SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sistem ganda merupakan upaya dari lembaga pendidikan
kejuruan untuk melaksanakan kegiatan belajarnya di dalam lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan sekolah,
Praktik Kerja Lapangan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan kejuruan yang memadukan secara sistemik dan sinkron program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
bekerja langsung di dunia kerja.
Setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik Teknik maupun Non
teknik diwajibkan untuk memberangkatkan siswa dan siswi mereka untuk
melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan praktik ini
dilakukan diberbagai Perusahaan/Instansi milik Negara maupun Swasta guna
untuk melatih keterampilan dan mental.
Kegiatan praktik ini sangat menguntungkan siswa dan siswi karena dapat
menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Pekerjaan Administrasi dan
Manajemen, pengalaman serta keprofesionalan dalam melakukan suatu bidang
pekerjaan. Di samping itu, kegiatan praktik ini sangat berpengaruh terhadap nilai
kelulusan siswa siswi di sekolah.
Karena merupakan kenyataan bahwa pendidikan khususnya Pendidikan
Sekolah Kejuruan nonteknik belum sepenuhnya menyiapkan tenaga terampil
yang siap bekerjasama secara mahir atau profesional, mungkin dengan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini dapat membantu siswa dan siswi lebih terampil dalam
dunia usaha.
2
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan umum
Siswa mampu melaksanakan latihan kerja di tempat PKL untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kerja.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Siswa dapat menerapkan ilmu yang telah didapat di sekolah,
sehingga dapat memperkuat kompetensi sesuai keahlian masing-
masing.
b. Siswa dapat mengenal langsung lapangan pekerjaan yang akan
dihadapi sesuai dengan program keahlian masing-masing.
c. Siswa dapat melatih kedisiplinan, tanggungjawab, serta budaya
kerja sebagai bekal menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
d. Siswa dapat mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga kerja yang
terampil, berdedikasi tinggi, serta memiliki kinerja yang tinggi
sesuai dengan program keahlian yang ditempuh di sekolah.
1.3 Manfaat Kegiatan
1. Bagi Siswa
a. Mendapatkan pengalanam nyata terkait dengan aplikasi ilmu
sesuai dengan program keahlian.
b. Mendapatkan kesempatan menerapkan ilmu yang diperoleh di
sekolah dengan kenyataan di dunia kerja.
c. Mendapatkan permasalahan di dunia kerja yang dapat
meningkatkan pengetahuan sesuai dengan program keahlian.
3
2. Bagi Sekolah
a. Memoeroleh informasi tentang kondisi nyata di dunia kerja yang
berguna dalam peningkatan kualitas lulusan SMK Ma’arif NU 2
Ajibarang.
b. Memperoleh link and match antara smk dan dunia kerja serta
dunia industri.
3. Bagi Mitra PKL
a. Mitra PKL dapat memanfaatkan peserta PKL sesuai dengan
kebutuhan.
b. Mitra PKL mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah
dikenal kemampuannya.
4
BAB II
PROGRAM KEGIATAN PKL
Program kegiatan PKL adalah sejumlah kompetensi yang terkait
dengan program keahlian masing – masing. Tiap – tiap program PKL bertujuan
agar peserta PKL mampu menerapkan kompetensi keahlian yang telah didapat
disekolah sehingga akan menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja.
Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk emplementasi secara
sistematis dan singkron antara program pendidikan disekolah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung
kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
2.1 Pengertian Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) Republik
Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/IX/2002 bahwa apotek adalah suatu
tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi
yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan adalah semua bahan dan peralatan untuk penyelenggarakan upaya
kesehatan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pengertian apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian dapat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi pengamanan, pengadaan, penyimpanan,
dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai
dengan Ketentuan Umum Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992,
5
meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat;
pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya dan pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang terdiri
atas obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli
Indonesia (simplisia), alat kesehatan dan kosmetika.
Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan
bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:
2.1.1Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang
bekerjasama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2.1.2Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
2.1.3Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar
sediaan farmasi.
2.1.4Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan,
namun sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan
daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan,
keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.
2.1.5Bangunan dan Kelengkapan, Bangunan apotek harus mempunyai luas
dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan
teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang
farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari : ruang
tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang
penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat
pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan apotek juga harus
dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,
6
penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik,
Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis,
Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA,
alamat apotek, nomor telepon apotek. Perlengkapan Apotek, Apotek
harus memiliki perlengkapan, antara lain: Alat pembuangan,
pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.
2.1.6Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan pembungkus,
etiket dan plastik pengemas. Tempat penyimpanan khusus narkotika,
psikotropika dan bahan beracun. Buku standar Farmakope Indonesia,
ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan per-UU yang
berhubungan dengan apotek. Alat administrasi, seperti blanko pesanan
obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan lain-lain.
Menurut KepMenKes No.1027/MENKES/SK/IX/2004 apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan
sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Menurut
definisi tersebut seorang apoteker merupakan lulusan perguruan tinggi
farmasi yang memenuhi ciri profesi yaitu memiliki pengetahuan yang
berbatas jelas dan pendidikan khusus berbasis keahlian pada jenjang
perguruan tinggi.
Menurut PerMenKes No.922/MENKES/PER/X/1993 apotek dapat
diselenggarakan oleh apoteker yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola
Apotek (APA) dan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA). Dapat
diselenggarakan juga apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana, apoteker
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) sedang pihak lain
seorang apoteker atau tidak yang bertindak sebagai Pemilik Sarana Apotek
(PSA). Dalam hal ini apoteker menggunakan sarana pihak lain sehingga
penggunaan sarana didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan
pemilik sarana.
7
Peran apoteker adalah melakukan pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) yang merupakan bentuk pelayanan dan tanggung
jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek
2.2.1 Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek :
2.2.1.1 Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker
2.2.1.2 Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasiaan
2.2.1.3 Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi
sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat
tradisional dan kosmetika
2.2.1.4 Sarana pembuatan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, bahan obat, dan obat
tradisional
2.2.2 Personalia Apotek Tenaga Kerja yang mendukung kegiatan suatu
apotek adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Apotek yang
dipimpinnya dan juga bertanggung jawab kepada pemilik
modal jika bekerja.
2.2.2.2 Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek
disamping Apoteker Pengelola Apotek atau yang
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka
apotek.
2.2.2.3 Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan
apoteker pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek
8
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus
menerus, telah memiliki surat izin kerja (SIK) tidak bertindak
sebagai apoteker pengelola apotek-apotek lain
2.3 Struktur Organisasi Apotek
Gambar 2.1 Stuktur Organisasi Apotek
PSA APA
TTK
KARYAWAN
TENAGA UMUMADMINISTRASIKASIR
APEN
SMF/SMK
Farmasi
AMd.Farm
9
Fungsi pelayanan di dalam Apotek harus mengerti tugas dan wewenangnya
masing- masing:
2.3.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah
mendapat Surat Izin Apotek (SIA).
Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud
pada Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal
19 ayat 1) yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek
berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker
Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker pendamping.
Dari peraturan perundang-undangan tersebut Peran dan Fungsi
Apoteker di Apotek yang melayani langsung pasien adalah sebagai :
Pelayan dan Manager
Sebagai Pelayan adalah :
2.3.1.1 Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat,
membungkus dan menempatkan obat dalam wadah / bungkus
yang cocok dan memeriksa serta memberi etiket dengan teliti.
2.3.1.2 Memberikan informasi / konsultasi tentang obat kepada pasien,
tenaga kesehatan masyarakat.
Sebagai Manajer adalah :
2.3.1.1 Menyusun prosedur tetap.
2.3.1.2 Mengelola obat, sumber daya manusia, peralatan dan uang di
Apotek.
Sebagai Pelayan sesuai dengan standar pelayanan yang sudah
ditetapkan adalah :
2.3.1.1 Melayani resep dan non resep.
2.3.1.2 Promosi dan edukasi.
2.3.1.3 Pelayanan residensial ( home care ).
2.3.2 Apoteker Pendamping
Melaksanakan seluruh tugas APA, bila APA berhalanganselama
jam buka apotek. Membantu apoteker dalam pengelolaan apotek,
pelayanan obat dan hal lain.
10
2.3.3 Tenaga Teknis Kefarmasian
Menurut PP No.51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian,
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasiaan, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker
2.3.4 Kasir
Menerima, mengatur, dan melakukan pembukuan keuangan
2.3.5 Administrasi
Melakukan semua pencatatan segala kegiatan administrasi yang terjadi
seperti:
2.3.5.1 Pencatatan stock obat
2.3.5.2 Pencatatan obat kosong
2.3.5.3 Pemesanan Obat
2.3.5.4 Pelaporan pemasukan & pengeluaran obat
2.4 Peraturan PerUndang – Undangan Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam:
2.4.1 Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2.4.2 Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
2.4.3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.889 tahun 2011 tentang Registrasi,
Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
2.4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332 tahun 2002 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
2.4.5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
2.4.6 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2.4.7 Undang-Undang Tahun 1997 tentang Psikotropika
2.4.8 Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2010 tentang Prekursor
11
2.4.9 Undang-Undang No.419 Tanggal 22 Desember Tahun 1949 tentang
Obat Keras
2.4.10 Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5
November 1975 tentang Obat Bebas Terbatas
2.4.11 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2.4.12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
2.4.13 Peraturan Menteri Kesehatan No.24 pasal 10 tentang pekerjaan
kefarmasian di apotek
2.4.14 Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/Menkes/VI/1981
tentang ketentuan dan tata cara paengelolaan apotek.
2.5 Penggolongan Obat Di Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI
Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
distribusi.
Penggolongan obat ini terdiri dari:
2.5.1 Obat Bebas
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 tahun 1998 tentang
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang dimaksud obat
adalah suatu bahan atau panduan bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit, pemlihan atau peningkatan kesehatan termasuk sediaan
biologis.
Dan pengertian obat bebas itu sendiri adalah obat yang dapat
dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam
daftar Narkotika, Psikotropika, Obat Keras, Obat Bebas Terbatas dan
sudah terdaftar di Depkes RI.
12
Penandaan Obat Bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI
Nomor 2380//A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan
untuk obat bebas terbatas.
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau
dengan garis tepi warna hitam, sebagai beriku:
Gambar 2.2 Logo obat bebas
2.5.2 Obat Bebas Terbatas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan
obat-obatan kedalam daftar “W”(Waarschuwing) memberikan
pengertian Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kepada pamakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
2.5.2.1 Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya
2.5.2.2 Pada penyerahannya oleh pembuat dan penjual harus
mencantumkan peringatan. Tanda peringatan tersebut
berwarna hitam, berukuran panjang 5cm, lebar 2 cm dan
memuat pemberitahuan berwarna putih, sebagai berikut:
13
Gambar 2.3 Peringatan obat bebas terbatas
Penandaannya diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.2830/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas
berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam, seperti gambar
berikut:
Gambar 2.4 Logo obat bebas terbatas
2.5.3 Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan
memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan
pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:
2.5.3.1 Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan
resep dokter
2.5.3.2 Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa nyata-nyata
untuk dipergunakan secara parental
2.5.3.3 Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen
kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu
tidak membahayakan kesehatan manusia.
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI No.02369/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus obat
keras daftar G adalah” Lingkaran bulat berwara merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengasn huruf K yang menyentuh garis tepi” seperti
gambar berikut:
Gambar 2.5 Logo obat keras
14
2.5.4 Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan
oleh apoteker di Apotek tanpa resep dokter. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek. Dari uraian diatas yang melatarbelakangi hal tersebut
adalah:
2.6.4.1 Meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan
rasional
2.6.4.2 Meningkatkan peran Apoteker dalam KIE.
Oleh karena itu ditetapkan keputusan menteri tentang obat keras
yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di Apotek. Hal ini tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/1993 tentang
kriteria obat yang diserahkan tanpa resep, yaitu:
2.5.4.1 Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak usia 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
2.5.4.2 Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
2.5.4.3 Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh bantuan tenaga kesehatan
2.5.4.4 Untuk penyakit yang prevelensinya tinggi di indonesia
2.5.4.5 Memiliki rasio khasiat yang dipertanggung jawabkan
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan pertimbangan sebagai berikut:
2.5.4.1 Pertimbangan utama untuk Obat Wajib Apotek ini sama
dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resap dokter,
yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dengan
meingkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional
2.5.4.2 Pertimbangan kedua untuk meningkatkan peran apoteker di
Apotek dalam pelayanan komunikasi informasi dan edukasi
serta pelayanan obat kepada masyarakat
15
2.5.4.3 Pertimbangan yang ketiga untuk peningkatan penyediaan obat
yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.
Dalam keputusan ini, pelayanan OWA yang dilakukan Apoteker
harus memenuhi cara dan ketentuan, diantaranya sebagai berikut:
2.5.4.1 Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat kepada
pasien.
2.5.4.2 Membuat catatan pasien dan obat yang diberikan, memberikan
KIE meliputi dosis dan aturan pakai, kontra indikasi, efek
samping yang harus diperhatikan oleh pasien.
2.5.5 Obat Narkotika
Berdasarkan UU Kesehatan No.35 tahun 2009 adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Pemusnahan obat narkotik
Sesuai dengan Undang-Undang No.35 tahun 2009 pemusnahan
obat Narkotik harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal:
2.5.5.1 Obat mengalami kadaluarsa
2.5.5.2 Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan untuk pelayanan
kesehatan
2.5.5.3 Dilakukan dengan menggunakan berita acara yang memuat:
 Nama, jenis, sifat dan jumlah obat yang diambil
 Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun
 Tanda tangan dan identitas pelaksana dan pejabat yang
menyaksikan (Ditunjuk oleh Menkes)
 Ketentuan lebih lanjut syarat dan tata cara pemusnahan
diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan
16
Gambar 2.6 Logo obat narkotika
2.5.6 Obat Psikotropika
Berdasarkan UU No.5 tahun1997 tentang Psikotropika
menyatakan bahwa Psikotropika adalah zat atau bukan narkotika baik
alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku. Berdasarkan UU No.5 tahun 1997
pasal 3 tentang psikotropika adalah:
Menjamin kesetersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan:
2.5.6.1 Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
2.5.6.2 Memberantas peredaran gelap obat psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
2.5.6.1 Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang digunakan
untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yaitu
sangat kuat
2.5.6.2 Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat
terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan
2.5.6.3 Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika dengan efek
ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif
2.5.6.4 Psikotopika golongan IV, yaitu psikotropika efek
ketergantungannya ringan.
Pengadaan untuk obat psikotropika
Menurut UU No.5 tahun 1997 pemesanan obat psikotropika
menggunakan dua rangkap surat pesanan yang ditanda tangani oleh
17
Apoteker kepada PBF/pabrik obat. Penyerahan psikotropika oleh
Apoteker hanya dapt dilakukan untuk Apotek lain, Rumah Sakit, Balai
Pengobatan, Dokter dan Pelayanan resep dokter.
Pemusnahan untuk obat psikotropika
2.5.6.1 Kadaluarsa
2.5.6.2 Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan
2.5.6.3 Dilakukan dengan pembuatan berita acara yang membuat:
nama, jenis, sifat dan jumlah, keterangan tempat, jam, hari,
tanggal, bulan dan tahun, tanda tangan dan identitas Pelaksana
dan pejabat yang menyaksikan (Ditunjuk oleh Menkes).
2.5.7 Obat Prekursor
