati-hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi.
Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan
bahan-bahan formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi
adalah factor yang harus diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat
dipengaruhi oleh radiasi, mungkin tidak dengan segera dilakukan penanganan
tetapi setelah stabilitas produk dapat dipengaruhi. Untuk bahan-bahan medis dan
plastik, perubahan dari sterilisasi etilen oksida ke sterilisasi radiasi
membutuhkan penentuan efek radiasi jangka pendek dan jangka panjang, dan
kadang membutuhkan modifikasi produksi bahan plastik dan karet untuk
membuatnya sesuai dengan sterilisasi radiasi.
Penerapan untuk sterilisasi ini
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1276
Elektron dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan untuk
mensterilkan produk-produk pilahan dengan suatu proses berkesinambungan.
11
Kebanyakan prosedur sterilisasi produk lain harus diselenggarakan dalam batch
setrilisasi dengan proses berkesinambungan memerlukan pengendalian yang
tepat, sehingga tidak ada bagian yang lepas dari keefektifan sterilisasi.
Remington’s Pharmaceutical Sciences : 1476
Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat rumah
sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang dan jaringan
dan alat pengobatan seperti alat untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube
palstik, katter, benang bedah dan cawan Petri. Radiasi ioniasasi dapat
menghasilkan perubahan dalam molekul organik yang dapat mempengaruhi
kemujaraban sediaan atau dapat menginduksi toksisitas. Radiasi produk juga
dapat menghasilakn perubahan warna dan kerapuhan beberapa wadah gelas dan
bahan plastik.
Sterilisasi radiasi dapat dilakukan baik dengan radiasi elektromagnetik dan
radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik dan energi foton, termasuk ultra dari
bahan radioaktif seperti kobalt 60 atau sesium 137 adalah yang paling sering
digunakan sebagai sumber energi sterilisasi adhesi elektromagnetik. Radiasi
partikel atau molekul termasuk daftar partikel yang steril. Satu-satunya sekarang
yang digunakan untuk sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah sakit dan
laboratorium. Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi industri manggunakan
radiasi, termasuk penjelasan singkatnya. Beberapa informasi mengenai efek
sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan.
Prinsip bermuatan negatif sepeti elektron yang berinteraksi langsung
dengan bahan menyebabkan ionisasi seperti elektron elektromagnetik
menyebabkan ionisasi pada mekanisme yang bervariasi yang menghasilkan
perpindahan suatu orbital elektron dengan mekanisme jumlah tertentu dari
energi yang ditransfer dalam insiden sinar gamma. Perpindahan elektron ini
kemudian bentindak sebagai partikel beta dalam reduksi. Oleh sebab itu baik
partikel maupun elektromagnetik, dipertimbangkan sebagai radiasi ionisasi yang
berbeda dengan radiasi sinar ultraviolet.
Kerugian penggunaan germisida radiasi sinar UV adalah penetrasinya
terbatas, pada panjang gelombang 253,7 nm, diserap oleh banyak bahan dan
membuat penggumpalan organisme dan hal tersebut dilindungi oleh debu dan
puing-puing. Untuk menghindari aksi letal panggunaan radiasi sinar UV sebagai
12
cara sterilisasi tidak direkomendasikan lemak jika bahan-bahan yang diradiasi
sangat bersih dan bebas yang dapat melindungi mikroorganisme.
B. Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi Gas
Pharmaceutical Technology : 281
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam
pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi
untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan
pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan
yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan
streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino,
hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab
dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban
rendah misalnya minimal 20%, angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata).
Tetapi mikroorganisme muncul peningkatan resistensinya dengan penurunan
kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan
dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban
membran sel sebelum penggunaan etilen oksida.
Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan
sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida.
Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon
terflouronasi seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan
uap yang tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder
masuk ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan
over karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan campuran
mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada chamber pensteril pada
tekanan total yang sama.
Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan
kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi
minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50%
13
kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000
mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen
oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu
untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan
terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini
digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan
untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi
akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen.
Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit
dimana dilakukan teknik aseptis.
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau
campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat
mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi
mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam
ruang/chamber sterilisasi.
Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang
menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat
medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri
yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah
bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan yang disterilkan
setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi
dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek
berbahaya gas ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,
konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran
bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas,
penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus
dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
Mekanisme aksi etilen oksida
14
Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1286
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme
dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses
reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif
pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi
etil metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme
sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.
C. Sterilisasi Secara Mekanik
Filter Bakteri
Validation of Pharmaceutical Processes : 151
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui
penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan
mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan
yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi
lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi
filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik.
Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban
mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi
yang tinggi dari mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari
peenyaring adalah parameter yang harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada
produk yang dapat diprediksi dan reproduksibel. Ukuran nominal pori penyaring
0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan seperti selulosa
asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester,
polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk
memban logam.
The Art of Compounding : 404
Larutan dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora bakteri dengan
melalui filter bakteri, filter bakteri tidak membebaskan larutan dari virus.
Bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah dan adanya virus, secara prinsip
15
oleh adsorbsi pada dinding filter dan penghilangan partikel besar dari bahan yang
mengandung virus.
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau bahan
biologi yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda dengan metode filtrasi lain,
filter bakteri ditujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi ini
membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar. Sediaan obat yang
disterilkan dengan metode ini dibutuhkan yang mengandung bahan, bakteristatik,
kecuali dinyatakan lain. Larutan yang ditujukan untuk injeksi intratekal atau
merupakan larutan dosis tunggal intravena dengan volume lebih dari 15 ml, tidak
boleh ditambahkan bahan bakterisida. Paraffin cair dan minyak lain, tidak
disterilkan dengan metode ini karena dapat meningkatkan permeabilitas dari filter
bakteri. Untuk membuat larutan bebas dari bakteri dan steril, filter dengan berbagai
tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari silikon murni
(diatomaccus atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas fritled. Karena alat-alat ini
mudah dibersihkan filter seitz yang menggunakan lapisan asbes dan filter-glass
mungkin lebih berguna untuk farmasis.
Filter dengan pori yang lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa
filtrasi sangat lambat untuk tujuan praktis. Dengan meningkatnya kekentalan dari
lilin filter sangat menghasilkan filtrasi yang efektif, tetapi kekurangannya adalah
banyak dari bahan aktif larutan dihilangkan oleh adsorbsi pada lilin.
Bagaimanapun, dengan mengatur ukuran pori dan kekentalan dari filter sampai
optimum. Filter dapat menjadi sangat efisien dan sangat cepat. Faktor lain dari
filter bakteri yaitu keseimbangan permukaan antara bahan dari filter dengan bakteri
dari larutan, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listrik dan filter, pH
dari bahan yang disaring dan absorpsi dari protein dan bahan lain.
Filter seitz
Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah
besi. Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah
digunakan dan untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter
ini tergantung pada pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan
alkohol pekat tidak mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan
larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini mampu dengan
kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml.
16
Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen
magnesium pada filtrat. Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari
alkaloid bebas dari garamnya dan dapat menginaktifkan bahwa yang sensitiv
seperti insulin, ekstrak pituitary, epinefrin, dan apomorphin. Hal ini dapat diatasi
