SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Jilid 1
Suyono, Vika Varia Mato Vana, Era Mutiara, Astari Ulfa.
Juara Kejujuran
Kumpulan Cerita Pendek Anak - Jilid 1
Penulis : Suyono, Vika Varia Mato Vana,
	 Era Mutiara, Astari Ulfa.
Mentor : Benny Rhamdani
Ilustrator: M. Arief
Design: Satu Imaji
Penyunting naskah : ProVisi Education
Buku ini merupakan salah satu hasil karya peserta
“Anti-Corruption Teacher Supercamp 2016: Guru
Menulis Antikorupsi”, yang penulisannya dibimbing
oleh para mentor yang ahli di bidangnya. Secara
detail karya yang dihasilkan peserta dari kegiatan ini
berjumlah 50 buah, yaitu cerita bergambar (8 judul
buku), cerpen anak (8 judul), komik (18 judul), dan
naskah skenario film remaja (17 judul). Selain itu telah
dihasilkan juga Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dari masing-masing karya yang harapannya
dapat menjadi inspirasi bagi para guru di Indonesia
dalam implementasi penggunaan masing-masing karya
pada pembelajaran di kelas.
ISBN : 978 602 9488 66 1
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia
Jl. Kuningan Persada Kav. 4
Setiabudi, Jakarta 12950
www.kpkp.go.id
Cetakan 1: Jakarta 2017
Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya,
diperbanyak untuk tujuan pendidikan dan non komersial,
dan bukan untuk diperjualbelikan.
Bukan Sekadar Juara .............. 5
Impian Bimo ....................... 9
Ingin Seperti Alea ............... 13
Namanya Kia ...................... 17
Profil Penulis ...................... 23
Profil Mentor...................... 24
Daftar Isi
5Bukan Sekedar Juara
	 “Syahri …! Tolong ambilkan kotak
peralatan ayah di gudang ya!” pinta Ayah.
	 Aku yang sedang asyik bermain
kelereng segera menghentikan
permainanku. Langkahku tertuju ke
belakang rumah tempat Ayah menyimpan
peralatannya. Kulihat Ayah sedang asyik
mengamplas sebuah perahu naga.
	 “Horeee … perahu naga kita sudah
jadi!” teriakku riang sambil menyerahkan
kotak peralatan Ayah.
	
	 “Besok bantu Ayah menghias perahu
naga ya, Nak!” pinta Ayah kemudian.
	
	 Rasanya lega sekali, akhirnya perahu
naga kami sudah selesai. Butuh waktu
tiga bulan untuk menyelesaikan perahu
naga kami. Memang sih aku tidak terlibat
langsung pembuatannya, tapi aku bahagia
bisa membantu ayahku menyelesaikan
perahu naga ini. Walau hanya membantu
mengambilkan peralatan, makanan,
minuman, atau memegang peralatan ketika
Cerita 1
Ayah kesulitan.
	
