UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan menghilangkan diskriminasi berdasarkan ras atau etnis dan menganut konsep bangsa Indonesia asli yang tidak membedakan antara warga negara asli dan tidak asli. UU ini juga menganut sistem kekerabatan parental dan memberikan kewarganegaraan secara otomatis kepada anak berdasarkan ius sanguinis atau ius soli tanpa diskriminasi gender.
Dokumen tersebut membahas tentang kewarganegaraan Indonesia. Secara garis besar, dibahas mengenai definisi warga negara dan kewarganegaraan, tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui kelahiran, pengangkatan, naturalisasi, perkawinan, dan karena berjasa, serta penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945Davis Lesmana
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan warga negara dan penduduk Indonesia menurut UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan terkait. Secara garis besar dijelaskan bahwa warga negara adalah orang Indonesia asli dan orang lain yang disahkan menjadi warga negara, sedangkan penduduk adalah warga negara dan orang asing yang tinggal di Indonesia. Kedudukan ini diatur lebih lanjut dalam undang-undang.
Undang-undang ini mengatur tentang kewarganegaraan Republik Indonesia. Ada beberapa cara untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia, yaitu secara otomatis bagi keturunan orang tua Indonesia, atau melalui proses pewarganegaraan bagi orang asing yang telah memenuhi syarat tertentu seperti tinggal di Indonesia selama 5-10 tahun dan menyatakan sumpah atau janji setia kepada Indonesia. Undang-undang ini juga mengatur hak dan ke
Dokumen tersebut membahas tentang kewarganegaraan Indonesia. Secara garis besar, dibahas mengenai definisi warga negara dan kewarganegaraan, tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui kelahiran, pengangkatan, naturalisasi, perkawinan, dan karena berjasa, serta penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945Davis Lesmana
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan warga negara dan penduduk Indonesia menurut UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan terkait. Secara garis besar dijelaskan bahwa warga negara adalah orang Indonesia asli dan orang lain yang disahkan menjadi warga negara, sedangkan penduduk adalah warga negara dan orang asing yang tinggal di Indonesia. Kedudukan ini diatur lebih lanjut dalam undang-undang.
Undang-undang ini mengatur tentang kewarganegaraan Republik Indonesia. Ada beberapa cara untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia, yaitu secara otomatis bagi keturunan orang tua Indonesia, atau melalui proses pewarganegaraan bagi orang asing yang telah memenuhi syarat tertentu seperti tinggal di Indonesia selama 5-10 tahun dan menyatakan sumpah atau janji setia kepada Indonesia. Undang-undang ini juga mengatur hak dan ke
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan, asas-asas kewarganegaraan, persoalan kewarganegaraan seperti apatride, bipatride dan multipatride, cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia, serta hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang Warga Negara Indonesia menurut UU No. 12 Tahun 2006. Terdapat beberapa kriteria untuk menjadi WNI seperti kelahiran, perkawinan campuran, dan pengakuan kewarganegaraan. Dokumen juga menjelaskan hak dan kewajiban negara serta warga negara.
Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaanAdhy Djr
Makalah ini membahas prinsip-prinsip hukum perdata internasional khususnya mengenai kewarganegaraan dan kebendaan dalam perkawinan campuran. Pembahasan mencakup asas-asas kewarganegaraan seperti ius sanguinis, ius soli, dan kewarganegaraan tunggal/ganda serta akibat hukum perkawinan dan perceraian berdasarkan hukum negara mana perkawinan atau perceraian terjadi
UU No 12 th 2006 tentang KewarganegaraanAskar Metta
Undang-undang ini mengatur tentang syarat dan tata cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Ada dua cara untuk menjadi warga negara, yaitu secara lahir dan secara naturalisasi. Syarat untuk mendapatkan kewarganegaraan melalui naturalisasi antara lain telah berusia 18 tahun, tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, lancar berbahasa Indonesia, serta bersedia mengucapkan sumpah atau janji set
Warga Negara & kewarganegaraan: Kedudukan warga Negara dalam Negara Fenti Anita Sari
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan serta kedudukan warga negara dalam negara menurut undang-undang Indonesia. Ia menjelaskan bahwa warga negara adalah anggota negara yang memiliki hak dan kewajiban, sedangkan kewarganegaraan adalah identitas keanggotaan dalam komunitas politik suatu negara. Dokumen tersebut juga menyebutkan ketentuan undang-undang terkait penentuan dan
Sebagai negara hukum, yang telah memiliki instrumen hukum berupa Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), sudah menjadi tanggungjawab negara untuk melindungi dan menjamin kebebasan warga negaranya untuk memilik pasangannya dalam membentuk sebuah keluarga melalui ikatan perkawinan. Tanggungjawab negara tersebut telah dituangkan ke dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, yang menyebutkan : “Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang sah”
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan penduduk, perbedaan antara keduanya, asas-asas penentuan kewarganegaraan seperti tempat kelahiran dan hubungan darah, serta hak dan kewajiban warga negara di berbagai aspek kehidupan seperti hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta agama.
