SlideShare a Scribd company logo
Tes Kuantitatif dan Kualitatif Lipid
1. Pendahuluan
Lipid didefinisikan sebagai molekul yang memiliki substansi bersebelahan yang terdiri
atas senyawa hidrokarbon aromatik dan alifatik (Small dan Zoeller, 2014). Lipid yang tidak
larut dalam air namun larut dalam pelarut organik ini meliputi pigmen, vitamin, asam lemak,
kolesterol, fosfolipid, sphingolipid, dan lain-lain (Kresge et al., 2010).
Suarsana (2010) membagi lipid menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, serta lipid
turunan. Lipid sederhana (homolipid) merupakan suatu bentuk ester yang mengandung C, H,
O dan apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak serta alkohol. Lipid majemuk
merupakan ester asam lemak dengan alkohol yang mengandung gugus lain. Sedangkan lipid
turunan adalah hasil hidrolisis kelompok lipid terdahulu.
Terlalu banyak lipid dalam tubuh dapat disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi
kalori yang berlebihan (Osfor, 2013). Kebiasaan ini merupakan salah satu penyebab utama
aterosklerosis, hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliserimia.
Lipid tersusun atas asam-asam lemak. Berdasarkan jenisnya, asam lemak dibagi
menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Sartika (2008) menyatakan bahwa asam lemak
jenuh adalah asam yang tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya, sedangkan
asam lemak tak jenuh adalah asam yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap pada rantai
karbonnya. Uji kualitatif maupun uji kuantitatif perlu dilakukan untuk mengetahui
karakteristik sampel lipid.
a. Tes Kualitatif Lipid
i. Tes Kelarutan
Uji kelarutan lipid dapat dilakukan dengan melarutkan
sampel yang mengandung lipid dalam pelarut polar dan non-polar.
Sampel yang mengandung lipid akan larut dalam pelarut non-polar
sebab lipid bersifat non-polar (Prihatmoko, 2014).
ii. Tes Emulsi
Lipid yang larut dalam etanol akan membentuk emulsi yang
memiliki penampilan seperti susu apabila ditambahkan beberapa
tetes air (Dwiarti, Khoe, Ermaji, 2014).
iii. Tes Penyabunan
Tes penyabunan atau saponifikasi adalah salah satu metode
pemurnian secara fisik yang dilakukan dengan menambahkan basa
pada minyak yang akan dimurnikan (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
Proses pembentukan sabun atau saponifikasi ini menghidrolisis
lemak atau minyak menggunakan basa (Fossum, 2012). Sabun hasil
hidrolisis ini akan membentuk struktur yang disebut misel dan
bersifat amfipatik. Dalam saponifikasi, larutan basa yang digunakan
untuk membuat sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH)
sedangkan untuk membuat sabun lunak digunakan Kalium Hidroksida
(KOH) (Naomi dkk., 2013).
iv. Tes Gliserol
Gliserol merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil
berjumlah tiga buah (Prasetyo dkk., 2012). Gliserol akan membentuk
akrolein yang berbau keras apabila terdehidratasi akibat
penambahan kalium bisulfit (Dwiarti, Khoe, Ermaji, 2014).
v. Tes Liebermann-Burchard
Tes ini akan memberikan warna hijau gelap pada sampel lipid
yang mengandung kolesterol (Atinafu dan Bedemo, 2011). Warna ini
timbul akibat reaksi gugus hidroksil (-OH) bereaksi dengan pereagen.
Warna ini dapat mengabsorbsi sinar UV spektrofotometer pada
panjang gelombang 640 nm.
vi. Tes Salkowski
Tes ini dilakukan untuk membuktikan keberadaan kolesterol
dalam sebuah sampel makanan dengan menggunakan ekstrak
kloroformik sehingga menghasilkan endapan berwarna cokelat
(Rahman dkk., 2010).
b. Tes Kuantitatif Lipid
i. Penentuan Angka Asam
Angka asam lemak bebas dapat dijadikan indikator untuk
menentukan apakah sampel lipid rusak atau tidak akibat proses
oksidasi dan hidrolisis (Sudarmadji, 1982 dalam Gunawan dkk., 2003).
Asam lemak bebas ini sukar dicerna oleh tubuh (Ketaren, 1986 dalam
Gunawan dkk., 2003). Semakin banyak asam lemak bebas, maka
sampel lipid semakin rusak.
ii. Penentuan Kadar Lemak Kasar (Crude Fat) Metode Manual
Darmasih (1997) menyatakan bahwa analisa lemak kasar
dibagi menjadi dua, yakni Cara Kering (Ekstraksi Panas) dan Cara
Basah (Ekstraksi Dingin). Analisa Cara Kering mengharuskan sampel
tidak mengandung kadar air yang tinggi sehingga menggunakan
pelarut yang bersifat tidak menyerap air pula agar bereaksi dengan
sampel. Analisa Cara Basah mengharuskan sampel memiliki kadar air
yang tinggi.
2. Tujuan
- Mengetahui karakteristik, jenis, serta berat lipid dalam sebuah sampel.
- Mengetahui cara pengujian kualitatif dan kuantitatif suatu sampel yang mengandung
lipid.
3. Analisis Prosedur
a. Tes Kualitatif
i. Tes Kelarutan
Asam lemak yang menyusun lipid memiliki sifat ampifatik dimana