	 Ini kali pertama aku ikut membantu
membuat perahu naga. Karena aku adalah
salah satu peserta lomba dayung perahu
naga. Kata Ayah sih supaya aku ada rasa
memiliki perahu naga itu. Perahu naga
kami belum sepenuhnya jadi, kami masih
harus menghiasnya. Perahu naga ini akan
kami hias jika sudah sampai di Tenggarong
nanti, sebab kami khawatir hiasan perahu
naganya rusak dalam perjalanan menuju
Tenggarong.
	 Pagi hari, aku sudah siap berangkat
ke Kota Tenggarong, bersama ayahku dan
dua temannya. Kami menaiki kapal klothok
(kapal kayu) yang merupakan satu-satunya
alat transportasi di daerah kami. Perahu
naga kami letakkan di dak belakang agar
tidak mengganggu lalu lalang orang-orang
dan rusak oleh tangan-tangan usil. Lumayan
lama kami menyusuri Sungai Mahakam ini,
diperlukan waktu empat sampai lima jam
untuk sampai ke Kota Raja.
Bukan Sekadar Juara
Ditulis oleh: Suyono
6 Bukan Sekedar Juara
yang saling berjauhan di bantaran tepian
hulu Sungai Mahakam. Sungai Mahakam
adalah tempat transportasi kami untuk pergi
ke mana saja. Termasuk pergi ke sekolah.
	 Di Tenggarong, kami menginap di
rumah pamanku. Aku senang sekali bisa
bertemu paman dan sepupu-sepupuku.
Kami menghabiskan waktu dengan
bersantai, mengobrol, bahkan makan-
makan. Ikan bakar menjadi menu favorit
kami.
	 “Syahri …, bantu pamanmu beli
cat dan pita ya!” suruh Ayah di sela aku
bermain dengan sepupuku.
	 Kulihat Ayah dan temannya mulai
mengambil peralatan untuk menghias
perahu naga. Inilah yang kutunggu-tunggu.
“Ayah, bolehkah aku menggambar burung
enggang di badan perahu?” pintaku, dan
Ayah mengangguk setuju. Dengan senyum
lebar segera saja aku pergi bersama Paman
untuk membeli bahan.
	 Tujuan kami ke Kota Raja
Tenggarong adalah untuk mengikuti lomba
dayung perahu naga yang diadakan oleh
Kerajaan Kutai pada Festival Erau. Kota
Tenggarong menjadi ramai ketika Erau
berlangsung. Banyak wisatawan yang
berkunjung ke Kota Raja, tidak hanya
wisatawan lokal, wisatawan mancanegara
pun banyak yang datang. Seru sekali …
makanya sayang kalau kita tidak nonton
Festival Erau ini.
	 Alhamdulillah menjelang siang
akhirnya kami sampai juga ke Tenggarong.
Lumayan capek perjalanan ini, tetapi aku
senang sekali bisa ke Tenggarong dan
bergabung dengan Tim Dayung Ayahku.
Yang membanggakan, aku menjadi peserta
dayung paling muda. Pada usiaku yang
ke-12 ini, aku terpilih melalui seleksi di
kampungku. Mendayung bukanlah hal baru
bagiku, aku sudah terbiasa sejak kecil.
	 Di kampungku, wajib hukumnya
setiap anak bisa mendayung perahu sendiri.
Hal ini dikarenakan kondisi rumah kami
7Bukan Sekedar Juara
	 Kami bekerja sama dalam menghias
perahu ini. Ada yang membuat kepala,
ekor, badan naga, dan aku mendapat
bagian memasang pita-pita dan bunga-
bunga khas daerah Kalimantan. Senang
sekali perahu naga kami menjadi sangat
indah dan elok, warnanya kuning keemasan,
dihiasi garis-garis merah yang mencolok,
dan lukisan-lukisan Kalimantan. Tak sabar
aku ingin mendayungnya untuk meraih
juara.
•••
	 Sinar mentari mulai menembus sela-
sela pohon di depan rumah. Alhamdulilah
pagi ini sangat indah, badanku terasa segar
sekali. Sehabis salat subuh aku sudah tidak
sabar ingin menghadiri Festival Erau, pasti
seru dan ramai di sana. Bersama Ayah
dan dua temannya, aku berangkat menuju
tempat lomba yang tidak terlalu jauh dari
rumah pamanku.
	 Tidak lama kami pun sampai di
tempat lomba. “Wow ….” Aku sangat
tercengang, “Ramai sekali di sini.”
	 Banyak perahu naga di sini. Indah
dan cantik. Luar biasa. Segera saja
kami bergabung bersama peserta
lainnya. Dalam lomba perahu
naga ini, setiap peserta
diwajibkan mengelilingi
Pulau Kumala sebanyak
lima kali sambil mengambil
bendera yang dipasang
di sekeliling turap
Pulau Kumala.
	 Aku mendengar
suara panitia memberi
aba-aba. Lomba pun
dimulai, sebanyak
tiga puluhan
peserta
memadati Sungai Mahakam untuk bersiap
mengelilingi Pulau Kumala yang terletak di
tengah-tengah aliran.
	 Kami mendayung perahu dengan
kuat dan bersemangat. Kami meneriakkan
yel-yel untuk memotivasi diri. Keringat mulai
membasahi baju-baju kami, tetapi kami
pantang menyerah.
	 “Satu dua tiga … ayun …!”
	 “Satu dua tiga … dayung …!”
	 “Satu dua tiga … maju …!
	 Semua perserta berlomba-lomba
mendayung perahu naga dengan cepat,
saling mendahului satu sama lain. Suara
penonton riuh menyemangati. Semua
bersemangat untuk meraih juara pertama.
Karena panitia menyediakan hadiah yang
sangat besar.
	 Waktu terus berjalan. Di luar
dugaan, pada putaran ketiga, perahu kami
memimpin di barisan depan. Hanya satu
8 Bukan Sekedar Juara
perahu di depan kami, dan semakin aku
bersemangat mendayung, semakin jauh
perahu kami meninggalkan perahu-perahu
naga yang lain.
	 Di depan mataku, hadiah yang
dijanjikan panitia sudah menari-nari. Perahu
di depanku sudah sejajar dengan perahuku.
Tinggal dua putaran, kami harus belok
dengan cepat. Namun, praaakkk … ada
sesuatu yang menyangkut di perahuku.
Perahu kami oleng dan menabrak perahu di
sampingku. Perahu kami menabrak tunggul
kayu yang dibuat nelayan untuk memasang
jaring, aku mulai khawatir terjadi apa-apa
pada perahu tersayangku ini.
	 Alhamdulillah perahu kami tidak
bocor dan kami masih bisa melanjutkan
mendayung. Namun tiba-tiba Ayah
berteriak, “Tunggu …! Jangan dayung dulu!
Berhenti, putar balik!” kata Ayah. Ternyata
Ayah melihat dua orang peserta terjebur ke
Sungai Mahakam, mungkin akibat tertabrak
perahu kami tadi. Dengan cepat Ayah dan
temannya menceburkan diri ke Sungai
Mahakam untuk menolong dua orang
peserta yang malang itu.
	 Aku menjadi kebingungan, kenapa
Ayah harus menolong orang itu? Kita kan
sedang berlomba. Aku tak habis pikir.
Apalagi Sungai Mahakam terkenal dengan
arus bawahnya yang kuat. Jika tidak
pandai berenang bisa hanyut terbawa arus
bawah. Aku jadi mengkhawatirkan Ayahku,
walaupun aku yakin ayahku pasti bisa
menolong karena ayahku jago berenang.
Beberapa menit kemudian Ayah berhasil
merangkul salah satu peserta yang tercebur,
begitu juga teman Ayah.
	 Aku tersenyum bahagia. “Ayo, cepat
Ayah! Kita sudah ketinggalan!” teriakku.
Segera saja kami mendayung kembali
perahu naga kami, yang sudah tertinggal
dari beberapa peserta lain.
	 Kami kayuh perahu naga dengan
cepat dan sekuat tenaga. Tanpa kenal
lelah kami mandayung dan berteriak untuk
mencapai garis akhir. Kami tidak boleh
kalah, berbulan-bulan kami menyiapkan
perahu naga indah ini, kami harus menang
…. Kami tidak boleh kalah. Itu yang
selalu terngiang dalam kepalaku sambil
mendayung sekuat tenaga.
	 Sampai di garis akhir, ternyata kami
tiba di urutan ketiga. Aku terduduk lunglai
di tepi perahuku, agak kecewa dan sedih.
“Seandainya Ayah tadi tidak menolong
orang-orang itu pasti kami juara satu,”
gumamku.
	 Ayah yang berada di sampingku
merangkul pundakku. “Nak, yang kita
lakukan tadi sudah benar, Mereka terjatuh
ke sungai karena perahu kita yang
menabrak, jadi kita harus tanggung jawab.”
Dan kata Ayah lagi, “Kita ini tetap juara,
kok. Juara 3 dan juara di hati orang yang
kita tolong.”
	 Aku pun tersenyum gembira. Tahun
depan aku akan ikut lagi.
•••
9Impian Bimo
	 Bimo kembali sibuk menekuri meja
belajarnya. Buku catatan dan beberapa
lembar kertas terlihat berserakan. Senyum
mengembang di sudut bibirnya. Dia masih
teringat kejadian saat ulangan kemarin
dan tadi siang. Dia bisa menjawab semua
pertanyaan dan hasilnya memuaskan.
Malam ini dia harus lebih serius
menghadapi ujian esok hari.
	 Tadi siang, Bimo sudah berpesan
kepada mamanya agar tidak diganggu
selama di dalam kamar. Mama hanya
mengangguk dan tersenyum.
	 Dentang jam di lantai bawah
terdengar sebelas kali, itu artinya Bimo
harus segera beristirahat. Dia beranjak
ke tempat tidur. Sebelum memejamkan
mata, dia tersenyum membayangkan mobil
remote yang akan menjadi miliknya. Itu janji
Papa. Syaratnya hanya satu, nilainya harus
bagus dan dia sudah siap memenuhi itu.
	 Keesokan harinya, Bimo sudah
duduk rapi bersama teman-temannya
Cerita 2
di kelas. Tampak wajah-wajah tegang
menunggu lembar soal IPA yang akan
dibagikan oleh Bu Retno. Di antara semua
wajah tegang yang ada di kelas, hanya
Bimo yang terlihat santai.
	 “Selamat pagi!”
	 “Pagi ...!”
	 “Sudah siap menghadapi ulangan
hari ini?”
	 Siswa di kelas menjawab dengan
suara berat dan ragu. Namun lain halnya
dengan Bimo. Dia masih menunjukkan
wajah yakin.
	 “Ulangan kita hari ini berbeda
dengan ulangan sebelumnya. Kita akan
mengadakan tes lisan!”
	 Deg!
	 Bimo seperti kena setrum
mendengar penjelasan Bu Retno. Bimo
Impian Bimo
Ditulis oleh: Vika Varia Mato Vana
10 Impian Bimo
disiapkan.
Dia yakin
sudah mencatat
pelajaran itu di kertas
yang saat ini berada dalam
sakunya. Namun dia menjadi
lupa semua isinya.
	 Pelipis Bimo mulai basah oleh
keringat. Dia menoleh ke arah teman-
temannya. Tampak teman-temannya
juga menunggu jawaban.
	 “Bimo, ada apa? Bukankah kamu
mendapat nilai sempurna di dua mata
pelajaran sebelumnya?”
	 Tak ada jawaban yang keluar dari
mulut Bimo. Bu Retno mengerutkan kening
melihat sikap Bimo.
	 Saat istirahat, Bu Retno memanggil
Bimo ke ruang guru. Bimo memasuki ruang
guru dengan wajah lesu.
	 “Bimo, coba ceritakan pada Ibu, ada
apa sebenarnya?” tanya Bu Retno.
	 Bimo menunduk, tidak berani
menatap wajah Bu Retno. Bu Retno
mengangkat wajah Bimo.
	 “Bimo, kamu mau cerita?”
	 Bimo terdiam. Beberapa detik
kemudian terdengar Bimo menghela napas
dengan berat. Terlintas dalam pikirannya
tidak
menyangka bahwa ulangan
kali ini adalah tes lisan. Bimo
tidak sadar bahwa sedari tadi
Bu Retno tidak membawa kertas
ulangan seperti kemarin-kemarin.
Bimo mulai panik. Keringat dingin
mulai membasahi punggungnya.
	 Bu Retno mulai memanggil siswa
satu per satu. Tiba giliran Bimo maju ke
depan.
	 “Bimo, coba jelaskan bagaimana
proses daur air dan hujan asam!” Suara Bu
Retno terdengar samar.
	 Bimo hanya terdiam. Dia sudah tidak
konsentrasi sejak Bu Retno mengumumkan
bahwa hari ini tes lisan.
	 Bimo memasukkan tangannya ke
saku, meremas kertas yang semalam sudah
11Impian Bimo
tentang mobil remote yang sudah lama dia
inginkan.
	 “Bu, ulangan selama dua hari ini
Bimo selalu mencontek.” Suara Bimo
terdengar parau.
	 Bu Retno mengerutkan kening,
kemudian menggeleng mendengar
penjelasan Bimo.
	 “Mengapa kamu melakukannya,
Bimo?”
	 “Bimo takut, Bu! Setiap mendapat
nilai jelek, Papa selalu marah.“ Suara Bimo
tambah serak.
	 “Bimo, menurutmu, apa yang kamu
lakukan itu baik tidak?”
	 Bimo menggeleng.
	 “Apa yang kamu rasakan setelah
melakukan itu?”
	 “Awalnya Bimo senang dengan nilai
Bimo yang bagus. Namun akhirnya Bimo
malu, Bu!”
	 “Lalu, apa yang akan kamu
lakukan untuk mempertanggungjawabkan
kesalahanmu?”
	 Tak ada jabawan yang keluar dari
mulut Bimo.
	 “Kalau Ibu memberi kamu
kesempatan mengerjakan lagi soal ulangan,
apa yang akan kamu lakukan?”
	 “Bimo mau, Bu!”
	 “Baik, kamu boleh mengerjakan
soal ulangan lagi setelah pulang sekolah.
Tapi janji, kamu tidak boleh mengulangi
kesalahan yang sama!”
	 “Terima kasih, Bu. Bimo minta maaf
dan janji tidak akan mengulangi itu lagi!”
12 Impian Bimo
	 Bu Retno tersenyum dan
mengangguk.
	 “Sekarang kamu boleh kembali ke
kelas.” Bu Retno mengelus kepala Bimo.
	 Bimo segera membalikkan badan
menuju kelas. Terlihat wajah Bimo lebih
ceria dan yakin bahwa mobil remote akan
jadi miliknya, bukan sekarang, tapi tahun
depan. Langkah riang menemani Bimo
menuju kelas.
•••
13Ingin Seperti Alea
	 Nadia ingin seperti Alea. Punya
banyak sepatu dan tas. Punya koleksi pita
bunga, juga kotak pensil berbagai warna
dan model. Tidak seperti dirinya atau juga
Hana.
	 “Wah sepatumu baru lagi, Al?” tanya
Nadia
	 “Iya,” jawab Alea sambil tersenyum
tipis.
	 Cantik sekali. Sepatu hitam itu ada
corak pink di pinggir bawah. Di atasnya ada
gambar kelinci yang juga berwarna pink.
Ah, Nadia ingin sekali seperti Alea.
	 Alea baru pindah dari Jakarta. Dia
langsung akrab dengan Nadia juga Hana.
Alea pasti anak orang kaya, senangnya, pikir
Nadia.
	 “Sepatu Nadia masih bagus, kan?”
tanya Mama saat Nadia meminta dibelikan
sepatu baru seperti Alea sepulang sekolah.
Cerita 3
	 “Iya, tapi cuma satu, Ma. Itu juga
yang bertali. Beli yang lagi nge-trend
sekarang dong, Ma. Yang ada corak pink di
pinggirnya.”
	 “Hmm, pakai yang sudah ada saja,
ya. Kalau sudah tidak layak pakai, baru
beli.”
	 Fyuh! Susahnya meminta sesuatu
ke Mama. Kalau mamanya Alea pasti tidak
seperti Mama. Kalau Alea meminta sesuatu
pasti langsung dibelikan.
	 Keesokan harinya, lagi-lagi ada yang
baru dari Alea. Bros boneka berwarna ungu
itu, pas sekali dipasang pada tas putih
Alea. Eh, sepertinya tas Alea baru lagi.
Kemarin Alea pakai warna biru.
	 “Cantiknya …. Iya, kan Han?”
komentar Nadia terpana.
	 “Iya, cantik,” sahut Hana singkat.
	 “Mama kamu yang belikan, ya?
Ingin Seperti Alea
Ditulis oleh: Era Mutiara
14 Ingin Seperti Alea
“Alea juga punya bros boneka yang cantik-
cantik. Ada yang bentuk Doraemon, Frozen,
Angry Bird, uh, banyak deh pokoknya,” ujar
Nadia lagi sambil melirik ke arah Mama.
	 “Nrimo ing pandum, Sayang,”
komentar Mama singkat.
	 “Hah? Apa ma?”
	 “Nrimo ing pandum. Selalu
bersyukur,” jawab Mama yang tidak
dimengerti Nadia.
	 “Itu bahasa apa?”
	 “Bahasa Jawa. Hmm, coba Nadia
cari tahu artinya, ya,” lanjut Mama.
	 “Ah, Mama,” protes Nadia yang
dijawab tawa Mama.
	 Esoknya di sekolah. Pada jam
istirahat, Nadia membuka bekal makannya.
Nrimo ing pandum. Ada tulisan itu
pada kotak bekal milik Nadia. Mama
membuat tulisan itu dengan saus
sambal di atas nasi goreng. Duh,
Mama apa-apaan, sih?
	 “Nrimo ... ing ...
pandum? Apa itu, Nad?”
tanya Alea yang
melongok
ke bekal
Nadia.
	
Senangnya,” lanjut Nadia.
	 Alea tak menjawab. Hanya
tersenyum tipis. Belum banyak yang Nadia
ketahui dari teman barunya itu. Meski
mereka dekat, Alea anak yang pendiam.
	 Sore harinya, Nadia mengobrol
bersama Mama sambil duduk-duduk santai
di teras rumah. “Sepatu Alea ada banyak,
Ma. Tasnya banyak. Kotak pensil juga
gonta-ganti. Enak ya Ma, jadi Alea,” ujar
Nadia.
	 Mama tidak menyahut. Hanya
mengangguk-angguk.
15Ingin Seperti Alea
“Bahasa Jawa kan, ya?” tanya Hana yang
ada di sebelah Nadia.
	 Nadia tak menjawab. Matanya
tertuju pada bekal catering milik Alea. Ada
nasi berbentuk kelinci di sana plus nugget
dan udang goreng. Enaknya jadi Alea,
makan siangnya bisa catering. Bekalnya
pasti enak-enak.
	 “Enak ya, Han. Jadi Alea,” ujar
Nadia saat pulang sekolah. Ia dan Hana
pulang bersama-sama. Sedangkan Alea
sudah dijemput mobil. Tadi Nadia sempat
melihat yang menjemput Alea wanita
separuh baya. Mungkin itu mamanya.
	 Hana mengernyitkan dahi dan
bertanya, “Maksudnya?”
	 “Aku ingin seperti Alea. Apa pun
yang ia mau pasti dibelikan orang tuanya.”
	 “Iya, sih. Tapi aku biasa saja,” jawab
Hana sambil nyengir lebar.
	 “Ih, kamu ini, Han. Aku ngomong
serius tau. Alea pasti anak orang kaya, ya?”
	 “Mungkin. Kita kan belum pernah
main ke rumahnya,” ujar Hana.
	 “Iya, ya. Kita main ke rumahnya, yuk?
Sore ini! Nanti aku SMS Alea, deh,” ujar
Nadia yang disetujui Hana.
	 Nadia sudah menghubungi Alea dan
bertanya alamat rumahnya. Nadia dan Hana
diantar Mama mencari alamat rumah Alea.
	 Wah, rumah Alea besar. Tuh kan
benar, Alea anak orang kaya.
Hana memencet bel di pagar rumah.
Tampak seorang ibu datang dan
membukakan pintu.
	 “Temannya Alea, ya? Yuk, masuk,”
sapanya.
	 Nadia dan Hana mengangguk
sopan.
	
