SlideShare a Scribd company logo
by : ulfah mufidah
   Kajian epistemologi Islam penting untuk dilakukan
    mengingat saat ini sudah menyebar apa yang disebut
    oleh Syamsuddin Arif, “kanker epistemologis”. Kanker
    jenis ini telah melumpuhkan kemampuan menilai
    (critical power) serta mengakibatkan kegagalan akal
    (intellectual failure), yang pada gilirannya
    mengerogoti keyakinan dan keimanan, dan akhirnya
    menyebabkan kekufuran.

   Gejala dari orang yang mengidap kanker ini, di
    antaranya suka berkata: “Di dunia ini, kita tidak
    pernah tahu Kebenaran Absolut. Yang kita tahu
    hanyalah kebenaran dengan “k” kecil.” “Kebenaran
    itu relatif.” “Agama itu mutlak, sedang pemikiran
    keagamaan relatif.” “Semua agama benar dalam
    posisi dan porsinya masing-masing.” Dll.
   Epistemologi secara sederhana bisa dimaknai teori pengetahuan.
   Mungkinkah mengetahui, apa itu pengetahuan, dan bagaimana
    mendapatkan pengetahuan, merupakan tema-tema pembahasan
    epistemologi.
    Menurut Milton D. Hunnex, epistemologi berasal dari bahasa
    Yunani, episçmç yang bermakna knowledge, pengetahuan, dan
    logos yang bermakna teori. Istilah ini pertama kali digunakan
    pada tahun 1854 oleh J.F. Ferrier yang membuat perbedaan
    antara dua cabang filsafat yaitu ontologi (Yunani: on =
    being, wujud, apa + logos = teori) dan epistemologi.
   Jika ontologi mengkaji tentang wujud, hakikat, dan
    metafisika, maka epistemologi membandingkan kajian sistematik
    terhadap sifat, sumber, dan validitas pengetahuan.
    Menurut Mulyadhi Kartanegara, ada dua pertanyaan yang tidak
    bisa dilepaskan dari epistemologi, yaitu: (1) apa yang dapat
    diketahui dan (2) bagaimana mengetahuinya. Yang pertama
    mengacu pada teori dan isi ilmu, sedangkan yang kedua pada
    metodologi.
 Pertanyaan   itu sudah mengemuka dari sejak
  zaman Yunani kuno. Pada zaman ini lahir
  aliran yang bernama sofisme. Menurut kaum
  sofis, semua kebenaran relatif. Ukuran
  kebenaran itu manusia (man is the measure
  of all things). Karena manusia berbeda-beda,
  jadi kebenaran pun berbeda-beda tergantung
  manusianya.
 Bagaimana menurut anda?
 Menurut anda mungkin benar, tetapi menurut
  saya tidak, demikian kurang lebih
  argumentasi kaum sofis.
    Akibatnya, mudah diterka, terjadi semacam
    kekacauan kebenaran. Semua teori sains
    diragukan, semua aqidah dan kaidah agama dicurigai.
    Manusia menjadi hidup tanpa pegangan
    “kebenaran”, dan hal seperti itu telah menyebabkan
    manusia terasing di dunianya sendiri.

   Maka kemudian, muncullah Socrates, yang jejaknya
    diikuti oleh Plato dan Aristoteles. Menurut mereka
    tidak semua kebenaran relatif, ada kebenaran yang
    umum, yang mutlak benar bagi siapapun. Kebenaran
    ini disebut idea oleh Plato, dan definisi oleh
    Aristoteles.
   Islam tentu saja menentang paham sofisme dengan segala
    macam bentuk reinkarnasinya (skeptisisme atau
    relativisme). Dari sejak awal surat, al-Qur`an mengajarkan
    agar manusia mencari kebenaran, karena kebenaran itu
    ada, dan kesalahan pun beserta orang-orang yang salahnya
    juga ada.

   Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang
    yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
    (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
    mereka yang sesat.

