Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi SMP N 64 Bengkulu Utara
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Berbicara (Speaking Skill) Siswa Dalam Bahasa Inggris
Penulis Siswati,S.Pd
Tanggal 27 Agustus 2022 dan 12 September 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
1. Latar Belakang Masalah:
Berdasarkan identifikasi masalah dan eksplorasi penyebab masalah dengan melakukan kajian literatur serta wawancara terhadap ahli, kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa teridentifikasi masalah yang perlu penanganan segera yaitu rendahnya motivasi belajar dan kemampuan berbicara (Speaking Skill) siswa dalam Bahasa Inggris. Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
A. Kondisi Siswa
1. Lemahnya kosa kata siswa.
2. Lemahnya literasi dan numerasi siswa.
3. Siswa sulit memahami materi yang diajarkan.
4. Siswa kurang percaya diri pada saat presentasi atua mengemukakan pendapat.
5. Siswa malas ketika mengerjakan tugas dari guru.
6. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran.
7. Siswa sering ngobrol pada saat pembelajaran.
8. Siswa malas masuk kelas.
B. Kondisi Guru
1. Guru belum maksimal dalam merancang dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif.
2. Guru belum maksimal dalam mempersiapkan media pembelajaran.
3. Guru masih mendominasi dari seluruh proses pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan language exposure kepada siswa.
5. Guru belum memanfaatkan tekhnologi dalam pembelajaran (TPACK).
Ada beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran diantaranya Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL).
Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) sehingga melibatkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan diskusi dalam memecahkan masalah dan siswa dapat lebih memahami isi pelajaran maupun menguasai materi yang diberikan karena pemecahan masalah yang mereka temukan sendiri sehingga lebih mudah dalam mengingat materi esensial yang sedang dipelajari. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berpikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran dari guru berdasarkan buku teks. Model pembelajaran PBL membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta merangsang siswa untuk belajar secara berkelanjutan (continue).
Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memperdalam pengetahuannya sekaligus mengembangkan kegiatan melalui problem solving dan investigasi.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi SMP N 64 Bengkulu Utara
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Berbicara (Speaking Skill) Siswa Dalam Bahasa Inggris
Penulis Siswati,S.Pd
Tanggal 27 Agustus 2022 dan 12 September 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
1. Latar Belakang Masalah:
Berdasarkan identifikasi masalah dan eksplorasi penyebab masalah dengan melakukan kajian literatur serta wawancara terhadap ahli, kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa teridentifikasi masalah yang perlu penanganan segera yaitu rendahnya motivasi belajar dan kemampuan berbicara (Speaking Skill) siswa dalam Bahasa Inggris. Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
A. Kondisi Siswa
1. Lemahnya kosa kata siswa.
2. Lemahnya literasi dan numerasi siswa.
3. Siswa sulit memahami materi yang diajarkan.
4. Siswa kurang percaya diri pada saat presentasi atua mengemukakan pendapat.
5. Siswa malas ketika mengerjakan tugas dari guru.
6. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran.
7. Siswa sering ngobrol pada saat pembelajaran.
8. Siswa malas masuk kelas.
B. Kondisi Guru
1. Guru belum maksimal dalam merancang dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif.
2. Guru belum maksimal dalam mempersiapkan media pembelajaran.
3. Guru masih mendominasi dari seluruh proses pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan language exposure kepada siswa.
5. Guru belum memanfaatkan tekhnologi dalam pembelajaran (TPACK).
Ada beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran diantaranya Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL).
Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) sehingga melibatkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan diskusi dalam memecahkan masalah dan siswa dapat lebih memahami isi pelajaran maupun menguasai materi yang diberikan karena pemecahan masalah yang mereka temukan sendiri sehingga lebih mudah dalam mengingat materi esensial yang sedang dipelajari. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berpikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran dari guru berdasarkan buku teks. Model pembelajaran PBL membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta merangsang siswa untuk belajar secara berkelanjutan (continue).
Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memperdalam pengetahuannya sekaligus mengembangkan kegiatan melalui problem solving dan investigasi.