	 “Alea, ini temanmu datang,” ujar ibu
tersebut sambil mengajak Nadia dan Hana
masuk lewat samping rumah.
16 Ingin Seperti Alea
	 “Nadia? Hana?” ujar Alea
menghampiri mereka.
	 “Yuk, ke kamarku!” ajak Alea
kemudian.
	 Nadia jadi bertanya-tanya. Kok,
kamar Alea di belakang? Dekat dapur.
	 “Ibu tadi siapa, Al?” tanya Hana.
	 “Itu ibuku,” jawab Alea singkat.
	 “Kalau yang menjemputmu tadi
siapa?” tanya Nadia.
	 “Oh itu Bu Dermawan, pemilik
rumah ini. Tadi beliau sekalian lewat sekolah
kita, jadi aku bisa pulang bareng,” jawab
Alea.
	 Nadia dan Hana tampak belum
mengerti.
	 “Ibu kerja membantu di rumah ini.
Aku ikut ibu tinggal di sini karena diminta
Bu Dermawan,” jelas Alea tanpa diminta.
	 Nadia dan Hana mengangguk-
angguk mengerti. Ternyata dugaan Nadia
selama ini salah.
	 “Bu Dermawan baik sekali. Aku
dibelikan macam-macam perlengkapan
sekolah. Tapi Ibu sudah bilang ke beliau,
tidak perlu dibelikan banyak-banyak. Aku
juga lebih suka kalau tidak merepotkan
beliau. Sederhana saja,” cerita Alea panjang
lebar.
	 Ah, Nadia jadi menyadari satu
hal. Selama ini ia hanya melihat apa yang
dipakai Alea. Tanpa mau melihat apa yang
selama ini ada untuknya. Diam-diam, Nadia
berjanji untuk mulai bersyukur tanpa ingin
menjadi siapa pun.
	 Sepulangnya dari rumah Alea, Mama
memberi tahu.
	 “Mama tadi dapat orderan kue lapis
legit dan engkak ketan 4 loyang, Nad.
Kamu masih mau membeli sepatu? Tapi
setengah harga saja, ya. Setengah lagi,
Nadia mesti menabung,” ujar Mama setelah
mereka sampai di rumah.
	 “Nggak jadi, Ma. Sepatu Nadia
masih bagus, kok,” jawab Nadia.
	 Mama meliriknya setengah tak
percaya, “Oh, Nadia sudah paham nrimo
ing pandum, ya?”
	 “Hah? Belum. Memang artinya apa,
Ma?”
	 “Nrimo itu menerima. Pandum
itu pemberian. Artinya menerima pada
pemberian. Menerima apa yang Allah beri.
Bersyukur. Membeli apa yang kita perlu,
bukan apa yang kita mau,” jelas Mama
panjang lebar.
	 “Walaupun kita bisa membeli apa
yang dimau, Ma?”
	 “Iya. Berlebih-lebihan itu tidak baik.
Rasulullah mengajarkan kita untuk hidup
sederhana. Senantiasa bersyukur,” jelas
Mama lagi.
	 Nadia mulai paham apa maksud
Mama. Kali ini ia tidak lagi merasa ingin
seperti Alea. Mencoba untuk besyukur atas
apa yang Allah berikan. Nrimo ing pandum.
•••
17Namanya Kia
	 Namanya Kia, siswa baru di kelasku.
Entah dari sekolah mana dia pindah. Dia
tidak menyebutnya. Atau dia menyebutnya,
tapi aku tidak memperhatikan. Ada hal lain
yang lebih menarik perhatian ketimbang
ucapannya.
	 Penampilannya.
	 Penampilannya yang kelewat
sederhana. Itu pun, kalau aku tidak boleh
menyebutnya dekil.
	 Pagi ini hari pertama dia belajar di
sekolahku. Rambutnya pendek sebahu,
kemerah-merahan, seperti sering panas-
panasan. Seragamnya kusut, sepertinya
tidak disetrika. Mungkin di rumahnya mati
listrik tadi pagi. Sepatunya, duh. Sepatu
seperti itu pasti sudah sejak lama kubuang.
Entah kenapa masih saja dipakainya.
Kulitnya, kalian akan mengira dia anak bule
Afrika yang tamasya ke Malang.
	 “Kia, duduk di bangku yang kosong
itu!” kata Pak Akbar, wali kelas kami. Mataku
Cerita 4
mengikutinya berjalan dan duduk. Ternyata
bukan hanya aku, teman-teman satu kelas
melihatnya. Mereka semua pasti bingung,
kenapa anak seperti ini bisa sekolah di sini.
	 Sudah seminggu Kia bersama-sama
kami. Saat istirahat dia lebih sering duduk
sendiri di bangkunya. Jarang mengobrol.
Bicaranya juga lirih. Melihat penampilannya,
kukira dia biasa-biasa saja dalam pelajaran.
Namun rasa-rasanya aku salah.
	 “Silakan mengangkat tangan kalau
kalian bisa menjawabnya,” kata Pak Akbar
suatu ketika. “Berapa KPK dari 6 dan 8?”
	 Aku menghitung. Baru dapat
setengah, Kia mengangkat tangan. Aku
menoleh.
	 “Dua puluh empat, Pak,” kata Kia
lirih.
	 “Benar, Kia,” Pak Akbar memuji.
“Sekarang, berapa FPB dari 12 dan 15?”
Aku kembali menghitung. Lagi-lagi, waktu
Namanya Kia
Ditulis oleh: Astari Ulfa
18 Namanya Kia
cemberut, lagi-lagi aku mendengus. Aku
tidak suka situasi ini.
	 Satu bulan sudah Kia ada di sini. Dia
sudah mulai akrab dengan teman-teman.
Ternyata, dia tidak hanya pintar matematika,
tapi semua pelajaran. Dia bisa mendongeng
dengan sangat bagus. Dia bisa berbahasa
Inggris dengan lancar. Dia selalu sukses
dalam percobaan sains. Bahkan, dia bisa
menguasai satu-satunya pelajaran yang aku
tidak bisa: olahraga. Mungkin benar kata
teman-teman, Kia bisa menjadi juara satu.
Tidak boleh, ini tidak boleh terjadi.
	 “Selamat pagi. Keluarkan alat tulis
kalian!” Suara Pak Akbar membuyarkan
lamunanku. “Sesuai yang bapak umumkan
minggu lalu, hari ini kita akan ulangan
matematika.”
	 Astaga!!! jeritku dalam hati. Aku lupa
hari ini ada ulangan. Bodoh. Semalam aku
tidak belajar, malah bermain game sampai
larut. Bagaimana ini? Aku tidak terlalu
aku masih dapat setengah, Kia mengangkat
tangan. Aku memelotot.
	 “Tiga, Pak,” katanya lirih.
	 “Hebat, benar Kia. Bagaimana kamu
bisa menjawabnya? Bapak tidak melihat
kamu menghitung,” tanya Pak Akbar.
	 “Saya menghitung, Pak. Tapi tidak
saya tulis.” Dia menjawab takut-takut.
	 Hampir semua sisa pertanyaan
dijawab Kia sendiri. Aku mendengus.
Selama ini aku selalu jadi juara satu. Namun
kali ini, aku tidak menjawab satu pun. Salah
seorang temanku tiba-tiba berceletuk.
	 “Wah, sepertinya juara satu akan
segera berganti. Semua pertanyaan dijawab
Kia.”
	 Teman-teman yang lain ikut-ikutan
berkomentar. Kelas menjadi riuh, baru
tenang setelah ditegur Pak Akbar. Bibirku
19Namanya Kia
menguasai materi ini. Nilaiku pasti jeblok.
Aku tidak akan jadi juara satu lagi. Papa
pasti akan membatalkan rencana jalan-jalan
ke perkebunan apel. Bagaimana ini?
	 Pak Akbar membagikan soal
ulangannya. Dua puluh soal pilihan ganda.
Tujuh puluh menit, total waktu yang
diberikan Pak Akbar. Menit ke sepuluh
kertas ulanganku hanya berisi nama dan
kelas. Sudah kucoba menghitung. Namun
jawaban-jawabanku banyak yang berbeda
dari pilihan yang ada. Aku melirik teman-
teman yang lain. Mereka mengerjakan
dengan serius. Mereka pasti bisa, batinku.
	 Selama sebulan ini, sepulang
sekolah Kia mengajari mereka matematika.
Namun aku tidak ikut. Gengsi, lah. Masak
aku minta diajari Kia? Kini aku merasakan
akibatnya. Tujuh puluh menit waktu berlalu.
Aku asal saja mencoret jawaban. Lantas,
kukumpulkan dengan setengah hati.
	 Saat ini, aku sedang duduk sendirian
di kelas. Sebagian besar teman-teman
ada di aula. Berlatih menari topeng untuk
pentas kesenian satu bulan lagi. Sebagian
lagi jajan di kantin. Kalau saja aku ingat
hari ini ulangan, aku akan meminta
guru lesku datang mengajari.
Atau setidaknya aku tidak
akan bermain game
sampai larut malam.
Atau, seharusnya aku
minta diajari Kia
sepulang sekolah.
	Namun
semua sudah terjadi.
Lihatlah, lembar
jawaban itu sudah
ditumpuk di atas
meja Pak Akbar.
Siap untuk
dikoreksi.
	 Sebentar …, sebentar …, lembar
jawaban itu ada di atas meja Pak Akbar.
Belum dikoreksi.
	 Aku tak tahu kapan pikiran ini
muncul, atau dari mana asalnya. Tiba-tiba
saja, tanganku sudah bergerak ke arah
tumpukan lembar jawaban itu. Kepalaku
menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak
ada yang melihat. Kucari kertas-kertas
dengan namaku dan Kia. Dalam sekejap,
kedua kertas itu sudah bertukar nama.
Aku tersenyum, pasti aku juara
satu ulangan matematika. Aku
berbalik. Hei, ternyata ada juga
lembar jawaban ulangan IPA
dan Bahasa Indonesia. Aku
cari kertas bernama Kia
lalu kuhapus beberapa
jawabannya. Kupastikan
bukan Kia yang juara satu
nanti.
	“Bapak
sangat senang,
bulan ini nilai
kalian
20 Namanya Kia
semua meningkat hebat,” kata Pak Akbar
saat membagikan ulangan. “Sembilan puluh
lima persen nilai di atas standar. Bahkan
ada satu anak yang mendapatkan nilai
sempurna.” Sejenak Pak Akbar menoleh
kepadaku. “Selamat Namira, nilai sempurna
seperti biasanya.” Pak Akbar berkata sambil
tersenyum.
	 Satu kelas bertepuk tangan untukku.
Aku tersenyum. Aku jadi juara satu
ulangan matematika. Papa pasti akan tetap
mengajakku jalan-jalan ke perkebunan apel.
Namun, sejenak kemudian mimik muka Pak
Akbar berubah.
	 “Di samping berita gembira ini,
ada satu berita yang mungkin kurang
menyenangkan. Mulai hari ini, Kia tidak
akan bersekolah di sini lagi.”
	 Muka-muka bingung bermunculan,
wajah mereka saling pandang. Semua
mempertanyakan hal yang sama. Ada apa
dengan Kia?
	 “Mungkin saat pertama kali datang
ke sini kalian sudah bertanya-tanya, kenapa
penampilannya berbeda dengan kalian.
Kia merupakan anak yatim. Ibunya bekerja
di seorang pengrajin topeng Malang.
21Namanya Kia
Penghasilannya tidak seberapa. Kalau
sedang musim pentas kesenian seperti
sekarang, mungkin mereka bisa mendapat
lebih. Kalau sedang tidak musim, ya
terpaksa harus cari penghasilan lain.
	 “Dua bulan lalu, Bapak memesan
keperluan pentas kesenian sekolah di
tempat ibunya Kia bekerja. Di sanalah
Bapak bertemu Kia. Dia sedang membantu
ibunya mengecat topeng-topeng. Beberapa
kali Bapak mengobrol, Bapak tahu bahwa
dia anak yang pandai. Sebelumnya, Kia
belajar di SD dekat pertigaan sana. Bapak
pikir dia harus mendapat pendidikan
yang lebih baik. Maka Bapak mengajukan
beasiswa untuk Kia di sini. Kepala sekolah
memberikan masa percobaan satu bulan.
Semua nilai Kia harus di atas standar.”
	 “Nilai ulangan matematika Kia
hanya 35. Padahal standar yang disyaratkan
adalah 75. Begitu juga nilai IPA dan Bahasa
Indonesianya. Dua-duanya buruk. Pihak
sekolah terpaksa harus menghentikan
beasiswa ini. Jadi mulai hari ini, Kia tidak
akan bersama-sama kita lagi. Bapak belum
sempat mengunjunginya. Kabar yang
Bapak dengar, dia berhenti sekolah. Dia
anak yang pandai selama ini. Entah kenapa
ulangannya bisa seperti itu,” mata Pak
Akbar berkaca-kaca. “Kami akan mencari
tahu apa yang terjadi dengan hasil ulangan
Kia.”
	 Hatiku mencelos. Tanganku
berkeringat dingin. Sudah dua hari Kia
tidak masuk sekolah. Kukira dia sakit atau
apa. Ternyata, dia dikeluarkan. Dan, Pak
Akbar bilang, gara-gara nilainya jelek.
Tidak mungkin! Bukan begitu maksudku.
Aku hanya tidak ingin Kia juara satu. Bukan
dikeluarkan dari sekolah. Apalagi sekarang
dia malah berhenti sekolah. Mau jadi apa
dia?
	 Semua ini salahku. Hanya karena
ingin jadi juara satu, aku berbuat curang
pada Kia. Padahal, Kia tidak berbuat salah
apa pun kepadaku. Aku saja yang tidak rajin
22 Namanya Kia
belajar.
Apalagi
para guru akan
mencari tahu.
Bagaimana ini?
Bagaimana kalau Pak
Akbar tahu aku telah
menukar kertas ulangan
Kia? Bisa-bisa aku juga
dikeluarkan dari sekolah.
Apa yang harus kulakukan
sekarang?
•••
	 Namanya Kia. Rambutnya
kemerahan. Pakaiannya kusut, wajahnya
dekil. Sepatunya, duh. Sepatu itu masih saja
dia pakai. Hari ini dia masuk sekolah lagi.
Kia telah kembali. Lihatlah, sekarang dia
mengajari teman-teman membuat topeng
Malang. Lebih dari itu, dari Kia aku belajar
sebuah kebaikan.
	 Aku sekarang
tahu berbuat curang itu tidak
menyelesaikan masalah. Justru
menambah masalah. Menurutku, aku
hanya curang sedikit saja. Tapi ternyata,
berdampak besar dalam hidup Kia.
	 Oiya, perkenalkan, namaku Namira.
Si juara satu di kelas. Hanya jika aku rajin
belajar.
•••
23Profil
Profil Penulis
Yanda Yono, lahir di Semarang 5 September 1977.
Sebelum menjadi guru, memulai karier di dunia
kontraktor ketika lulus dari sekolah menengah
kejuruan. Kemudian melanjutkan kuliah jurusan
manajemen pemasaran di Kota Tepian. Tiga belas
tahun di perusahaan BUMN akhirnya banting stir
menjadi Guru, sebuah pilihan yang tepat. Karena
Guru adalah cita-citanya sedari SD. Saat ini aktif
mengajar di SD Fastabiqul Khairat Samarinda.
Walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan
sebagai guru, ia yakin bisa menjadi guru yang
menarik. Syaratnya tetap belajar dan menggunakan
hati ketika berhadapan dengan murid. TSC
2016 menjadi bukti keseriusan dia menjadi guru,
berkumpul bersama guru-guru hebat se-Indonesia.
Suyono
Era Mutiara, lahir di Tanjungkarang pada 25
November 1989. Anak ke tiga dari lima bersaudara
ini sangat menyukai anak-anak. Saat ini bekerja dan
belajar di SDIT Harapan Bangsa Natar, Lampung
Selatan. Anak-anak baginya bukan hanya sekadar
peserta didik, tetapi juga sebagai pendidik yang
memiliki setrum semangat jika dipahami.
Era Mutiara
Astari Ulfa, lahir di Malang, Jawa Timur, pada 9
Agustus 1993. Saat ini ia mengajar di SD Islam
Sabilillah Malang. Lulusan sarjana PGSD Universitas
Negeri Malang ini memang sangat memiliki
ketertarikan dengan dunia pendidikan anak.
Melalui event Teacher Supercamp 2016 ini, ia
sedang membangun komitmen untuk terus
berkontribusi dalam pembuatan literasi pendidikan
karakter anak-anak. Selain itu, ia sedang berusaha
mewujudkan mimpinya untuk melanjutkan studi di
luar negeri.
Astari Ulfa
Vika Varia, lahir di Banyuwangi 8 Juni 1987. Hobi
membaca, menulis, dan menyanyi. Pernah menjadi
penyiar radio selama 3,5 tahun di SokaRadio
Jember. Saat ini aktif mengajar di SDS Pesona
Astra, Yayasan Astra Agro Lestari. Berkeinginan
memiliki perpustakaan/rumah baca untuk anak-
anak di kampungnya, kelak saat sudah pensiun.
Vika Varia M. V.
Waringin Barat,
Kalimantan Tengah
Samarinda,
Kalimantan Timur
Malang,
Jawa Timur
Lampung Selatan,
Lampung
“Anti-Corruption Teacher Supercamp 2016: Guru Menulis Antikorupsi” merupakan
wahana pengembangan kapasitas para guru kreatif yang memiliki minat dalam penulisan,
terutama terkait konten antikorupsi dengan memuat nilai kearifan lokal. Kegiatan yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini diikuti oleh 50 guru terpilih
dari seluruh Indonesia sebagai bentuk partisipasi para guru dalam upaya implementasi
pendidikan antikorupsi tingkat TK-SMA (sederajat). Berbagai kegiatan pengembangan
kapasitas di antaranya seminar pendidikan antikorupsi, workshop penulisan cerita dalam
format cerita bergambar (cergam), cerita pendek (cerpen) anak, komik, dan skenario
film pendek, workshop pembuatan panduan rencana pembelajaran, dan kegiatan team
building dilaksanakan selama lima (5) hari di Nusa Dua, Bali.
24 Profil
Profil Mentor
Benny Rhamdani, sejak 2005 menjadi editor di
Mizan Publishing untuk buku anak dan remaja.
Menulis mulai kelas 3 SMP di majalah Bobo.
Kemudian merambah ke majalah HAI, Aniat
Cemerlang, Kawanku, Aneka Yes, Gadis, dan lain-
lain.
Menulis puluhan buku anak dan remaja, baik
dengan nama asli maupun samaran. Novel anaknya
yang bestseller adalah Garuda di Dadaku dan
Mimpi Sang Garuda. Pernah meraih Penghargaan
Adikarya IKAPI (2001) dan memenangkan berbagai
lomba cerpen anak-anak dan remaja, serta lomba
blog. Saat ini juga pengisi tetap rubrik cerita anak
Koran Berita pagi (Palembang) dan mengelola
pelatihan menulis cerita anak bernama Kelas Ajaib.
Benny Rhamdani

