STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945 (AMANDEMEN)Abdul Rais P
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan Hakikat Manusia dan PengembangannyaAizulIstiqomah
Hakikat manusia agar dapat membedakan antara manusia dengan hewan yaitu manusia memiliki akal. berbeda degan hewan. dan manusia merupakan mahluk sosial yang mana tidak dapat bertahan hidup sendiri melainkan bergantung dengan orang lain juga. Kita sebagai manusia seharusnya memperlakukan manusia lainnya sesuai dengan hakikatnya, tidak dapat diperlakukan sama seperti hewan. manusia ya manusia, hewan ya hewan, jangan memperlakukan sama antara hewan dan manusia. kita tidak dapat memungkiri jika di zaman sekarang ini sudah banyak kasus mengenai kemanusiaan yang mana manusia tersebut tidak diperlakukan sewajarnya. maka dari itu diperlukan sikap toleransi antar manusia agar dapat menjalani kehidupan dengan rukun.
1. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dalam bidang studi Pengantar Pendidikan yang bertemakan “Hakikat
Manusia Dan Pengembangannya”
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan
untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini
semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi
Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan
keterampilan kependidikan demi terciptanya pendidik professional.
Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Solok, 23 Oktober 2012
Penyusun
Kelompok I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
A. Hakikat Manusia dengan Dimensi-Dimensinya
2. B. Pengembangan Dimensi-Dimensi Tersebut
C. Manusia Indonesia
D. Perbedaan Manusia dan Hewan
E. Hakikat Manusia Menurut Islam
F. Pandangan Tentang Hakikat Manusia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Pertanyaan Dan Jawaban
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki
ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan
terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh
pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk
mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti
dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi-dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok
manusia Indonesia seutuhnya.
2. Tujuan
Adapun tujuan menyusun makalah ini untuk mengetahui tentang pengertian apa itu Hakikat
Manusia dan Pengembangannya dalam dimensi-dimensinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
meneumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (intergrated) dari
apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di sebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut
hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Sifat Hakikat Manusia
3. Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi
keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan
bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya
gradual) membedakan manusia dari hewan . Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan
terutama jika dilihat dari segi biologinya.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan
manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat hakikat manusia, pada bagian ini akan di
paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham
eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi konsep pendidikan, yaitu,
1. Kemampuan menyadari diri
2. Kemampuan bereksistensi
3. Pemilikan kata hati
4. Moral
5. Kemampuan bertanggung jawab
6. Rasa kebebasan(kemerdekaan)
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
8. Kemampuan menghayati kebahagian
A. HAKIKAT MANUSIA DENGAN DIMENSI-DIMENSINYA
Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan di
bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat macam dimensi yang akan di bahas,
yaitu
1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagamaan
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan
yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya
individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya
tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari
adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial
telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan.
Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga
seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama
pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan
kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong
bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
4. menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut
pendidikan yang patologis.
2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan
adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan
sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di
kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam
berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan
menghayati kemanusiaanya.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam
kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam
bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket
(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup
etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu
adalah mahluk susila.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia
karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi
sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang
agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di
antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu
mendapat perhatian.
B. PENGEMBANGAN DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat
manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam
pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik.
Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kulaitas
dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk
memberikan pelayanan atas perkembangannya.
5. Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan arahnya.
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan
dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan
rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut
mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan
domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang
berimbang.
b. Dari arah pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa
pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap
dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan di
maksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical
(yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang
utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses
pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya
dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif
didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan
penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.
Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.
C. MANUSIA INDONESIA
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembangunan
jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembagunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia. Hal ini berarti bahwa
pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan,
kesehatan ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat
yang bertanggung jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan
antara keduanya sekaligus batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukan hanya untuk
golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjuatnya juga di artikan sebagai keselarasan hubungan
antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam
sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di
dunia dengan kebahagiaan di akhirat
6. D. PERBEDAAN MANUSIA DAN HEWAN
Hewan
Manusia
1. Memiliki kemampuan siap pakai ketika lahir
2. Makhluk biologis
3. Punya instik
4. Bertindak menurut instink
5. Tidak mengenal etika, estetika dan agama
1. Ketika dilahirkan tidak berdaya sama sekali
2. Makhluk biologis, individu dan sosial
3. Potensi yang berkembang
4. Bertanggung jawab
5. Punya etika, estetika, dan agama
E. HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
a. Manusia makhluk yg paling mulia dan atau paling hina
· Mulia => Konstruksi jasmani dan rohani manusia lebih lengkap
· Hina => Tingkah lakunya bertentangan dgn aturan Tuhan
b. Hakikat kejadian manusia
Asal manusia
· Jasmani => Tanah
· Rohani => Gaib
C . Proses Terwujudnya manusia
· Manusia yg terwujud tanpa ibu dan bapak => Adam
· Manusia yg terwujud tanpa ibu => Hawa
· Manusia yg terwujud tanpa bapak => Isa
· Manusia yg terwujud dari laki-laki dan perempuan => manusia sekarang
· . Terwujudnya manusia menurut teori Darwin=> Manusia berasal dari kera
F. PANDANGAN TENTANG HAKIKAT MANUSIA
1. Pandangan Psikoanalitik
Ø Suatu aliran dalam ilmu jiwa yg mencoba menganalisis kejiwaan manusia atas bagian-bagiannya
Struktur Kepribadian Manusia terdiri dari 3 komponen (Freud)
a. Id yang berfungsi untuk menggerakkan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya
b. Ego berfungsi untuk menjembatani antara keinginan id dg lingkungan yang realistis
c. Super ego berfungsi untuk mengawasi dan mengontrol tingkah laku seseorang agar sesuai dengan
7. aturan dan nilai-nilai moral
2. Pandangan Humanistik
Ø Melihat manusia itu secara manusiawi
Dipelopori oleh Rogers, Jeans Jacues Rousseau, Martin Buber
a. Rogers
Manusia adalah makhluk yg terus berubah dan diibaratkan dgn air mengalir yg tanpa hentinya.
b. Jean Jacues Rousseau
Pada dasarnya manusia itu adalah baik tapi dirusak oleh masyarakat atau lembaga.
c. Martin Buber
Manusia merupakan suatu (eksistensi) yang berpotensi, tetapi potensi itu terbatas, sehingga
sulit untuk memperkirakan bagaimana masa depan mansia tersebut. Manusia tidak dapat dikatakan
baik atau jahat tetapi mengandung kedua kemungkinan itu
c. Pandangan Behavioristik
Ø Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan dimana individu itu berada
Dipelopori oleh Skinner, Kohler, Wetson, Thorndike
1) Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan di mana individu itu berada
2) Tingkah laku manusia dapat dikendalikan dengan mengatur lingkungan tempat individu itu berada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian bab I dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya
dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara
prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia
Adanya hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus mengusai hewan
Salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kebahagian pada manusia
Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.
B. Saran
1. Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh kepada nilai-
nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya
2. Penerapan paradigma baru dalam pendidikan disosialisasikan lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Senin 11 Januari 2011. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia. Diakses di Solok, Oktober
2012.
8. Iwandra, Dodi. Minggu 5 Desember 2010. Hakikat Manusia dan Pengembangannya. Diakses di
Solok, Oktober 2012
Miranda, Dian. 19 September 2009. Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Diakses di Solok, Oktober
2012
Tirtarahardja, Umar. 1990.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.