SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN
          “UJI KUANTITATIF KARBOHIDRAT”


     Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
                       ANALISIS PANGAN


                       Dosen Pembimbing:
                       Dr.Ir.Sahirman,Mp




                         Disusun Oleh:
                        KELOMPOK II
                  1.   Febian Tuwage       (06)
                  2.   Ghina Ganiah Zahra (07)
                  3.   Hasan Basri Zulkhan (08)
                  4.   Irpan Fauzi         (09)
                  5.   Mirna Nurliana      (10)
                  6.   Yohani Dewi Utami (22)



             TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI (TPG)
        DEPARTEMEN PENDIDIKAN DIPLOMA EMPAT (D4)
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
      KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN/VEDCA CIANJUR
         JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER
                 TAHUN ANGKATAN 2012-2013
KATA PENGANTAR



       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini serta tepat waktu dengan judul
“Uji Kuantitatif Karbohidrat”
       Keberhasilan penyusun di dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari dorongan
semua pihak yang telah membantu, baik saran maupun dukungan dan arahan serta do’a. Untuk
itu penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Ir.Sahirman, Mp
2. Orangtua dan semua pihak serta semua rekan seperjuangan yang telah memberi dukungan
   kepada kami baik moril maupun materil sehingga penyusunan makalah ini dapat
   berlangsung dengan lancar.
       Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi
maupun tata letak, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
       Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




                                                                       Cianjur, Maret 2013



                                                                             Penyusun,
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
       1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
       1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 1

       1.3 Waktu dan tempat ................................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 2

       2.1 Dasar Teori ......................................................................................................................... 2

BAB III METODE KERJA................................................................................................................ 6
       3.1 Prinsip Kerja ........................................................................................................................ 6
       3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 6
       3.3 Pembuatan Larutan ............................................................................................................... 7

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................................. 9

BAB V PENUTUP ............................................................................................................................. 14

       5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 14
       5.2 Saran ..................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
    Dalam konteks ilmu gizi karbohidrat mempunyai fungsi yang cukup banyak, daiantaranya
adalah : a) sebagai sumber energi utama (1 gram = 4 kalori), b) ikut terlibat dalam
metabolisme lemak, (terikat dengan sintesis asam lemak) c) menghemat protein (protein
spater). Jika asupan karbohidrat mencukupi tubuh akan terhindar dari glukoneogenesis asam
amino, d) glukosa sebagai sumber energi utama bagi otak dan sistem syaraf, e) sebagai energi
cadangan dalam bentuk glikogen (glikogenesis) yang disimpan di hati dan otot, f) serat
berfungsi memperbaiki kinerja peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan, punya
efek hipolipidemik, efek hipoglikemik dan lain sebagainya. Karbohidrat banyak terdapat
dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa maupun karbohidrat dengan
berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Salah satu metode yang
digunakan dalam analisa kuantitatif ( menghitung jumlah kadar karbohidrat) yaitu Metode
Luff Schoorl. Pada metode Luff Schrooll monosakarida akan mereduksikan CuO dalam
larutan Luff menjadi Cu2O. Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama
disebabkan oleh komposisi yang konstan.Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang
menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang
berbeda. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan
metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
    Dengan demikian maka kami melaksanakan praktik uji kuantitatif karbohidrat
menggunakan metode Luff Schrooll pada sampel biskuit untuk mengetahui kadar karbohidrat
yang terkandung pada sampel (biskuit).
1.2 Tujuan
    Tujuan dari praktikum unji kuantitatif karbohidrat pada biskuit adalah :
   1. Dapat mengetahui kadar karbohidrat pada biskuit
   2. Dapat menghitung kadar karbohidrat pada biskut
1.3 Waktu dan Tempat
   Kegiatan uji kuantitatif karbohidrat pada biskuit dilaksanakan pada :
   Hari dan Tanggal : Senin, 19 maret 2013
   Tempat              : Laboratorium kimia VEDCA Cianjur



                                                                                          1
BAB II
                                  TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Dasar Teori

       Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani
σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling
melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat.
       Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton,
atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.          Karbohidrat
mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil.
Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus
(CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul
air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada
pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
    Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana
yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat
merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang
panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan
selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua
monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).




                                                                                         2
I. Klasifikasi karbohidrat
 A. Monosakarida
    Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri
atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat
lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa
dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
B. Disakarida dan oligosakarida
   Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang
berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah
sukrosa, laktosa, dan maltosa. Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10
dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut
disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Bila sukrosa (sakarosa atau gula
tebu). Terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan
galaktosa. Polisakarida Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang
dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik
kerjanya.
 C. Polisakarida
   Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai
monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah
selulosa, glikogen, dan amilum.


   Luff Schrooll

    Uji karbohidrat yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992 yaitu analisis
total karbohidrat dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Pada tahun 1936, International
Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis mempertimbangkan metode Luff-
Schoorl sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menstandarkan analisis gula
pereduksi karena metode Luff Schoorl saat itu menjadi metode yang resmi dipakai di pulau
Jawa.


   Seluruh senyawa karbohidrat yang ada dipecah menjadi gula-gula sederhana
(monosakarida) dengan bantuan asam, yaitu HCl, dan panas. Monosakarida yang terbentuk
kemudian dianalisis dengan metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis dengan Metode Luff-

                                                                                          3
Schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi Cu1+ oleh monosakarida. Monosakarida bebas akan
mereduksi larutan basa dari garam logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya.
Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri (SNI
01-2891-1992). Reaksi yang terjadi :


Karbohidrat kompleks          → gula sederhana (gula pereduksi)


Gula pereduksi + 2 Cu2+     → Cu2O(s)
2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I-   → 2 CuI2 → 2 CuI- + I2
I2 + 2S2O32-                → 2 I- + S4O62-

         Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa Metode Luff-Schoorl dapat
diaplikasikan untuk produk pangan yang mengandung gula dengan bobot molekuler yang
rendah dan pati alami atau modifikasi. Kemampuan mereduksi dari gugus aldehid dan keton
digunakan sebagai landasan dalam mengkuantitasi gula sederhana yang terbentuk. Tetapi
reaksi reduksi antara gula dan tembaga sulfat sepertinya tidak stoikiometris dan sangat
tergantung pada kondisi reaksi. Faktor utama yang mempengaruhi reaksi adalah waktu
pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode ini dalam analisis gula adalah
berkat kesabaran para ahli kimia yang memeriksa sifat empiris dari reaksi dan oleh karena itu
dapat menghasilkan reaksi yang reprodusibel dan akurat (Southgate 1976).

