Makalah Kelompok 2_leadership dan kepemimpinan organisasi.pdf
1. PERILAKU
KELOMPOK DALAM
ORGANISASI
MATA KULIAH KEPEMIMPINAN DAN
PERILAKU ORGANISASI PENDIDIKAN
Kelompok 2:
Ali Subroto Suprapto - 9911923008
Eny Engriyani - 9911923010
Husen Sutisna - 9911923017
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Suryadi, M.Pd.
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd.
Dr. Fakhruddin Arbah, M.Pd.
2. 2
GAMBARAN UMUM
PERILAKU KELOMPOK
✓ Manusia sebagai makhluk sosial
✓ Manusia berinteraksi dengan orang lain
✓ Manusia membentuk kelompok komunitas
3. PERSONALITY
3
✓Setiap manusia dalam berbagai
kegiatan apapun akan terlibat dalam
aktivitas kelompok.
✓Kelompok merupakan bagian dari
kehidupan organisasi.
✓Kelompok dapat mengubah motivasi
individu atau kebutuhan, dan bisa
juga mempengaruhi perilaku individu
dalam satu kondisi organisasi.
4. INTERAKSI PERSONALITY
4
✓ Kelompok dapat mengubah motivasi
individu atau kebutuhan, dan bisa juga
memengaruhi perilaku individu dalam satu
kondisi organisasi.
✓ Kelanggengan kelompok terletak pada
kesungguhan masing-masing individu yang
tergabung dalam kelompok untuk saling
memperbarui semangat kolektivitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara bersama dengan menampung
sebagian besar aspirasi individual.
6. PERILAKU KELOMPOK
6
✓ Perbedaan individu yang ada di dalam
organisasi, yang selanjutnya akan
membentuk perilaku kelompok.
✓ Seiring dengan berkembang dan rumitnya
persoalan-persoalan manusia, maka
persoalan individu dan kelompok khususnya
perilaku organisasi semakin hari akan
semakin berkembang dan bertambah rumit
pula.
✓ Semakin banyak aspirasi anggota kelompok
yang terakomodasi, semakin puaslah
anggota kelompok (Wahjono, 2010).
18. 18
MASALAH DALAM DINAMIKA KELOMPOK
Masalah-masalah yang krusia adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan.
Tidak jarang, suatu kelompok menjadi buyar karena kesalahan memilih pemimpin.
2. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, merupakan inti dari tugas atau misi
kelompok.
3. Komunikasi.
Melalui komunikasi saling pengertian diciptakan yang pada akhirnya akan memperkuat
kohesi, dan tercapainya tujuan-tujuan kelompok.
4. Konflik.
Perbedaan kepentingan dan harapan-harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi
tidak dapat dihindari. Hal ini akan dapat menjadi potensi konflik, sehingga sasaran yang
telah ditetapkan gagal dicapai, bahkan bisa membuyarkan kelompok itu sendiri.
27. Karakteristik
Kelompok dan
Proses
Kelompok
MATA KULIAH KEPEMIMPINAN DAN
PERILAKU ORGANISASI PENDIDIKAN
Kelompok 2:
Ali Subroto Suprapto - 9911923008
Eny Engriyani - 9911923010
Husen Sutisna - 9911923017
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Suryadi, M.Pd.
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd.
Dr. Fakhruddin Arbah, M.Pd.
28. D. Karakteristik Kelompok atau Tim
• Dua atau lebih pemangku kepentingan
berinteraksi memiliki norma dan tujuan
kolektif yang sama, identitas umum,
interaksi timbal balik dan kesadaran
bersama
• Satu kesatuan pemangku kepentingan
mencapai kesepakatan dan perbedaan
melalui bentuk interaksi, bergabung
mempunyai motivasi dan berkontribusi
selama proses kelompok didalam dinamika
organisasi (Sinding & Waldstrom, 2014:271)
(Luthans, 2011: 340)
29. 1. Tipe atau Jenis
• Kelompok kecil dan besar, kelompok primer dan sekunder,
koalisi, keanggotaan serta referensi, dan kelompok formal
dan informal, dimana tiap-tiap kelompok mempunyai
perbedaan, karakteristik dan efek yang berbeda
• Kelompok kecil : ukuran anggota yang terbatas, interaksi dan
komunikasi cukup konstan, tatap muka atau secara elektronik
• Kelompok primer : kesamaan nilai di antara sesamanya
anggota, semua kelompok primer adalah kelompok kecil, tidak
semua kelompok kecil adalah kelompok primer, kelompok
kerja di organisasi adalah kelompok primer dengan
mengorganisir pemangku jabatan berkepentingan ke dalam
dalam tim kelompok untuk menjalankan suatu fungsi atau
produk atau jasa seperti perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian.