   Nabi Muhammad saw, sebagai insan biasa, yang terkadang
    ragu dengan propaganda sofisme dari musuh-musuhnya pun
    diingatkan Allah swt:

   Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan
    sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
 Ilmu diperoleh oleh manusia dengan berbagai
  cara dan dengan menggunakan berbagai alat.
 Menurut Jujun S. Suriasumantri, pada dasarnya
  terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk
  mendapatkan pengetahuan yang benar.
 Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada
  rasio, dan yang kedua mendasarkan diri kepada
  pengalaman.
 Yang pertama disebut paham rasionalisme, dan
  yang kedua disebut paham empirisme.
  Pengetahuan jenis pertama disebut logis, dan
  pengetahuan jenis kedua disebut empiris.

    Kerjasama rasionalisme dan empirisme melahirkan
    metode sains (scientific method), dan dari metode ini
    lahirlah pengetahuan sains (scientific knowledge) yang
    dalam bahasa Indonesia sering disebut pengetahuan
    ilmiah atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan sains ini
    adalah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti
    empiris. Jadi tidak hanya logis saja yang menjadi
    andalan kaum rasionalis, tapi juga harus empiris yang
    menjadi andalan kaum empiris. Kalau ternyata
    pengetahuan tersebut hanya bersifat logis, tidak
    empiris, pengetahuan tersebut akan disebut
    pengetahuan filsafat, bukan pengetahuan sains/ilmiah.
    Kerjasama dari rasionalisme-empirisme ini kemudian
    melahirkan paham positivisme, yakni paham yang
    menyatakan bahwa segala pengetahuan yang ilmiah
    harus dan pasti dapat “terukur”. Panas diukur dengan
    derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat
    diukur dengan timbangan.
   Di samping rasionalisme dan empirisme, masih terdapat
    cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lain.
   menurut Jujun adalah intuisi dan wahyu.
   Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa
    melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang
    terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja
    menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa
    melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia
    sudah sampai di situ. Inilah yang disebut intuisi.
   Sementara wahyu merupakan pengetahuan yang
    disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini
    disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya di setiap
    zaman. Menurut Jujun, agama merupakan pengetahuan
    bukan saja mengenai kehidupan manusia sekarang yang
    terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-
    masalah yang bersifat transendental seperti latar belakang
    penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.
    Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-
    hal yang gaib (supernatural). Akan tetapi pengetahuan jenis
    ini banyak tidak diakui oleh para ilmuwan yang kurang
    berpihak pada agama, seiring dibatasinya pengetahuan
    ilmiah pada logis-empiris.
   Peradaban Barat membedakan pengetahuan ke dalam
    dua istilah teknis, yaitu science dan knowledge.
   Istilah yang pertama diperuntukkan bagi bidang-
    bidang ilmu fisik atau empiris,
    sedangkan istilah kedua diperuntukkan bagi bidang-
    bidang ilmu nonfisik seperti konsep mental dan
    metafisika. Istilah yang pertama diterjemahkan ke