Fungsi Pereaksi dalam Metode Luff-Schoorl
       Pereaksi yang digunakan dalam metode Luff-Schoorl adalah CH3COOH 3%, Luff
Schrool, KI 20%, Na2S2O3 0,1 N, NaOH 30%, H2SO4 25%, dan HCl 3%. HCl digunakan untuk
menghidrolisis pati menjadi monosakarida, yang akan bereaksi dengan larutan uji Luff
Schoorl dengan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+. Setelah proses hidrolisis selesai
dilakukan, maka akan ditambahkan NaOH, yang berfungsi untuk menetralkan larutan sampel
ditambahkan HCl. Asam asetat digunakan setelah proses penetralan dengan NaOH dengan
maksud untuk menciptakan suasana yang sedikit asam. Dalam metode Luff-Schoorl, pH harus
diperhatikan dengan cermat. Suasana yang terlalu asam akan menimbulkanoverestimated pada
tahap titrasi sebab akan terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 (Harjadi 1994).
O2 + 4I- + 4H+         →      2I2 + 2H2O
        Apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah
daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya
reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis). H2SO4 ditambahkan untuk mengikat ion
tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida dengan pereaksi Luff-Schoorl,

                                                                                                4
kemudian membentuk CuSO4. KI akan bereaksi dengan tembaga sulfat membentuk buih
coklat kehitaman. Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode Luff Schoorl adalah titrasi
dengan natrium tiosulfat (Harjadi 1994).
Tahapan reaksi setelah penambahan asam sulfat, KI, dan titrasi dengan natrium tiosulfat :
R – COH + CuO        →       CuO2      + R – COOH
H2SO4 + CuO          →      CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2KI           →       CuI2 + K2SO4
2CuI2                 →       Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3         →      Na2S4O6 + NaI

Titrasi
          Reaksi dijalankan dengan titrasi yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit
demi sedikit, sampai jumlah zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Pada
saat titrant yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titrant harus
dihentikan , saat ini dinamakan titik akhir. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut
titrant, sedangkan larutan yang ditambahkan titrant disebut titrat.
Penentuan Titik Akhir Titrasi
          Bila tidak digunakan alat sebagai indikator, maka titik akhir titrasi dilihat dari:
    1. Perubahan warna, yakni larutan tidak berwarna menjadi berwarna tertentu, atau larutan
          berwarna lenyap warnanya, atau larutan berwarna berubah menjadi warna lain.
    2. Kekeruhan, yakni larutan yang jernih menjadi keruh, atau sebaliknya.
          Bila titrasi dilakukan dengan menambahkan indicator, maka sering kali perubahan
warna atau kekeruhan terjadi karena reaksi antara indikator dengan titrant. Bila tidak
ditambahkan indicator, maka perubahan warna terjadi karena titrant dan/atau titrat mempunyai
warna, tetapi has il-hasil reaksi tidak berwarna atau sebaliknya. Caontoh titrant berwarna
ialah KMnO4 dan I2, sedangkan contoh titrat berwarna ialah I2 (dititrasi dengan Na2S2O3).
          Untuk titrasi yang baik, maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada
saat titrant telah ekivalendenagn titrat. Pada umumnya, titika khir tidak tepat sama dengan titik
ekivalaen, sehingga terjadi kesalahan titrasi. Salah satu sebab ketidakcocokan titik akhir
dengan titik ekivalen ialah perlunya ada reaksi antara indicator dengan titrant sehingga
menyebabkan kesalahan positif (jumlah yang dipakai lebih dari yang sesungguhnya
diperlukan untuk ekivalen).


                                                                                                5
BAB III

                                          METODE KERJA
3.1 Prinsip Kerja
Hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+menjadi Cu+ dan
kelebihan Cu2+ dapat dititrasi dengan metode iodometri (tidak langsung).
3.2 Alat dan Bahan


            No Alat                              Bahan
            1.      Erlenmeyer 500 ml, 250 ml    Tepung Biskuit
            2.      Gelas ukur 1 L, 100 ml       Aquadest
            3.      Corong butchner              CH3COOH 3%
            4.      Bulp / pipet filler          HCl 3%
            5.      Labu ukur 100 ml             NaOH 30%
            6.      Corong gelas                 KIO3
            7..     Spatula                      Kertas lakmus
            8.      Neraca analitik              Larutan KI 20%
            9.      Pipet tetes                  Larutan H2SO4 25%
            10. Pipet ukur                       Larutan H2SO4 2N
            11. Pipet volume                     Larutan tiosulfat 0,1 N
            12. Batu didih                       Indikator kanji/amilum 0,5%
            13. Beaker glass                     Reagen Luff Schoorl
            14. Pendingin tegak
            15. Hot plate
            16. Statif & Klem
            17. Buret
            18. Kertas saring
            19. Es batu




                                                                                   6
3.3 Pembuatan Larutan
   a. NaOH 30%
      1. Hitung NaOH yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH=0,3 x 100=30 gram.

      2. Timbang dengan menggunaka gelas beacker 100 ml NaOH 30 gram.

      3. Tambahkan sedikit aquades dengan hati-hati karena akan menghasilkan panas.
          Setelah larut masukkan kedalam labu ukur 100 ml.

      4. Bilas gelas beacker tersebut dengan aquades sedikit demi sedikit dan masukkan
          bilasan tadi kedalam gelas ukur.

      5. Encerkan NaOH tersebut dengan menambahkan aquades sampai batas tanda dan
          gojok hingga homogen.

      6. Pindahkan kedalam botol reagen dan beri nama pembuatnya, tanggal dan tenda
          tengan pembuat.



   b. Pembakuan larutan tiosulfat 0,1 N

          Timbang 0,1 Ngram KIO3 kedalam erlenmeyer dan larutkan dengan 25 ml aquades.
          Tambahkan 5 ml larutan KI 20% dan 5 ml H2SO4 2N. Titrasi cepat dengan larutan
          tiosulfat 0,1N sampai larutan berwarna kuning. Tambahkan 5 ml amilum 0,5% dan
          lanjutkan titrasi sampai dengan larutan biru menjadi tidak berwarna.