(Luthans, 2011:
343)
30. • Kelompok formal : kelompok kerja, tim, komite,
lingkaran kualitas atau gugus tugas sesuai dengan
permintaan, proses organisasi yang bersifat
permanen, ditentukan oleh organisasi, kelompok
komando yang dicirikan oleh pelaporan fungsional
antara bawahan dan manajer
• Kelompok tugas : pemangku kepentingan yang
bekerja sama menyelesaikan suatu tugas tertentu,
bersifat sementara, diakhiri ketika tugas selesai
• Kelompok informal : kumpulan individu-individu
berkembang dan saling ketergantungan, alasan politik,
persahabatan, guna mendapatkan bagiannya dari
imbalan dan/atau membatasinya sumber daya di
tempat kerja dan berlanjut di luar tempat kerja
Sinding & Waldstrom, 2014:273
Buchanan & Huczynski, 2019:333
31. • Pada organisasi di tingkat yang lebih mikro,
koalisi individu dan kelompok dalam organisasi
memiliki karakteristik sebagai berikut (1)
merupakan sekelompok pemangku
kepentingan yang berinteraksi, (2) dibangun
untuk tujuan tertentu, (3) independen
terhadap struktur organisasi formal, (4)
kurangnya struktur internal yang formal, (5)
mempunyai persepsi keanggotaan dan
berorientasi pada isu untuk memajukan
tujuan kelompok dengan aksi para
kepentingan yang terkoordinasi.
(Luthans, 2011: 343)
32. • kelompok keanggotaan atau kelompok referensi :
anggota dalam serikat pekerja atau kepentingan yang
yang mengidentifikasi keanggotaannya
• Kelompok faksi : entitas dalam jumlah terbatas
seperti tim integrasi merger, gugus tugas bilateral, dan
tim usaha
• kelompok kerja : anggotanya ditunjuk secara formal,
seperti komite di organisasi pada departemen
fungsional (keuangan, pemasaran, operasi, dan
sumber daya manusia) bahkan lintas tim yang
berfungsi mencakup komite urusan masyarakat,
komite pengaduan, komite eksekutif, dan bahkan
dewan direksi pada organisasi
(Luthans, 2011: 343)
33. • Karakteristik tim : (1)
anggota kelompok
mempunyai tujuan yang
sama sehubungan dengan
pekerjaan, (2) berinteraksi
satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama,
(3) anggota tim memiliki
peran yang jelas dan saling
bergantung, (4) memiliki
identitas organisasi sebagai
sebuah tim, dengan fungsi
organisasi yang jelas efektif
(Sinding & Waldstrom, 2014:301)
(George & Jones, 2012:280)
34. • Tim virtual : sekelompok anggota yang bekerja secara
independen melintasi ruang, waktu, dan batas-batas
organisasi dengan menggunakan teknologi untuk
berkomunikasi dan berkolaborasi, memilih media
komunikasi yang tepat agar sesuai dengan persyaratan
tugas dan pesan, fleksibel dan didorong oleh informasi
dan keterampilan, bukan waktu dan lokasi.
