Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu biji kakao melalui perlakuan perendaman biji kakao basah dengan larutan kapur selama proses fermentasi
2. Hasilnya menunjukkan bahwa perendaman larutan kapur 5% menurunkan keasaman biji, meningkatkan kadar air dan lemak, serta menghasilkan warna dan aroma biji kakao yang lebih baik.
3. Metode ini dapat
Ekstrak kulit biji kakao mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Analisis GC-MS menunjukkan adanya 2,3-butanediol, benzeneacetic acid, kafein, dan teobromin. Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan ekstrak kulit biji kakao tidak toksik dengan nilai LC50 39.595,27 ppm.
Dokumen tersebut memberikan panduan praktikum tentang teknologi kopi, kakao, dan teh. Terdapat penjelasan mengenai pengujian mutu biji kopi, kadar kafein kopi, proses pengolahan kakao, dan analisis mutu kakao dan teh. Dokumen ini bertujuan untuk memandu mahasiswa dan dosen dalam melakukan praktikum secara tepat.
Laporan ini membahas proses penepungan singkong untuk menghasilkan tepung singkong. Tahapan prosesnya meliputi sortasi, pencucian, reduksi ukuran, blanching, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Hasilnya adalah tepung singkong dengan berat 69 gram dan kadar air 34,5% yang memiliki warna putih kekuningan, rasa hambar, aroma khas singkong, dan tekstur kasar.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan minuman serbuk jahe dengan metode ko-kristalisasi menggunakan bahan baku jahe dan gula.
2. Hasilnya berupa serbuk minuman dengan berat 153,04 gram dan persentase 76,52% dari basis 200 gram, dengan sifat organoleptik yang menarik.
3. Metode ko-kristalisasi memanfaatkan sifat kristalisasi gula untuk menghasilkan ser
Pembuatan tempe tidak berhasil karena beberapa faktor seperti suhu dan oksigen yang tidak memenuhi kebutuhan jamur Rhizopus oligosporus. Proses pembuatan tempe meliputi perendaman, perebusan, pengukusan, penirisan, pencampuran, pengemasan, dan fermentasi untuk menghasilkan miselium putih dari jamur tempe.
Fruit leather dibuat dari buah jambu biji yang dihancurkan menjadi bubur, dicampur bahan lain seperti gula, dan dikeringkan menjadi lembaran. Hasilnya berwarna oranye kecoklatan, rasa manis sedikit asam, tekstur lunak tetapi kenampakannya kurang menarik. Proses pengeringan perlu diatur agar hasilnya tidak terlalu kering atau pudar warnanya.
Ekstrak kulit biji kakao mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Analisis GC-MS menunjukkan adanya 2,3-butanediol, benzeneacetic acid, kafein, dan teobromin. Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan ekstrak kulit biji kakao tidak toksik dengan nilai LC50 39.595,27 ppm.
Dokumen tersebut memberikan panduan praktikum tentang teknologi kopi, kakao, dan teh. Terdapat penjelasan mengenai pengujian mutu biji kopi, kadar kafein kopi, proses pengolahan kakao, dan analisis mutu kakao dan teh. Dokumen ini bertujuan untuk memandu mahasiswa dan dosen dalam melakukan praktikum secara tepat.
Laporan ini membahas proses penepungan singkong untuk menghasilkan tepung singkong. Tahapan prosesnya meliputi sortasi, pencucian, reduksi ukuran, blanching, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Hasilnya adalah tepung singkong dengan berat 69 gram dan kadar air 34,5% yang memiliki warna putih kekuningan, rasa hambar, aroma khas singkong, dan tekstur kasar.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan minuman serbuk jahe dengan metode ko-kristalisasi menggunakan bahan baku jahe dan gula.
2. Hasilnya berupa serbuk minuman dengan berat 153,04 gram dan persentase 76,52% dari basis 200 gram, dengan sifat organoleptik yang menarik.
3. Metode ko-kristalisasi memanfaatkan sifat kristalisasi gula untuk menghasilkan ser
Pembuatan tempe tidak berhasil karena beberapa faktor seperti suhu dan oksigen yang tidak memenuhi kebutuhan jamur Rhizopus oligosporus. Proses pembuatan tempe meliputi perendaman, perebusan, pengukusan, penirisan, pencampuran, pengemasan, dan fermentasi untuk menghasilkan miselium putih dari jamur tempe.