dengan perawatan pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan
kemudian dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat,
membuat larutan tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan
ayakan dari nilon atau sutra, di bawah lapisan filter sebelum menempatkan lapisan
di dalam filter atau sebuah fritted glass dapat ditempelkan pada saluran. Kedua
untuk menghilangkan serat. Filter seitz juga cenderung menghilangkan substrat dari
filtrate dengan absorpsi.
Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus
yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan
untuk digunakan filter swinny di bungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang
dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan
asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
Filter Fritted-Glass
Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk,
tombol bulat dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk
menempatkan ukuran dari bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding
lurus dengan berkembangnya ukuran. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel
dengan pemanasan didalam gelas pirex seperti corong Buchner.
Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat. Berkefeld
disusun juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif.
Tersedia dalam beberapa prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam air
dalam Bekerfeld atau Mandler.
17
Filter Selas
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak
menyerang silika. Karena masing-masing partikel meliputi filter semata-mata
bersama selama proses manufaktur, ada bahaya kecil partikel-partikel dari filter
jauh dalam larutan.
Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca
dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
Kesimpulan :
Metode sterilisasi yaitu :
1. Metode Fisika
a. Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi
sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati.
- Udara panas oven
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak
lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi
yang digunakan adalah 170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3
jam.
- Pemijaran langsung
Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen,
tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang
digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai
berpijar.
- Minyak dan penangas lain
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan
menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat
dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak
mineral pada suhu 160oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat
digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.
18
b. Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein
penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
- Uap bertekanan (autoklaf)
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk
diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan
untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1
atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan
pemanasan.
- Pemanasan dengan bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil
dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal
lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan
bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di
dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol;
0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
- Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan
dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi
tidak sporanya.
c. Cara bukan panas
Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai
DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi
bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi
yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus
partikel kecil (sinar α dan β).
2. Metode Kimia
a. Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 70%, fenol 5%.
19
b. Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti
etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti
bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen
oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2dari protein dan membentuk ikatan
alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati.
3. Metode mekanik
Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan
filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan
tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan
teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari
asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
Cara Sterilisasi
1. Pemanasan
a. Tanpa tekanan
o Pemanasan basah. Dilakukan dengan merebus dalam air mendidih dengan
temperatur = 100oC selama15-30 menit. Alat-alat yang direbus harus dalam
keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air.
o Pemanasan kering. Dilakukan dengan menggunakan oven dengan temperatur
170° C (160-180°) dalam waktu 1-2 jam.
o Flamber. Berarti membakar dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus
cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus dalam keadaan
bersih dan kering dan diletakkan pada tempat dari aluminium atau bahan tahan
karat.
b. Dengan tekanan
o Autoklaf. Dilakukan dengan menggunakan uap bertekanan 750 mmHg dan
temperatur 120° selama 10-15 menit. Alat-alat yang tidak terbungkus hanya
membutuhkan waktu 15 menit, tapi bungkusan lipatan linen memerlukan waktu 30
menit.
20
2. Kimiawi
o Tablet formalin. Dengan menggunakan uap tablet formalin. Alat dan tablet
formalin yang telah dibungkus kasa dimasukkan ke dalam tempat tertutup rapat
minimum selama 24 jam.
o Gas etilen oksida. Cairan/gas etilen oksida dapat membunuh spora, bakteri, virus
dan jamur patogen dalam waktu 3 jam atau lebih. Sifatnya toksik, mudah terbakar
dan harus digunakan dalam autoklaf khusus. Cara ini baik untuk alat yang tidak
tahan panas.
3. Radiasi
Dengan menggunakan daya radiasi sinar X atau sinar ultraviolet. Bisa juga dengan
radiasi sinar gamma dosis tinggi yang biasanya bersumber dari kobalt.
Antiseptik
Adalah zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman.
Antiseptik ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan ada yang non
sporosidal. Digunakan pada jaringan kulit dan selaput lendir.
Digunakan untuk:
1. Mensucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi
2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang
3. Mencuci luka terutama luka kotor
4. Sterilisasi alat bedah
5. Mencegah infeksi pada perawatan luka
6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi
7. Mengobati infeksi lokal misalnya pada mulut, telinga, tenggorokan, atau kulit.
21
DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)
A. Pemeliharaan Teknik Steril/ Disinfeksi Tingkat Tinggi
Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara untuk
menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau benda-benda yang
disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah
yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi
tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara kondisi steril dengan memisahkan benda-
benda steril atau mungkin gunakan baju, sarung tangan steril dan sediakan atau
pertahankan lingkungan yang steril.
Sediakan dan jaga daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi:
1. Gunakan kain steril
2. Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-benda ke
daerah yang steril/ disinfeksi tingkat tinggi
3. Hanya benda-benda steril/ disinfeksi tingkat tinggi atau petugas dengan atribut
yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki daerah steril/ disinfeksi
tingkat tinggi
4. Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek sebagai benda
terkontaminasi
5. Termpatkan daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi dari pintu atau jendela
6. Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk menyentuh peralatan yang ada di daerah steril.
B. DTT dengan Cara Merebus
1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat
2. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
3. Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air
4. Mulai panaskan air
5. Mulai hitung waktu saat air mendidih
6. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan
waktu dimulai
7. Rebus selama 20 menit
8. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus
9. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan
22
C. Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini
siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan bubuk talk)
1. Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan kukus
2. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan
dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru
3. Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di bawahnya.
Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15
pasang sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan.
Agar proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal sarung
tangan dalam satu nampan (tergantung dari diameter nampan)
4. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan.
Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan
sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor
5. Letakkan penutup di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air
hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang
dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh
mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan
cepat dan ini merupakan pemborosan bahan bakar
6. Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah
perhitungan waktu. Catat pengukusan sarung tangan dalam buku khusus
7. Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam
posisi terbalik
8. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan
goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat
23
menetes keluar
9. Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah
kompor
10. Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung
tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di
atasnya agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi
(tuang air perebus ke dalam wadah DTT)
"Ingat:Jangan menempatkan nampan pengukus berlubang yang berisi sarung
tangan di atas meja atau tempat lain karena sarung tangan dapat
terkontaminasi oleh cemaran dari luar melalui lubang bawah nampan”
11. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di
dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan
menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30
menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung
tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau
digunakan)
12. Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering gunakan penjepit
atas pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan.
Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi lalu
tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang
berpenutup rapat). Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.