• Tim memungkinkan organisasi mengembangkan produk
dan layanan dengan tepat guna efektif, mempertahankan
kualitas tinggi, inovasi dipromosikan, pemupukan silang
ide , mengintegrasikan dan memproses informasi dengan
cara yang tidak dapat dilakukan oleh individu, maka kerja
sama tim dapat membantu meningkatkan produktivitas (Luthans, 2011: 355)
(Sinding & Waldstrom, 2014:300)
35. Perbedaan spesifik antara kelompok kerja dan tim
• Kelompok kerja mempunyai pemimpin yang kuat dan mempunyai fokus yang jelas sedangkan tim
telah berbagi kepemimpinan didalam peran.
• Kelompok kerja mempunyai akuntabilitas individu sedangkan tim memiliki individu dan timbal balik
secara akuntabilitas.
• Tujuan kelompok kerja sama dengan tujuan organisasi sedangkan tim memiliki spesifik tujuan.
• Kelompok kerja mempunyai produk kerja tersendiri sedangkan tim memiliki produk kerja kolektif.
• Kelompok kerja menyelenggarakan pertemuan secara efisien sedangkan tim memecahkan masalah
yang terbuka dan aktif pada pertemuan penyelesaian.
• Kelompok kerja mengukur efektivitas secara tidak langsung misalnya kinerja keuangan dari
keseluruhan bisnis sedangkan tim mengukur kinerja secara langsung dengan menilai secara kolektif
produk kerja.
• Kelompok kerja berdiskusi, memutuskan, dan mendelegasikan sedangkan tim berdiskusi,
memutuskan, dan melakukan pekerjaan nyata.
(Luthans, 2011: 353)
36. Tim lintas fungsi
• (1) memilih keanggotaan secara tepat, (2)
menetapkan dengan jelas tujuan
keanggotaan tim, (3) memastikan bahwa
setiap pemangku kepentingan memahami
bagaimana kelompok akan berfungsi, (4)
melakukan pembangunan tim yang
intensif di awal sehingga berinteraksi
secara efektif, dan (5) mencapai hasil yang
nyata sehingga semangat kerja tetap
tinggi dan para anggota dapat melihat
hasil serta dampak dari upaya.
(Luthans, 2011: 355)
(Sinding & Waldstrom, 2014:307).
37. • Dinamika kelompok
: kekuatan yang
beroperasi di dalam
kelompok yang
mempengaruhi
kinerja dan
kepuasan anggota
kelompok, anggota
(Buchanan & Huczynski, 2019:321)
2. Efektivitas dan Disfungsi
38. • Efektivitas kelompok : (1)
menetapkan arah yang meyakinkan
kerja kelompok, (2) merancang dan
mengaktifkan struktur kelompok (3)
memastikan bahwa kelompok
beroperasi dalam konteks
mendukung, (4) memberikan
pembinaan
(Luthans, 2011: 345)
39. • Kepuasan dan kinerja kelompok dalam organisasi : (1) mengorganisir
kerja berdasarkan kelompok yang utuh, (2) memiliki kelompok yang
bertugas menyeleksi, melatih, dan memberi penghargaan kepada
anggota, (3) memanfaatkan kelompok untuk menegakkan norma-
norma perilaku yang kuat, dengan keterlibatan kelompok dalam
kegiatan pekerjaan dan juga perilaku di tempat kerja, (4)
mendistribusikan sumber daya secara berkelompok dan bukan secara
individu, (5) membiarkan dan bahkan mungkin mendorong persaingan
antar kelompok untuk membangun internal solidaritas kelompok, (6)
saling ketergantungan tugas dan kolaborasi serta kerjasama para
anggota kelompok, (7) mempunyai ketergantungan hasil serta
bagaimana kinerja kelompok dihargai dan potensi keyakinan anggota
bahwa kelompok dapat efektif.
(Luthans, 2011: 346)
40. • Kepuasan dan kinerja kelompok dalam organisasi : (1)
mengorganisir kerja berdasarkan kelompok yang utuh, (2)
kelompok yang bertugas menyeleksi, melatih, memberi
penghargaan, (3) menegakkan norma-norma perilaku yang
kuat, keterlibatan kelompok dalam kegiatan pekerjaan (4)
mendistribusikan sumber daya berkelompok dan bukan
individu, (5) membiarkan dan mendorong mendorong
persaingan antar kelompok untuk membangun internal
solidaritas kelompok, (6) ketergantungan tugas,
kolaborasi, kerjasama para anggota kelompok, (7)
ketergantungan hasil, kinerja kelompok dihargai, potensi
keyakinan anggota efektif.
