Penelitian ini mengevaluasi ekstraksi pektin dari kulit pepaya dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi menggunakan dua pelarut, asam klorida dan asam asetat. Hasilnya, ekstraksi dengan asam klorida pada suhu 80°C selama 2 jam memberikan rendemen pektin tertinggi. Pektin yang dihasilkan termasuk jenis berkadar metoksil rendah dengan kadar galakturonat yang meningkat dengan suhu dan waktu ekstraksi yang
Eksperimen fermentasi ragi menggunakan nanas, tauge, gula dan ragi Saccharomyces cerevisiae menghasilkan alkohol dan CO2 melalui proses fermentasi anaerobik selama 7 hari, menyebabkan penurunan berat labu.
Prakiktum Biokimia Pangan Enzim II ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim, serta mengamati proses fermentasi ragi. Berdasarkan hasil uji pengaruh pH, enzim ekstrak kedelai dan pisang aktif pada rentang pH tertentu dan memiliki pH optimum. Uji pengaruh suhu menunjukkan enzim aktif pada suhu optimum tertentu. Uji fermentasi ragi menunjukkan proses konversi glukosa menjadi etanol dan CO
Dokumen tersebut merangkum tentang praktikum fitokimia yang meliputi ekstraksi tanaman obat secara dingin dengan metode maserasi dan perkolasi. Metode maserasi melibatkan perendaman bahan dalam pelarut selama beberapa hari sedangkan metode perkolasi mengalirkan pelarut melalui serbuk yang dibasahi. Kedua metode memberikan hasil berupa ekstrak kental yang mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid.
Ekstrak metanol dengan metode ekstraksi satu tahap memberikan sifat fisikokimia terbaik dengan kelarutan dalam etanol 39,450%, kelarutan dalam air 28,283%, dan kadar fenol total 297,170 mg/g. Penelitian ini menunjukkan pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia ekstrak rumput laut Sargassum duplicatum.
Prakiktum Biokimia Pangan Enzim I bertujuan untuk mengetahui karakteristik enzim terhadap substrat dengan menguji spesifikasi, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Hasilnya menunjukkan enzim pisang dan apel bekerja pada katekol, enzim kedelai pada urea, dan kecepatan reaksi enzim meningkat dengan konsentrasi enzim dan substrat yang lebih tinggi.
Penelitian ini mengevaluasi ekstraksi pektin dari kulit pepaya dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi menggunakan dua pelarut, asam klorida dan asam asetat. Hasilnya, ekstraksi dengan asam klorida pada suhu 80°C selama 2 jam memberikan rendemen pektin tertinggi. Pektin yang dihasilkan termasuk jenis berkadar metoksil rendah dengan kadar galakturonat yang meningkat dengan suhu dan waktu ekstraksi yang
Eksperimen fermentasi ragi menggunakan nanas, tauge, gula dan ragi Saccharomyces cerevisiae menghasilkan alkohol dan CO2 melalui proses fermentasi anaerobik selama 7 hari, menyebabkan penurunan berat labu.
Prakiktum Biokimia Pangan Enzim II ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim, serta mengamati proses fermentasi ragi. Berdasarkan hasil uji pengaruh pH, enzim ekstrak kedelai dan pisang aktif pada rentang pH tertentu dan memiliki pH optimum. Uji pengaruh suhu menunjukkan enzim aktif pada suhu optimum tertentu. Uji fermentasi ragi menunjukkan proses konversi glukosa menjadi etanol dan CO
Dokumen tersebut merangkum tentang praktikum fitokimia yang meliputi ekstraksi tanaman obat secara dingin dengan metode maserasi dan perkolasi. Metode maserasi melibatkan perendaman bahan dalam pelarut selama beberapa hari sedangkan metode perkolasi mengalirkan pelarut melalui serbuk yang dibasahi. Kedua metode memberikan hasil berupa ekstrak kental yang mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid.
Ekstrak metanol dengan metode ekstraksi satu tahap memberikan sifat fisikokimia terbaik dengan kelarutan dalam etanol 39,450%, kelarutan dalam air 28,283%, dan kadar fenol total 297,170 mg/g. Penelitian ini menunjukkan pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia ekstrak rumput laut Sargassum duplicatum.
