2. SEKILAS TENTANG LAPINDO BRANTAS
Lapindo Brantas adalah salah satu perusahaan
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk
BP-MIGAS untuk melakukan proses pengeboran
minyak dan gas bumi. Saat ini Lapindo memiliki 50%
participating interest di wilayah Blok Brantas, Jawa
Timur.
3. AWAL MULA TERJADINYA
SEMBURAN LUMPUR LAPINDO
Tragedi ‘Lumpur Lapindo’ dimulai pada tanggal 27 Mei
2006. Awalnya lumpur itu menyembur di sebuah
sawah dekat tempat pengeboran gas yang dimiliki oleh
Lapindo Brantas. Lapindo bersikeras bencana itu
disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi 280
kilometer dari tempat itu dua hari sebelumnya. Tetapi
Davies dan geolog lainnya mengatakan pengeboran
itulah yang menyebabkan semburan lumpur.
4. Peristiwa ini menjadi suatu tragedi ketika banjir
lumpur panas mulai menggenangi areal
persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan
industri. Hal ini wajar mengingat volume lumpur
diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter
kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690
truk peti kemas berukuran besar).
5. Dari kejadian tersebut, maka muncullah berbagai macam dugaan
, seperti dugaan lubang galian belum sempat disumbat dengan cairan
beton sebagai sampul. Hal itu diakui bahwa semburan gas Lapindo
disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran. Sesuai dengan
desain awalnya, Lapindo harus sudah memasang casing pelindung
pada kedalaman-kedalaman tertentu.
6. Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman
3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum memasang
casing setebal 9-5/8 inci. Akhirnya, sumur menembus satu
zona bertekanan tinggi yang menyebabkan kick, yaitu
masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur. Sesuai
dengan prosedur standar, operasi pemboran pun
dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig
segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran
berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan
mematikan kick. Namun, dari informasi di lapangan, BOP
telah pecah sebelum terjadi semburan lumpur. Jika hal itu
benar maka telah terjadi kesalahan teknis dalam
pengeboran yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada
prosedur operasional standar.
7. PENYEBAB TERJADINYA SEMBURAN
LUMPUR LAPINDO
Setidaknya ada 3 aspek yang menyebabkan terjadinya
semburan lumpur panas tersebut.
Pertama, adalah aspek teknis. Pada awal tragedi, Lapindo
bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta yang
terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung pendapat
yang menyatakan bahwa pemicu semburan lumpur adalah
gempa Yogya yang mengakibatkan kerusakan sedimen.
Namun, hal itu dibantah oleh para ahli, bahwa gempa di
Yogyakarta yang terjadi karena pergeseran Sesar Opak
tidak berhubungan dengan Surabaya. Argumen tersebut
lemah karena biasanya terjadi pada lapisan dangkal, yakni
pada sedimen yang ada pasir-lempung, bukan pada
kedalaman 2.000-6.000 kaki.
8. Kedua, aspek ekonomis. Dalam kasus semburan
lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja
menghemat” biaya operasional dengan tidak
memasang casing. Jika dilihat dari perspektif
ekonomi, keputusan pemasangan casing
berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan
Lapindo. Namun, entah mengapa Lapindo sengaja
tidak memasang casing, sehingga pada saat terjadi
underground blow out, lumpur yang ada di perut
bumi menyembur keluar tanpa kendali.
9. Ketiga, aspek politis. Sebagai legalitas usaha (eksplorasi
atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi izin usaha
kontrak bagi hasil dari Pemerintah sebagai otoritas
penguasa kedaulatan atas sumber daya alam.
.
Poin inilah yang paling penting dalam kasus lumpur panas
ini. Pemerintah Indonesia telah lama menganut sistem
ekonomi neoliberal dalam berbagai kebijakannya.