salah satu ujung rantainya berupa karbon bermuatan yang bersifat hidrofilik
dan polar, sedangkan ujung rantai lainnya berupa karbon tidak bermuatan
yang bersifat hidrofobik dan non-polar. Sifat ampifatik inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan kelarutan lipid dalam pelarut polar dan non-
polar (Susanti dkk., 2011). Air dan etanol berperan sebagai pelarut polar,
sedangkan aseton, heksana dan kloroform sebagai pelarut non-polar
(Sugiharto, 2014).
ii. Tes Emulsi
Emulsi adalah material mengandung butiran-butiran kecil yang
berasal dari satu larutan yang terdispersi dalam larutan lainnya dan tidak
dapat bercampur satu sama lain. Penggunaan air dalam uji emulsi adalah agar
lipid tidak dapat terlarut sebab air dan lipid tidak dapat bercampur
(McClements dan Weiss, 2005). Penambahan H2SO4 pekat berfungsi untuk
mengekstraksi pelarut (Sugiharto, 2014).
iii. Tes Penyabunan
Penggunaan KOH sebagai basa kuat berfungsi memecah lipid menjadi
gliserol dan garam yang bersifat sabun (Herlina dan Ginting, 2002).
Penambahan NaCl berlebih berfungsi untuk menggumpalkan sabun sehingga
berbentuk padat (Ishma, 2016). Kloroform berfungsi sebagai pelarut yang
menarik asam lemak bebas (Dwiarti dkk., 2014).
iv. Tes Gliserol
Gliserol dapat diesterifikasi untuk menghasilkan senyawa turunan
gliserol berupa ester yang memiliki nilai jual lebih. Proses esterifikasi gliserol
dapat dikatalisasi oleh asam, salah satunya adalah H2SO4 (Prasetyo dkk.,
2012). Selain menjadi katalis, penambahan H2SO4 dilakukan agar ketika terjadi
pemanasan, proses polimerisasi dapat berlangsung setelah proses esterifikasi.
Adanya polimerisasi terhadap gliserol inilah yang menimbulkan bau plastik
terbakar ketika campuran gliserol dan H2SO4 dipanaskan (Handayani dkk.,
2006).
v. Tes Liebermann-Burchard
Penambahan kloroform dilakukan dengan tujuan untuk melarutkan
lipid yang terkandung dalam sampel (Sugiharto, 2014). Asam asetat
ditambahkan dengan tujuan menghasilkan senyawa triacetin ketika bereaksi
dengan gliserol (Satriadi, 2015). Triacetin akan bereaksi dengan asam sulfat
pekat dan menghasilkan warna hijau atau biru (Simaremare, 2014).
vi. Tes Salkowski
Kloroform ditambahkan dengan tujuan melarutkan lipid dalam
sampel (Sugiharto, 2014). Asam sulfat yang ditambahkan akan bereaksi
dengan sampel menghasilkan warna kecoklatan yang menandakan adanya
kandungan triterpenoid (Sangi dkk., 2008 dalam Dewi dkk, 2013).
b. Tes Kuantitatif
i. Penentuan Angka Asam
Teknik titrasi yang dilakukan untuk menentukan angka asam dalam
sampel mengandung lipid merupakan titrasi asidi-alkalimetri. Pemilihan
metode asidi-alkalimetri dikarenakan metode ini merupakan titrasi asam basa
yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam yang belum diketahui
(Oka dkk., 2011 dalam Putri dkk., 2014). Phenolphtalein berfungsi sebagai
indikator perubahan warna (dari bening menjadi merah muda) yang
menandakan bahwa larutan berada dalam suasana basa akibat penambahan
basa NaOH ketika titrasi. Alkohol digunakan karena kemampuan alkohol untuk
menarik air yang melingkupi lipid sehingga terjadi fase pemisahan lipid dan air
(Putri dkk., 2014).
ii. Penentuan Kadar Crude Fat Metode Manual
Metode Gravimetri merupakan salah satu metode konvensional
untuk menguji sampel secara kuantitatif. Metode ini didasarkan pada
pengukuran massa senyawa. Penyaringan yang dilakukan selama pengujian
bertujuan untuk mendapatkan hasil kering lipid yang sudah tidak
mengandung kadar cairan apapun (Suhanda, 2010). Kloroform digunakan
untuk melarutkan lipid (Sugiharto, 2014). Rasio kloroform lebih besar
dibandingkan dengan etanol agar pelarutan berjalan sempurna. Setelah larut,
sterol dalam lipid diekstrak menggunakan etanol. Pengocokan dengan
aquadest bertujuan menghilangkan etanol dan kloroform dari sampel.
Pengeringan berfungsi untuk menghilangkan kadar air, etanol, dan kloroform
yang mungkin masih tersisa (Marliyati dkk., 2005).
4. Data dan Pembahasan
c. Tes Kualitatif
i. Tes Kelarutan
Tabel 1. Hasil Uji Kelarutan Minyak Jagung
Air Etanol Aseton Heksana Kloroform
Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut
Tabel diatas menunjukkan kelarutan minyak jagung sesuai sifat lipid.
Dalam pelarut polar seperti air dan etanol, minyak jagung tidak larut. Minyak
jagung terpisah dari air, dan berada pada tengah-tengah permukaan air.
Ketika dilarutkan dengan etanol, minyak jagung ternyata mengendap di dasar
tabung dan terpisah dari pelarutnya. Minyak jagung yang mengambang dalam
pelarut air namun mengendap dalam pelarut etanol dapat disebabkan oleh
perbedaan massa jenis antara minyak dan pelarut polar. Air memiliki massa
