Makalah ini membahas tentang kecurangan dalam perusahaan, termasuk definisi kecurangan, jenis-jenisnya, gejala dan faktor penyebabnya, serta cara mendeteksinya. Kecurangan dapat terjadi karena faktor internal perusahaan maupun eksternal dan dapat merugikan perusahaan maupun pihak lain. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini untuk menanggulangi masalah ini.
1. i
KECURANGAN
Dibuat untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Vonia Oktasari (2015020016)
Afillizan (2015020017)
Zulkhaira (2015020020)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
KATA PENGANTAR
2. ii
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yangsenantiasa
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dengan segenapkemampuan dan
kesanggupan dapat menyelesaikan makalah ini. Berbagaihambatan dan tantangan yang
ditemui dalam penyelesaian makalah ini, namundengan kesabaran, semangat, dan kerja keras
penulis akhirnya kendala-kendalatersebut dapat diatasi oleh penulis.
Makalah yang berjudul ” Fraud ” ini disusun untukmemenuhi tugas Mata Kuliah
Akuntansi sector publik. Disamping itu, penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dalammeningkatkan pengetahuan kita.Sebagai manusia biasa
yang tak pernah luput dari kesalahan, penulismenyadari bahwa dalam penulisan paper ini
masih banyak terdapat kekuranganyang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saranyang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih
kepadasemua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini, denganharapan
semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Banda Aceh,16 Mei 2022
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3. Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1. pengertian Institusi.................................................................................................. 3
2.2. Klasifikasi institusi.................................................................................................. 3
2.3. Jenis-jenis Institusi.................................................................................................. 4
2.4. Institusi swasta....................................................................................................... 4
2.5. Institusi non formal................................................................................................. 5
2.6. Pengertian keuangan mikro.................................................................................... 5
2.7. Definisi lembaga keuangan Mikro ......................................................................... 6
2.8. Bentuk dan Kepemilikan Lembaga Keuangan Mikro............................................ 6
2.9. Fungsi Lembaga Keuangan Mikro......................................................................... 6
A. Kegiatan Lembaga Keuangan Mikro........................................................... 7
B. Contoh Keuangan Mikro di Indonesia......................................................... 7
BAB III PENUTUPAN...................................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................................. 10
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Didalam suatu perusahan pasti terdapat bagian bagian perusahaan, bagian bagian ini
dibeddakan dengan devisi.Semakin banyaknya devisi didalam perusahaan,maka semakin
besar prosentasi terdapat kecurangan,baik didalamdevisi itu sendiri atau dengan devisi lain
bahkan antar perusahaan. Fraud auditingatau audit kecurangan adalah upaya untuk
mendeteksi dan mencegah kecurangandalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat
melakukan audit kecuranganterhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan
gabungan duaketerampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.
Fraudmencakup semua kejutan, trik, kelicikan dan penyamaran, serta setiap cara yangtidak
adil di mana ada pihak lainnya yang tertipu.
Fraud dalam laporan keuangan biasanya berbentuk salah saji atau kelalaianyang
disengaja baik dalam jumlah maupun pengungkapan pos-pos dalam pelaporan keuangan
untuk menyesatkan pemakai informasi laporan keuangantersebut. Fraud dapat terungkap, bila
ada kerja sama antara beberapa pihak yangterkait dengan entitas, seperti dewan direksi, pihak
manajemen, akuntan publikdan internal auditor. Kecurangan yang terjadi dalam laporan
keuangan padaumumnya disebabkan oleh lingkungan internal dan lingkungan
eksternal.Pengaruh lingkungan internal umumnya terkait antara lain dengan lemahnya
pengendalian internal, lemahnya perilaku etika manajemen atau factor likuiditasserta
profitabilitas entitas yang bersangkutan.Sedangkan pengaruh lingkunganeksternal umumnya
terkait antara lain dengan kondisi entitas secara umum,lingkungan bisnis secara umum,
maupun pertimbangan hokum dan perundang-undangan.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah agar kita sebagaimahasiswa dapat
mengetahui kecurangan – kecurangan yang terjadi didalam perusahaan, Serta dampak apa
yang terjadi ketika kecurangan itu terusmenerus dilakukan oleh pihak - pihak yang tidak
bertanggung jawab.
5. BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR
G.jack bologna, Robert J.Lindquist dan joseph T.Wellsmenmendefinisikan kecurangan “
Fraud is criminal deception intended to financially benefit thedeceiver ( 1993 ) ” yaitu
kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan
kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiaptindakan kesalahan serius yang dilakukan
dengan maksud jahat. Kecurangan berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga
menyebabkan informasitidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka
kesalahan tersebutmerupakan kecurangan.Dari sudut pandang akuntansi dan audit,
kecurangan adalah penggambaranyang salah dari fakta material dalam buku besar atau
laporan keuangan.Pernyataan yang salah dapat ditujukan pada pihak dalam organisasi seperti
pemegang saham atau kreditor, atau pada organisasi itu sendiri dengan caramenutupi atau
menyamarkan penggelapan uang, ketidakcakapan, penerapan danayang salah atau pencurian
atau penggunaan aktiva organisasi yang tidak tepat oleh petugas, pegawai atau agen.
2.2 GEJALA DAN FAKTOR PENDORONG KECURANGAN
2.2.1 Gejala kecurangan Pelaku
kecurangan di atas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok,yaitu:
manajemen dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemenumumnya lebih
sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan olehkaryawan. Oleh karena itu,
perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut.
a. Gejala kecurangan manajemen:
o Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
o Moral dan motivasi karyawan rendah
o Departemen akuntansi kekurangan staf
o Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
o Konsumen, pemasok, atau badan otoritas
o Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
6. o Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagangmeningkat
o Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktuyang
lama
o Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
o Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
b. Gejala kecurangan karyawan:
o Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
o Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
o Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
o Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
o Kekurangan barang yang diterima
o Kemahalan harga barang yang dibeli
o Faktur ganda dan penggantian mutu barang
2.2.2 Faktor Pendorong Kecurangan
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan
kecurangan,yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
a.Greed (keserakahan):
Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual).
b.Opportunity (kesempatan):
Merupakan faktor yang berhubungan denganorganisasi sebagai korban
perbuatan kecurangan (disebut juga faktorgenerik/umum). Kesempatan untuk
melakukan kecurangan tergantung pada 8 kedudukan pelaku terhadap objek
kecurangan. Kesempatan untuk melakukankecurangan selalu ada pada setiap
kedudukan. Namun, ada yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil.
Secara umum manajemen suatuorganisasi/perusahaan mempunyai kesempatan
yang lebih besar untukmelakukan kecurangan daripada karyawan.
7. c. Need (kebutuhan):
Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual).
d. Exposure (pengungkapan):
Merupakan faktor yang berhubungan denganorganisasi sebagai korban
perbuatan kecurangan (disebut juga faktorgenerik/umum). Pengungkapan suatu
kecurangan belum menjamin tidakterulangnya kecurangan tersebut baik oleh
pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku
kecurangan seharusnyadikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.
2.3 KATEGORI DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN
Langkah-langkah yang dapat dilakukan auditor dalam mendeteksifraud adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihakklien lebih termotivasi
untuk menyumbangkan informasi tentang fraud.Dengan perkataan lain, diskusi ini merupakan
langkah awal bagaimana auditor mendapatkan informasi mengenai fraud.
b. Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam prosedur auditnya,
misalnya mengacak sifat, jadwal dan sampel pengujiannya.
c. Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidaklazim yang boleh jadi
merupakan indikasi akan terjadinya fraud. Misalnya memeriksa manual journal entry, auditor
melihat adanya angka yang secaraganjil jumlahnya bulat; sewaktu dicek lebih lanjut ternyata
benar bahwaangka tersebut merupakan angka yang dimarkup dengan cara dibulatkan keatas.
d. Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik - praktik
manajemen risiko secara lebih baik.
Sebagai contoh, auditor akan melakukan penilaian, berdasarkan kriteria tertentu,atas hal-
hal sebagai berikut:
o apakah auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya,
o apakah audito dapat melanjutkan hubungan professional dengan kliennyadari satu
periode ke periode berikutnya,
o apakah auditor dapat menerima suatu penugasan tertentu dari kliennya.
