keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Bondan Winarno
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di wilayah pelabuhan memerlukan perhatian yang lebih intensif guna meminimalisir terjadinya kecelekaan kerja yang terjadi.
Tujuan jangka panjang dari penerapan K3 agar karyawan tetap tenang dalam melakukan pekerjaannya sekaligus mampu meningkatkan produktivitas. Sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera, dan bebas dari kecelakaan kerja menuju peningkatan produktivitas.
Teman, sebelum melangkah lebih jauh, kita harus mengetahui apa sebenarnya SCBA itu. SCBA adalah alat bantu pernapasan untuk waktu tertentu sesuai dengan jumlah oksigen yang tersedia pada alat tersebut1. SCBA terdiri dari dari Tabung(botol) bertekanan udara masker dan peralatan-peralatan pembawa2. SCBA diisi dengan udara bebas sebagai alat bantu pernapasan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Bondan Winarno
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di wilayah pelabuhan memerlukan perhatian yang lebih intensif guna meminimalisir terjadinya kecelekaan kerja yang terjadi.
Tujuan jangka panjang dari penerapan K3 agar karyawan tetap tenang dalam melakukan pekerjaannya sekaligus mampu meningkatkan produktivitas. Sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera, dan bebas dari kecelakaan kerja menuju peningkatan produktivitas.
Teman, sebelum melangkah lebih jauh, kita harus mengetahui apa sebenarnya SCBA itu. SCBA adalah alat bantu pernapasan untuk waktu tertentu sesuai dengan jumlah oksigen yang tersedia pada alat tersebut1. SCBA terdiri dari dari Tabung(botol) bertekanan udara masker dan peralatan-peralatan pembawa2. SCBA diisi dengan udara bebas sebagai alat bantu pernapasan.
pengetahuan kesyahbandaran merupakan pembelajaran yang dimiliki oleh seorang pekerja yang mengurusi pelabuhan, urusan pelayanan dan kelaiklautan dalam pelayaran. ilmu ini sangat penting dalam pembelajaran seorang kesyahbandaran dalam mengelola pelabuhan . pembelajaran dalam ruang lingkup pengelolaan pelabuhan dalam wilayah perairan maupun daratan untuk menjaga keamanan dan keselamatan dalam pelayaran.
3. Kapal Penumpang аdаlаh kapal
уаng digunakan untuk angkutan
penumpang. Untuk
meningkatkan effisiensi atau
melayani keperluan уаng lebih
luas kapal penumpang dараt
berupa kapal Ro-Ro, ataupun
untuk perjalanan pendek
terjadwal dalam bentuk kapal
feri.
Pengertian Kapal Penumpang dan Kapal Pesiar
Kapal pesiar (Cruise Ship atau
Cruise Liner) adalah kapal
penumpang yang dipakai untuk
pelayaran pesiar. saat ini
kapal pesiar tidak dipandang
sebagai transportasi semata,
namun sebagai hotel terapung
(floating hotel), atau disebut
dengan resor terapung (floating
resort).
01 02
5. Peraturan K3 Tentang Kapal Penumpang
Dalam PM No. 20 Tahun 2015
tentang Standar Keselamatan dan PM No. 37 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut.
tentang standar keselamatan pelayaran meliputi
sumber daya manusia (SDM), sarana dan/ prasarana,
standar operasional prosedur (SOP), lingkungan serta
sanksi.
Peraturan Menteri (PM) No. 20 Tahun 2015
sanksi akan dikenakan kepada pemilik,
operator kapal dan nahkoda berupa pidana
penjara paling lama enam bulan atau denda
paling banyak Rp. 100.000.000, pasal 304 UU
No. 17 Tahun 2008.
Dari aspek SDM
01
02
03
UU Tentang standar keamanan dalam Kapal Penumpang
6. Lanjutan ...
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
17 TAHUN 2008 TENTANG P E L A Y A R A N
PERATURAN MENTERI
PERHUBUNGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR PM 104 TAHUN
2017 TENTANG PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN PENYEBERANGAN
04
05
7. Keselamatan Pada Kapal Pesiar
PP No. 7 Thn 2000
tentang Kepelautan
UU No. 17 thn 2008
tentang Pelayaran
Permenhub No.25
Tahun 2015
tentang Standar
Keselamatan Pelayaran
PP No. 1 thn 1998
tentang Pemeriksaan
Kecelakaan Kapal
PP No.20 Tahun 2010
tentang Angkutan Perairan
Permenhub
No.25 Tahun 2015
tentang Standar
Keselamatan
Transportasi Sungai,
Danau, dan
Penyeberangan
A. Ketentuan UU terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kapal Pesiar
PP No.5 Tahun 2010 PP No.51 Tahun 2002
tentang Kenavigasian tentang Perkapalan
8. Peraturan Yang Terkait dengan Kapal Penumpang & Kapal Pesiar
Kecepatan Kapal
Persyaratan pelayanan kecepatan kapal terdiri dari 2 (dua) kategori, yaitu :
1) Kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan (service speed) sekurang -
kurangnya 10 knot per jam.