D. DTT Kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid
(Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan
tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa
tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan
sebagai disinfektan jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®,
Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai
disinfektan tingkat rendah dan tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau
proses DTT. Tablet formalin hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas
jenuh, Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet
bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang
tertutup tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan
24
bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai disinfektan.
Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah
klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan
perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat
tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat gambar rumus
yang digunakan dalam membuat larutan.
E. Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia termasuk:
1. Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci
bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan
“Ingat: Jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka
akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi daya
kerja atau efektifitasnya”
2. Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
3. Rendam peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia
4. Rendam peralatan selama 20 menit
5. Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus
6. Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah
disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup
7. Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah
disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat.
F. DTT kateter secara kimiawi:
1. Persiapkan larutan klorin 0,5% (lihat gambar rumus)
2. Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan
rumah tangga pada kedua tangan
3. Letakkan kateter yang sudah dicuci dan
dikeringkan dalam larutan klorin. Gunakan tabung
suntik steril atau DTT untuk membilas bagian
dalam kateter dengan menggunakan larutan klorin.
Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan
4. Biarkan kateter terendam selama 20 menit
5. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air
DTT
25
6. Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah ini dapat segera
digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih
G. Pencucian dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai)
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/ perlengkapan
yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun
disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses
pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi
tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas
peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan
bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.
Seperti yang diperlihatkan pada tabel, sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme
yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui
proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang
menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting karena residu bahan-bahan
organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan
melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagian
contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa
dilihat dengan mata biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata.
Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama
merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.
Tabel: Efektifitas berbagai proses eradiksi mikroorganisme pada alat bekas pakai
Dekontaminasi Pencucian
(hanya
air)
Pencucian
(deterjen
dan bilas)
DTT1
Sterilisasi1
Efektifias(menghilangkan
atau menonaktifkan
mikroorganisme
Membunuh
virusAIDS dan
Hepatitis
Hingga
50%
Hingga
80%
95% 100%
Waktu yang diperlukan
agar proses berjalan
efektif
Rendam
selama 10
menit
Cuci
hingga
bersih
Cuci
hingga
terlihat
bersih
Rebus,
kukus
atau
secara
kimia:
20
menit
Kukus: 20-30
menit
106kPa 1210
C
Panas kering
60 menit pada
suhu 1700
C
Perlu didahului oleh dekontaminasi dan pencucian
26
Perlengkapan/ bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk:
1. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks
2. Sikat (bole menggunakan sikat gigi)
3. Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml: untuk kateter, termasuk kateter penghisap
lendir)
4. Wadah plastik atau baja anti-karat (stainless steel)
5. Air bersih
6. Sabun atau deterjen
Tahap-tahap pencucian dan pembilasan:
1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang
peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit)
3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci
secara bersamaan dengan peralatan dari logam
4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
a. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan
kotoran
b. Buka engsel gunting dan klem
c. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan
d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan
e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan
sabun atau deterjen
f. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih
5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain
6. Jika peralatan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan
klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum memulai proses DTT
Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan kimia
dan membuat larutan menjadi kurang efektif
7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau
disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu
sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai
27
8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan
kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih
9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.
Bola karet menghisap tidak boleh dibersihkan dan digunakan ulang untuk lebih
dari satu bayi.
Bola karet seperti itu harus dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang
untuk dipakai ulang. Secara ideal kateter penghisap DeLee harus dibuang setelah satu
kali digunakan; jika hal ini tidak memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan
didisinfeksi tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit dibersihkan dan
didisinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter dengan kondisi tersebut di atas pada
lebih dari satu ibu dapat meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar.
Untuk mencuci kateter (termasuk selang atau pipa plastik penghisap lendir), ikuti tahap-
tahap berikut:
1. Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks
pada kedua tangan
2. Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir
3. Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga
kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen
4. Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih
5. Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum
dilakukan DTT.
28
CUCI DAN BILAS
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau petugas
kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk
membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui
tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat
mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan.
Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :
1. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2. Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam
ruangan maternity, juga bagi perawatn pasien pre dan post operasi
3. Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien
4. Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
5. Sebelum menyiapkan obat bagi pasien
6. Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan urinal
sebelum dan sesudah makan
Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3:
1) Teknik mencuci biasa
Alat dan bahan:
 air bersih
 handuk
29
 sabun
 sikat lunak
Prosedur Kerja:
 lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam
tangan.
 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan sikat
bila perlu.
 Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap
kering.
2) Teknik mencuci dengan desinfeksi
Alat dan bahan:
 Air bersih
 Larutan desinfektan lisol/savlon
 Handuk/lap kering
Prosedur kerja:
 Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam
tangan,
 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian dengan larutan
desinfektan (lisol atau savlon)dan sikat bila perlu.
 Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap
kering.
3) Teknik mencuci steril
Alat dan bahan:
 Air mengalir
 Sikat steril dalam tempat
 Alkohol 70%
 Sabun
Prosedur kerja:
 Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam
tangan.
30
 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian alirkan sabun(2-5
ml)ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan sampai 5 cm diatas
siku,kemudian sikat ujung jari,tangan lengan,dan kuku sebanyak kurang lebih
15 kali gosokan,sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.
 Bilas dengan air bersih yang mengalir
 Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.
 Gunakan sarung tangan steril.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau
petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk
membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui
tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang
dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga
kesehatan.
Selain itu metode sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk
membersihkan dari mikroorganisme atau sengaja untuk menghambat
pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan.
B. Saran
Dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan diharapkan
melakukan prosedur kebersihan dimulai dari mencuci tangan 7 langkah, sterilisasi
dan deinfektan tingkat tinggi alat-alat kesehatan. Agar kebersihan terjaga sehingga
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang merugikan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York : MC-
Graw Hill Book Companies.
Pharmaceutical Technology, Eugene L. Parrott, 1974, Minneapolis : Burgess
Publishing Company.
Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan), Leon Lachmann et.all., 1998, jakarta :
UI-Press.
Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition, A.R. Gennaro, 1990, Pennsylvania
: Mack Publishing Company.
Parenteral Manual Technology, Michael J. groves, 1988, USA : Interpharm Press Inc.
Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version), James Agalloco, 2008,
USA : Informa Healthcare Inc.
Catatan:
Kateter harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia (DTT Kimiawi).Kateter bila rusak
jika didisinfeksi tingkat tinggi dengan direbus.
Sumber referensi:
Buku Acuan Palatihan Klinik, Asuhan Persalinan Normal; Asuhan Esensial,
Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru
Lahir;JNPK-KR, Departemen Kesehatan RI, 2008