Fruit leather dibuat dari buah jambu biji yang dihancurkan menjadi bubur, dicampur bahan lain seperti gula, dan dikeringkan menjadi lembaran. Hasilnya berwarna oranye kecoklatan, rasa manis sedikit asam, tekstur lunak tetapi kenampakannya kurang menarik. Proses pengeringan perlu diatur agar hasilnya tidak terlalu kering atau pudar warnanya.
Laporan praktikum ini membahas tentang teknologi pengolahan pengeringan dan penepungan umbi ubi jalar menjadi tepung. Terdapat tiga metode yang digunakan yaitu blanching, perendaman air biasa, dan perendaman Na2S2O5. Hasilnya berupa tepung ubi jalar dengan berat dan persentase produk berbeda untuk setiap metode. Proses pembuatannya meliputi sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, pengeringan
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sorbet dari buah melon. Sorbet dibuat dengan mencampur bubur buah melon dengan gula dan air lalu dimasak dan dibekukan menggunakan ice cream maker. Hasil pengamatan menunjukkan sorbet yang dihasilkan memiliki warna hijau, rasa manis, aroma khas melon, tekstur lembut, dan kenampakan yang menarik dengan persentase overrun sebesar 11,76%.
Pembuatan ko-kristalisasi susu bertujuan untuk mengetahui cara pembuatannya, diversifikasi produk olahan susu, dan meningkatkan nilai ekonomis. Prosesnya meliputi pencampuran susu, gula, dan coklat lalu dipanaskan hingga mengental menjadi padatan. Hasilnya berupa serbuk susu coklat dengan berat 83,11 gram dan sifat organoleptik yang baik.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum pembuatan es krim di laboratorium teknologi pengolahan pangan. Laporan ini menjelaskan bahan, alat, dan metode yang digunakan untuk membuat es krim, hasil percobaan pembuatan es krim dengan basis 1000 gram yang menghasilkan %overrun sebesar 52,7%, serta pembahasan mengenai prinsip pembuatan es krim dan faktor yang mempengaruhinya.
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birسوجي النحلة
Proses fermentasi yang dilakukan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah bahan pangan menjadi produk baru dengan rasa, tekstur, dan aroma khas. Khamir ini berperan penting dalam pembuatan roti dan minuman beralkohol melalui reaksi yang menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Aktivitas fermentasi khamir dapat mempengaruhi kualitas organoleptik produk akhir.
Minyak dalam mayonnaise tidak terasa karena telah tercampur sempurna dengan bahan lainnya seperti telur, cuka, dan garam. Minyak akan terasa jika emulsi mayonnaise tersebut menjadi tidak stabil atau terpisah.
2. Apa perbedaan antara mayonnaise dan salad dressing?
Dokumen tersebut membahas proses pembuatan tapai dari beras jagung dan jagung pipil. Proses fermentasi mengubah gula menjadi etanol, asam laktat, dan karbon dioksida menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Tapai beras jagung berhasil dibuat dengan rasa, bau, dan tekstur mirip tapai ketan. Sedangkan tapai jagung pipil hanya menghasilkan rasa masam karena endospermium jagung pipil sulit diuraikan bakteri.
Dokumen tersebut membahas hasil penelitian tentang kandungan gizi jagung dan proses pembuatan madu jagung melalui fermentasi. Ada beberapa poin penting yang diangkat dari dokumen tersebut:
1. Jagung mengandung karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin B1 dan C.
2. Waktu ideal untuk fermentasi madu jagung adalah 3 hari karena dihasilkan rasa dan aroma yang paling enak.
3.