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2010 tentang prekursor menyatakan bahwa prekursor adalah zat
atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika.
Pengaturan prekursor dalam peraturan pemerintah ini meliputi
segala kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan penggunaan
prekursor untuk keperluan industri farmasi, industri non farmasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.5.7.1 Pengaturan prekursor bertujuan untuk:
 Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
prekursor
 Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor
 Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan
prekursor
 Menjamin kesertersediaan prekursor untuk industri farmasi,
industri non farmasi dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
2.5.7.2 Pengadaan untuk obat golongan prekursor
18
 Pengadaan prekursor dilakukan melalui produksi dalam
negeri dan impor.
 Prekursor sebagaimana dimaksudkan hanya dapat
digunakan untuk tujuan industri farmasi, industri non
farmasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Alat-alat potensial yang dapat disalah gunakan dalam
pengadaan dan penggunaan prekursor
Produksi untuk obat golongan prekursor:
2.5.7.1 Produksi hanya dapat diproduksi oleh industri yang telah
memiliki izin sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan
2.5.7.2 Produksi prekursor untuk industri farmasi harus dilakukan
dengan cara produksi yang baik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
2.5.7.3 Prekursor untuk industri farmasi harus memenuhi standar
Farmakope Indonesia dan standar lainnya
2.5.7.4 Prekursor untuk industri non farmasi harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Penggolongan obat tradisional
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.179/Menkes/Per/VII/1976
menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai obat tradisional adalah obat jadi
atau obat terbungkus yang berasal dari alam, baik tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha
pengobatan berdasarkan pengalaman.
2.5.8 Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil maupun cairan yang berisi
seluruh bahan nabati atau hewani yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunakan secara tradisional.
19
Jamu yang telah digunakan secara turun menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatan tertentu.
Gambar 2.7 Logo jamu
2.5.9 Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan
dari ekstrak/penyarian bahan alam yang dapat berupa tumbuhan obat,
hewan maupun mineral untuk melaksanakan proses ini membutuhkan
peralatan yang kompleks dan berharga relatif mahal, ditambah dengan
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun
ketrampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian praklinik (uji menggunakan hewan coba) dengan mengikuti
standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak
tumbuhan obat tradisional yang higienis. Herbal terstandar harus
melewati uji toksisitas akut maupun kronis (keamanan), kisaran dosis,
Farmakologi dinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap
janin)
Gambar 2.8 Logo OHT
20
2.5.10 Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses
pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari
penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan
kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang disetujui,
pelaksana yang kompeten,memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan
lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal
karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Disamping
itu obat herbal jauh lebih aman dikonsumsi apabila dibandingkan
dengan obat-obatan kimia karena obat tradisional semakin banyak
diminati karena kesetersadiaan dan harganya yang terjangkau.
Gambar 2.9 Logo fitofarmaka
2.6 Resep
Pengertian resep obat dalam Farmakologi (ilmu Farmasi): Resep obat
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek wajib melayani resep
dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep obat sepenuhnya atas
tanggung jawab apoteker tulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi
dengan dokter untuk pengelola apotek dalam hal pasien tidak mampu
menebus obat yang dipilihsebagai obatalternatif.
Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi: cara penggunaan
obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra
indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang diperhatikan
pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep obat terdapat kekeliruan
21
atau penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter
penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya,
dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep obat harus
ditanda tangani oleh apoteker.
Resep Obat adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada
apoteker untuk memberikan obat yang dikehendaki kepada pasien. Oleh
karenanya pasien tidak diharuskan mengerti tulisan resep obat. Akan tetapi
apotekerlah yang wajib mengerti tulisan resep obat dan memberikan
informasi obat yang dibutuhkan oleh pasien. Mulai dari nama obat, dosis,
aturan pakai, efek samping sampai hal-hal lain yang berhubungan dengan
obat dan penyakit pasien. Dari alur tersebut jelaslah bahwa pasien (berhak)
mendapatkan informasi lebih dari sekedar bisa membaca resep obat. Dalam
hal ini keaktifan pasien untuk bertanya/berkonsultasi dengan apoteker ketika
menebus obat di apotek sangat dibutuhkan.
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
2.6.1 Persyaratan Administratif :
2.6.1.1 Nama, SIP dan alamat dokter
2.6.1.2 Tanggal penulisan resep
2.6.1.3 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
2.6.1.4 Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2.6.1.5 Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta
2.6.1.6 Cara pemakaian yang jelas
2.6.1.7 Informasi lainnya
2.6.2 Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
2.6.3 Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
22
2.7 Penyimpanan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena
lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara
dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat
kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh
dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur.
Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya
sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun.
berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di
laboratorium. Menurut aturan Internasional, kadar obat aktif dalam suatu
sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10%
dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
2.7.1 Aturan penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya
disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari
lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa
dicapai oleh anak - anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung
bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu
harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan
pada bungkusnya, misal insulin.
2.7.2 Lama penyimpanan obat
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara
menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya,
karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab.
Maka itu terutama obat tetes mata, telinga dan hidung, larutan, sirup
dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu
kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet,
yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila
wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat
menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah
23
sering dibuka-tutup, misal dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan
dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau
telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati,
yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik,
juga membersihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di
negara-negara maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya,
diharapkan bahwa di kemudian hari persyaratan ini juga akan
dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan
aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tersebut tidak berlaku
lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu
penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka.
Angka-angka ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku
bila obat disimpan menurut petunjuk-petunjuk yang tertera dalam
aturan pakai.
2.7.3 Cara Penyimpanan Obat Golongan:
2.7.3.1 Obat Bebas
 Pada saat menyimpan obat sebaiknya dalam kemasan asli
dan wadah tertutup rapat. Dan pada suhu kamar yang
terhindar dari sinar matahari langsung
 Pada saat menyimpan obat sebaiknya diletakkan ditempat
yang tidak panas atau tidak lembab karena akan
menimbulkan kerusakan.
 Pada saat menyimpan obat bentuk cair sebaiknya tidak
disimpan dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis dalam etiket obat
 Pada saat menyimpan obat sebaiknya obat masih dalam
keadaan bagus atau masa kadaluarsa yang masih lama
 Sebaiknya obat disimpan ditempat yang tinggi atau aman
agar tidak bisa dijangkau oleh anak-anak
24
2.7.3.2 Golongan Narkotik
Apotek dan Rumah Sakit harus memiliki tempat khusus
untuk menyimpan narkotik dengan persyaratan sebagai berikut:
 Lemari terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak
boleh terbuat dari kaca)
 Lemari mempunyai kunci kuat
 Dibagi dua bagian, masing-masing dengan kunci yang
berlainan
 Bagian pertama untuk menyimpan morfina, petidina serta
persediaan narkotika, sedangkan bagian yang kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang
dipakai sehari-hari.
2.7.3.3 Golongan Psikotropika
Obat-obat untuk golongan psikotropika dalam rak dan
lemari khusus yang terpisah dari obat-obatan lain yang membuat
kartu stok Psikotropika. Sebenarnya hampir sama dengan
narkotika hanya saja disimpan dalam lemari dan tidak
memerlukan kunci ganda hanya satu kunci saja
2.8 Alur Distribusi Obat
Pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dan jasa dari
produsen konsumen sehingga penggunaannya sesuai(jenis, jumlah, harga,
tempat) dengan yang diperlukan.
Distribusi Obat:
Secara umun dapat diartikan sebagai proses pemindahan barang dari
suatu tempat ke tempat lain seperti:
2.8.1 Pemindahan dari supplier ke gudang pabrik (GP)
2.8.2 Pemindahan dari GP ke unit produksi atau pemakai
2.8.3 Pemindahan produk dari unit produksi ke GP
2.8.4 Pemindahan dari GP ke gudang cabang pabrik (GCP)
2.8.5 Pemindahan GP/GCP ke gudang distributor (GD)
25
2.8.6 Pemindahan GD ke gudang cabang distributor (GCD)
2.8.7 Pemindahan GD/GCD kepengencer
2.8.8 Pemindahan dari pengencer ke konsumen
2.8.9 Proses pemindahan tersebut dapat berlangsung cepat atau lama bahkan
dapat membutuhkan waktu beberapa hari tergantung jarak, kualitas
transportasi seperti jalan dan alat angkut
2.8.10 Selama proses pemindahan mutu dan jumlah barang harus tetap dapat
dipertahankan, karena itu alat angkut harus memiliki fasilitas untuk
menjaga mutu dan keamanan barang
2.9 Administrasi ( Pencatatan dan Pelaporan Obat )
2.9.1 Pencatatan
Administrasi pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh
kegiatan dan mencatat transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan.
Pembukuan-pembukuan tersebut adalah :
2.9.1.1 Buku Pesanan Barang
2.9.1.2 Buku Pembelian Barang
2.9.1.3 Buku Penerimaan Barang
2.9.1.4 Buku Penjualan Barang
2.9.1.5 Buku Penjualan Resep
2.9.1.6 Buku Daftar Harga
2.9.1.7 Buku Harian
2.9.1.8 Buku Bulanan
2.9.1.9 Buku Kas
2.9.1.10Buku Bank
2.9.1.11Buku Pemakaian Obat Narkotika
2.9.1.12Buku Pemakaian Obat Psikotropika
2.9.1.13Buku Pemakaian Obat Generik
2.9.2 Pelaporan
Laporan merupakan kegiatan dalam pencatatan usaha-usaha
obatan secara tertib, baik pemasukan, penyimpanan maupun
pendistribusian. Untuk memudahkan dalam pelaporan yang akan
26
dilaporkan kepada Departemen Kesehatan maka untuk obat Narkotik
dan Psikotropika diadakan Stock Opname (SO) setiap sebulan sekali
sesuai dengan peraturan baru yang menyebutkan bahwa pelaporan obat
Narkotik dan Psikotropika menggunakan sistem online.
Pelaporan melalui sistem online ada beberapa cara yang harus
dilakukan yaitu dengan cara pertama ketik alamat website untuk
pelaporan Narkotik dan Psikotropika yaitu
www.sipnap.binfar.depkes.go.id setelah itu klik import, Narkotika dan
Psikotropika, setelah diklik isi data kode user name kemudian
password, nama unit apotek dan bulan yang akan dilaporkan.
2.10 Alat Kesehatan dan Kegunaannya
Alat kesehatan yang biasa tersedia di apotek
2.10.1 Stetoskop
Gambar 2.11 Stetoskop
Fungsi : untuk mendengarkan detak jantung, paru-paru.
2.10.2 Spiknomanometer
Gambar 2.12 Spiknomanometer
Fungsi: untuk mengukur tensi atau tekanan darah. Dipergunakan
untuk pemeriksaan pasien hipertensi, anemia dsb.
27
2.10.3 Termometer
Gambar 2.13 Termometer
Fungsi : untuk mengukur suhu tubuh.
2.10.4 Alat Cek Darah
Gambar 2.14 Alat cek darah
Fungsi : biasanya memiliki 3 fungsi dalam satu alat. Selain itu
mengecek kadar gula darah juga dapat digunakan untuk mengecek
asam urat dan kolesterol dalam darah.
2.10.5 Hot Water Bottle
Gambar 2.15 Hot Water Bottle
Fungsi : untuk kompres panas.
2.10.6 Urinal
Gambar 2.16 Urinal
28
Fungsi : untuk menampung urine pada pasien yang tidak boleh/biasa
ke WC.
 Urinal male :untuk laki-laki
 Urinal female : untuk wanita.
2.10.7 Catheter
Gambar 2.17 Catheter
Fungsi : untuk mengeluarkan/pengambilan urine.
2.10.8 Urine Bag
Gambar 2.19 Urine Bag
Fungsi : untuk menampung urine yang dihubungkan dengan ballon
catheters/ foley catheters untuk mengeluarkan/pengambilan urine
pada system tertutup.
2.10.9 Feeding Tube
Gambar 2.20 Feeding Tube
Fungsi: untuk nutrisi/pemberian cairan makanan melalui mulut atau
hidung
29
2.10.10 Handschoen
Gambar 2.21 Handschoen
Fungsi : untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan
sekeliling
2.10.11 Infusion Set
Gambar 2.22 Infusion Set
Fungsi : selang untuk pemberian infuse
2.10.12 Spuit/Syringe
Gambar 2.23 Syringe
Fungsi : untuk menyuntik.
2.10.13 Reflex Hamer
Gambar 2.24 Reflex Hamer
Fungsi : memeriksa kemampuan refleksi dari bagian tertentu tubuh
kita. Missal: lutut.
30
2.10.14 Kursi roda
Gambar 2.25 Kursi Roda
Fungsi : alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan, baik dikarenakan penyakit, cedera maupun cacat
2.10.15 Walker tanpa roda
Gambar 2.26 Walker tanpa roda
Fungsi : sebagai tempat pegangan serta menggunakan empat kaki
sebagai penumpunya.
2.10.16 Selang oksigen/nasal kanula
Gambar 2.27 Selang Oksigen/Nasal Kanula
Fungsi : mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah.
Membutuhkan pernafasan hidung.
2.10.17 Bak instrument
Gambar 2.28 Bak Instrument
31
Fungsi : sebagai tempat alat-alat yang digunakan untuk menolong
persalinan/merawat luka.
2.10.18 Kotak P3K
Gambar 2.29 Kotak P3K
Fungsi : sebagai tempat obat obatan.
2.10.19 Gunting bedah
Gambar 2.30 Gunting Bedah
Fungsi : untuk menggunting bagian bagian dari tubuh
2.10.20 Timbangan+tinggi badan
Gambar 2.31 Timbangan Badan
Fungsi : menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.
2.11 Penyimpanan dan Perawatan Alat Kesehatan
2.11.1 Perawatan Elektronika
Perawatan elektronika yang dimaksudkan adalah peralatan yang
menggunakan sumber daya listrik, misalnya alat electrocardiography,
electro encephalography, unit thermography, ventilator, unit monitor
EKG, dan lain-lain.
Peralatan elektronik sangat peka terhadap goncangan sehingga
perlu dihindari dari goncangan. Hindari penggunaan alat dari medan
32
magnet sensivitas meter tidak berubah. Alat-alat elektronika tidak
tahan pada suhu 25°C, sehingga pada waktu menggunakan suhu
ruangan sebaiknya berkisar antara 18°C sampai dengan 25°C, rata-rata
pada temperatur 21°C. Untuk menghindari suhu terlalu tinggi, pada
alat perlu tempati kipas angin di sekitar power supply / sumber daya
alat tersebut. Pengetahuan dan keterampilan penggunaan peralatan
memengang peranan penting dalam perawatan peralatan agar
peralatan berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dihindari sejauh
mungkin. Pengetahuan dan keterampilan meliputi:Sasaran pengukuran
telah dipahami terlebih dahulu. Persiapan metode, waktu dan program
pengukuran. Kondisi peralatan baik atau tidak.
2.11.2 Perawatan Alat dari Bahan Baku Logam
Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga
maupun aluminium sering terjadi karatan. Untuk menghindari
terjadinya hal demikian maka alat-alat tersebut harus disimpan pada
tempat yang mempunyai temperatur tinggi (±37°C) dan lingkungan
yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai penyerap uap
air.
Sebelum disimpan alat tersebut harus bebas dari kotoran debu
maupun air yang melekat, kemudian diolesi dengan minyak oli,
minyak rem atau parafin cair.
2.11.3 Perawatan Alat dari Bahan Baku Gelas
Bahan gelas banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada
beberapa keuntungan maupun kelemahan dari bahan baku gelas
tersebut.
Keuntungannya : Bahan gelas tahan terhadap reaksi kimia,
terutama bahan gelas pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur
yang mendadak, koefisien mulai yang kecil dan tembus cahaya yang
besar.
33
Kelemahan : Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan
mudah tumbuh jamur sehingga menggangu daya tembus sinar,
kadang-kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan
saja mudah timbul goresan.
Dengan memperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan
gelas, maka dalam segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat
gelas harus perhatikan:
2.11.3.1 Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27°C-
37°C dan diberi tambahan lampu
2.11.3.2 Ruang tempat penyimpanan diberikan silikon sebagai zat
higroskopis
2.11.3.3 Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa
angin untuk membersihkan lensa sampai merusak lapisan
lensa
2.11.3.4 Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya
ditempatkan diatas kawat kasa, atau boleh melakukan
pemanasan secara langsung asalkan bahan gelas terbuat dari
pyrex
2.11.3.5 Gelas yang akan direbus hendaknya jangan dimasukkan
langsung kedalam air yang sedang mendidih melainkan gelas
dimasukkan kedalam air dingin kemudian dipanaskan secara
perlahan-lahan. Sebaliknya untuk pendingin mendadak tidak
diperkenangkan
2.11.3.6 Membersihkan bahan/kotoran dari gelas sebaiknya segera
setelah dipakai dapat menggunakan:Air yang bersih.
Detergen: dapat menghilangkan lemak dan tidak membawa
efek perubahan fisik. Larutan: Kalium dishromat 10 gram,
Asam belerang 25 ml, Aquadest 75 ml
Kadang-kadang memerlukan perendam sampai beberapa jam,
kemudian dibilas dengan air bersih, dikeringkan dengan udara panas
lalu disimpan ditempat yang kering.
34
2.11.4 Perawatan Alat dari Bahan Baku Karet
Sarung tangan dari karet/hand schoen mudah sekali meleleh
atau melengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghidari
kerusakan dari bahan karet, sebelum melakukan penyimpanan mula-
mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara mencuci
dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur dibawah sinar
matahari atau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi talk pada
seluruh permukaan karet.
2.12 KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke
penerima pesan sehingga terjadi suatu kesamaan makna tentang pesan yang
disampaikan antara sumber dan penerima pesan. Dari pengertian ini dapat
disimpulkan bahwa setiap kegiatan komunikasi minimal harus dapat
menghasilakan terjadinya kesamaan makna. Komunikasi yang
menghasilkan kesamaan makna adalah komunikasi yang efektif. Proses
komunikasi melibatkan empat unsur yaitu :