Dokumen tersebut membahas tentang kewarganegaraan Indonesia yang mencakup pengertian warga negara, azas kewarganegaraan, unsur-unsur penentu kewarganegaraan, cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, hak dan kewajiban warga negara, serta karakteristik warga negara yang bertanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30dianwidya sains
Pembahasan pasal 24-30 UU No 12 Tahun 2006 untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"Dedi Saputra
Dokumen tersebut membahas tentang asas kewarganegaraan yang terdiri dari asas kelahiran (ius soli dan ius sanguinis) dan asas perkawinan (kesatuan hukum dan persamaan derajat). Ada tiga masalah kewarganegaraan yaitu apatride, bipatride, dan multipatride yang diakibatkan oleh perbedaan asas yang dianut setiap negara. Undang-undang Indonesia mengatur 13 kriteria untuk mendapatkan kewarganegara
Hubungan internasional membutuhkan aturan hukum internasional untuk mengatur masalah bersama antar negara. Negara memberikan perlindungan kewarganegaraan berdasarkan asas ius soli atau ius sanguinis, namun ini dapat menimbulkan apatride atau bipatride tanpa aturan yang jelas.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan, asas-asas kewarganegaraan, persoalan kewarganegaraan seperti apatride, bipatride dan multipatride, cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia, serta hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang Warga Negara Indonesia menurut UU No. 12 Tahun 2006. Terdapat beberapa kriteria untuk menjadi WNI seperti kelahiran, perkawinan campuran, dan pengakuan kewarganegaraan. Dokumen juga menjelaskan hak dan kewajiban negara serta warga negara.
Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaanAdhy Djr
Makalah ini membahas prinsip-prinsip hukum perdata internasional khususnya mengenai kewarganegaraan dan kebendaan dalam perkawinan campuran. Pembahasan mencakup asas-asas kewarganegaraan seperti ius sanguinis, ius soli, dan kewarganegaraan tunggal/ganda serta akibat hukum perkawinan dan perceraian berdasarkan hukum negara mana perkawinan atau perceraian terjadi
UU No 12 th 2006 tentang KewarganegaraanAskar Metta
Undang-undang ini mengatur tentang syarat dan tata cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Ada dua cara untuk menjadi warga negara, yaitu secara lahir dan secara naturalisasi. Syarat untuk mendapatkan kewarganegaraan melalui naturalisasi antara lain telah berusia 18 tahun, tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, lancar berbahasa Indonesia, serta bersedia mengucapkan sumpah atau janji set
Warga Negara & kewarganegaraan: Kedudukan warga Negara dalam Negara Fenti Anita Sari
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan serta kedudukan warga negara dalam negara menurut undang-undang Indonesia. Ia menjelaskan bahwa warga negara adalah anggota negara yang memiliki hak dan kewajiban, sedangkan kewarganegaraan adalah identitas keanggotaan dalam komunitas politik suatu negara. Dokumen tersebut juga menyebutkan ketentuan undang-undang terkait penentuan dan
Sebagai negara hukum, yang telah memiliki instrumen hukum berupa Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), sudah menjadi tanggungjawab negara untuk melindungi dan menjamin kebebasan warga negaranya untuk memilik pasangannya dalam membentuk sebuah keluarga melalui ikatan perkawinan. Tanggungjawab negara tersebut telah dituangkan ke dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, yang menyebutkan : “Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang sah”
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan penduduk, perbedaan antara keduanya, asas-asas penentuan kewarganegaraan seperti tempat kelahiran dan hubungan darah, serta hak dan kewajiban warga negara di berbagai aspek kehidupan seperti hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta agama.
Dokumen tersebut membahas tentang kewarganegaraan Indonesia yang mencakup pengertian warga negara, azas kewarganegaraan, unsur-unsur penentu kewarganegaraan, cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, hak dan kewajiban warga negara, serta karakteristik warga negara yang bertanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30dianwidya sains
Pembahasan pasal 24-30 UU No 12 Tahun 2006 untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Pendidikan Kewarganegaraan "Asas kewarganegaraan"Dedi Saputra
Dokumen tersebut membahas tentang asas kewarganegaraan yang terdiri dari asas kelahiran (ius soli dan ius sanguinis) dan asas perkawinan (kesatuan hukum dan persamaan derajat). Ada tiga masalah kewarganegaraan yaitu apatride, bipatride, dan multipatride yang diakibatkan oleh perbedaan asas yang dianut setiap negara. Undang-undang Indonesia mengatur 13 kriteria untuk mendapatkan kewarganegara
Hubungan internasional membutuhkan aturan hukum internasional untuk mengatur masalah bersama antar negara. Negara memberikan perlindungan kewarganegaraan berdasarkan asas ius soli atau ius sanguinis, namun ini dapat menimbulkan apatride atau bipatride tanpa aturan yang jelas.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan menurut undang-undang Indonesia. Termasuk perbedaan antara warga negara dan orang asing, asas-asas kewarganegaraan, syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan, serta kehilangan status kewarganegaraan. Juga disebutkan hak dan kewajiban warga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Dokumen tersebut membahas tentang makna dan sejarah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bagi perjuangan bangsa Indonesia serta perkembangan ketentuan kewarganegaraan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi warga negara, syarat menjadi warga negara Indonesia menurut UUD 1945 dan UU Kewarganegaraan, serta hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945.