jenis yang lebih besar dibandingkan minyak jagung, sehingga minyak jagung
mengambang. Etanol memiliki massa jenis yang lebih rendah dibandingkan
minyak jagung, sehingga minyak mengendap. Sedangkan ketika diberi pelarut
non-polar yaitu aseton, heksana, dan kloroform, minyak jagung bercampur
sempurna (larut).
ii. Tes Emulsi
Tabel 2. Hasil Uji Emulsi Minyak Jagung
Pelarut
Minyak Jagung
Tabung 1 Tabung 2
Air Tidak larut Tidak larut
ditambah H2SO4 Terbentuk cincin putih
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa emulsi minyak jagung akan
membentuk cincin pada bagian permukaan larutan yang menempel pada
dinding tabung. Tabung 2 (dua) yang berisi air dan minyak akan membentuk
emulsi setelah ditambahkan H2SO4, sedangkan tabung 1 (satu) yang tidak
ditambahkan asam sulfat tidak akan membentuk emulsi.
iii. Tes Penyabunan
Gambar 1. Hasil Uji Penyabunan Minyak Jagung
Gambar tersebut menunjukkan hasil saponifikasi minyak jagung.
Proses penyabunan menghasilkan endapan pada bagian dasar tabung.
Endapan ini bersifat padat serta tidak bergerak ketika dikocok. Apabila
dilakukan pengocokkan dengan kuat selama beberapa kali, busa akan muncul
pada tabung yang menandakan bahwa terdapat produk bersifat sabun dalam
tabung. Akan tetapi, endapan yang terbentuk hanya berupa bagian kecil dan
busa yang dihasilkan tidak banyak, sehingga minyak jagung kurang tepat
untuk dijadikan bahan dasar sabun.
iv. Tes Gliserol
Tabel 3. Hasil Uji Gliserol Minyak Jagung dan Mentega Filma
Sampel Waktu Hasil
Minyak 7 menit
Mengeluarkan bau dan berubah
menjadi padatan
Mentega 6 menit 34 detik Berubah menjadi cairan berwarna hitam
Tabel diatas menunjukkan bahwa minyak jagung membutuhkan
waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan mentega untuk
menampilkan hasil reaksi pengujian gliserol. Bau yang tercium ketika
pemanasan dilakukan menyerupai bau plastik terbakar. Baik minyak maupun
mentega mengalami perubahan wujud setelah pemanasan.
v. Tes Liebermann-Burchard
Tabel 4. Hasil Uji Liebermann-Burchard Kuning Telur
H2SO4 Fisik Warna
2 tetes
Kuning telur
menggumpal menjadi
padatan-padatan kecil
Kuning
12 tetes
Kuning telur
menggumpal menjadi
satu padatan
Kuning kecoklatan
17 tetes
Kuning telur
menggumpal menjadi
satu padatan
Kuning kecoklatan
pada permukaan dan
hijau tua pada bagian
bawah
Tabel diatas menunjukkan perubahan warna yang terjadi sesuai
dengan metode Liebermann-Burchard pada sampel kuning telur sebanyak 15
tetes. Meskipun warna hijau yang dihasilkan tidak pekat, namun adanya
perubahan warna ini menunjukkan keberadaan kolesterol dalam kuning telur.
vi. Tes Salkowski
Gambar 2. Hasil Uji Salkowski Kuning Telur
Gambar diatas menunjukkan perubahan yang terjadi dalam metode
reaksi Salkowski. Setelah penambahan H2SO4 dan pengocokkan
menggunakan vortexor, perubahan warna menjadi ungu kecoklatan terjadi
pada dasar tabung sedangkan endapan kuning telur terdapat pada
permukaan larutan. Endapan ini bersifat padat serta tidak larut dalam larutan
meski telah dikocok.
d. Tes Kuantitatif
i. Penentuan Angka Asam
Tabel 5. Perbandingan Hasil Uji Penentuan Angka Asam Berbagai Jenis Minyak
Kelompok Minyak NaOH (mL)
Angka Asam
(g/mL)
1 Canola 0.8 0.00008415
2 Jagung 2 0.00075735
3 Filma 0.9 0.00014025
4 Sania 1 0.00019635
5 Wijen 1 0.00019635
6 Kedelai 1.35 0.00039270
7 Sawit (Sedaap) 0.9 0.00014025
8
Sawit
(Tropical)
1 0.00019635
9 Sawit (Bimoli) 0.8 0.00008415
10 Barco 1.2 0.00030855
Tabel diatas menunjukkan bahwa angka asam setiap jenis minyak
cenderung bernilai kecil, dibawah 0.001 g/mL. Nilai angka asam tertinggi
terdapat pada minyak jagung yakni 0.00075735 g/mL. Sedangkan nilai angka
asam terendah terdapat pada minyak canola dan minyak bimoli yakni
0.00008415 g/mL. Penghitungan angka asam dilakukan dengan rumus :
Angka asam =
(VNaOH − Vblanko) × NNaOH × 56.1
1000
berat sampel
dimana Vblanko adalah 0.65 mL dan normalitas NaOH adalah 0.1 N.
Dengan pengasumsian 1 mL = 1 g, maka berat sampel minyak adalah 10 g (10
mL). Pembagian dengan 1000 dilakukan untuk mengubah volume titran
(NaOH) menjadi L dari mL.
ii. Penentuan Kadar Lemak Kasar (Crude Fat) Metode Manual
Tabel 6. Hasil Uji Penentuan Kadar Crude Fat Mentega FIlma
Berat Sampel
(g)
Berat Basah
(g)
Berat Kering
(g)
Kadar Crude
Fat (g)
45.8551 75.8559 48.0532 60.63%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sampel mentega filma memiliki
kadar lemak kasar sebesar 60.63%. Berat yang ditimbang merupakan berat
total dari labu Erlenmeyer, sampel mentega, serta kertas alumunium foil.
Penghitungan kadar lemak kasar didasari pada rumus berikut :
Kadar 𝑐𝑟𝑢𝑑𝑒 𝑓𝑎𝑡 =
(Berat Basah − Berat Kering)
Berat Sampel
× 100%