More Related Content

What's hot

Proposal kegiatan lomba kebersihan
Proposal kegiatan lomba kebersihanProposal kegiatan lomba kebersihan
Proposal kegiatan lomba kebersihanRio Agusto Rio
 
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Joko Prasetiyo
 
Profil sanggar anak saraswati 2016
Profil sanggar anak saraswati 2016 Profil sanggar anak saraswati 2016
Profil sanggar anak saraswati 2016 Paryanto trendy
 
Contoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikanContoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikanrokokaja
 
Pantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKN
Pantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKNPantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKN
Pantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKNcalonmayat
 
06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah
06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah
06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolahShintaDevi11
 
Rumah Desa Sehat.pptx
Rumah Desa Sehat.pptxRumah Desa Sehat.pptx
Rumah Desa Sehat.pptxKhairulAzzam5
 
Juknis pip
Juknis pipJuknis pip
Juknis pipRus Min
 
Pp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdes
Pp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdesPp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdes
Pp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdesPemdes Seboro Sadang
 
Pengarusutamaan Gender modul
Pengarusutamaan Gender modulPengarusutamaan Gender modul
Pengarusutamaan Gender modulJohny Sitompul
 
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 202106 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021ShintaDevi11
 
Susunan upacara pembukaan
Susunan upacara pembukaanSusunan upacara pembukaan
Susunan upacara pembukaanDwi Irianto
 
Peraturan baris-berbaris
Peraturan baris-berbarisPeraturan baris-berbaris
Peraturan baris-berbarisBrama Kumbara
 

What's hot (20)

Proposal kegiatan lomba kebersihan
Proposal kegiatan lomba kebersihanProposal kegiatan lomba kebersihan
Proposal kegiatan lomba kebersihan
 
MATERI TOT BAGI KPMD
MATERI TOT BAGI KPMDMATERI TOT BAGI KPMD
MATERI TOT BAGI KPMD
 
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
Proposal Pengadaan Peralatan Otomotif tahun 2012
 
Profil sanggar anak saraswati 2016
Profil sanggar anak saraswati 2016 Profil sanggar anak saraswati 2016
Profil sanggar anak saraswati 2016
 
Contoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikanContoh proposal-bantuan-pendidikan
Contoh proposal-bantuan-pendidikan
 
Pantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKN
Pantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKNPantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKN
Pantun Bab Merajut Kebersamaan dan Kebhinekaan- PPKN
 
06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah
06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah
06 mei 2021, sambutan bupati wonosobo pembukaan diklat kepala sekolah
 
Rumah Desa Sehat.pptx
Rumah Desa Sehat.pptxRumah Desa Sehat.pptx
Rumah Desa Sehat.pptx
 
Juknis pip
Juknis pipJuknis pip
Juknis pip
 
Pp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdes
Pp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdesPp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdes
Pp nomor 11 tahun 2021 tentang bumdes
 
Acara upacara bendera
Acara upacara benderaAcara upacara bendera
Acara upacara bendera
 
Pengarusutamaan Gender modul
Pengarusutamaan Gender modulPengarusutamaan Gender modul
Pengarusutamaan Gender modul
 
