SlideShare a Scribd company logo
Prosiding Seminar Nasional
Swasembada Pangan
Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015
ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 330-336
Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman
Kapur Pada Saat Fermentasi
Kuswartini dan Lidia Chronika
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak
Surel: hadi_kuswartini@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penurunan keasaman (menaikkan pH) biji kakao membutuhkan suatu zat yang dapat
menurunkan tingkat keasaman selama fermentasi. Maka diperlukan penelitian yang dapat
menghasilkan biji kakao fermentasi dengan cara berbeda dari metode yang umum dilakukan
oleh petani. Untuk itu, pada penelitian ini akan dikaji lebih lanjut pengaruh pencelupan air
kapur jenuh pada biji kakao basah secara berkala selama fermentasi terhadap mutu biji
kakao. Tujuan Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk
dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan pencelupan variasi larutan kapur pada
hari ke-2, mengetahui karakteristik biji kakao yang dihasilkan setelah fermentasi 6 hari
sesuai dengan SNI 01 2323 2008 mengetahui organoleptik warna dan aroma produk. Hasil
penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat keasaman biji kakao dari konsentrasi
larutan kapur 0% (pH 4,65) ke konsentrasi larutan kapur 6% (pH 5,59). Karakteristik biji
kakao yang dihasilkan berdasarkan penambahan konsentrasi larutan kapur dari 0%, 4%,
5%, 6% : kadar air terjadi peningkatan (52,33% -55,82%), total asam terjadi penurunan
(0,065% - 0.034%) dan lemak terjadi peningkatan (3,44% - 3,69%). Proses fermentasi
dengan pencelupan larutan kapur konsentrasi 5% menghasilkan warna sangat cokelat (4,7)
dan aroma sangat beraroma cokelat.
Kata Kunci : Biji Kakao, Fermentasi, kapur,
Diterima: 10 April 2015, disetujui 24 April 2015
PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang perkembangannya sangat pesat.
Di pasar dunia, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai produsen kakao utama. Sebagai salah satu
komoditas utama, kakao diharapkan mendapat perhatian lebih dari pemerintah, terutama dalam hal kontrol
kualitas. Biji kakao hasil olahan petani pada umumnya memiliki mutu yang dinilai rendah, karena keasaman
biji yang tinggi, flavor yang rendah, adanya biji-biji kakao yang tidak difermentasi, tercampur rasa sepat,
serta ukuran biji tidak seragam (Wahyudi, 2008).
Fermentasi biji kakao akan menghasilkan cita rasa, cokelat warnanya, mengurangi rasa-rasa pahit,
asam, manis dan aroma, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan kacang (nutty), dan mengeraskan kulit biji
menjadi seperti tempurung. Biji yang tidak difermentasi tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut
sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah. Proses fermentasi adalah penentu dari pengolahan biji kakao.
Salah satu tolok ukur tidak sempurnanya fermentasi adalah dihasilkannya biji slaty. Yaitu biji yang memiliki
tekstur seperti keju: pada kakao lindak warna ungu masih dominan dan tidak menghasilkan citarasa khas
Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 331
kakao. Biji kakao yang tidak difermentasi warnanya lebih pucat bila dibanding yang terfermentasi sempurna,
adapula yang mengalami fermentasi warnanya keunguan, sedangkan yang mengalami fermentasi sempurna
warnanya coklat dan bukan ungu (Susanto, 1994).
Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana
yaitu ± 27%, hal ini dapat dipengaruhi oleh biji-biji kakao yang kurang atau tidak terfermentasi. Lama
fermentasi kakao sebaiknya 4-5 hari. Sedangkan diGhana tingkat keasamannya 0%, hal ini dikarenakan biji
kakao terfermentasi dengan baik. Kadar biji kakao tidak terfermentasi menurut persyaratan SNI biji kakao
(01-2323_2008) adalah 3% (mutu I), 8% (mutu II). Tingkat bau apek biji kakao lebih tinggi dibandingkan
Ghana selain juga karena belum terfermentasi sempurna juga karena cuaca di Indonesia memiliki dua iklim
yaitu tropis dan subtropis.bau apek yang tinggi disebabkan karna kurang sempurna peroses fermentasinya
(Jinap, S dan Dimicks, 2004). Berdasarkan penelitian Kuswartini tahun 2009 bahwa biji kakao terfermentasi
untuk wilayah perbatasan Malaysia-Indonesia menghasilkan mutu umum biji kakao fermentasi 100%
memenuhi standar SNI 01 2323 2008, memiliki kadar lemak (51,04%) sesuai standar SNI. dan kandungan
theobromine biji kakao dengan fermentasi sesuai dengan standar ICCO diperoleh 2,13%, non fermentasi
diperoleh 2,66%.
Dari beberapa telaah pustaka di atas maka salah satu cara untuk menanggulangi masalah tingkat
keasaman yang tinggi pada biji kakao fermentasi yang berkontribusi terhadap pembentukan aroma pada biji
kakao yaitu dengan menurunkan tingkat keasaman (menaikkan pH) biji kakao. Penurunan tingkat keasaman
biji dapat dilakukan selama berlangsungnya proses fermentasi.
Penurunan keasaman (menaikkan pH) biji kakao membutuhkan suatu zat yang dapat menurunkan
tingkat keasaman selama fermentasi. Maka diperlukan penelitian yang dapat menghasilkan biji kakao
fermentasi dengan cara berbeda dari metode yang umum dilakukan oleh petani. Untuk itu, pada penelitian ini
akan dikaji lebih lanjut pengaruh pencelupan air kapur jenuh pada biji kakao basah secara berkala selama
fermentasi terhadap mutu biji kakao.
Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana
yaitu ± 27%, (dapat dilihat pada gambar. 3), hal ini dapat dipengaruhi oleh biji-biji kakao yang kurang atau