2.12.1 Sumber komuinkasi
2.12.2 Pesan komunikasi
2.12.3 Saluran komunikasi
2.12.4 Penerima pesan komunikasi
Berdasarkan empat unsur penentu efektivitas komunikasi, maka
strategi komunikasi disusun berdasarkan keempat unsur tersebut. Menurut
Pace,dkk (1979) ada tiga tujuan utama strategi komunikasi yang ingin
dicapai, yaitu :
2.12.1 Memastikan bahwa penerima pesan memahami isi pesan yang
diterimanya
2.12.2 Memantapkan penerimaan pesan dalam diri penerima sasaran
2.12.3 Memotivasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan implikasi
pesan
35
Metode komunikasi menurut cara pelaksanaannya
2.12.1 Metoda redudancy : cara mempengaruhi target sasaran dengan
jalan mengulang-ulang pesan yang sama. Penyampaian pesan
dilakukan secara kontinyu, tidak hanya sekali atau dua kali aja.
Cara penyampaian pesan-pesan tersebut sebaiknya menarik agar
tidak membosankan. Keuntungan penyampaian pesan berulang-
ulang antara lain target sasaran akan lebih memperhatikan pesan,
tidak mudah lupa dan sumber dapat memperbaiki diri dalam cara
penyampaian pesan.
2.12.2 Metoda canalizing : cara mengubah pengetahuan, pemikiran,
pendapat dan sikap mental target sasaran ke arah yang dikehendaki
secara perlahan- lahan karena pada dasarnya pengetahuan,
pemikiran, pendapat dan sikap seseorang dipengaruhi oleh kerangka
referensi dan pengalaman yang telah mengkristal selama bertahun-
tahun.
Edukasi adalah proses untuk belajar mengajar yang sangat perlu
diberikan kepada produsen, konsumen dan pengambil kebijakan agar dapat
mengubah perilakunya untuk menjadi lebih baik. Perilaku sebagai tujuan
belajar oleh Slamet (1975) diartikan sebagai segala tindak tanduk seseorang
yang dapat diamati, didengar dan dirasakan oleh orang lain. Perilaku sebagai
tujuan pendidikan terdiri dari tiga kawasan, yaitu :
2.12.1 Kawasan kognisi
2.12.2 Kawasan afeksi
2.12.3 Kawasan psikometrik
Tujuan pengubahan perilaku pada kawasan kognisi mencakup
perubahan perilaku yang berkaitan dengan aspek intelektualitas dan
pengetahuan seseorang. Pengetahuan belajar pada kawasan kognisi ini
terdiri dari enam unsur yang tersusun secara hierakis, yaitu :
2.12.1 Pengetahuan (knowledge) meliputi memori tentang fakta, kaidah,
prinsip yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan orang
yang belajar.
36
2.12.2 Komprehensi (comprehension) meliputi kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
2.12.3 Aplikasi (application) meliputi kemampuan seseorang
menggunakan materi belajar dalam situasi baru untuk memecahkan
masalah-masalah kongkrit yang dihadapi.
2.12.4 Analisis (analysis) meliputi kemampuan seseorang untuk
menjelaskan sesuatu yang pernah diajarkan dan dialami dengan rinci.
2.12.5 Sintesa (synthetic) merupakan kemampuan untuk menghubung-
hubungkan segala sesuatu yang diajarkan dan dialami atau dilakukan
sehingga mewujudkan suatu pengertian baru.
2.12.6 Penilaiaan (evaluation) merupakan kemampuan untuk menilai.
Strategi Informasi dan Edukasi
Informasi dan edukasi dapat dilaksanakan melalui tiga jenis jalur
pendidikan menurut sifat pelaksanaannya, yaitu pendidikan formal,
pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal. Pembedaan ketiga sifat
pendidikan tersebut ada pada da tidaknya proses belajar mengajarnya,
mencakup kurikulum, materi, standarisasi warga belajar, kelengkapan
sarana dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non formal adalah
pendidikan luar sekolah yang memiliki aturan dan kurikulum yang luwes.
Jika dalam pendidikan formal target sasaran sebagai obyek, maka pada
pendidikan non-formal, target sasaran berperan sebagai pemain utama atau
subyek pendidikan..Materi, metoda, dan media pendidikan yang digunakan
harus berdasarkan kebutuhan dan karakteristik target sasaran. Contoh
pendidikan non-formal antara lain adalah penyuluhan keamanan makanan
jajanan, penyuluhan pengawasan bahan berbahaya, pelatihan penerapan
HACCP, pelatihan sertifikasi halal, kursus-kursus penanganan pangan aman
dan sebagainya.
Yang harus diperhatikan pada saat swamedikasi adalah:
2.12.1 Who (gejala apa yang dirasakan)
37
Petugas Apotek berhak menanyakan untuk siapa obat ini dikonsumsi
nantinya
2.12.2 What symptoms (gejala apa yang dirasakan)
Gejala ini juga penting untuk dinyatakan oleh petugas Apotek,
karena gejala ini masih dapat diterapi dan masih bisa disembuhkan
atau penyakit tersebut sudah menjangkit lebih jauh terhadap pasien.
2.12.3 How Long (sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung)
Faktor lamanya waktu gejala menentukan, apakah konsep
swamedikasi dapat dijalankan atau tidak. Bila memang sudah kronis
atau akut, proses yang dapat ditempuh adalah memeriksakan
penyakit ini ke tenaga medis, yang mendiagnosa, sampai seberapa
tingkat progresifitas penyakit yang diderita pasien tersebut.
2.12.4 Action (tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut)
Jika beberapa hal diatas sudah dianalisa, maka petugas di apotek
akan merekomendasikan terapi swamedikasi.
2.12.5 Medicine (obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien)
Dengan menanyakan obat apa saja yang sudah dikonsumsi maka
petugas apotek dapat membandingkan apakah efek alergi jika
diberikan dengan sediaan baru, tingkat resistensi diri obat terhadap
penyakit yang diderita dan efek samping yang mungkin terjadi.
2.13 Program Asuransi dan Program Kerjasama Jaminan Kesehatan
Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) Undang-undang No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
menentukan manfaat jaminan kesehatan atau manfaat jaminan kecelakaan
kerja diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang
menjalin kerjasama dengan Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS).
Undang-undang menentukan bahwa BPJS yang menyelenggarakan
program jaminan kesehatan dan/atau program jaminan kecelakaan kerja
menjalin kerjasama dengan fasilitas kesehatan baik milik Pemerintah
maupun swasta.
38
Fasilitas kesehatan yang dapat menjalin kerjasama dengan BPJS
adalah fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan
medik sejumlah peserta. Fasilitas kesehatan dianggap memenuhi syarat
tertentu apabila fasilitas kesehatan tersebut diakui dan memiliki izin dari
instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud di atas menurut Penjelasan
Pasal 23 ayat (1) UU SJSN meliputi rumah sakit, dokter praktik, klinik,
laboratorium, apotek dan fasilitas kesehatan lainnya.
39
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Profil Apotek
3.1.1 Sejarah Apotek
Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi
Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917,
ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp and Co, perusahaan farmasi
pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan
nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958
pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971
bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT
Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat
sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan
nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah
berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di
Indonesia yang kian memainkan peranan penting dlam pengembangan
dan pembangunan bangsa dan masyarakat.
Pada tanggal 4 Januari 2003 dibentuklah PT. Kimia Farma
Apotek, yang merupakan anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia
Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada
dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan dan untuk
memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk. Apotek
Kimia Farma Cilacap merupakan salah satu mata rantai Apotek jaringan
Kimia Farma yang didirikan pada tahun 1995 dengan lokasi Jl.
S.Parman 10-12 Cilacap. Saat ini Apotek Kimia Farma Cilacap telah
memindahkan lokasi Apotek ke Jl. Gatot Subroto 59 dengan nomor
40
Telp/Fax (0282) 535293. Maksud dan tujuan relokasi adalah untuk
lebih mendekatkan diri ke pusat pelayanan kesehatan di Cilacap yaitu
RSUD Cilacap. Agar tujuan perusahaan untuk ikut membantu program
pemerintah untuk menuju Indonesia sehat dapat berjalan maksimal.
Sampai saat ini, Apotek Kimia Farma Cilacap dilengkapi
dengan praktik dokter baik umum maupun spesialis, swalayan farmasi,
counter alat kesehatan, laboratorium klinik, layanan swamedikasi, optik
dan buka 24 jam. Dalam pelayanannya, apotek ini didukung dengan
sistem komputer yang sangat membantu dalam segi kecepatan dan
ketepatan layanan.
Dalam perkembangannya, Apotek Kimia Farma telah membuka
cabang baru yaitu Apotek Kimia Farma 206 yang berlokasi di Jl. Gatot
Subroto 115 A dengan nomor telepon (0282) 542727. Tujuan
pembukaan cabang baru ini untuk memudahkan para pelanggan Apotek
Kimia Farma Cilacap dalam mengambil obat, sehingga para pelanggan
apotek yang bertempat tinggal sekitar batas kota tidak perlu jauh-jauh
ke Apotek Kimia Farma yang didekat RSUD tetapi cukup di Apotek
Kimia Farma yang terdekat dengan tempat tinggal pelanggan.
3.1.2 Struktur Organisasi Apotek
Apotek Kimia Farma 89 Cilacap, memilki Tenaga Kerja beserta
tugas sebagai berikut.
3.1.2.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) : 1
Tugas :
 Menyusun rencan kerja dan anggaran perusahaan, laba dan
biaya yang seefisien mungkin, untuk memastikan
pencapaian target yang telah ditentukan.
 Mengelola kegiatan pelayanan terhadap pelanggan tetap
dan melaksanakan praktik profesi sesuai ketentuan, untuk
memberikan dukungan serta optimum dalam pencapaian
41
kinerja serta memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan sesuai SOP yang telah ditetapkan.
 Mengelola kegitaan pengembangan bawahan, terutama
dalam memberikan informasi obat kepada pasien atau
melakukan layanan swamedikasi, untuk memenuhi
kebenaran dan kelengkapan informasi yang diberikan
kepada pelanggan serta mempertahankan citra baik
perusahaan dan loyalitas pelanggan.
 Mengontrol biaya operasional apotek (telepon, listrik,
bahan baku, pemeliharaan, dll.) untuk memastikan biaya
yang efisien dan efektif.
 Merencanakan, mengelola dan mengawasi pengadaan dan
tingkat persediaan barang di apotek melalui data data-data
pareto penjualan, untuk memastikan tingkat kualitas,
kelengkapan dan ketersediaan barang sesuai kebutuhan
pelanggan dan rencana yang telah ditetapkan.
 Melakukan validasi penjualan dan stok opname untuk
memastikan sistem informasi berjalan dengan baik.
3.1.2.2 Asisten Apoteker (AA)/Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
: 7
Tugas :
 Berinteraksi dengan supplier/sales/distributor mengenai
barang datang.
 Melakukan pelayanan farmasi yang meliputi penerimaan
resep, peracikan, pengetiketan, KIE, maupun tugas-tugas
kefarmasian lainyya.
3.1.2.3 Pembantu Layanan Farmasi : 3
Tugas :
 Membantu pelayanan dan penjualan di apotek (terutama
swalayan farmasi).
42
 Bertanggung jawab terhadap kerapihan dan kebersihan
swalayan farmasi.
 Pelayanan kesehatan meliputi, cek tensi, cek gula darah,
cek asam urat, dan cek kolesterol.
3.1.2.4 Cleaning Service (CS) : 2
 Mengantar/mengambil obat.
 Menjaga kebersihan apotek.
 Membeli segala perlengkapan apotek
Gambar 2.22 Sruktur Organisasi Apotek Kimia Farma 89
3.1.3 Lokasi Apotek
Apotek Kimia Farma 89 Cilacap terletak di pusat Kota Cilacap
Apotek Kimia Farma 89 beralamat di jalan Gatot Subroto Nomor 59
Cilacap. Tepatnya di kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Selatan
dan termasuk salah satu apotek yang strategis di Kota. Karena di tempat
itu berdekatan dengan RSUD Cilacap (hanya berjarak sekitar 300
meter) dan dilalui oleh jalur angkutan umum serta dekat dengan
perumahan penduduk sehingga memudahkan jangkauan masyarakat
pengguna jasa. Sebelah kanan apotek Kimia Farma 89 adalah sebuah
Apoteker Pengelola Apotek
(APA)
Mitha Novetiana, SF.Apt
AA (Asisten
Apoteker)/TTK (Tenaga
Teknis Kefarmasian)
Pembantu
Layanan Farmasi
Cleaning Service
(CS)
43
bengkel mesin dan sebelah kiri yaitu tempat usaha percetakan dan
warung bakso.
3.1.4 Sarana dan Prasarana Apotek
Sarana dan prasarana apotek meliputi :
3.1.4.1 Ruang tunggu konsumen/tamu/sales
Ruang tunggu konsumen/tamu/sales di apotek Kimia Farma 89
berada didepan ruang praktik dokter. Mempunyai 3 baris kursi
untuk tempat duduk pasien/tamu/sales dalam menunggu obat
atau menunggu untuk menemui pegawai apotek dalam sebuah
kepentingan.
3.1.4.2 Ruang pelayanan umum dan resep
Tempat ini berbentuk meja persegi dengan kursi untuk pasien
atau pelanggan. Meja ini berada di samping meja administrasi.
3.1.4.3 Ruang timbang
Tempat untuk menimbang di apotek Kimia Farma 89 ini berada
di sebelah meja racik dan di belakang meja administrasi.
3.1.4.4 Ruang racik
Tempat racik di apotek Kimia Farma 89 berbentuk sebuah meja
yang posisinya berada di sebelah lemari obat dan meja timbang.
Di meja racik tersebut terdapat beberapa alat yang digunakan
untuk meracik obat, misalnya blender obat, alat pres, kertas
perkamen, saringan, mortir, stamper, bungkus obat, dll.
3.1.4.5 Ruang administrasi, komputer, pembayaran/kasir, dan
konsultasi
Tempat ini berbentuk meja yang panjang dengan tiga buah
komputer di atasnya. Meja ini digunakan untuk menerima resep,
memasukkan ke data komputer, memberi harga sekaligus tempat
pembayaran/kasir serta sebagai tempat konsultasi pasien.
3.1.4.6 Ruang pelayanan apoteker
Di apotek Kimia Farma 89 tidak terdapat ruang pelayanan
apoteker. Jika pada suatu saat ada pasien yang ingin
44
mendapatkan pelayanan apoteker maka biasanya menggunakan
salah satu ruang praktik dokter.
3.1.4.7 Tempat display obat dan alat kesehatan
Tempet display obat dan alat kesehatan berada di ruangan depan
setelah pintu utama. Tempatnya luas dan juga terdapat rak-rak
display obat dan alat kesehatan yang tersusun rapi. Tempat ini di
apotek Kimia Farma 89 sering disebut swalayan farmasi.
3.1.4.8 Gudang obat dan alat kesehatan
Gudang di apotek Kimia Farma 89 ruangannya cukup luas.
Didalam gudang terdapat rak untuk menaruh persediaan obat,
dan persediaan barang yang lain. Terdapat pula lemari es untuk
menyimpan obat sediaan injeksi.
3.1.4.9 Kamar mandi dan mushola
Di apotek Kimia Farma 89 terdapat ruangan ibadah sendiri.
Posisi tempat ibadah tersebut berada di belakang, di antara
gudang dan kamar mandi. Sementara kamar mandi di apotek
Kimia Farma 89 dibagi menjadi dua, yaitu kamar mandi laki-
laki dan perempuan.
3.1.4.10 Lahan parkir
Lahan parkir apotek Kimia Farma 89 areanya luas. Tidak
hanya untuk motor saja namun mobil pun bisa parkir di lahan
parkir apotek Kimia Farma 89.
3.2. Kerjasama dengan Dokter Praktik
Apotek Kimia Farma 89 bekerja sama dengan beberapa dokter
praktik, baik itu dokter umum maupun dokter spesialis. Namun selain itu,
Apotek Kimia Farma 89 juga bekerja sama dengan rumah sakit dan juga
klinik. Diantaranya yaitu Rumah Sakit Pertamina Cilacap dan Klinik BP
Nayaka.
3.2.1. Praktik Dokter Umum
Dokter umum yang praktik di Apotek Kimia Farma 89 adalah dr. Anita,
dr, Rizki, dan dr. Sari.
45
3.2.2. Waktu Praktik Dokter Umum
Waktu praktik beberapa dokter umum di Apotek Kimia Farma 89
adalah sebagai berikut.
3.2.2.1.dr. Anita
Hari Senin sampai Sabtu pukul 07.00-11.00 pukul 17.00-20.00.
3.2.2.2. dr. Rizki
Hari senin sampai sabtu pukul 14.00-17.00
3.2.2.3. dr. Sari
Hari senin sampai sabtu pukul 17.00-20.00
3.2.3. Praktik Dokter Spesialis
Dokter spesialis yang praktik di Apotek Kimia Farma 89 adalah dr.
Supardi, Sp.PD (spesialis penyakit dalam), dr. Sri Murniati, Sp.KK
(spesialis kulit dan kelamin), dan drg. Bambang Sutedja, MMR,
dr.Kelly, Sp.JP.FIHA (spesialis jantung), dr.Supatmi, Sp.OG.,M.Kes
(spesialis kandungan), dr. Fateh Jamal,Sp.U (spesialis Urologi), dr.
Julia M Sari, Sp.THT.KL (spesialis THT).
3.2.4. Waktu Praktik Dokter Spesialis
Waktu praktik beberapa dokter spesialis di Apotek Kimia Farma 89
adalah sebagai berikut.
3.2.4.1. dr. Sri Murniati, Sp.KK (Spesialis Kulit dan Kelamin)
Hari Senin-Kamis yaitu pagi 07.00-08.30 dan siang pukul
12.30-13.00.
3.2.4.2. drg. Bambang Sutedja, MMR.
Hari Senin-Jum’at pukul 19.00-21.00.
3.2.4.5. dr.Kelly, Sp.JP.FIHA (spesialis jantung)
Hari Senin-Jumat 19.00-selesai
3.2.4.6. dr.Supatmi, Sp.OG.,M.Kes (spesialis kandungan)
Hari senin, Rabu, Jumat, Sabtu 13.00-selesai
3.2.4.7. dr. Fateh Jamal,Sp.U (spesialis Urologi)
Hari Senin-Jumat 19.00-selesai
46
3.2.4.8. dr. Julia M Sari, Sp.THT.KL (spesialis THT)
Hari senin-Jumat 19.00-selesai
3.2.5. Ruang Tunggu Pasien
Ruang tunggu pasien untuk praktik dokter di Apotek Kimia Farma 89
adalah sama dengan ruang tunggu pasien/konsumen/tamu/sales.
3.3. Laboratorium
Laboratorium klinik di apotek Kimia Farma disamping kanan dari
apotek. Laboratorium ini bernama laboratorium Edsa. Di tempat ini ada
beberapa alat laboratorium diantaranya yaitu mikroskop, tabung reaksi,
spektromanometer UV-Vis, dll. Selain itu juga terdapat beberapa pereaksi uji.
Di laboratorium ini biasanya digunakan untuk menguji urin, darah, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
47
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek merupakan suatu proses atau metode
pembelajaran dari program studi SMK Ma’arif NU 2 AJIBARANG terhadap
siswanya yang dilaksanakan diluar sekolah. Kami melaksanakan Praktek kerja
lapangan pada tanggal 05 Februari sampai dengan 18 Maret 2018 di Apotek
Kimia Farma No. 89. Apotek Kimia Farma tersebut beralamat di jalan Gatot
Subroto No. 59 Cilacap. Adapun tujuan diadakannya PKL ini adalah agar siswa
dapat menerapkan praktek layanan kefarmasian diapotek meliputi, komunikasi
dengan pelanggan atau pasien atau tenaga kesehatan lain, mengidentifikasi resep,
merencanakan dan melakukan peracikan obat yang sesuai dengan kewenangannya
dan sesuai dengan perhitungan dosis, penimbangan, pembuatan racikan sediaan
puyer, pembuatan racikan sediaan kapsul, pembuatan sediaan sirup kering,
pembuatan salep, penulisan copy resep, etiket, kwitansi dan bukti pembayaran
tentang resep khusus yang berisi obat golongan narkotika dan golongan
psikotropika. Dengan ini juga mahasiswa mendapatkan pengetahuan serta
wawasan yang berlebih yang nantinya diharapkan dapat digunakan pada saat ada
di dalam dunia kerja atau menjadi bekal sebagai mana mestinya.
Apotek Kimia Farma No. 89 tidak hanya menjual obat obatan saja
melainkan menyediakan alat alat kesehatnnya lainnya dan juga menyediakan
praktek dokter umum maupun spesialis, juga menyediakan swalayan farmasi.
Tujuan dari adanya swalayan farmasi adalah agar pasien atau pelanggan dapat
lebih leluasa memilih obat yang mereka butuhkan. Selama ada di Apotek Kimia
Farma No.89 kami menjadi lebih paham cara menanggapi pasien atau melayani
pelanggan hal ini meliputi cara berkomunikasi dengan pasien menyampaikan
terkait resep yang akan ditebus oleh pasien meliputi cara pemakaian obat dan
waktu minum obat. Selanjutnya kami juga belajar tentang skrining resep meliputi
nama dokter, alamat praktek dokter. Namun demikian dalam perhitungan harga
jual apotek kami hanya di perbolehkan mengamatinya saja karena dalam hal ini
dibutuhkan pertanggung jawaban yang sangat besar dalam memberikan harga obat
48
atau barang yang dibutuhkan oleh pelanggan atau pasien. Dalam menentukkan
harga jual Apotek Kimia Farma No. 89 langsung terhubung dengan Bissines
Manager (BM) Kimia Farma yang berpusat di Jl. Malioboro No. 123 Yogyakarta.
Adapun alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No. 89 mulai dari
pasien menyerahkan resep yang pasien dapatkan dari dokter kepada petugas
apotek maupun tenaga teknis kefarmasian, kemudian resep di skrining dan
dilakukan pengecekan obat , jika ada salah satu obat yang tidak tersedia ataupun
stok kosong maka petugas apoteker memberi tahu pasien terlebih dahulu dan bisa