Presentation about teacher experience in lesson study process. We have good experience in science lesson. We learn how student learn, and we learn how to make our student learn. Its a great experience with lesson study
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
1. Tabel
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
No. Komponen Sub Komponen
No. Lembar
Wawancara
1 Mengetahui informasi awal
guru dan siswa
a. Lamanya guru
mengajar di sekolah
dan di kelas
1 dan 2
b. Jumlah siswa di kelas 3
c. Hasil belajar siswa
sebelum dilaksanakan
penelitian
4
2. Respon dan proses cara
mengajar guru sebelum
menggunakan model
problem based learning
a. Cara menyampaikan
materi dan
penggunaan model
problem based
learning
5 dan 10
b. Model pembelajaran
yang diketahui guru
dan yang sering
digunakan
7 dan 8
c. Respon siswa
terhadap
pembelajaran dan
respon terhadap
model pembelajaran
yang digunakan
6 dan 9
2. Instrumen Wawancara dengan Guru Sebelum Pembelajaran
No. Pertanyaan Jawaban
1. Berapa lama ibu mengajar di SDN
Kencana Indah 2?
2. Berapa lama ibu mengajar di kelas
IV?
3. Berapa jumlah peserta didik yang
belajar di kelas ibu saat ini?
4. Bagaimana hasil belajar siswa di
kelas pada pembelajaran tematik?
5. Bagaimana cara ibu menyampaikan
materi kepada siswa?
6. Bagaimana respon siswa pada
pembelajaran ?
7. Model pembelajaran apakah yang
ibu ketahui?
8. Apa model pembelajaran yang
sering ibu gunakan pada saat
proses pembelajaran?
9. Bagaimana respon siswa terhadap
model yang ibu terapkan pada
pembelajaran tematik?
10. Apakah dalam proses pembelajaran
ibu pernah menggunakan model
problem based learninng?
3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran
No. Komponen Sub Komponen No. Lembar
Wawancara
1 Mengetahui informasi akhir
guru setelah menggunakan
model problem based
learning
a. Pembelajaran lebih
mudah dipahami
1
b. Dapat mengecek
pemahaman siswa
dalam diskusi
kelompok
2
2. Respon siswa setelah
menggunakan model
problem based learning
a. Model problem based
learning dapat
membuat siswa aktif
dan berani
mengemukakan
jawaban
3 dan 4
b. Hasil belajar dan
sikap kerja sama
siswa
5
4. Instrumen Wawancara dengan Guru Setelah Pembelajaran
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah dengan menggunakan model
problem based learning materi
pembelajaran tematik lebih mudah
untuk dipahami oleh siswa?
2. Apakah dengan menggunakan model
problem based learning dapat
mengecek pemahaman masing-
masing siswa dalam diskusi
kelompok?
3. Apakah dengan menggunakan
menggunakan model problem based
learning siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran?
4. Apakah dengan menggunakan model
problem based learning siswa
berani mengemukakan jawabannya?
5. Bagaimana hasil belajar dan sikap
kerja sama siswa setelah
menggunakan model problem based
learning?
5. Kisi-Kisi Observasi Pelaksanaan Pembelajaran yang Dilakukan Guru
No. Komponen Sub Komponen No. Lembar
Observasi
1. Kegiatan
pendahuluan
yang dilakukan
guru
a. Mengkondisikan dan menguji
pengetahuan awal siswa
1 dan 2
b. Menyampaikan inti tujuan
pembelajaran dan menjelaskan proses
pembelajaran
3 dan 4
2. Kegiatan inti
yang dilakukan
guru
a. Melakukan kegiatan eksplorasi dengan
memanfaatkan media pembelajaran
5, 6, 7, 8, 9,
dan 10
b. Melakukan kegiatan elaborasi dengan
menerapkan model Problem Based
Learning
11, 12 dan 13
c. Melakukan kegiatan kofirmasi kepada
siswa
14, 15 dan 16
3. Penutup a. Postest dan memberikan PR 17 dan 18
b. Berdo’a 19
6. Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran yang Dilakukan Guru
Nama guru : Ani Karmini
Petunjuk : Berilah tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan!