Persamaan kedudukan warga negara dalam segala kehidupanYeni Sujarnoko
Dokumen tersebut membahas tentang kewarganegaraan Indonesia. Ringkasannya adalah:
1. Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi warga negara, perbedaan antara penduduk, warga negara dan orang asing, serta pedoman penentuan kewarganegaraan seseorang.
2. Dijelaskan pula tentang syarat-syarat memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia menurut undang-undang.
3. Status kewarganegaraan
Makalah ini membahas pentingnya usaha pembelaan negara oleh warga negara. Secara singkat, makalah menjelaskan bahwa (1) kemerdekaan Indonesia perlu dijaga dan dipertahankan, (2) warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara berdasarkan konstitusi dan hukum, (3) bentuk-bentuk upaya pembelaan negara meliputi pertahanan militer maupun nonmiliter.
Dokumen tersebut membahas tentang warga negara dan kewarganegaraan Indonesia yang mencakup siapa yang menjadi warga negara Indonesia, asas-asas kewarganegaraan, cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia, serta hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
Kedudukan Warga Negara dan Penduduk Indonesiaafifahdhaniyah
Merupakan materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tingkat SMA/SMK?MA dengan judul Kedudukan Warga Negara dan Penduduk Indonesia. Menjelaskan terkait jenis WNI, Penduduk, Rakyat. Jenis kewarganegaraan, syarat untuk menjadi WNI, dan hal yang mempengaruhi seseorang kehilangan status kewarganegaraannya
Hak dan Kewajiban Warganegara IndonesiaAstika Rahayu
Dokumen tersebut membahas tentang hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Warga negara Indonesia memiliki hak untuk pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan yang layak, namun juga memiliki kewajiban untuk taat hukum, ikut membela negara, dan menghormati hak asasi manusia orang lain."
Makalah ini membahas tentang asas kewarganegaraan. Ia menjelaskan bahwa kewarganegaraan sangat penting bagi seorang warga negara, dan memberikan pengertian tentang kewarganegaraan serta asas dan unsur yang melandasinya, seperti ius soli, ius sanguinis, dan asas persamaan derajat. Juga dibahas tentang cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dan hak serta kewajiban warga negara.
Teks tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan, asas-asas kewarganegaraan, cara memperoleh kewarganegaraan, dan masalah yang terkait dengan kewarganegaraan. Secara ringkas, warga negara adalah anggota dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang, sedangkan kewarganegaraan adalah status seseorang sebagai warga negara suatu negara.
Teks tersebut membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan, asas-asas kewarganegaraan, cara memperoleh kewarganegaraan, dan masalah yang terkait dengan kewarganegaraan. Secara ringkas, warga negara adalah anggota dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang, sedangkan kewarganegaraan adalah status seseorang sebagai warga negara suatu negara.
Sistem kewarganegaraan di Indonesia ditentukan oleh tiga asas, yaitu ius soli, ius sanguinis, dan naturalisasi. Ius soli memberikan kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran, sedangkan ius sanguinis berdasarkan keturunan orang tua. Naturalisasi memperoleh kewarganegaraan melalui proses hukum. Terdapat tujuh cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut undang-undang.
Tesis ini membahas status dan kedudukan hukum anak hasil perkawinan campuran menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI. Tesis ini menganalisis ketentuan yang mengatur pemberian kewarganegaraan kepada anak hasil perkawinan campuran dan perlindungan hukum bagi anak yang tidak tercatat.
Dokumen tersebut membahas tentang kewarganegaraan Indonesia menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006. Ia menjelaskan bahwa status kewarganegaraan dapat diperoleh melalui kelahiran, pengangkatan, permohonan yang dikabulkan, naturalisasi, perkawinan, turut ayah/ibu, dan pernyataan. Dokumen tersebut juga membedah metode-metode perolehan kewarganegaraan secara lebih rinci.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian warga negara Indonesia dan sistem kewarganegaraan di Indonesia. Secara garis besar, warga negara Indonesia adalah orang Indonesia asli dan orang asing yang disahkan menjadi warga negara berdasarkan undang-undang. Sistem kewarganegaraan di Indonesia menganut prinsip ius sanguinis dan ius soli."
Dokumen tersebut membahas tentang ibadah kurban dan akikah. Kurban adalah penyembelihan hewan untuk beribadah kepada Allah pada hari raya idul adha, sedangkan akikah dilakukan sebagai tanda syukur atas kelahiran anak dengan menyembelih hewan pada hari ketujuh setelah kelahiran. Kedua ibadah tersebut bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan saling tolong menolong antar sesama.
This document provides serial numbers and product keys for Microsoft Office 2010 beta versions, including Word, Excel, Visio, Project, and SharePoint. It explains how to activate the Office 2010 beta by entering a serial number in the product key field. The keys allow usage of the beta versions until October 2010 or 30 days. It also provides direct download links for faster downloading using an internet download manager.