menawarkan obat yang lainnya yang zat adiktifnya sama. Apabila pasien
menyetujuinya maka tenaga teknis kefarmasian maupun petugas apoteker
langsung menghitung berapa jumlah uang yang harus ditebus ataupun dibayarkan
oleh pasien. Harga yang dibayarkan oleh pasien sudah termasuk embalase, harga
obat dan racikan. Setelah pasien membayar baru petugas apotek ataupun tenaga
teknis kefarmasian menyiapkan obatnya dan meraciknya jika obatnya berbentuk
racikan. Obat diracik maupun di ambil sesuai dengan resep yang ada dan harus
diteliti benar benar, setelah proses pengambilan obat dan peracikan obat selesai
maka selanjutnya masing masing obat diberi etiket sesuai dengan aturan pakainya
, dengan kelengkapan no resep, tanggal, aturan pakainya, sesudah maupun
sebelum makan dan keterangan obat tersebut untuk apa saja kegunaannya.
Dalam peracikan hampir tidak ditemui perhitungan dosis karena kebanyakan
resep sudah ditentukan dosisnya dan sudah tertera jumlah obat yang harus
diambil, tetapi sesekali juga dilakukan perhitungan jumlah obat yang harus
diambil. Dan untuk penimbangan, di Apotek Kimia Farma No. 89 jarang dijumpai
karena kebanyakan resep racikan adalah menggunakan jumlah obat per
tablet/kapsul atau kalau salep yaitu menggunakan sediaan jadi dari produsen dan
yang kami lakukan adalah mencampur beberapa jenis salep yang tertera di resep,
ataupun kalau ada menim,bang vasellin album sebagai campuran pada salep.
Dalam pembuatan racikan puyer di Apotek Kimia Farma No. 89 merupakan
kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada
kemasan, dalam pembuatan racikan puyer harus memperhatikan dosis, jenis,
jumlah obat dan jumlah yang akan dibungkus. Untuk sediaan puyer di Apotek
49
Kimia Farma No. 89, ditempatkan pada kertas puyer khusus berlabel kimia farma.
Pada saat praktik di Apotek Kimia Farma No. 89, kami mempelajari dan
melakukan cara meracik sediaan puyer, kapsul, sirup, sirup kering atau salep yang
tertera pada resep. Dan pada proses penghalusan obat untuk sediaan puyer atau
kapsul di Apotek Kimia Farma No. 89 adalah dengan menggunakan blender
bukan menggunakan mortir. Serta di Apotek Kimia Farma No. 89 tidak kami
jumpai sekalipun resep racikan lotio.
Peracikan sediaan sirup kering di apotek Kimia Farma No. 89 sering
dijumpai dalam peracikan resep caranya adalah sediaan sirup kering ditambahkan
dengan air mineral produk dari kimia farma juga sesuai dengan ukuran yang
tertera pada kemasan botol obat kemudian digojog sampai homogen dan pada
peracikan sediaan salep di apotek Kimia Farma No. 89 berbeda dengan peracikan
puyer dan kapsul, jika sediaan puyer menggunakan blender untuk
menghomogenkan, sedangkan peracikan sediaan salep caranya adalah dengan cara
mensterilkan pot atau membersihkan pot salep dengan cara mengambil beberapa
bagian kapas yang ditetesi alkohol 70 % kemudian kapas tersebut digunakan
untuk membersihkan pot, setelah itu sediaan salep dimasukkan kedalam pot salep
kemudian diaduk hingga homogen kemudian jika ada basis salep yang tertinggal
dipinggir pinggir pot salep maka bersihkan dengan kapas lalu ditutup dan diberi
etiket.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Kimia Farma No. 89 kami juga
mendapatkan pengalaman penulisan copy resep dan kwitansi. Copy resep ini
digunakan untuk resep yang diambil setengah atau diambil tidak penuh oleh
pasien dan untuk obat-obat yang tidak tersedia di Apotek Kimia Farma No. 89
atau pada waktu itu stock obat yang dimaksud sedang dalam keadaan kosong.
Akan tetapi jika pasien mau menunggu, Apotek Kimia Farma No. 89 akan
berusaha mencarikan obat yang tidak tersedia di Apoteknya atau stocknya kosong
ke apotek-apotek lain dan beberapa rumah sakit yang berada di sekitar Cilacap.
Jika sudah diambil semua diberi tanda detur yang artinya sudah diserahkan.
Sedangkan pada kwitansi dan bukti pembayaran di apotek Kimia Farma No. 89
diberikan untuk pasien yang meminta bukti pembayaran obat. Dan untuk
50
penulisan kwitansi, kami sesekali diperbolehkan untuk menulis kwitansi sebagai
bukti pembayaran, namun kami hanya diperbolehkan menulis isi kwitansinya saja
tidak termasuk tanda tangan. Hal itu dikarenakan, jika suatu ketika ada pasien
yang mengeluhkan mengenai bukti pembayaran masih bisa
dipertanggungjawabkan.
Diapotek Kimia Farma No. 89 tidak hanya menyediakan obat keras, obat
bebas, dan obat bebas terbatas saja akan tetapi menyediakan juga obat narkotik
dan obat psikotropik. Obat narkotik dan psikotropik hanya boleh diambil dengan
menggunakan resep asli dookter. Resep narkotik hanya bisa dilayani dalam satu
kabupaten saja, sedangkan psikotropik dapat dilayani dalam satu provinsi.
Pembuatancopy resep hanya untuk obat yang diambil setengah, dalam kondisi
narkotik kosong resep asli dikembalikan kepada pasien. Pengambilan obat
narkotik dengan copy resep hanya dapat dilayani oleh apotek pembuat copy resep
tersebut. Pemesanan obat di apotek ke distributor harus melalui surat pemesanan
(SP). Jenis jenis surat pemesanan yang terdapat di apotek Kimia Farma No. 89
yaitu :
a. Surat Pemesanan Reguler (biasa)
Untuk memesan barang atau obat dengan golongan Obat Bebas (OB), Obat
Bebas Terbatas (OBT) dan Obat Keras (OK). Surat pemesanan reguler atau
biasa terdiri dari dua rangkap, rangkap yang pertama berwarna putih untuk
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan rangkap yang kedua berwarna merah
muda untuk arsip apotek.
b. Surat Pemesanan Psikotropik
Untuk memesan barang atau Obat golongan psikotropika. Surat pemesanan
psikotropika terdiri dari dua rangkap, rangkap pertama berwarna putih untuk
Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan rangkap kedua berwara merah muda
untuk arsip apotek. Diperbolehkan lebih dari satu item obat dalam satu surat
pesanan, boleh memesan kebeberapa PBF. Pemesanan psikotropik hanya
boleh memsan maksimal tiga item obat dalam satu surat pesanan dan harus
dipesankan oleh Apoteker Pengelola Apotek, tanda tangan penerima barang
difaktur, juga harus APA atau APING.
51
c. Surat Pesanan Narkotika
Obat golongan narkotika hanya bisa diperoleh dari PBF K imia Farma. Surat
pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap dengan warna yang berbeda
yaitu warna putih untuk Pedangan Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma, warna
biru untuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), warna merah muda
untuk DINKES kabupaten atau kota, dan warna kuning untuk arsip Apotek.
Satu Surat Pesanan hanya boleh memuat satu pesanan satu jenis obat (item)
Narkotik, misal : pemesanan Petidin satu surat pesanan dan pemesanan
Codein satu surat pemesanan juga, begitu juga untuk item Narkotika lainnya.
Pemesanan Narkotik hanya boleh dipesankan oleh Apoteker Pengelola
Apotek. Tanda tangan penerima barang difaktur harus APA.
d. Surat Pemesanan Obat-Obat Tertentu (OTT)
Untuk pemesanan terdiri dari dua rangkap, rangkap yang pertama berwarna
putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan rangkap yang kedua
berwarna merah muda untuk arsip apotek. SP harus ditanda tangani oleh
Apoteker pengelola Apotek. Faktur barang datang boleh ditanda tangani oleh
APA, APING, TTK yang sudah mempunyai SIKTTK dengan menggunakan
surat kuasa.
e. Surat Pesanan Prekusor
Untuk obat yang mengandung bahan prekusor harus menggunakan SP yang
berbeda yaitu surat pesanan obat yang mengandung prekursor. Surat pesanan
ini dibuat dan ditanda tangani oleh Apoteker atau APA. Dalam surat pesanan
ini tertuliskan nama APA, nomor SIPA, nomor SP, nama PBF, alamat dan
nomor telepon PBF jika perlu, nama obat yang mengandung prekursor, zat
aktif prekursor, bentuk dan kekuatan sediaan, satuan, jumlah dan keterangan.
Selain hal tersebut harus tertulis dengan jelas nama,alamat, dan nomor ijin
apotek. Faktur barang datang obat prekusor bisa ditanda tangani oleh APA,
APING, TTK yang mempunyai STITTK dengan menggunakan surat kuasa.
Dalam Praktik Kerja Lapangan kali ini kami juga mendapatkan pengalaman
tentang resep khusus yang berisi obat golongan narkotika dan psikotropika. Hal
ini dikarenakan Apotek Kimia Farma adalah salah satu apotek di Cilacap yang
52
menyediakan obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika. Resep yang sering
berisi obat golongan tersebut biasanya adalah resep dari dr. Supardi, Sp.PD. Dan
dalam resep obat golongan narkotika maka harus digaris bawah berwarna merah
dan biru untuk obat golongan psikotropika.
Pada saat praktik di Apotek Kimia Farma No. 89, kami juga mempelajari
dan melakukan penulisan etiket, mulai dari etiket untuk obat dalam dan etiket
untuk obat luar. Pada penulisan etiket tersebut meliputi nomor resep, tanggal
pengetiketan, nama pasien dan aturan pemakaian. Dalam mengisi etiket harus diisi
secara urut dari atas sampai bawah, agar memperkecil kemungkinan melakukan
kesalahan dalam penulisan etiket. Penulisan pada etiket juga harus ditulis dengan
jelas untuk menghindari adanya kesalahan dalam penggunaan obat dan memberi
keterangan tentang kegunaan obat yang perlu disampaikan, seperti obat antibiotic
pada etiket harus dituliskan “dihabiskan” atau “rutin sampai habis”. Untuk obat
pemakaian oral menggunakan etiket berwarna putih, sedangkan obat untuk
pemakaian luar menggunakan etiket warna biru.
Di Apotek Kimia Farma No. 89 memberikan kemudahan dalam
menyiapkan obat yang sesuai dengan resep karena setelah pembacaan resep yang
dilakukan pada saat administrasi, nama-nama obat yang dibutuhkan sudah terketik
melalui komputer dalam bentuk stroke pembayaran sehingga mudah dan lebih
cepat dalam peracikan atau mempersiapkan obatnya. Setelah itu kami juga
mendapatkan pengetahuan/pembelajaran tentang bagaimana cara KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang benar. Namun dalam hal ini, kami
hanya diperbolehkan untuk mengamatinya saja, tidak diperbolehkan untuk
melakukan KIE karena dikhawatirkan ada pasien yang kurang percaya atau
merasa ragu kalau penyerahan atau KIE obat dilakukan oleh mahasiswa PKL.
Akan tetapi, dari metode pembelajaran seperti itu (hanya mengamati) telah dapat
meningkatkan pengetahuan tentang cara KIE kepada pasien secara langsung.
Apotek Kimia Farma No. 89 melakukan pencatatan atau pembukuan obat
tiap minggu, atau beberapah hari sekali bahkan hampir setiap hari. Mulai dari
buku order untuk mencatat persediaan obat yang habis dan perlu di order/pesan,
buku penerimaan barang untuk mencatat semua barang yang masuk ke dalam
53
apotek, buku narkotika dan psikotropika harian dan bulanan untuk mencatat
semua pengeluaran obat narkotika dan psikotropika dalam resep, buku untuk
mencatat pendapatan apotek setiap kali shift. Untuk pelaporan obat golongan
narkotika dan psikotropika di apotek Kimia Farma No. 89 dilakukan setiap bulan,
pelaporannya melalui online dengan alamat website
www.sipnap.binfar.depkes.go.id setelah itu klik import, Narkotika dan
Psikotropika, setelah diklik isi data kode user name kemudian password, nama
unit apotek dan bulan yang akan dilaporkan. Sebelum dikirim lewat online
narkotika dan psikotropika dilakukan rekap untuk mengetahui jumlah pemasukan
dan jumlah yang dikeluarkan. Selain itu apotek Kimia Farma 89 juga harus
melaporkan obat narkotika dan psikotropika ke Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
Selain hal itu hampir setiap hari apotek Kimia Farma No. 89 menerima
produk-produk obat dan produk swalayan farmasi (barang masuk) dari distributor.
Barang yang datang tersebut berdasarkan pesanan yang telah diajukan oleh apotek
Kimia Farma sebelumnya. Beberapa distributor dari apotek Kimia Farma No. 89
antara lain adalah Ensseval Putra Metragading, Bina San Prima, Kimia Farma TD,
Combi, dsb. Sehingga hampir setiap hari kami selalu mendapatkan kesempatan
untuk menulis stock obat masuk di dalam buku stock obat sesuai dengan nama
obat.
Apotek Kimia Farma No. 89 tidak ada alat untuk memeriksa suhu dan
kelembaban ruangan. Walaupun begitu dalam penyimpanan obat sudah dapat
dikatakan sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu pada suhu yang sesuai
dengan jenis obat dan terhindar dari cahaya matahari secara langsung serta
kelembaban yang rendah. Hal itu dapat dilihat dari ruangan dimana yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan obat yang berada di belakang meja
administrasi atau kasir dimana tempat tersebut tertutup dan dapat dipastikan tidak
ada cahaya matahari yang secara langsung dapat menyinari obat. Dan mengenai
suhu yang diperuntukan obat-obat yang dapat disimpan pada suhu kamar dapat
dikatakan bahwa suhu yang digunakan untuk menyimpan obat tersebut adalah
suhu yang dikendalikan (melalui Air Conditioner). Kami juga mendapatkan
54
pengalaman tentang penyimpanan obat berdasarkan alfabetis, farmakologi, kelas
terapi, FIFO dan FEFO, serta bentuk sediaan dan suhu. Pertama obat dibedakan
penyimpanannya berdasarkan suhu karena ada obat yang tidak tahan dengan suhu
kamar sehingga harus disimpan pada lemari pendingin. Untuk penyimpanan obat
berdasarkan suhu yang disimpan di lemari pendingin berupa vaksin injeksi, Lacto
B, L Bio (berisi bakteri lactobasirus), suppositoria, dll. Dan untuk obat yang lain
disimpan pada suhu kamar. Selanjutnya yang kedua obat dipisahkan berdasarkan
bentuk sediaan seperti sediaan padat, salep, sirup, drop, tetes mata, hidung,
telinga, dan inhaler. Setelah itu obat dibedakan kembali menurut golongan,
farmakologi dan kelas terapi obat, misalnya generik, paten, narkotika dan
psikotropika. Meurut farmakologi dan kelas terapi seperti antibiotik, sistem
gastro-intestinal, sistem cardio-vaskuler, sistem gula dan kolesterol, antiinflamasi,
hormon, dan viatamin atau suplemen. Untuk metode penyimpanan obat di apotek
Kimia Farma 89 juga menggunakan pengurutan obat secara alfabetis. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah dalam pengambilan obat sehingga waktu yang
dibutuhkan lebih efektif dan efisien. Di apotek Kimia Farma 89 juga menerapkan
penyimpanan berdasarkan metode FIFO (First In First Out) yaitu barang yang
pertama masuk adalah barang yang pertama keluar dan FEFO (First Expired First
Out) yaitu barang yang masa kadaluarsanya paling dekat atau cepat adalah barang
yang pertama keluar. Karena secara ekonomi ini tidak akan merugikan apotek
Kimia Farma.
Apotek Kimia Farma No. 89 juga menyediakan berbagai alat kesehatan.
Dari katagori alat kesehatan itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu : alat kesehatan
disposible atau sekali pakai dan reusable atau pemakaian berulang. Beberapa alat
kesehatan yang ada di Apotek Kimia Farma No. 89 yang termasuk alat kesehatan
disposible atau sekali pakai yaitu contohnya syringe/ jarum suntik digunakan
untuk menyuntik pasien jika dibutuhkan oleh dokter juga bisa sebagai alat ukur
untuk mempermudah mengambil cairan dari botol yang besar agar sesuai dengan
takaran atau dosis yang diinginkan hanya saja tidak disertakan dengan jarum, test
pack digunakan untuk mengetest kehamilan, sarung tangan untuk melindungi
tangan supaya tetap steril, masker digunakan untuk melindungi bagian hidung dan
55
mulut, kain kassa digunakan untuk membalut luka. Kemudian untuk alat
kesehatan yang bersifat reusable diantaranya adalah termometer yang digunakan
untuk mengukur suhu tubuh, spiknomanometer yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah (tensi), urinal digunakan untuk menampung urin dari pasien atau
seseorang yang sudah tidak bisa ke toilet untuk buang air kecil. Apotek Kimia
Farma No. 89 dalam penyimpanan alat kesehatan yaitu ditempatkan di rak untuk
display alat kesehatan yang berada di swalayan farmasi.
Apotek Kimia Farma No. 89 Farma bekerjasama dengan program asuransi.
Tetapi bekerjasama dengan program kerjasama jaminan kesehatan seperti
inhealth. Akan tetapi sangat sedikit dijumpainya. Namun selain itu, apotek Kimia
Farma No. 89 bekerjasama dengan beberapa klinik, rumah sakit, maupun institusi.
Sebut saja Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC), PT Antam, Perusahaan
Listrik Negara (PLN), Klinik Syifa’ul Husna, dll.
Saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di apotek Kimia Farma No. 89, kami
juga mendapatkan pengalaman tentang mengantar obat rumah sakit mapupun
klinik, tidak hanya itu selama di Apotek Kimia Farma 89 kami juga pernah
membeli alat alat kesehatan di gama medika di saat stok di Apotek sedang kosong
dan ternyata ada pasien yang membutuhkannya. Apabila stok obat di Apotek
Kimia Farma No. 89 ada yang kosong dan ternyata ada pasien yang
membutuhkannya maka biasanya kita carikan ke apotek lain atau ke apotek 206
maupun rumah sakit lainnya.
56
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
5.1.2. Apotek harus memiliki apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, dan
karyawan untuk dapat berfungsi sebagaimana fungsi apotek
sebenarnya.
5.1.3. Apotek Kimia Farma 89 (apotek Kimia Farma 89) merupakan salah
satu unit usaha (apotek) dari PT Kimia Farma Apotek yang
merupakan anak perusahaan BUMN farmasi terbesar di Indonesia
yaitu PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
5.1.4. Apotek Kimia Farma 89 merupakan apotek yang telah menerapkan
peraturan Negara sebagai apotek yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mulai dari kelengkapan,
penyimpanan, pelaporan obat, dan lain – lain.
5.1 Saran
Apotek Kimia Farma 89 Farma harus masih melakukan perbaikan
dalam hal pendukung penyimpanan obat, yaitu tidak adanya alat pengatur
suhu dan kelembaban ruangan dalam Apotek Kimia Farma 89 Farma. Hal ini
sangat penting karena dengan adanya alat pengatur suhu dan kelembaban
ruangan, kami dapat mengatur sesuai dengan yang dianjurkan agar obat tidak
mudah rusak.
Kemudian dalam pemberian informasi obat kepada pasien lebih
ditingkatkan lagi, supaya pasien lebih mengerti mengenai cara mengonsumsi
obat yang benar sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohamad.2006.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta: UGM Press.
Anonim.1992.Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.Jakarta:
Depkes RI.
Anonim.2002.KepMenKes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengertian
Apotek.
Anonim.2004.KepMenKes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang apoteker.
Anonim.1993.PerMenKes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang kepemilikan
apotek.
Anonim.2009.Peraturan Perundang-Undangan No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
Anonim.2002.Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19
ayat 1) tentang tugas apoteker pengelola apotek (APA).
Anonim.1993.PerMenKes RI No. 917/Menkes/Per/X/1993 tentang penggolongan
obat.
Anonim.2000.PerMenKes RI No. 949/Menkes/per/VI/2000 tentang penggolongan
obat.
Anonim.1997.Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Anonim.2009.Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tetang Narkotika.
Anonim.2010.Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2010 tentang prekusor.
Anonim.1976.PerMenKes RI No. 179/Menkes/Per/VII/1976 tentang
penggolongan obat tradisional.
Anonim.2004.UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 Ayat (1) dan Pasal 32 Ayat (1)
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Panitia PKL SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang. 2017-2018. Buku Panduan Kerja
Lapangan (PKL). Ajibarang: SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang.
58
LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto bangunan apotek Kimia Farma 89 (tampak depan, tampak
samping)
Lampiran 2 Foto plang apotek
59
Lampiran 3 Foto plang praktik apoteker
Lampiran 4 Denah lokasi (berdasarkan arah mata angin)
U
60

