Tiga ajaran Ki Hajar Dewantara mengenai kepemimpinan meliputi menjadi teladan, memotivasi, dan memberdayakan. Kepemimpinan Jokowi menerapkan konsep servant leadership dengan turun ke lapangan, mendengar masalah warga, dan memecahkan masalah PKL secara humanis. Jokowi diakui rakyat sebagai pemimpin jujur yang melayani kepentingan rakyat.
4. Pemimpin yang baik selayaknya melakukan 3 hal
Ing Ngarso Sung Tulodho
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani
5. Ing Ngarso Sung Tulodho
• Artinya Ing Ngarso itu didepan / dimuka, Sung berasal
dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti
tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sung Tulodo adalah
menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan
suri tauladan bagi orang - orang di sekitarnya.
• Seorang pemimpin harus menjadi teladan, mengajari
pengikutnya, menjadi pelatih/ guru yang mengajari
pengikutnya bagaimana melakukan suatu pekerjaan
• Di tahap ini pemimpin menjadi coach bagi pengikutnya
saat karyawan belum memiliki kompetensi
6. Ing Madyo Mangun Karso
• Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun
berarti membangkitan atau menggugah dan
Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau
niat
• Bila pengikut sudah memiliki kompetensi
tetapi tidak mempunyai rasa percaya diri maka
pemimpin harus memotivasi dengan
konseling agar pengikut mampu bekerja
dengan baik
7. Tut Wuri Handayani
• Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan
handayani berati memberikan dorongan moral
atau dorongan semangat
• Bila pengikut sudah memiliki kompetensi dan
rasa percaya diri maka tugas pemimpin adalah
mendelegasikan & memberdayakan
(empowerment)
8. Kepemimpinan Melayani
• Awal konsep Servant Leadership berasal dari buku
Robert K. Greenleaf “Servant Leadership : A Journey
Into the Nature of Legitamate Power and Greatness"
• Prioritas utama seorang servant leader mendorong &
mendukung pengikutnya agar mampu mengeluarkan
potensi dan kemampuan terbaiknya
• Pemimpin yang fokus/ berorientasi atas kepentingan
pengikutnya/ orang banyak bukan pada kepentingan
dirinya
• Ketulusan dan pengorbanan tanpa mengharapkan
balasan adalah ciri khas seorang servant leader
Greenleaf 1904 – 1990
10. Mendengar (Listening)
• Pemimpin harus lebih banyak menyimak
informasi daripada berbicara
• Mendengar sepenuh hati apa yang
dikatakan dan yang tersirat dalam ucapan
Spears, L. C. (2003). Introduction: Understanding the growing impact of.
11. Empati
• Harus merasakan atau memikirkan apa yang
dirasakan atau dipikirkan para pengikutnya
dari sudut pandang mereka, bukan dari
sudut pandang pribadi.
• Tidak cukup hanya berhenti di empati saja,
tapi kemudian berani terjun langsung untuk
menyelesaikan masalah
• Memperlakukan orang lain dengan ikhlas dan
sepenuh hati
12. MEMBANTU MERINGANKAN BEBAN
ORANG LAIN
• servant-leaders menyadari bahwa dia bisa
membuat orang lain bahagia dan melakukan
hal tersebut.
13. Menyadari Dirinya
• Adanya kesadaran diri untuk memahami
situasi dan kondisi orang lain dan
memperlakukan orang lain dengan etikal,
menghargai kekuatan orang lain dan tata-nilai
yang dimilikinya
• Ada kesadaran dalam dirinya apa yang
menjadi Purpose (misi, tujuan hidup) dan apa
Passion (sesuatu yang menyemangati/ dicintai
sepenuh hati)
14. Persuasi
• Servant leader berusaha menyakinkan orang
lain, tanpa memaksa orang lain untuk patuh
pada dirinya
Spears, L. C. (2003). Introduction: Understanding the growing impact of servant-leadership. In The
servant-leader within: A transformative path (pp. 13-28). New York: Paulist Press.
15. Konseptualisasi
• Memiliki impian dan cita-cita besar melebihi
kenyataan yang terlihat sehari-hari
– Membuat arahan tertulis
– Menjadi mentor
– Mengajak orang mencapai visi
Spears, L. C. (2003). Introduction: Understanding the growing impact of servantleadership.
16. Tinjauan Ke Masa Depan
• Seorang servant leader harus mampu
mengembangkan/ memiliki perasaaan
(intuisi) yang baik tentang bagaimana masa
lalu, sekarang, dan masa depan dapat
terhubung satu sama lain
17. Pemahaman Diri
• Siapa aku? Untuk apa aku ada? Apa tujuan
hidupku?