(Luthans, 2011: 346)
(Buchanan & Huczynski, 2019:323)
41. • Disfungsi dalam kelompok kerja atau tim :
mencakup pelanggaran norma dan
ambiguitas/konflik peran, pemikiran kelompok,
pergeseran risiko, dan faktor sosial, perilaku
antisosial termasuk tindak kejahatan asusila dan
hukum, kesenjangan antara peran yang
ditentukan oleh norma dan peran yang
ditetapkan oleh norma.
• Konflik peran : bertentangan antara pekerjaan
dan isu sosial, nilai-nilai, etika atau standar
pribadi, bertentangan dengan harapan, deskripsi
pekerjaan tidak jelas
(Luthans, 2011: 350)
(Sinding & Waldstrom, 2014:279)
(Sinding & Waldstrom, 2014:275)
42. 3. Ukuran
• Penggunaan homogen versus heterogen
kelompok adalah signifikan dalam
menentukan ukuran kelompok optimal.
• Ukuran kelompok dan kualitas keputusan
berkisar antara 3 hingga 13 pemangku
kepentingan.
• Ukuran kelompok dan kinerja kelompok
dalam hal kualitas keputusan 4 atau 5
pemangku kepentingan.
• Semakin besar jumlah anggota kelompok,
semakin tinggi kemungkinannya hubungan di
para pihak, semakin besar tingkat komunikasi
yang diperlukan, dan semakin kompleks
struktur yang dibutuhkan agar kelompok
dapat beroperasi dengan efektif
(Sinding & Waldstrom, 2014:284)
(Buchanan & Huczynski, 2019 : 322).
(George & Jones, 2012:283)
43. homogen : kesamaan ciri berupa
karakteristik demografis, ciri-ciri
kepribadian, keterampilan, kemampuan,
keyakinan, sikap, nilai, atau jenis
pengalaman kerja.
heterogen : tidak mempunyai banyak
kesamaan karakteristik, keberagaman
(George & Jones, 2012:284)
(George & Jones, 2012:285).
44. 4. Formasi
Homans’ model of group formation
• Environment : (1) fisik yaitu lingkungan
kelompok berfungsi mencakup penataan
ruang, lokasi aktivitas sumberdaya, (2)
teknologi mencakup teknologi material,
teknologi sosial mencakup metode yang
mengatur perilaku dan hubungan, (3) sosial
mencakup norma-norma dan nilai-nilai
kelompok dan budaya organisasi menekankan
kolaborasi atau kompetisi.
• Eksternal : mengenai persyaratan atau harapan
tertentu pemangku jabatan dengan ketentuan
tupoksi dengan melakukan interaksi tertentu
dan memiliki sentimen tertentu
(Buchanan & Huczynski, 2019 : 335).
(Buchanan & Huczynski, 2019:347)
Struktur suatu kelompok (1)
persyaratan kinerja kelompok
yang efisien, (2) kemampuan
dan motivasi anggota kelompok,
(3) lingkungan psikologis dan
sosial kelompok.
45. • Pola-pola interaksi antar anggota suatu kelompok : (1) arah komunikasi
(siapa berbicara kepada siapa), (2) kuantitas komunikasi (berapa kali setiap
anggota kelompok berbicara), (3) isi komunikasi (jenis ucapan lisan yang
dibuat), (4) gaya pengambilan keputusan (bagaimana keputusan dibuat
dalam kelompok), (5) gaya pemecahan masalah (bagaimana masalah
didekati dan diselesaikan).
• Hubungan antara struktur kelompok dan proses kelompok bersifat dua arah
dikarenakan struktur dari suatu kelompok dapat mempengaruhi prosesnya.