More Related Content

What's hot

Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Ryan Tito
 
Makalah sterilisasi
Makalah sterilisasiMakalah sterilisasi
Makalah sterilisasi
Septian Muna Barakati
 
Injek
Injek Injek
Injek
fadzan
 
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasiSterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasiEllie Sirait
 
Universal precaution
Universal precautionUniversal precaution
Universal precautionconesti08com
 
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairSterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairrozi rozi
 
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
aulia rahmah
 
Lapres sterilisasi
Lapres sterilisasiLapres sterilisasi
Lapres sterilisasimartha_chan
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
agusmelvian
 
K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"
K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"
K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"
Luh Putu Arishanti W. A.Md.AK.,S.Si
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Umi Lestari
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3Titin Indrawati
 
Sterilisasi n desinfeksi
Sterilisasi n desinfeksiSterilisasi n desinfeksi
Sterilisasi n desinfeksi
Operator Warnet Vast Raha
 
Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)
Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)
Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)itatriewahyuni
 
Konsep Luka
Konsep LukaKonsep Luka
Konsep LukaReza J
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisFransiska Puteri
 
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematian
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & KematianAsuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematian
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematian
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 
Askep epilepsi
Askep epilepsiAskep epilepsi
Askep epilepsi
 
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan TitoTeknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
Teknologi pengolahan kelapa sawit - pengepresan kelapa sawit by Ryan Tito
 
Makalah sterilisasi
Makalah sterilisasiMakalah sterilisasi
Makalah sterilisasi
 
Injek
Injek Injek
Injek
 
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasiSterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi
 
Universal precaution
Universal precautionUniversal precaution
Universal precaution
 
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairSterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
 
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
 
Lapres sterilisasi
Lapres sterilisasiLapres sterilisasi
Lapres sterilisasi
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
 
K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"
K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"
K3 and Patient Safety "Needle Stick Injury"
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3
 
Sterilisasi n desinfeksi
Sterilisasi n desinfeksiSterilisasi n desinfeksi
Sterilisasi n desinfeksi
 
Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)
Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)
Percobaan 1 (peralatan dan sterilisasi)
 
Konsep Luka
Konsep LukaKonsep Luka
Konsep Luka
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
 
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematian
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & KematianAsuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematian
Asuhan Pada Klien Yang Menghadapi Kehilangan & Kematian
 

Similar to Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, disinfeksi tingkat tinggi (dtt), cuci dan bilas

Peranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidanPeranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidan
Septian Muna Barakati
 
Peranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidanPeranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidan
Septian Muna Barakati
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Konsep dasar sterilisasi (rischa)
Konsep dasar sterilisasi (rischa)Konsep dasar sterilisasi (rischa)
Konsep dasar sterilisasi (rischa)
stikesby kebidanan
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah setralisasi
Makalah setralisasiMakalah setralisasi
Makalah setralisasi
Septian Muna Barakati
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Septian Muna Barakati
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranSeptian Muna Barakati
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Septian Muna Barakati
 
PPT_STERILISASI_pptx.pptx
PPT_STERILISASI_pptx.pptxPPT_STERILISASI_pptx.pptx
PPT_STERILISASI_pptx.pptx
RetnoEvriyunita
 
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docxModul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
YudhaDeEndolita
 

Similar to Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, disinfeksi tingkat tinggi (dtt), cuci dan bilas (20)

Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
 
Makalah mikrobilogi
Makalah mikrobilogiMakalah mikrobilogi
Makalah mikrobilogi
 
Peranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidanPeranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidan
 
Peranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidanPeranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidan
 
Peranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidanPeranan sterilisasi dalam bidan
Peranan sterilisasi dalam bidan
 
Sterilisasi
SterilisasiSterilisasi
Sterilisasi
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
Konsep dasar sterilisasi (rischa)
Konsep dasar sterilisasi (rischa)Konsep dasar sterilisasi (rischa)
Konsep dasar sterilisasi (rischa)
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Makalah setralisasi
Makalah setralisasiMakalah setralisasi
Makalah setralisasi
 
Makalah setralisasi
Makalah setralisasiMakalah setralisasi
Makalah setralisasi
 
Makalah setralisasi
Makalah setralisasiMakalah setralisasi
Makalah setralisasi
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
PPT_STERILISASI_pptx.pptx
PPT_STERILISASI_pptx.pptxPPT_STERILISASI_pptx.pptx
PPT_STERILISASI_pptx.pptx
 
tugas 2
tugas 2tugas 2
tugas 2
 
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docxModul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
 

More from Warung Bidan

Makalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islamMakalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islam
Warung Bidan
 
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagramMakalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Warung Bidan
 
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asiMakalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Warung Bidan
 
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotisMakalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Warung Bidan
 
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasienJenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Warung Bidan
 
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannyaMakalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Warung Bidan
 
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Warung Bidan
 
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannyaMasalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Warung Bidan
 
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balitaSatuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balita
Warung Bidan
 
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayiLeaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Warung Bidan
 
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Warung Bidan
 
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudSatuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Warung Bidan
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Warung Bidan
 
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Warung Bidan
 
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabungMakalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Warung Bidan
 
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDSMAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
Warung Bidan
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Warung Bidan
 
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilanKonsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Warung Bidan
 
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Warung Bidan
 
Makalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatanMakalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatan
Warung Bidan
 

More from Warung Bidan (20)

Makalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islamMakalah asi menurut pandangan agama islam
Makalah asi menurut pandangan agama islam
 
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagramMakalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
Makalah epidemiologi penyajian interpretasi data grafik atau diagram
 
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asiMakalah konsep dasar teori air susu ibu asi
Makalah konsep dasar teori air susu ibu asi
 
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotisMakalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
Makalah hypnobirthing melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode hipnotis
 
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasienJenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
Jenis jenis pemberian posisi tubuh pada pasien
 
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannyaMakalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
Makalah farmakologi efek samping obat dan cara pengatasannya
 
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
Pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang pada...
 