tidak terfermentasi. Lama fermentasi kakao sebaiknya 4-5 hari. Sedangkan di Ghana tingkat keasamannya
0%, hal ini dikarenakan biji kakao terfermentasi dengan baik. Kadar biji kakao tidak terfermentasi menurut
persyaratan SNI biji kakao (01-2323_1991) adalah 3% (mutu I), 8% (mutu II). Tingkat bau apek biji kakao
lebih tinggi dibandingkan Ghana selain juga karna belum terfermentasi sempurna juga karna cuaca
diIndonesia memiliki dua iklim yaitu tropis dan subtropis.bau apek yang tinggi disebabkan karna kurang
sempurna peroses fermentasinya (Jinap dan Dimicks, 2004).
INDONESIA GHANA
Gambar 1. Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao
dari Ghana
Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
332 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan
pencelupan variasi larutan kapur pada hari ke-2
2. Mengetahui karakteristik biji kakao yang dihasilkan setelah fermentasi 6 hari sesuai dengan SNI 01
2323 2008.
3. Mengetahui organoleptik warna dan aroma produk.
BAHAN DAN METODE
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah anyaman bambu (besek) Kabinet dryer
dilengkapi dengan thermometer. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kakao dan
larutan kapur
a. Proses Pembuatan Larutan Kapur (Paembong, Adyati, 2012)
1. Disiapkan bahan baku kapur sirih dan ditimbang dengan berat masing-masing 40 gram, 50 gram, 60
gram, dan 70 gram.
2. Dimasukan kapur sirih kedalam erlenmeyer
3. Ditambahkan aquades sebanyak 1000 mili kedalam elnmeyer yang sudah berisi kapur .
4. Diaduk larutan kapur dengan magnetik selama 15 menit
5. Dilakukan peroses penyaringan memisahkan endapan dengan air kapur jenuh
6. Air kapur jenuh
b. Proses fermentasi biji kakao
1. Menimbang kapur sirih sebanyak 60 gram,80 gram,dan 100gram dengan menggunakan timbangan
analitik, kemudian kapur sirih yang udah ditimbang dilarutkan dengan aquadest masing-masing
sebanyak 1000 ml dengan menggunakan gelas erlenmeyer.
2. Air kapur diaduk secara merata dengan menggunakan magnetik stirer selama ± 15 menit, kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring.
3. Air kapur jenuh yang telah disaring disimpan selama 1 hari pada suhu ruang.
4. Biji kakao dikeluarkan dari kulitnya kemudian ditimbang sebanyak 3 kg dan ditempatkan dalam wadah
dari anyaman bambu (besek) berbentuk kotak segi empat dengan penutup yang sama yang dilapisi daun
pisang.
5. Diukur pH biji, total asam biji, kadar air, dan kadar lemak sebelum difermentasi.
6. Biji kakao dicelupkan ke dalam air kapur selama ± 10 menit .
7. Biji kakao yang telah dicelupkan kemudian ditiriskan selama ± 5 menit lalu dimasukkan ke dalam
wadah dari anyaman bambu (besek).
8. Difermentasi selama 5 hari dan dilakukan analisa kimia setelah lima hari fermentasi.
Teknik pengumpulan Data
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi sifat fisik, sifat kimia (pengumpulan
atau pengujian dari data bahan baku maupun produk jadi) dan sifat organoleptik, yaitu :
a. Penentuan pH
b. Analisa kadar lemak
c. Penentuan kadar air (SNI 01-2323-2008)
d. Penentuan Total Asam
e. Uji Organoleptip warna dan aroma
Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 333
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa menggunakan Analysis of Variance
(ANAVA). Jika ternyata terdapat perbedaan maka perlu dilakukan uji statistika lanjut dengan menggunakan
uji Duncan’s Multiple Rang Test. Analisa statistik seluruhnya diolah menggunakan program software
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui kombinasi terbaik dari konsentrasi
larutan osmotik sukrosa, suhu dan lama penggorengan digunakan metode D-Garmo.
Uji mutu data dapat dilakukan dengan cara penafsiran nilai F, hasil perhitungan analisis varian dibandingkan
dengan F tabel (dengan tingkat signifikansi 0,5% dan 0,1 %) untuk menunjukan ada/tidak perbedaan nyata
antar perlakuan.
Rancangan (Design) Riset penelitian akan dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan :
Rancangan Acak Lengkap terdiri dari dua faktor : faktor konsentrasi larutan kapur dan lama fermentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengujian Mutu Biji Kakao
Konsentrasi pH Kadar Air Total Asam Lemak Warna Aroma
0% 4,65 a
52,33a
0,034 a
3,44 a
3,30 a
2,40 a
4% 4,85 b
54,17b
0,047 b
3,55 b
4,30 bc
3,30 b
5% 5,06 c
55,31c
0,055 c
3,65 c
4,70 c
4,60 c
6% 5,59 d
55,82d
0,065 d
3,69 d
4,20 b
4,30 c
Keterangan : Huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata, Duncan
Test ά≤0,05
1. pH
Berdasarkan tabel 5, perubahan pH dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terjadi peningkatan pH
dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao.
Gambar 2. Grafik pH Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Adanya perlakuan pencelupan larutan kapur terhadap biji kakao yang difermentasi menyebabkan
peningkatan pH biji kakao fermentasi, hal ini sesuai dengan penelitian (Paembong, 2012), Bahwa air kapur
memiliki sifat yang basa. Sifat basa dapat menetralkan sifat asam pada pulp biji kakao yang difermentasi.
2. Kadar Air
Berdasarkan tabel 1, perubahan Kadar Air dapat digambarkan seperti pada gambar 3. Terjadi peningkatan
Kadar Air dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Biji kakao dicelup
dengan air kapur jenuh bersifat basa sehingga mempengaruhi kadar air biji. Dimana kadar air biji yang tinggi
menurunkan keasaman pada biji kakao. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismadi (1993), bahwa kapur sirih
Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
334 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015
(Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH- yang bersifat basa dan dapat
menetralkan suasana asam.
Gambar 3. Grafik Kadar Air Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
3. Total Asam
Berdasarkan table 1, perubahan Total Asam dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terjadi
peningkatan Total Asam dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao.
Gambar 4. Grafik Total Asam Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Biji kakao yang dicelup pada saat proses fermentasi berlangsung memiliki tingkat keasaman lebih
rendah dibandingkan dengan biji kakao yang dengan tanpa pencelupan. Hal ini disebabkan oleh air kapur
yang mampu menetralisir keasaman pada biji kakao selama fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ismadi (1993), bahwa kapur sirih (Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH-
yang bersifat basa dan dapat menetralkan suasana asam.
4. Lemak
Berdasarkan tabel 1, perubahan Lemak dapat digambarkan seperti pada gambar 5. Terjadi peningkatan
Lemak dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao.
Gambar 5. Grafik Lemak Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 335
Hasil analisis kadar lemak pada biji kakao selama proses fermentasi berlangsung menunjukkan bahwa
biji yang diberikan perlakuan pencelupan air kapur jenuh memiliki kadar lemak tinggi diakhir fermentasi
dibandingkan dengan biji kakao yang tidak dicelup ke dalam air kapur jenuh.
5. Warna
Berdasarkan tabel 1, perubahan warna dapat digambarkan seperti pada gambar 6. Terjadi peningkatan
warna dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Pada Konsentrasi Larutan
Kapur 5% mengahsilkan warna cokelat tua
Gambar 6. Grafik warna Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
6. Aroma
Berdasarkan tabel 1, perubahan aroma dapat digambarkan seperti pada gambar 7. Terjadi peningkatan
aroma dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Pada Konsentrasi larutan
kapur 5% menghasilkan aroma sangat beraroma cokelat
Gambar 7. Grafik aroma Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH dengan aroma adalah lebih penting terhadap jalannya
pembentukan komponen-komponen pembentuk aroma selama pengolahan. Produk akhir cokelat yang dibuat
dari biji kakao dengan nilai pH yang rendah (4,75-5,19) disukai oleh panelis disbanding dengan cokelat dari
biji kakao yang bernilai pH moderat (5,20-5,49) (Wahyudi, dkk., 2008).
KESIMPULAN
1. Terjadi penurunan tingkat keasaman biji kakao dari konsentrasi larutan kapur 0% (pH 4,65) ke
konsentrasi larutan kapur 6% (pH 5,59)
2. Karakteristik biji kakao yang dihasilkan berdasarkan penambahan konsentrasi larutan kapur dari 0%,
4%, 5%, 6% : kadar air terjadi peningkatan (52,33% -55,82%), total asam terjadi penurunan (0,065% -
0.034%) dan lemak terjadi peningkatan (3,44% - 3,69%)
Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
336 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015
3. Proses fermentasi dengan pencelupan larutan kapur konsentrasi 5% menghasilkan warna sangat cokelat
(4,7) dan aroma sangat beraroma cokelat.
SARAN
Perlu dilanjutkan pada aplikasi penyangraian dan produk akhir
DAFTAR PUSTAKA
Bahari, Samsul., 2002. Bercocok Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University Press, yogyakarta.
Haryadi, M. Suprianto, 1991. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan. Pusat antar universitas pangan dan
Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Ismadi M. 1993. Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus.Yogyakarta : Gajah Mada University
press.
Jinap, S dan Dimicks, 2004.Acidic Characteristics of Feinented and Dried Cocoa Beans From Different
Countries Of Origin.Food review Journal.
Kuswartini, 2009. Strategi Peningkatan Mutu Biji kakao Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia di
Kecamatan Sekayam-Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mulato, Sri, Sukrisno Widyotomo, Misnawaim, Edy Suharyanto., 2005. Pengolahan Produk Primer dan
Sekunder Kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia, jember.
Nur Asma, 2011. Studi Pengolahan Pencelupan Biji Kakao (Theobroma cacao lin) Basah Dengan Air Kapur
Secara Berkala Selama Fermentasi. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
universitas Hasanudin, Makassar.
Paembong Adyati, 2012. Mempelajari Perubahan Kandungan polfenol Biji kakao (Theobroma Cacao L) dari
Hasil Fermentasi yang Diberi Perlakuan Larutan Kapur.
Susanto, F.X.,1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil.Penerbit Kansius, Yogyakarta.
Wahyudi, T, Pangabean dan Pujiyanto. 2008. Panduan lengkap kakao penebar swadaya. Jakarta. BAB 17.hal
252-256.
Wahyudi, T,et al.,2008. Kakao Managemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta. BAB 15. Hal 232-
234.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum Tahu
Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
RiaAnggun
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
RiaAnggun
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birAktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
سوجي النحلة
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtLaporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum Yoghurt
Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum Selai
Ernalia Rosita
 
Tapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagungTapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagung
Silvi Natalia
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum Tahu
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
 
Translatr
TranslatrTranslatr
Translatr
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
 
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birAktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan bir
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
 
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtLaporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum Yoghurt
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum Selai
 
Tapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagungTapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagung
 

Similar to 9iv9re1613904637

Pengaruh lama fermentasi terhadap tingkat kemanisan madu jagung
Pengaruh lama fermentasi terhadap  tingkat kemanisan madu jagungPengaruh lama fermentasi terhadap  tingkat kemanisan madu jagung
Pengaruh lama fermentasi terhadap tingkat kemanisan madu jagung
Amelia Devina Santoso R-ceTe
 
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikPembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Firlita Nurul Kharisma
 
PPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptx
PPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptxPPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptx
PPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptx
Arif Prashadi
 
KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...
KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...
KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...
BBPP_Batu
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
brawijaya university
 
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptxLaporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Muhammad Eko
 
Budidaya tanaman kopi
Budidaya tanaman kopiBudidaya tanaman kopi
Budidaya tanaman kopi
Shandy Estiawantoro
 
Teknologi pangan
Teknologi panganTeknologi pangan
Teknologi pangan
arsa22
 
Pembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdf
Pembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdfPembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdf
Pembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdf
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Kopii
KopiiKopii
Kopii
WandiSoleh
 
Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
RiaAnggun
 
Proposal BAB I - BAB III
Proposal BAB I - BAB IIIProposal BAB I - BAB III
Proposal BAB I - BAB III
Lestari Sitinjak
 
koko
kokokoko
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Verry Yanto
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari
 
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptxppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Teknologi Fermentasi pada Tahu
Teknologi Fermentasi pada TahuTeknologi Fermentasi pada Tahu
Teknologi Fermentasi pada Tahu
Nuruliswati
 

Similar to 9iv9re1613904637 (20)

Pengaruh lama fermentasi terhadap tingkat kemanisan madu jagung
Pengaruh lama fermentasi terhadap  tingkat kemanisan madu jagungPengaruh lama fermentasi terhadap  tingkat kemanisan madu jagung
Pengaruh lama fermentasi terhadap tingkat kemanisan madu jagung
 
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikPembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
 
PPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptx
PPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptxPPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptx
PPT LAPORAN KEMAJUAN SOYGHURT INULIN.pptx
 
KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...
KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...
KAJIAN KONSENTRASI GRANULA KEFIR DAN LAMA SIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR TERHA...
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
Nata de legen
Nata de legenNata de legen
Nata de legen
 
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptxLaporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
 
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
 
Budidaya tanaman kopi
Budidaya tanaman kopiBudidaya tanaman kopi
Budidaya tanaman kopi
 
Teknologi pangan
Teknologi panganTeknologi pangan
Teknologi pangan
 
Pembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdf
Pembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdfPembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdf
Pembuatan Produk Bioteknologi: Yogurt Nabati Dari Santan Kelapa.pdf
 
Kopii
KopiiKopii
Kopii
 
Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
Proposal Derivat
 
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
 
Proposal BAB I - BAB III
Proposal BAB I - BAB IIIProposal BAB I - BAB III
Proposal BAB I - BAB III
 
koko
kokokoko
koko
 
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
 
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptxppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
 
Teknologi Fermentasi pada Tahu
Teknologi Fermentasi pada TahuTeknologi Fermentasi pada Tahu
Teknologi Fermentasi pada Tahu
 