2) Kapal pelayanan non-ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan rata – rata pelayanan (service speed)
sekurang - kurangnya 15 knot.
Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani lintas pendek dengan jarak sampai dengan 6 (enam)
mil kecepatan rata-rata pelayanan kapal dapat disesuaikan untuk memenuhi jadual perjalanan kapal.
10. B. Alat Pelindung Diri di Kapal
Baju
pelindung
Safety Shoes
Helmet
Goggles
Sarung tangan
(Hand safety):
01 02
03
04
05
Face Mask
Plug
06
07
11. Alat-Alat Penolong Diatas Kapal
1. Life Jacket
(Jaket Penolong)
02. Life Buoy/Life Ring
(Pelampung Penolong)
03. Life Raft
(Kapsul/Rakit Penolong)
04. Life Boat
(Sekoci Penolong)
Menurut SOLAS (Safety of Life At Sea) 1974, kemudian
diamandemen pada Tahun 1983, sejak 1 Juli 1983 diharuskan
mempunyai alat – alat penolong:
12. Life Jacket
- Terbuat dari gabus sintetis yang
biasanya dinamakan styrophore
- Harus diletakkan ditempat yang
mudah dijangkau
- Pemakaiannya harus benar-benar
aman melingkarke badan dengan
mengikatkan pitanya
- Setiapkapal harus membawa baju
renang untuksetiap pelayarannya
(untukorang dewasamaupun anak-
anak)
- Untukkapal penumpang harus
membawa sebanyak 110%%
dari
jumlah orang yangada dikapal.
13. Life Buoy
- Umumnya digunakan untuk orang yang tercebur ke laut, jumlahnya tergantung pada tipe dan panjang
kapal
- Umumnya terbuat dari gabus padat dan dibungkus dengan terpal.
- Di cat dalam dua warna,yaitu merah dan kuning atau putih
15. Life Boat
- Konstruksi yang khusus sehingga pergerakannya bias dengan dayung, layar maupun secara mekanik
- Ukuran sekoci sebaiknya dicantumkan, bersama-sama dengan jumlah penumpang yang diijinkan, initial
surveyor dan tanggal pemeriksaan
- Mampu diluncurkan secara aman dan cepat ke air meski dalam kondisi yang tidak menguntungkan
- Masing- masing harus mampu diluncurkan ke air tanpa mengikut sertakan penurunan alat-alat yang lain
- Memungkinkan untuk menaikkan penumpang- penumpang secara cepat
20. Contoh Kasus : Terbakarnya Kapal Fungka Permata V di Perairan
Banggai Laut, Sulawesi Tengah.
Kronologi Kejadian : Pada 14 September 2018.
• Pukul 11.00 WITA, KMP. Fungka Permata V dari Baubau mengangkut 87 orang dewasa, muatan kering (beras dan
mie instant), 2 unit sepeda motor dan kurang lebih 10 ton bahan kebutuhan pokok.
• Pukul 16.00 WITA, Tiba di Raha melakukan penambahan penumpang.
• Sekitar pukul 17.00 WITA, kapal bertolak dari Raha. Ada penambahan 4 penumpang dewasa Total 91 Orang.
•Pada tanggal 14 September 2018, Sekitar pukul 11.00 WITA, saat Fungka Permata V dalam pelayaran dari Raha
menuju Banggai Laut dengan kecepatan rata-rata 8 knot. Saat itu Nakhoda dan Juru Mudi berada di ruang kemudi,
sementara di kamar mesin terdapat seorang juru minyak jaga. Juru Mudi jaga selanjutnya memeriksa dan melihat
air pendingin mesin penggerak tidak keluar dari lambung kapal dan melaporkan kepada Nakhoda. Setelah itu Juru
Mudi melihat asap hitam tebal keluar dari cerobong mesin penggerak yang dipasang mengarah ke buritan melalui
kamar mesin, kemudian Nakhoda menurunkan putaran mesin, kecepatan kapal berkurang menjadi 5 knot.