Prakiktum Biokimia Pangan Enzim I bertujuan untuk mengetahui karakteristik enzim terhadap substrat dengan menguji spesifikasi, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Hasilnya menunjukkan enzim pisang dan apel bekerja pada katekol, enzim kedelai pada urea, dan kecepatan reaksi enzim meningkat dengan konsentrasi enzim dan substrat yang lebih tinggi.
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanolFarhan Yuzevan
Ekstraksi daun sirsak menggunakan pelarut etanol untuk mengisolasi senyawa aktif acetogenin. Variabel yang berpengaruh pada ekstraksi adalah pengeringan bahan, berat sampel 7 gram, dan waktu ekstraksi 2 hari. Ekstrak ini diuji kandungan fenolnya menggunakan spektrofotometer.
Dokumen tersebut merangkum prosedur isolasi fenolat dari biji kakao melalui tahapan ekstraksi dengan pelarut etanol 95% pada kulit dan daging biji kakao, pembuatan larutan standar fenol, dan analisis kadar fenolat menggunakan spektrofotometer. Hasil ekstraksi menghasilkan larutan berwarna coklat dan coklat tua dengan volume masing-masing 54,5 ml dan 49 ml.
Penelitian ini mengukur kandungan flavonoid total, khususnya kuersetin, pada ekstrak etanol daun kelor dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Hasilnya menunjukkan bahwa rendemen ekstrak etanol daun kelor adalah 13,65% dan kandungan flavonoid totalnya adalah 0,45 gram per 100 gram ekstrak.
Ekstrak kulit biji kakao mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Analisis GC-MS menunjukkan adanya 2,3-butanediol, benzeneacetic acid, kafein, dan teobromin. Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan ekstrak kulit biji kakao tidak toksik dengan nilai LC50 39.595,27 ppm.
Uji konsentrasi enzim bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi, di mana hasilnya menunjukkan semakin besar konsentrasi enzim maka warna akan semakin pekat, menandakan reaksi berlangsung lebih cepat.
Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan tanaman, metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi.
1. Penelitian ini mengkaji pengaruh cara pengeringan terhadap mutu herba meniran (phyllanthus niruri LINN), khususnya terhadap kadar ekstraktif, kadar senyawa fenolat total, dan aktivitas antioksidan.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan herba meniran menyebabkan penurunan kadar ekstraktif, kadar senyawa fenolat, dan aktivitas antioksidan dibandingkan dengan herba segar.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu biji kakao melalui perlakuan perendaman biji kakao basah dengan larutan kapur selama proses fermentasi
2. Hasilnya menunjukkan bahwa perendaman larutan kapur 5% menurunkan keasaman biji, meningkatkan kadar air dan lemak, serta menghasilkan warna dan aroma biji kakao yang lebih baik.
3. Metode ini dapat
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Fendi Pradana
Dokumen tersebut membahas tentang aktivitas antioksidan antosianin yang terkandung dalam buah duwet (Syzygium cumini). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kontribusi antosianin dalam buah duwet terhadap aktivitas antioksidannya secara in vitro dengan membandingkan antosianin, ekstrak antosianin, dan isolat antosianin buah duwet dengan senyawa antioksidan standar. Metode penelitian meliputi ekstraksi, fraksinasi, peng
Laporan praktikum ini membahas tentang isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Tujuannya adalah mengisolasi kurkumin serta menentukan nilai Rf dan λ maksimal menggunakan KLT dan spektrofotometer UV-Vis. Ekstraksi dilakukan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut.
