SlideShare a Scribd company logo
Laporan Pendahuluan / LP Eritroderma
DEFINISI
Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan
adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief
Mansjoer, 2000 : 121 ).
Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau
di seluruh tubuh ( www.medicastore.com ).
Dermatitis eksfoliativa generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai
dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap,
2000 : 28 )
Dermatitis eksfoliativa merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang
progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang
kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ).
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis
konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0 % ).
2. Eritroderma eksfoliativa sekunder
 Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya ,
sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
 Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus ,
psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan
dermatitis atopik.
 Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma. ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 :
Rusepno Hasan 2005 : 239 )
ANATOMI
Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis.
Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap
diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya
terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya
mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel
– sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga
menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut
melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen
gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.
Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
1. Stratum Korneum, Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya
sudah mati dan mengandung zat keratin.
2. Stratum lusidum, Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel –
sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih
sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki.
3. Stratum Granulosum, Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma
terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam
pembentukan keratin.
4. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum Lapisan yang paling tebal.
5. Stratum Basal / Germinativum Stratum germinativum menggantikan sel – sel
yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
1. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
2. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut –
serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus Serabut kolagen untuk
memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit.
Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan
kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis
Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan ini
berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.
Fungsi kulit :
 Proteksi
 Pengatur suhu
 Absorbsi
 Pembentukan pigmen
 Eksresi
 Keratinisasi
 Sensasi
 Pembentukan vit D ( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )
PATOFISIOLOGI
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang
paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia
dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang
luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek
yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari
permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel –
sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak
sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan
imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada
mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang
sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah
awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya
yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan ,
serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat
molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.( Brunner &
Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )
Fathway Eritroderma
Fathway Eritroderma
MANIFESTASI KLINIS
 Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul
secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh ,
sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
 Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis
dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ).
1. Eritroderma karena psoriasis Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada
tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa
dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat
ditemukan pitting nail.
2. Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum ) Usia pasien antara 4 -20 minggu
keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama
seluruh tubuh disertai skuama kasar.
 Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan
adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif
Masjoor , 2000 : 121 )
KOMPLIKASI
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
 Abses
 Limfadenopati
 Furunkulosis
 Hepatomegali
 Konjungtivitis
 Rinitis
 Stomatitis
 Kolitis
 Bronkitis ( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 )
Konsep Asuhan Keperawatan Eritroderma
PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi.
Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi
dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan
memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi ,
dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.
I. BIODATA
a. Jenis Kelamin Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit dahulu ( RPM ) Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat
terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus ,
dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.
 Riwayat Penyakit Sekarang Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan
pembentukan skuama kulit.
c. Pola Fungsi Gordon
1. Pola Nutrisi dan metabolisme
Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang
negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ).
2. Pola persepsi dan konsep diri
 Konsep diri Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan /
lembaran zat tanduk yang besr
 besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga
diri.
3. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh
obat.
e. Abdomen Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada
keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan
kulit , sisik halus dan skuama. (Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan ,
2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878).
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI
Diagnosa. 1
Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan
Kriteria hasil :
 menunjukkan peningkatan integritas kulit
 menghindari cidera kulit
Intervensi
 kaji keadaaan kulit secara umum
 anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit
 pertahankan kelembaban kulit
 kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil
 motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP
Diagnosa. 2
Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di kulit
Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi luka pada
kulit karena gatal
Kriteria hasil :
 tidak terjadi lecet di kulit
 pasien berkurang gatalnya
Intervensi
 beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
 mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
 oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
 jaga kebersihan kulit pasien
 kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
Diagnosa. 3
Resti infeksi bd hipoproteinemia
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
 tidak ada tanda
 tanda infeksi ( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )
 tidak timbul luka baru
Intervensi
 monitor TTV
 kaji tanda – tanda infeksi
 motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP
 jaga kebersihan luka
 kolaborasi pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH,
Jakarta : EGG
2. Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
3. Harahap Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates
4. Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI
5. Mansjoer , Arief , 2000 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC
6. Syaifudin , 1997 , anatomi Fisiologi , Jakarta : EGC

More Related Content

What's hot

Resume pasien ny. j
Resume pasien ny. jResume pasien ny. j
Resume pasien ny. j
Muhammad Saubari
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Seascape Surveys
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
Frans Rengirit
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
Amee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
andalizah
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
HenriantoKarolusSire
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
Fadel Muhammad Garishah
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen pptSalimah Aj
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
Amee Hidayat
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Septian Muna Barakati
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Dokter Tekno
 
15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom
Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
homeworkping4
 

What's hot (20)