             Konsentrasi normalitas larutan NaS2O3
                   N = gram KIO3 x ekivalen
                       (BM/1000) x ml titrasi tio
                   =      g KIO3
                     0,03567 x mL tio

   c. Penentuan Karbohidrat

   1. Timbang dengan seksama lebih kurang 5 gram cuplikan kedalam erlenmeyer 500 ml.

   2. Tambahkan 200 ml larutan HCL 3% dan didihkan selama 3 jam dengan pendingin
      tegak.

   3. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus atau
      phenolptalein) dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana larutan agak sedikit
      asam.



                                                                                       7
4. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 ml dan impitkan hingga tanda batas dan
      kemudian saring.

   5. Pipet 10 ml saringan kedalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 25 ml larutan luff
      schoorl (dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 ml aquades.

   6. Panaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat
      mendidih dalam waktu 3 menit (gunakan stopwach). Didihkan terus selama 10 menit
      (dihitung dari saat mulai mendidih dan gunakan stopwach) kemudian dengan cepat
      dinginkan dalam bak yang berisi air + es.

   7. Setelah dingin tambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% secara
      perlahan.

   8. Titar secepatnya dengan larutan tiosulfat 0,1N (gunakan petunjuk larutan kanji 0,5%).

   9. Kerjakan juga blanko.

   10. Perhitungan
                                 mg gula x Ntio/0,1 x fp

        Kadar karbohidrat =                                X 100% x 0,9

                                        Ws x 1000

               Ws         = bobot cuplik (mg)

               Mg gula        = glukosa yang terkandung untuk ml trio yang diergunakan (mg ), dari
table

                              Luff schoorl.

               Fp        = Faktor pengenceran




                                                                                                8
BAB IV
                                  PEMBAHASAN

 a. Standarisasi Larutan tiosulfat 0,1N

No. W KIO3                 V Na2S2O3 (ml)         N Na2S2O3             N rata-rata
1.  0,1052                 31,2 ml                0,0945                0,09638 N
2.  0,1263                 36,05                  0,0982


 Dari percobaan menentukan standarisasi Larutan tio sulfat didapatkan data :

 Data 1 : W KIO3 = 0,1052 gr

         V Na2S2O3 = 31,2 ml

         N Na2S2O3 = gram KIO3 x ekivalen
                   (BM/1000) x ml titrasi tio
                   =    g KIO3
                    0,03567 x mL tio

                   = 0,1052 gr
                    0,03567 x 31,2 ml
         N Na2S2O3 = 0,0945 N


 Data 2 : W KIO3 = 0,1263 gr
         V Na2S2O3 = 36,05 ml
         N Na2S2O3 = gram KIO3 x ekivalen
                    (BM/1000) x ml titrasi tio
                   =     g KIO3
                     0,03567 x mL tio

                   = 0,1263 gr
                   0,03567 x 36,05 ml
         N Na2S2O3 = 0,0982 N
         Rata –rata N Na2S2O3 : N data 1 + N data 2
                                         2
                                = 0,0945 N + 0,0982 N
                                         2
                                = 0,09638 N



                                                                                      9
b. Analisis sempel
        Ws             VNa2S2O3(ML)                     Mg gula       % KH        % Rata -
                       Blanko       Sampel              Dari tabel                rata
        5,005 gr       25,25        16,15               22,66mg       39,2722 %

        c. Perhitungan
                                  Mg gula x Ntio/0,1 x fp

        Kadar karbohidrat =                                  X 100% x 0,9

                                        Ws x 1000

                Ws         = bobot cuplik (mg)
                Mg gula     = glukosa yang terkandung untuk ml trio yang diergunakan (mg ), dari
table
                             Luff school.
                Fp         = Faktor pengenceran



        Dik :   Ws = 5,005 gr

                Blanko = 25,25 ml

                Sampel = 16,15

        Mg gula : blanko – sampel

                = 25,25 – 16,15

                =9,10

        *Lihat ditabel ketetapan gula menurut Luff Schrool

        Pada Na2S2O3 0,1 N nomer 9 untuk gula inversinya adalah = 22,4mg

        Pada Na2S2O3 0,1 N nomer 10 untuk gula inversinya adalah = 25,0mg

        Selisih dari keduanya adalah 25,0mg – 22,4mg = 2,6 mg

        =0,10 x 2,6 mg = 0,26mg

        Mg gula : 22,4 mg + 0,26mg = 22,66 mg gula

        FP = 500/5 = 100




                                                                                             10
Mg gula x Ntio/0,1 x fp

Kadar karbohidrat (KH) =                               X 100% x 0,9

                                 Ws x 1000


                           22,66 x 0,09638/0,1 x 100

Kadar karbohidrat (KH) =                               X 100% x 0,9

                                 5,005 x 1000

                      =     39,2722 %

          TABEL PENETAPAN GULA MENURUT LUFF SCHOORL

Na2S2O3 0,1N         Glukosa, fruktosa, gula Laktosa                  Maltose
                     inversi                 mg                       mg
1                    2.4                     3.6                      3.9
2                    4.8                     7.3                      7.8
3                    7.2                     11.0                     11.7
4                    9.7                     14.7                     15.6
5                    12.2                    18.4                     19.6
6                    14.7                    22.1                     23.5
7                    17.2                    25.8                     27.5
8                    19.8                    29.5                     31.5
9                    22.4                    33.2                     35.5
10                   25.0                    37.0                     39.5
11                   27.6                    40.8                     43.5
12                   30.3                    44.6                     47.5
13                   33.o                    48.4                     51.6
14                   35.7                    52.2                     55.7
1`5                  38.5                    56.0                     59.8
16                   41.2                    59.9                     63.9
17                   44.1                    63.8                     68.0
18                   47.0                    67.7                     72.2
19                   50.0                    71.1                     76.5
20                   53.0                    75.1                     80.9
21                   56.0                    79.8                     85.4




                                                                                11
Pembahasan

       Berdasarkan ketetapan SNI 01-2891-1992 Luff schrool merupakan metode yang dapat
digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi. Sampel yang digunakan dalam
praktikum ini adalah biskuit.