Danau toba
Danau tobaDanau toba
Danau toba
 
Sk karang taruna
Sk karang tarunaSk karang taruna
Sk karang taruna
 
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 202106 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
 
Bahan pembinaan pokja iii
Bahan pembinaan pokja iiiBahan pembinaan pokja iii
Bahan pembinaan pokja iii
 
Program ujian praktek
Program ujian praktekProgram ujian praktek
Program ujian praktek
 
Susunan upacara pembukaan
Susunan upacara pembukaanSusunan upacara pembukaan
Susunan upacara pembukaan
 
Contoh proposal pkt c
Contoh proposal pkt cContoh proposal pkt c
Contoh proposal pkt c
 
Peraturan baris-berbaris
Peraturan baris-berbarisPeraturan baris-berbaris
Peraturan baris-berbaris
 

Similar to Juara Kejujuran Jilid I

Similar to Juara Kejujuran Jilid I (20)

Tabloid Mancing Mania - Edisi #254
Tabloid Mancing Mania - Edisi #254 Tabloid Mancing Mania - Edisi #254
Tabloid Mancing Mania - Edisi #254
 
Enam prajurit ciliwung
Enam prajurit ciliwungEnam prajurit ciliwung
Enam prajurit ciliwung
 
Arnab dengan buaya
Arnab dengan buayaArnab dengan buaya
Arnab dengan buaya
 
Natasya ungu violet
Natasya ungu violetNatasya ungu violet
Natasya ungu violet
 
Kesenian Jaran Kencak Lumajang
Kesenian Jaran Kencak LumajangKesenian Jaran Kencak Lumajang
Kesenian Jaran Kencak Lumajang
 
Hei adik, sampai bertemu lagi tahun depan
Hei adik, sampai bertemu lagi tahun depanHei adik, sampai bertemu lagi tahun depan
Hei adik, sampai bertemu lagi tahun depan
 
Hei adik, sampai bertemu lagi tahun depan
Hei adik, sampai bertemu lagi tahun depanHei adik, sampai bertemu lagi tahun depan
Hei adik, sampai bertemu lagi tahun depan
 
Pantai Tersembunyi Di Pulau Sempu !
Pantai Tersembunyi Di Pulau Sempu !Pantai Tersembunyi Di Pulau Sempu !
Pantai Tersembunyi Di Pulau Sempu !
 
Petikan catatan
Petikan catatanPetikan catatan
Petikan catatan
 
Petikan catatan
Petikan catatanPetikan catatan
Petikan catatan
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 
Wisata RAJA AMPAT_Memang Sungguh INDAH & MENAWAN
Wisata RAJA AMPAT_Memang Sungguh INDAH & MENAWANWisata RAJA AMPAT_Memang Sungguh INDAH & MENAWAN
Wisata RAJA AMPAT_Memang Sungguh INDAH & MENAWAN
 
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa DasunBuku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
 
Kesenian banyumas
Kesenian banyumasKesenian banyumas
Kesenian banyumas
 
Drama malin kundang
Drama malin kundangDrama malin kundang
Drama malin kundang
 
Teruntuk Ibuk Tercinta
Teruntuk Ibuk TercintaTeruntuk Ibuk Tercinta
Teruntuk Ibuk Tercinta
 
Wisata tradisi
Wisata tradisiWisata tradisi
Wisata tradisi
 
Wisata tradisi
Wisata tradisiWisata tradisi
Wisata tradisi
 
Wisata tradisi
Wisata tradisiWisata tradisi
Wisata tradisi
 
Latihan Penulisan
Latihan PenulisanLatihan Penulisan
Latihan Penulisan
 

More from devunira

Bintang Untuk Dafi
Bintang Untuk DafiBintang Untuk Dafi
Bintang Untuk Dafidevunira
 
Batik Rilo
Batik RiloBatik Rilo
Batik Rilodevunira
 
Juara Kejujuran Jilid II
Juara Kejujuran Jilid IIJuara Kejujuran Jilid II
Juara Kejujuran Jilid IIdevunira
 
Mukena Mita
Mukena MitaMukena Mita
Mukena Mitadevunira
 
Celengan Ayam
Celengan AyamCelengan Ayam
Celengan Ayamdevunira
 
Berani Jujur Yuks
Berani Jujur YuksBerani Jujur Yuks
Berani Jujur Yuksdevunira
 
Agar Anak Jujur
Agar Anak JujurAgar Anak Jujur
Agar Anak Jujurdevunira
 
Panduan Buku Tunas Integritas
Panduan Buku Tunas IntegritasPanduan Buku Tunas Integritas
Panduan Buku Tunas Integritasdevunira
 
Si Empunya Telur
Si Empunya TelurSi Empunya Telur
Si Empunya Telurdevunira
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4devunira
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5devunira
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3devunira
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6devunira
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2devunira
 

More from devunira (16)

Bangga
BanggaBangga
Bangga
 
Bintang Untuk Dafi
Bintang Untuk DafiBintang Untuk Dafi
Bintang Untuk Dafi
 
Batik Rilo
Batik RiloBatik Rilo
Batik Rilo
 
Juara Kejujuran Jilid II
Juara Kejujuran Jilid IIJuara Kejujuran Jilid II
Juara Kejujuran Jilid II
 
Dakon
DakonDakon
Dakon
 
Mukena Mita
Mukena MitaMukena Mita
Mukena Mita
 
Celengan Ayam
Celengan AyamCelengan Ayam
Celengan Ayam
 
Berani Jujur Yuks
Berani Jujur YuksBerani Jujur Yuks
Berani Jujur Yuks
 
Agar Anak Jujur
Agar Anak JujurAgar Anak Jujur
Agar Anak Jujur
 
Panduan Buku Tunas Integritas
Panduan Buku Tunas IntegritasPanduan Buku Tunas Integritas
Panduan Buku Tunas Integritas
 
Si Empunya Telur
Si Empunya TelurSi Empunya Telur
Si Empunya Telur
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 4
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 5
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 3
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 6
 
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2
Modul Pendidikan Antikorupsi SD/MI Kelas 2
 

Recently uploaded

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 

Recently uploaded (20)