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwamuhammadfurqon36
Berikut adalah ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan buah yang banyak tumbuh di negara-negara Arab dan memiliki berbagai kandungan fitokimia yang bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aktif dalam ekstrak metanol daging buah kurma jenis Ajwa dengan melakukan ekstraksi, uji fitokimia, analisis GC-MS, FTIR
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan kafein dari teh melalui proses ekstraksi. Prinsip ekstraksi adalah pemisahan zat tertentu dari campurannya menggunakan pelarut. 2. Kafein merupakan alkaloid yang ditemukan dalam teh dan dapat diekstraksi menggunakan pelarut organik. 3. Proses ekstraksi kafein dari teh meliputi persiapan bahan baku, ekstraksi, dan pemisahan kafein hasil ek
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum spektrometri yang bertujuan untuk menentukan panjang gelombang sebagai fungsi dari sudut dengan menggunakan spektrometer. Praktikum ini menjelaskan teori spektroskopi, hukum Planck, dan hukum pergeseran Wien sebagai landasan untuk mengukur panjang gelombang dengan variasi sudut.
Ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanolFarhan Yuzevan
Ekstraksi daun sirsak menggunakan pelarut etanol untuk mengisolasi senyawa aktif acetogenin. Variabel yang berpengaruh pada ekstraksi adalah pengeringan bahan, berat sampel 7 gram, dan waktu ekstraksi 2 hari. Ekstrak ini diuji kandungan fenolnya menggunakan spektrofotometer.
Dokumen tersebut merangkum prosedur isolasi fenolat dari biji kakao melalui tahapan ekstraksi dengan pelarut etanol 95% pada kulit dan daging biji kakao, pembuatan larutan standar fenol, dan analisis kadar fenolat menggunakan spektrofotometer. Hasil ekstraksi menghasilkan larutan berwarna coklat dan coklat tua dengan volume masing-masing 54,5 ml dan 49 ml.
Penelitian ini mengukur kandungan flavonoid total, khususnya kuersetin, pada ekstrak etanol daun kelor dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Hasilnya menunjukkan bahwa rendemen ekstrak etanol daun kelor adalah 13,65% dan kandungan flavonoid totalnya adalah 0,45 gram per 100 gram ekstrak.
Ekstrak kulit biji kakao mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Analisis GC-MS menunjukkan adanya 2,3-butanediol, benzeneacetic acid, kafein, dan teobromin. Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan ekstrak kulit biji kakao tidak toksik dengan nilai LC50 39.595,27 ppm.
Uji konsentrasi enzim bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi, di mana hasilnya menunjukkan semakin besar konsentrasi enzim maka warna akan semakin pekat, menandakan reaksi berlangsung lebih cepat.
Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan tanaman, metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi.
1. Penelitian ini mengkaji pengaruh cara pengeringan terhadap mutu herba meniran (phyllanthus niruri LINN), khususnya terhadap kadar ekstraktif, kadar senyawa fenolat total, dan aktivitas antioksidan.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan herba meniran menyebabkan penurunan kadar ekstraktif, kadar senyawa fenolat, dan aktivitas antioksidan dibandingkan dengan herba segar.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu biji kakao melalui perlakuan perendaman biji kakao basah dengan larutan kapur selama proses fermentasi
2. Hasilnya menunjukkan bahwa perendaman larutan kapur 5% menurunkan keasaman biji, meningkatkan kadar air dan lemak, serta menghasilkan warna dan aroma biji kakao yang lebih baik.
3. Metode ini dapat
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Fendi Pradana
Dokumen tersebut membahas tentang aktivitas antioksidan antosianin yang terkandung dalam buah duwet (Syzygium cumini). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kontribusi antosianin dalam buah duwet terhadap aktivitas antioksidannya secara in vitro dengan membandingkan antosianin, ekstrak antosianin, dan isolat antosianin buah duwet dengan senyawa antioksidan standar. Metode penelitian meliputi ekstraksi, fraksinasi, peng
Laporan praktikum ini membahas tentang isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Tujuannya adalah mengisolasi kurkumin serta menentukan nilai Rf dan λ maksimal menggunakan KLT dan spektrofotometer UV-Vis. Ekstraksi dilakukan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut.