Laporan ini membahas proses pembuatan nata de soya dari limbah tahu melalui fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Tahapan pembuatannya meliputi persiapan bahan dan alat, penyiapan cairan fermentasi, proses fermentasi selama 8-10 hari, dan pengolahan hasil. Nata yang dihasilkan memiliki ketebalan 2 cm, berat 800 gram, dan kaya gizi terutama karbohidrat, protein, dan serat. Faktor yang mempeng
Laporan praktikum ini membahas tentang teknologi pengolahan pengeringan dan penepungan umbi ubi jalar menjadi tepung. Terdapat tiga metode yang digunakan yaitu blanching, perendaman air biasa, dan perendaman Na2S2O5. Hasilnya berupa tepung ubi jalar dengan berat dan persentase produk berbeda untuk setiap metode. Proses pembuatannya meliputi sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, pengeringan
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sorbet dari buah melon. Sorbet dibuat dengan mencampur bubur buah melon dengan gula dan air lalu dimasak dan dibekukan menggunakan ice cream maker. Hasil pengamatan menunjukkan sorbet yang dihasilkan memiliki warna hijau, rasa manis, aroma khas melon, tekstur lembut, dan kenampakan yang menarik dengan persentase overrun sebesar 11,76%.
Pembuatan ko-kristalisasi susu bertujuan untuk mengetahui cara pembuatannya, diversifikasi produk olahan susu, dan meningkatkan nilai ekonomis. Prosesnya meliputi pencampuran susu, gula, dan coklat lalu dipanaskan hingga mengental menjadi padatan. Hasilnya berupa serbuk susu coklat dengan berat 83,11 gram dan sifat organoleptik yang baik.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum pembuatan es krim di laboratorium teknologi pengolahan pangan. Laporan ini menjelaskan bahan, alat, dan metode yang digunakan untuk membuat es krim, hasil percobaan pembuatan es krim dengan basis 1000 gram yang menghasilkan %overrun sebesar 52,7%, serta pembahasan mengenai prinsip pembuatan es krim dan faktor yang mempengaruhinya.
Aktifitas bakteri saccharomyces cerevisiae fermentasi roti dan birسوجي النحلة
Proses fermentasi yang dilakukan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah bahan pangan menjadi produk baru dengan rasa, tekstur, dan aroma khas. Khamir ini berperan penting dalam pembuatan roti dan minuman beralkohol melalui reaksi yang menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Aktivitas fermentasi khamir dapat mempengaruhi kualitas organoleptik produk akhir.
Minyak dalam mayonnaise tidak terasa karena telah tercampur sempurna dengan bahan lainnya seperti telur, cuka, dan garam. Minyak akan terasa jika emulsi mayonnaise tersebut menjadi tidak stabil atau terpisah.
2. Apa perbedaan antara mayonnaise dan salad dressing?
Dokumen tersebut membahas proses pembuatan tapai dari beras jagung dan jagung pipil. Proses fermentasi mengubah gula menjadi etanol, asam laktat, dan karbon dioksida menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Tapai beras jagung berhasil dibuat dengan rasa, bau, dan tekstur mirip tapai ketan. Sedangkan tapai jagung pipil hanya menghasilkan rasa masam karena endospermium jagung pipil sulit diuraikan bakteri.
Dokumen tersebut membahas hasil penelitian tentang kandungan gizi jagung dan proses pembuatan madu jagung melalui fermentasi. Ada beberapa poin penting yang diangkat dari dokumen tersebut:
1. Jagung mengandung karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin B1 dan C.
2. Waktu ideal untuk fermentasi madu jagung adalah 3 hari karena dihasilkan rasa dan aroma yang paling enak.
3.
Laporan ini membahas proses pembuatan nata de soya dari limbah tahu melalui fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Tahapan pembuatannya meliputi persiapan bahan dan alat, penyiapan cairan fermentasi, proses fermentasi selama 8-10 hari, dan pengolahan hasil. Nata yang dihasilkan memiliki ketebalan 2 cm, berat 800 gram, dan kaya gizi terutama karbohidrat, protein, dan serat. Faktor yang mempeng
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kedelai (kedelai dan kedelai edamame) dan variasi konsentrasi inulin (0%, 3%, 5%, 7%) terhadap karakteristik proksimat dan organoleptik minuman soyghurt. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kedelai dan konsentrasi inulin berpengaruh nyata terhadap beberapa kar
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Muhammad Eko
Dokumen ini berisi petunjuk praktikum tentang teknologi pengolahan hasil ternak yang mencakup tata tertib praktikum, pertemuan pertama tentang percobaan pembuatan yoghurt dan telur asin, serta pertemuan kedua tentang percobaan pembuatan chicken nugget beserta pendahuluan, tujuan, bahan, alat, dan metode setiap percobaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman kopi dan proses pengolahan biji kopi serta pembuatan kopi bubuk dan kopi instan.