• Kekuasaan : penghargaan, koersif, rujukan, sah dan ahli, milik hubungan dan
bukan milik individu
• Status : nilai atau rangking prestise, setiap posisi dalam suatu kelompok
memiliki nilai yang ditempatkan berasal dari suatu posisi oleh organisasi
formal berdasarkan posisi hierarki dan kemampuan tugas
(Buchanan & Huczynski, 2019 : 335).
(Buchanan & Huczynski, 2019:347)
(Buchanan & Huczynski, 2019:348)
47. Tuckman & Jensen &
Jones ’s Five-Stage
Theory of Group
Development (Buchanan
& Huczynski, 2019:337)
48. Forming
– Ditandai dengan keambiguan dikarenakan anggota kelompok tidak mengetahui dengan jelas mengenai tujuan, struktur,
tugas, atau kepemimpinan kelompok (Luthans, 2011: 342).
– Cenderung merasa tidak yakin akan peran dan tanggung jawab serta mempunyai rasa saling percaya yang rendah,
pemimpin formal diharapkan tidak memaksakan otoritasnya (Sinding & Waldstrom, 2014:276).
– Orientasi anggota kelompok belum terbentuk sempurna ; ‘Bagaimana cara saya menyesuaikan diri?: ‘Mengapa kita ada
di sini?’. Anggota kelompok akan membangun identitas pribadi dalam kelompok (Buchanan & Huczynski, 2019:337)
Storming
– Konflik dan konfrontasi dimana adanya ketidaksepakatan dan konflik di antara anggota mengenai peran dan tugas
(Luthans, 2011: 342).
– Menguji kebijakan dan asumsi, politik kekuasaan (Sinding & Waldstrom, 2014:276).
– ‘Apa peran saya di sini?’ ‘Mengapa kita berebut siapa yang bertanggung jawab dan siapa melakukan apa?, pengelolaan
konflik, kejelasan fungsi, pengorganisasian untuk mencapai tujuan kelompok (Buchanan & Huczynski, 2019:338).
49. Norming
• terbiasa untuk bekerja sama dan berkolaborasi dengan kohesi yang tinggi serta identitas kelompok terbentuk (Luthans, 2011:
342).
• Pertanyaan tentang otoritas dan kekuasaan diselesaikan melalui kelompok dan telah menemukan tujuan serta peran yang
tepat (Sinding & Waldstrom, 2014:276).
• interaksi dan hubungan erat terjadi, aturan kerja ditetapkan dalam ketentuan norma perilaku dan pembagian peran,
kerangka kerja dibuat di mana setiap anggota kelompok dapat berhubungan satu sama lain untuk menyetujui harapan dan
menangani kegagalan (Buchanan & Huczynski, 2019:338).
Performing
• Berfungsi penuh secara efektif menyelesaikan tugas-tugas yang disepakati dalam tahap normalisasi (Luthans, 2011: 342).
• Penyelesaian masalah tugas yang matang dan kontributor menyelesaikan pekerjaannya tanpa menghambat pemangku
kepentingan lainnya, iklim komunikasi terbuka serta kerjasama yang kuat serta konflik dan batasan pekerjaan ditangani
secara konstruktif dan efisien yang ditandai dengan kekompakan dan komitmen terhadap tujuan kelompok (Sinding &
Waldstrom, 2014:276).
50. Adjourning
• Proses yang berkelanjutan bagi tim proyek atau gugus tugas dengan spesifikasi tertentu mengenai pencapaian tujuan,
setelah tujuan tercapai, maka kelompok dapat diakhiri atau bahkan memiliki komposisi dan tahapan baru dimana akan
dimulai dari tahapan awal kembali (Luthans, 2011: 342).
• Pembelajaran dalam dinamika kelompok untuk mempersiapkan semua pemangku kepentingan kelompok dan tim di masa
depan (Sinding & Waldstrom, 2014:276).
Proses perkembangan kelompok dibagi menjadi sebagai berikut (Sinding & Waldstrom, 2014:277);
• De-norming: pengikisan standar perilaku anggota kelompok berubah secara secara alami dan berpindah ke arah yang
berbeda seiring dengan perubahan minat dan harapan.