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 

Juara Kejujuran Jilid I

  • 1. Jilid 1 Suyono, Vika Varia Mato Vana, Era Mutiara, Astari Ulfa.
  • 2. Juara Kejujuran Kumpulan Cerita Pendek Anak - Jilid 1 Penulis : Suyono, Vika Varia Mato Vana, Era Mutiara, Astari Ulfa. Mentor : Benny Rhamdani Ilustrator: M. Arief Design: Satu Imaji Penyunting naskah : ProVisi Education Buku ini merupakan salah satu hasil karya peserta “Anti-Corruption Teacher Supercamp 2016: Guru Menulis Antikorupsi”, yang penulisannya dibimbing oleh para mentor yang ahli di bidangnya. Secara detail karya yang dihasilkan peserta dari kegiatan ini berjumlah 50 buah, yaitu cerita bergambar (8 judul buku), cerpen anak (8 judul), komik (18 judul), dan naskah skenario film remaja (17 judul). Selain itu telah dihasilkan juga Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari masing-masing karya yang harapannya dapat menjadi inspirasi bagi para guru di Indonesia dalam implementasi penggunaan masing-masing karya pada pembelajaran di kelas. ISBN : 978 602 9488 66 1 Diterbitkan Oleh: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Jl. Kuningan Persada Kav. 4 Setiabudi, Jakarta 12950 www.kpkp.go.id Cetakan 1: Jakarta 2017 Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk tujuan pendidikan dan non komersial, dan bukan untuk diperjualbelikan.
  • 3. Bukan Sekadar Juara .............. 5 Impian Bimo ....................... 9 Ingin Seperti Alea ............... 13 Namanya Kia ...................... 17 Profil Penulis ...................... 23 Profil Mentor...................... 24 Daftar Isi
  • 4.
  • 5. 5Bukan Sekedar Juara “Syahri …! Tolong ambilkan kotak peralatan ayah di gudang ya!” pinta Ayah. Aku yang sedang asyik bermain kelereng segera menghentikan permainanku. Langkahku tertuju ke belakang rumah tempat Ayah menyimpan peralatannya. Kulihat Ayah sedang asyik mengamplas sebuah perahu naga. “Horeee … perahu naga kita sudah jadi!” teriakku riang sambil menyerahkan kotak peralatan Ayah. “Besok bantu Ayah menghias perahu naga ya, Nak!” pinta Ayah kemudian. Rasanya lega sekali, akhirnya perahu naga kami sudah selesai. Butuh waktu tiga bulan untuk menyelesaikan perahu naga kami. Memang sih aku tidak terlibat langsung pembuatannya, tapi aku bahagia bisa membantu ayahku menyelesaikan perahu naga ini. Walau hanya membantu mengambilkan peralatan, makanan, minuman, atau memegang peralatan ketika Cerita 1 Ayah kesulitan. Ini kali pertama aku ikut membantu membuat perahu naga. Karena aku adalah salah satu peserta lomba dayung perahu naga. Kata Ayah sih supaya aku ada rasa memiliki perahu naga itu. Perahu naga kami belum sepenuhnya jadi, kami masih harus menghiasnya. Perahu naga ini akan kami hias jika sudah sampai di Tenggarong nanti, sebab kami khawatir hiasan perahu naganya rusak dalam perjalanan menuju Tenggarong. Pagi hari, aku sudah siap berangkat ke Kota Tenggarong, bersama ayahku dan dua temannya. Kami menaiki kapal klothok (kapal kayu) yang merupakan satu-satunya alat transportasi di daerah kami. Perahu naga kami letakkan di dak belakang agar tidak mengganggu lalu lalang orang-orang dan rusak oleh tangan-tangan usil. Lumayan lama kami menyusuri Sungai Mahakam ini, diperlukan waktu empat sampai lima jam untuk sampai ke Kota Raja. Bukan Sekadar Juara Ditulis oleh: Suyono
  • 6. 6 Bukan Sekedar Juara yang saling berjauhan di bantaran tepian hulu Sungai Mahakam. Sungai Mahakam adalah tempat transportasi kami untuk pergi ke mana saja. Termasuk pergi ke sekolah. Di Tenggarong, kami menginap di rumah pamanku. Aku senang sekali bisa bertemu paman dan sepupu-sepupuku. Kami menghabiskan waktu dengan bersantai, mengobrol, bahkan makan- makan. Ikan bakar menjadi menu favorit kami. “Syahri …, bantu pamanmu beli cat dan pita ya!” suruh Ayah di sela aku bermain dengan sepupuku. Kulihat Ayah dan temannya mulai mengambil peralatan untuk menghias perahu naga. Inilah yang kutunggu-tunggu. “Ayah, bolehkah aku menggambar burung enggang di badan perahu?” pintaku, dan Ayah mengangguk setuju. Dengan senyum lebar segera saja aku pergi bersama Paman untuk membeli bahan. Tujuan kami ke Kota Raja Tenggarong adalah untuk mengikuti lomba dayung perahu naga yang diadakan oleh Kerajaan Kutai pada Festival Erau. Kota Tenggarong menjadi ramai ketika Erau berlangsung. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kota Raja, tidak hanya wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun banyak yang datang. Seru sekali … makanya sayang kalau kita tidak nonton Festival Erau ini. Alhamdulillah menjelang siang akhirnya kami sampai juga ke Tenggarong. Lumayan capek perjalanan ini, tetapi aku senang sekali bisa ke Tenggarong dan bergabung dengan Tim Dayung Ayahku. Yang membanggakan, aku menjadi peserta dayung paling muda. Pada usiaku yang ke-12 ini, aku terpilih melalui seleksi di kampungku. Mendayung bukanlah hal baru bagiku, aku sudah terbiasa sejak kecil. Di kampungku, wajib hukumnya setiap anak bisa mendayung perahu sendiri. Hal ini dikarenakan kondisi rumah kami
  • 7. 7Bukan Sekedar Juara Kami bekerja sama dalam menghias perahu ini. Ada yang membuat kepala, ekor, badan naga, dan aku mendapat bagian memasang pita-pita dan bunga- bunga khas daerah Kalimantan. Senang sekali perahu naga kami menjadi sangat indah dan elok, warnanya kuning keemasan, dihiasi garis-garis merah yang mencolok, dan lukisan-lukisan Kalimantan. Tak sabar aku ingin mendayungnya untuk meraih juara. ••• Sinar mentari mulai menembus sela- sela pohon di depan rumah. Alhamdulilah pagi ini sangat indah, badanku terasa segar sekali. Sehabis salat subuh aku sudah tidak sabar ingin menghadiri Festival Erau, pasti seru dan ramai di sana. Bersama Ayah dan dua temannya, aku berangkat menuju tempat lomba yang tidak terlalu jauh dari rumah pamanku. Tidak lama kami pun sampai di tempat lomba. “Wow ….” Aku sangat tercengang, “Ramai sekali di sini.” Banyak perahu naga di sini. Indah dan cantik. Luar biasa. Segera saja kami bergabung bersama peserta lainnya. Dalam lomba perahu naga ini, setiap peserta diwajibkan mengelilingi Pulau Kumala sebanyak lima kali sambil mengambil bendera yang dipasang di sekeliling turap Pulau Kumala. Aku mendengar suara panitia memberi aba-aba. Lomba pun dimulai, sebanyak tiga puluhan peserta memadati Sungai Mahakam untuk bersiap mengelilingi Pulau Kumala yang terletak di tengah-tengah aliran. Kami mendayung perahu dengan kuat dan bersemangat. Kami meneriakkan yel-yel untuk memotivasi diri. Keringat mulai membasahi baju-baju kami, tetapi kami pantang menyerah. “Satu dua tiga … ayun …!” “Satu dua tiga … dayung …!” “Satu dua tiga … maju …! Semua perserta berlomba-lomba mendayung perahu naga dengan cepat, saling mendahului satu sama lain. Suara penonton riuh menyemangati. Semua bersemangat untuk meraih juara pertama. Karena panitia menyediakan hadiah yang sangat besar. Waktu terus berjalan. Di luar dugaan, pada putaran ketiga, perahu kami memimpin di barisan depan. Hanya satu
  • 8. 8 Bukan Sekedar Juara perahu di depan kami, dan semakin aku bersemangat mendayung, semakin jauh perahu kami meninggalkan perahu-perahu naga yang lain. Di depan mataku, hadiah yang dijanjikan panitia sudah menari-nari. Perahu di depanku sudah sejajar dengan perahuku. Tinggal dua putaran, kami harus belok dengan cepat. Namun, praaakkk … ada sesuatu yang menyangkut di perahuku. Perahu kami oleng dan menabrak perahu di sampingku. Perahu kami menabrak tunggul kayu yang dibuat nelayan untuk memasang jaring, aku mulai khawatir terjadi apa-apa pada perahu tersayangku ini. Alhamdulillah perahu kami tidak bocor dan kami masih bisa melanjutkan mendayung. Namun tiba-tiba Ayah berteriak, “Tunggu …! Jangan dayung dulu! Berhenti, putar balik!” kata Ayah. Ternyata Ayah melihat dua orang peserta terjebur ke Sungai Mahakam, mungkin akibat tertabrak perahu kami tadi. Dengan cepat Ayah dan temannya menceburkan diri ke Sungai Mahakam untuk menolong dua orang peserta yang malang itu. Aku menjadi kebingungan, kenapa Ayah harus menolong orang itu? Kita kan sedang berlomba. Aku tak habis pikir. Apalagi Sungai Mahakam terkenal dengan arus bawahnya yang kuat. Jika tidak pandai berenang bisa hanyut terbawa arus bawah. Aku jadi mengkhawatirkan Ayahku, walaupun aku yakin ayahku pasti bisa menolong karena ayahku jago berenang. Beberapa menit kemudian Ayah berhasil merangkul salah satu peserta yang tercebur, begitu juga teman Ayah. Aku tersenyum bahagia. “Ayo, cepat Ayah! Kita sudah ketinggalan!” teriakku. Segera saja kami mendayung kembali perahu naga kami, yang sudah tertinggal dari beberapa peserta lain. Kami kayuh perahu naga dengan cepat dan sekuat tenaga. Tanpa kenal lelah kami mandayung dan berteriak untuk mencapai garis akhir. Kami tidak boleh kalah, berbulan-bulan kami menyiapkan perahu naga indah ini, kami harus menang …. Kami tidak boleh kalah. Itu yang selalu terngiang dalam kepalaku sambil mendayung sekuat tenaga. Sampai di garis akhir, ternyata kami tiba di urutan ketiga. Aku terduduk lunglai di tepi perahuku, agak kecewa dan sedih. “Seandainya Ayah tadi tidak menolong orang-orang itu pasti kami juara satu,” gumamku. Ayah yang berada di sampingku merangkul pundakku. “Nak, yang kita lakukan tadi sudah benar, Mereka terjatuh ke sungai karena perahu kita yang menabrak, jadi kita harus tanggung jawab.” Dan kata Ayah lagi, “Kita ini tetap juara, kok. Juara 3 dan juara di hati orang yang kita tolong.” Aku pun tersenyum gembira. Tahun depan aku akan ikut lagi. •••
  • 9. 9Impian Bimo Bimo kembali sibuk menekuri meja belajarnya. Buku catatan dan beberapa lembar kertas terlihat berserakan. Senyum mengembang di sudut bibirnya. Dia masih teringat kejadian saat ulangan kemarin dan tadi siang. Dia bisa menjawab semua pertanyaan dan hasilnya memuaskan. Malam ini dia harus lebih serius menghadapi ujian esok hari. Tadi siang, Bimo sudah berpesan kepada mamanya agar tidak diganggu selama di dalam kamar. Mama hanya mengangguk dan tersenyum. Dentang jam di lantai bawah terdengar sebelas kali, itu artinya Bimo harus segera beristirahat. Dia beranjak ke tempat tidur. Sebelum memejamkan mata, dia tersenyum membayangkan mobil remote yang akan menjadi miliknya. Itu janji Papa. Syaratnya hanya satu, nilainya harus bagus dan dia sudah siap memenuhi itu. Keesokan harinya, Bimo sudah duduk rapi bersama teman-temannya Cerita 2 di kelas. Tampak wajah-wajah tegang menunggu lembar soal IPA yang akan dibagikan oleh Bu Retno. Di antara semua wajah tegang yang ada di kelas, hanya Bimo yang terlihat santai. “Selamat pagi!” “Pagi ...!” “Sudah siap menghadapi ulangan hari ini?” Siswa di kelas menjawab dengan suara berat dan ragu. Namun lain halnya dengan Bimo. Dia masih menunjukkan wajah yakin. “Ulangan kita hari ini berbeda dengan ulangan sebelumnya. Kita akan mengadakan tes lisan!” Deg! Bimo seperti kena setrum mendengar penjelasan Bu Retno. Bimo Impian Bimo Ditulis oleh: Vika Varia Mato Vana