More Related Content

What's hot

Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Ulfah Hanum
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
AstriedAmalia
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
AhmadPurnawarmanFais
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Indra Gunawan
 
Tablet salut
Tablet salutTablet salut
Tablet salut
Alfian Nazarudin
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolNovi Fachrunnisa
 
penghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpenghitungan dosis obat
penghitungan dosis obat
pjj_kemenkes
 
Laporan Prakerin Rumah Sakit
Laporan Prakerin Rumah SakitLaporan Prakerin Rumah Sakit
Laporan Prakerin Rumah Sakit
SMK Farmasi Katolik Wiyata Farma Kertosono
 
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Taofik Rusdiana
 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
Abulkhair Abdullah
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
'ekka' Siie Ceweggh Cancerr
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Surya Amal
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
Nur Fadillah
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Gina Sakinah
 
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gulaLaporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Hani Ani
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Surya Amal
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
AsepSaepudin211095
 

What's hot (20)

Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Tablet salut
Tablet salutTablet salut
Tablet salut
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
penghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpenghitungan dosis obat
penghitungan dosis obat
 
Laporan Prakerin Rumah Sakit
Laporan Prakerin Rumah SakitLaporan Prakerin Rumah Sakit
Laporan Prakerin Rumah Sakit
 
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose Adjustment
 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
 
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gulaLaporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
 

Similar to Laporan PKL apotek kf 89 SMK MA'ARIF NU 2 Ajibarang

laporan magang
laporan maganglaporan magang
laporan magang
relin yesika
 
Laporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOED
Laporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOEDLaporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOED
Laporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOEDMitha Lidya
 
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaRidwan Ridwan
 
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptxPENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
AstiPratiwi3
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
MayaDamayanti28
 
Pedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fixPedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fix
Dina Lestari
 
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
ameetria
 
cpfbCpfb praktik apoteker
cpfbCpfb praktik apotekercpfbCpfb praktik apoteker
cpfbCpfb praktik apoteker
Chynthya Riiweuh
 
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - IndonesiaLaporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Arum Setyorini
 
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
LiaManggraSari
 
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rsPedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
erna yanti
 
Ifrs
IfrsIfrs
Studi kelayakan fixx
Studi kelayakan fixxStudi kelayakan fixx
Studi kelayakan fixx
Mafida Khoiriyah
 
Laporan Cibabat Hospital
Laporan Cibabat HospitalLaporan Cibabat Hospital
Laporan Cibabat Hospital
Vina Syaidah
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
MayaDamayanti28
 
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasiSisca Yoliza
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Akira Sama
 
Cpotb
CpotbCpotb

Similar to Laporan PKL apotek kf 89 SMK MA'ARIF NU 2 Ajibarang (20)

laporan magang
laporan maganglaporan magang
laporan magang
 
Laporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOED
Laporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOEDLaporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOED
Laporan praktek belajar lapangan farmasi UNSOED
 
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
 
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptxPENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
Pedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fixPedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fix
 
praktek Puskesmas
praktek Puskesmaspraktek Puskesmas
praktek Puskesmas
 
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
 
cpfbCpfb praktik apoteker
cpfbCpfb praktik apotekercpfbCpfb praktik apoteker
cpfbCpfb praktik apoteker
 
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - IndonesiaLaporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
 
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
 
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rsPedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
 
Ifrs
IfrsIfrs
Ifrs
 
Studi kelayakan fixx
Studi kelayakan fixxStudi kelayakan fixx
Studi kelayakan fixx
 
Laporan Cibabat Hospital
Laporan Cibabat HospitalLaporan Cibabat Hospital
Laporan Cibabat Hospital
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apoteker
 
Cpotb
CpotbCpotb
Cpotb
 
Farmasi
FarmasiFarmasi
Farmasi
 

Recently uploaded

KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 

Recently uploaded (20)

KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 

Laporan PKL apotek kf 89 SMK MA'ARIF NU 2 Ajibarang

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sistem ganda merupakan upaya dari lembaga pendidikan kejuruan untuk melaksanakan kegiatan belajarnya di dalam lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, Praktik Kerja Lapangan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang memadukan secara sistemik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja. Setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik Teknik maupun Non teknik diwajibkan untuk memberangkatkan siswa dan siswi mereka untuk melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan praktik ini dilakukan diberbagai Perusahaan/Instansi milik Negara maupun Swasta guna untuk melatih keterampilan dan mental. Kegiatan praktik ini sangat menguntungkan siswa dan siswi karena dapat menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Pekerjaan Administrasi dan Manajemen, pengalaman serta keprofesionalan dalam melakukan suatu bidang pekerjaan. Di samping itu, kegiatan praktik ini sangat berpengaruh terhadap nilai kelulusan siswa siswi di sekolah. Karena merupakan kenyataan bahwa pendidikan khususnya Pendidikan Sekolah Kejuruan nonteknik belum sepenuhnya menyiapkan tenaga terampil yang siap bekerjasama secara mahir atau profesional, mungkin dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dapat membantu siswa dan siswi lebih terampil dalam dunia usaha.
  • 2. 2 1.2 Tujuan Kegiatan 1.2.1 Tujuan umum Siswa mampu melaksanakan latihan kerja di tempat PKL untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kerja. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Siswa dapat menerapkan ilmu yang telah didapat di sekolah, sehingga dapat memperkuat kompetensi sesuai keahlian masing- masing. b. Siswa dapat mengenal langsung lapangan pekerjaan yang akan dihadapi sesuai dengan program keahlian masing-masing. c. Siswa dapat melatih kedisiplinan, tanggungjawab, serta budaya kerja sebagai bekal menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. d. Siswa dapat mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga kerja yang terampil, berdedikasi tinggi, serta memiliki kinerja yang tinggi sesuai dengan program keahlian yang ditempuh di sekolah. 1.3 Manfaat Kegiatan 1. Bagi Siswa a. Mendapatkan pengalanam nyata terkait dengan aplikasi ilmu sesuai dengan program keahlian. b. Mendapatkan kesempatan menerapkan ilmu yang diperoleh di sekolah dengan kenyataan di dunia kerja. c. Mendapatkan permasalahan di dunia kerja yang dapat meningkatkan pengetahuan sesuai dengan program keahlian.
  • 3. 3 2. Bagi Sekolah a. Memoeroleh informasi tentang kondisi nyata di dunia kerja yang berguna dalam peningkatan kualitas lulusan SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang. b. Memperoleh link and match antara smk dan dunia kerja serta dunia industri. 3. Bagi Mitra PKL a. Mitra PKL dapat memanfaatkan peserta PKL sesuai dengan kebutuhan. b. Mitra PKL mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah dikenal kemampuannya.
  • 4. 4 BAB II PROGRAM KEGIATAN PKL Program kegiatan PKL adalah sejumlah kompetensi yang terkait dengan program keahlian masing – masing. Tiap – tiap program PKL bertujuan agar peserta PKL mampu menerapkan kompetensi keahlian yang telah didapat disekolah sehingga akan menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja. Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk emplementasi secara sistematis dan singkron antara program pendidikan disekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/IX/2002 bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan adalah semua bahan dan peralatan untuk penyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pengertian apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian dapat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai dengan Ketentuan Umum Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992,
  • 5. 5 meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat; pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya dan pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (simplisia), alat kesehatan dan kosmetika. Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut: 2.1.1Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. 2.1.2Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. 2.1.3Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. 2.1.4Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan. 2.1.5Bangunan dan Kelengkapan, Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari : ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,
  • 6. 6 penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon apotek. Perlengkapan Apotek, Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain: Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll. 2.1.6Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan lain-lain. Menurut KepMenKes No.1027/MENKES/SK/IX/2004 apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Menurut definisi tersebut seorang apoteker merupakan lulusan perguruan tinggi farmasi yang memenuhi ciri profesi yaitu memiliki pengetahuan yang berbatas jelas dan pendidikan khusus berbasis keahlian pada jenjang perguruan tinggi. Menurut PerMenKes No.922/MENKES/PER/X/1993 apotek dapat diselenggarakan oleh apoteker yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA). Dapat diselenggarakan juga apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana, apoteker bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) sedang pihak lain seorang apoteker atau tidak yang bertindak sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA). Dalam hal ini apoteker menggunakan sarana pihak lain sehingga penggunaan sarana didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana.
  • 7. 7 Peran apoteker adalah melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yang merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek 2.2.1 Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek : 2.2.1.1 Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker 2.2.1.2 Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan 2.2.1.3 Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional dan kosmetika 2.2.1.4 Sarana pembuatan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, bahan obat, dan obat tradisional 2.2.2 Personalia Apotek Tenaga Kerja yang mendukung kegiatan suatu apotek adalah sebagai berikut: 2.2.2.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Apotek yang dipimpinnya dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja. 2.2.2.2 Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek atau yang menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. 2.2.2.3 Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek
  • 8. 8 tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki surat izin kerja (SIK) tidak bertindak sebagai apoteker pengelola apotek-apotek lain 2.3 Struktur Organisasi Apotek Gambar 2.1 Stuktur Organisasi Apotek PSA APA TTK KARYAWAN TENAGA UMUMADMINISTRASIKASIR APEN SMF/SMK Farmasi AMd.Farm
  • 9. 9 Fungsi pelayanan di dalam Apotek harus mengerti tugas dan wewenangnya masing- masing: 2.3.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud pada Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 ayat 1) yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker pendamping. Dari peraturan perundang-undangan tersebut Peran dan Fungsi Apoteker di Apotek yang melayani langsung pasien adalah sebagai : Pelayan dan Manager Sebagai Pelayan adalah : 2.3.1.1 Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat, membungkus dan menempatkan obat dalam wadah / bungkus yang cocok dan memeriksa serta memberi etiket dengan teliti. 2.3.1.2 Memberikan informasi / konsultasi tentang obat kepada pasien, tenaga kesehatan masyarakat. Sebagai Manajer adalah : 2.3.1.1 Menyusun prosedur tetap. 2.3.1.2 Mengelola obat, sumber daya manusia, peralatan dan uang di Apotek. Sebagai Pelayan sesuai dengan standar pelayanan yang sudah ditetapkan adalah : 2.3.1.1 Melayani resep dan non resep. 2.3.1.2 Promosi dan edukasi. 2.3.1.3 Pelayanan residensial ( home care ). 2.3.2 Apoteker Pendamping Melaksanakan seluruh tugas APA, bila APA berhalanganselama jam buka apotek. Membantu apoteker dalam pengelolaan apotek, pelayanan obat dan hal lain.
  • 10. 10 2.3.3 Tenaga Teknis Kefarmasian Menurut PP No.51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasiaan, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker 2.3.4 Kasir Menerima, mengatur, dan melakukan pembukuan keuangan 2.3.5 Administrasi Melakukan semua pencatatan segala kegiatan administrasi yang terjadi seperti: 2.3.5.1 Pencatatan stock obat 2.3.5.2 Pencatatan obat kosong 2.3.5.3 Pemesanan Obat 2.3.5.4 Pelaporan pemasukan & pengeluaran obat 2.4 Peraturan PerUndang – Undangan Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: 2.4.1 Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan 2.4.2 Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 2.4.3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian 2.4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek 2.4.5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 2.4.6 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika 2.4.7 Undang-Undang Tahun 1997 tentang Psikotropika 2.4.8 Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2010 tentang Prekursor
  • 11. 11 2.4.9 Undang-Undang No.419 Tanggal 22 Desember Tahun 1949 tentang Obat Keras 2.4.10 Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 tentang Obat Bebas Terbatas 2.4.11 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 2.4.12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 2.4.13 Peraturan Menteri Kesehatan No.24 pasal 10 tentang pekerjaan kefarmasian di apotek 2.4.14 Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/Menkes/VI/1981 tentang ketentuan dan tata cara paengelolaan apotek. 2.5 Penggolongan Obat Di Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari: 2.5.1 Obat Bebas Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau panduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemlihan atau peningkatan kesehatan termasuk sediaan biologis. Dan pengertian obat bebas itu sendiri adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar Narkotika, Psikotropika, Obat Keras, Obat Bebas Terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI.
  • 12. 12 Penandaan Obat Bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380//A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, sebagai beriku: Gambar 2.2 Logo obat bebas 2.5.2 Obat Bebas Terbatas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam daftar “W”(Waarschuwing) memberikan pengertian Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pamakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 2.5.2.1 Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya 2.5.2.2 Pada penyerahannya oleh pembuat dan penjual harus mencantumkan peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih, sebagai berikut:
  • 13. 13 Gambar 2.3 Peringatan obat bebas terbatas Penandaannya diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.2830/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam, seperti gambar berikut: Gambar 2.4 Logo obat bebas terbatas 2.5.3 Obat Keras Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut: 2.5.3.1 Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter 2.5.3.2 Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa nyata-nyata untuk dipergunakan secara parental 2.5.3.3 Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.02369/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah” Lingkaran bulat berwara merah dengan garis tepi berwarna hitam dengasn huruf K yang menyentuh garis tepi” seperti gambar berikut: Gambar 2.5 Logo obat keras
  • 14. 14 2.5.4 Obat Wajib Apotek (OWA) Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di Apotek tanpa resep dokter. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Dari uraian diatas yang melatarbelakangi hal tersebut adalah: 2.6.4.1 Meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional 2.6.4.2 Meningkatkan peran Apoteker dalam KIE. Oleh karena itu ditetapkan keputusan menteri tentang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di Apotek. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/1993 tentang kriteria obat yang diserahkan tanpa resep, yaitu: 2.5.4.1 Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun 2.5.4.2 Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit 2.5.4.3 Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh bantuan tenaga kesehatan 2.5.4.4 Untuk penyakit yang prevelensinya tinggi di indonesia 2.5.4.5 Memiliki rasio khasiat yang dipertanggung jawabkan Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan pertimbangan sebagai berikut: 2.5.4.1 Pertimbangan utama untuk Obat Wajib Apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resap dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dengan meingkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional 2.5.4.2 Pertimbangan kedua untuk meningkatkan peran apoteker di Apotek dalam pelayanan komunikasi informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat
  • 15. 15 2.5.4.3 Pertimbangan yang ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri. Dalam keputusan ini, pelayanan OWA yang dilakukan Apoteker harus memenuhi cara dan ketentuan, diantaranya sebagai berikut: 2.5.4.1 Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat kepada pasien. 2.5.4.2 Membuat catatan pasien dan obat yang diberikan, memberikan KIE meliputi dosis dan aturan pakai, kontra indikasi, efek samping yang harus diperhatikan oleh pasien. 2.5.5 Obat Narkotika Berdasarkan UU Kesehatan No.35 tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Pemusnahan obat narkotik Sesuai dengan Undang-Undang No.35 tahun 2009 pemusnahan obat Narkotik harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal: 2.5.5.1 Obat mengalami kadaluarsa 2.5.5.2 Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan untuk pelayanan kesehatan 2.5.5.3 Dilakukan dengan menggunakan berita acara yang memuat:  Nama, jenis, sifat dan jumlah obat yang diambil  Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun  Tanda tangan dan identitas pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (Ditunjuk oleh Menkes)  Ketentuan lebih lanjut syarat dan tata cara pemusnahan diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan
  • 16. 16 Gambar 2.6 Logo obat narkotika 2.5.6 Obat Psikotropika Berdasarkan UU No.5 tahun1997 tentang Psikotropika menyatakan bahwa Psikotropika adalah zat atau bukan narkotika baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Berdasarkan UU No.5 tahun 1997 pasal 3 tentang psikotropika adalah: Menjamin kesetersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan: 2.5.6.1 Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika 2.5.6.2 Memberantas peredaran gelap obat psikotropika Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu: 2.5.6.1 Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yaitu sangat kuat 2.5.6.2 Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan 2.5.6.3 Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif 2.5.6.4 Psikotopika golongan IV, yaitu psikotropika efek ketergantungannya ringan. Pengadaan untuk obat psikotropika Menurut UU No.5 tahun 1997 pemesanan obat psikotropika menggunakan dua rangkap surat pesanan yang ditanda tangani oleh
  • 17. 17 Apoteker kepada PBF/pabrik obat. Penyerahan psikotropika oleh Apoteker hanya dapt dilakukan untuk Apotek lain, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Dokter dan Pelayanan resep dokter. Pemusnahan untuk obat psikotropika 2.5.6.1 Kadaluarsa 2.5.6.2 Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan 2.5.6.3 Dilakukan dengan pembuatan berita acara yang membuat: nama, jenis, sifat dan jumlah, keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, tanda tangan dan identitas Pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (Ditunjuk oleh Menkes). 2.5.7 Obat Prekursor Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2010 tentang prekursor menyatakan bahwa prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika. Pengaturan prekursor dalam peraturan pemerintah ini meliputi segala kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan penggunaan prekursor untuk keperluan industri farmasi, industri non farmasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.5.7.1 Pengaturan prekursor bertujuan untuk:  Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor  Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor  Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor  Menjamin kesertersediaan prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 2.5.7.2 Pengadaan untuk obat golongan prekursor
  • 18. 18  Pengadaan prekursor dilakukan melalui produksi dalam negeri dan impor.  Prekursor sebagaimana dimaksudkan hanya dapat digunakan untuk tujuan industri farmasi, industri non farmasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  Alat-alat potensial yang dapat disalah gunakan dalam pengadaan dan penggunaan prekursor Produksi untuk obat golongan prekursor: 2.5.7.1 Produksi hanya dapat diproduksi oleh industri yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan 2.5.7.2 Produksi prekursor untuk industri farmasi harus dilakukan dengan cara produksi yang baik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan 2.5.7.3 Prekursor untuk industri farmasi harus memenuhi standar Farmakope Indonesia dan standar lainnya 2.5.7.4 Prekursor untuk industri non farmasi harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan Penggolongan obat tradisional Peraturan Menteri Kesehatan RI No.179/Menkes/Per/VII/1976 menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai obat tradisional adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari alam, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. 2.5.8 Jamu Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil maupun cairan yang berisi seluruh bahan nabati atau hewani yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional.
  • 19. 19 Jamu yang telah digunakan secara turun menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu. Gambar 2.7 Logo jamu 2.5.9 Obat Herbal Terstandar (OHT) Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak/penyarian bahan alam yang dapat berupa tumbuhan obat, hewan maupun mineral untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang kompleks dan berharga relatif mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian- penelitian praklinik (uji menggunakan hewan coba) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tumbuhan obat tradisional yang higienis. Herbal terstandar harus melewati uji toksisitas akut maupun kronis (keamanan), kisaran dosis, Farmakologi dinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap janin) Gambar 2.8 Logo OHT
  • 20. 20 2.5.10 Fitofarmaka Fitofarmaka adalah bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang disetujui, pelaksana yang kompeten,memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Disamping itu obat herbal jauh lebih aman dikonsumsi apabila dibandingkan dengan obat-obatan kimia karena obat tradisional semakin banyak diminati karena kesetersadiaan dan harganya yang terjangkau. Gambar 2.9 Logo fitofarmaka 2.6 Resep Pengertian resep obat dalam Farmakologi (ilmu Farmasi): Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep obat sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker tulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pengelola apotek dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang dipilihsebagai obatalternatif. Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi: cara penggunaan obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang diperhatikan pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep obat terdapat kekeliruan
  • 21. 21 atau penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep obat harus ditanda tangani oleh apoteker. Resep Obat adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk memberikan obat yang dikehendaki kepada pasien. Oleh karenanya pasien tidak diharuskan mengerti tulisan resep obat. Akan tetapi apotekerlah yang wajib mengerti tulisan resep obat dan memberikan informasi obat yang dibutuhkan oleh pasien. Mulai dari nama obat, dosis, aturan pakai, efek samping sampai hal-hal lain yang berhubungan dengan obat dan penyakit pasien. Dari alur tersebut jelaslah bahwa pasien (berhak) mendapatkan informasi lebih dari sekedar bisa membaca resep obat. Dalam hal ini keaktifan pasien untuk bertanya/berkonsultasi dengan apoteker ketika menebus obat di apotek sangat dibutuhkan. Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 2.6.1 Persyaratan Administratif : 2.6.1.1 Nama, SIP dan alamat dokter 2.6.1.2 Tanggal penulisan resep 2.6.1.3 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep 2.6.1.4 Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien 2.6.1.5 Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta 2.6.1.6 Cara pemakaian yang jelas 2.6.1.7 Informasi lainnya 2.6.2 Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 2.6.3 Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
  • 22. 22 2.7 Penyimpanan Obat Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan Internasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang. 2.7.1 Aturan penyimpanan Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak - anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misal insulin. 2.7.2 Lama penyimpanan obat Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, telinga dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah
  • 23. 23 sering dibuka-tutup, misal dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di negara-negara maju pada setiap kemasan obat harus tercantum bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tersebut tidak berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka-angka ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk-petunjuk yang tertera dalam aturan pakai. 2.7.3 Cara Penyimpanan Obat Golongan: 2.7.3.1 Obat Bebas  Pada saat menyimpan obat sebaiknya dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat. Dan pada suhu kamar yang terhindar dari sinar matahari langsung  Pada saat menyimpan obat sebaiknya diletakkan ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena akan menimbulkan kerusakan.  Pada saat menyimpan obat bentuk cair sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis dalam etiket obat  Pada saat menyimpan obat sebaiknya obat masih dalam keadaan bagus atau masa kadaluarsa yang masih lama  Sebaiknya obat disimpan ditempat yang tinggi atau aman agar tidak bisa dijangkau oleh anak-anak
  • 24. 24 2.7.3.2 Golongan Narkotik Apotek dan Rumah Sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotik dengan persyaratan sebagai berikut:  Lemari terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat dari kaca)  Lemari mempunyai kunci kuat  Dibagi dua bagian, masing-masing dengan kunci yang berlainan  Bagian pertama untuk menyimpan morfina, petidina serta persediaan narkotika, sedangkan bagian yang kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. 2.7.3.3 Golongan Psikotropika Obat-obat untuk golongan psikotropika dalam rak dan lemari khusus yang terpisah dari obat-obatan lain yang membuat kartu stok Psikotropika. Sebenarnya hampir sama dengan narkotika hanya saja disimpan dalam lemari dan tidak memerlukan kunci ganda hanya satu kunci saja 2.8 Alur Distribusi Obat Pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dan jasa dari produsen konsumen sehingga penggunaannya sesuai(jenis, jumlah, harga, tempat) dengan yang diperlukan. Distribusi Obat: Secara umun dapat diartikan sebagai proses pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain seperti: 2.8.1 Pemindahan dari supplier ke gudang pabrik (GP) 2.8.2 Pemindahan dari GP ke unit produksi atau pemakai 2.8.3 Pemindahan produk dari unit produksi ke GP 2.8.4 Pemindahan dari GP ke gudang cabang pabrik (GCP) 2.8.5 Pemindahan GP/GCP ke gudang distributor (GD)