More Related Content

What's hot

Alkohol dan fenol
Alkohol dan fenolAlkohol dan fenol
Alkohol dan fenolXINYOUWANZ
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
lee_walker94
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
alvi lmp
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
Astri Maulida
 
Laporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuniLaporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuni
aji indras
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
AgataMelati
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
Wd-Amalia Wd-Amalia
 
Lemak
LemakLemak
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
Ridha Faturachmi
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
praktikum biokimia
praktikum biokimiapraktikum biokimia
praktikum biokimia
Susiie Welewele
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
aufia w
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Dian Khairunnisa
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
kiralovely
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
Ernalia Rosita
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
UNESA
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
srinova uli
 

What's hot (20)

Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Alkohol dan fenol
Alkohol dan fenolAlkohol dan fenol
Alkohol dan fenol
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Laporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuniLaporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuni
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
 
Karbohidrat i
Karbohidrat iKarbohidrat i
Karbohidrat i
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
praktikum biokimia
praktikum biokimiapraktikum biokimia
praktikum biokimia
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
Karbohidrat II
Karbohidrat IIKarbohidrat II
Karbohidrat II
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 

Similar to Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid

Uji safonifikasi
Uji safonifikasiUji safonifikasi
Uji safonifikasi
Ernalia Rosita
 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
audya nurfadillah
 
Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4
agta liem agta
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
Raden Saputra
 
Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1
erwantihutri
 
Laporan lipid
Laporan lipidLaporan lipid
Laporan lipid
Elisa Elisa
 
Laporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasiLaporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasiMalikul Mulki
 
Modul 2 tes kualitatif dan kuantitatif karbohidrat
Modul 2   tes kualitatif dan kuantitatif karbohidratModul 2   tes kualitatif dan kuantitatif karbohidrat
Modul 2 tes kualitatif dan kuantitatif karbohidrat
Venansi Viktaria
 
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Malikul Mulki
 
Pembuatan koloid kelp 1
Pembuatan koloid kelp 1Pembuatan koloid kelp 1
Pembuatan koloid kelp 1
Ahmeed Azhari
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
Mardiana
 
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docxPRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
LyuraaForg
 
Sifat asam dan basa senyawa organik
Sifat asam dan basa senyawa organik Sifat asam dan basa senyawa organik
Sifat asam dan basa senyawa organik
Meilani Kharlia Putri
 