9iv9re1613904637

  • 1. Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 330-336 Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi Kuswartini dan Lidia Chronika Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak Surel: hadi_kuswartini@yahoo.co.id ABSTRAK Penurunan keasaman (menaikkan pH) biji kakao membutuhkan suatu zat yang dapat menurunkan tingkat keasaman selama fermentasi. Maka diperlukan penelitian yang dapat menghasilkan biji kakao fermentasi dengan cara berbeda dari metode yang umum dilakukan oleh petani. Untuk itu, pada penelitian ini akan dikaji lebih lanjut pengaruh pencelupan air kapur jenuh pada biji kakao basah secara berkala selama fermentasi terhadap mutu biji kakao. Tujuan Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan pencelupan variasi larutan kapur pada hari ke-2, mengetahui karakteristik biji kakao yang dihasilkan setelah fermentasi 6 hari sesuai dengan SNI 01 2323 2008 mengetahui organoleptik warna dan aroma produk. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat keasaman biji kakao dari konsentrasi larutan kapur 0% (pH 4,65) ke konsentrasi larutan kapur 6% (pH 5,59). Karakteristik biji kakao yang dihasilkan berdasarkan penambahan konsentrasi larutan kapur dari 0%, 4%, 5%, 6% : kadar air terjadi peningkatan (52,33% -55,82%), total asam terjadi penurunan (0,065% - 0.034%) dan lemak terjadi peningkatan (3,44% - 3,69%). Proses fermentasi dengan pencelupan larutan kapur konsentrasi 5% menghasilkan warna sangat cokelat (4,7) dan aroma sangat beraroma cokelat. Kata Kunci : Biji Kakao, Fermentasi, kapur, Diterima: 10 April 2015, disetujui 24 April 2015 PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang perkembangannya sangat pesat. Di pasar dunia, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai produsen kakao utama. Sebagai salah satu komoditas utama, kakao diharapkan mendapat perhatian lebih dari pemerintah, terutama dalam hal kontrol kualitas. Biji kakao hasil olahan petani pada umumnya memiliki mutu yang dinilai rendah, karena keasaman biji yang tinggi, flavor yang rendah, adanya biji-biji kakao yang tidak difermentasi, tercampur rasa sepat, serta ukuran biji tidak seragam (Wahyudi, 2008). Fermentasi biji kakao akan menghasilkan cita rasa, cokelat warnanya, mengurangi rasa-rasa pahit, asam, manis dan aroma, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan kacang (nutty), dan mengeraskan kulit biji menjadi seperti tempurung. Biji yang tidak difermentasi tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah. Proses fermentasi adalah penentu dari pengolahan biji kakao. Salah satu tolok ukur tidak sempurnanya fermentasi adalah dihasilkannya biji slaty. Yaitu biji yang memiliki tekstur seperti keju: pada kakao lindak warna ungu masih dominan dan tidak menghasilkan citarasa khas
  • 2. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ... Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 331 kakao. Biji kakao yang tidak difermentasi warnanya lebih pucat bila dibanding yang terfermentasi sempurna, adapula yang mengalami fermentasi warnanya keunguan, sedangkan yang mengalami fermentasi sempurna warnanya coklat dan bukan ungu (Susanto, 1994). Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana yaitu ± 27%, hal ini dapat dipengaruhi oleh biji-biji kakao yang kurang atau tidak terfermentasi. Lama fermentasi kakao sebaiknya 4-5 hari. Sedangkan diGhana tingkat keasamannya 0%, hal ini dikarenakan biji kakao terfermentasi dengan baik. Kadar biji kakao tidak terfermentasi menurut persyaratan SNI biji kakao (01-2323_2008) adalah 3% (mutu I), 8% (mutu II). Tingkat bau apek biji kakao lebih tinggi dibandingkan Ghana selain juga karena belum terfermentasi sempurna juga karena cuaca di Indonesia memiliki dua iklim yaitu tropis dan subtropis.bau apek yang tinggi disebabkan karna kurang sempurna peroses fermentasinya (Jinap, S dan Dimicks, 2004). Berdasarkan penelitian Kuswartini tahun 2009 bahwa biji kakao terfermentasi untuk wilayah perbatasan Malaysia-Indonesia menghasilkan mutu umum biji kakao fermentasi 100% memenuhi standar SNI 01 2323 2008, memiliki kadar lemak (51,04%) sesuai standar SNI. dan kandungan theobromine biji kakao dengan fermentasi sesuai dengan standar ICCO diperoleh 2,13%, non fermentasi diperoleh 2,66%. Dari beberapa telaah pustaka di atas maka salah satu cara untuk menanggulangi masalah tingkat keasaman yang tinggi pada biji kakao fermentasi yang berkontribusi terhadap pembentukan aroma pada biji kakao yaitu dengan menurunkan tingkat keasaman (menaikkan pH) biji kakao. Penurunan tingkat keasaman biji dapat dilakukan selama berlangsungnya proses fermentasi. Penurunan keasaman (menaikkan pH) biji kakao membutuhkan suatu zat yang dapat menurunkan tingkat keasaman selama fermentasi. Maka diperlukan penelitian yang dapat menghasilkan biji kakao fermentasi dengan cara berbeda dari metode yang umum dilakukan oleh petani. Untuk itu, pada penelitian ini akan dikaji lebih lanjut pengaruh pencelupan air kapur jenuh pada biji kakao basah secara berkala selama fermentasi terhadap mutu biji kakao. Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana yaitu ± 27%, (dapat dilihat pada gambar. 3), hal ini dapat dipengaruhi oleh biji-biji kakao yang kurang atau tidak terfermentasi. Lama fermentasi kakao sebaiknya 4-5 hari. Sedangkan di Ghana tingkat keasamannya 0%, hal ini dikarenakan biji kakao terfermentasi dengan baik. Kadar biji kakao tidak terfermentasi menurut persyaratan SNI biji kakao (01-2323_1991) adalah 3% (mutu I), 8% (mutu II). Tingkat bau apek biji kakao lebih tinggi dibandingkan Ghana selain juga karna belum terfermentasi sempurna juga karna cuaca diIndonesia memiliki dua iklim yaitu tropis dan subtropis.bau apek yang tinggi disebabkan karna kurang sempurna peroses fermentasinya (Jinap dan Dimicks, 2004). INDONESIA GHANA Gambar 1. Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana
  • 3. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ... 332 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan pencelupan variasi larutan kapur pada hari ke-2 2. Mengetahui karakteristik biji kakao yang dihasilkan setelah fermentasi 6 hari sesuai dengan SNI 01 2323 2008. 3. Mengetahui organoleptik warna dan aroma produk. BAHAN DAN METODE Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah anyaman bambu (besek) Kabinet dryer dilengkapi dengan thermometer. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kakao dan larutan kapur a. Proses Pembuatan Larutan Kapur (Paembong, Adyati, 2012) 1. Disiapkan bahan baku kapur sirih dan ditimbang dengan berat masing-masing 40 gram, 50 gram, 60 gram, dan 70 gram. 2. Dimasukan kapur sirih kedalam erlenmeyer 3. Ditambahkan aquades sebanyak 1000 mili kedalam elnmeyer yang sudah berisi kapur . 4. Diaduk larutan kapur dengan magnetik selama 15 menit 5. Dilakukan peroses penyaringan memisahkan endapan dengan air kapur jenuh 6. Air kapur jenuh b. Proses fermentasi biji kakao 1. Menimbang kapur sirih sebanyak 60 gram,80 gram,dan 100gram dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian kapur sirih yang udah ditimbang dilarutkan dengan aquadest masing-masing sebanyak 1000 ml dengan menggunakan gelas erlenmeyer. 2. Air kapur diaduk secara merata dengan menggunakan magnetik stirer selama ± 15 menit, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. 3. Air kapur jenuh yang telah disaring disimpan selama 1 hari pada suhu ruang. 4. Biji kakao dikeluarkan dari kulitnya kemudian ditimbang sebanyak 3 kg dan ditempatkan dalam wadah dari anyaman bambu (besek) berbentuk kotak segi empat dengan penutup yang sama yang dilapisi daun pisang. 5. Diukur pH biji, total asam biji, kadar air, dan kadar lemak sebelum difermentasi. 6. Biji kakao dicelupkan ke dalam air kapur selama ± 10 menit . 7. Biji kakao yang telah dicelupkan kemudian ditiriskan selama ± 5 menit lalu dimasukkan ke dalam wadah dari anyaman bambu (besek). 8. Difermentasi selama 5 hari dan dilakukan analisa kimia setelah lima hari fermentasi. Teknik pengumpulan Data Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi sifat fisik, sifat kimia (pengumpulan atau pengujian dari data bahan baku maupun produk jadi) dan sifat organoleptik, yaitu : a. Penentuan pH b. Analisa kadar lemak c. Penentuan kadar air (SNI 01-2323-2008) d. Penentuan Total Asam e. Uji Organoleptip warna dan aroma
  • 4. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ... Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 333 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa menggunakan Analysis of Variance (ANAVA). Jika ternyata terdapat perbedaan maka perlu dilakukan uji statistika lanjut dengan menggunakan uji Duncan’s Multiple Rang Test. Analisa statistik seluruhnya diolah menggunakan program software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui kombinasi terbaik dari konsentrasi larutan osmotik sukrosa, suhu dan lama penggorengan digunakan metode D-Garmo. Uji mutu data dapat dilakukan dengan cara penafsiran nilai F, hasil perhitungan analisis varian dibandingkan dengan F tabel (dengan tingkat signifikansi 0,5% dan 0,1 %) untuk menunjukan ada/tidak perbedaan nyata antar perlakuan. Rancangan (Design) Riset penelitian akan dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan : Rancangan Acak Lengkap terdiri dari dua faktor : faktor konsentrasi larutan kapur dan lama fermentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Pengujian Mutu Biji Kakao Konsentrasi pH Kadar Air Total Asam Lemak Warna Aroma 0% 4,65 a 52,33a 0,034 a 3,44 a 3,30 a 2,40 a 4% 4,85 b 54,17b 0,047 b 3,55 b 4,30 bc 3,30 b 5% 5,06 c 55,31c 0,055 c 3,65 c 4,70 c 4,60 c 6% 5,59 d 55,82d 0,065 d 3,69 d 4,20 b 4,30 c Keterangan : Huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata, Duncan Test ά≤0,05 1. pH Berdasarkan tabel 5, perubahan pH dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terjadi peningkatan pH dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Gambar 2. Grafik pH Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao Adanya perlakuan pencelupan larutan kapur terhadap biji kakao yang difermentasi menyebabkan peningkatan pH biji kakao fermentasi, hal ini sesuai dengan penelitian (Paembong, 2012), Bahwa air kapur memiliki sifat yang basa. Sifat basa dapat menetralkan sifat asam pada pulp biji kakao yang difermentasi. 2. Kadar Air Berdasarkan tabel 1, perubahan Kadar Air dapat digambarkan seperti pada gambar 3. Terjadi peningkatan Kadar Air dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Biji kakao dicelup dengan air kapur jenuh bersifat basa sehingga mempengaruhi kadar air biji. Dimana kadar air biji yang tinggi menurunkan keasaman pada biji kakao. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismadi (1993), bahwa kapur sirih