    dalam bahasa Indonesia dengan ilmu pengetahuan,
   sementara istilah kedua diterjemahkan dengan
    pengetahuan saja. Dengan kata lain, hanya ilmu yang
    sifatnya fisik dan empiris saja yang bisa dikategorikan
    ilmu, sementara sisanya, seperti ilmu agama, tidak
    bisa dikategorikan ilmu (ilmiah).
   Islam tentu saja tidak mengenal pemenggalan zaman
    menjadi abad klasik, pertengahan dan modern.
    Karena di Islam tidak pernah terjadi tarik-ulur yang
    dahsyat antara akal dan iman, atau antara
    kekuasaan dunia dan kekuasaan agama. Islam juga
    tidak mengenal renaissance yang ditandakan dengan
    terbebasnya alam pikiran manusia dari kungkungan
    penguasa agama. Karena dari sejak awal
    kelahirannya, antara agama, akal dan
    indera, ketiganya berjalin kelindan dengan sangat
    baik. Konsekuensinya, tidak akan ditemukan dalam
    khazanah pemikiran Islam pergeseran definisi ilmu
    seperti yang terjadi di dunia Barat. Dari sejak awal
    dan sampai sekarang, ilmu dalam Islam mencakup
    bidang-bidang fisik juga bidang-bidang nonfisik.
   Istilah yang digunakannya pun dari sejak awal tidak berubah, yakni
    „ilm. Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, penggunaan istilah „ilm itu
    sendiri, sangat terpengaruh oleh pandangan dunia Islam (Islamic
    worldview):
   Pengetahuan dalam bahasa Arab digambarkan dengan istilah al-
    ‟ilm, al-ma‟rifah dan al-syu‟ûr (kesadaran). Namun, dalam
    pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena
    ia merupakan salah satu sifat Tuhan. Julukan-julukan yang
    dikenakan kepada Tuhan adalah al-‟Âlim, al-‟Alîm dan al-‟Allâm,
    yang semuanya berarti Maha Mengetahui; tetapi Dia tidak pernah
    disebut al-‟Ârif atau al-Syâ‟ir.
   Akan tetapi berkaitan dengan pertanyaan apa itu pengetahuan,
    menurut Wan Daud, sekarang ini umat Islam menyadari bahwa
    mendefinisikan ilmu (pengetahuan) secara hadd adalah mustahil.
    al-Attas dalam hal ini menjelaskan bahwa ilmu merupakan sesuatu
    yang tidak terbatas (limitless) dan karenanya tidak memiliki ciri-
    ciri spesifik dan perbedaan khusus yang bisa didefinisikan. Lagi
    pula, al-Attas menjelaskan, pemahaman mengenai istilah „ilm
    selalu diukur oleh pengetahuan seseorang mengenai ilmu dan oleh
    sesuatu yang jelas baginya. Ketika medan ilmu pada faktanya
    sangat luas, maka pengetahuan seseorang terhadapnya sangat
    terbatas. Oleh karena itu pasti pemahaman ilmu dari masing-
    masing orang akan terbatas.
 Konsekuensinya,  Islam tidak mengenal
 dikotomi ilmu; yang satu diakui, yang lainnya
 tidak. Yang logis-empiris dikategorikan
 ilmiah, sedangkan yang berdasarkan pada
 wahyu tidak dikategorikan ilmiah. Semua jenis
 pengetahuan, apakah itu yang logis-
 empiris, apalagi yang sifatnya wahyu
 (revelational), diakui sebagai sesuatu yang
 ilmiah. Dalam khazanah pemikiran Islam yang
 dikenal hanya klasifikasi (pembedaan) atau
 diferensiasi (perbedaan), bukan dikotomi
 seperti yang berlaku di Barat.
   Al-Ghazali misalnya membagi ilmu dari aspek ghard
    (tujuan/kegunaan) pada syar‟iyyah dan ghair syar‟iyyah. Syar‟iyyah
    yang dimaksudkan al-Ghazali adalah yang berasal dari Nabi
    saw, sedangkan ghair syar‟iyyah adalah yang dihasilkan oleh akal
    seperti ilmu hitung, dihasilkan oleh eksperimen seperti
    kedokteran, atau yang dihasilkan oleh pendengaran seperti ilmu
    bahasa.