• De-storming: cerminan dari tahap storming, kesepakatan dan konflik muncul dan resistensi individu meningkat dan
keterpaduan menurun.
• Deformasi: kelompok kerja terpecah dan subkelompok berusaha untuk mendapatkan kendali, performa menurun dengan
cepat
52. B. Studi Kasus Organisasi Laba / Perusahaan
1. Kasus Dinamika, Konflik
dan Negosiasi dalam
Organisasi Laba /
Perusahaan
PT. Lautan Lestari Permata,
Lim, T., Kurnaedi, J., Lim, J., Jeny,
Calvin & Fatyandri, A.N. (2022).
Analisa Pengaruh Negosiasi dan
Manajemen Konflik pada Industri
Perkapalan (Studi pada PT. Lautan
Lestari Permata). YUME: Journal Of
Management, 05(03), 22-27.
https://doi.org10.37531/yum.v5i3.2980
.
53. 1. Kasus Dinamika, Konflik
dan Negosiasi dalam
Organisasi Laba /
Perusahaan
Energi Mega Persada Bentu
Limited
Sari, G. G., & Hardianti, G. (2021).
Implementasi Excellence Public
Relations dalam Pengelolaan Konflik
oleh Energi Mega Persada Bentu
Limited . CoverAge: Journal of
Strategic Communication, 11(2), 67-
78.
https://doi.org/10.35814/coverage.v1
1i2.2017
54. 1. Kasus Dinamika, Konflik
dan Negosiasi dalam
Organisasi Laba /
Perusahaan
PT. Gojek,
Herman, Y., Handayani, A.M.D., Ananda,
A.D., Agustino, M., Ginting, R.,D., &
Fatyandri, A.N. (2023). Negosiasi Dan
Manajemen Konflik (Studi Kasus
Manajemen Konflik Pada Mitra Driver Gojek
Dengan PT. Gojek Indonesia. Jurnal
Cakrawala Ilmiah, 2(5), 1995–2000.
https://doi.org/10.53625/jcijurnalcakrawalail
miah.v2i5.4631
55. B. Studi Kasus Organisasi Laba
1. Kasus Dinamika, Konflik
dan Negosiasi dalam
Organisasi Laba /
Perusahaan
PT. Nestlé Indonesia TBK
Wienata. (2014). Negosiasi Sebagai
Jalan Resolusi Konflik (Studi Analasis
Negosiasi Antara Serikat Buruh Nestle
Indonesia Kejayan Dengan
Manajemen Pt. Nestlé Indonesia Tbk.,
Kejayan Pasuruan Tentang
Kesetaraan Upah). Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Universitas
Brawijaya.
56. 2. ANALISA
Negosiasi merupakan mekanisme umum di organisasi laba atau perusahaan di Indonesia
untuk menyelesaikan perbedaan dan mengalokasikan sumber daya sehingga proses
pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang tidak mempunyai preferensi yang sama
akan terjadi kesepakatan.
Elemen : Para pihak (pemangku kepentingan), tuntutan dan harapan kepentingan, pilihan
berbagai kemungkinan serta kriteria agar hasilnya didasarkan pada standar obyektif.
Group-level conflict management (James A.F. Stoner & Charles Wankel) : strategi
accommodating (lose-win solution), strategi avoiding (lose-lose solution), strategi Competitive
(Win-lose Solution), strategi (Win-win Solution), strategi Compromising (split the difference)
57. Perangkat kendali berupa “Excellence Public Relations” diadaptasikan dari Grunig & Hunt
: fungsi manajemen keseluruhan keefektifan Organisasi Laba / Perusahaan serta membangun
komunikasi yang baik, membangun hubungan jangka panjang terhadap publik-publik
strategis.
Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama merupakan tipe konflik yang banyak
terjadi di dalam Organisasi Laba / Perusahaan seperti konflik kepentingan antara tenaga
kerja dengan manajemen.
Konflik antara organisasi dengan organisasi terjadi di era globalisasi saat ini dikarenakan
pengembangan produk dan jasa serta teknologi baru dan pemanfaatan sumber daya efektif
dan efisien guna menjawab tantangan industri.