2. Hasil sortasi biji kopi yang dilakukan mahasiswa tidak begitu bagus karena banyak biji rusak dan kotoran.
3. Kopi bubuk yang dihasilkan memiliki aroma khas tetapi tidak begitu kuat karena kandungan air.
4. Kopi inst
Dokumen ini membahas cara membuat kecap tanpa proses fermentasi moromi dengan menggunakan kapang Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus. Kecap yang dibuat dengan metode ini mengandung protein lebih tinggi dibandingkan kecap yang dibuat dengan fermentasi moromi. Metode ini melibatkan fermentasi padat kedelai oleh kapang, perebusan hasil fermentasi dengan bumbu, dan pengukuran kandungan protein serta tingkat kesukaan konsum
Cocogurt adalah santan yang difermentasikan dengan bakteri tertentu (bakteri probiotik streptococcus dan bakteri probiotik lactobaccillus) sehingga menghasilkan rasa asam dan aroma yang khas. Yogurt dari santan kelapa diformulasikan dengan probiotik yang tersedia di pasaran. Dengan pemansan santan kelapa terlebih dahulu, lalu dihangatkan dan ditambahkan probiotik. Kemudian diinkubasi selama 6-8 jam. Hasil pembuatan yogurt dari santan kelapa didapatkan yogurt dengan warna putih sangat sedikit gelap, aroma asam, bau asam dan tekstur yang kental.
Dokumen tersebut membahas proses pengolahan biji kopi mulai dari pengeringan, pengupasan kulit, sortasi, penyangraian hingga pembuatan kopi bubuk. Langkah-langkah pentingnya adalah sortasi berdasarkan mutu, pengeringan cepat setelah panen, dan penyangraian yang tepat waktu dan suhu untuk mempertahankan citarasa dan aroma khas kopi.
Pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai pakan ternak dapat meningkatkan kualitas ternak dan mengurangi limbah perkebunan kakao. Limbah kulit kakao diolah menjadi pakan melalui proses fermentasi dengan jamur Aspergillus niger untuk meningkatkan kandungan protein dan menurunkan lignin. Penelitian ini bertujuan mengembangkan pakan limbah kakao untuk ternak.
Dokumen tersebut membahas tentang proses produksi gula dari tebu mulai dari penimbangan bahan baku, penggilingan, pemurnian, penguapan, pengkristalan, hingga sentrifugasi. Tujuan dari setiap tahapan adalah memisahkan kristal gula dari cairan sisa produksi (larutan dan tetes) agar diperoleh gula berkualitas tinggi.
Foaming adalah proses pembuatan serbuk dari buah naga melalui pengocokan bubur buah dengan albumin dan bahan tambahan seperti dekstrin dan CMC. Hasilnya adalah serbuk berwarna burgundi dengan rasa manis dan aroma khas buah naga.
Tempe dibuat dari biji kedelai yang difermentasi oleh jamur Rhizopus oryzae. Proses pembuatan tempe meliputi perebusan kedelai, perendaman, pencampuran dengan ragi tempe, dan fermentasi selama 2-3 hari. Hasilnya adalah tempe yang mengandung senyawa mudah dicerna karena kedelai mengalami proses penguraian selama fermentasi.
1. Tahu diproduksi melalui proses fermentasi susu kedelai dengan bakteri asam laktat pada suhu 45°C selama 7 jam untuk menghasilkan koagulasi dan menurunkan pH.
2. Tahu kaya protein dan memiliki manfaat untuk mencegah penyakit jantung, meningkatkan energi, dan mencegah osteoporosis.