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
sanoptri
 
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XIBab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bayu Ariantika Irsan
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
Hidayati Rusnedy
 
Bab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xiBab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xiSinta Sry
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
wafiqasfari
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 

Similar to Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid (20)

Uji safonifikasi
Uji safonifikasiUji safonifikasi
Uji safonifikasi
 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
 
Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1
 
Laporan lipid
Laporan lipidLaporan lipid
Laporan lipid
 
Laporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasiLaporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasi
 
Modul 2 tes kualitatif dan kuantitatif karbohidrat
Modul 2   tes kualitatif dan kuantitatif karbohidratModul 2   tes kualitatif dan kuantitatif karbohidrat
Modul 2 tes kualitatif dan kuantitatif karbohidrat
 
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
 
Pembuatan koloid kelp 1
Pembuatan koloid kelp 1Pembuatan koloid kelp 1
Pembuatan koloid kelp 1
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docxPRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
 
Sifat asam dan basa senyawa organik
Sifat asam dan basa senyawa organik Sifat asam dan basa senyawa organik
Sifat asam dan basa senyawa organik
 
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
 
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XIBab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
 
Bab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xiBab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xi
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 

More from Venansi Viktaria

Cri du chat syndrome
Cri du chat syndromeCri du chat syndrome
Cri du chat syndrome
Venansi Viktaria
 
Modul 5 tes kualitatif enzim
Modul 5   tes kualitatif enzimModul 5   tes kualitatif enzim
Modul 5 tes kualitatif enzim
Venansi Viktaria
 
Modul 4 tes kualitatif dan tes kuantitatif protein
Modul 4   tes kualitatif dan tes kuantitatif proteinModul 4   tes kualitatif dan tes kuantitatif protein
Modul 4 tes kualitatif dan tes kuantitatif protein
Venansi Viktaria
 
Eritroblastosis Fetalis
Eritroblastosis FetalisEritroblastosis Fetalis
Eritroblastosis Fetalis
Venansi Viktaria
 
Hukum Total Peluang
Hukum Total PeluangHukum Total Peluang
Hukum Total Peluang
Venansi Viktaria
 
Fusi Protoplasma
Fusi ProtoplasmaFusi Protoplasma
Fusi Protoplasma
Venansi Viktaria
 

More from Venansi Viktaria (6)

Cri du chat syndrome
Cri du chat syndromeCri du chat syndrome
Cri du chat syndrome
 
Modul 5 tes kualitatif enzim
Modul 5   tes kualitatif enzimModul 5   tes kualitatif enzim
Modul 5 tes kualitatif enzim
 
Modul 4 tes kualitatif dan tes kuantitatif protein
Modul 4   tes kualitatif dan tes kuantitatif proteinModul 4   tes kualitatif dan tes kuantitatif protein
Modul 4 tes kualitatif dan tes kuantitatif protein
 
Eritroblastosis Fetalis
Eritroblastosis FetalisEritroblastosis Fetalis
Eritroblastosis Fetalis
 