58. Power, Politics,
Conflict,
Negotiation
MATA KULIAH KEPEMIMPINAN DAN
PERILAKU ORGANISASI PENDIDIKAN
Kelompok 2:
Ali Subroto Suprapto - 9911923008
Eny Engriyani - 9911923010
Husen Sutisna - 9911923017
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Suryadi, M.Pd.
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd.
Dr. Fakhruddin Arbah, M.Pd.
63. 1 Power
Orang-orang Dalam Organisasi, Perlu Di Kelola Dan Diarahkan
Agar Tujuan Dan Sasaran Organisasi Bisa Tercapai
Pengarahan dan Pengelolaan Organisasi
Perlu KEKUASAAN (POWER)
64. Kemampuan seseorang atau kelompok untuk mengarahkan
orang atau kelompok lain agar mau melakukan sesuatu yang
mampu dilakukan atau tidak mampu dilakukan (George dan
Jones, 2012).
Pfeffer, ahli teori perilaku organisasi secara sederhana
mendefinisikan kekuasaan sebagai kekuatan potensial dan
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, untuk mengubah
jalannya peristiwa, untuk mengatasi perlawanan, dan untuk
membuat orang melakukan hal-hal yang tidak akan mereka
lakukan (Luthans, 2011).
Power?
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu
terlepas dari keinginan dan perlawanan orang lain atau
kemampuan untuk "memenangkan" pertarungan politik dan
mengungguli lawan (Luthans, 2011).
65. Sumer
Kekuasaan? 4 5
1 2 3
Organizational Power
Personal Power
Legitimate
Power
(Kekuasaan Sah)
Reward Power
(Kekuasaan
Hadiah)
Coercive Power
(Kekuasaan
Paksaan)
Expert Power
(Kekuasaan
Ahli)
Referent Power
(Kekuasaan
Referensi)
Sumber: Colquitt, Lepine, dan Wesson (2015)
66. 2 Politics Politik: Kegiatan yang
dilakukan oleh para seseorang
untuk meningkatkan
kekuasaan
Setelah mereka mendapatkannya,
para manajer dapat menggunakan
kekuasaan tersebut untuk
pengambilan keputusan atau
kebijakan.
Alasan banyak orang terlibat dalam politik
organisasi adalah karena pada posisi
tersebut akan mendapatkan fasilitas lebih
banyak seperti kompensasi, tunjangan
atau gaji yang lebih tinggi.
69. 3 Conflict
Konflik muncul karena adanya politik
organisasi, satu orang atau kelompok
berusaha saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan dan dalam pengambilan
keputusan organisasi.
tujuannya untuk memajukan
kepentingannya diri sendiri, kadang-
kadaang dengan mengorbankan orang
atau kelompok lain.
70. 3 Conflict ✓ Segala macam interaksi
pertentangan atau
antagonistik antara dua pihak
atau lebih.
✓ Perbedaan pendapat antara
dua atau lebih.
✓ Adanya Sumberdaya yang
langka.
✓ Mempunyai status, tujuan,
penilaian atau pendapat yang
berbeda.
71.
72. Perubahan Pandangan Tentang Konflik
Konflik Dapat dihindarkan Konflik tidak Dapat dihindarkan
Konflik harus dilenyapkan Konflik Dapat Dikelola
Tugas manajemen adalah
melenyapkan konflik
Tugas manajemen adalah
mengelola tingkat konflik dan
penyelesaiannya
PANDANGAN LAMA PANDANGAN BARU
77. 4 Negotiation
• Salah satu tanggung jawab utama
manajemen adalah membantu pihak-pihak
yang berkonflik (bawahan atau divisi yang
berbeda) menemukan cara untuk bekerja
sama dalam menyelesaikan perselisihan
mereka.
• Jika perusahaan ingin mencapai tujuannya,
para manajer harus mampu menyelesaikan
atau meredakan konflik antara orang dan
dan kelompok dan membantu para pihak
mencapai kesepakan dan berkompromi agar
konflik dapat diselesaikan dengan baik.