1. Politik dan Hukum
Kewarganegaraan Republik Indonesia1
Pendahuluan
Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen atas
konstitusi, UUD 1945, yang kemudian melalui empat tahap telah kita lakukan
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Salah satu alasan bagi gagasan
amandemen UUD 1945 itu karena terlalu banyaknya atribusi kewenangan oleh
UUD kepada pembuat UU untuk mengatur lebih lanjut hal-hal penting yang ada
di dalam UUD 1945 yang dalam kenyataannya kemudian menimbulkan
manipulasi atas perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM). Pembalikan
filososfi bahwa kekuasaan pemerintah adalah residu HAM menjadi HAM sebagai
residu kekuasaan pemerintah telah menimbulkan banyak pelanggaran terhadap
HAM.
Gagasan ini menyentuh pula persoalan kewarganegaraan yang harus
ditata kembali sesuai dengan tuntutan demokratisasi dan kebutuhan reformasi
lainnya agar masalah hak-hak dan perlindungan warga negara dapat diposisikan
secara tepat di dalam kerangka perlindungan HAM tanpa mengganggu
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka, seperti yang kita lihat
sekarang ini, kita telah mereformasi peraturan perundang-undangan tentang
Kewarganegaraan yang secara resmi dituangkan di dalam UU No. 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan.
Penghilangan Diskriminasi
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
diproduk sebagai pengganti atas UU sebelumnya yakni UU No. 62 Tahun 1958
sebagaimana telah diubah dengan UU No. Tahun 1976 tentang perubahan pasal
1
Disampaikan pada Sosialisasi UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan yang diselenggarakan
oleh Depkominfo di Hotel Mercure, Jl. Raden Patah, Batam, Jum’at 8 Juni 2007.
2. 18 UU No. 62 Tahun 1958 dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya
untuk melaksanakan UU yang ada itu.
Lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 dilatarbelakangi pertama-tama karena
adanya perubahan UUD 1945 yang memberi tempat yang luas bagi perlindungan
HAM yang juga berakibat terjadinya perubahan atas pasal-pasal mengenai hal-
hal yang terkait dengan kewarganegaraan dan hak-haknya.
Perubahan Konsep Bangsa Indonesia Asli
Pada masa lalu terjadi diskriminasi terhadap kelompok tertentu warga
negara dengan adanya pembedaan antara warga negara asli dan orang asing
(tidak asli) berdasar ikatan primordial (ras, etnis). Pada saat ini berdasar UU No.
12 Tahun 2006 dianut konsep bangsa Indonesia asli yang berbeda dengan konsep
warga negara asli. Konsep bangsa Indonesia asli sebagaimana dituangkan di
dalam UU No. 12 Tahun 2006 pasal 2 dan Penjelasannya2 adalah “orang
Indonesia yang menjadi warga negara sejak kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri.” Jadi pembedaan
bangsa Indonesia asli dan tidak asli sekarang ini dasarnya bukan perbedaan ras,
melainkan “siapapun” yang sejak lahir telah menjadi warga negara Indonesia dan
tidak pernah menjadi warga negara lain atas kehendaknya sendiri.
Menjadi warga negara lain atas kehendak sendiri ini penting ditekankan
karena dalam kenyataannya ada orang yang pernah menjadi warga negara lain
tetapi bukan atas kehendaknya sendiri melainkan diberi sebagai warga negara
kehormatan karena jasanya atau prestasinya di dalam IPTEK, olahraga,
kemanusiaan, dan sebagainya. Mantan Presdien Habibie dulu pernah
digunjingkan karena kabarnya mempunyai status sebagai warga negara
kehormatan negara Jerman sehingga kedudukannya sebagai presiden atau
rencana pencalonannya kembali ketika itu dipersoalkan. Maka UUD 1945
menentukan penegasan di dalam pasal 6 bahwa yang boleh menjadi calon
presiden dan calon wakil presiden “harus seorang warga negara Indonesia sejak
2
Istilah bangsa Indonesia asli diambil dari pasal 26 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Yang menjadi
warga negara ialah orang-oranhg bangsa Indonesia asli dan oarng-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara.
3. kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri”. Jadi yang tidak boleh menjadi calon presiden/wapres
adalah warga negara yang karena “pewarganegaraan” (bukan WNI sejak lahir)
dan warga negara yang pernah memiliki kewarganegaraan lain atas permintaan
sendiri. Ketentuan ini wajar sebagai ketentuan khusus untuk jabatan
presiden/wapres guna menjamin komitmen kebangsaan (nasionalisme)
presiden/wapres. Di dalam hukum memang dibenarkan dicantumkannya syarat-
syarat tertentu untuk jabatan tertentu sesuai dengan spesifikasinya, apalagi
persyaratan itu bukan berdasar ikatan primordial.