Hukum Total Peluang
Hukum Total PeluangHukum Total Peluang
Hukum Total Peluang
 
Fusi Protoplasma
Fusi ProtoplasmaFusi Protoplasma
Fusi Protoplasma
 

Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid

  • 1. Tes Kuantitatif dan Kualitatif Lipid 1. Pendahuluan Lipid didefinisikan sebagai molekul yang memiliki substansi bersebelahan yang terdiri atas senyawa hidrokarbon aromatik dan alifatik (Small dan Zoeller, 2014). Lipid yang tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik ini meliputi pigmen, vitamin, asam lemak, kolesterol, fosfolipid, sphingolipid, dan lain-lain (Kresge et al., 2010). Suarsana (2010) membagi lipid menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, serta lipid turunan. Lipid sederhana (homolipid) merupakan suatu bentuk ester yang mengandung C, H, O dan apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak serta alkohol. Lipid majemuk merupakan ester asam lemak dengan alkohol yang mengandung gugus lain. Sedangkan lipid turunan adalah hasil hidrolisis kelompok lipid terdahulu. Terlalu banyak lipid dalam tubuh dapat disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi kalori yang berlebihan (Osfor, 2013). Kebiasaan ini merupakan salah satu penyebab utama aterosklerosis, hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliserimia. Lipid tersusun atas asam-asam lemak. Berdasarkan jenisnya, asam lemak dibagi menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Sartika (2008) menyatakan bahwa asam lemak jenuh adalah asam yang tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya, sedangkan asam lemak tak jenuh adalah asam yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Uji kualitatif maupun uji kuantitatif perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik sampel lipid. a. Tes Kualitatif Lipid i. Tes Kelarutan Uji kelarutan lipid dapat dilakukan dengan melarutkan sampel yang mengandung lipid dalam pelarut polar dan non-polar. Sampel yang mengandung lipid akan larut dalam pelarut non-polar sebab lipid bersifat non-polar (Prihatmoko, 2014). ii. Tes Emulsi Lipid yang larut dalam etanol akan membentuk emulsi yang memiliki penampilan seperti susu apabila ditambahkan beberapa tetes air (Dwiarti, Khoe, Ermaji, 2014). iii. Tes Penyabunan Tes penyabunan atau saponifikasi adalah salah satu metode pemurnian secara fisik yang dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan (Zulkifli dan Estiasih, 2014). Proses pembentukan sabun atau saponifikasi ini menghidrolisis lemak atau minyak menggunakan basa (Fossum, 2012). Sabun hasil hidrolisis ini akan membentuk struktur yang disebut misel dan bersifat amfipatik. Dalam saponifikasi, larutan basa yang digunakan untuk membuat sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) sedangkan untuk membuat sabun lunak digunakan Kalium Hidroksida (KOH) (Naomi dkk., 2013). iv. Tes Gliserol Gliserol merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumlah tiga buah (Prasetyo dkk., 2012). Gliserol akan membentuk akrolein yang berbau keras apabila terdehidratasi akibat penambahan kalium bisulfit (Dwiarti, Khoe, Ermaji, 2014). v. Tes Liebermann-Burchard
  • 2. Tes ini akan memberikan warna hijau gelap pada sampel lipid yang mengandung kolesterol (Atinafu dan Bedemo, 2011). Warna ini timbul akibat reaksi gugus hidroksil (-OH) bereaksi dengan pereagen. Warna ini dapat mengabsorbsi sinar UV spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. vi. Tes Salkowski Tes ini dilakukan untuk membuktikan keberadaan kolesterol dalam sebuah sampel makanan dengan menggunakan ekstrak kloroformik sehingga menghasilkan endapan berwarna cokelat (Rahman dkk., 2010). b. Tes Kuantitatif Lipid i. Penentuan Angka Asam Angka asam lemak bebas dapat dijadikan indikator untuk menentukan apakah sampel lipid rusak atau tidak akibat proses oksidasi dan hidrolisis (Sudarmadji, 1982 dalam Gunawan dkk., 2003). Asam lemak bebas ini sukar dicerna oleh tubuh (Ketaren, 1986 dalam Gunawan dkk., 2003). Semakin banyak asam lemak bebas, maka sampel lipid semakin rusak. ii. Penentuan Kadar Lemak Kasar (Crude Fat) Metode Manual Darmasih (1997) menyatakan bahwa analisa lemak kasar dibagi menjadi dua, yakni Cara Kering (Ekstraksi Panas) dan Cara Basah (Ekstraksi Dingin). Analisa Cara Kering mengharuskan sampel tidak mengandung kadar air yang tinggi sehingga menggunakan pelarut yang bersifat tidak menyerap air pula agar bereaksi dengan sampel. Analisa Cara Basah mengharuskan sampel memiliki kadar air yang tinggi. 2. Tujuan - Mengetahui karakteristik, jenis, serta berat lipid dalam sebuah sampel. - Mengetahui cara pengujian kualitatif dan kuantitatif suatu sampel yang mengandung lipid. 