  • 10. 10 Impian Bimo disiapkan. Dia yakin sudah mencatat pelajaran itu di kertas yang saat ini berada dalam sakunya. Namun dia menjadi lupa semua isinya. Pelipis Bimo mulai basah oleh keringat. Dia menoleh ke arah teman- temannya. Tampak teman-temannya juga menunggu jawaban. “Bimo, ada apa? Bukankah kamu mendapat nilai sempurna di dua mata pelajaran sebelumnya?” Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Bimo. Bu Retno mengerutkan kening melihat sikap Bimo. Saat istirahat, Bu Retno memanggil Bimo ke ruang guru. Bimo memasuki ruang guru dengan wajah lesu. “Bimo, coba ceritakan pada Ibu, ada apa sebenarnya?” tanya Bu Retno. Bimo menunduk, tidak berani menatap wajah Bu Retno. Bu Retno mengangkat wajah Bimo. “Bimo, kamu mau cerita?” Bimo terdiam. Beberapa detik kemudian terdengar Bimo menghela napas dengan berat. Terlintas dalam pikirannya tidak menyangka bahwa ulangan kali ini adalah tes lisan. Bimo tidak sadar bahwa sedari tadi Bu Retno tidak membawa kertas ulangan seperti kemarin-kemarin. Bimo mulai panik. Keringat dingin mulai membasahi punggungnya. Bu Retno mulai memanggil siswa satu per satu. Tiba giliran Bimo maju ke depan. “Bimo, coba jelaskan bagaimana proses daur air dan hujan asam!” Suara Bu Retno terdengar samar. Bimo hanya terdiam. Dia sudah tidak konsentrasi sejak Bu Retno mengumumkan bahwa hari ini tes lisan. Bimo memasukkan tangannya ke saku, meremas kertas yang semalam sudah
  • 11. 11Impian Bimo tentang mobil remote yang sudah lama dia inginkan. “Bu, ulangan selama dua hari ini Bimo selalu mencontek.” Suara Bimo terdengar parau. Bu Retno mengerutkan kening, kemudian menggeleng mendengar penjelasan Bimo. “Mengapa kamu melakukannya, Bimo?” “Bimo takut, Bu! Setiap mendapat nilai jelek, Papa selalu marah.“ Suara Bimo tambah serak. “Bimo, menurutmu, apa yang kamu lakukan itu baik tidak?” Bimo menggeleng. “Apa yang kamu rasakan setelah melakukan itu?” “Awalnya Bimo senang dengan nilai Bimo yang bagus. Namun akhirnya Bimo malu, Bu!” “Lalu, apa yang akan kamu lakukan untuk mempertanggungjawabkan kesalahanmu?” Tak ada jabawan yang keluar dari mulut Bimo. “Kalau Ibu memberi kamu kesempatan mengerjakan lagi soal ulangan, apa yang akan kamu lakukan?” “Bimo mau, Bu!” “Baik, kamu boleh mengerjakan soal ulangan lagi setelah pulang sekolah. Tapi janji, kamu tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama!” “Terima kasih, Bu. Bimo minta maaf dan janji tidak akan mengulangi itu lagi!”
  • 12. 12 Impian Bimo Bu Retno tersenyum dan mengangguk. “Sekarang kamu boleh kembali ke kelas.” Bu Retno mengelus kepala Bimo. Bimo segera membalikkan badan menuju kelas. Terlihat wajah Bimo lebih ceria dan yakin bahwa mobil remote akan jadi miliknya, bukan sekarang, tapi tahun depan. Langkah riang menemani Bimo menuju kelas. •••
  • 13. 13Ingin Seperti Alea Nadia ingin seperti Alea. Punya banyak sepatu dan tas. Punya koleksi pita bunga, juga kotak pensil berbagai warna dan model. Tidak seperti dirinya atau juga Hana. “Wah sepatumu baru lagi, Al?” tanya Nadia “Iya,” jawab Alea sambil tersenyum tipis. Cantik sekali. Sepatu hitam itu ada corak pink di pinggir bawah. Di atasnya ada gambar kelinci yang juga berwarna pink. Ah, Nadia ingin sekali seperti Alea. Alea baru pindah dari Jakarta. Dia langsung akrab dengan Nadia juga Hana. Alea pasti anak orang kaya, senangnya, pikir Nadia. “Sepatu Nadia masih bagus, kan?” tanya Mama saat Nadia meminta dibelikan sepatu baru seperti Alea sepulang sekolah. Cerita 3 “Iya, tapi cuma satu, Ma. Itu juga yang bertali. Beli yang lagi nge-trend sekarang dong, Ma. Yang ada corak pink di pinggirnya.” “Hmm, pakai yang sudah ada saja, ya. Kalau sudah tidak layak pakai, baru beli.” Fyuh! Susahnya meminta sesuatu ke Mama. Kalau mamanya Alea pasti tidak seperti Mama. Kalau Alea meminta sesuatu pasti langsung dibelikan. Keesokan harinya, lagi-lagi ada yang baru dari Alea. Bros boneka berwarna ungu itu, pas sekali dipasang pada tas putih Alea. Eh, sepertinya tas Alea baru lagi. Kemarin Alea pakai warna biru. “Cantiknya …. Iya, kan Han?” komentar Nadia terpana. “Iya, cantik,” sahut Hana singkat. “Mama kamu yang belikan, ya? Ingin Seperti Alea Ditulis oleh: Era Mutiara
  • 14. 14 Ingin Seperti Alea “Alea juga punya bros boneka yang cantik- cantik. Ada yang bentuk Doraemon, Frozen, Angry Bird, uh, banyak deh pokoknya,” ujar Nadia lagi sambil melirik ke arah Mama. “Nrimo ing pandum, Sayang,” komentar Mama singkat. “Hah? Apa ma?” “Nrimo ing pandum. Selalu bersyukur,” jawab Mama yang tidak dimengerti Nadia. “Itu bahasa apa?” “Bahasa Jawa. Hmm, coba Nadia cari tahu artinya, ya,” lanjut Mama. “Ah, Mama,” protes Nadia yang dijawab tawa Mama. Esoknya di sekolah. Pada jam istirahat, Nadia membuka bekal makannya. Nrimo ing pandum. Ada tulisan itu pada kotak bekal milik Nadia. Mama membuat tulisan itu dengan saus sambal di atas nasi goreng. Duh, Mama apa-apaan, sih? “Nrimo ... ing ... pandum? Apa itu, Nad?” tanya Alea yang melongok ke bekal Nadia. Senangnya,” lanjut Nadia. Alea tak menjawab. Hanya tersenyum tipis. Belum banyak yang Nadia ketahui dari teman barunya itu. Meski mereka dekat, Alea anak yang pendiam. Sore harinya, Nadia mengobrol bersama Mama sambil duduk-duduk santai di teras rumah. “Sepatu Alea ada banyak, Ma. Tasnya banyak. Kotak pensil juga gonta-ganti. Enak ya Ma, jadi Alea,” ujar Nadia. Mama tidak menyahut. Hanya mengangguk-angguk.
  • 15. 15Ingin Seperti Alea “Bahasa Jawa kan, ya?” tanya Hana yang ada di sebelah Nadia. Nadia tak menjawab. Matanya tertuju pada bekal catering milik Alea. Ada nasi berbentuk kelinci di sana plus nugget dan udang goreng. Enaknya jadi Alea, makan siangnya bisa catering. Bekalnya pasti enak-enak. “Enak ya, Han. Jadi Alea,” ujar Nadia saat pulang sekolah. Ia dan Hana pulang bersama-sama. Sedangkan Alea sudah dijemput mobil. Tadi Nadia sempat melihat yang menjemput Alea wanita separuh baya. Mungkin itu mamanya. Hana mengernyitkan dahi dan bertanya, “Maksudnya?” “Aku ingin seperti Alea. Apa pun yang ia mau pasti dibelikan orang tuanya.” “Iya, sih. Tapi aku biasa saja,” jawab Hana sambil nyengir lebar. “Ih, kamu ini, Han. Aku ngomong serius tau. Alea pasti anak orang kaya, ya?” “Mungkin. Kita kan belum pernah main ke rumahnya,” ujar Hana. “Iya, ya. Kita main ke rumahnya, yuk? Sore ini! Nanti aku SMS Alea, deh,” ujar Nadia yang disetujui Hana. Nadia sudah menghubungi Alea dan bertanya alamat rumahnya. Nadia dan Hana diantar Mama mencari alamat rumah Alea. Wah, rumah Alea besar. Tuh kan benar, Alea anak orang kaya. Hana memencet bel di pagar rumah. Tampak seorang ibu datang dan membukakan pintu. “Temannya Alea, ya? Yuk, masuk,” sapanya. Nadia dan Hana mengangguk sopan. “Alea, ini temanmu datang,” ujar ibu tersebut sambil mengajak Nadia dan Hana masuk lewat samping rumah.
  • 16. 16 Ingin Seperti Alea “Nadia? Hana?” ujar Alea menghampiri mereka. “Yuk, ke kamarku!” ajak Alea kemudian. Nadia jadi bertanya-tanya. Kok, kamar Alea di belakang? Dekat dapur. “Ibu tadi siapa, Al?” tanya Hana. “Itu ibuku,” jawab Alea singkat. “Kalau yang menjemputmu tadi siapa?” tanya Nadia. “Oh itu Bu Dermawan, pemilik rumah ini. Tadi beliau sekalian lewat sekolah kita, jadi aku bisa pulang bareng,” jawab Alea. Nadia dan Hana tampak belum mengerti. “Ibu kerja membantu di rumah ini. Aku ikut ibu tinggal di sini karena diminta Bu Dermawan,” jelas Alea tanpa diminta. Nadia dan Hana mengangguk- angguk mengerti. Ternyata dugaan Nadia selama ini salah. “Bu Dermawan baik sekali. Aku dibelikan macam-macam perlengkapan sekolah. Tapi Ibu sudah bilang ke beliau, tidak perlu dibelikan banyak-banyak. Aku juga lebih suka kalau tidak merepotkan beliau. Sederhana saja,” cerita Alea panjang lebar. Ah, Nadia jadi menyadari satu hal. Selama ini ia hanya melihat apa yang dipakai Alea. Tanpa mau melihat apa yang selama ini ada untuknya. Diam-diam, Nadia berjanji untuk mulai bersyukur tanpa ingin menjadi siapa pun. Sepulangnya dari rumah Alea, Mama memberi tahu. “Mama tadi dapat orderan kue lapis legit dan engkak ketan 4 loyang, Nad. Kamu masih mau membeli sepatu? Tapi setengah harga saja, ya. Setengah lagi, Nadia mesti menabung,” ujar Mama setelah mereka sampai di rumah. “Nggak jadi, Ma. Sepatu Nadia masih bagus, kok,” jawab Nadia. Mama meliriknya setengah tak percaya, “Oh, Nadia sudah paham nrimo ing pandum, ya?” “Hah? Belum. Memang artinya apa, Ma?” “Nrimo itu menerima. Pandum itu pemberian. Artinya menerima pada pemberian. Menerima apa yang Allah beri. Bersyukur. Membeli apa yang kita perlu, bukan apa yang kita mau,” jelas Mama panjang lebar. “Walaupun kita bisa membeli apa yang dimau, Ma?” “Iya. Berlebih-lebihan itu tidak baik. Rasulullah mengajarkan kita untuk hidup sederhana. Senantiasa bersyukur,” jelas Mama lagi. Nadia mulai paham apa maksud Mama. Kali ini ia tidak lagi merasa ingin seperti Alea. Mencoba untuk besyukur atas apa yang Allah berikan. Nrimo ing pandum. •••
  • 17. 17Namanya Kia Namanya Kia, siswa baru di kelasku. Entah dari sekolah mana dia pindah. Dia tidak menyebutnya. Atau dia menyebutnya, tapi aku tidak memperhatikan. Ada hal lain yang lebih menarik perhatian ketimbang ucapannya. Penampilannya. Penampilannya yang kelewat sederhana. Itu pun, kalau aku tidak boleh menyebutnya dekil. Pagi ini hari pertama dia belajar di sekolahku. Rambutnya pendek sebahu, kemerah-merahan, seperti sering panas- panasan. Seragamnya kusut, sepertinya tidak disetrika. Mungkin di rumahnya mati listrik tadi pagi. Sepatunya, duh. Sepatu seperti itu pasti sudah sejak lama kubuang. Entah kenapa masih saja dipakainya. Kulitnya, kalian akan mengira dia anak bule Afrika yang tamasya ke Malang. “Kia, duduk di bangku yang kosong itu!” kata Pak Akbar, wali kelas kami. Mataku Cerita 4 mengikutinya berjalan dan duduk. Ternyata bukan hanya aku, teman-teman satu kelas melihatnya. Mereka semua pasti bingung, kenapa anak seperti ini bisa sekolah di sini. Sudah seminggu Kia bersama-sama kami. Saat istirahat dia lebih sering duduk sendiri di bangkunya. Jarang mengobrol. Bicaranya juga lirih. Melihat penampilannya, kukira dia biasa-biasa saja dalam pelajaran. Namun rasa-rasanya aku salah. “Silakan mengangkat tangan kalau kalian bisa menjawabnya,” kata Pak Akbar suatu ketika. “Berapa KPK dari 6 dan 8?” Aku menghitung. Baru dapat setengah, Kia mengangkat tangan. Aku menoleh. “Dua puluh empat, Pak,” kata Kia lirih. “Benar, Kia,” Pak Akbar memuji. “Sekarang, berapa FPB dari 12 dan 15?” Aku kembali menghitung. Lagi-lagi, waktu Namanya Kia Ditulis oleh: Astari Ulfa