• Pekerjaan sehari-hari hakikatnya harus sejalan
dengan purpose yang kita miliki. Misi dan
tujuan hiduplah yang membedakan esensi/
meaning dari perbuatan
• Passion membuat orang bersedia bekerja
dengan penuh semangat & sepenuh hati
20. Membangun Komunitas
• Membangun tempat kerja yang seperti
keluarga besar dan memperlakukan orang lain
seperti keluarga
Spears, L. C. (2003). Introduction: Understanding the growing impact of servant-leadership. In The
servant-leader within: A transformative path (pp. 13-28). New York: Paulist Press.
21. Summary
These characteristics are central to the development of a servant-leader:
• Listening: A servant leader puts the emphasis upon listening effectively to others.
• Empathy: A servant leader needs to understand others' feelings and perspectives.
• Healing: A servant leader helps foster each person's emotional and spiritual health and wholeness.
• Awareness: A servant leader understands his or her own values and feelings, strengths and
weaknesses.
• Persuasion: A servant leader influences others through their persuasiveness.
• Conceptualization: A servant leader needs to integrate present realities and future possibilities.
• Foresight: A servant leader needs to have a well developed sense of intuition about how the past,
present, and future are connected.
• Stewardship: A servant leader is a steward who holds an organization's resources in trust for the
greater good.
• Commitment to the growth of people: A servant leader is responsible for serving the need of
others.
• Building community: A servant leader is to help create a sense of community among people.
24. Management by Walking Around (MWA)
• Jokowi mengingatkan, seorang pemimpin memang harus
turun ke lapangan untuk mengetahui lebih pasti persoalan
dalam masyarakat. Dengan terjun langsung ke lapangan
(blusukan), pemimpin bisa menguasai masalah dan
mengambil kebijakan yang tepat atas masalah tersebut.
”Dengan begitu, pemimpin merasakan langsung problem
sebenarnya di masyarakat, bukan dengar dari lurah atau camat,”
kata Jokowi dalam kuliah umumnya yang bertajuk ”Republik
untuk Publik, Pemimpin yang Melayani”.
25. Management by Walking Around (MWA)
Pola kepemimpinan Jokowi menerapkan reward dan punishment,
membangun sistem yang sederhana, mudah dimenherti oleh warga. Agar
berjalan efektif Jokowi banyak memberikan pendelegasian kepada wakilnya
dan pejabat di bawahnya.
Pendelegasian wewenang agar efektif harus ada pengawasan hariannya.
Jokowi rajin berkunjung ke lapangan. Misalnya mengunjungi puskesmas dan
bisa tahu kalau ada puskesmas nakal yang tutup sebelum waktunya dan
pimpinan puskesmas kena sanksi. Kemudian dia berkunjung ke sekolahsekolah, menanyai murid apakah ada biaya atau tidak. Dia pun ke pemukiman
berdialog dengan warga apakah ada keluhan ?
Terbukti dengan kehadirannya di tengah-tengah warga pejabat tidak berani
macam-macam karena ada manajemen controlling dari masyarakat sehingga
yang bekerja itu merasa diawasi. Dia pernah mencopot kepala sekolah karena
ditemukan ada pungutan tidak resmi kepada siswa
26. Pak Jokowi Pemimpin Peduli PKL (Rakyat)
• Jokowi hadapi dilema, warga menginginkan kota Solo yang rapih dan
bersih. PKL membuat kota semerawut/ kotor & menolak dipindah. Jokowi
juga tidak ingin PKL hidup jadi susah.
• Jokowi lakukan dialog intens (mendengar aspirasi), melakukan negosiasi
dan memberikan solusi atas kebutuhan PKL agar mau dipindahkan
• Jokowi berhasil mebujuk PKL Banjarsari pindah ke tempat baru di Klitikan
tanpa kekerasan & PKL senang mendapat tempat baru
27. •
•
•
•
•
•
•
•
•
Tahun 2005 ketika pertama kali menjabat, Jokowi mendapatkan keinginan mayoritas Wong Solo menginginkan pedagang
kaki lima (PKL) yang memenuhi jalan dan taman disingkirkan. Jokowi pun pusing tujuh keliling karena ia tak mau membuat
susah hidup para PKL yang merupakan rakyat kecil. Namun ia tidak dapat melawan amanah mayoritas masyarakat Solo yang
menginginkan kotanya bersih, tertata rapi, dan nyaman sebagai lingkungan perkotaan yang modern. Artinya Jokowi harus
merelokasi para PKL. Target pertama merelokasi PKL Banjarsari. Tiga walik kota sebelumnya sudah angkat tangan
menghadapi perlawanan para pedagang kaki lima.
Taktik lobi meja makan dilakoni diyakini mampu meluluhkan sikap keras para PKL. Para koordinator diajak makan siang di
rumah dinasnya, Loji Gandrung dan terus dilakoni sampai 54 kali jamuan dalam periode tujuh bulan dalam suasana
kekeluargaan dan sarat pendekatan manusiawi. Strategi Jokowi tenryata mampu mengambil hati para pedagang kaki lima.