       Timbang kurang lebih 5 gram cuplikan kedalam erlenmeyer 500 ml.Sample yang
ditimbang dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan HCl 3% sebanyak 200 mL, penambahan
HCl dimaksudkan untuk menghidrolisis karbohidrat, polimer karbohidrat sulit untuk bereaksi
sehingga dengan penambahan asam, polimer akan terpecah menjadi monomer-monomer yang
akan lebih mudah untuk bereaksi dengan senyawa lain. Hidrolisis pada sample dapat
memisahkan karbohidrat dalam sample.

        Setelah ditambahkan HCl, campuran sample dan HCl dipanaskan dengan
menggunakan pendingin tegak, selama 3 jam dalam suhu 250oC. Hal ini dilakukan supaya
jumlah komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam sample tidak menguap (di
refluks). Setelah dipanaskan, sample dalam Erlenmeyer dinetralkan dengan larutan NaOH
30%, sampai sample dan campuran didalamnya netral, untuk mengetahui apakah larutan
sudah mencapai netral maka diperlukan uji kualitatif dengan menggunakan kertas lakmus
biru. Jika larutan tidak berubah warna maka larutan sudah netral. Setelah larutan netral,
kemudian ditambahkan CH3COOH atau asam lemah, penambahan asam asetat ini
dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit asam.

        Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus
diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan menyebabkan
hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide
menjadi I2

O2 + 4I- + 4H+         2I2 + 2H2O

Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih
rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu
terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis).

I2 + H2O             HOI + I- + H+

4HOI + S2O3= + H2O                2SO4= + 4I- + 6H+

Setelah itu larutan dipindahkan dalam labu ukur 500 mL, dan ditambahkan aquadest sampai
tanda batas, dan saring. Proses penyaringan dilakukan dengan saring butchner vacuum,
sehingga proses penyaringan berlangsung cepat. Lalu kocok sampai larutan homogen. Setelah
itu larutan tersebut dipipet 5 mL dengan pipet volume dan dimasukan dalam Erlenmeyer 500
mL.


                                                                                          12
Setelah sample dimasukan dalam Erlenmeyer 500 mL, kemudian ditambahkan larutan luff
schrool sebanyak 25 mL, dan 15 mL aquadest. Kemudian panaskan dengan pendingin tegak.

Larutan luff schrool akan bereaksi dengan sample yang mengandung gula pereduksi

R – COH + CuO           Cu2O       + R – COOH

Campuran tersebut ditambahkan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping).
Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan mendidih
selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat
tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit.

Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+sehingga tidak ada
kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam
waktu 3 menit.

Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam bak yang berisi es. Agar pendinginan
berlangsung cepat, maka pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah campuran dingin
kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25% perlahan-lahan.

Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi
CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI.

Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan
tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N.
titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI.

Indicator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan indicator amilum dilakukan setelah
campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi
maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak
terlihat tajam. Maka berdasarkan praktikum dan perhitungan, kadar karbohidrat dalam sample
biskuit adalah : 39,2722%. Dari data diatas menunjukkkan bahwa pengujian kualitatif
karbohidrat blm sempurna atau kurang dari 40% ini mungkin disebabkan karena dalam
pelaksanaan titrasi dengan tio sulfat0,1 N terlalu banyak.

Tahapan reaksi yang terjadi adalah :

R – COH + CuO              CuO2        + R – COOH

H2SO4 + CuO           CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2KI         CuI2 + K2SO4

2CuI2         Cu2I2 + I2

I2 + Na2S2O3         Na2S4O6 + NaI

                                                                                         13
BAB V

                                         PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan uji kualitatif karbohidrat ini dapat diambil kesimpulan yaitu :

       1.   Uji kualitatif karbohidrat dengan sampel biskuit dilakukan dengan metode luff
            schroll dikarenakan sesuai dengan ketetapan SNI 01-2891-1992. Dan menurut
            M.Verhaart di dalam penelitiannya dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl
            merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
            kesalahan sebesar 10%.
       2.   Kita dapat mengetahui bagaimana caramenguji karbohidrat dengan metode luff
            schroll
       3.   Dan juga berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan maka karbohidrat total
            yang terdapatpada sampel tersebut adalah 39,2722%


5.2 Saran

       1. Sebelum malakukan praktikum harus benar-benar menguasai prosedur, alat, bahan,
          dan lain yang diperlukan dalam praktikum.

       2. Memakai jas laboratorium ketika melakukan praktikum.

       3. Memakai alat pelindung diri jika memang diperlukan.

       4. Tidak malakukan tindakan lain yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

       5. Menggunakan fasilitas yang disediakan dengan baik dan benar.

       6. Menbersihkan tempat dan ruangan praktikum setelah selesai melakukan praktikum.




                                                                                            14
DAFTAR PUSTAKA


Harjadi, W. 1994. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.

Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan & Pertanian. Yogyakarta : Liberty

Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrat akses tanggal 27 maret 2013
http://bluishcaramelpillow.blogspot.com/2010/07/penetapan-karbohidrat-metode-luff.html




                                                                                         15

More Related Content

What's hot

Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
Abulkhair Abdullah
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
adefemia1
 
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipidModul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Venansi Viktaria
 
Analisis kualitatif anorganik
Analisis kualitatif anorganikAnalisis kualitatif anorganik
Analisis kualitatif anorganik
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
Astri Maulida
 
Redoks Bromometri
Redoks BromometriRedoks Bromometri
Redoks Bromometri
Erna Nur'aini
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
Ernalia Rosita
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
PT. SASA
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
Nurwidayanti1212
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
pure chems
 
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatidentifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
zakirafi
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Uji Spesifikasi Enzim
Uji Spesifikasi EnzimUji Spesifikasi Enzim
Uji Spesifikasi Enzim
Ernalia Rosita
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Alfian Nopara Saifudin
 

What's hot (20)

Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
Karbohidrat i
Karbohidrat iKarbohidrat i
Karbohidrat i
 
PRAKTIKUM LARUTAN BUFFER
PRAKTIKUM LARUTAN BUFFERPRAKTIKUM LARUTAN BUFFER
PRAKTIKUM LARUTAN BUFFER
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipidModul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
 