3. Proses fermentasi tahu menghasilkan produk yang bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan.
1. Prosiding Seminar Nasional
Swasembada Pangan
Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015
ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 330-336
Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman
Kapur Pada Saat Fermentasi
Kuswartini dan Lidia Chronika
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak
Surel: hadi_kuswartini@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penurunan keasaman (menaikkan pH) biji kakao membutuhkan suatu zat yang dapat
menurunkan tingkat keasaman selama fermentasi. Maka diperlukan penelitian yang dapat
menghasilkan biji kakao fermentasi dengan cara berbeda dari metode yang umum dilakukan
oleh petani. Untuk itu, pada penelitian ini akan dikaji lebih lanjut pengaruh pencelupan air
kapur jenuh pada biji kakao basah secara berkala selama fermentasi terhadap mutu biji
kakao. Tujuan Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk
dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan pencelupan variasi larutan kapur pada
hari ke-2, mengetahui karakteristik biji kakao yang dihasilkan setelah fermentasi 6 hari
sesuai dengan SNI 01 2323 2008 mengetahui organoleptik warna dan aroma produk. Hasil
penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat keasaman biji kakao dari konsentrasi
larutan kapur 0% (pH 4,65) ke konsentrasi larutan kapur 6% (pH 5,59). Karakteristik biji
kakao yang dihasilkan berdasarkan penambahan konsentrasi larutan kapur dari 0%, 4%,
5%, 6% : kadar air terjadi peningkatan (52,33% -55,82%), total asam terjadi penurunan
(0,065% - 0.034%) dan lemak terjadi peningkatan (3,44% - 3,69%). Proses fermentasi
dengan pencelupan larutan kapur konsentrasi 5% menghasilkan warna sangat cokelat (4,7)
dan aroma sangat beraroma cokelat.
Kata Kunci : Biji Kakao, Fermentasi, kapur,
Diterima: 10 April 2015, disetujui 24 April 2015
PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang perkembangannya sangat pesat.
Di pasar dunia, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai produsen kakao utama. Sebagai salah satu
komoditas utama, kakao diharapkan mendapat perhatian lebih dari pemerintah, terutama dalam hal kontrol
kualitas. Biji kakao hasil olahan petani pada umumnya memiliki mutu yang dinilai rendah, karena keasaman
biji yang tinggi, flavor yang rendah, adanya biji-biji kakao yang tidak difermentasi, tercampur rasa sepat,
serta ukuran biji tidak seragam (Wahyudi, 2008).
Fermentasi biji kakao akan menghasilkan cita rasa, cokelat warnanya, mengurangi rasa-rasa pahit,
asam, manis dan aroma, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan kacang (nutty), dan mengeraskan kulit biji
menjadi seperti tempurung. Biji yang tidak difermentasi tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut
sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah. Proses fermentasi adalah penentu dari pengolahan biji kakao.
Salah satu tolok ukur tidak sempurnanya fermentasi adalah dihasilkannya biji slaty. Yaitu biji yang memiliki
tekstur seperti keju: pada kakao lindak warna ungu masih dominan dan tidak menghasilkan citarasa khas
2. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 331
kakao. Biji kakao yang tidak difermentasi warnanya lebih pucat bila dibanding yang terfermentasi sempurna,
adapula yang mengalami fermentasi warnanya keunguan, sedangkan yang mengalami fermentasi sempurna
warnanya coklat dan bukan ungu (Susanto, 1994).
Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana
yaitu ± 27%, hal ini dapat dipengaruhi oleh biji-biji kakao yang kurang atau tidak terfermentasi. Lama
fermentasi kakao sebaiknya 4-5 hari. Sedangkan diGhana tingkat keasamannya 0%, hal ini dikarenakan biji
kakao terfermentasi dengan baik. Kadar biji kakao tidak terfermentasi menurut persyaratan SNI biji kakao
(01-2323_2008) adalah 3% (mutu I), 8% (mutu II). Tingkat bau apek biji kakao lebih tinggi dibandingkan
Ghana selain juga karena belum terfermentasi sempurna juga karena cuaca di Indonesia memiliki dua iklim
yaitu tropis dan subtropis.bau apek yang tinggi disebabkan karna kurang sempurna peroses fermentasinya
(Jinap, S dan Dimicks, 2004). Berdasarkan penelitian Kuswartini tahun 2009 bahwa biji kakao terfermentasi
untuk wilayah perbatasan Malaysia-Indonesia menghasilkan mutu umum biji kakao fermentasi 100%
memenuhi standar SNI 01 2323 2008, memiliki kadar lemak (51,04%) sesuai standar SNI. dan kandungan
theobromine biji kakao dengan fermentasi sesuai dengan standar ICCO diperoleh 2,13%, non fermentasi
diperoleh 2,66%.