Namun PKL meminta jaminan mereka tidak kehilangan pembeli, mereka menuntut memperlebar akses jalan, membuka satu
trayek angkutan kota, dan terkahir yang paling berat meminta kios gratis. Jokowi berusaha meyakinkan DPRD Surakarta
bahwa modal pemerintah sebesar Rp. 9,8 milyar bakal balik modal 8,5 tahun kemudian. Alhasil para PKL hanya dikutip uang
retribusi Rp. 2.600/ hari.
Boyongan pedagang dari Banjarsari ke Pasar Klitikan berlangsung meriah, tidak ada demontrasi dan para pedagang pindah
dengan suka cita. Relokasi PKL ini menjadi fenomenal karena tidak ada sedikit pun kekerasan malahan mereka pindah
dengan suka hati.
Sukses merelokasi kawasan Banjarsari, mendorong para PKL lain untuk direlokasi. Targt selanjutnya PKL di wilayah Stadion
Manahan.
Penjual makanan yang terkenal dikumpulkan di Gladag Langen Bogan Solo, Gandekan dan kini menjadi tempat wisata kuliner
paling ramai di kota Solo.
Dalam tempo cepat, 52 persen dari 5.718 pedagang kaki lima tertata dengan baik. Dalam waktu tiga tahun pun, 12 pasar
tradisional diatata dan dibangun ulang.
Pada periode pertama, pendapatan sektor pasar baru mencapai angka Rp. 7,8 miliar. Begitu pasar dibenahi ternyata
pendapatan meningkat tajam sebesar Rp. 19,2 miliar. Pendapatan dari pasar jauh melebihi sektor perhotelan sebesar Rp. 10
miliar, restoran Rp. 5 miliar, parkir Rp. 1,8 miliar, periklanan Rp. 4 miliar.
Izin minimarket dihentikan, dari permohonan sekitar 80 gerai yang bisa beroperasi hanya belasan.
Segenap masyarakat Solo sekarang bisa menikmati keindahan kota, jalan yang bersih dan asri serta tertata dengan baik. Solo
menjadi lebih hijau dengan trotoar luas sepanjang Jalan Slamet Riyadi, tersedia bangku dan hotspot internet gratis. PKL pun
senang dengan usahanya yang prospektif di Pasar Klitikan.
29. Pemimpin Peduli PKL (Rakyat)
“Dia doang Gubernur (Jokowi) yang bisa rombak Tanah Abang.
Dulu Sutiyoso dan Foke enggak bisa," kata Opick seorang
pedagang di Tanah Abang ”
"Bukan sekadar menggusur tapi menata. (Pedagang kaki lima) itu dikasih
tempat yang bagus, tempatnya dicat agar menarik, mereka tak lagi
kehujanan dan kepanasan," kata Kukuh Kepala Satpol PP DKI
32. Integritas & Kejujuran Pak Jokowi
• Survey LPI Agt ‘13 Jokowi
terpilih sebagai capres paling
jujur
• Meraih penghargaan Bung
Hatta Anti-Corruption Award
(BHACA) 2010 atas perannya
atas pemberantasan korupsi
• Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
kota Solo tahun 2011 6,08
masuk jajaran 3 besar
bersama Tegal dan Bali
dengan tingkat korupsi
paling rendah
33. Jokowi Pemimpin yang Melayani
• September 2013, Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo mendapat penghargaan Soegeng Sarjadi
Award on Government kategori tokoh negara
sebagai pemimpin yang melayani rakyat
• Tingginya dukungan publik kepada Jokowi
menunjukkan contoh bahwa hegemoni uang atau
kekuasaan itu sesungguhnya bisa dikalahkan
dengan kesungguhan untuk melayani rakyat.
”Orang mengatakan, Pak Jokowi tak punya uang, tidak
punya potongan, tetapi dia dipilih rakyat,” ujar Mahfud MD
34. Jokowi Pemimpin yang Melayani
Demikian juga bahwa gaya kepemimpinan Jokowi
juga mencerminkan kepemimpinan yang melayani
(servant leadership) yakni banyak mendengar
aspirasi dan keinginan warganya, memiliki empati
atas keadaan wong cilik, membantu memberi
kehidupan lebih baik kepada warga, melakukan
persuasi dan menghindarkan kekerasan misalnya
dalam relokasi PKL Banjarsari, sifat-sifat
mengayomi, dan membantu komunitas antara lain
komunitas pedagang PKL dan pedagang pasar yang
memberi kontribusi nyata dalam kemajuan
perekonomian masyarakat
35. Kesimpulan
• Leader is Action, not Position
• Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani
• Paradigma kepemimpinan telah berubah
dimana pemimpin tidak lagi dihargai oleh
karena kekuasaannya, namun lebih pada
bagaimana mereka melayani dan mendukung
kebutuhan bawahannya dalam bekerja