8. Dengan perkataan lain, bila auditor meragukan integritas dari manajemensuatu entitas,
atau berdasarkan pengalaman entitas tersebut rentanterhadap fraud, maka auditor dapat
memutuskan untuk secara professionaltidak menerima entitas tersebut sebagai
kliennya.Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satuasosiasi di USA
yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan kecurangan,
mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecuranganyang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor
dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifatfinancial atau kecurangan nonfinancial. Kecurangan
dalam penyajian laporankeuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan
sebagai berikut
analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubunganantara
item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kasdengan menggambarkannya
dalam persentase. Sebagai contoh, adanyakenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang
dari rata-rata 28%menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualandengan
total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satudasar adanya pemeriksaan
kecurangan.
analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase perubahan
item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagaicontoh adanya kenaikan
penjualan sebesar 80% sedangkan harga pokokmengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak
ada perubahan lainnyadalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat
menimbulkansangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.
analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai itemdalam
laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian
kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam „Kecurangan Kas‟ dan„Kecurangan
atas Persediaan dan Aset Lainnya‟, serta pengeluaran -pengeluaran biaya secara curang
(fraudulent disbursement). Teknik untuk mendeteksikecurangan-kecurangan kategori ini sangat
banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam
9. pos-pos tersebutakan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan.
Dengandemikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untukmendeteksi setiap
kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangandapat dideteksi melalui beberapa
teknik yang berbeda. Misalnya, untukmendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa
metode deteksi yang dapatdigunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila
digunakan secarakombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan menunjukkan gejala
penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan adatidaknya kecurangan.
Selain itu, metode-metode tersebut akan menunjukkankelemahan-kelemahan dalam
pengendalian intern dan mengingatkan / memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi
terjadinya kecurangan di masamendatang.
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.Menurut ACFE, korupsi
terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict ofinterest), suap (bribery), pemberian
illegal, dan pemerasan. Sebagian besarkecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan
kerja yang jujur,laporan dari rekan, atau pemasok yang tidakpuas dan menyampaikan komplain
ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisisterhadap
tersangka atau transaksinya.
2.4 BIDANG YANG BERESIKO TINGGI TERKENA FRAUD
Ada 6 bidang yang beresiko tinggi untuk terkena fraud / kecurangan , yaitu :
1. Purchasing and payroll Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengancara :
a. Kickback atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembeliansebagai
imbalan atas diberikannya kontrak kepada supplier.
b. Invoice palsu yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus
pembelian,kemudian ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.
c. Manipulasi data supplier misalnya nomor rekening pembayaran kesupplier
diubah ke rekening orang lain.
2. Sales and inventory Fraud dalam jenis ini misalnya:
a. Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman
10. b. Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi pencatatannya
dan uang yang diterima atas penjualan tersebut masuk kekantong pribadic. Mengurangi
atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yangsudah dijual secara kreditd.
Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonusterkait dengan
penjualane. Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen
3. Cash and check.
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena kaskelihatan
secara fisik dan relatif lebih mudah dipindah tangankan dibandingkanaset perusahaan
yang lain. Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapatkelemahan dalam proses
rekonsiliasi bank.
4. Physical security.
Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misa propriation.
5. Hak kekayaan intelektual (HAKI)
Dan kerahasiaan informasi.Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan
pencurian informasi penting milik perusahaan.
6. Information Technology.
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain namehijacking,
server takeovers, denial of service, internet money laundering,electronic eavesdropping,
electronic vandalism and terrorrism.
11. BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudahdilaksanakan oleh auditor.
Terjadinya kecurangan atau fraudsebenarnya berbedadengan kekeliruan. Fraud merupakan
problem yang serius, maka akuntan publicharus mengambil langkah-langkah komprehensif
dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan tersebut. Pemahaman tentang fraud sangat
penting,agarlebih dini biasa dilakukan pencegahan. Langkah awal dalam mendeteksi fraudadalah
berasal dari informasi atau petunjuk dari berbagai pihak seperti karyawan,rekanan dan
konsumen. Selain itu, mendeteksi fraud atau kecurangan tentunyadengan adanya pengendalian
internal yang diimplementasikan dalam organisasi(entitas), namun semua pihak bertanggung
jawab dalam mendeteksi adanyafraud dalam entitas tersebut, apakah dia seorang dewan
komisaris, internalauditor, eksternal auditor, pihak manajemen dan karyawan
sekalipun.Tanggung jawab profesi akuntan umumnya dan akuntan publikkhususnya sebagai the
last regiments standingdi dalam menciptakan iklim bisnisyang kondusif di Indonesia yang
menganut pilar-pilar good corporate governanceseperti kejujuran, transparansi dan tanggung
jawab serta adanya akuntabilitasakan semakin berat. Selain itu, dalam profesi akuntan publik,
sikap mentalyang jujur, independen dan skeptik secara professional lebih ditekankan didalam
kode etik profesi akuntan public. Akuntan public bertanggung jawab untukmerencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yangmemadai tentang apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun
kecurangan.