PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
HIDROKUINON
1. MAKALAH ANALISIS SENYAWA AKTIF
HIDROQUINON
DOSEN PENGAMPU : RIZKA AISYAH, S.Farm,
DISUSUN OLEH :
ARDI MUHAMMAD RACHMAN 201451297
DWI LARASWATI 201451624
ENDANG SETYOWATI 201651166
MUHAMMAD FAJAR SYAHPUTRA 201451487
MURDIANTO 201451277
WAHYU NUR AFRIZAL 201451589
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL – KAMAL
JAKARTA
2017
2. I. MONOGRAFI
Nama Kimia : Alpha-hydroquinone; Hydroquinol; Quinol; Benzoquinol; p-Benzenediol, p-
Diphenol; Hydroqhinone; 1,4-Benzenediol; 1,4-Dihydroxybenzene; p- Dihydroxybenzene; p-
Hydroxyphenol; p-Dioxobenzene; 1,4-Dihydroxybenzene; Dihydroquinone; Pyrogentistic acid;
Quinnone; Aida; Arctuvin; Eldoquin; Eldopaque: Phiaquin; Tecquinol; Tenox HQ; Tequinol.
Berat Molekul : 110,11
Rumus Molekul : C6H6O2 or C6H4(OH)2
Rumus Struktur Hidroquinon pada gambar I :
Gambar I.
Kelarutan : Larut dalam alkohol, eter, aseton, dimetil sulfoksida, karbon tetraklorida; Sedikit larut
dalam benzen.
Pemerian : Bentuk padat, kristal berbentuk seperti jarum atau serbuk, tidak berwarna hingga
putih, bila terpapar cahaya dan udara dapat mengalami perubahan warna menjadi lebih
gelap, tidak berbau, berasa manis
Titik didih : 285 – 287 ºC (545-549 ºF)
Titik leleh : 173-174 ºC (343 - 345 ºF )
Tekanan uap : 1 mmHg pada 132 ºC
Penyimpanan :
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang
berlaku
Simpan dalam wadah tertutup rapat
Simpan terpisah dari bahan yang tancampurkan
Simpan di tempat yang sejuk dan berventilasi baik
Efek samping : efek samping dari hidrokuinon dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam
bentuk bercak putih pada wajah atau sebaliknya. Menimbulkan reaksi hiperpigmentasi. Gejala
awal dapat berupa iritasi ringan, panas, menyebabkan luka bakar, merah, menyengat, eritmia,
gatal atau hitam pada wajah akibat kerusakan sel melanosit (BPOM RI, 2011)
3. II. PENGGUNAAN
Hidrokuinon banyak digunakan di industri; untuk sintesis antioksidan dan antiozonan dalam
industri karet; digunakan dalam konversi kimia sebagai inhibitor untuk penstabil monomer;
digunakan dalam industri fotografi, termasuk film untuk foto hitam putih, litografi, dan film sinar
X di rumah sakit; digunakan pada menara pendingin air sebagai penghambat pembentukan
karat, digunakan dalam konversi kimia untuk penstabil pada cat, bahan bakar, oli motor,
pernis, antioksidan pada industri lemak dan minyak, sebagai reagen pada penentuan sejumlah
kecil fosfat, sebagai depigmentor.
III. ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF DARI HIDROQUINON
Analisis Kualitatif
1. Titrasi Redoks
Hidrokuinon adalah salah satu reduktor dengan potensi eloktrokimia E®+268 mV. Pada
titrasi oksidasi hidrokuinon akan melepaskan elektron (mengalami oksidasi) sementara
titian akan mengalami reduksi karena mengikat elektron. Prosedur analisis hidrokuinon
secara titrasi redoks menurut Farmakope Indonesia edisi IV:
Timbang seksama sampel sebanyak 250 mg, larutkan dalam campuran 100ml air dan
10ml asam sulfat 0,1 N, tambahkan tetes definilamin dan titrasi dengan serum IV sulfat
0,1 N hingga warna merah lembayung. Lakukan penetapan blangko dengan 1 ml serum
IV sulfat 0,1 N setara dengan 5,506 mg C6H6O2 (DepKes, 1995)
Analisis Kuantitatif
1. Spektofotometri UV-Vis (Garcia et al.2007)
Hidrokuinon memiliki gugus kromofor sehingga dapat dianalisa dengan menggunakan
alat Spektofotometri UV-Vis. Cara yang dilakukan untuk analisa hidrokuinon dengan
metode ini adalah :
Diukur panjang gelombang secara Spektofotometri ultraviolet pada panjang gelombang
200-400 nm, sedangkan untuk menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel
dihitungdengan menggunakan kurva baku dengan persamaan regresi :
y = a ± bx
2. Kromatografi Lapis Tipis (Siddique et al, 2012).
Analisa hidrokuinon menggunakan menggunakan fase diam yang bersifat polar dan fase
diam yang bersifat nonpolar. Kuantitas hidrokuinon dihitung dengan membandingkan
luas puncak bercak sampel terhadap bercak standart menggunakan alat densitometri yang
diukur pada panjang gelombang maksimum.