78. 4 Negotiation • Arti kata negotiation adalah sebuah aktivitas yang
merundingkan atau membicarakan sesuatu.
Pembicaraan atau perundingan tersebut dilakukan
dengan pihak lain. Tujuan dari aktivitas tersebut adalah
untuk mencapai sebuah kesepakatan.
• Pengertian negosiasi menurut asal katanya adalah
sebuah proses diskusi strategis. Proses diskusi tersebut
dilakukan untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Caranya dengan sesuatu yang bisa diterima oleh masing-
masing pihak yang ikut serta dalam bernegosiasi.
• Negosiasi adalah proses di mana pihak-pihak yang
memiliki kepentingan yang saling bertentangan bertemu
dan membuat tawar-menawar dan konsesi dalam upaya
untuk menyelesaikan perbedaan mereka.
79. 1. Seorang manajer bertemu dengan kedua karyawan
yang berkonflik mengungkap dan memahami fakta-
fakta konflik dan posisi masing-masing yang
berbeda.
2. Manajer meringkas perselisihan antara karyawan
dalam bentuk tertulis, mengidentifikasi faktor-
faktor utama dalam perselisihan.
3. Manajer mendiskusikan fakta-fakta dalam laporan
tersebut dengan masing-masing karyawan secara
terpisah yang bertindak sebagai pihak ketiga yang
netral; manajer menggunakan laporan pencarian
fakta untuk mencari solusi yang dapat diterima oleh
masing-masing karyawan, bolak-balik di antara para
karyawan hingga mereka dapat menerima solusi
yang sama.
4. Manajer bertemu dengan kedua karyawan untuk
mendiskusikan kesepakatan dan mendapatkan
komitmen mereka untuk menyelesaikan
perselisihan.
Pengelolaan konflik antar
individu: untuk mengubah
sikap atau perilaku pihak-
pihak yang terlibat dalam
konflik.
81. Implementasi Kurikulum Merdeka
• Lolos Sebagai Sekolah Penggerak
Hanya dari Hasil Seleksi Kepala
Sekolah.
• Punya Pengalaman, memiliki Visi
Perubahan Dalam transformasi
sekolah.
• GTK Belum Tentu Siap (diawal
terpaksa).
• Muncul Penolakan (langsung atau
tidak langsung)
• Muncul Pertentangan diantara Para
Guru yang Mau Berubah dan Tidak
Mau.
• Peran Kepala Sekolah memiliki
Peran Penting Dalam Mengeloa
Konflik
82. • Memastikan dirinya berada pada posisi netral, tidak memihak
pada satu kelompok.
• Kepala satuan Pendidikan berupaya merangkul dan menjadikan
setiap personal guru special.
• Lebih mengedepankan banyak mendengar, merangkul dan
menfasilitasi guru-guru.
• Sebagai pemimpin perubahan, Keteladanya selalu diberikan
dalam berinteraksi dan Dalam melakukan perbaikan satuan
Pendidikan.
• Selalu memberikan apresiasi sekecil apapun prestasi dan
kebaikan para guru.
• Membangun semangat kekeluargaan, kedekatan, keakraban
sebagai upaya membangun team yang solid.
• Membangun semangat dan Visi yang mengakomodir semua
warga sekolah.
• Membangun budaya terus Belajar, saling memberikan refleksi
dan feedback terhadap program-program perubahan yang
dilakukan.
Upaya Negosiasi untuk Penyelesaian Konflik
83. Upaya Meraih Kekuasaan Di Satuan Pendidikan
Pengembangan Kompetensi diri
(Pengetahuan, Sikap, Karakter)
melalu:
• Melanjutkan Jenjang Pendidikan
yang lebih tinggi.
• Meenjadi Guru Penggerak
• Ikut Pendidikan Profesi Guru
• IHT, Workshop, Diklat
• Mencari pihak yang bisa
“membatu” dengan
mengabaikan kompetensi.
• Menyogok untuk posisi atau
Jabatan tertentu.
• Melemahkan pihak yang
diangggap pesaing.