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwamuhammadfurqon36
Berikut adalah ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan buah yang banyak tumbuh di negara-negara Arab dan memiliki berbagai kandungan fitokimia yang bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aktif dalam ekstrak metanol daging buah kurma jenis Ajwa dengan melakukan ekstraksi, uji fitokimia, analisis GC-MS, FTIR
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan kafein dari teh melalui proses ekstraksi. Prinsip ekstraksi adalah pemisahan zat tertentu dari campurannya menggunakan pelarut. 2. Kafein merupakan alkaloid yang ditemukan dalam teh dan dapat diekstraksi menggunakan pelarut organik. 3. Proses ekstraksi kafein dari teh meliputi persiapan bahan baku, ekstraksi, dan pemisahan kafein hasil ek
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum spektrometri yang bertujuan untuk menentukan panjang gelombang sebagai fungsi dari sudut dengan menggunakan spektrometer. Praktikum ini menjelaskan teori spektroskopi, hukum Planck, dan hukum pergeseran Wien sebagai landasan untuk mengukur panjang gelombang dengan variasi sudut.
Teks tersebut membahas hubungan antara hasil belajar siswa mata diklat elektronika fundamental dengan pemanfaatan e-learning sebagai media pembelajaran. Teksnya menjelaskan tentang konsep belajar dan pembelajaran, serta pelaksanaan e-learning sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis teknologi."
Laporan ini membahas pengembangan produksi bioplastik (PHA) melalui proses fermentasi gliserol yang merupakan limbah industri biodisel menggunakan mikroba dari lumpur aktif pabrik tekstil. Tujuannya adalah memperoleh data teknis untuk perancangan proses produksi PHA secara skala besar meliputi kinetika reaksi, kondisi operasi optimum, dan analisis tekno-ekonomi. Pada tahun pertama dilakukan perancangan dan pabrikasi bi
Penelitian ini menghasilkan biogas dari limbah cair tiga pabrik kelapa sawit dengan fermentasi anaerobik termofilik. Limbah dari PKS Sisirau menghasilkan biogas tertinggi dan kandungan total solid serta volatile solid tertinggi, sementara limbah dari PKS Pagar Merbau menghasilkan biogas terendah.
Materi referensi untuk kuliah yang berjudul Monascus nata kompleks. Cari lebih banyak lagi materi referensi untuk kuliah di ITP di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2015/02/bahan-referensi-untuk-materi-kuliah-di.html
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pembuatan nata de cassava dari limbah cair industri tapioka. Variabel yang berpengaruh adalah penambahan gula, pH, dan waktu fermentasi. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan gula 10%, pH 4, dan waktu fermentasi 12 hari. Penambahan pati ternyata dapat meningkatkan yield nata.
Pengaruh ukuran simplisia teh hitam ( camelia sinensis) terhadap kandungan ka...AikaAjiNababan
Penelitian ini menguji pengaruh ukuran partikel simplisia teh hitam terhadap rendemen ekstrak dan kandungan kafein. Simplisia teh hitam diayak dengan ukuran mesh 20, 40, 60 dan utuh, lalu diekstraksi dengan etanol dan air. Hasilnya, ukuran mesh 60 memiliki rendemen dan kandungan kafein tertinggi karena memiliki luas permukaan kontak terbesar dengan pelarut.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kadar protein pada tahu dengan menambahkan enzim bromelin dari sari buah nanas dengan variasi konsentrasi (35-50%) dan lama inkubasi (6-12 jam). Hasilnya, kadar protein tertinggi (16,6%) diperoleh pada tahu yang dibuat dengan enzim bromelin 50% dan diinkubasi 12 jam.
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Muhammad Eko
Dokumen ini berisi petunjuk praktikum tentang teknologi pengolahan hasil ternak yang mencakup tata tertib praktikum, pertemuan pertama tentang percobaan pembuatan yoghurt dan telur asin, serta pertemuan kedua tentang percobaan pembuatan chicken nugget beserta pendahuluan, tujuan, bahan, alat, dan metode setiap percobaan.