  • 18. 18 Namanya Kia cemberut, lagi-lagi aku mendengus. Aku tidak suka situasi ini. Satu bulan sudah Kia ada di sini. Dia sudah mulai akrab dengan teman-teman. Ternyata, dia tidak hanya pintar matematika, tapi semua pelajaran. Dia bisa mendongeng dengan sangat bagus. Dia bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Dia selalu sukses dalam percobaan sains. Bahkan, dia bisa menguasai satu-satunya pelajaran yang aku tidak bisa: olahraga. Mungkin benar kata teman-teman, Kia bisa menjadi juara satu. Tidak boleh, ini tidak boleh terjadi. “Selamat pagi. Keluarkan alat tulis kalian!” Suara Pak Akbar membuyarkan lamunanku. “Sesuai yang bapak umumkan minggu lalu, hari ini kita akan ulangan matematika.” Astaga!!! jeritku dalam hati. Aku lupa hari ini ada ulangan. Bodoh. Semalam aku tidak belajar, malah bermain game sampai larut. Bagaimana ini? Aku tidak terlalu aku masih dapat setengah, Kia mengangkat tangan. Aku memelotot. “Tiga, Pak,” katanya lirih. “Hebat, benar Kia. Bagaimana kamu bisa menjawabnya? Bapak tidak melihat kamu menghitung,” tanya Pak Akbar. “Saya menghitung, Pak. Tapi tidak saya tulis.” Dia menjawab takut-takut. Hampir semua sisa pertanyaan dijawab Kia sendiri. Aku mendengus. Selama ini aku selalu jadi juara satu. Namun kali ini, aku tidak menjawab satu pun. Salah seorang temanku tiba-tiba berceletuk. “Wah, sepertinya juara satu akan segera berganti. Semua pertanyaan dijawab Kia.” Teman-teman yang lain ikut-ikutan berkomentar. Kelas menjadi riuh, baru tenang setelah ditegur Pak Akbar. Bibirku
  • 19. 19Namanya Kia menguasai materi ini. Nilaiku pasti jeblok. Aku tidak akan jadi juara satu lagi. Papa pasti akan membatalkan rencana jalan-jalan ke perkebunan apel. Bagaimana ini? Pak Akbar membagikan soal ulangannya. Dua puluh soal pilihan ganda. Tujuh puluh menit, total waktu yang diberikan Pak Akbar. Menit ke sepuluh kertas ulanganku hanya berisi nama dan kelas. Sudah kucoba menghitung. Namun jawaban-jawabanku banyak yang berbeda dari pilihan yang ada. Aku melirik teman- teman yang lain. Mereka mengerjakan dengan serius. Mereka pasti bisa, batinku. Selama sebulan ini, sepulang sekolah Kia mengajari mereka matematika. Namun aku tidak ikut. Gengsi, lah. Masak aku minta diajari Kia? Kini aku merasakan akibatnya. Tujuh puluh menit waktu berlalu. Aku asal saja mencoret jawaban. Lantas, kukumpulkan dengan setengah hati. Saat ini, aku sedang duduk sendirian di kelas. Sebagian besar teman-teman ada di aula. Berlatih menari topeng untuk pentas kesenian satu bulan lagi. Sebagian lagi jajan di kantin. Kalau saja aku ingat hari ini ulangan, aku akan meminta guru lesku datang mengajari. Atau setidaknya aku tidak akan bermain game sampai larut malam. Atau, seharusnya aku minta diajari Kia sepulang sekolah. Namun semua sudah terjadi. Lihatlah, lembar jawaban itu sudah ditumpuk di atas meja Pak Akbar. Siap untuk dikoreksi. Sebentar …, sebentar …, lembar jawaban itu ada di atas meja Pak Akbar. Belum dikoreksi. Aku tak tahu kapan pikiran ini muncul, atau dari mana asalnya. Tiba-tiba saja, tanganku sudah bergerak ke arah tumpukan lembar jawaban itu. Kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada yang melihat. Kucari kertas-kertas dengan namaku dan Kia. Dalam sekejap, kedua kertas itu sudah bertukar nama. Aku tersenyum, pasti aku juara satu ulangan matematika. Aku berbalik. Hei, ternyata ada juga lembar jawaban ulangan IPA dan Bahasa Indonesia. Aku cari kertas bernama Kia lalu kuhapus beberapa jawabannya. Kupastikan bukan Kia yang juara satu nanti. “Bapak sangat senang, bulan ini nilai kalian
  • 20. 20 Namanya Kia semua meningkat hebat,” kata Pak Akbar saat membagikan ulangan. “Sembilan puluh lima persen nilai di atas standar. Bahkan ada satu anak yang mendapatkan nilai sempurna.” Sejenak Pak Akbar menoleh kepadaku. “Selamat Namira, nilai sempurna seperti biasanya.” Pak Akbar berkata sambil tersenyum. Satu kelas bertepuk tangan untukku. Aku tersenyum. Aku jadi juara satu ulangan matematika. Papa pasti akan tetap mengajakku jalan-jalan ke perkebunan apel. Namun, sejenak kemudian mimik muka Pak Akbar berubah. “Di samping berita gembira ini, ada satu berita yang mungkin kurang menyenangkan. Mulai hari ini, Kia tidak akan bersekolah di sini lagi.” Muka-muka bingung bermunculan, wajah mereka saling pandang. Semua mempertanyakan hal yang sama. Ada apa dengan Kia? “Mungkin saat pertama kali datang ke sini kalian sudah bertanya-tanya, kenapa penampilannya berbeda dengan kalian. Kia merupakan anak yatim. Ibunya bekerja di seorang pengrajin topeng Malang.
  • 21. 21Namanya Kia Penghasilannya tidak seberapa. Kalau sedang musim pentas kesenian seperti sekarang, mungkin mereka bisa mendapat lebih. Kalau sedang tidak musim, ya terpaksa harus cari penghasilan lain. “Dua bulan lalu, Bapak memesan keperluan pentas kesenian sekolah di tempat ibunya Kia bekerja. Di sanalah Bapak bertemu Kia. Dia sedang membantu ibunya mengecat topeng-topeng. Beberapa kali Bapak mengobrol, Bapak tahu bahwa dia anak yang pandai. Sebelumnya, Kia belajar di SD dekat pertigaan sana. Bapak pikir dia harus mendapat pendidikan yang lebih baik. Maka Bapak mengajukan beasiswa untuk Kia di sini. Kepala sekolah memberikan masa percobaan satu bulan. Semua nilai Kia harus di atas standar.” “Nilai ulangan matematika Kia hanya 35. Padahal standar yang disyaratkan adalah 75. Begitu juga nilai IPA dan Bahasa Indonesianya. Dua-duanya buruk. Pihak sekolah terpaksa harus menghentikan beasiswa ini. Jadi mulai hari ini, Kia tidak akan bersama-sama kita lagi. Bapak belum sempat mengunjunginya. Kabar yang Bapak dengar, dia berhenti sekolah. Dia anak yang pandai selama ini. Entah kenapa ulangannya bisa seperti itu,” mata Pak Akbar berkaca-kaca. “Kami akan mencari tahu apa yang terjadi dengan hasil ulangan Kia.” Hatiku mencelos. Tanganku berkeringat dingin. Sudah dua hari Kia tidak masuk sekolah. Kukira dia sakit atau apa. Ternyata, dia dikeluarkan. Dan, Pak Akbar bilang, gara-gara nilainya jelek. Tidak mungkin! Bukan begitu maksudku. Aku hanya tidak ingin Kia juara satu. Bukan dikeluarkan dari sekolah. Apalagi sekarang dia malah berhenti sekolah. Mau jadi apa dia? Semua ini salahku. Hanya karena ingin jadi juara satu, aku berbuat curang pada Kia. Padahal, Kia tidak berbuat salah apa pun kepadaku. Aku saja yang tidak rajin
  • 22. 22 Namanya Kia belajar. Apalagi para guru akan mencari tahu. Bagaimana ini? Bagaimana kalau Pak Akbar tahu aku telah menukar kertas ulangan Kia? Bisa-bisa aku juga dikeluarkan dari sekolah. Apa yang harus kulakukan sekarang? ••• Namanya Kia. Rambutnya kemerahan. Pakaiannya kusut, wajahnya dekil. Sepatunya, duh. Sepatu itu masih saja dia pakai. Hari ini dia masuk sekolah lagi. Kia telah kembali. Lihatlah, sekarang dia mengajari teman-teman membuat topeng Malang. Lebih dari itu, dari Kia aku belajar sebuah kebaikan. Aku sekarang tahu berbuat curang itu tidak menyelesaikan masalah. Justru menambah masalah. Menurutku, aku hanya curang sedikit saja. Tapi ternyata, berdampak besar dalam hidup Kia. Oiya, perkenalkan, namaku Namira. Si juara satu di kelas. Hanya jika aku rajin belajar. •••
  • 23. 23Profil Profil Penulis Yanda Yono, lahir di Semarang 5 September 1977. Sebelum menjadi guru, memulai karier di dunia kontraktor ketika lulus dari sekolah menengah kejuruan. Kemudian melanjutkan kuliah jurusan manajemen pemasaran di Kota Tepian. Tiga belas tahun di perusahaan BUMN akhirnya banting stir menjadi Guru, sebuah pilihan yang tepat. Karena Guru adalah cita-citanya sedari SD. Saat ini aktif mengajar di SD Fastabiqul Khairat Samarinda. Walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan sebagai guru, ia yakin bisa menjadi guru yang menarik. Syaratnya tetap belajar dan menggunakan hati ketika berhadapan dengan murid. TSC 2016 menjadi bukti keseriusan dia menjadi guru, berkumpul bersama guru-guru hebat se-Indonesia. Suyono Era Mutiara, lahir di Tanjungkarang pada 25 November 1989. Anak ke tiga dari lima bersaudara ini sangat menyukai anak-anak. Saat ini bekerja dan belajar di SDIT Harapan Bangsa Natar, Lampung Selatan. Anak-anak baginya bukan hanya sekadar peserta didik, tetapi juga sebagai pendidik yang memiliki setrum semangat jika dipahami. Era Mutiara Astari Ulfa, lahir di Malang, Jawa Timur, pada 9 Agustus 1993. Saat ini ia mengajar di SD Islam Sabilillah Malang. Lulusan sarjana PGSD Universitas Negeri Malang ini memang sangat memiliki ketertarikan dengan dunia pendidikan anak. Melalui event Teacher Supercamp 2016 ini, ia sedang membangun komitmen untuk terus berkontribusi dalam pembuatan literasi pendidikan karakter anak-anak. Selain itu, ia sedang berusaha mewujudkan mimpinya untuk melanjutkan studi di luar negeri. Astari Ulfa Vika Varia, lahir di Banyuwangi 8 Juni 1987. Hobi membaca, menulis, dan menyanyi. Pernah menjadi penyiar radio selama 3,5 tahun di SokaRadio Jember. Saat ini aktif mengajar di SDS Pesona Astra, Yayasan Astra Agro Lestari. Berkeinginan memiliki perpustakaan/rumah baca untuk anak- anak di kampungnya, kelak saat sudah pensiun. Vika Varia M. V. Waringin Barat, Kalimantan Tengah Samarinda, Kalimantan Timur Malang, Jawa Timur Lampung Selatan, Lampung “Anti-Corruption Teacher Supercamp 2016: Guru Menulis Antikorupsi” merupakan wahana pengembangan kapasitas para guru kreatif yang memiliki minat dalam penulisan, terutama terkait konten antikorupsi dengan memuat nilai kearifan lokal. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini diikuti oleh 50 guru terpilih dari seluruh Indonesia sebagai bentuk partisipasi para guru dalam upaya implementasi pendidikan antikorupsi tingkat TK-SMA (sederajat). Berbagai kegiatan pengembangan kapasitas di antaranya seminar pendidikan antikorupsi, workshop penulisan cerita dalam format cerita bergambar (cergam), cerita pendek (cerpen) anak, komik, dan skenario film pendek, workshop pembuatan panduan rencana pembelajaran, dan kegiatan team building dilaksanakan selama lima (5) hari di Nusa Dua, Bali.
  • 24. 24 Profil Profil Mentor Benny Rhamdani, sejak 2005 menjadi editor di Mizan Publishing untuk buku anak dan remaja. Menulis mulai kelas 3 SMP di majalah Bobo. Kemudian merambah ke majalah HAI, Aniat Cemerlang, Kawanku, Aneka Yes, Gadis, dan lain- lain. Menulis puluhan buku anak dan remaja, baik dengan nama asli maupun samaran. Novel anaknya yang bestseller adalah Garuda di Dadaku dan Mimpi Sang Garuda. Pernah meraih Penghargaan Adikarya IKAPI (2001) dan memenangkan berbagai lomba cerpen anak-anak dan remaja, serta lomba blog. Saat ini juga pengisi tetap rubrik cerita anak Koran Berita pagi (Palembang) dan mengelola pelatihan menulis cerita anak bernama Kelas Ajaib. Benny Rhamdani