Analisis kualitatif anorganik
Analisis kualitatif anorganikAnalisis kualitatif anorganik
Analisis kualitatif anorganik
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Redoks Bromometri
Redoks BromometriRedoks Bromometri
Redoks Bromometri
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
 
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatidentifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Uji Spesifikasi Enzim
Uji Spesifikasi EnzimUji Spesifikasi Enzim
Uji Spesifikasi Enzim
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 

Similar to Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

Makalah metabolisme
Makalah metabolismeMakalah metabolisme
Makalah metabolisme
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Dhiarrafii Bintang Matahari
 
Lap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik Tahu
Lap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik TahuLap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik Tahu
Lap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik Tahu
Kecy Lukita
 
Laporan fixaa
Laporan fixaaLaporan fixaa
Laporan fixaa
Farhan Yuzevan
 
komp Pangan Indonesia.pdf
komp Pangan Indonesia.pdfkomp Pangan Indonesia.pdf
komp Pangan Indonesia.pdf
ThifalHazimah
 
Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1
iankurniawan019
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
UNESA
 
Program kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1A
Program kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1AProgram kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1A
Program kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1A
Izmi KM
 
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
Dewi Purwati
 
TKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdf
TKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdfTKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdf
TKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdf
hasna37
 
Pentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball Gizi
Pentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball GiziPentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball Gizi
Pentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball GiziIeCc'bi-aell hisagi'Shirazaku
 
Kajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'an
Kajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'anKajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'an
Kajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'an
Abdillah20
 
Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...
Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...
Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...
Yeni Rahayu
 
Identifikasi senyawa karbohidrat
Identifikasi senyawa karbohidratIdentifikasi senyawa karbohidrat
Identifikasi senyawa karbohidrat
SitiNurQomariyah3
 
Nata de Bankin
Nata de BankinNata de Bankin
Nata de Bankin
Delia Damayanti
 
Nurrokhim pkm-k-unila
Nurrokhim pkm-k-unilaNurrokhim pkm-k-unila
Nurrokhim pkm-k-unila
University of lampung
 
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdfLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdf
SaldiSyam2
 
Laporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum intLaporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum int
Universitas Diponegoro
 
KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...
KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...
KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...
Muhammad Nasrullah
 

Similar to Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh (20)

Makalah metabolisme
Makalah metabolismeMakalah metabolisme
Makalah metabolisme
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
 
Lap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik Tahu
Lap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik TahuLap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik Tahu
Lap Praktikum Pencegahan Pencemaran Pabrik Tahu
 
Laporan fixaa
Laporan fixaaLaporan fixaa
Laporan fixaa
 
Gizi tepat untuk olahragawan word version by icball
Gizi tepat untuk olahragawan word version by icballGizi tepat untuk olahragawan word version by icball
Gizi tepat untuk olahragawan word version by icball
 
komp Pangan Indonesia.pdf
komp Pangan Indonesia.pdfkomp Pangan Indonesia.pdf
komp Pangan Indonesia.pdf
 
Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1Modul panduan praktikum biokimia 1
Modul panduan praktikum biokimia 1
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Program kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1A
Program kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1AProgram kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1A
Program kreativitas mahasiswa kwu menjelang uas smt 1 PBI 1A
 
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
 
TKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdf
TKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdfTKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdf
TKPI_Mahmud dkk_2017_TKPI_Kemenkes RI.pdf
 
Pentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball Gizi
Pentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball GiziPentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball Gizi
Pentingnya mengkonsumsi karbohidrat kompleks by Icball Gizi
 
Kajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'an
Kajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'anKajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'an
Kajian Metabolisme Karbohidrat dalam Al Qur'an
 
Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...
Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...
Laporan praktikum biologi pengaruh perbedaan salinitas (kadar garam) terhadap...
 
Identifikasi senyawa karbohidrat
Identifikasi senyawa karbohidratIdentifikasi senyawa karbohidrat
Identifikasi senyawa karbohidrat
 
Nata de Bankin
Nata de BankinNata de Bankin
Nata de Bankin
 
Nurrokhim pkm-k-unila
Nurrokhim pkm-k-unilaNurrokhim pkm-k-unila
Nurrokhim pkm-k-unila
 
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdfLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA201.pdf
 
Laporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum intLaporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum int
 
KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...
KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...
KAJIAN TAHAP PENGETAHUAN MENGENAI KADAR PENGAMBILAN KALORI YANG DIPERLUKAN DA...
 

Recently uploaded

INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 

Recently uploaded (20)

INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 

Lieur pisan ap_uji_kuantitatif_kh

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN “UJI KUANTITATIF KARBOHIDRAT” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ANALISIS PANGAN Dosen Pembimbing: Dr.Ir.Sahirman,Mp Disusun Oleh: KELOMPOK II 1. Febian Tuwage (06) 2. Ghina Ganiah Zahra (07) 3. Hasan Basri Zulkhan (08) 4. Irpan Fauzi (09) 5. Mirna Nurliana (10) 6. Yohani Dewi Utami (22) TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI (TPG) DEPARTEMEN PENDIDIKAN DIPLOMA EMPAT (D4) PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN/VEDCA CIANJUR JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER TAHUN ANGKATAN 2012-2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini serta tepat waktu dengan judul “Uji Kuantitatif Karbohidrat” Keberhasilan penyusun di dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari dorongan semua pihak yang telah membantu, baik saran maupun dukungan dan arahan serta do’a. Untuk itu penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr.Ir.Sahirman, Mp 2. Orangtua dan semua pihak serta semua rekan seperjuangan yang telah memberi dukungan kepada kami baik moril maupun materil sehingga penyusunan makalah ini dapat berlangsung dengan lancar. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun tata letak, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Cianjur, Maret 2013 Penyusun,
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 1 1.3 Waktu dan tempat ................................................................................................................ 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 2 2.1 Dasar Teori ......................................................................................................................... 2 BAB III METODE KERJA................................................................................................................ 6 3.1 Prinsip Kerja ........................................................................................................................ 6 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 6 3.3 Pembuatan Larutan ............................................................................................................... 7 BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................................. 9 BAB V PENUTUP ............................................................................................................................. 14 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 14 5.2 Saran ..................................................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 15
  • 4.
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks ilmu gizi karbohidrat mempunyai fungsi yang cukup banyak, daiantaranya adalah : a) sebagai sumber energi utama (1 gram = 4 kalori), b) ikut terlibat dalam metabolisme lemak, (terikat dengan sintesis asam lemak) c) menghemat protein (protein spater). Jika asupan karbohidrat mencukupi tubuh akan terhindar dari glukoneogenesis asam amino, d) glukosa sebagai sumber energi utama bagi otak dan sistem syaraf, e) sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen (glikogenesis) yang disimpan di hati dan otot, f) serat berfungsi memperbaiki kinerja peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan, punya efek hipolipidemik, efek hipoglikemik dan lain sebagainya. Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Salah satu metode yang digunakan dalam analisa kuantitatif ( menghitung jumlah kadar karbohidrat) yaitu Metode Luff Schoorl. Pada metode Luff Schrooll monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan.Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Dengan demikian maka kami melaksanakan praktik uji kuantitatif karbohidrat menggunakan metode Luff Schrooll pada sampel biskuit untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung pada sampel (biskuit). 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum unji kuantitatif karbohidrat pada biskuit adalah : 1. Dapat mengetahui kadar karbohidrat pada biskuit 2. Dapat menghitung kadar karbohidrat pada biskut 1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan uji kuantitatif karbohidrat pada biskuit dilaksanakan pada : Hari dan Tanggal : Senin, 19 maret 2013 Tempat : Laboratorium kimia VEDCA Cianjur 1
  • 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida). 2
  • 7. I. Klasifikasi karbohidrat A. Monosakarida Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa. B. Disakarida dan oligosakarida Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Bila sukrosa (sakarosa atau gula tebu). Terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa. Polisakarida Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik kerjanya. C. Polisakarida Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen, dan amilum. Luff Schrooll Uji karbohidrat yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992 yaitu analisis total karbohidrat dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Pada tahun 1936, International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis mempertimbangkan metode Luff- Schoorl sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menstandarkan analisis gula pereduksi karena metode Luff Schoorl saat itu menjadi metode yang resmi dipakai di pulau Jawa. Seluruh senyawa karbohidrat yang ada dipecah menjadi gula-gula sederhana (monosakarida) dengan bantuan asam, yaitu HCl, dan panas. Monosakarida yang terbentuk kemudian dianalisis dengan metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis dengan Metode Luff- 3
  • 8. Schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi Cu1+ oleh monosakarida. Monosakarida bebas akan mereduksi larutan basa dari garam logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri (SNI 01-2891-1992). Reaksi yang terjadi : Karbohidrat kompleks → gula sederhana (gula pereduksi) Gula pereduksi + 2 Cu2+ → Cu2O(s) 2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I- → 2 CuI2 → 2 CuI- + I2 I2 + 2S2O32- → 2 I- + S4O62- Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa Metode Luff-Schoorl dapat diaplikasikan untuk produk pangan yang mengandung gula dengan bobot molekuler yang rendah dan pati alami atau modifikasi. Kemampuan mereduksi dari gugus aldehid dan keton digunakan sebagai landasan dalam mengkuantitasi gula sederhana yang terbentuk. Tetapi reaksi reduksi antara gula dan tembaga sulfat sepertinya tidak stoikiometris dan sangat tergantung pada kondisi reaksi. Faktor utama yang mempengaruhi reaksi adalah waktu pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode ini dalam analisis gula adalah berkat kesabaran para ahli kimia yang