Dari beberapa telaah pustaka di atas maka salah satu cara untuk menanggulangi masalah tingkat
keasaman yang tinggi pada biji kakao fermentasi yang berkontribusi terhadap pembentukan aroma pada biji
kakao yaitu dengan menurunkan tingkat keasaman (menaikkan pH) biji kakao. Penurunan tingkat keasaman
biji dapat dilakukan selama berlangsungnya proses fermentasi.
Penurunan keasaman (menaikkan pH) biji kakao membutuhkan suatu zat yang dapat menurunkan
tingkat keasaman selama fermentasi. Maka diperlukan penelitian yang dapat menghasilkan biji kakao
fermentasi dengan cara berbeda dari metode yang umum dilakukan oleh petani. Untuk itu, pada penelitian ini
akan dikaji lebih lanjut pengaruh pencelupan air kapur jenuh pada biji kakao basah secara berkala selama
fermentasi terhadap mutu biji kakao.
Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao dari Ghana
yaitu ± 27%, (dapat dilihat pada gambar. 3), hal ini dapat dipengaruhi oleh biji-biji kakao yang kurang atau
tidak terfermentasi. Lama fermentasi kakao sebaiknya 4-5 hari. Sedangkan di Ghana tingkat keasamannya
0%, hal ini dikarenakan biji kakao terfermentasi dengan baik. Kadar biji kakao tidak terfermentasi menurut
persyaratan SNI biji kakao (01-2323_1991) adalah 3% (mutu I), 8% (mutu II). Tingkat bau apek biji kakao
lebih tinggi dibandingkan Ghana selain juga karna belum terfermentasi sempurna juga karna cuaca
diIndonesia memiliki dua iklim yaitu tropis dan subtropis.bau apek yang tinggi disebabkan karna kurang
sempurna peroses fermentasinya (Jinap dan Dimicks, 2004).
INDONESIA GHANA
Gambar 1. Tingkat keasaman kakao di Indonesia lebih tinggi dibandingkan tingkat keasaman kakao
dari Ghana
3. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
332 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui tingkat keasaman yang terbentuk dalam biji kakao selama proses fermentasi dengan
pencelupan variasi larutan kapur pada hari ke-2
2. Mengetahui karakteristik biji kakao yang dihasilkan setelah fermentasi 6 hari sesuai dengan SNI 01
2323 2008.
3. Mengetahui organoleptik warna dan aroma produk.
BAHAN DAN METODE
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah anyaman bambu (besek) Kabinet dryer
dilengkapi dengan thermometer. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kakao dan
larutan kapur
a. Proses Pembuatan Larutan Kapur (Paembong, Adyati, 2012)
1. Disiapkan bahan baku kapur sirih dan ditimbang dengan berat masing-masing 40 gram, 50 gram, 60
gram, dan 70 gram.
2. Dimasukan kapur sirih kedalam erlenmeyer
3. Ditambahkan aquades sebanyak 1000 mili kedalam elnmeyer yang sudah berisi kapur .
4. Diaduk larutan kapur dengan magnetik selama 15 menit
5. Dilakukan peroses penyaringan memisahkan endapan dengan air kapur jenuh
6. Air kapur jenuh
b. Proses fermentasi biji kakao
1. Menimbang kapur sirih sebanyak 60 gram,80 gram,dan 100gram dengan menggunakan timbangan
analitik, kemudian kapur sirih yang udah ditimbang dilarutkan dengan aquadest masing-masing
sebanyak 1000 ml dengan menggunakan gelas erlenmeyer.
2. Air kapur diaduk secara merata dengan menggunakan magnetik stirer selama ± 15 menit, kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring.
3. Air kapur jenuh yang telah disaring disimpan selama 1 hari pada suhu ruang.
4. Biji kakao dikeluarkan dari kulitnya kemudian ditimbang sebanyak 3 kg dan ditempatkan dalam wadah
dari anyaman bambu (besek) berbentuk kotak segi empat dengan penutup yang sama yang dilapisi daun
pisang.