Kekerabatan yang Parental
UU No. 12 Tahun 2006 juga menolak diskriminasi berdasar gender
sehingga sistem kekerabatan yang dianut bukan kekerabatan patrilineal (garis
ayah) atau matrilineal (garis ibu) semata-mata melainkan menganut hubungan
kekerabatan yang parental (ayah dan ibu dianggap sama). Berdasar sistem
kekerabatan yang seperti ini maka UU ini mengaitkan kewarganegaraan seorang
anak tidak hanya dengan ayah atau hanya dengan ibunya, melainkan dikaitkan
dengan keduanya secara seimbang yang dalam praktiknya kewarganegaraan itu
diberikan berdasar hubungan yang lebih menguntungkan bagi si anak. Oleh
sebab itu seorang anak yang lahir bisa menjadi warga negara Indonesia, selain
karena kedua orang tuanya adalah orang Indonesia, bisa juga karena salah
satunya baik karena ayahnya orang Indonesia maupun karena ibunya orang
Indonesia, tergantung yang mana yang menguntungkan. Bahkan untuk
menjamin ini seorang anak masih ditoleransi untuk mempunyai
kewarganegaraan ganda secara terbatas dalam arti dibatasi sampai berusia 18
tahun atau sudah kawin.
Siapa Pun Boleh Menjadi Warga Negara
Pada saat ini politik kewarganegaraan kita sudah sangat longgar dan
memberi pintu lebar bagi siapa pun yang berhak dan ingin menjadi warga negara
sesuai dengan tuntutan perlindungan HAM sebagai hati nurani global. Dengan
demikian siapa pun boleh dan dipermudah untuk menjadi warga negara
4. Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang juga
memudahkan dan memberi jaminan hukum agar pemerintah tidak mempersulit.
Untuk menjadi Warga Negara Indonesia sekarang ini dapat terjadi secara
otomatis (karena keturunan atau karena tempat kelahiran, Indonesia) dan dapat
terjadi karena pewarganegaraan (permohonan dan pemberian). Oleh karena ada
pemberian kewarganegaraan secara otomatis yang sangat longgar atau mudah
maka meskipun kita menganut asas kewarganegaraan tunggal tetapi sampai
batas waktu tertentu seseorang dapat memiliki kewarganegaraan ganda.
Kewarganegaraan Otomatis
Dengan kewarganegaraan otomatis berarti seseorang dapat menjadi warga
negara dengan sendirinya secara otomatis. Yang menjadi Warga Negara
Indonesia secara otomatis ini dibagi dua yakni karena sudah memiliki status itu
dan karena kelahiran. Berdasar pasal 4 butir a setiap orang secara otomatis
menjadi warga negara Indonesia apabila sebelum saat diundangkannya UU No.
12 Tahun 2006 telah menjadi warga negara (memiliki status kewarganegaraan)
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau karena perjanjian
dengan negara lain.
Kewarganegaraan yang diperoleh secara otomatis karena kelahiran diatur
di dalam pasal 4 butir b sampai dengan butir m dan pasal 5. Dari keseluruhan
ketentuan pasal 4 dan pasal 5 tersebut dapat disimpulkan bahwa UU No. 12
Tahun 2006 menganut asas ius sanguinis (berdasar keturunan) dan ius soli
(berdasar tempat kelahiran) sekaligus, tetapi jika dalam penerapannya
menimbulkan kewarganegaraan ganda maka ada toleransi sampai seseorang
berusia 18 tahun. Hal ini terkait dengan prinsip bahwa pada dasarnya Indonesia
menganut asas kewarganegaraan tunggal tetapi agar ada perlindungan HAM dan
kebebasan maka bisa saja orang memiliki dua kewarganegaraan tetapi setelah
berusia 18 tahun atau sudah kawin harus memilih salah satunya.
Sebagai contoh jika ada orang Indonesia melahirkan anak di Amerika
Serikat maka anak tersebut menjadi warga negara Indonesia karena Indonesia
menganut sistem ius sanguinis tapi sekaligus menjadi warga negara Amerika
karena Amerika menganut sistem ius soli. Begitu pun sebaliknya jika ada bayi
5. lahir di Indonesia dari orang tua yang berasal dari negara yang menganut ius
sanguinis maka anak tersebut menjadi warga negara Indonesia (berdasar prinsip
ius soli) sekaligus menjadi warga negara asal orang tuanya berdasar prinsip ius
sanguinis.
Bagi Indonesia, status kewarganegaraan ganda itu diperbolehkan sampai
yang bersangkutan berusia 18 tahun atau sudah kawin. Politik hukum yang
seperti ini dimaksudkan untuk melindungi hak memilih kewarganegaraan secara
bebas sampai yang bersangkutan mempunyai kemapuan atau dewasa untuk
menentukan pilihannya sesuai dengan keinginannya sendiri.
Untuk memastikan penjelasan tersebut di bawah ini dikutip utuh
ketentuan pasal 4, 5, dan pasal 6 UU No. 12 Tahun 2006:
Pasal 4:
Warga Negara Indonesia adalah:
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara
lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara
Indonesia.
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia.
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu warga negara asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu Warga Negara Indonesia.
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut.
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga
Negara Indonesia.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia.
6. h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin.
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya.
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan.
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Pasal 5
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah,
belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara
sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai
Warga Negara Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesai yang belum berusia 5 (lima) tahun
diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan
penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
Pasal 6
(1) Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l,
dan pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.