Fase gerak yang dapat digunakan adalah:
a. Metanol-kloroform (50:50) (Depkes,1995)
b. Heksana-aseton (3:2) (Siddique et al, 2012)
4. 3. HPCL (High Permormance Liquid Chromatography)
Sistem kromatografinya merupakan sistem kromatografi terbalik dimana fase diam
bersifat non polar dengan fase gerak bersifat polar.
4. Misellar Electrokinetic Chromatography
Metode ini menggunakan surfaktan seperti SDS (Sodium Dodesil Sulfat) dan CTAB
(Cetil Trimetil Amonium Bromida) untuk meningkatkan resolusi denganinteraksi
hidrofobik antara anti hidrofobik dengan misel dengan analit. Sistem kromatografinya
menggunakan kolom kapiler Fused silica dengan detektor UV (Jangseokmine et al, 2005)
5. Electrochomatography (Desiderio et al,2000)
Merupakan teknik analisa terbaru yang menggunakan kapiler fused sillicaI dengan
kombinasi mekanisme elektroporetik dan kromatografi. Analit dapat dipisahkan
berdasarkan perbedaan partisi dalam fase gerak dan fase diam. Metode ini dapat
digunakan untuk menganalisa analit netral maupun analit yang bermuatan.
6. Kalorimetri (Ibrahim et al, 2004)
Metode ini menggunakan pereaksi floroguslin untuk menentukan kadar hidrokuinon
dalam krim pemucat. Kondisi pengukuran dioptimumkan berdasarkan penentuan
pengaruh konsentrasi natrium hidroksida, penentuan pengaruh lama pemanasan dan suhu
optimum serta penentuan pengaruh pereaksi floroglusin. Hasil yang diperoleh
kemudiandiambil sebagai prosedur baku dalam reaksi warna. Teknik kalorimetri
mempunyai keunggulan karena senyawa yang bersama dengan hidrokuinon yang
mengabsorbsi radiasi di daerah ultraviolet tidak akan mengganggu pengukuran serapan
radiasi pada sinar tampak
IV. IDENTIFIKASI BAHAYA
Risiko Utama dan Sasaran Organ
Bahaya utama terhadap kesehatan: Berbahaya jika tertelan, menyebabkan iritasi saluran
pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata, reaksi alergi
Organ sasaran: sistem imun (sensitizer)
Rute Paparan
Paparan jangka pendek:
Terhirup : Iritasi, nyeri dada, kesulitan bernafas
Kontak dengan kulit: Iritasi, reaksi alergi
Kontak dengan mata: Iritasi
Tertelan : Telinga mendenging, mual, muntah, nyeri abdominal, kesulitan bernapas, rasa
kantuk, pusing, disorientasi, kejang
5. Paparan jangka panjang :
Terhirup : Tidak ada informasi efek merugikan yang berarti
Kontak dengan kulit : Kulit melepuh, ruam, dan gatal
Kontak dengan mata: Mengeluakan air mata
Tertelan : Tumor
V. IDENTIFIKASI BAHAYA SECARA EFEK KLINIS
Keracunan akut Terhirup
Hidrokuinon: Mengirup uap bahan dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan bagian atas yang
disertai batuk, rasa tidak nyaman pada dada, dan dispnea.
Kontak dengan kulit
Hidrokuinon: Debu dapat menyebabkan iritasi ringan. Larutan hidrokuinon 5% atau lebih dapat
menyebabkan iritasi berat. Pada orang yang sebelumnya pernah terpapar dapat terjadi reaksi
sensitisasi.
Kontak dengan mata
Hidrokuinon: Debu dapat menyebabkan iritasi ringan. Pemberian kristal hidrokuinon secara
berangsur-angsur pada mata kelinci dapat menimbulkan eritema sedang yang membaik dalam 14 hari.
Tertelan
Hidrokuinon: Menelan 1-12 gram dapat menyebabkan tinnitus, pucat, penurunan suhu tubuh, kulit
berkeringat dingin, sianosis, sesak nafas, dispnea, pembengkakan lidah, lemas, peningkatan denyut
jantung dan laju pernapasan, kelelahan ekstrim, rasa kantuk, kejang, ketidaksadaran dan urin
berwarna hijau atau gelap. Dapat timbul pusing, kedutan otot, gelisah, mual, muntah, dan delirium.
Pada kasus menelan 5-12 gram hidrokuinon dengan senyawa kimia lain yang terdapat pada bahan
pencuci film dilaporkan timbulnya nyeri abdominal, syok, methemoglobinemia, jaundice, anemia
hemolitik, leukositosis hematuria, bronkopneumonia, edema paru, dan kematian. Perubahan patologi
terjadi pada hati, ginjal, jantung, paru-paru, saluran pencernaan, dan limpa .
Keracunan kronik
Terhirup
Hidrokuinon: Penelitian terhadap sekelompok pekerja yang terpapar hidrokuinon, trimetil-
hidrokuinon, dan retinenehidrokuinon menunjukkan adanya prevalensi gejala pernafasan yang lebih
tinggi daripada kelompok yang tidak terpapar.