5. Diukur pH biji, total asam biji, kadar air, dan kadar lemak sebelum difermentasi.
6. Biji kakao dicelupkan ke dalam air kapur selama ± 10 menit .
7. Biji kakao yang telah dicelupkan kemudian ditiriskan selama ± 5 menit lalu dimasukkan ke dalam
wadah dari anyaman bambu (besek).
8. Difermentasi selama 5 hari dan dilakukan analisa kimia setelah lima hari fermentasi.
Teknik pengumpulan Data
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi sifat fisik, sifat kimia (pengumpulan
atau pengujian dari data bahan baku maupun produk jadi) dan sifat organoleptik, yaitu :
a. Penentuan pH
b. Analisa kadar lemak
c. Penentuan kadar air (SNI 01-2323-2008)
d. Penentuan Total Asam
e. Uji Organoleptip warna dan aroma
4. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 333
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa menggunakan Analysis of Variance
(ANAVA). Jika ternyata terdapat perbedaan maka perlu dilakukan uji statistika lanjut dengan menggunakan
uji Duncan’s Multiple Rang Test. Analisa statistik seluruhnya diolah menggunakan program software
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui kombinasi terbaik dari konsentrasi
larutan osmotik sukrosa, suhu dan lama penggorengan digunakan metode D-Garmo.
Uji mutu data dapat dilakukan dengan cara penafsiran nilai F, hasil perhitungan analisis varian dibandingkan
dengan F tabel (dengan tingkat signifikansi 0,5% dan 0,1 %) untuk menunjukan ada/tidak perbedaan nyata
antar perlakuan.
Rancangan (Design) Riset penelitian akan dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan :
Rancangan Acak Lengkap terdiri dari dua faktor : faktor konsentrasi larutan kapur dan lama fermentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengujian Mutu Biji Kakao
Konsentrasi pH Kadar Air Total Asam Lemak Warna Aroma
0% 4,65 a
52,33a
0,034 a
3,44 a
3,30 a
2,40 a
4% 4,85 b
54,17b
0,047 b
3,55 b
4,30 bc
3,30 b
5% 5,06 c
55,31c
0,055 c
3,65 c
4,70 c
4,60 c
6% 5,59 d
55,82d
0,065 d
3,69 d
4,20 b
4,30 c
Keterangan : Huruf yang sama di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata, Duncan
Test ά≤0,05
1. pH
Berdasarkan tabel 5, perubahan pH dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terjadi peningkatan pH
dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao.
Gambar 2. Grafik pH Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Adanya perlakuan pencelupan larutan kapur terhadap biji kakao yang difermentasi menyebabkan
peningkatan pH biji kakao fermentasi, hal ini sesuai dengan penelitian (Paembong, 2012), Bahwa air kapur
memiliki sifat yang basa. Sifat basa dapat menetralkan sifat asam pada pulp biji kakao yang difermentasi.
2. Kadar Air
Berdasarkan tabel 1, perubahan Kadar Air dapat digambarkan seperti pada gambar 3. Terjadi peningkatan
Kadar Air dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Biji kakao dicelup
dengan air kapur jenuh bersifat basa sehingga mempengaruhi kadar air biji. Dimana kadar air biji yang tinggi
menurunkan keasaman pada biji kakao. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismadi (1993), bahwa kapur sirih
5. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
334 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015
(Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH- yang bersifat basa dan dapat
menetralkan suasana asam.
Gambar 3. Grafik Kadar Air Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
3. Total Asam
Berdasarkan table 1, perubahan Total Asam dapat digambarkan seperti pada gambar 4. Terjadi
peningkatan Total Asam dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao.
Gambar 4. Grafik Total Asam Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Biji kakao yang dicelup pada saat proses fermentasi berlangsung memiliki tingkat keasaman lebih
rendah dibandingkan dengan biji kakao yang dengan tanpa pencelupan. Hal ini disebabkan oleh air kapur
yang mampu menetralisir keasaman pada biji kakao selama fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ismadi (1993), bahwa kapur sirih (Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH-
yang bersifat basa dan dapat menetralkan suasana asam.