Setelah mengetahui air laut pendingin mesin penggerak tidak bersirkulasi, Nakhoda berencana untuk memeriksa
kotak laut (sea chest) Nakhoda mengira kotak laut tersumbat kotoran. Pada saat itu jarak kapal ke Banggai Laut
sekitar 40 mil laut. Juru Mudi selanjutnya menuju ke kamar mesin untuk memberitahukan kepada awak mesin
jaga bahwa air pendingin mesin penggerak tidak keluar dari pipa gas buang
21. Contoh Kasus : Terbakarnya Kapal Fungka Permata V di Perairan
Banggai Laut, Sulawesi Tengah.
Kronologi Kejadian : Pada 14 September 2018.
•Melihat kondisi tersebut seluruh penumpang dan awak kapal menjadi panik. Awak kapal yang berada di geladak
penumpang berusaha untuk menenangkan penumpang dan menyuruh untuk mengenakan jaket penolong yang
banyak terletak di langit-langit ruang penumpang. Ketika sedang membagikan jaket penolong, tiba-tiba terdengar
bunyi ledakan kuat sehingga penumpang berhamburan untuk menyelamatkan diri melalui pintu keluar di haluan.
–Pukul 15.00 WITA sebuah perahu nelayan yang kebetulan melewati tempat kejadian langsung menolong dan
mengevakuasi korban ke Pulau Sago yang jaraknya sekitar 4 mil dari lokasi kejadian.
-Sekitar pukul 17.00 WITA, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Banggai Laut mendapatkan informasi
dari warga tentang kejadian ini dan segera meneruskan ke Basarnas yang berada di Luwuk dan pihak keamanan
setempat dan kemudian segera mengirimkan armadanya untuk melakukan penyelamatan.
• AKIBAT KEBAKARAN Berdasarkan data yang diterima dari tim Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)
Luwuk dinyatakan bahwa terdapat 13 orang meninggal dunia akibat kecelakaan ini, dengan rincian 2 balita, 1
laki-laki dewasa, dan 10 perempuan dewasa serta 6 orang dinyatakan hilang. Jumlah orang selamat termasuk
awak kapal 126 orang.
23. Pandangan Masyarakat Global Tentang Kapal Penumpang
1. Biaya tranportasi lebih terjangkau jika dibandingkan dengan dengan pesawat
2. ingin menikmati fasilitas dan perjalanan laut
3. Kapal laut lebih tepat waktu dibandingkan dengan pesawat yang sering delayed
4. barang bawaan seperti koper tidak dikenakan biaya tambahan
5. masyarakat menganggap lebih aman menggunakan kapal laut karena kecelakaan kapal laut
lebih sedikit terdengar dibandingkan kapal pesawat
6. sebagian kapal penumpang mempunyai fasilitas hotel, restoran, tempat ibadah dan lain-lain
7. waktu tempuh relatih lama dibandingkan dengan transportasi udara
8. Barang sering tertukar dengan barang orang lain saat di bagasi
24. Pandangan Masyarakat Global Tentang Kapal Pesiar
1. Anggapan bahwa Berlibur dengan kapal pesiar adalah liburan yang termasuk dalam kategori
mewah
2. Cocok untuk liburan bersantai dan nyaman
3. Terdapat fasilitas mewah dan lengkap di dalam kapal pesiar seperti hotel dan restoran
berbintang, teater, studio bioskop, kasino, spa, pusat perbelanjaan mewah, dll
4. Sebagian masyarakatn mengatakan liburan ke luar negri menggunakan kapal pesiar lebih
murah dibandingkan dengan pesawat kelas bisnis
5. Pelayanan kapal pesiar biasanya menawarkan perjalanan ke beberapa negara sekaligus
26. IDENTIFIKASI BAHAYA KAPAL LAUT
MARS
VENUS
6
Tubrukan Kapal Tenggelam
Kebakaran
Kapal Kandas
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran Pasal 245 menyatakan bahwa : Kecelakaan kapal merupakan
kejadian yang dialami oleh kapal yang dapat mengancam keselamatan kapal
dan/atau jiwa manusia berupa:
27. Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda
tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut
(kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di
kapal yang justru memperlambat tindakan, pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan
darurat tersebut.
Kebakaran dan Ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di kamar
mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi
Nakhoda dan anak buah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan,
yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi.
28. Kapal Tenggelam
kapal tenggelam umumnya disebabkan oleh karena kapal kemasukan air, kemasukan air ke kapal dapat
saja melalui kebocoran kulit lambung atau oleh karena kondisi kapal pada saat tertentu terlalu miring
ataupun lambung /kulit kapal pecah. Lambung / kulit kapal pecah dapat disebabkan oleh kondisi kapal
yang sudah tua atau dapat juga disebabkan oleh konstruksi lambung yang tipis dan tidak sepadan untuk
menahan tekanan ketika kapal bergerak maju di laut yang berombak.
Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal
menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan
keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya
untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.
29. Kapal Kandas
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling terasa berat, asap di
cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti
mendadak.
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar taut
atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau bahaya
tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu
akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak
menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran.
Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga
atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi
permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan
membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi rumit.
31. 1. Faktor Manusia
● Kecerobohan didalam menjalankan
kapal, Misalnya kurang pahamannya
para awak kapal akan rambu-rambu
yang ada pada rute perjalanan,
kelalaian petugas pelabuhan dalam
melakukan pengawasan terhadap
kapal-kapal yang berlayar.
● kekurang mampuan awak kapal
dalam menguasai berbagai
permasalahan yang mungkin timbul
dalam operasional kapal,
● secara sadar memuat kapal secara
berlebihan
● Kesadaran penumpang masih
kurang
Faktor Risiko Penyebab Kecelakaan Kapal
2. Faktor teknis
• Kekurang cermatan didalam desain kapal, seperti
desain kapal yang tidak sesuai dengan standar
• Penelantaran perawatan kapal sehingga ketika
kapal berlayar menyebabkan mesin panas
sehingga menyebabkan kapal mudah mengalami
kerusakan hingga terbakar dan meledak.
• kecelakaan bisa diakibatkan karena sumber
tenaga misalnya tenaga gerak mesin dan
peralatan, panas, listrik dan lain-lain
3. Faktor alam
Faktur cuaca buruk; badai, gelombang yang tinggi
yang dipengaruhi oleh musim/badai, arus yang besar,
kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang
terbatas.
32. Pengendalian Risiko Penyebab Kecelakaan
1. Mengidentifikasi & menganalisis sebab kecelakaan, peralatan, serta prosedur kerjanya di atas kapal.
2. Mematuhi Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah baik nasional maupun internasional
3. Mengawasi dan mengontrol para pekerja yang sedang melakukan suatu pekerjaan
4. Melakukan pendekatan psikologis terhadap para awak secara akrab dan kekeluargaan
5. Penyuluhan terhadap para awak kapal mengenai aturan-aturan yang ada pada pelayaran laut
6. Pelatihan maintenance untuk para awak kapal terhadap mesin-mesin yang ada pada kapal
7. Perlu dilakukan sosialisasi ISM Code yang konsisten.
8. Pelatihan keselamatan
9. Prosedur dan peringatan bahaya pada area tahapan kegiatan operasi
10. Penyediaan dan optimalisasi penggunaan peralatan keselamatan kerja.
34. Manajemen K3 Pada Kapal Penumpang & Kapal Pesiar
International Safety
Management Code
(ISM Code)
Manajemen
Keselamatan Kapal
01 03
Permenhub NO. 45
TAHUN 2012
Tentang Manajemen
Keselamatan kapal
02
Safety Of Life At Sea 1974
(SOLAS)
35. International Safety Management Code (ISM Code)
“International Safety Management (ISM) Code adalah Kode Internasional tentang Manajemen
Keselamatan Pengoperasian Kapal dan Pencegahan Pencemaran”.
Elemen ISM Code
1. Tujuan dan sasaran ISM Code 9. Pelaporan dan analisa ketidak sesuaian
kecelakaan dan kejadian berbahaya
2. Kebijakan kslamtan & perlindungan lingkungan 10. Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya
3. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan 11. Dokumentasi
4. Designated person/ koordinator 12. Verifikasi tinjauan dan evaluasi perusahaan
5. Tanggung jawab dan wewenang Nakhoda 13. Sertifikasi Verifikasi dan Pengawasan
6. Sumber daya dan tenaga kerja 14. Sertifikasi sementara
7. Pengembangan pengoperasian kapal 15. Formulir sertifikat
8.Kesiapan menghadapi keadaan darurat 16. Verifikasi
36. Permenhub NO. 45 TAHUN 2012 Tentang Manajemen Keselamatan kapal
ISM-Code di Indonesia telah diundangkan didalam suatu produk hukum yaitu pada Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 45 Tahun 2012 Tentang Manajemen Keselamatan Kapal.
Sistem manajemen keselamatan meliputi:
- sistem manajemen keselamatan perusahaan; dan
- sistem manajemen keselamatan kapal.
Tujuan dari sistem manajemen keselamatan :
a. Menyediakan tata kerja yang praktis dalam pengoperasian kapal dengan aman dan lingkungan kerja
yang aman;
b. Menilai semua identifikasi resiko terhadap kapal, personil, lingkungan, dan menentukan aksi
pencegahannya;dan
c. Meningkatkan keterampilan personil di darat dan di kapal di bidang manajemen keselamatan secara
terus-menerus, termasuk kesiapan menghadapi situasi darurat terkait keselamatan dan perlindungan
lingkungan.