Dokumen tersebut membahas proses pembuatan bioetanol dari kulit pisang dan kulit singkong. Kedua bahan baku tersebut memiliki kandungan karbohidrat yang dapat dikonversi menjadi glukosa dan selanjutnya difermentasikan menjadi bioetanol. Metodologi pembuatan bioetanol dari kedua bahan baku tersebut melibatkan proses hidrolisis, fermentasi, dan distilasi walaupun terdapat perbedaan detail prosesnya. Has
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk minyak sereh sebagai bahan pembasmi kuman dan menentukan formulasi terbaik dengan menggunakan bahan aktif rivanol dan formaldehida. Hasil penelitian menunjukkan formulasi dengan 0,25 gram rivanol dan 0,5 gram formaldehida mampu membunuh 100% kuman.
Makalah ini membahas proses fermentasi pada pembuatan tape singkong, meliputi pengertian fermentasi makanan, proses pembuatan tape singkong, dan manfaat fermentasi makanan.
Penelitian ini bertujuan menentukan waktu fermentasi dan jenis substrat optimum untuk produksi xilanase oleh Trichoderma viride dengan fermentasi semi padat. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu fermentasi optimum adalah 60 jam dan substrat optimum adalah klobot jagung.
Konversi hutan menyebabkan berkurangnya fungsi ekologis hutan dan dampak lingkungan seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, air dan erosi tanah. Hutan dibagi menjadi suaka alam, pelestarian alam dan produksi yang masing-masing memiliki peraturan khusus tentang perlindungan dan pemanfaatan sumber daya alam.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian pengetahuan lingkungan dan tujuannya, serta dampak industri terhadap lingkungan. Dokumen juga membahas tentang green industry sebagai industri yang ramah lingkungan dan mengutamakan efisiensi sumber daya. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) diperlukan untuk mengontrol industri agar ramah lingkungan.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang dapat menggeser posisi kesetimbangan pada suatu reaksi kimia, seperti perubahan konsentrasi zat, tekanan, volume, dan suhu. Azas Le Chatelier menyatakan bahwa sistem akan bereaksi untuk meminimalkan pengaruh faktor-faktor tersebut dan mendapatkan kesetimbangan baru.
Dokumen tersebut membahas tentang stoikiometri, yang merupakan bidang ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat dalam reaksi kimia. Dokumen tersebut menjelaskan definisi stoikiometri, rumus kimia, rumus molekul, rumus empiris, massa atom relatif, dan massa molekul relatif. Selanjutnya memberikan contoh soal perhitungan stoikiometri untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul su
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Biologi Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Jurnal kimia
1. PENGAMBILAN PEKTIN DARI KULIT PEPAYA DENGAN CARA
EKSTRAKSI
Heni Sofiana, Khrista Triaswuri, Setia Budi Sasongko
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax : (024) 7460058
Abstrak
Pektin merupakan salah satu buah yang dapat dikonsumsi langsung atau diolah menjadi
produk pangan. Dari berbagai pengolahan tersebut dapat dihasilkan limbah seperti kulit
yang dibuang begitu saja. Padahal bagian tersebut masih memiliki kandungan senyawa yang
bermanfaat seperti pektin. Pemanfaatan kulit pepaya menjadi pektin dapat meningkatkan
nilai tambah dari pepaya. Pektin merupakan komponen tambahan dalam industri makanan,
kosmestik maupun obat-obatan karena kemampuannya dalam mengubah sifat fungsional
produk seperti kekentalan, emulsi dan jel. Pada umumnya, pengambilan pektin dari
tanaman dapat dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut asam. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengembangkan sumber pektin baru dengan memanfaatkan
kulit pepaya sebagai bahan bakunya, mengetahui pengaruh jenis pelarut, suhu dan waktu
dalam ekstraksi pektin kemudian menetapkan kondisi optimum berdasarkan rendemen.
Pelaksanaan penilitian menggunakan metode ekstraksi dengan memvariasikan suhu
70,80,90oC dan waktu ekstraksi 1 ; 1,5 ; 2 jam dengan menggunakan dua jenis pelarut yaitu
pelarut anorganik asam klorida dan pelarut organik asam asetat. Kulit pepaya yang telah
dihaluskan diekstraksi sesuai dengan variebel yang ditentukan lalu bahan disaring dengan
kertas saring. Filtrat hasil penyaringan ditambah dengan etanol sambil diaduk-aduk hingga
terbentuk endapan pektin. Endapan disaring dan dicuci dengan etanol secara berulang-ulang.
