Kisah ibu bermata satu, cerita sedih menyentuh hati
1. “The Story of The One-Eyed
Mother"
Sebuah Cerita Ibu Bermata Satu
2.
3. • Ibuku hanya memiliki satu mata.
Aku membencinya? dia sungguh membuatku menjadi
sangat memalukan.
Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di
sekolah? untuk menopang keluarga.
Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar
dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan.
Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku?
Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat
bertemu dengannya.
Keesokan harinya di sekolah?
Ibumu bermata satu?!?!� ??. eeeee ejek seorang teman.
Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.
4. • Jadi kemudian aku katakan pada ibuku? Ma? kenapa
engkau hanya memiliki satu mata? Kalau engkau hanya
ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang , kenapa
engkau tidak segera mati saja?!!!� ?
• Ibuku diam tak bereaksi.
• Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku
rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan
selama ini? Mungkin ini karena ibuku tidak pernah
menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku
telah sangat melukai perasaannya.
5. • Malam itu?
• Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk
mengambil segelas air minum.
• Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin
karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap
ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.
• Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya
padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau
demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu
mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan
menjadi orang sukses .
6. • Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan
melanjutkan studiku ke Singapore.
• Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan
jerih payahku. Kemudian, akupun mempunyai anak.
• Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang
yang sukses. Aku suka disini karena itu tempat yang tidak
mengingatkanku pada ibuku yang bermata satu. Dalam
hidupku sekarang hanya ada kebahagiaan yang
melingkupiku.
7. • Hingga suatu hari, ada seorang yang tak terduga yang
datang menemuiku. Ia adalah ibuku, masih dengan satu
matanya. Seolah-olah langit runtuh menimpaku. Anakku
yang masih kecil lari ke dalam rumah, karena takut
melihat mata ibuku.
• Aku bertanya padanya? Siapa kamu? Aku tidak
mengenalmu! !� Kukatakan seolah-olah itu benar. Aku
memakinya? Berani sekali kamu datang ke rumahku dan
menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!
SEKARANG JUGA! � ?
• Ibuku hanya menjawab? Oh, maafkan aku. Aku mungkin
salah alamat. � ?
• Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
8. • Oh syukurlah? Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega.
Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir atau
akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa
lebih lega?
• Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah
dikirim ke alamat rumahku di Singapore Jadi, aku
berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan
perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku
mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan
rumahku? Hanya sekedar ingin tahu saja.
• Di sana, aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang
dingin. Tapi aku tidak melihatnya ia mengeluarkan air
mata. Ia memegang selembar surat ditangannya? Sebuah
surat untukku.
9. • Dia Menulis
• Anakku?
• Aku rasa hidupku sudah tidak lama?
• Dan? aku tidak akan pergi ke Singapore lagi?
• Saya minta maaf telah datang ke rumahmu dan menakuti
anak-anakmu. Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku
mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku
sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu?
• Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau
datang pada reuni sekolah . Tapi aku memutuskan untuk
tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau?
• Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu
mata, dan aku telah membuatmu sangat malu.
10. • Kau tahu nak, ketika kau masih kecil, kau mengalami
kecelakaan dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai
seorang ibu, aku tidak tahan melihat engkau akan
tumbuh besar hanya dengan satu mata ... jadi aku
memberimu mataku.
• Aku sangat bangga dengan anakku yang dapat melihat
dunia baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut.
Aku tidak pernah marah padamu untuk apa pun yang kau
lakukan. Aku tahu kau beberapa kali merasa marah
kepadaku. Aku menganggap itu kau lakukan karena kau
sayang padaku. Aku merindukan saat-saat kau masih
kecil dulu.
• Aku sangat merindukanmu. Aku merindukanmu. Kau
segalanya untukku."
11. • Setelah membaca surat itu , dia langsung memeluk
ibunya, dia menangis sejadi-jadinya, pria tersebut benar-
benar sangat menyesal. Ibunya yang selama ini ia
acuhkan dan bahkan dia caci maki , ternyata ia telah
mengorbankan matanya biar anaknya tidak hidup
menderita. Sementara ibunya rela dihina dan
ditelantarkan anaknya sendiri , tapi ia tetap mencintai
anaknya apapun yang terjadi.
• Itulah sedikit gambaran ihwal betapa besarnya kasih
sayang seorang ibu terhadap anaknya. Seorang ibu rela
sakit asalkan anaknya sehat , seorang ibu rela menderita
asalkan anaknya bahagia , seorang ibu rela kelaparan
asalkan anaknya kenyang , kasih sayang seorang ibu
memang tak terhingga sepanjang masa.