4. Lemak
Berdasarkan tabel 1, perubahan Lemak dapat digambarkan seperti pada gambar 5. Terjadi peningkatan
Lemak dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao.
Gambar 5. Grafik Lemak Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
6. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015 335
Hasil analisis kadar lemak pada biji kakao selama proses fermentasi berlangsung menunjukkan bahwa
biji yang diberikan perlakuan pencelupan air kapur jenuh memiliki kadar lemak tinggi diakhir fermentasi
dibandingkan dengan biji kakao yang tidak dicelup ke dalam air kapur jenuh.
5. Warna
Berdasarkan tabel 1, perubahan warna dapat digambarkan seperti pada gambar 6. Terjadi peningkatan
warna dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Pada Konsentrasi Larutan
Kapur 5% mengahsilkan warna cokelat tua
Gambar 6. Grafik warna Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
6. Aroma
Berdasarkan tabel 1, perubahan aroma dapat digambarkan seperti pada gambar 7. Terjadi peningkatan
aroma dengan penambahan konsentrasi larutan kapur pada pencelupan biji kakao. Pada Konsentrasi larutan
kapur 5% menghasilkan aroma sangat beraroma cokelat
Gambar 7. Grafik aroma Pencelupan Larutan Kapur pada Biji Kakao
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH dengan aroma adalah lebih penting terhadap jalannya
pembentukan komponen-komponen pembentuk aroma selama pengolahan. Produk akhir cokelat yang dibuat
dari biji kakao dengan nilai pH yang rendah (4,75-5,19) disukai oleh panelis disbanding dengan cokelat dari
biji kakao yang bernilai pH moderat (5,20-5,49) (Wahyudi, dkk., 2008).
KESIMPULAN
1. Terjadi penurunan tingkat keasaman biji kakao dari konsentrasi larutan kapur 0% (pH 4,65) ke
konsentrasi larutan kapur 6% (pH 5,59)
2. Karakteristik biji kakao yang dihasilkan berdasarkan penambahan konsentrasi larutan kapur dari 0%,
4%, 5%, 6% : kadar air terjadi peningkatan (52,33% -55,82%), total asam terjadi penurunan (0,065% -
0.034%) dan lemak terjadi peningkatan (3,44% - 3,69%)
7. Kuswartini dan Lidia Chronika: Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur ...
336 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 29 April 2015
3. Proses fermentasi dengan pencelupan larutan kapur konsentrasi 5% menghasilkan warna sangat cokelat
(4,7) dan aroma sangat beraroma cokelat.
SARAN
Perlu dilanjutkan pada aplikasi penyangraian dan produk akhir
DAFTAR PUSTAKA
Bahari, Samsul., 2002. Bercocok Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University Press, yogyakarta.
Haryadi, M. Suprianto, 1991. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan. Pusat antar universitas pangan dan
Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Ismadi M. 1993. Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus.Yogyakarta : Gajah Mada University
press.
Jinap, S dan Dimicks, 2004.Acidic Characteristics of Feinented and Dried Cocoa Beans From Different
Countries Of Origin.Food review Journal.
Kuswartini, 2009. Strategi Peningkatan Mutu Biji kakao Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia di
Kecamatan Sekayam-Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mulato, Sri, Sukrisno Widyotomo, Misnawaim, Edy Suharyanto., 2005. Pengolahan Produk Primer dan
Sekunder Kakao. Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia, jember.
Nur Asma, 2011. Studi Pengolahan Pencelupan Biji Kakao (Theobroma cacao lin) Basah Dengan Air Kapur
Secara Berkala Selama Fermentasi. Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
universitas Hasanudin, Makassar.
Paembong Adyati, 2012. Mempelajari Perubahan Kandungan polfenol Biji kakao (Theobroma Cacao L) dari
Hasil Fermentasi yang Diberi Perlakuan Larutan Kapur.
Susanto, F.X.,1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil.Penerbit Kansius, Yogyakarta.
Wahyudi, T, Pangabean dan Pujiyanto. 2008. Panduan lengkap kakao penebar swadaya. Jakarta. BAB 17.hal
252-256.
Wahyudi, T,et al.,2008. Kakao Managemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta. BAB 15. Hal 232-
234.