Resume pasien ny. j
Resume pasien ny. jResume pasien ny. j
Resume pasien ny. j
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen ppt
 
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
 
15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 
Askep gigitan ular
Askep gigitan ularAskep gigitan ular
Askep gigitan ular
 

Similar to Lp eritroderma

Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
Septian Muna Barakati
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
Warnet Raha
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
Fransiska Oktafiani
 
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptxASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
NengAnnisFathia
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
Warnet Raha
 
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzemaAsuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
Yie Sufyan
 
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
Riski Eka
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
Septian Muna Barakati
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
Sulai Sulaiman
 
Pp.....anfis dan pengkajian umum
Pp.....anfis dan pengkajian umumPp.....anfis dan pengkajian umum
Pp.....anfis dan pengkajian umumarniwianti
 

Similar to Lp eritroderma (20)

Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Askep eritroderma
Askep eritrodermaAskep eritroderma
Askep eritroderma
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptxASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzemaAsuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
 
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Pp.....anfis dan pengkajian umum
Pp.....anfis dan pengkajian umumPp.....anfis dan pengkajian umum
Pp.....anfis dan pengkajian umum
 

Lp eritroderma

  • 1. Laporan Pendahuluan / LP Eritroderma DEFINISI Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief Mansjoer, 2000 : 121 ). Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www.medicastore.com ). Dermatitis eksfoliativa generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap, 2000 : 28 ) Dermatitis eksfoliativa merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ). ETIOLOGI Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok : 1. Eritrodarma eksfoliativa primer Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0 % ). 2. Eritroderma eksfoliativa sekunder  Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.  Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.  Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma. ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 : Rusepno Hasan 2005 : 239 ) ANATOMI
  • 2. Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu : 1. Stratum Korneum, Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin. 2. Stratum lusidum, Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. 3. Stratum Granulosum, Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin. 4. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum Lapisan yang paling tebal. 5. Stratum Basal / Germinativum Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Dermis terdiri dari 2 lapisan : 1. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris ) 2. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis ) Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit. Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut. Subkutis Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.
  • 3. Fungsi kulit :  Proteksi  Pengatur suhu  Absorbsi  Pembentukan pigmen  Eksresi  Keratinisasi  Sensasi  Pembentukan vit D ( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 ) PATOFISIOLOGI Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus. Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ) Fathway Eritroderma
  • 4. Fathway Eritroderma MANIFESTASI KLINIS  Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.  Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ). 1. Eritroderma karena psoriasis Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
  • 5. 2. Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum ) Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.  Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif Masjoor , 2000 : 121 ) KOMPLIKASI Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :  Abses  Limfadenopati  Furunkulosis  Hepatomegali  Konjungtivitis  Rinitis  Stomatitis  Kolitis  Bronkitis ( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 ) Konsep Asuhan Keperawatan Eritroderma PENGKAJIAN FOKUS Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas. I. BIODATA a. Jenis Kelamin Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan. b. Riwayat Kesehatan
  • 6.  Riwayat penyakit dahulu ( RPM ) Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.  Riwayat Penyakit Sekarang Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit. c. Pola Fungsi Gordon 1. Pola Nutrisi dan metabolisme Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ). 2. Pola persepsi dan konsep diri  Konsep diri Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr  besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri. 3. Pemeriksaan fisik a. KU : lemah b. TTV : suhu naik atau turun. c. Kepala Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia. d. Mulut Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat. e. Abdomen Adanya limfadenopati dan hepatomegali. f. Ekstremitas Perubahan kuku dan kuku dapat lepas. g. Kulit Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan
  • 7. kulit , sisik halus dan skuama. (Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878). DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI Diagnosa. 1 Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan Kriteria hasil :  menunjukkan peningkatan integritas kulit  menghindari cidera kulit Intervensi  kaji keadaaan kulit secara umum  anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit  pertahankan kelembaban kulit  kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil  motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP Diagnosa. 2 Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di kulit Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi luka pada kulit karena gatal Kriteria hasil :  tidak terjadi lecet di kulit  pasien berkurang gatalnya Intervensi  beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal  mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl  oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl  jaga kebersihan kulit pasien
  • 8.  kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal Diagnosa. 3 Resti infeksi bd hipoproteinemia Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi Kriteria hasil :  tidak ada tanda  tanda infeksi ( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )  tidak timbul luka baru Intervensi  monitor TTV  kaji tanda – tanda infeksi  motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP  jaga kebersihan luka  kolaborasi pemberian antibiotik DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Jakarta : EGG 2. Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC 3. Harahap Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates 4. Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI 5. Mansjoer , Arief , 2000 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC 6. Syaifudin , 1997 , anatomi Fisiologi , Jakarta : EGC