Alhasil, seluruh potensi tambang migas dan sumberdaya
alam (SDA) “dijual” kepada swasta/individu (corporate
based). Orientasi profit yang menjadi paradigma korporasi
menjadikan manajemen korporasi buta akan hal-hal lain
yang menyangkut kelestarian lingkungan, peningkatan
taraf hidup rakyat, bahkan hingga bencana ekosistem.
10. DAMPAK SEMBURAN LUMPUR LAPINDO
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa
bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas
perekonomian di Jawa Timur. Lumpur hingga setinggi 6
meter menggenangi pemukiman warga.
- Total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa,
- rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit,
11. - areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari
200 ha,
- lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas
produksi dan merumahkan lebih dari 1.873 orang
- tidak berfungsinya sarana pendidikan,
- kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi,
- rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur
(jaringan listrik dan telepon),
- terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang
berakibat pula terhadap aktivitas produksi di
kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang
selama ini merupakan salah satu kawasan industri
utama di Jawa Timur.
Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo
428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2
(Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15
unit
12. LOKASI YANG TERENDAM LUMPUR
Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni
kecamatan di bagian selatan Kabupaten
Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol
(Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.
.
Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari
sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur
eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator
blok Brantas.
13. Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula
hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar
6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat
untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan
lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan
Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus
2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah
desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan
Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi
sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan 25.000 jiwa tetap
bertahan. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam
lumpur serta 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.
14. SOLUSI
Pilihan pertama adalah meneruskan upaya penangangan lumpur di
lokasi semburan dengan membangun waduk tambahan di sebelah
tanggul-tanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit upaya untuk
menggali lahan ditempat yang akan dijadikan waduk tambahan
tersebut agar daya tampungnya menjadi lebih besar.
Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk diperlukan
waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara
semburan lumpur secara terus menerus, dari hari ke hari, volumenya
terus membesar.
15. Pilihan kedua adalah membuang langsung lumpur panas
itu ke Kali Porong. Sebagai tempat penyimpanan
lumpur, Kali Porong ibarat waduk yang telah
tersedia, tanpa perlu digali, memiliki potensi volume
penampungan lumpur panas yang cukup besar. Dengan
kedalaman 10 meter di bagian tengah kali tersebut, bila
separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka
potensi penyimpanan lumpur di Kali Porong sekitar
300,000 m3 setiap kilometernya. Dengan kata lain, kali
Porong dapat membantu menyimpan lumpur sekitar 5 juta
m3, atau akan memberikan tambahan waktu sampai lima
bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali
Porong tidak melebihi 50,000 m3 per hari.
16. Bila yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah keseluruhan
lumpur yang menyembur sejak awal Oktober 2006, maka
volume lumpur yang akan pindah ke Kali Porong mencapai
10 juta m3 pada bulan Desember 2006. Volume lumpur
yang begitu besar membutuhkan frekuensi dan volume
penggelontoran air dari Sungai Brantas yang tinggi, dan
kegiatan pengerukan dasar sungai yang terus
menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadi waduk
lumpur. Sedangkan untuk mencegah pengembaraan
koloida lumpur Sidoardjo di perairan Selat
Madura,diperlukan upaya pengendapan dan stabilisasi
lumpur tersebut di kawasan pantai Sidoardjo.
17. Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk
menghentikan lumpur berikut menanggulangi
dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap
tim terdiri dari perwakilan
Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari
beberapa universitas terkemuka. Di
antaranya, para pakar dari ITS, Institut Teknologi
Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Tim-tim
tersebut yang menangani penanggulangan
lumpur. Tujuan jangka pendeknya adalah
menghentikan lumpur dan mencari penyelesaian
cepat untuk jutaan kubik lumpur yang telah
terhampar di atas tanah.
18. Tetapi tidak semua Lumpur yang menyembur keluar merupakan
bencana. Bagi beberapa pihak, lumpur lapindo bisa dijadikan sebagai
objek untuk meraup keuntungan. Misalnya lumpur panas tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan batu bata, genting ataupun
gerabah.