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannyaMasalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
Masalah kesehatan reproduksi dan cara penanggulangannya
 
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balitaSatuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balita
Satuan acara penyuluhan (sap) pemantauan tumbuh kembang bayi & balita
 
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayiLeaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
 
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal HygieneSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene
 
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iudSatuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
Satuan acara penyuluhan (sap) alat kontrasepsi iud
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebas
 
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
Makalah konsep dasar ketuban pecah dini (kpd)
 
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabungMakalah pandangan agama terhadap bayi tabung
Makalah pandangan agama terhadap bayi tabung
 
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDSMAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
MAKALAH PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS AIDS
 
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus AborsiMakalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
Makalah Pandangan Agama Terhadap Kasus Aborsi
 
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilanKonsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
Konsep dasar kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
 
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
Makalah konsep pengganti air susu ibu (pasi)
 
Makalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatanMakalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatan
 

Recently uploaded

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 

Recently uploaded (20)

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 

Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, disinfeksi tingkat tinggi (dtt), cuci dan bilas

  • 1. i Makalah Keterampilan Dasar Kebidanan/Keperawatan (KDK) tentang Sterilisasi, Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), Cuci Dan Bilas Dimanapun prosedur tindakan dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan keperawatan maupun kebidanan. Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi. Selengkapnya: http://warungbidan.blogspot.com/2017/09/makalah-kdk-tentang-sterilisasi.html DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................................1 B. Tujuan ...........................................................................................................1 C. Rumusan masalah .........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN STERILISASI ...........................................................................................................2 A. Sterilisasi Secara Fisika ................................................................................3 B. Sterilisasi Secara Kimia ................................................................................12 C. Sterilisasi Secara Mekanik ............................................................................14 DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) ................................................................21 A. Pemeliharaan Teknik Steril/ Disinfeksi Tingkat Tinggi ...............................21 B. DTT dengan Cara Merebus ...........................................................................21 C. Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air .22 D. DTT Kimiawi ................................................................................................23 E. Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia ............24
  • 2. ii F. DTT kateter secara kimiawi ..........................................................................24 G. Pencucian dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai) .........................25 CUCI DAN BILAS ...................................................................................................28 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................31 B. Saran ..............................................................................................................31 DAFTAR PUSTAKA
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba (Burdon, 1969). B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui tentang sterilisasi, desinfektan serta langkah cuci dan bilas. C. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan perumusan masalah, yang di identifikasikan masalah-masalah tersebut diantaranya: 1. Apa pengertian dari Sterilisasi ? 2. Apa cara-cara mensterilisasikan ? 3. Apa pengertian dari Disinfeksi Tingkat Tinggi ? 4. Bagaimana langkah Cuci dan Bilas ?
  • 4. 2 BAB II PEMBAHASAN STERILISASI Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba (Burdon, 1969). Cara kerja sterilisasi adalah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi, cara kerja steril ini digunakan pada pembuatan media, pemeriksaan kultur dan pembuatan preparat. Sterilisasi dapat dilakukan secara; (1) Fisik di bagi menjadi beberapa bagian antara lain (a) dengan ”Hot air Sterilization” oven. Bahan dari gelas dibungkus dengan alumunium foil, suhu 170-250°C selama 2 jam. (b) panas basah dengan tekanan, suhu 121°C selama 15 menit. Alat yang digunakan adalah autoclave, caranya: alat-alat gelas dibungkus lagi dengan alumunium foil. (c) Pressure Cooker, caranya: panaskan air mendidih, biarkan klep uap terbuka agar keluar uap kemudian klep uap ditutup, lihat suhu dan tekanan, bila suhu telah 121°C dengan tekanan 1,5 atm, dijaga konstan selama 15 menit. Kemudian buka klep uap hingga tercapai tekanan nol, dan setelah suhu mencapai suhu kamar, alat dan bahan dikeluarkan. (2) Kimia yaitu dengan menggunakan zat-zat kimia seperti desinfektan, antiseptik. (3) Radiasi yaitu dengan menggunakan sinar Ultraviolet, biasanya digunakan pada ruangan dan alat-alat plastik. (4) Filter yaitu dengan menggunakan membran filter dan Vacum Pump (Anonim, 2007).
  • 5. 3 A. Sterilisasi Secara Fisika 1. Pemanasan Kering a. Udara Panas Oven The Art of Compounding : 404 Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah. Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121o C (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan- bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali. Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam. Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama.
  • 6. 4 Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan – bahan melalui proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan kelanjutan atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven dengan temperatur sekelilingnya 170°C untuk sterilisasi atau 250°C untuk depirogenisasi. Panas kering digunakan untuk sterilisasi/depirogenisasi alat- alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu yang digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol. Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Secara umum, validasi untuk alur depirogenisasi untuk proses panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya. Parenteral Technology Manual : 123 Panas kering pada temperatur lebih 160oC efektif menghancurkan mikroorganisme hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara inversible. Proses ini berjalan relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam pada suhu 160oC tetapi lebih cepat pada temperatur yang tinggi. Panas kering ini sering merugikan beberapa produk. Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk pembunuhan mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121oC. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th : 1471 Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain. Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering. Ini jelas bahwa perhatian harus diberi untuk
  • 7. 5 mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi standar. Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas. Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :  170°C (340 F) sampai 1 jam  160°C (320 F) sampai 2 jam  150°C (300 F) sampai 2,5 jam  140°C (285 F) sampai 3 jam b. Minyak dan penangas lain The Art of Compounding : 404 Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 1620C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup. c. Pemijaran langsung The Art of Compounding : 404 Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.
  • 8. 6 2. Panas lembab a. Uap bertekanan Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121°C dibawah tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan hasil pada 121°C pada waktu tertentu. The Art of Compounding : 407 Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering yaitu : air