7. (2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan
melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan
perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah
anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
Kewarganegaraan Otomatis dapat juga diperoleh oleh seorang anak yang
orang tuanya menjadi warga negara karena pewarganegaraan sebagaimana
diatur di dalam Bab III, terutama pasal 8, pasal 19, dan pasal 20. Ketentuan
tentang kewarganegaraan otomatis bagi seorang anak karena pewarganegaraan
orang tuanya tersebut diatur di dalam pasal 21 dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
(1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin,
berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari
ayah dan ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia.
(2) Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat
secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara
Indonesia memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
memperoleh kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6.
Kewarganegaraan Karena Pewarganegaraan
Selain perolehan kewarganegaraan secara otomatis UU No. 12 Tahun
2006 mengatur juga perolehan kewarganegaraan karena pewarganegaraan yakni
karena permohonan kepada negara atau karena pernyataan atau karena
pemberian oleh negara.
8. Permohonan
Orang yang bukan Warga Negara Indonesia dapat mengajukan
permohonan untuk menjadi warga Negara Indonesia dengan syarat-syarat
tertentu sebagaimana diatur di dalam pasal 9 yakni:
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun.
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau
paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih.
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda.
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Atas permohonan pewarganegaraan tersebut Presiden dapat mengabulkan
atau menolak sesuai dengan pemenuhan persyaratan yang ditentukan.
Pernyataan
Selain karena permohonan pewarganegaraan dapat juga terjadi karena
pernyataan dari warga negara asing yang kawin dengan Warga Negara Indonesia.
Menurut pasal 19 ayat (1) warga negara asing yang kawin secara sah dengan
Warga Negara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi Warga Negara Indonesia.
Pasal 19 ayat (2) menyaratkan bahwa pernyataan menjadi Warga Negara
Indonesia hanya dapat dilakukan apabila yang bersangkutan telah bertempat
tinggal di wilayah Indonesia sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berturut-turut
atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut dan dengan perolehan
kewarganegaraan tersebut tidak mengakibatkan yang bersangkutan memiliki dua
kewarganegaraan. Namun jika karena ketentuan ayat (2) yang bersangkutan
9. tidak dapat menyatakan menjadi Warga Negara Indonesia karena dapat
mengakibatkan memiliki kewarganegaraan ganda maka yang bersangkutan dapat
diberi izin tinggal di Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian
Selain karena permohonan dan pernyataan pewarganegaraan Pemerintah
Indonesia, dengan alasan tertentu, dapat juga memberikan status
kewarganegaraan Indonesia kepada orang yang bukan Warga Negara Indonesia.
Hal ini diatur di dalam pasal 20 yang menentukan bahwa “Orang asing yang
telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan demi
kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh
Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan
yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda.
Kehilangan dan Perolehan Kembali Kewarganegaraan
Selain perolehan kewarganegaraan secara otomatis dan pewarganegaraan
UU No. 12 Tahun 2006 mengatur juga kehilangan kewarganegaraan seorang
Warga Negara Indonesia, sebagaimana diatur di dalam pasal 23, karena:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan
orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau
sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
(Menurut pasal 24 ketentuan butir d ini tak berlaku bagi mereka yang
mengikuti program pendidikan di negara lain yang mengharuskan mengikuti
wajib militer).
10. e. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia.
f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut.
g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
h. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau
surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya; atau
i. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang
sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi
Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun berakhir, dan
setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Meski begitu bagi mereka yang kehilangan kewarganegaraan ada prosedur
yang dapat ditempuh untuk memperoleh kembali status kewarganegaraannya
dengan cara menempuh prosedur pewarganegaraan sebagaimana diatur dalam
Pasal 9 sampai dengan Pasal 18 dan Pasal 22.3 Pasal 32 menentukan bahwa
Warga Negara Indonesia yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf i, Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2)4
3
Pasal 9 sampai dengan pasal 18 mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam pewarganegaraan
yang harus dipenuhi oleh pemohon maupun yang harus dilakukan oleh Pemerintah.
4
Menurut pasal 26 ayat (1) perempuan WNI yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia karena kawin
dengan orang asing yang menurut hukum negara asal suaminya kewarganegaraan isteri harus mengikuti
kewarganegaraan suaminya sebagai akibat perkawianan itu; sedangkan menurut pasal 26 ayat (2) laki-laki
WNI yang kawin dengan perempuan warga negara asing.kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
jika menurut hukum negara asal isterinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewerganegaraan isteri
11. dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri tanpa mnelalui prosedur
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 sampai dengan pasal 17.
Ancaman Pidana
UU No. 12 Tahun 2006 memuat juga ancaman pidana bagi pelanggaran
yang dilakukan atasnya baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian.
Ancaman pidana tersebut bukan hanya ditujukan kepada masyarakat yang dapat
mempergunakan hak untuk memperoleh kewarganegaraan tetapi juga bagi para
pejabat pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan UU ini sebagaimana
mestinya.
Menurut pasal 36 ayat (1) Pejabat yang lalai dalam tugasnya dalam kaitan
ini sehingga mengakibatkan seseorang kehilangan hak untuk memperoleh atau
memperoleh kembali dan/atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahum. Namun ayat (2) jika
keadaan tersebut terjadi karena kesengajaan maka Pejabat yang bersangkutan
dipidana penjara paling lama tiga tahun .