  • 25. 25 2.8.6 Pemindahan GD ke gudang cabang distributor (GCD) 2.8.7 Pemindahan GD/GCD kepengencer 2.8.8 Pemindahan dari pengencer ke konsumen 2.8.9 Proses pemindahan tersebut dapat berlangsung cepat atau lama bahkan dapat membutuhkan waktu beberapa hari tergantung jarak, kualitas transportasi seperti jalan dan alat angkut 2.8.10 Selama proses pemindahan mutu dan jumlah barang harus tetap dapat dipertahankan, karena itu alat angkut harus memiliki fasilitas untuk menjaga mutu dan keamanan barang 2.9 Administrasi ( Pencatatan dan Pelaporan Obat ) 2.9.1 Pencatatan Administrasi pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh kegiatan dan mencatat transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan. Pembukuan-pembukuan tersebut adalah : 2.9.1.1 Buku Pesanan Barang 2.9.1.2 Buku Pembelian Barang 2.9.1.3 Buku Penerimaan Barang 2.9.1.4 Buku Penjualan Barang 2.9.1.5 Buku Penjualan Resep 2.9.1.6 Buku Daftar Harga 2.9.1.7 Buku Harian 2.9.1.8 Buku Bulanan 2.9.1.9 Buku Kas 2.9.1.10Buku Bank 2.9.1.11Buku Pemakaian Obat Narkotika 2.9.1.12Buku Pemakaian Obat Psikotropika 2.9.1.13Buku Pemakaian Obat Generik 2.9.2 Pelaporan Laporan merupakan kegiatan dalam pencatatan usaha-usaha obatan secara tertib, baik pemasukan, penyimpanan maupun pendistribusian. Untuk memudahkan dalam pelaporan yang akan
  • 26. 26 dilaporkan kepada Departemen Kesehatan maka untuk obat Narkotik dan Psikotropika diadakan Stock Opname (SO) setiap sebulan sekali sesuai dengan peraturan baru yang menyebutkan bahwa pelaporan obat Narkotik dan Psikotropika menggunakan sistem online. Pelaporan melalui sistem online ada beberapa cara yang harus dilakukan yaitu dengan cara pertama ketik alamat website untuk pelaporan Narkotik dan Psikotropika yaitu www.sipnap.binfar.depkes.go.id setelah itu klik import, Narkotika dan Psikotropika, setelah diklik isi data kode user name kemudian password, nama unit apotek dan bulan yang akan dilaporkan. 2.10 Alat Kesehatan dan Kegunaannya Alat kesehatan yang biasa tersedia di apotek 2.10.1 Stetoskop Gambar 2.11 Stetoskop Fungsi : untuk mendengarkan detak jantung, paru-paru. 2.10.2 Spiknomanometer Gambar 2.12 Spiknomanometer Fungsi: untuk mengukur tensi atau tekanan darah. Dipergunakan untuk pemeriksaan pasien hipertensi, anemia dsb.
  • 27. 27 2.10.3 Termometer Gambar 2.13 Termometer Fungsi : untuk mengukur suhu tubuh. 2.10.4 Alat Cek Darah Gambar 2.14 Alat cek darah Fungsi : biasanya memiliki 3 fungsi dalam satu alat. Selain itu mengecek kadar gula darah juga dapat digunakan untuk mengecek asam urat dan kolesterol dalam darah. 2.10.5 Hot Water Bottle Gambar 2.15 Hot Water Bottle Fungsi : untuk kompres panas. 2.10.6 Urinal Gambar 2.16 Urinal
  • 28. 28 Fungsi : untuk menampung urine pada pasien yang tidak boleh/biasa ke WC.  Urinal male :untuk laki-laki  Urinal female : untuk wanita. 2.10.7 Catheter Gambar 2.17 Catheter Fungsi : untuk mengeluarkan/pengambilan urine. 2.10.8 Urine Bag Gambar 2.19 Urine Bag Fungsi : untuk menampung urine yang dihubungkan dengan ballon catheters/ foley catheters untuk mengeluarkan/pengambilan urine pada system tertutup. 2.10.9 Feeding Tube Gambar 2.20 Feeding Tube Fungsi: untuk nutrisi/pemberian cairan makanan melalui mulut atau hidung
  • 29. 29 2.10.10 Handschoen Gambar 2.21 Handschoen Fungsi : untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekeliling 2.10.11 Infusion Set Gambar 2.22 Infusion Set Fungsi : selang untuk pemberian infuse 2.10.12 Spuit/Syringe Gambar 2.23 Syringe Fungsi : untuk menyuntik. 2.10.13 Reflex Hamer Gambar 2.24 Reflex Hamer Fungsi : memeriksa kemampuan refleksi dari bagian tertentu tubuh kita. Missal: lutut.
  • 30. 30 2.10.14 Kursi roda Gambar 2.25 Kursi Roda Fungsi : alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan berjalan, baik dikarenakan penyakit, cedera maupun cacat 2.10.15 Walker tanpa roda Gambar 2.26 Walker tanpa roda Fungsi : sebagai tempat pegangan serta menggunakan empat kaki sebagai penumpunya. 2.10.16 Selang oksigen/nasal kanula Gambar 2.27 Selang Oksigen/Nasal Kanula Fungsi : mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah. Membutuhkan pernafasan hidung. 2.10.17 Bak instrument Gambar 2.28 Bak Instrument
  • 31. 31 Fungsi : sebagai tempat alat-alat yang digunakan untuk menolong persalinan/merawat luka. 2.10.18 Kotak P3K Gambar 2.29 Kotak P3K Fungsi : sebagai tempat obat obatan. 2.10.19 Gunting bedah Gambar 2.30 Gunting Bedah Fungsi : untuk menggunting bagian bagian dari tubuh 2.10.20 Timbangan+tinggi badan Gambar 2.31 Timbangan Badan Fungsi : menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan. 2.11 Penyimpanan dan Perawatan Alat Kesehatan 2.11.1 Perawatan Elektronika Perawatan elektronika yang dimaksudkan adalah peralatan yang menggunakan sumber daya listrik, misalnya alat electrocardiography, electro encephalography, unit thermography, ventilator, unit monitor EKG, dan lain-lain. Peralatan elektronik sangat peka terhadap goncangan sehingga perlu dihindari dari goncangan. Hindari penggunaan alat dari medan
  • 32. 32 magnet sensivitas meter tidak berubah. Alat-alat elektronika tidak tahan pada suhu 25°C, sehingga pada waktu menggunakan suhu ruangan sebaiknya berkisar antara 18°C sampai dengan 25°C, rata-rata pada temperatur 21°C. Untuk menghindari suhu terlalu tinggi, pada alat perlu tempati kipas angin di sekitar power supply / sumber daya alat tersebut. Pengetahuan dan keterampilan penggunaan peralatan memengang peranan penting dalam perawatan peralatan agar peralatan berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dihindari sejauh mungkin. Pengetahuan dan keterampilan meliputi:Sasaran pengukuran telah dipahami terlebih dahulu. Persiapan metode, waktu dan program pengukuran. Kondisi peralatan baik atau tidak. 2.11.2 Perawatan Alat dari Bahan Baku Logam Alat-alat yang terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun aluminium sering terjadi karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat tersebut harus disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (±37°C) dan lingkungan yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai penyerap uap air. Sebelum disimpan alat tersebut harus bebas dari kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian diolesi dengan minyak oli, minyak rem atau parafin cair. 2.11.3 Perawatan Alat dari Bahan Baku Gelas Bahan gelas banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa keuntungan maupun kelemahan dari bahan baku gelas tersebut. Keuntungannya : Bahan gelas tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak, koefisien mulai yang kecil dan tembus cahaya yang besar.
  • 33. 33 Kelemahan : Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga menggangu daya tembus sinar, kadang-kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan saja mudah timbul goresan. Dengan memperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus perhatikan: 2.11.3.1 Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27°C- 37°C dan diberi tambahan lampu 2.11.3.2 Ruang tempat penyimpanan diberikan silikon sebagai zat higroskopis 2.11.3.3 Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk membersihkan lensa sampai merusak lapisan lensa 2.11.3.4 Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan diatas kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan secara langsung asalkan bahan gelas terbuat dari pyrex 2.11.3.5 Gelas yang akan direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan kedalam air dingin kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaliknya untuk pendingin mendadak tidak diperkenangkan 2.11.3.6 Membersihkan bahan/kotoran dari gelas sebaiknya segera setelah dipakai dapat menggunakan:Air yang bersih. Detergen: dapat menghilangkan lemak dan tidak membawa efek perubahan fisik. Larutan: Kalium dishromat 10 gram, Asam belerang 25 ml, Aquadest 75 ml Kadang-kadang memerlukan perendam sampai beberapa jam, kemudian dibilas dengan air bersih, dikeringkan dengan udara panas lalu disimpan ditempat yang kering.
  • 34. 34 2.11.4 Perawatan Alat dari Bahan Baku Karet Sarung tangan dari karet/hand schoen mudah sekali meleleh atau melengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghidari kerusakan dari bahan karet, sebelum melakukan penyimpanan mula- mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur dibawah sinar matahari atau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi talk pada seluruh permukaan karet. 2.12 KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan sehingga terjadi suatu kesamaan makna tentang pesan yang disampaikan antara sumber dan penerima pesan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan komunikasi minimal harus dapat menghasilakan terjadinya kesamaan makna. Komunikasi yang menghasilkan kesamaan makna adalah komunikasi yang efektif. Proses komunikasi melibatkan empat unsur yaitu : 2.12.1 Sumber komuinkasi 2.12.2 Pesan komunikasi 2.12.3 Saluran komunikasi 2.12.4 Penerima pesan komunikasi Berdasarkan empat unsur penentu efektivitas komunikasi, maka strategi komunikasi disusun berdasarkan keempat unsur tersebut. Menurut Pace,dkk (1979) ada tiga tujuan utama strategi komunikasi yang ingin dicapai, yaitu : 2.12.1 Memastikan bahwa penerima pesan memahami isi pesan yang diterimanya 2.12.2 Memantapkan penerimaan pesan dalam diri penerima sasaran 2.12.3 Memotivasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan implikasi pesan
  • 35. 35 Metode komunikasi menurut cara pelaksanaannya 2.12.1 Metoda redudancy : cara mempengaruhi target sasaran dengan jalan mengulang-ulang pesan yang sama. Penyampaian pesan dilakukan secara kontinyu, tidak hanya sekali atau dua kali aja. Cara penyampaian pesan-pesan tersebut sebaiknya menarik agar tidak membosankan. Keuntungan penyampaian pesan berulang- ulang antara lain target sasaran akan lebih memperhatikan pesan, tidak mudah lupa dan sumber dapat memperbaiki diri dalam cara penyampaian pesan. 2.12.2 Metoda canalizing : cara mengubah pengetahuan, pemikiran, pendapat dan sikap mental target sasaran ke arah yang dikehendaki secara perlahan- lahan karena pada dasarnya pengetahuan, pemikiran, pendapat dan sikap seseorang dipengaruhi oleh kerangka referensi dan pengalaman yang telah mengkristal selama bertahun- tahun. Edukasi adalah proses untuk belajar mengajar yang sangat perlu diberikan kepada produsen, konsumen dan pengambil kebijakan agar dapat mengubah perilakunya untuk menjadi lebih baik. Perilaku sebagai tujuan belajar oleh Slamet (1975) diartikan sebagai segala tindak tanduk seseorang yang dapat diamati, didengar dan dirasakan oleh orang lain. Perilaku sebagai tujuan pendidikan terdiri dari tiga kawasan, yaitu : 2.12.1 Kawasan kognisi 2.12.2 Kawasan afeksi 2.12.3 Kawasan psikometrik Tujuan pengubahan perilaku pada kawasan kognisi mencakup perubahan perilaku yang berkaitan dengan aspek intelektualitas dan pengetahuan seseorang. Pengetahuan belajar pada kawasan kognisi ini terdiri dari enam unsur yang tersusun secara hierakis, yaitu : 2.12.1 Pengetahuan (knowledge) meliputi memori tentang fakta, kaidah, prinsip yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan orang yang belajar.
  • 36. 36 2.12.2 Komprehensi (comprehension) meliputi kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari materi pembelajaran yang telah dipelajari. 2.12.3 Aplikasi (application) meliputi kemampuan seseorang menggunakan materi belajar dalam situasi baru untuk memecahkan masalah-masalah kongkrit yang dihadapi. 2.12.4 Analisis (analysis) meliputi kemampuan seseorang untuk menjelaskan sesuatu yang pernah diajarkan dan dialami dengan rinci. 2.12.5 Sintesa (synthetic) merupakan kemampuan untuk menghubung- hubungkan segala sesuatu yang diajarkan dan dialami atau dilakukan sehingga mewujudkan suatu pengertian baru. 2.12.6 Penilaiaan (evaluation) merupakan kemampuan untuk menilai. Strategi Informasi dan Edukasi Informasi dan edukasi dapat dilaksanakan melalui tiga jenis jalur pendidikan menurut sifat pelaksanaannya, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal. Pembedaan ketiga sifat pendidikan tersebut ada pada da tidaknya proses belajar mengajarnya, mencakup kurikulum, materi, standarisasi warga belajar, kelengkapan sarana dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan luar sekolah yang memiliki aturan dan kurikulum yang luwes. Jika dalam pendidikan formal target sasaran sebagai obyek, maka pada pendidikan non-formal, target sasaran berperan sebagai pemain utama atau subyek pendidikan..Materi, metoda, dan media pendidikan yang digunakan harus berdasarkan kebutuhan dan karakteristik target sasaran. Contoh pendidikan non-formal antara lain adalah penyuluhan keamanan makanan jajanan, penyuluhan pengawasan bahan berbahaya, pelatihan penerapan HACCP, pelatihan sertifikasi halal, kursus-kursus penanganan pangan aman dan sebagainya. Yang harus diperhatikan pada saat swamedikasi adalah: 2.12.1 Who (gejala apa yang dirasakan)
  • 37. 37 Petugas Apotek berhak menanyakan untuk siapa obat ini dikonsumsi nantinya 2.12.2 What symptoms (gejala apa yang dirasakan) Gejala ini juga penting untuk dinyatakan oleh petugas Apotek, karena gejala ini masih dapat diterapi dan masih bisa disembuhkan atau penyakit tersebut sudah menjangkit lebih jauh terhadap pasien. 2.12.3 How Long (sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung) Faktor lamanya waktu gejala menentukan, apakah konsep swamedikasi dapat dijalankan atau tidak. Bila memang sudah kronis atau akut, proses yang dapat ditempuh adalah memeriksakan penyakit ini ke tenaga medis, yang mendiagnosa, sampai seberapa tingkat progresifitas penyakit yang diderita pasien tersebut. 2.12.4 Action (tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut) Jika beberapa hal diatas sudah dianalisa, maka petugas di apotek akan merekomendasikan terapi swamedikasi. 2.12.5 Medicine (obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien) Dengan menanyakan obat apa saja yang sudah dikonsumsi maka petugas apotek dapat membandingkan apakah efek alergi jika diberikan dengan sediaan baru, tingkat resistensi diri obat terhadap penyakit yang diderita dan efek samping yang mungkin terjadi. 2.13 Program Asuransi dan Program Kerjasama Jaminan Kesehatan Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) menentukan manfaat jaminan kesehatan atau manfaat jaminan kecelakaan kerja diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-undang menentukan bahwa BPJS yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan/atau program jaminan kecelakaan kerja menjalin kerjasama dengan fasilitas kesehatan baik milik Pemerintah maupun swasta.
  • 38. 38 Fasilitas kesehatan yang dapat menjalin kerjasama dengan BPJS adalah fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medik sejumlah peserta. Fasilitas kesehatan dianggap memenuhi syarat tertentu apabila fasilitas kesehatan tersebut diakui dan memiliki izin dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud di atas menurut Penjelasan Pasal 23 ayat (1) UU SJSN meliputi rumah sakit, dokter praktik, klinik, laboratorium, apotek dan fasilitas kesehatan lainnya.
  • 39. 39 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Profil Apotek 3.1.1 Sejarah Apotek Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp and Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dlam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat. Pada tanggal 4 Januari 2003 dibentuklah PT. Kimia Farma Apotek, yang merupakan anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan dan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk. Apotek Kimia Farma Cilacap merupakan salah satu mata rantai Apotek jaringan Kimia Farma yang didirikan pada tahun 1995 dengan lokasi Jl. S.Parman 10-12 Cilacap. Saat ini Apotek Kimia Farma Cilacap telah memindahkan lokasi Apotek ke Jl. Gatot Subroto 59 dengan nomor
  • 40. 40 Telp/Fax (0282) 535293. Maksud dan tujuan relokasi adalah untuk lebih mendekatkan diri ke pusat pelayanan kesehatan di Cilacap yaitu RSUD Cilacap. Agar tujuan perusahaan untuk ikut membantu program pemerintah untuk menuju Indonesia sehat dapat berjalan maksimal. Sampai saat ini, Apotek Kimia Farma Cilacap dilengkapi dengan praktik dokter baik umum maupun spesialis, swalayan farmasi, counter alat kesehatan, laboratorium klinik, layanan swamedikasi, optik dan buka 24 jam. Dalam pelayanannya, apotek ini didukung dengan sistem komputer yang sangat membantu dalam segi kecepatan dan ketepatan layanan. Dalam perkembangannya, Apotek Kimia Farma telah membuka cabang baru yaitu Apotek Kimia Farma 206 yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto 115 A dengan nomor telepon (0282) 542727. Tujuan pembukaan cabang baru ini untuk memudahkan para pelanggan Apotek Kimia Farma Cilacap dalam mengambil obat, sehingga para pelanggan apotek yang bertempat tinggal sekitar batas kota tidak perlu jauh-jauh ke Apotek Kimia Farma yang didekat RSUD tetapi cukup di Apotek Kimia Farma yang terdekat dengan tempat tinggal pelanggan. 3.1.2 Struktur Organisasi Apotek Apotek Kimia Farma 89 Cilacap, memilki Tenaga Kerja beserta tugas sebagai berikut. 3.1.2.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) : 1 Tugas :  Menyusun rencan kerja dan anggaran perusahaan, laba dan biaya yang seefisien mungkin, untuk memastikan pencapaian target yang telah ditentukan.  Mengelola kegiatan pelayanan terhadap pelanggan tetap dan melaksanakan praktik profesi sesuai ketentuan, untuk memberikan dukungan serta optimum dalam pencapaian
  • 41. 41 kinerja serta memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan sesuai SOP yang telah ditetapkan.  Mengelola kegitaan pengembangan bawahan, terutama dalam memberikan informasi obat kepada pasien atau melakukan layanan swamedikasi, untuk memenuhi kebenaran dan kelengkapan informasi yang diberikan kepada pelanggan serta mempertahankan citra baik perusahaan dan loyalitas pelanggan.  Mengontrol biaya operasional apotek (telepon, listrik, bahan baku, pemeliharaan, dll.) untuk memastikan biaya yang efisien dan efektif.  Merencanakan, mengelola dan mengawasi pengadaan dan tingkat persediaan barang di apotek melalui data data-data pareto penjualan, untuk memastikan tingkat kualitas, kelengkapan dan ketersediaan barang sesuai kebutuhan pelanggan dan rencana yang telah ditetapkan.  Melakukan validasi penjualan dan stok opname untuk memastikan sistem informasi berjalan dengan baik. 3.1.2.2 Asisten Apoteker (AA)/Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) : 7 Tugas :  Berinteraksi dengan supplier/sales/distributor mengenai barang datang.  Melakukan pelayanan farmasi yang meliputi penerimaan resep, peracikan, pengetiketan, KIE, maupun tugas-tugas kefarmasian lainyya. 3.1.2.3 Pembantu Layanan Farmasi : 3 Tugas :  Membantu pelayanan dan penjualan di apotek (terutama swalayan farmasi).
  • 42. 42  Bertanggung jawab terhadap kerapihan dan kebersihan swalayan farmasi.  Pelayanan kesehatan meliputi, cek tensi, cek gula darah, cek asam urat, dan cek kolesterol. 3.1.2.4 Cleaning Service (CS) : 2  Mengantar/mengambil obat.  Menjaga kebersihan apotek.  Membeli segala perlengkapan apotek Gambar 2.22 Sruktur Organisasi Apotek Kimia Farma 89 3.1.3 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma 89 Cilacap terletak di pusat Kota Cilacap Apotek Kimia Farma 89 beralamat di jalan Gatot Subroto Nomor 59 Cilacap. Tepatnya di kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Selatan dan termasuk salah satu apotek yang strategis di Kota. Karena di tempat itu berdekatan dengan RSUD Cilacap (hanya berjarak sekitar 300 meter) dan dilalui oleh jalur angkutan umum serta dekat dengan perumahan penduduk sehingga memudahkan jangkauan masyarakat pengguna jasa. Sebelah kanan apotek Kimia Farma 89 adalah sebuah Apoteker Pengelola Apotek (APA) Mitha Novetiana, SF.Apt AA (Asisten Apoteker)/TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) Pembantu Layanan Farmasi Cleaning Service (CS)
  • 43. 43 bengkel mesin dan sebelah kiri yaitu tempat usaha percetakan dan warung bakso. 3.1.4 Sarana dan Prasarana Apotek Sarana dan prasarana apotek meliputi : 3.1.4.1 Ruang tunggu konsumen/tamu/sales Ruang tunggu konsumen/tamu/sales di apotek Kimia Farma 89 berada didepan ruang praktik dokter. Mempunyai 3 baris kursi untuk tempat duduk pasien/tamu/sales dalam menunggu obat atau menunggu untuk menemui pegawai apotek dalam sebuah kepentingan. 3.1.4.2 Ruang pelayanan umum dan resep Tempat ini berbentuk meja persegi dengan kursi untuk pasien atau pelanggan. Meja ini berada di samping meja administrasi. 3.1.4.3 Ruang timbang Tempat untuk menimbang di apotek Kimia Farma 89 ini berada di sebelah meja racik dan di belakang meja administrasi. 3.1.4.4 Ruang racik Tempat racik di apotek Kimia Farma 89 berbentuk sebuah meja yang posisinya berada di sebelah lemari obat dan meja timbang. Di meja racik tersebut terdapat beberapa alat yang digunakan untuk meracik obat, misalnya blender obat, alat pres, kertas perkamen, saringan, mortir, stamper, bungkus obat, dll. 3.1.4.5 Ruang administrasi, komputer, pembayaran/kasir, dan konsultasi Tempat ini berbentuk meja yang panjang dengan tiga buah komputer di atasnya. Meja ini digunakan untuk menerima resep, memasukkan ke data komputer, memberi harga sekaligus tempat pembayaran/kasir serta sebagai tempat konsultasi pasien. 3.1.4.6 Ruang pelayanan apoteker Di apotek Kimia Farma 89 tidak terdapat ruang pelayanan apoteker. Jika pada suatu saat ada pasien yang ingin
  • 44. 44 mendapatkan pelayanan apoteker maka biasanya menggunakan salah satu ruang praktik dokter. 3.1.4.7 Tempat display obat dan alat kesehatan Tempet display obat dan alat kesehatan berada di ruangan depan setelah pintu utama. Tempatnya luas dan juga terdapat rak-rak display obat dan alat kesehatan yang tersusun rapi. Tempat ini di apotek Kimia Farma 89 sering disebut swalayan farmasi. 3.1.4.8 Gudang obat dan alat kesehatan Gudang di apotek Kimia Farma 89 ruangannya cukup luas. Didalam gudang terdapat rak untuk menaruh persediaan obat, dan persediaan barang yang lain. Terdapat pula lemari es untuk menyimpan obat sediaan injeksi. 3.1.4.9 Kamar mandi dan mushola Di apotek Kimia Farma 89 terdapat ruangan ibadah sendiri. Posisi tempat ibadah tersebut berada di belakang, di antara gudang dan kamar mandi. Sementara kamar mandi di apotek Kimia Farma 89 dibagi menjadi dua, yaitu kamar mandi laki- laki dan perempuan. 3.1.4.10 Lahan parkir Lahan parkir apotek Kimia Farma 89 areanya luas. Tidak hanya untuk motor saja namun mobil pun bisa parkir di lahan parkir apotek Kimia Farma 89. 3.2. Kerjasama dengan Dokter Praktik Apotek Kimia Farma 89 bekerja sama dengan beberapa dokter praktik, baik itu dokter umum maupun dokter spesialis. Namun selain itu, Apotek Kimia Farma 89 juga bekerja sama dengan rumah sakit dan juga klinik. Diantaranya yaitu Rumah Sakit Pertamina Cilacap dan Klinik BP Nayaka. 3.2.1. Praktik Dokter Umum Dokter umum yang praktik di Apotek Kimia Farma 89 adalah dr. Anita, dr, Rizki, dan dr. Sari.