Kontak dengan kulit
Hidrokuinon: Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis. Konsentrasi
hidrokuinon sampai 3% yang terkandung pada krim, lotion atau salep, yang digunakan sebagai
sediaan depigmentasi, dapat menyebabkan iritasi ringan, tetapi dapat menyebabkan luka bakar,
rasa menyengat, dan eritema. Konsentrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan reaksi inflamasi
yang lebih berat, kekeringan, kulit pecah-pecah dan ruam. Penggunaan sediaan yang mengandung 6-
8 % hidrokuinon selama satu setengah hingga 3 tahun bersamaan dengan adanya paparan
sinar matahari menyebabkan insiden okronosis dan koloid milium pada sekelompok orang di Afrika.
6. Paparan di tempat kerja kadang-kadang menimbulkan leukoderma, tetapi tidak dilaporkan adanya
depigmentasi. Pada penggunaan sediaan depigmentasi yang mengandung hidrokuinon kurang dari 3%
jarang menimbulkan reaksi sensitisasi, yang ditandai oleh rasa gatal, eritema, vesikulasi dan respon
inflamasi yang berlebihan. Reaksi sensitisasi kadang-kadang muncul pada paparan terhadap larutan
alkali, tetapi jarang terjadi pada paparan terhadap debu. Respon yang diperoleh pada uji sensitisasi
terhadap hewan uji berkisar dari ringan hingga kuat.
Kontak dengan mata
Hidrokuinon: Paparan berulang atau jangka panjang uap kuinon dan debu hidrokuinon menunjukkan
adanya perubahan yang progresif termasuk warna kecoklatan pada mata, kornea dan konjungtiva yang
terbatas pada jaringan intrapalpebral, kekeruhan kornea, dan perubahan struktur kornea yang dapat
menyebabkan hilangnya ketajaman mata. Pigmentasi dapat bersifat reversibel jika paparan dihentikan,
tetapi perubahan struktur bersifat progresif. Pigmentasi terjadi pada paparan 1-2 tahun, tetapi tidak
terjadi luka serius pada paparan kurang dari 5 tahun. Pada suatu penelitian, dilaporkan adanya iritasi
mata yang kontinyu, konjungtivitis, fotofobia, lakrimasi sedang, dan sensasi terbakar .
Tertelan
Menelan 300-500 mg bahan per hari selama 3-5 bulan oleh 19 orang subjek tidak menunjukkan
abnormalitas. Pada uji selama 14 hari dan 13 minggu terhadap hewan uji, ditemukan adanya
tremor, kejang, radang, tukak atau hiperplasia epitel lambung, nefropati toksik, dan kematian.
Tikus yang diberi pakan hidrokuinon 5% pada pakannya selama 9 minggu menunjukkan penurunan
berat badan, anemia aplastik, berkurangnya sumsum tulang, atropi sel hati, tukak superfisial, dan
hemoragia mukosa lambung. Tidak ditemukan efek yang berarti pada tikus (rat) yang diberi
hidrokinon 1% dalam pakannya selama 2 tahun. Tikus (rat) yang diberi hidrokuinon selama
kehamilan menunjukkan peningkatan resorpsi fetus. Dosis 25-50 mg/kg untuk tikus (rat) dan 50-
100 mg/kg untuk mencit (mice) diberikan selama 2 tahun. Tikus (rat) jantan mengalami
peningkatan adenoma sel tubular; tikus (rat) betina mengalami peningkatan leukemia sel mononuklir;
dan mencit (mice) betina menunjukkan peningkatan neoplasma hepatoselular, terutama adenoma.
Terdapat pula hubungan dengan hiperplasia sel folikular tiroid pada mencit jantan dan betina
serta terdapat perubahan histologi hati mencit jantan .
VI. PERTOLONGAN PERTAMA
Terhirup
Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu gunakan kantong masker
berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Kontak dengan kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau
detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang
tertinggal (sekurangnya selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat. Kontak kulit yang serius: Cuci dengan sabun disinfektan lalu oleskan krim anti-
bakteri pada kulit yang terpapar. Cari pertolongan medis.
Kontak dengan mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 15-
20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata
atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Jangan gunakan salep
mata. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
7. Tertelan
Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan sekali-kali
merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi
muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Catatan untuk dokter: Bila terpapar bahan melalui penelanan, pertimbangkan kumbah lambung,
pemberian pencahar, dan penawar sakit.
8. DAFTAR PUSTAKA
1. OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997.
2. Sitting, Marshal, Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens
Volume I A-F, 1991, Noyes Publication, New Jersey, USA.
3. http://msds.chem.ox.ac.uk/HY/hydroquinone.html
4. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927544
5. http://www.inchem.org/documents/sids/sids/123319.pdf
6. http://www.setonresourcecenter.com/msdshazcom/htdocs//MSDS/Retail/N/N
AILENE%20POLISH%20BOND%20BRUSH%20ON.pdf
7. http://www.caledonlabs.com/upload/msds/4050-5e.pdf
8. http://www.sciencestuff.com/msds/C1887.html
9. http://www.chemicalbook.com/ProductMSDSDetailCB6371188_EN.htm