  • 9. 7 Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC selama 12 menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th : 1471 Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme oleh panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi. USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah tekanan paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121oC dalam jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah “home pressure cooker”. b. Uap panas pada 100oC The Art of Compounding : 412 Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda yang juga disebut sterilisasi tidak berlanjut. Penjedahan dan bertahap adalah tindalisasi digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir pada
  • 10. 8 periode waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit. Antara pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan pada suhu kamar atau pada inkubator pada 37oC. prinsip dari metode ini adalah pada saat waktu pertama kali pemaparan pada uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selam 24 jam, banyak spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif bentuk spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat. c. Pemanasan dengan bakterisida The Art of Compounding : 413 Ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap pans pada 100oC. adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf. Larutan yang ditumbuhkan bakterisida ini dpanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100oC selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air. Bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol, 0,2% kresol atau 0.002% fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari 15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastro intestinal sehingga tidak dibuat dengan metode ini. d. Air mendidih The Art of Compounding : 413 Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam.
  • 11. 9 3. Cara Bukan Panas Sinar ultraviolet Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1272 Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan membunuhmikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan. Aksi letal Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1272 Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul- molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang panjang. Radiasi pengion Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1274 Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan dari, mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih seragam. Aksi letal radiasi pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan
  • 12. 10 menghentikan rep-roduksi sebagai hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan karena transformasi radiasi menjadi molekul penerima pada sinar x, menurut teori langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung, dimana molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi seperti hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini pada akhirnya, menyebabkan perubahan energi pada asam nukleat dan molekul lain sehingga hilangnya keberadaannya bagi metabolisme molekul sel bakteri. Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Dekstruksi bakteri untuk menghasilkan kondisi steril dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion, dengan efek pada asam nukleat dari mikroorganisme yang nonreversibel. Pembentukan radikal bebas dan peroksida yang merupakan senyawa reaktif juga memberikan kontribusi pada letalitas dari proses sterilisasi ini. Dua tipe radiasi pengion yang dapat digunakan yaitu radiasi sinar gamma dan radiasi electron. Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk alat-alat medis yang sensitive terhadap panas dan jika residu etilen oksida tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi radiasi selama dengan waktu iradiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi kehati-hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi. Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan bahan-bahan formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi adalah factor yang harus diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat dipengaruhi oleh radiasi, mungkin tidak dengan segera dilakukan penanganan tetapi setelah stabilitas produk dapat dipengaruhi. Untuk bahan-bahan medis dan plastik, perubahan dari sterilisasi etilen oksida ke sterilisasi radiasi membutuhkan penentuan efek radiasi jangka pendek dan jangka panjang, dan kadang membutuhkan modifikasi produksi bahan plastik dan karet untuk membuatnya sesuai dengan sterilisasi radiasi. Penerapan untuk sterilisasi ini Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1276 Elektron dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan untuk mensterilkan produk-produk pilahan dengan suatu proses berkesinambungan.
  • 13. 11 Kebanyakan prosedur sterilisasi produk lain harus diselenggarakan dalam batch setrilisasi dengan proses berkesinambungan memerlukan pengendalian yang tepat, sehingga tidak ada bagian yang lepas dari keefektifan sterilisasi. Remington’s Pharmaceutical Sciences : 1476 Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat rumah sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang dan jaringan dan alat pengobatan seperti alat untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube palstik, katter, benang bedah dan cawan Petri. Radiasi ioniasasi dapat menghasilkan perubahan dalam molekul organik yang dapat mempengaruhi kemujaraban sediaan atau dapat menginduksi toksisitas. Radiasi produk juga dapat menghasilakn perubahan warna dan kerapuhan beberapa wadah gelas dan bahan plastik. Sterilisasi radiasi dapat dilakukan baik dengan radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik dan energi foton, termasuk ultra dari bahan radioaktif seperti kobalt 60 atau sesium 137 adalah yang paling sering digunakan sebagai sumber energi sterilisasi adhesi elektromagnetik. Radiasi partikel atau molekul termasuk daftar partikel yang steril. Satu-satunya sekarang yang digunakan untuk sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah sakit dan laboratorium. Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi industri manggunakan radiasi, termasuk penjelasan singkatnya. Beberapa informasi mengenai efek sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan. Prinsip bermuatan negatif sepeti elektron yang berinteraksi langsung dengan bahan menyebabkan ionisasi seperti elektron elektromagnetik menyebabkan ionisasi pada mekanisme yang bervariasi yang menghasilkan perpindahan suatu orbital elektron dengan mekanisme jumlah tertentu dari energi yang ditransfer dalam insiden sinar gamma. Perpindahan elektron ini kemudian bentindak sebagai partikel beta dalam reduksi. Oleh sebab itu baik partikel maupun elektromagnetik, dipertimbangkan sebagai radiasi ionisasi yang berbeda dengan radiasi sinar ultraviolet. Kerugian penggunaan germisida radiasi sinar UV adalah penetrasinya terbatas, pada panjang gelombang 253,7 nm, diserap oleh banyak bahan dan membuat penggumpalan organisme dan hal tersebut dilindungi oleh debu dan puing-puing. Untuk menghindari aksi letal panggunaan radiasi sinar UV sebagai
  • 14. 12 cara sterilisasi tidak direkomendasikan lemak jika bahan-bahan yang diradiasi sangat bersih dan bebas yang dapat melindungi mikroorganisme. B. Sterilisasi Secara Kimia Sterilisasi Gas Pharmaceutical Technology : 281 Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata). Tetapi mikroorganisme muncul peningkatan resistensinya dengan penurunan kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban membran sel sebelum penggunaan etilen oksida. Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida. Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon terflouronasi seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan uap yang tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder masuk ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan over karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan campuran mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada chamber pensteril pada tekanan total yang sama. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50%
  • 15. 13 kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis. Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang/chamber sterilisasi. Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas. Mekanisme aksi etilen oksida
  • 16. 14 Teori dan Praktek Farmasi Industri : 1286 Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi. C. Sterilisasi Secara Mekanik Filter Bakteri Validation of Pharmaceutical Processes : 151 Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik. Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi yang tinggi dari mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari peenyaring adalah parameter yang harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada produk yang dapat diprediksi dan reproduksibel. Ukuran nominal pori penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk memban logam. The Art of Compounding : 404 Larutan dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora bakteri dengan melalui filter bakteri, filter bakteri tidak membebaskan larutan dari virus. Bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah dan adanya virus, secara prinsip