  • 45. 45 3.2.2. Waktu Praktik Dokter Umum Waktu praktik beberapa dokter umum di Apotek Kimia Farma 89 adalah sebagai berikut. 3.2.2.1.dr. Anita Hari Senin sampai Sabtu pukul 07.00-11.00 pukul 17.00-20.00. 3.2.2.2. dr. Rizki Hari senin sampai sabtu pukul 14.00-17.00 3.2.2.3. dr. Sari Hari senin sampai sabtu pukul 17.00-20.00 3.2.3. Praktik Dokter Spesialis Dokter spesialis yang praktik di Apotek Kimia Farma 89 adalah dr. Supardi, Sp.PD (spesialis penyakit dalam), dr. Sri Murniati, Sp.KK (spesialis kulit dan kelamin), dan drg. Bambang Sutedja, MMR, dr.Kelly, Sp.JP.FIHA (spesialis jantung), dr.Supatmi, Sp.OG.,M.Kes (spesialis kandungan), dr. Fateh Jamal,Sp.U (spesialis Urologi), dr. Julia M Sari, Sp.THT.KL (spesialis THT). 3.2.4. Waktu Praktik Dokter Spesialis Waktu praktik beberapa dokter spesialis di Apotek Kimia Farma 89 adalah sebagai berikut. 3.2.4.1. dr. Sri Murniati, Sp.KK (Spesialis Kulit dan Kelamin) Hari Senin-Kamis yaitu pagi 07.00-08.30 dan siang pukul 12.30-13.00. 3.2.4.2. drg. Bambang Sutedja, MMR. Hari Senin-Jum’at pukul 19.00-21.00. 3.2.4.5. dr.Kelly, Sp.JP.FIHA (spesialis jantung) Hari Senin-Jumat 19.00-selesai 3.2.4.6. dr.Supatmi, Sp.OG.,M.Kes (spesialis kandungan) Hari senin, Rabu, Jumat, Sabtu 13.00-selesai 3.2.4.7. dr. Fateh Jamal,Sp.U (spesialis Urologi) Hari Senin-Jumat 19.00-selesai
  • 46. 46 3.2.4.8. dr. Julia M Sari, Sp.THT.KL (spesialis THT) Hari senin-Jumat 19.00-selesai 3.2.5. Ruang Tunggu Pasien Ruang tunggu pasien untuk praktik dokter di Apotek Kimia Farma 89 adalah sama dengan ruang tunggu pasien/konsumen/tamu/sales. 3.3. Laboratorium Laboratorium klinik di apotek Kimia Farma disamping kanan dari apotek. Laboratorium ini bernama laboratorium Edsa. Di tempat ini ada beberapa alat laboratorium diantaranya yaitu mikroskop, tabung reaksi, spektromanometer UV-Vis, dll. Selain itu juga terdapat beberapa pereaksi uji. Di laboratorium ini biasanya digunakan untuk menguji urin, darah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
  • 47. 47 PEMBAHASAN Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek merupakan suatu proses atau metode pembelajaran dari program studi SMK Ma’arif NU 2 AJIBARANG terhadap siswanya yang dilaksanakan diluar sekolah. Kami melaksanakan Praktek kerja lapangan pada tanggal 05 Februari sampai dengan 18 Maret 2018 di Apotek Kimia Farma No. 89. Apotek Kimia Farma tersebut beralamat di jalan Gatot Subroto No. 59 Cilacap. Adapun tujuan diadakannya PKL ini adalah agar siswa dapat menerapkan praktek layanan kefarmasian diapotek meliputi, komunikasi dengan pelanggan atau pasien atau tenaga kesehatan lain, mengidentifikasi resep, merencanakan dan melakukan peracikan obat yang sesuai dengan kewenangannya dan sesuai dengan perhitungan dosis, penimbangan, pembuatan racikan sediaan puyer, pembuatan racikan sediaan kapsul, pembuatan sediaan sirup kering, pembuatan salep, penulisan copy resep, etiket, kwitansi dan bukti pembayaran tentang resep khusus yang berisi obat golongan narkotika dan golongan psikotropika. Dengan ini juga mahasiswa mendapatkan pengetahuan serta wawasan yang berlebih yang nantinya diharapkan dapat digunakan pada saat ada di dalam dunia kerja atau menjadi bekal sebagai mana mestinya. Apotek Kimia Farma No. 89 tidak hanya menjual obat obatan saja melainkan menyediakan alat alat kesehatnnya lainnya dan juga menyediakan praktek dokter umum maupun spesialis, juga menyediakan swalayan farmasi. Tujuan dari adanya swalayan farmasi adalah agar pasien atau pelanggan dapat lebih leluasa memilih obat yang mereka butuhkan. Selama ada di Apotek Kimia Farma No.89 kami menjadi lebih paham cara menanggapi pasien atau melayani pelanggan hal ini meliputi cara berkomunikasi dengan pasien menyampaikan terkait resep yang akan ditebus oleh pasien meliputi cara pemakaian obat dan waktu minum obat. Selanjutnya kami juga belajar tentang skrining resep meliputi nama dokter, alamat praktek dokter. Namun demikian dalam perhitungan harga jual apotek kami hanya di perbolehkan mengamatinya saja karena dalam hal ini dibutuhkan pertanggung jawaban yang sangat besar dalam memberikan harga obat
  • 48. 48 atau barang yang dibutuhkan oleh pelanggan atau pasien. Dalam menentukkan harga jual Apotek Kimia Farma No. 89 langsung terhubung dengan Bissines Manager (BM) Kimia Farma yang berpusat di Jl. Malioboro No. 123 Yogyakarta. Adapun alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No. 89 mulai dari pasien menyerahkan resep yang pasien dapatkan dari dokter kepada petugas apotek maupun tenaga teknis kefarmasian, kemudian resep di skrining dan dilakukan pengecekan obat , jika ada salah satu obat yang tidak tersedia ataupun stok kosong maka petugas apoteker memberi tahu pasien terlebih dahulu dan bisa menawarkan obat yang lainnya yang zat adiktifnya sama. Apabila pasien menyetujuinya maka tenaga teknis kefarmasian maupun petugas apoteker langsung menghitung berapa jumlah uang yang harus ditebus ataupun dibayarkan oleh pasien. Harga yang dibayarkan oleh pasien sudah termasuk embalase, harga obat dan racikan. Setelah pasien membayar baru petugas apotek ataupun tenaga teknis kefarmasian menyiapkan obatnya dan meraciknya jika obatnya berbentuk racikan. Obat diracik maupun di ambil sesuai dengan resep yang ada dan harus diteliti benar benar, setelah proses pengambilan obat dan peracikan obat selesai maka selanjutnya masing masing obat diberi etiket sesuai dengan aturan pakainya , dengan kelengkapan no resep, tanggal, aturan pakainya, sesudah maupun sebelum makan dan keterangan obat tersebut untuk apa saja kegunaannya. Dalam peracikan hampir tidak ditemui perhitungan dosis karena kebanyakan resep sudah ditentukan dosisnya dan sudah tertera jumlah obat yang harus diambil, tetapi sesekali juga dilakukan perhitungan jumlah obat yang harus diambil. Dan untuk penimbangan, di Apotek Kimia Farma No. 89 jarang dijumpai karena kebanyakan resep racikan adalah menggunakan jumlah obat per tablet/kapsul atau kalau salep yaitu menggunakan sediaan jadi dari produsen dan yang kami lakukan adalah mencampur beberapa jenis salep yang tertera di resep, ataupun kalau ada menim,bang vasellin album sebagai campuran pada salep. Dalam pembuatan racikan puyer di Apotek Kimia Farma No. 89 merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada kemasan, dalam pembuatan racikan puyer harus memperhatikan dosis, jenis, jumlah obat dan jumlah yang akan dibungkus. Untuk sediaan puyer di Apotek
  • 49. 49 Kimia Farma No. 89, ditempatkan pada kertas puyer khusus berlabel kimia farma. Pada saat praktik di Apotek Kimia Farma No. 89, kami mempelajari dan melakukan cara meracik sediaan puyer, kapsul, sirup, sirup kering atau salep yang tertera pada resep. Dan pada proses penghalusan obat untuk sediaan puyer atau kapsul di Apotek Kimia Farma No. 89 adalah dengan menggunakan blender bukan menggunakan mortir. Serta di Apotek Kimia Farma No. 89 tidak kami jumpai sekalipun resep racikan lotio. Peracikan sediaan sirup kering di apotek Kimia Farma No. 89 sering dijumpai dalam peracikan resep caranya adalah sediaan sirup kering ditambahkan dengan air mineral produk dari kimia farma juga sesuai dengan ukuran yang tertera pada kemasan botol obat kemudian digojog sampai homogen dan pada peracikan sediaan salep di apotek Kimia Farma No. 89 berbeda dengan peracikan puyer dan kapsul, jika sediaan puyer menggunakan blender untuk menghomogenkan, sedangkan peracikan sediaan salep caranya adalah dengan cara mensterilkan pot atau membersihkan pot salep dengan cara mengambil beberapa bagian kapas yang ditetesi alkohol 70 % kemudian kapas tersebut digunakan untuk membersihkan pot, setelah itu sediaan salep dimasukkan kedalam pot salep kemudian diaduk hingga homogen kemudian jika ada basis salep yang tertinggal dipinggir pinggir pot salep maka bersihkan dengan kapas lalu ditutup dan diberi etiket. Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Kimia Farma No. 89 kami juga mendapatkan pengalaman penulisan copy resep dan kwitansi. Copy resep ini digunakan untuk resep yang diambil setengah atau diambil tidak penuh oleh pasien dan untuk obat-obat yang tidak tersedia di Apotek Kimia Farma No. 89 atau pada waktu itu stock obat yang dimaksud sedang dalam keadaan kosong. Akan tetapi jika pasien mau menunggu, Apotek Kimia Farma No. 89 akan berusaha mencarikan obat yang tidak tersedia di Apoteknya atau stocknya kosong ke apotek-apotek lain dan beberapa rumah sakit yang berada di sekitar Cilacap. Jika sudah diambil semua diberi tanda detur yang artinya sudah diserahkan. Sedangkan pada kwitansi dan bukti pembayaran di apotek Kimia Farma No. 89 diberikan untuk pasien yang meminta bukti pembayaran obat. Dan untuk
  • 50. 50 penulisan kwitansi, kami sesekali diperbolehkan untuk menulis kwitansi sebagai bukti pembayaran, namun kami hanya diperbolehkan menulis isi kwitansinya saja tidak termasuk tanda tangan. Hal itu dikarenakan, jika suatu ketika ada pasien yang mengeluhkan mengenai bukti pembayaran masih bisa dipertanggungjawabkan. Diapotek Kimia Farma No. 89 tidak hanya menyediakan obat keras, obat bebas, dan obat bebas terbatas saja akan tetapi menyediakan juga obat narkotik dan obat psikotropik. Obat narkotik dan psikotropik hanya boleh diambil dengan menggunakan resep asli dookter. Resep narkotik hanya bisa dilayani dalam satu kabupaten saja, sedangkan psikotropik dapat dilayani dalam satu provinsi. Pembuatancopy resep hanya untuk obat yang diambil setengah, dalam kondisi narkotik kosong resep asli dikembalikan kepada pasien. Pengambilan obat narkotik dengan copy resep hanya dapat dilayani oleh apotek pembuat copy resep tersebut. Pemesanan obat di apotek ke distributor harus melalui surat pemesanan (SP). Jenis jenis surat pemesanan yang terdapat di apotek Kimia Farma No. 89 yaitu : a. Surat Pemesanan Reguler (biasa) Untuk memesan barang atau obat dengan golongan Obat Bebas (OB), Obat Bebas Terbatas (OBT) dan Obat Keras (OK). Surat pemesanan reguler atau biasa terdiri dari dua rangkap, rangkap yang pertama berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan rangkap yang kedua berwarna merah muda untuk arsip apotek. b. Surat Pemesanan Psikotropik Untuk memesan barang atau Obat golongan psikotropika. Surat pemesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap, rangkap pertama berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan rangkap kedua berwara merah muda untuk arsip apotek. Diperbolehkan lebih dari satu item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan kebeberapa PBF. Pemesanan psikotropik hanya boleh memsan maksimal tiga item obat dalam satu surat pesanan dan harus dipesankan oleh Apoteker Pengelola Apotek, tanda tangan penerima barang difaktur, juga harus APA atau APING.
  • 51. 51 c. Surat Pesanan Narkotika Obat golongan narkotika hanya bisa diperoleh dari PBF K imia Farma. Surat pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap dengan warna yang berbeda yaitu warna putih untuk Pedangan Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma, warna biru untuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), warna merah muda untuk DINKES kabupaten atau kota, dan warna kuning untuk arsip Apotek. Satu Surat Pesanan hanya boleh memuat satu pesanan satu jenis obat (item) Narkotik, misal : pemesanan Petidin satu surat pesanan dan pemesanan Codein satu surat pemesanan juga, begitu juga untuk item Narkotika lainnya. Pemesanan Narkotik hanya boleh dipesankan oleh Apoteker Pengelola Apotek. Tanda tangan penerima barang difaktur harus APA. d. Surat Pemesanan Obat-Obat Tertentu (OTT) Untuk pemesanan terdiri dari dua rangkap, rangkap yang pertama berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan rangkap yang kedua berwarna merah muda untuk arsip apotek. SP harus ditanda tangani oleh Apoteker pengelola Apotek. Faktur barang datang boleh ditanda tangani oleh APA, APING, TTK yang sudah mempunyai SIKTTK dengan menggunakan surat kuasa. e. Surat Pesanan Prekusor Untuk obat yang mengandung bahan prekusor harus menggunakan SP yang berbeda yaitu surat pesanan obat yang mengandung prekursor. Surat pesanan ini dibuat dan ditanda tangani oleh Apoteker atau APA. Dalam surat pesanan ini tertuliskan nama APA, nomor SIPA, nomor SP, nama PBF, alamat dan nomor telepon PBF jika perlu, nama obat yang mengandung prekursor, zat aktif prekursor, bentuk dan kekuatan sediaan, satuan, jumlah dan keterangan. Selain hal tersebut harus tertulis dengan jelas nama,alamat, dan nomor ijin apotek. Faktur barang datang obat prekusor bisa ditanda tangani oleh APA, APING, TTK yang mempunyai STITTK dengan menggunakan surat kuasa. Dalam Praktik Kerja Lapangan kali ini kami juga mendapatkan pengalaman tentang resep khusus yang berisi obat golongan narkotika dan psikotropika. Hal ini dikarenakan Apotek Kimia Farma adalah salah satu apotek di Cilacap yang
  • 52. 52 menyediakan obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika. Resep yang sering berisi obat golongan tersebut biasanya adalah resep dari dr. Supardi, Sp.PD. Dan dalam resep obat golongan narkotika maka harus digaris bawah berwarna merah dan biru untuk obat golongan psikotropika. Pada saat praktik di Apotek Kimia Farma No. 89, kami juga mempelajari dan melakukan penulisan etiket, mulai dari etiket untuk obat dalam dan etiket untuk obat luar. Pada penulisan etiket tersebut meliputi nomor resep, tanggal pengetiketan, nama pasien dan aturan pemakaian. Dalam mengisi etiket harus diisi secara urut dari atas sampai bawah, agar memperkecil kemungkinan melakukan kesalahan dalam penulisan etiket. Penulisan pada etiket juga harus ditulis dengan jelas untuk menghindari adanya kesalahan dalam penggunaan obat dan memberi keterangan tentang kegunaan obat yang perlu disampaikan, seperti obat antibiotic pada etiket harus dituliskan “dihabiskan” atau “rutin sampai habis”. Untuk obat pemakaian oral menggunakan etiket berwarna putih, sedangkan obat untuk pemakaian luar menggunakan etiket warna biru. Di Apotek Kimia Farma No. 89 memberikan kemudahan dalam menyiapkan obat yang sesuai dengan resep karena setelah pembacaan resep yang dilakukan pada saat administrasi, nama-nama obat yang dibutuhkan sudah terketik melalui komputer dalam bentuk stroke pembayaran sehingga mudah dan lebih cepat dalam peracikan atau mempersiapkan obatnya. Setelah itu kami juga mendapatkan pengetahuan/pembelajaran tentang bagaimana cara KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang benar. Namun dalam hal ini, kami hanya diperbolehkan untuk mengamatinya saja, tidak diperbolehkan untuk melakukan KIE karena dikhawatirkan ada pasien yang kurang percaya atau merasa ragu kalau penyerahan atau KIE obat dilakukan oleh mahasiswa PKL. Akan tetapi, dari metode pembelajaran seperti itu (hanya mengamati) telah dapat meningkatkan pengetahuan tentang cara KIE kepada pasien secara langsung. Apotek Kimia Farma No. 89 melakukan pencatatan atau pembukuan obat tiap minggu, atau beberapah hari sekali bahkan hampir setiap hari. Mulai dari buku order untuk mencatat persediaan obat yang habis dan perlu di order/pesan, buku penerimaan barang untuk mencatat semua barang yang masuk ke dalam
  • 53. 53 apotek, buku narkotika dan psikotropika harian dan bulanan untuk mencatat semua pengeluaran obat narkotika dan psikotropika dalam resep, buku untuk mencatat pendapatan apotek setiap kali shift. Untuk pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika di apotek Kimia Farma No. 89 dilakukan setiap bulan, pelaporannya melalui online dengan alamat website www.sipnap.binfar.depkes.go.id setelah itu klik import, Narkotika dan Psikotropika, setelah diklik isi data kode user name kemudian password, nama unit apotek dan bulan yang akan dilaporkan. Sebelum dikirim lewat online narkotika dan psikotropika dilakukan rekap untuk mengetahui jumlah pemasukan dan jumlah yang dikeluarkan. Selain itu apotek Kimia Farma 89 juga harus melaporkan obat narkotika dan psikotropika ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain hal itu hampir setiap hari apotek Kimia Farma No. 89 menerima produk-produk obat dan produk swalayan farmasi (barang masuk) dari distributor. Barang yang datang tersebut berdasarkan pesanan yang telah diajukan oleh apotek Kimia Farma sebelumnya. Beberapa distributor dari apotek Kimia Farma No. 89 antara lain adalah Ensseval Putra Metragading, Bina San Prima, Kimia Farma TD, Combi, dsb. Sehingga hampir setiap hari kami selalu mendapatkan kesempatan untuk menulis stock obat masuk di dalam buku stock obat sesuai dengan nama obat. Apotek Kimia Farma No. 89 tidak ada alat untuk memeriksa suhu dan kelembaban ruangan. Walaupun begitu dalam penyimpanan obat sudah dapat dikatakan sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu pada suhu yang sesuai dengan jenis obat dan terhindar dari cahaya matahari secara langsung serta kelembaban yang rendah. Hal itu dapat dilihat dari ruangan dimana yang digunakan sebagai tempat penyimpanan obat yang berada di belakang meja administrasi atau kasir dimana tempat tersebut tertutup dan dapat dipastikan tidak ada cahaya matahari yang secara langsung dapat menyinari obat. Dan mengenai suhu yang diperuntukan obat-obat yang dapat disimpan pada suhu kamar dapat dikatakan bahwa suhu yang digunakan untuk menyimpan obat tersebut adalah suhu yang dikendalikan (melalui Air Conditioner). Kami juga mendapatkan
  • 54. 54 pengalaman tentang penyimpanan obat berdasarkan alfabetis, farmakologi, kelas terapi, FIFO dan FEFO, serta bentuk sediaan dan suhu. Pertama obat dibedakan penyimpanannya berdasarkan suhu karena ada obat yang tidak tahan dengan suhu kamar sehingga harus disimpan pada lemari pendingin. Untuk penyimpanan obat berdasarkan suhu yang disimpan di lemari pendingin berupa vaksin injeksi, Lacto B, L Bio (berisi bakteri lactobasirus), suppositoria, dll. Dan untuk obat yang lain disimpan pada suhu kamar. Selanjutnya yang kedua obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan seperti sediaan padat, salep, sirup, drop, tetes mata, hidung, telinga, dan inhaler. Setelah itu obat dibedakan kembali menurut golongan, farmakologi dan kelas terapi obat, misalnya generik, paten, narkotika dan psikotropika. Meurut farmakologi dan kelas terapi seperti antibiotik, sistem gastro-intestinal, sistem cardio-vaskuler, sistem gula dan kolesterol, antiinflamasi, hormon, dan viatamin atau suplemen. Untuk metode penyimpanan obat di apotek Kimia Farma 89 juga menggunakan pengurutan obat secara alfabetis. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam pengambilan obat sehingga waktu yang dibutuhkan lebih efektif dan efisien. Di apotek Kimia Farma 89 juga menerapkan penyimpanan berdasarkan metode FIFO (First In First Out) yaitu barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar dan FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang masa kadaluarsanya paling dekat atau cepat adalah barang yang pertama keluar. Karena secara ekonomi ini tidak akan merugikan apotek Kimia Farma. Apotek Kimia Farma No. 89 juga menyediakan berbagai alat kesehatan. Dari katagori alat kesehatan itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu : alat kesehatan disposible atau sekali pakai dan reusable atau pemakaian berulang. Beberapa alat kesehatan yang ada di Apotek Kimia Farma No. 89 yang termasuk alat kesehatan disposible atau sekali pakai yaitu contohnya syringe/ jarum suntik digunakan untuk menyuntik pasien jika dibutuhkan oleh dokter juga bisa sebagai alat ukur untuk mempermudah mengambil cairan dari botol yang besar agar sesuai dengan takaran atau dosis yang diinginkan hanya saja tidak disertakan dengan jarum, test pack digunakan untuk mengetest kehamilan, sarung tangan untuk melindungi tangan supaya tetap steril, masker digunakan untuk melindungi bagian hidung dan
  • 55. 55 mulut, kain kassa digunakan untuk membalut luka. Kemudian untuk alat kesehatan yang bersifat reusable diantaranya adalah termometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh, spiknomanometer yang digunakan untuk mengukur tekanan darah (tensi), urinal digunakan untuk menampung urin dari pasien atau seseorang yang sudah tidak bisa ke toilet untuk buang air kecil. Apotek Kimia Farma No. 89 dalam penyimpanan alat kesehatan yaitu ditempatkan di rak untuk display alat kesehatan yang berada di swalayan farmasi. Apotek Kimia Farma No. 89 Farma bekerjasama dengan program asuransi. Tetapi bekerjasama dengan program kerjasama jaminan kesehatan seperti inhealth. Akan tetapi sangat sedikit dijumpainya. Namun selain itu, apotek Kimia Farma No. 89 bekerjasama dengan beberapa klinik, rumah sakit, maupun institusi. Sebut saja Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC), PT Antam, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Klinik Syifa’ul Husna, dll. Saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di apotek Kimia Farma No. 89, kami juga mendapatkan pengalaman tentang mengantar obat rumah sakit mapupun klinik, tidak hanya itu selama di Apotek Kimia Farma 89 kami juga pernah membeli alat alat kesehatan di gama medika di saat stok di Apotek sedang kosong dan ternyata ada pasien yang membutuhkannya. Apabila stok obat di Apotek Kimia Farma No. 89 ada yang kosong dan ternyata ada pasien yang membutuhkannya maka biasanya kita carikan ke apotek lain atau ke apotek 206 maupun rumah sakit lainnya.
  • 56. 56 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. 5.1.2. Apotek harus memiliki apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, dan karyawan untuk dapat berfungsi sebagaimana fungsi apotek sebenarnya. 5.1.3. Apotek Kimia Farma 89 (apotek Kimia Farma 89) merupakan salah satu unit usaha (apotek) dari PT Kimia Farma Apotek yang merupakan anak perusahaan BUMN farmasi terbesar di Indonesia yaitu PT Kimia Farma (Persero) Tbk. 5.1.4. Apotek Kimia Farma 89 merupakan apotek yang telah menerapkan peraturan Negara sebagai apotek yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mulai dari kelengkapan, penyimpanan, pelaporan obat, dan lain – lain. 5.1 Saran Apotek Kimia Farma 89 Farma harus masih melakukan perbaikan dalam hal pendukung penyimpanan obat, yaitu tidak adanya alat pengatur suhu dan kelembaban ruangan dalam Apotek Kimia Farma 89 Farma. Hal ini sangat penting karena dengan adanya alat pengatur suhu dan kelembaban ruangan, kami dapat mengatur sesuai dengan yang dianjurkan agar obat tidak mudah rusak. Kemudian dalam pemberian informasi obat kepada pasien lebih ditingkatkan lagi, supaya pasien lebih mengerti mengenai cara mengonsumsi obat yang benar sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
  • 57. 57 DAFTAR PUSTAKA Anief, Mohamad.2006.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta: UGM Press. Anonim.1992.Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.Jakarta: Depkes RI. Anonim.2002.KepMenKes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengertian Apotek. Anonim.2004.KepMenKes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang apoteker. Anonim.1993.PerMenKes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang kepemilikan apotek. Anonim.2009.Peraturan Perundang-Undangan No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Anonim.2002.Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 ayat 1) tentang tugas apoteker pengelola apotek (APA). Anonim.1993.PerMenKes RI No. 917/Menkes/Per/X/1993 tentang penggolongan obat. Anonim.2000.PerMenKes RI No. 949/Menkes/per/VI/2000 tentang penggolongan obat. Anonim.1997.Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Anonim.2009.Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tetang Narkotika. Anonim.2010.Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2010 tentang prekusor. Anonim.1976.PerMenKes RI No. 179/Menkes/Per/VII/1976 tentang penggolongan obat tradisional. Anonim.2004.UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 Ayat (1) dan Pasal 32 Ayat (1) tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Panitia PKL SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang. 2017-2018. Buku Panduan Kerja Lapangan (PKL). Ajibarang: SMK Ma’arif NU 2 Ajibarang.
  • 58. 58 LAMPIRAN Lampiran 1 Foto bangunan apotek Kimia Farma 89 (tampak depan, tampak samping) Lampiran 2 Foto plang apotek
  • 59. 59 Lampiran 3 Foto plang praktik apoteker Lampiran 4 Denah lokasi (berdasarkan arah mata angin) U
  • 60. 60