3. Analisis Prosedur a. Tes Kualitatif i. Tes Kelarutan Asam lemak yang menyusun lipid memiliki sifat ampifatik dimana salah satu ujung rantainya berupa karbon bermuatan yang bersifat hidrofilik dan polar, sedangkan ujung rantai lainnya berupa karbon tidak bermuatan yang bersifat hidrofobik dan non-polar. Sifat ampifatik inilah yang menyebabkan adanya perbedaan kelarutan lipid dalam pelarut polar dan non- polar (Susanti dkk., 2011). Air dan etanol berperan sebagai pelarut polar, sedangkan aseton, heksana dan kloroform sebagai pelarut non-polar (Sugiharto, 2014). ii. Tes Emulsi Emulsi adalah material mengandung butiran-butiran kecil yang berasal dari satu larutan yang terdispersi dalam larutan lainnya dan tidak dapat bercampur satu sama lain. Penggunaan air dalam uji emulsi adalah agar lipid tidak dapat terlarut sebab air dan lipid tidak dapat bercampur (McClements dan Weiss, 2005). Penambahan H2SO4 pekat berfungsi untuk mengekstraksi pelarut (Sugiharto, 2014).
  • 3. iii. Tes Penyabunan Penggunaan KOH sebagai basa kuat berfungsi memecah lipid menjadi gliserol dan garam yang bersifat sabun (Herlina dan Ginting, 2002). Penambahan NaCl berlebih berfungsi untuk menggumpalkan sabun sehingga berbentuk padat (Ishma, 2016). Kloroform berfungsi sebagai pelarut yang menarik asam lemak bebas (Dwiarti dkk., 2014). iv. Tes Gliserol Gliserol dapat diesterifikasi untuk menghasilkan senyawa turunan gliserol berupa ester yang memiliki nilai jual lebih. Proses esterifikasi gliserol dapat dikatalisasi oleh asam, salah satunya adalah H2SO4 (Prasetyo dkk., 2012). Selain menjadi katalis, penambahan H2SO4 dilakukan agar ketika terjadi pemanasan, proses polimerisasi dapat berlangsung setelah proses esterifikasi. Adanya polimerisasi terhadap gliserol inilah yang menimbulkan bau plastik terbakar ketika campuran gliserol dan H2SO4 dipanaskan (Handayani dkk., 2006). v. Tes Liebermann-Burchard Penambahan kloroform dilakukan dengan tujuan untuk melarutkan lipid yang terkandung dalam sampel (Sugiharto, 2014). Asam asetat ditambahkan dengan tujuan menghasilkan senyawa triacetin ketika bereaksi dengan gliserol (Satriadi, 2015). Triacetin akan bereaksi dengan asam sulfat pekat dan menghasilkan warna hijau atau biru (Simaremare, 2014). vi. Tes Salkowski Kloroform ditambahkan dengan tujuan melarutkan lipid dalam sampel (Sugiharto, 2014). Asam sulfat yang ditambahkan akan bereaksi dengan sampel menghasilkan warna kecoklatan yang menandakan adanya kandungan triterpenoid (Sangi dkk., 2008 dalam Dewi dkk, 2013). b. Tes Kuantitatif i. Penentuan Angka Asam Teknik titrasi yang dilakukan untuk menentukan angka asam dalam sampel mengandung lipid merupakan titrasi asidi-alkalimetri. Pemilihan metode asidi-alkalimetri dikarenakan metode ini merupakan titrasi asam basa yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam yang belum diketahui (Oka dkk., 2011 dalam Putri dkk., 2014). Phenolphtalein berfungsi sebagai indikator perubahan warna (dari bening menjadi merah muda) yang menandakan bahwa larutan berada dalam suasana basa akibat penambahan basa NaOH ketika titrasi. Alkohol digunakan karena kemampuan alkohol untuk menarik air yang melingkupi lipid sehingga terjadi fase pemisahan lipid dan air (Putri dkk., 2014). ii. Penentuan Kadar Crude Fat Metode Manual Metode Gravimetri merupakan salah satu metode konvensional untuk menguji sampel secara kuantitatif. Metode ini didasarkan pada pengukuran massa senyawa. Penyaringan yang dilakukan selama pengujian bertujuan untuk mendapatkan hasil kering lipid yang sudah tidak mengandung kadar cairan apapun (Suhanda, 2010). Kloroform digunakan untuk melarutkan lipid (Sugiharto, 2014). Rasio kloroform lebih besar dibandingkan dengan etanol agar pelarutan berjalan sempurna. Setelah larut, sterol dalam lipid diekstrak menggunakan etanol. Pengocokan dengan aquadest bertujuan menghilangkan etanol dan kloroform dari sampel.
  • 4. Pengeringan berfungsi untuk menghilangkan kadar air, etanol, dan kloroform yang mungkin masih tersisa (Marliyati dkk., 2005). 