Perusahaan yang mengoperasikan kapal dan Kapal telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan
dan pencegahan pencemaran dari kapal akan diberi sertifikat. Sertifikat manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal:
1) Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of Compliance/ DOC untuk perusahaan;
dan
2) Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate/ SMC untuk kapal.
37. Lanjutan Permenhub NO. 45 TAHUN 2012
Setiap perusahaan harus mengembangkan, melaksanakan, dan mempertahankan
sistem manajemen keselamatan yang mencakup fungsi yang dipersyaratkan meliputi:
a. kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan;
b. tanggung jawab dan wewenang perusahaan;
c. personil darat yang ditunjuk (Designated Persons Ashore/ DPA);
d. tanggung jawab dan wewenang Nakhoda;
e. sumber daya dan personil;
f. pengoperasian kapal;
g. kesiapan keadaan darurat;
h. pelaporan dan analisa atas ketidaksesuaian, kecelakaan, dan kejadian berbahaya;
perawatan kapal dan perlengkapannya;
i. dokumentasi; dan audit, tinjauan ulang, dan evaluasi perusahaan.
38. Safety Of Life At Sea 1974 (SOLAS)
SOLAS 1974 Yaitu salah satu konvensi internasional yang berisikan persyaratan-persyaratan kapal dalam rangka
menjaga keselamatan jiwa di laut untuk menghindari atau memperkecil terjadinya kecelakaan di laut yang meliputi
kapal, crew dan muatannya. Untuk dapat menjamin kapal beroperasi dengan aman harus memenuhi ketentuan-
ketentuan di atas khususnya konvensi internasional tentang SOLAS 1974 pada Chapter I s/d V, yang mencakup
tentang :
1. Konstruksi kapal yang berhubungan dengan struktur, subdivisi dan stabilitas, instalasi permesinan dan instalasi
listrik di kapal .
2. Konstruksi kapal yang berhubungan dengan kebakaran baik mengenai perlindungan kebakaran, alat penemu
kebakaran dan alat pemadam kebakaran.
3. Pengaturan dan penggunaan alat keselamatan jiwa.
4. Perlengkapan alat komunikasi radio.
5. Alat-alat navigasi.
Dalam penerapan diatas maka dalam implementasinya perlu dibuktikan dengan sertifikat yang masih berlaku yaitu
sertifikat keselamatan kapal penumpang yang mencakup persyaratan-persyaratan pada chapter II-1, II-2, III, IV & V.
39. DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran-peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 104 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan
Suharjo, B., & Suharyo, O. S. (2014). Penilaian Risiko Kecelakaan Kapal Berlayar Di Alur
Pelayaran Timur Surabaya Dengan Metode Formal Safety Assessment (Fsa). Journal
Asro-sttal-international Journal, 2, 1-14.
Vania, B. (2020). Perancangan Interior Kapal Pesiar Royal Caribbean Ms. Voyager Of The
Seas (Doctoral Dissertation, Universitas Pelita Harapan)
40. DAFTAR PUSTAKA
● Jakarta, 30 November 2016, DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN - KNKT
TAHUN 2010-
2016,http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_home/Media_Release/Media%20Release%20
KNKT%202016/Media%20Release%202016%20-%20IK%20Pelayaran%2020161130.pdf
diakses pada tanggal 19 Februari 2021
● https://idec.ft.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/ID099.pdf. diakses pada tanggal
19 Februari 2021
● https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/3810/2129 diakses pada
tanggal 19 Februari 2021
41. DAFTAR PUSTAKA
https://jatim.tribunnews.com/2017/06/25/memilih-naik-kapal-daripada-pesawat-para-
penumpang-ini-punya-alasan-khusus-karena-lebih-asyik diakses pada tanggal 19
Februari 2021
https://biz.kompas.com/read/2020/02/13/203839428/ini-5-alasan-wisata-kapal-pesiar-
makin-
diminati#:~:text=Luasnya%20kapal%20dan%20segudang%20fasilitas,selama%20apapu
n%20perjalanan%20yang%20ditempuh.&text=Liburan%20di%20kapal%20pesiar%20me
mungkinkan,dalam%20kurun%20wisata%20yang%20sama- diakses pada tanggal 19
Februari 2021
● http://digilib.its.ac.id/ITS-paper-42021120000177/19437 diakses pada tanggal 19
Februari 2021