Sedangkan terhadap orang (selain Pejabat), menurut pasal 37 ayat (1),
ditentukan ancaman pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama
empat tahun dan denda paling sedikit Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) jika
dengan sengaja memberi keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh memakai keterangan atau surat atau
dokumen yang dipalsukan untuk memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia. Selanjutnya menurut pasal 37 ayat (2) setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit
sebagai akibat perkawinan tersebut. Jika dua hal ini yang terjadi maka yang bersangkutan dapat
memperoleh kembali kewarganegaraannya cukup dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri.
12. Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
Akhirnya pasal 38 menentukan ancaman pidana yang lebih berat jika
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dilakukan oleh korporasi
dengan ketentuan bahwa yang dapat dikenakan hukuman pidana adalah
korporasi dan/atau pengurus yang bertindak untuk dan atas nama korporasi
[(ayat (1)] dengan pidana denda bagi korporasi paling sedikit Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah) serta dicabut izin usahanya [(ayat (2)]; sedangkan pengurus
korporasi diancam pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
Ancaman hukuman pidana dicantumkan dengan tegas seperti itu karena
selama ini ada keluhan baik terhadap pemerintah maupun terhadap pencari
kewarganegaraan. Pemerintah sering dikeluhkan karena lalai atau tidak serius,
bahkan mungkin sengaja, mengabaikan permintaan atau permintaan kembali
kewarganegaraan; sedangkan dari masyarakat sering ada kasus munculnya surat
atau dokumen palsu yang dijadikan bahan untuk melengkapi syarat memperoleh
kewarganegaraan.
Kewajiban Warga Negara
Uraian di atas menunjukkan bahwa sesuai dengan tuntutan global tentang
perlindungan HAM dan demokratisasi pemerintah Indonesia telah menegaskan
komitmen politik dan membuat instrumen hukum untuk melindungi hak asasi
dan menghormati hak-hak warga negara. Komitmen politik dan jaminan hukum
itu dapat dinikmati dan ditagih penegakannya oleh setiap warga negara terhadap
pemerintah, bahkan UU No. 12 Tahun 2006 menentukan ancaman hukuman
pidana tertentu bagi pejabat pemerintah yang tidak mau secara sungguh-
sungguh melaksanakan ketentuan-ketentuan di dalam UU tersebut. Namun
harus diingat pula bahwa setiap warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban
konstitusional baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai manusia.
Sebagai warga negara mereka dituntut untuk memiliki rasa kebangsaan
13. (nasionalisme) atau rasa cinta yang mendalam terhadap tanah air sehingga harus
siap membela dan berkorban demi kelangsungannya. Dengan demikian ada
prestasi timbal balik antara perlindungan atas hak-hak yang diberikan oleh
negara serta kesediaan untuk berkorban bagi kelangsungan bangsa dan negara.
Kewajiban yang melekat pada setiap warga negara adalah sebagaimana
diatur di dalam pasal 27 ayat (3) yang menegaskan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Ketentuan ini
mengharuskan setiap warga negara berkewajiban untuk setia terhadap negara
Republik Indonesia sehingga berhak dan wajib ikut membelanya jika ada
ancaman terhadapnya.
Di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia
ditentukan juga adanya kewajiban-kewajiban dasar, yang dapat disamakan
dengan kewajiban asasi, manusia yang diatur di dalam pasal 67 sampai dengan
pasal 70 yang pada intinya berisi kewajiban untuk:
a. patuh pada peraturan perundang-undangan dan peraturan internasional
mengenai HAM yang sudah diterima di Indonesia.
b. Ikut serta dalam pembelaan negara.
c. Menghormati HAM orang lain, moral etika, dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d. Tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh UU dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain,
dan sebagainya.
UU No. 39 Tahun 1999 menekankan juga kewajiban bagi pemerintah
untuk melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM sebagimana diatur di
dalam Bab V, pasal 71 dan pasal 72.
Ketentuan tentang hak dan kewajiban bela negara diatur juga di dalam UU
No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan yang pada pasal 9 ayat (1) menegaskan
bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.” Selanjutnya pasal
9 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 3 Tahun 2002 menggariskan bahwa:
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
14. a. pendidikan kewarganegaraan.
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib; dan
d. Pengabdian sesuai dengan profesi.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai profesi diatur dengan
undang-undang.
Selanjutnya sebagai bagian dari manusia yang mempunyai hak-hak asasi
(HAM) setiap warga negara Indonesia juga mempunyai kewajiban untuk
menghormati HAM orang lain dan tunduk pada pembatasan-pembatasan UU
sesuai dengan yang ditentukan oleh konstitusi kita, UUD 1945. Dalam kaitan ini
harus diingat bahwa UUD 1945 memuat ketentuan tentang pembatasan itu
sebagaimana diatur di dalam pasal 28J yang berbunyi:
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Penegasan tentang adanya kewajiban asasi atau kewajiban dasar ini
menjadi sangat penting karena sejak era reformasi setelah masalah HAM
mendapat perhatian dari negara dengan pembentukan berbagai instrumen
hukum dan komitmen politik, ternyata di kalangan masyarakat muncul gejala
arus belok. Kalau dulu pelanggaran HAM dalam bentuk kekerasan politik dan
kekerasan fisik banyak dilakukan oleh aparat negara, sekarang ini dengan alasan
HAM banyak warga masyarakat yang tak lagi memperhatikan kewajiban
dasarnya sebagai bagian dari manusia-manusia lain. Banyak tindak kekerasan
15. yang dilakukan melalui cara-cara yang agak anarkis, bahkan dalam melawan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap sekali
pun.