Pektin yang diperoleh dikeringkan dalam oven dan ditimbang beratnya kemudian
dianalisa kadar mektosil dan galakturonatnya. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa hasil
ekstraksi pektin menggunakan pelarut asam klorida lebih optimal daripada pelarut asam
asetat. Rata-rata rendemen pektin dengan pelarut asma klorida adalah 3,495% sedangkan
asam asetat sebesar 2,835 %. Kondisi optimum proses ekstraksi pengambilan pektin adalah
pada suhu 80oC selama 2 jam. Pektin yang dihasilkan tergolong pektin dengan kadar
mektosil rendah untuk kedua jenis pelarut.
Kata kunci : pektin, kulit pepaya, ekstraksi
2. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012, Halaman 482-486
1.Pendahuluan
Pektin merupakan komponen tambahan dalam industri makan, kosemetik dan obat-obatan
karena kemampuannya dalam mengubah sifat fungsional produk seperti kekentalan,
emulsi dan gel. Pemakaian pektin dibidang industri telah dikenal luas dan di ijinkan disemua
negara. Industri-industri di Indonesia selama ini mengimpor pektin dari luar negeri untuk
memnuhi kebutuhannya karena belum ada industri pektin dalam negeri yang dapat
mensuplai kebetuhan tersebut. Kebutuhan pektin di Indonesia dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Secara umum,pektin terdapat di dalam jaringan dinding sel tanaman, khususnya di
sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Sumber pektin yang utama adalah sayur-mayur
dan buah-buahan. Buah pepaya merupakan salah satu sumber pektin. Mengingat
kandungan pektinnya yang sangat tinggi maka pepaya matang dapat digunakan sebagai
pengental dalam pembuatan jam atau jeli. Pektin terkandung dalam seluruh bagian
tanaman pepaya. (M. Lies Suprapti, 2005)
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang banyak ditanama di seluruh
daerah tropis termasuk Indonesia. Pada umumnya, buah pepaya yang dikonsumsi
masyarakat hanya daging buahnya saja sedangkan biji dan kulitnya dibuang begitu saja
sehingga dapat menjadi sampah di lingkungan masyarakat. Untuk itu diperlukan alternatif
pemanfaatan kulit pepaya untuk mengurangi timbunan sampah tersebut. Menurut Moechd.
Baga Kalie (1996), bagian kulit pepaya mengandung banyak pektin. Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka pengambilan pektin dari kulit pepaya perlu diteliti lebih lanjut.
3. 2. Bahan dan Metode penelitian
Keterangan gambar :
1. Statif dan klem
2. Penjepit
3. Pendingin balik
4. Termometer
5. Labu leher tiga dan magnetik strier
6. Kompor pemanas
Gambar Rangkaian Alat Ekstraksi
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan inti meliputi : kulit pepaya, pelarut
HCl dan asam asetat, Etanol untuk pengendapan dan pencucian pektin, Aquadest. Bahan-bahan
tambahan untuk analisa hasil seperti CaO, glukosa, indikator PP dan NaOH. Variebel
yang digunakan pada penelitian ini adalah variebel tetap dan variebel berubah. Variebel
tetap meliputi bahan yang digunakan yaitu kulit pepaya, berat bahan 25 gr, volume pelarut
500 mL, dan bahan pengendap berupa etanol. Sedangkan variebel berubah meliputi jenis
pelarut yaitu asam klorida dan asam asetat, waktu ekstraksi 1, 1,5, 2 jam , suhu ekstraksi
70,80,90oC. Pada penelitian ini, pektin diambil dari kulit pepaya dengan cara ekstraksi.
Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan preparasi terhadap kulit pepaya. Kulit
pepaya dicuci, dipotong dan dihaluskan dengan blender. Selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam proses ini adalah pelarut asam klorida dengan
volume 500 mL, dan sebagai perbandingan digunakan pelarut asam asetat. Ekstraksi
dilakukan dengan variasi waktu dan suhu yang berbeda. Filtrat hasil ekstraksi dipisahkan dan
didiamkan semalam hingga terbentuk endapan pektin. Endapan pektin kemudian dicuci
dengan etanol. Pektin yang diperoleh dikeringkan dalam oven dan dihitung redemennya.
Analisa hasil yang dilakukan meliputi identifikasi pektin dan analisa kadar mektosil serta
analisa kadar galakturonat.
3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1. Hasil Pektin dengan variable pelarut Asam Klorida
4. Gambar 3.1. Grafik Hubungan antara suhu dengan Presentase hasil Pektin menggunakan
pelarut asam klorida
Tabel 3.2. Hasil Pektin dengan variable pelarut Asam Asetat
Gambar 3.2. Grafik Hubungan antara suhu dengan Presentase hasil Pektin menggunakan
pelarut asam asetat.
5. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012, Halaman 482-486
Pengaruh Jenis Pelarut yang Digunakan terhadap Hasil Pektin
Hasil pektin yang didapat berdasarkan penelitian untuk pelarut asan klorida relatif
besar jika dibandingkan dengan menggunakan pelarut asam asetat. Dari hasil penelitian
diperoleh rata-rata persen hasil ekstraksi pektin dengan pelarut asam klorida adalah 3,495%
sedangkan dalam pelarut asam asetat sebesar 2,835%. Penggunaan pelarut asam klorida
lebih optimal dibandingkan pelarut asam asetat. Hal ini disebabkan semakin rendah tingkat
kesamaan, terjadinya degradasi yang menyebabkan rusaknya reaksi menjadi lebih cepat.
Terlebih dengan semakin meningkatnya suhu operasi menjadikan reaksi yang terjadi
berjalan semakin cepat serta membuat molekul hydrolitik pada ikatan rantai galakturonat
menjadi cepat terlepas. Tetapi untuk aplikasi pektin dalam bidang makanan, penggunaan
pelarut asam asetat lebih aman daripada pelarut asam klorida.
Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap Kadar Pektin yang Dihasilkan
Gambar 3.1 dan 3.2 menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu ekstraksi
jumlah pektin yang terlarut semakin besar, akan tetapi karena kemampuan pelarut untuk
mengekstraksi terbatas, maka setelah melewati titik maksimalnya penambahan waktu
ekstraksi tidak akan menambah hasil pektin yang terekstraksi. Pada penelitian yang telah
dilakukan didapat waktu operasi optimum yaitu pada rentang waktu 1,5 – 2 jam untuk
kedua jenis pelarut ( asam klorida dan asam asetat). Setelah melewati waktu operasi
maksimumnya, hasil pekting yang didapat akan mengalami penurunan dikarenakan pektin
yang terbentuk mengalami hidrolisa menjadi asam pektat. Dan bila waktu ekstraksi terus
ditambah maka pektin akan mengalami kejenuhan yang tetap serta mengakibatkan
rusaknya pektin yang terbentuk.
Pengaruh Suhu terhadap Kadar Pektin yang Dihasilkan
Dari gambar 4.1 dan 4.2 terlihat semakin tinggi suhu operasi yang diberikan, pektin
yang didapat semakin besar. Semakin tinggi suhu operasi yang dijalankan dakan
menyebabkan gerakan molekul yang semakin cepat. Dengan demikian, kontak antar solute
dalam solid dengan pelarut akan semakin sering sehingga diperoleh pektin yang lebih
banyak. Kenaikan suhu mempengaruhi proses pelarutan berlangsung lebih cepat. Tetapi
temperatur yang terlalu tinggi juga tidak diinginkan karena dapat menyebabkan degradasi
yang semakin cepat dan pada akhirnya akan merusak senyawa pektin yang diekstraksi. Dari
hasil percobaan diperoleh suhu optimum 80oC untuk kedua jenis pelarut.