4. Data dan Pembahasan c. Tes Kualitatif i. Tes Kelarutan Tabel 1. Hasil Uji Kelarutan Minyak Jagung Air Etanol Aseton Heksana Kloroform Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Tabel diatas menunjukkan kelarutan minyak jagung sesuai sifat lipid. Dalam pelarut polar seperti air dan etanol, minyak jagung tidak larut. Minyak jagung terpisah dari air, dan berada pada tengah-tengah permukaan air. Ketika dilarutkan dengan etanol, minyak jagung ternyata mengendap di dasar tabung dan terpisah dari pelarutnya. Minyak jagung yang mengambang dalam pelarut air namun mengendap dalam pelarut etanol dapat disebabkan oleh perbedaan massa jenis antara minyak dan pelarut polar. Air memiliki massa jenis yang lebih besar dibandingkan minyak jagung, sehingga minyak jagung mengambang. Etanol memiliki massa jenis yang lebih rendah dibandingkan minyak jagung, sehingga minyak mengendap. Sedangkan ketika diberi pelarut non-polar yaitu aseton, heksana, dan kloroform, minyak jagung bercampur sempurna (larut). ii. Tes Emulsi Tabel 2. Hasil Uji Emulsi Minyak Jagung Pelarut Minyak Jagung Tabung 1 Tabung 2 Air Tidak larut Tidak larut ditambah H2SO4 Terbentuk cincin putih Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa emulsi minyak jagung akan membentuk cincin pada bagian permukaan larutan yang menempel pada dinding tabung. Tabung 2 (dua) yang berisi air dan minyak akan membentuk emulsi setelah ditambahkan H2SO4, sedangkan tabung 1 (satu) yang tidak ditambahkan asam sulfat tidak akan membentuk emulsi. iii. Tes Penyabunan Gambar 1. Hasil Uji Penyabunan Minyak Jagung Gambar tersebut menunjukkan hasil saponifikasi minyak jagung. Proses penyabunan menghasilkan endapan pada bagian dasar tabung. Endapan ini bersifat padat serta tidak bergerak ketika dikocok. Apabila dilakukan pengocokkan dengan kuat selama beberapa kali, busa akan muncul pada tabung yang menandakan bahwa terdapat produk bersifat sabun dalam
  • 5. tabung. Akan tetapi, endapan yang terbentuk hanya berupa bagian kecil dan busa yang dihasilkan tidak banyak, sehingga minyak jagung kurang tepat untuk dijadikan bahan dasar sabun. iv. Tes Gliserol Tabel 3. Hasil Uji Gliserol Minyak Jagung dan Mentega Filma Sampel Waktu Hasil Minyak 7 menit Mengeluarkan bau dan berubah menjadi padatan Mentega 6 menit 34 detik Berubah menjadi cairan berwarna hitam Tabel diatas menunjukkan bahwa minyak jagung membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan mentega untuk menampilkan hasil reaksi pengujian gliserol. Bau yang tercium ketika pemanasan dilakukan menyerupai bau plastik terbakar. Baik minyak maupun mentega mengalami perubahan wujud setelah pemanasan. v. Tes Liebermann-Burchard Tabel 4. Hasil Uji Liebermann-Burchard Kuning Telur H2SO4 Fisik Warna 2 tetes Kuning telur menggumpal menjadi padatan-padatan kecil Kuning 12 tetes Kuning telur menggumpal menjadi satu padatan Kuning kecoklatan 17 tetes Kuning telur menggumpal menjadi satu padatan Kuning kecoklatan pada permukaan dan hijau tua pada bagian bawah Tabel diatas menunjukkan perubahan warna yang terjadi sesuai dengan metode Liebermann-Burchard pada sampel kuning telur sebanyak 15 tetes. Meskipun warna hijau yang dihasilkan tidak pekat, namun adanya perubahan warna ini menunjukkan keberadaan kolesterol dalam kuning telur. vi. Tes Salkowski Gambar 2. Hasil Uji Salkowski Kuning Telur Gambar diatas menunjukkan perubahan yang terjadi dalam metode reaksi Salkowski. Setelah penambahan H2SO4 dan pengocokkan menggunakan vortexor, perubahan warna menjadi ungu kecoklatan terjadi pada dasar tabung sedangkan endapan kuning telur terdapat pada
  • 6. permukaan larutan. Endapan ini bersifat padat serta tidak larut dalam larutan meski telah dikocok. d. Tes Kuantitatif i. Penentuan Angka Asam Tabel 5. Perbandingan Hasil Uji Penentuan Angka Asam Berbagai Jenis Minyak Kelompok Minyak NaOH (mL) Angka Asam (g/mL) 1 Canola 0.8 0.00008415 2 Jagung 2 0.00075735 3 Filma 0.9 0.00014025 4 Sania 1 0.00019635 5 Wijen 1 0.00019635 6 Kedelai 1.35 0.00039270 7 Sawit (Sedaap) 0.9 0.00014025 8 Sawit (Tropical) 1 0.00019635 9 Sawit (Bimoli) 0.8 0.00008415 10 Barco 1.2 0.00030855 Tabel diatas menunjukkan bahwa angka asam setiap jenis minyak cenderung bernilai kecil, dibawah 0.001 g/mL. Nilai angka asam tertinggi terdapat pada minyak jagung yakni 0.00075735 g/mL. Sedangkan nilai angka asam terendah terdapat pada minyak canola dan minyak bimoli yakni 0.00008415 g/mL. Penghitungan angka asam dilakukan dengan rumus : Angka asam = (VNaOH − Vblanko) × NNaOH × 56.1 1000 berat sampel dimana Vblanko adalah 0.65 mL dan normalitas NaOH adalah 0.1 N. Dengan pengasumsian 1 mL = 1 g, maka berat sampel minyak adalah 10 g (10 mL). Pembagian dengan 1000 dilakukan untuk mengubah volume titran (NaOH) menjadi L dari mL. ii. Penentuan Kadar Lemak Kasar (Crude Fat) Metode Manual Tabel 6. Hasil Uji Penentuan Kadar Crude Fat Mentega FIlma Berat Sampel (g) Berat Basah (g) Berat Kering (g) Kadar Crude Fat (g) 45.8551 75.8559 48.0532 60.63% Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sampel mentega filma memiliki kadar lemak kasar sebesar 60.63%. Berat yang ditimbang merupakan berat total dari labu Erlenmeyer, sampel mentega, serta kertas alumunium foil. Penghitungan kadar lemak kasar didasari pada rumus berikut : Kadar 𝑐𝑟𝑢𝑑𝑒 𝑓𝑎𝑡 = (Berat Basah − Berat Kering) Berat Sampel × 100%