memeriksa sifat empiris dari reaksi dan oleh karena itu dapat menghasilkan reaksi yang reprodusibel dan akurat (Southgate 1976). Fungsi Pereaksi dalam Metode Luff-Schoorl Pereaksi yang digunakan dalam metode Luff-Schoorl adalah CH3COOH 3%, Luff Schrool, KI 20%, Na2S2O3 0,1 N, NaOH 30%, H2SO4 25%, dan HCl 3%. HCl digunakan untuk menghidrolisis pati menjadi monosakarida, yang akan bereaksi dengan larutan uji Luff Schoorl dengan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+. Setelah proses hidrolisis selesai dilakukan, maka akan ditambahkan NaOH, yang berfungsi untuk menetralkan larutan sampel ditambahkan HCl. Asam asetat digunakan setelah proses penetralan dengan NaOH dengan maksud untuk menciptakan suasana yang sedikit asam. Dalam metode Luff-Schoorl, pH harus diperhatikan dengan cermat. Suasana yang terlalu asam akan menimbulkanoverestimated pada tahap titrasi sebab akan terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 (Harjadi 1994). O2 + 4I- + 4H+ → 2I2 + 2H2O Apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis). H2SO4 ditambahkan untuk mengikat ion tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida dengan pereaksi Luff-Schoorl, 4
  • 9. kemudian membentuk CuSO4. KI akan bereaksi dengan tembaga sulfat membentuk buih coklat kehitaman. Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode Luff Schoorl adalah titrasi dengan natrium tiosulfat (Harjadi 1994). Tahapan reaksi setelah penambahan asam sulfat, KI, dan titrasi dengan natrium tiosulfat : R – COH + CuO → CuO2 + R – COOH H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4 2CuI2 → Cu2I2 + I2 I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI Titrasi Reaksi dijalankan dengan titrasi yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Pada saat titrant yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titrant harus dihentikan , saat ini dinamakan titik akhir. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambahkan titrant disebut titrat. Penentuan Titik Akhir Titrasi Bila tidak digunakan alat sebagai indikator, maka titik akhir titrasi dilihat dari: 1. Perubahan warna, yakni larutan tidak berwarna menjadi berwarna tertentu, atau larutan berwarna lenyap warnanya, atau larutan berwarna berubah menjadi warna lain. 2. Kekeruhan, yakni larutan yang jernih menjadi keruh, atau sebaliknya. Bila titrasi dilakukan dengan menambahkan indicator, maka sering kali perubahan warna atau kekeruhan terjadi karena reaksi antara indikator dengan titrant. Bila tidak ditambahkan indicator, maka perubahan warna terjadi karena titrant dan/atau titrat mempunyai warna, tetapi has il-hasil reaksi tidak berwarna atau sebaliknya. Caontoh titrant berwarna ialah KMnO4 dan I2, sedangkan contoh titrat berwarna ialah I2 (dititrasi dengan Na2S2O3). Untuk titrasi yang baik, maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada saat titrant telah ekivalendenagn titrat. Pada umumnya, titika khir tidak tepat sama dengan titik ekivalaen, sehingga terjadi kesalahan titrasi. Salah satu sebab ketidakcocokan titik akhir dengan titik ekivalen ialah perlunya ada reaksi antara indicator dengan titrant sehingga menyebabkan kesalahan positif (jumlah yang dipakai lebih dari yang sesungguhnya diperlukan untuk ekivalen). 5
  • 10. BAB III METODE KERJA 3.1 Prinsip Kerja Hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+menjadi Cu+ dan kelebihan Cu2+ dapat dititrasi dengan metode iodometri (tidak langsung). 3.2 Alat dan Bahan No Alat Bahan 1. Erlenmeyer 500 ml, 250 ml Tepung Biskuit 2. Gelas ukur 1 L, 100 ml Aquadest 3. Corong butchner CH3COOH 3% 4. Bulp / pipet filler HCl 3% 5. Labu ukur 100 ml NaOH 30% 6. Corong gelas KIO3 7.. Spatula Kertas lakmus 8. Neraca analitik Larutan KI 20% 9. Pipet tetes Larutan H2SO4 25% 10. Pipet ukur Larutan H2SO4 2N 11. Pipet volume Larutan tiosulfat 0,1 N 12. Batu didih Indikator kanji/amilum 0,5% 13. Beaker glass Reagen Luff Schoorl 14. Pendingin tegak 15. Hot plate 16. Statif & Klem 17. Buret 18. Kertas saring 19. Es batu 6
  • 11. 3.3 Pembuatan Larutan a. NaOH 30% 1. Hitung NaOH yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH=0,3 x 100=30 gram. 2. Timbang dengan menggunaka gelas beacker 100 ml NaOH 30 gram. 3. Tambahkan sedikit aquades dengan hati-hati karena akan menghasilkan panas. Setelah larut masukkan kedalam labu ukur 100 ml. 4. Bilas gelas beacker tersebut dengan aquades sedikit demi sedikit dan masukkan bilasan tadi kedalam gelas ukur. 5. Encerkan NaOH tersebut dengan menambahkan aquades sampai batas tanda dan gojok hingga homogen. 6. Pindahkan kedalam botol reagen dan beri nama pembuatnya, tanggal dan tenda tengan pembuat. b. Pembakuan larutan tiosulfat 0,1 N Timbang 0,1 Ngram KIO3 kedalam erlenmeyer dan larutkan dengan 25 ml aquades. Tambahkan 5 ml larutan KI 20% dan 5 ml H2SO4 2N. Titrasi cepat dengan larutan tiosulfat 0,1N sampai larutan berwarna kuning. Tambahkan 5 ml amilum 0,5% dan lanjutkan titrasi sampai dengan larutan biru menjadi tidak berwarna. Konsentrasi normalitas larutan NaS2O3 N = gram KIO3 x ekivalen (BM/1000) x ml titrasi tio = g KIO3 0,03567 x mL tio c. Penentuan Karbohidrat 1. Timbang dengan seksama lebih kurang 5 gram cuplikan kedalam erlenmeyer 500 ml. 2. Tambahkan 200 ml larutan HCL 3% dan didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak. 3. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus atau phenolptalein) dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana larutan agak sedikit asam. 7
  • 12. 4. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 ml dan impitkan hingga tanda batas dan kemudian saring. 5. Pipet 10 ml saringan kedalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 25 ml larutan luff schoorl (dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 ml aquades. 6. Panaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3 menit (gunakan stopwach). Didihkan terus selama 10 menit (dihitung dari saat mulai mendidih dan gunakan stopwach) kemudian dengan cepat dinginkan dalam bak yang berisi air + es. 7. Setelah dingin tambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% secara perlahan. 8. Titar secepatnya dengan larutan tiosulfat 0,1N (gunakan petunjuk larutan kanji 0,5%). 9. Kerjakan juga blanko. 10. Perhitungan mg gula x Ntio/0,1 x fp Kadar karbohidrat = X 100% x 0,9 Ws x 1000 Ws = bobot cuplik (mg) Mg gula = glukosa yang terkandung untuk ml trio yang diergunakan (mg ), dari table Luff schoorl. Fp = Faktor pengenceran 8