Di dalam buku Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi,5
saya menulis beberapa kewajiban yang perlu diperhatikan oleh setiap warga
negara, yaitu:
1. Menjaga keutuhan bangsa dan kedaulatan negara Indonesia baik secara
teritori maupun secara ideologi. Apa pun yang diperjuangkan harus dijaga
betul agar bangsa dan negara Indonesia tetap utuh, jangan sampai mengarah
ke disintegrasi.
2. Dalam menggunakan hak dan kebebasan konstitusional harus juga disertai
dengan kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab konstitusional untuk
menghormati hak dan kebebasan orang lain. Jika hak dan kebebasan yang
diperjuangkan ternyata berbenturan dengan hak dan kebabasan orang lain
maka yang dicari adalah kebenaran substansial dan keadilan, bukan menang-
menangan karena kekuatan fisik.
3. Menerima putusan pengadilan yang telah ditetapkan secara sah dan
mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Keharusan ini tentu harus disertai
dengan syarat bahwa peradilannya juga harus bersih, jujur, dan adil. Jadi ada
kewajiban bagi penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara, hakim) untuk
mencari kebenaran dalam penanganan perkara dan menjauhkan diri dari
judicial corruption. Putusan yang dibuat secara tidak adil biasanya
melahirkan perlawanan yang merugikan semua upaya penegakan hukum.
4. Dalam menikmati hak, kepentingan bersama harus lebih diutamakan dari
kepentingan pribadi. Indonesia bukan negara komunis yang selalu
mempertentangkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan komunal
(bersama), Indonesia juga bukan negara liberal-individualistik yang
mengutamakan kebebasan mutlak bagi setiap pribadi. Indonesia adalah
negara yang mengambil segi-segi positif secara seimbang dari kedua ekstrem
sistem kemasyarakatan tersebut ke dalam konsep prismatik. Hak perorangan
5
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES, Jakarta, 2006, hlm.
2001-2002.
16. diakui oleh konstitusi tetapi jika karena sesuatu terjadi pertentangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan bersama maka yang diutamakan adalah
kepentingan bersama. Yang penting adalah bagaimana penentuan tentang
kepentingan bersama itu dapat dilakukan secara fair.
5. Bersikap demokratis dalam mengambil dan menerima keputusan. Setiap
masalah harus dimusyawarahkan untuk mencapai titik temu atau
kesepakatan, namun kalau kesepakatan bulat tak dapat dicapai maka
kesepakatan berdasar suara terbanyak dapat dilakukan. Semuanya harus
bersikap arif dan bijaksana untuk menerima keputusan yang telah diambil
secara demokratis itu; jangan sampai kalau kalah dalam pengambilan
keputusan lalu memisahkan diri dan bersikap destruktif. Ini adalah kewajiban
penting bagi setiap warga negara.
6. Menjaga kelangsungan pemerintah yang telah dipilih secara demokratis dan
konstitusional tanpa harus mengurangi sikap kritis untuk kemajuan bersama.
Jangan sampai muncul sikap mencari segala cara untuk menjatuhkan atau
menyalah-nyalahkan pemerintah yang sah tanpa alternatif yang lebih baik
atau tanpa memperhitungkan mudharatnya bagi kelangsungan bangsa dan
negara.
7. Di atas semua itu negara wajib menjaga eksistensi dan melakukan tindakan
untuk keselamatan bangsa dan negara berdasar kewenangan konstitusional
serta wajib melindungi hak-hak warga negara dari ancaman pihak lain yang
juga mengatasnamakan hak. Hukum dan keadilan menjadi kunci penting
dalam menyelesaikan perbenturan antar hak yang saling diklaim tersebut.
Daftar Pustaka
Clifford Geertz, “The Integrative Revolution, Primordial Sentiments and Civil
Politics in the New State” dalam Jason L. Finkle dan Ricahrd W.
Gable, Political Development and Social Change,” Joh & Sons Inc.
2nd edition, 1971.
17. Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Mempertahanankan Tanah Air
Memasuki Abad 21, Jakarta: 2004.
Ian Brownlie (Ed.), Dokumen-dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi Manusia, UI
Press, Jakarta, 1993.
MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Sekretariat Jenderal DPR-RI, Jakarta,
2006.
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1998.
Moh. Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Gama Media
dan Ford Foundation, Yogyakarta: 1999.
Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, Gama Media dan Ford
Foundation, Yogyakarta : 1999.
Moh. Mafud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES,
Jakarta, 2006.
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen
Konstitusi, LP3 ES, Jakarta, 2007.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Republik Indonesia.
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.