  • 17. 15 oleh adsorbsi pada dinding filter dan penghilangan partikel besar dari bahan yang mengandung virus. Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau bahan biologi yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda dengan metode filtrasi lain, filter bakteri ditujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar. Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini dibutuhkan yang mengandung bahan, bakteristatik, kecuali dinyatakan lain. Larutan yang ditujukan untuk injeksi intratekal atau merupakan larutan dosis tunggal intravena dengan volume lebih dari 15 ml, tidak boleh ditambahkan bahan bakterisida. Paraffin cair dan minyak lain, tidak disterilkan dengan metode ini karena dapat meningkatkan permeabilitas dari filter bakteri. Untuk membuat larutan bebas dari bakteri dan steril, filter dengan berbagai tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari silikon murni (diatomaccus atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas fritled. Karena alat-alat ini mudah dibersihkan filter seitz yang menggunakan lapisan asbes dan filter-glass mungkin lebih berguna untuk farmasis. Filter dengan pori yang lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa filtrasi sangat lambat untuk tujuan praktis. Dengan meningkatnya kekentalan dari lilin filter sangat menghasilkan filtrasi yang efektif, tetapi kekurangannya adalah banyak dari bahan aktif larutan dihilangkan oleh adsorbsi pada lilin. Bagaimanapun, dengan mengatur ukuran pori dan kekentalan dari filter sampai optimum. Filter dapat menjadi sangat efisien dan sangat cepat. Faktor lain dari filter bakteri yaitu keseimbangan permukaan antara bahan dari filter dengan bakteri dari larutan, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listrik dan filter, pH dari bahan yang disaring dan absorpsi dari protein dan bahan lain. Filter seitz Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah besi. Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah digunakan dan untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alkohol pekat tidak mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini mampu dengan kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml.
  • 18. 16 Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat. Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas dari garamnya dan dapat menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak pituitary, epinefrin, dan apomorphin. Hal ini dapat diatasi dengan perawatan pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan kemudian dibilas dengan air. Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat, membuat larutan tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan ayakan dari nilon atau sutra, di bawah lapisan filter sebelum menempatkan lapisan di dalam filter atau sebuah fritted glass dapat ditempelkan pada saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter seitz juga cenderung menghilangkan substrat dari filtrate dengan absorpsi. Filter Swinny Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny di bungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit. Filter Fritted-Glass Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk, tombol bulat dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk menempatkan ukuran dari bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan berkembangnya ukuran. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan didalam gelas pirex seperti corong Buchner. Filter Berkefeld dan Mandler Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat. Berkefeld disusun juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif. Tersedia dalam beberapa prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam air dalam Bekerfeld atau Mandler.
  • 19. 17 Filter Selas Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika. Karena masing-masing partikel meliputi filter semata-mata bersama selama proses manufaktur, ada bahaya kecil partikel-partikel dari filter jauh dalam larutan. Filter Candles-Pasteur-Chamberland Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat. Kesimpulan : Metode sterilisasi yaitu : 1. Metode Fisika a. Pemanasan kering Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. - Udara panas oven Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3 jam. - Pemijaran langsung Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai berpijar. - Minyak dan penangas lain Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 160oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.
  • 20. 18 b. Pemanasan basah Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. - Uap bertekanan (autoklaf) Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan. - Pemanasan dengan bakterisida Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol. - Air mendidih Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya. c. Cara bukan panas Sterilisasi dengan radiasi Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). 2. Metode Kimia a. Menggunakan bahan kimia Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 70%, fenol 5%.
  • 21. 19 b. Sterilisasi gas Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba mati. 3. Metode mekanik Filtrasi Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara Sterilisasi 1. Pemanasan a. Tanpa tekanan o Pemanasan basah. Dilakukan dengan merebus dalam air mendidih dengan temperatur = 100oC selama15-30 menit. Alat-alat yang direbus harus dalam keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air. o Pemanasan kering. Dilakukan dengan menggunakan oven dengan temperatur 170° C (160-180°) dalam waktu 1-2 jam. o Flamber. Berarti membakar dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih dan kering dan diletakkan pada tempat dari aluminium atau bahan tahan karat. b. Dengan tekanan o Autoklaf. Dilakukan dengan menggunakan uap bertekanan 750 mmHg dan temperatur 120° selama 10-15 menit. Alat-alat yang tidak terbungkus hanya membutuhkan waktu 15 menit, tapi bungkusan lipatan linen memerlukan waktu 30 menit.
  • 22. 20 2. Kimiawi o Tablet formalin. Dengan menggunakan uap tablet formalin. Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukkan ke dalam tempat tertutup rapat minimum selama 24 jam. o Gas etilen oksida. Cairan/gas etilen oksida dapat membunuh spora, bakteri, virus dan jamur patogen dalam waktu 3 jam atau lebih. Sifatnya toksik, mudah terbakar dan harus digunakan dalam autoklaf khusus. Cara ini baik untuk alat yang tidak tahan panas. 3. Radiasi Dengan menggunakan daya radiasi sinar X atau sinar ultraviolet. Bisa juga dengan radiasi sinar gamma dosis tinggi yang biasanya bersumber dari kobalt. Antiseptik Adalah zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan ada yang non sporosidal. Digunakan pada jaringan kulit dan selaput lendir. Digunakan untuk: 1. Mensucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi 2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang 3. Mencuci luka terutama luka kotor 4. Sterilisasi alat bedah 5. Mencegah infeksi pada perawatan luka 6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi 7. Mengobati infeksi lokal misalnya pada mulut, telinga, tenggorokan, atau kulit.
  • 23. 21 DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) A. Pemeliharaan Teknik Steril/ Disinfeksi Tingkat Tinggi Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara kondisi steril dengan memisahkan benda- benda steril atau mungkin gunakan baju, sarung tangan steril dan sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril. Sediakan dan jaga daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi: 1. Gunakan kain steril 2. Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-benda ke daerah yang steril/ disinfeksi tingkat tinggi 3. Hanya benda-benda steril/ disinfeksi tingkat tinggi atau petugas dengan atribut yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi 4. Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek sebagai benda terkontaminasi 5. Termpatkan daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi dari pintu atau jendela 6. Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk menyentuh peralatan yang ada di daerah steril. B. DTT dengan Cara Merebus 1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat 2. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan 3. Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air 4. Mulai panaskan air 5. Mulai hitung waktu saat air mendidih 6. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai 7. Rebus selama 20 menit 8. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus 9. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan
  • 24. 22 C. Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan bubuk talk) 1. Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan kukus 2. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru 3. Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal sarung tangan dalam satu nampan (tergantung dari diameter nampan) 4. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor 5. Letakkan penutup di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan ini merupakan pemborosan bahan bakar 6. Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah perhitungan waktu. Catat pengukusan sarung tangan dalam buku khusus 7. Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik 8. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat
  • 25. 23 menetes keluar 9. Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor 10. Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi (tuang air perebus ke dalam wadah DTT) "Ingat:Jangan menempatkan nampan pengukus berlubang yang berisi sarung tangan di atas meja atau tempat lain karena sarung tangan dapat terkontaminasi oleh cemaran dari luar melalui lubang bawah nampan” 11. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan) 12. Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering gunakan penjepit atas pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang berpenutup rapat). Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu. D. DTT Kimiawi Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid (Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan
  • 26. 24 bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai disinfektan. Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat gambar rumus yang digunakan dalam membuat larutan. E. Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia termasuk: 1. Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan “Ingat: Jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya” 2. Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia 3. Rendam peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia 4. Rendam peralatan selama 20 menit 5. Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus 6. Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup 7. Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat. F. DTT kateter secara kimiawi: 1. Persiapkan larutan klorin 0,5% (lihat gambar rumus) 2. Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga pada kedua tangan 3. Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan 4. Biarkan kateter terendam selama 20 menit 5. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air DTT
  • 27. 25 6. Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah ini dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih G. Pencucian dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai) Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/ perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin. Seperti yang diperlihatkan pada tabel, sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagian contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri. Tabel: Efektifitas berbagai proses eradiksi mikroorganisme pada alat bekas pakai Dekontaminasi Pencucian (hanya air) Pencucian (deterjen dan bilas) DTT1 Sterilisasi1 Efektifias(menghilangkan atau menonaktifkan mikroorganisme Membunuh virusAIDS dan Hepatitis Hingga 50% Hingga 80% 95% 100% Waktu yang diperlukan agar proses berjalan efektif Rendam selama 10 menit Cuci hingga bersih Cuci hingga terlihat bersih Rebus, kukus atau secara kimia: 20 menit Kukus: 20-30 menit 106kPa 1210 C Panas kering 60 menit pada suhu 1700 C Perlu didahului oleh dekontaminasi dan pencucian
  • 28. 26 Perlengkapan/ bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk: 1. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks 2. Sikat (bole menggunakan sikat gigi) 3. Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml: untuk kateter, termasuk kateter penghisap lendir) 4. Wadah plastik atau baja anti-karat (stainless steel) 5. Air bersih 6. Sabun atau deterjen Tahap-tahap pencucian dan pembilasan: 1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan 2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit) 3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam 4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati: a. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran b. Buka engsel gunting dan klem c. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen f. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih 5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain 6. Jika peralatan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang efektif 7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai
  • 29. 27 8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih 9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan. Bola karet menghisap tidak boleh dibersihkan dan digunakan ulang untuk lebih dari satu bayi. Bola karet seperti itu harus dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang untuk dipakai ulang. Secara ideal kateter penghisap DeLee harus dibuang setelah satu kali digunakan; jika hal ini tidak memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter dengan kondisi tersebut di atas pada lebih dari satu ibu dapat meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar. Untuk mencuci kateter (termasuk selang atau pipa plastik penghisap lendir), ikuti tahap- tahap berikut: 1. Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan 2. Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir 3. Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen 4. Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih 5. Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan DTT.
  • 30. 28 CUCI DAN BILAS Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan : 1. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 2. Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam ruangan maternity, juga bagi perawatn pasien pre dan post operasi 3. Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien 4. Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi 5. Sebelum menyiapkan obat bagi pasien 6. Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan urinal sebelum dan sesudah makan Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3: 1) Teknik mencuci biasa Alat dan bahan:  air bersih  handuk
  • 31. 29  sabun  sikat lunak Prosedur Kerja:  lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.  Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan sikat bila perlu.  Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering. 2) Teknik mencuci dengan desinfeksi Alat dan bahan:  Air bersih  Larutan desinfektan lisol/savlon  Handuk/lap kering Prosedur kerja:  Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan,  Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian dengan larutan desinfektan (lisol atau savlon)dan sikat bila perlu.  Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering. 3) Teknik mencuci steril Alat dan bahan:  Air mengalir  Sikat steril dalam tempat  Alkohol 70%  Sabun Prosedur kerja:  Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
  • 32. 30  Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian alirkan sabun(2-5 ml)ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan sampai 5 cm diatas siku,kemudian sikat ujung jari,tangan lengan,dan kuku sebanyak kurang lebih 15 kali gosokan,sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.  Bilas dengan air bersih yang mengalir  Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.  Gunakan sarung tangan steril.
  • 33. 31 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan. Selain itu metode sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. B. Saran Dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan diharapkan melakukan prosedur kebersihan dimulai dari mencuci tangan 7 langkah, sterilisasi dan deinfektan tingkat tinggi alat-alat kesehatan. Agar kebersihan terjaga sehingga tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang merugikan.
  • 34. 32 DAFTAR PUSTAKA Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York : MC- Graw Hill Book Companies. Pharmaceutical Technology, Eugene L. Parrott, 1974, Minneapolis : Burgess Publishing Company. Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan), Leon Lachmann et.all., 1998, jakarta : UI-Press. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition, A.R. Gennaro, 1990, Pennsylvania : Mack Publishing Company. Parenteral Manual Technology, Michael J. groves, 1988, USA : Interpharm Press Inc. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version), James Agalloco, 2008, USA : Informa Healthcare Inc. Catatan: Kateter harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia (DTT Kimiawi).Kateter bila rusak jika didisinfeksi tingkat tinggi dengan direbus. Sumber referensi: Buku Acuan Palatihan Klinik, Asuhan Persalinan Normal; Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir;JNPK-KR, Departemen Kesehatan RI, 2008