  • 13. BAB IV PEMBAHASAN a. Standarisasi Larutan tiosulfat 0,1N No. W KIO3 V Na2S2O3 (ml) N Na2S2O3 N rata-rata 1. 0,1052 31,2 ml 0,0945 0,09638 N 2. 0,1263 36,05 0,0982 Dari percobaan menentukan standarisasi Larutan tio sulfat didapatkan data : Data 1 : W KIO3 = 0,1052 gr V Na2S2O3 = 31,2 ml N Na2S2O3 = gram KIO3 x ekivalen (BM/1000) x ml titrasi tio = g KIO3 0,03567 x mL tio = 0,1052 gr 0,03567 x 31,2 ml N Na2S2O3 = 0,0945 N Data 2 : W KIO3 = 0,1263 gr V Na2S2O3 = 36,05 ml N Na2S2O3 = gram KIO3 x ekivalen (BM/1000) x ml titrasi tio = g KIO3 0,03567 x mL tio = 0,1263 gr 0,03567 x 36,05 ml N Na2S2O3 = 0,0982 N Rata –rata N Na2S2O3 : N data 1 + N data 2 2 = 0,0945 N + 0,0982 N 2 = 0,09638 N 9
  • 14. b. Analisis sempel Ws VNa2S2O3(ML) Mg gula % KH % Rata - Blanko Sampel Dari tabel rata 5,005 gr 25,25 16,15 22,66mg 39,2722 % c. Perhitungan Mg gula x Ntio/0,1 x fp Kadar karbohidrat = X 100% x 0,9 Ws x 1000 Ws = bobot cuplik (mg) Mg gula = glukosa yang terkandung untuk ml trio yang diergunakan (mg ), dari table Luff school. Fp = Faktor pengenceran Dik : Ws = 5,005 gr Blanko = 25,25 ml Sampel = 16,15 Mg gula : blanko – sampel = 25,25 – 16,15 =9,10 *Lihat ditabel ketetapan gula menurut Luff Schrool Pada Na2S2O3 0,1 N nomer 9 untuk gula inversinya adalah = 22,4mg Pada Na2S2O3 0,1 N nomer 10 untuk gula inversinya adalah = 25,0mg Selisih dari keduanya adalah 25,0mg – 22,4mg = 2,6 mg =0,10 x 2,6 mg = 0,26mg Mg gula : 22,4 mg + 0,26mg = 22,66 mg gula FP = 500/5 = 100 10
  • 15. Mg gula x Ntio/0,1 x fp Kadar karbohidrat (KH) = X 100% x 0,9 Ws x 1000 22,66 x 0,09638/0,1 x 100 Kadar karbohidrat (KH) = X 100% x 0,9 5,005 x 1000 = 39,2722 % TABEL PENETAPAN GULA MENURUT LUFF SCHOORL Na2S2O3 0,1N Glukosa, fruktosa, gula Laktosa Maltose inversi mg mg 1 2.4 3.6 3.9 2 4.8 7.3 7.8 3 7.2 11.0 11.7 4 9.7 14.7 15.6 5 12.2 18.4 19.6 6 14.7 22.1 23.5 7 17.2 25.8 27.5 8 19.8 29.5 31.5 9 22.4 33.2 35.5 10 25.0 37.0 39.5 11 27.6 40.8 43.5 12 30.3 44.6 47.5 13 33.o 48.4 51.6 14 35.7 52.2 55.7 1`5 38.5 56.0 59.8 16 41.2 59.9 63.9 17 44.1 63.8 68.0 18 47.0 67.7 72.2 19 50.0 71.1 76.5 20 53.0 75.1 80.9 21 56.0 79.8 85.4 11
  • 16. Pembahasan Berdasarkan ketetapan SNI 01-2891-1992 Luff schrool merupakan metode yang dapat digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah biskuit. Timbang kurang lebih 5 gram cuplikan kedalam erlenmeyer 500 ml.Sample yang ditimbang dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan HCl 3% sebanyak 200 mL, penambahan HCl dimaksudkan untuk menghidrolisis karbohidrat, polimer karbohidrat sulit untuk bereaksi sehingga dengan penambahan asam, polimer akan terpecah menjadi monomer-monomer yang akan lebih mudah untuk bereaksi dengan senyawa lain. Hidrolisis pada sample dapat memisahkan karbohidrat dalam sample. Setelah ditambahkan HCl, campuran sample dan HCl dipanaskan dengan menggunakan pendingin tegak, selama 3 jam dalam suhu 250oC. Hal ini dilakukan supaya jumlah komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam sample tidak menguap (di refluks). Setelah dipanaskan, sample dalam Erlenmeyer dinetralkan dengan larutan NaOH 30%, sampai sample dan campuran didalamnya netral, untuk mengetahui apakah larutan sudah mencapai netral maka diperlukan uji kualitatif dengan menggunakan kertas lakmus biru. Jika larutan tidak berubah warna maka larutan sudah netral. Setelah larutan netral, kemudian ditambahkan CH3COOH atau asam lemah, penambahan asam asetat ini dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit asam. Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + 2H2O Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis). I2 + H2O HOI + I- + H+ 4HOI + S2O3= + H2O 2SO4= + 4I- + 6H+ Setelah itu larutan dipindahkan dalam labu ukur 500 mL, dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dan saring. Proses penyaringan dilakukan dengan saring butchner vacuum, sehingga proses penyaringan berlangsung cepat. Lalu kocok sampai larutan homogen. Setelah itu larutan tersebut dipipet 5 mL dengan pipet volume dan dimasukan dalam Erlenmeyer 500 mL. 12
  • 17. Setelah sample dimasukan dalam Erlenmeyer 500 mL, kemudian ditambahkan larutan luff schrool sebanyak 25 mL, dan 15 mL aquadest. Kemudian panaskan dengan pendingin tegak. Larutan luff schrool akan bereaksi dengan sample yang mengandung gula pereduksi R – COH + CuO Cu2O + R – COOH Campuran tersebut ditambahkan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping). Proses pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3 menit. Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam bak yang berisi es. Agar pendinginan berlangsung cepat, maka pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah campuran dingin kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25% perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI. Indicator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan indicator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir, hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat tajam. Maka berdasarkan praktikum dan perhitungan, kadar karbohidrat dalam sample biskuit adalah : 39,2722%. Dari data diatas menunjukkkan bahwa pengujian kualitatif karbohidrat blm sempurna atau kurang dari 40% ini mungkin disebabkan karena dalam pelaksanaan titrasi dengan tio sulfat0,1 N terlalu banyak. Tahapan reaksi yang terjadi adalah : R – COH + CuO CuO2 + R – COOH H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O CuSO4 + 2KI CuI2 + K2SO4 2CuI2 Cu2I2 + I2 I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI 13
  • 18. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan uji kualitatif karbohidrat ini dapat diambil kesimpulan yaitu : 1. Uji kualitatif karbohidrat dengan sampel biskuit dilakukan dengan metode luff schroll dikarenakan sesuai dengan ketetapan SNI 01-2891-1992. Dan menurut M.Verhaart di dalam penelitiannya dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. 2. Kita dapat mengetahui bagaimana caramenguji karbohidrat dengan metode luff schroll 3. Dan juga berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan maka karbohidrat total yang terdapatpada sampel tersebut adalah 39,2722% 5.2 Saran 1. Sebelum malakukan praktikum harus benar-benar menguasai prosedur, alat, bahan, dan lain yang diperlukan dalam praktikum. 2. Memakai jas laboratorium ketika melakukan praktikum. 3. Memakai alat pelindung diri jika memang diperlukan. 4. Tidak malakukan tindakan lain yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. 5. Menggunakan fasilitas yang disediakan dengan baik dan benar. 6. Menbersihkan tempat dan ruangan praktikum setelah selesai melakukan praktikum. 14
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Harjadi, W. 1994. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia. Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan & Pertanian. Yogyakarta : Liberty Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrat akses tanggal 27 maret 2013 http://bluishcaramelpillow.blogspot.com/2010/07/penetapan-karbohidrat-metode-luff.html 15