Analisa Kadar Metoksil
Banyaknya kandungan mektosil merupakan salah satu sifat penting yang
berpengaruh dalam pembentukan gel pektin. Penentuan kadar mektosil dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pektin yang dihasilkan termasuk pektin berkadar
metoksil tinggi atatu rendah. Pektin yang dihasilkan dari penelitian ini baik yang
menggunakan pelarut asam klorida maupun asam asetat termasuk pektin dengan kadar
metoksil rendah karena kadar metoksilnya dibawah 7%. Pada penelitian ini dihasilkan pektin
dengan kadar metoksil 3,1 -5,58%.
6. Analisa Kadar Galakturonat
Perhitungan kandungan asam galakturonat sangat penting untuk mengetahui
kemurnian pektin. Kadar galakturonat dan muatan pektin memiliki peranan penting dalam
menentukan sifat fungsional larutan pektin. Kadar galakturonat dapat mempengaruhi
struktur dan tekstur dari gel pektin. Kadar galakturonat yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah 46,8-73,73%.
Dari hasil analisa menunujukkan bahwa suhu dan lama waktu ekstraksi berpengaruh
nyata terhadap kadar galakturonat. Kadar asam galakturonat semakin meningkat dengan
meningkatnya suhu dan semakin lamanya waktu ekstraksi. Kadar galakturonat juga
merupakan salah satu yang menentukan mutu pektin. Semakin tinggi nilai kadar
galakturonat, maka mutu pektin semakin tinggi.
4. Kesimpulan
1. Pektin yang dihasilkan dari ekstraksi kulit papaya menggunakan pelarut asam klorida
lebih optimal daripada pelarut asam asetat.
2. Hasil pectin dipengaruhi oleh kondisi operasi ekstraksi. Semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu ekstraksi, pectin yang dihasilkan semakin besar. Dari hasil
penelitian diperoleh kondisi operasi optimum pada suhu 80oC dengan lama waktu 2
jam.
3. Pektin yang dihasilkan termasuk dalam golongan pectin berkadar metoksil rendah,
karena kadar metoksil kurang dari 7%. Kadar galakturonat semakin meningkat
dengan meningkatnya suhu dan semakin lamanya waktu ekstraksi.
Daftar Pustaka
Baga Kalie, Moechd., 1996. Bertanam Pepaya (Revisi). Niaga swadaya, Depok
D. Davidek, J. Velisek, J. Pokorny., 1992. “ Chemical Changes During Food Processing “.
Elsevier, New York
Ditijen POM. 1995.
Glicksman. 1969. Gum Technology in The Food Industry. Academic Press. New York.
Guichard, E. S., A, Issanchou., Descovieres dan P. Etievant. 1991. Pectin Concentration,
Molekular Weight and Degree of Esterification. Influence on Volatile Composition
and Sensory Caracteristic of Strawberry Jam. J. Food Science, 56:1621
http://cianjurkab.go.id/content/static/pdf/pepaya.pdf , diunduh pada 9 April 2011.
http://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/karbohidrat-ii.pdf, diunduh pada 29 April
2011
Jacobs, B. Morris., 1962. The Chemical Analysisi of foods and food product, Third edition. D.
Van Nostrand Company Inc, New York
7. Johnson, A. H. and Peterson, m.S., 1974. The Encyclopedia of Food Technology, The Avi
Publishing company Inc. Westport, Connecticut.
Kirk, R.E and othmer, D.F., 1958. Encyclopedia of Chemical Technology, volume 12. The
Interscience Encyclopedia Inc, New York.
Lies Suprapti, M. 2005. Aneka olahan papaya mentah dan mengkal. Kanisius, Yogyakarta
Meyer, L.H., 1960. Food Chemistry. Reinhold Publishing Corporation, New York.
Rouse, A.H. 1977. Pectin : Distribution, Significance. Di dalam Nagy, S., P. E. Shaw dan M.K
Veldhuis (eds).
Stanley H. Pine, Organic Chemistry, Fifth edition. Mc.Graw-Hill Book Company, New York.
Waluyo, Endro., Kinetika Edisi XXVIII tahun 2006.
Warisno., 2003. “Budidaya Pepaya”. Kansius, Yogyakarta