Hadis merupakan sumber syariat Islam selain Alquran. Terdapat berbagai argumentasi yang mendukung keabsahan hadis seperti ayat-ayat Alquran, sabda Nabi, ijma' para sahabat, serta kaidah tentang hadis mutawatir dan shahih. Sejarah perkembangan hadis meliputi masa Nabi, sahabat, penyusunan kitab-kitab hadis, hingga pensyarahan kitab-kitab hadis saat ini.
2. Argumentasi Kehujjahan Hadis
Argumentasi Rasional/Teologis
● Nabi Muhammad SAW adalah penyampai
wahyu Allah SWT kepada umat manusia.
Terkadang isi yang disampaikan sama seperti
yang diwahyukan, namun adakalanya Nabi
punya inisiatif sendiri dalam menyampaikan
bimbingan ilham Tuhan. Tidak jarang beliau juga
berijtihad sendiri tanpa adanya ilham maupun
wahyu dari Tuhan. Jika seluruh umat Islam taat
akan kerasulan Nabi Muhammad SAW, maka
wajib bagi seluruhnya untuk percaya dan patuh
akan segala peraturan yang diperintahkannya.
3. Argumentasi Alquran
● Di dalam Alquran, banyak ayat-ayat yang menyebutkan
tentang umat Islam yang wajib mentaati Rasulullah dan
ajaran yang dibawanya. Beberapa ayat tersebut antara
lain:
● (QS. An-Nahl: 44)
● (QS. An-Nisa’: 80)
● (QS. An-Nisa’:59)
4. Argumentasi Sunnah
● Beberapa sabda Nabi SAW menyatakan bahwa umatnya harus
selalu menjalankan Sunnah selain Al-Qur'an. diantaranya:
● “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap
mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin
kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa
di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat
perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang
pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu
telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah
ia dengan gigi geraham kalian.” (HR. At Tirmidzi)
5. Argumentasi Ijma’
● Selama masa hidup Nabi SAW, para sahabat melakukan apa yang
diperintahkan untuk mereka lakukan dan menghindari apa yang
dilarang. Bahkan sepeninggal Nabi SAW, ketika menghadapi
masalah yang tidak ditemukan dalam Al-Qur'an, mereka masih
berpegang pada sunah Nabi SAW. Setelah Al-Qur'an, umat Muslim
sepakat dalam menjadikan hadis sebagai sumber syari'at setelah
Alquran. Mereka juga tertarik untuk menghafalnya,
mempelajarinya, dan menyebarkannya sehingga sampailah hadits
Nabi kepada generasi sesudahnya.
6. Kehujjahan Hadis Aḥād dan
Mutawātir
● Kehujjahan Hadis Mutawātir
● Kehujjahan hadis mutawātir baik bi lafdzi
maupun bi makna adalah qath’iyyu al-
tsubut, yakni tidak diragukan
kebenarannya, memberi keyakinan yang
sangat kuat, dan wajib diterima sebagai
pedoman hidup.
7. ● Kehujjahan hadis aḥād
● kehujjahan hadis ahad, bergantung pada
pembagian hadis berdasarkan kualitasnya yang
terbagi pula menjadi tiga; hadis ṣaḥīḥ, ḥasan
dan ḍa‘īf.
8. ● Kehujjahan hadis ṣaḥīḥ
● Hadis ṣaḥīḥ dapat dijadikan hujjah. Yang dapat dijadikan hujjah
disini maksudnya adalah hadis yang matan dan sanadnya
berkualitas.
● Kehujjahan hadis ḥasan
● Ulama berpendapat bahwa dapat dijadikan hujjah seperti halnya
dengan hadis ṣaḥīḥ. Sebagian yang lain berpendapat bisa
dijadikan hujjah tapi letaknya tidak bisa sejajar dengan hadis sahih.
● Kehujjahan hadis ḍa‘īf
● Terkait kehujjahan hadis ḍa‘īf, para ulama berbeda pendapat.
Pertama, melarang kehujjahan hadis ḍa‘īf meskipun hanya untuk
dorongan melakukan ibadah, hal ini seperti yang disampaikan Abū
Bakar Ibn al-‘Arabi. Kedua, memperbolehkan pengamalan ibadah
yang berasal dari hadis ḍa‘īf namun tidak meyakini dengan
sungguh bahwa hadis tersebut berasal dari Nabi.
9. Posisi Hadis Dengan Alquran
● Bayān Taqrīr (Yakni posisi hadis menjelaskan ulang
keterangan yang ada dalam Alquran),
● Bayān Tafsīl (Yakni memperinci penjelasan global
yang ada dalam Alquran),
● Bayān Taqyīd (Ialah hadis sebagai pembatas
kemutlakan yang ada dalam Alquran),
● Bayān Takhsīs (Yakni hadfis-hadis yang
mengkhususkan ayat Alquran yang umum),
● Bayān Tashrī’ (Yakni hadis sebagai penjelas hukum
syari’at yang belum dijelaskan dalam Alquran).
10. Sejarah Perkembangan Hadis
Nabi
● Masa Nabi
● Pada masa ini dikenal dengan sebutan “’ashrul
wahyi wattaqwin” yaitu masa diturunkannya wahyu
dan pembentukan masyarakat Islam.
● Masa Sahabat Besar/ Khulafaur Rasyidin
● Masa ini terjadi sejak tahun 11 H sampai 40 H.
Masa ini disebut dengan masa pembatasan dan
perketatan periwayatan (al-tatsābut wa al-iqlāl min
al-riwāyah).
11. ● Masa Sahabat Kecil
● Pada masa ini, sudah terjadi penyebaran hadis di pelosok-pelosok
negeri. Hal ini dapat dilihat dari munculnya majlis-majlis ilmu yang
ada di berbagai kota, diantaranya: Madinah, Mekkah, Kufah,
Basrah, Syam, dan Mesir.
● Hadis Pada Masa Awal-Akhir Abad III H
● Masa ini disebut dengan masa penerimaan, pentashihan, dan
penyempurnaan (‘ashr al-tajrid wa al-tashhih wa al-tanqih).
● Diantara kitab-kitab hadis yang berhasil disusun pada masa ini
adalah hadis Shahīh Bukhāri karya Imam Al-Bukhari, Shahīh
Muslim karya Imam Muslim.
12. ● Hadis Pada Abad IV-Pertengahan Abad VII (Jatuhnya Baghdad
th. 656 H.)
● Masa ini disebut dengan masa pemeliharaan, penertiban,
penambahan, dan penghimpunan (‘ashr al-tahdzīb wa al-taqrī wa
al- istidrāk wa al-jam’ī). Pada masa ini terjadi pengembangan
pembukuan dari kitab-kitab terdahulu. Kitab-kitab yang disusun
tersebut diantaranya adalah kitab Al-Mustakhraj.
● Contoh dari kitab-kitab ini adalah kitab Mustakhraj Shahih al-
Bukhari antara lain; kitab al-Mustakhraj karya al-Isma’ili (w. 371 H)
dan kitab al-Mustakhraj karya al-Ghithrifi (w. 377 H).
13. ● Hadis Pada Pertengahan Abad VII – Sekarang
● Masa ini disebut dengan masa pensyarahan, penghimpunan,
pentakhrij, dan pembahasan (‘ashr al-syarh wa al-jam’i wa al-takhrij
wa al-bahts). Pada masa ini, ulama hadis berupaya untuk
mensyarah, kitab-kitab hadis yang sudah ada, mentakhrij hadis-
hadis pada kitab-kitab tertentu, dan membahas kandungan kitab-
kitab hadis.