  • 5. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ... 334 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 (Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH- yang bersifat basa dan dapat menetralkan suasana asam. Gambar 3. Grafik Kadar Air Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao 3. Total Asam Berdasarkan table 1, perubahan Total Asam dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terjadi peningkatan Total Asam dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Gambar 4. Grafik Total Asam Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao Biji kakao yang dicelup pada saat proses fermentasi berlangsung memiliki tingkat keasaman lebih rendah dibandingkan dengan biji kakao yang dengan tanpa pencelupan. Hal ini disebabkan oleh air kapur yang mampu menetralisir keasaman pada biji kakao selama fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismadi (1993), bahwa kapur sirih (Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH- yang bersifat basa dan dapat menetralkan suasana asam. 4. Lemak Berdasarkan tabel 1, perubahan Lemak dapat digambarkan seperti pada gambar 5. Terjadi peningkatan Lemak dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Gambar 5. Grafik Lemak Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
  • 6. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ... Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 335 Hasil analisis kadar lemak pada biji kakao selama proses fermentasi berlangsung menunjukkan bahwa biji yang diberikan perlakuan pencelupan air kapur jenuh memiliki kadar lemak tinggi diakhir fermentasi dibandingkan dengan biji kakao yang tidak dicelup ke dalam air kapur jenuh. 5. Warna Berdasarkan tabel 1, perubahan warna dapat digambarkan seperti pada gambar 6. Terjadi peningkatan warna dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Pada Konsentrasi Larutan Kapur 5% mengahsilkan warna cokelat tua Gambar 6. Grafik warna Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao 6. Aroma Berdasarkan tabel 1, perubahan aroma dapat digambarkan seperti pada gambar 7. Terjadi peningkatan aroma dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Pada Konsentrasi larutan kapur 5% menghasilkan aroma sangat beraroma cokelat Gambar 7. Grafik aroma Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH dengan aroma adalah lebih penting terhadap jalannya pembentukan komponen-komponen pembentuk aroma selama pengolahan. Produk akhir cokelat yang dibuat dari biji kakao dengan nilai pH yang rendah (4,75-5,19) disukai oleh panelis disbanding dengan cokelat dari biji kakao yang bernilai pH moderat (5,20-5,49) (Wahyudi, dkk., 2008). KESIMPULAN 1. Terjadi penurunan tingkat keasaman biji kakao dari konsentrasi larutan kapur 0% (pH 4,65) ke konsentrasi larutan kapur 6% (pH 5,59) 2. Karakteristik biji kakao yang dihasilkan berdasarkan penambahan konsentrasi larutan kapur dari 0%, 4%, 5%, 6% : kadar air terjadi peningkatan (52,33% -55,82%), total asam terjadi penurunan (0,065% - 0.034%) dan lemak terjadi peningkatan (3,44% - 3,69%)
  • 7. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ... 336 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 3. Proses fermentasi dengan pencelupan larutan kapur konsentrasi 5% menghasilkan warna sangat cokelat (4,7) dan aroma sangat beraroma cokelat. SARAN Perlu dilanjutkan pada aplikasi penyangraian dan produk akhir DAFTAR PUSTAKA Bahari, Samsul., 2002. Bercocok Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University Press, yogyakarta. Haryadi, M. Suprianto, 1991. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan. Pusat antar universitas pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ismadi M. 1993. Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus.Yogyakarta : Gajah Mada University press. Jinap, S dan Dimicks, 2004.Acidic Characteristics of Feinented and Dried Cocoa Beans From Different Countries Of Origin.Food review Journal. Kuswartini, 2009. Strategi Peningkatan Mutu Biji kakao Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan Sekayam-Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mulato, Sri, Sukrisno Widyotomo, Misnawaim, Edy Suharyanto., 2005. Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia, jember. Nur Asma, 2011. Studi Pengolahan Pencelupan Biji Kakao (Theobroma cacao lin) Basah Dengan Air Kapur Secara Berkala Selama Fermentasi. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, universitas Hasanudin, Makassar. Paembong Adyati, 2012. Mempelajari Perubahan Kandungan polfenol Biji kakao (Theobroma Cacao L) dari Hasil Fermentasi yang Diberi Perlakuan Larutan Kapur. Susanto, F.X.,1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil.Penerbit Kansius, Yogyakarta. Wahyudi, T, Pangabean dan Pujiyanto. 2008. Panduan lengkap kakao penebar swadaya. Jakarta. BAB 17.hal 252-256. Wahyudi, T,et al.,2008. Kakao Managemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta. BAB 15. Hal 232- 234.