No Kegiatan Pembelajaran Skor
1 2 3 4
A Pendahuluan
1. Mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti
pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa
2. Guru mengadakan pretes untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Memberi penjelasan tentang proses pembelajaran yang
akan berlangsung dengan model Problem Based
Learning membagi siswa menjadi 6 kelompok (satu
kelompok 6-7 orang)
B Kegiatan inti
Eksplorasi
5. Membagikan alat peraga yang harus digunakan siswa
untuk melakukan percobaan
6. Menggunakan media secara efektif dan efisien
7. Menjelaskan mengenai jenis-jenis alat musik
8. Menuliskan nama alat musik tradisional lain yang
siswa ketahui
9. Bertanya jawab mendeskripsikan jenis-jenis alat musik
berdasarkan cara memainkannya
10. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas,
baik dan benar
Elaborasi
Keterangan Skor
4 = semua indikator muncul dalam proses pembelajaran
3 = 75 % muncul dalam proses pembelajaran
2 = 50 % muncul dalam proses pembelajaran
1 = 25 % muncul dalam proses pembelajaran
1 = 25 % muncul dalam proses pembelajaran
7. 11. Mengecek masing-masing kelompok untuk
menganalisis sumber bunyi dari benda-benda sekitar
yang telah dibagikan
12. Membagikan LKS mengenai proses memainkan jenis
barang agar menghasilkan bunyi secara harmonis
13. Memanggil salah satu kelompok untuk melaporkan
hasil diskusi mereka
Konfirmasi
14. Memberikan penguatan dan umpan balik baik lisan
maupun gerakan terhadap hasil kerja siswa
15. Memberikan penjelasan dan pelurusan
16. Melakukan tanya jawab mengenai keseluruhan materi
yang dilaksanakan pembelajaran hari ini
C. Penutup
17. Postest
18. Guru memberikan PR
19. Berdoa
8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Materi :
Waktu :
Siklus/Tindakan :
No. Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Ket
Kerja sama
Mengungkapkan
Pendapat
Menjawab
Pertanyaan
SB
9-10
B
6-8
K
<5
SB
9-10
B
6-8
K
<5
SB
9-10
B
6-8
K
<5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
9. Tabel
Skala Penilaian Kerja Sama Siswa
No. Skala Interprestasi
1 100 Sangat Baik
2 76-99 Baik
3 66-75 Cukup
4 51-65 Kurang
5 <50 Sangat Kurang
10. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa
No. Komponen Sub Komponen No. Lembar
Wawancara
1. Respon siswa terhadap
cara belajar problem
based learning
a. Respon siswa terhadap pembelajaran
tematik
1, 5 dan 7
b. Sikap siswa yang timbul ketika
menerapkan pembelajaran problem
based learning misalnya siswa
berdiskusi dengan sikap kerja sama
dan menghargai pendapat orang lain
2 dan 3
c. Menumbuhkan sikap kritis, berfikir
ilmiah dan kerja sama
10
2. Model pembelajaran
problem based learning
dapat memecahkan
masalah yang terjadi di
kelas
a. Siswa lebih mudah mengerjakan soal
pada pembelajaran tematik dengan
cara belajar sepertiini
4
b. Siswa belajar berkelompok 6 dan 9
c. Berani mengajukan pertanyaan
kepada guru dan teman
8
11. Angket Respon Siswa
Terhadap Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berilah tanda check list (√) sesuai dengan pilihan sikapmu terhadap pernyataan
dibawah ini !
Ket : Ya ( setuju ) dan Tidak (Tidak Setuju)
Nama : ………………………………….
No Pernyataan Pilihan sikap
Ya Tidak
1 Cara belajar yang baru saja berlangsung sangat menarik
2 Kesempatan berdiskusi dalam pembelajaran ini, membuat saya
lebih berani mengemukakan pendapat
3 Dengan cara belajar seperti ini, membuat saya lebih menghargai
pendapat orang lain
4 Saya lebih mudah mengerjakan soal pada pembelajaran tematik
dengan cara belajar seperti ini
5 Saya ingin topik lain diajarkan seperti ini
6 Saya lebih suka belajar kelompok daripada belajar sendiri-sendiri
7 Cara belajar seperti ini, menjadikan saya senang belajar
8 Cara belajar seperti ini, membuat saya berani mengajukan
pertanyaan pada guru maupun teman
9 Belajar kelompok membuat saya lebih mudah mengerjakan soal-
soal
10 Cara belajar seperti ini, menumbuhkan sikap kritis, berfikir ilmiah
dan kerja sama
Bandung, Juli 2014
Penguji Lembar Observasi
.......................................