    Berkaitan dengan pembagian ilmu dalam Islam seperti di
    atas, Oliver Leaman menjelaskan, umat Islam membagi ilmu ke
    dalam model seperti itu disebabkan al-Qur`an menjelaskan bahwa
    bidang pengetahuan itu ada dua; yang tampak dan yang gaib. Yang
    tampak dapat diketahui oleh manusia dan juga merupakan objek
    kajian sains, sedangkan alam gaib, meskipun dapat diketahui
    dengan cara yang berbeda, merupakan wilayah wahyu. Hal ini dapat
    dimengerti mengingat tidak adanya bukti fisik yang bisa diterima
    ihwal alam gaib.

   Oliver Leaman menjelaskan lebih lanjut, berdasar pada acuan al-
    Qur`an inilah maka kemudian ilmu pengetahuan dalam Islam ada
    dua jenis: „Ilm yang mengungkap „âlam syahâdah atau alam yang
    sudah diakrabi dan terpapar dalam sains alam; dan ma‟rifah yang
    mendedahkan „âlam al-ghâ`ib atau alam yang tersembunyi dan
    karenanya lebih dari sekadar pengetahuan proposisional
    (propositional knowledge). Cara memperoleh pengetahuan jenis
 Klasifikasi seperti ini penting untuk diterapkan agar
  tidak terjadi “kekacauan ilmu”. Ketika agama
  diukur oleh akal dan indera (induktif), maka yang
  lahir adalah sofisme modern. Sehingga adanya
  Ahmadiyah dan aliran-aliran sesat tidak dipahami
  sebagai sebuah “kesalahan”, melainkan sebuah
  pembenaran bahwa Islam itu warna-warni. Demikian
  juga, ketika sains dicari-cari pembenarannya dari
  dalil-dalil agama, maka yang lahir kelak pembajakan
  dalil-dalil agama. Sehingga langit yang tujuh
  dipahami sebagai planet yang jumlahnya
  tujuh, seperti pernah dikemukakan oleh sebagian
  filosof Muslim di abad pertengahan.
 Wal-’Llahu a’lam bis-shawab.

More Related Content

What's hot

Alghazali
AlghazaliAlghazali
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Shollana
 
Epistimologi irfani
Epistimologi irfaniEpistimologi irfani
Epistimologi irfaniRisal Fahmi
 
Presentasi problematika pendidikan islam.pptx
Presentasi problematika pendidikan islam.pptxPresentasi problematika pendidikan islam.pptx
Presentasi problematika pendidikan islam.pptx
DiyahSiti
 
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiahIslam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiahazzahracaem
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
ari susanto
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
Najah Cweety
 
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufHubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufM Danial
 
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
Syarifatul Marwiyah
 
Hakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat IlmuHakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat Ilmu
Nurmahmudah M.Phil.
 
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeAliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
radenkuning
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
RezaQyu RezaQta
 
PENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.ppt
PENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.pptPENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.ppt
PENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.ppt
BAZNASKabupatenMajal
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Universitas Negeri Makassar
 
Sejarah pendidikan islam di indonesia
Sejarah pendidikan islam di indonesiaSejarah pendidikan islam di indonesia
Sejarah pendidikan islam di indonesiaMAN Sumpiuh
 
ISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOLISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOL
Rhati Alfajra
 
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxFilsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
rara wibowo
 
FILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
FILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANIFILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
FILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
Lina Marlina
 

What's hot (20)

Alghazali
AlghazaliAlghazali
Alghazali
 
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
 
Epistimologi irfani
Epistimologi irfaniEpistimologi irfani
Epistimologi irfani
 
Presentasi problematika pendidikan islam.pptx
Presentasi problematika pendidikan islam.pptxPresentasi problematika pendidikan islam.pptx
Presentasi problematika pendidikan islam.pptx
 
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiahIslam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufHubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
 
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
KD 8 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
 
Hakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat IlmuHakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat Ilmu
 
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialismeAliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
Aliran filsafat empirisme rasionalisme dan materialisme
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
 
PENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.ppt
PENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.pptPENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.ppt
PENGANTAR FILSAFAT UMUM SMT 4.ppt
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Sejarah pendidikan islam di indonesia
Sejarah pendidikan islam di indonesiaSejarah pendidikan islam di indonesia
Sejarah pendidikan islam di indonesia
 
ISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOLISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOL
 
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxFilsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
 
Power point filsafat tp
Power point filsafat tpPower point filsafat tp
Power point filsafat tp
 
FILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
FILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANIFILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
FILSAFAT ISLAM: PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
 

Similar to Islam dalam pandangan epistimologi

UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
Abdul Khaliq
 
Falsafah kesatuan ilmu
Falsafah kesatuan ilmuFalsafah kesatuan ilmu
Falsafah kesatuan ilmu
AhmadAudiyas
 
Raden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docx
Raden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docxRaden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docx
Raden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docx
RadenMuhammadRidaAlR
 
Tentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatTentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatRiza Nisfu
 
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxFKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
MuhamadHusniMubarok1
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
Rizal Fahmi
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
PETANI MANDIRI
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
RestiWanda1
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdf
hspanggalih
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
AyuRatnaSari14
 
KELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_SKELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_S
AnisaulKhomariyah
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
RestiWanda1
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Bab 01 manusia & ilmu
Bab 01 manusia & ilmuBab 01 manusia & ilmu
Bab 01 manusia & ilmu
Siti Suhaila Haji Ihwani
 
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptxBAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
hidayatihelmi
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
lilisnurkhafida
 
Falsafah KTI.docx
Falsafah KTI.docxFalsafah KTI.docx
Falsafah KTI.docx
MahathirAMuhammad
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
SeptiTirta
 
Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuanSumber pengetahuan
Sumber pengetahuan
andi roy
 

Similar to Islam dalam pandangan epistimologi (20)

UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
 
Falsafah kesatuan ilmu
Falsafah kesatuan ilmuFalsafah kesatuan ilmu
Falsafah kesatuan ilmu
 
Raden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docx
Raden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docxRaden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docx
Raden Muhammad Rida Al Rasjid - Artikel FKI.docx
 
Tentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatTentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafat
 
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxFKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdf
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
 
KELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_SKELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_S
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Bab 01 manusia & ilmu
Bab 01 manusia & ilmuBab 01 manusia & ilmu
Bab 01 manusia & ilmu
 
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptxBAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
 
UTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdfUTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdf
 
Falsafah KTI.docx
Falsafah KTI.docxFalsafah KTI.docx
Falsafah KTI.docx
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
 
Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuanSumber pengetahuan
Sumber pengetahuan
 

More from M fazrul

rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesiarezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi IndonesiaM fazrul
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaM fazrul
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuM fazrul
 
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialMemahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialM fazrul
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
M fazrul
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmu
M fazrul
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
M fazrul
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
M fazrul
 
fenomena yang harus kita renungkan
fenomena yang harus kita renungkanfenomena yang harus kita renungkan
fenomena yang harus kita renungkan
M fazrul
 
faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
faktor yang mempengaruhi tingkat investasifaktor yang mempengaruhi tingkat investasi
faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
M fazrul
 
Hukum materil
Hukum materilHukum materil
Hukum materil
M fazrul
 
agresivitas
agresivitasagresivitas
agresivitas
M fazrul
 
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budayaKonsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
M fazrul
 
Makalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqhMakalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqhM fazrul
 
Penyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikPenyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikM fazrul
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqihPembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqihM fazrul
 
Konsep politik an i b
Konsep politik an i bKonsep politik an i b
Konsep politik an i bM fazrul
 

More from M fazrul (20)

rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesiarezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
 
Alfarabi
AlfarabiAlfarabi
Alfarabi
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
 
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialMemahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmu
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
 
fenomena yang harus kita renungkan
fenomena yang harus kita renungkanfenomena yang harus kita renungkan
fenomena yang harus kita renungkan
 
faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
faktor yang mempengaruhi tingkat investasifaktor yang mempengaruhi tingkat investasi
faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
 
Hukum materil
Hukum materilHukum materil
Hukum materil
 
agresivitas
agresivitasagresivitas
agresivitas
 
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budayaKonsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
 
Makalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqhMakalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqh
 
Penyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikPenyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politik
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqihPembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
 
motivasi
motivasimotivasi
motivasi
 
gender
gendergender
gender
 
Konsep politik an i b
Konsep politik an i bKonsep politik an i b
Konsep politik an i b
 

Islam dalam pandangan epistimologi

  • 1. by : ulfah mufidah
  • 2. Kajian epistemologi Islam penting untuk dilakukan mengingat saat ini sudah menyebar apa yang disebut oleh Syamsuddin Arif, “kanker epistemologis”. Kanker jenis ini telah melumpuhkan kemampuan menilai (critical power) serta mengakibatkan kegagalan akal (intellectual failure), yang pada gilirannya mengerogoti keyakinan dan keimanan, dan akhirnya menyebabkan kekufuran.  Gejala dari orang yang mengidap kanker ini, di antaranya suka berkata: “Di dunia ini, kita tidak pernah tahu Kebenaran Absolut. Yang kita tahu hanyalah kebenaran dengan “k” kecil.” “Kebenaran itu relatif.” “Agama itu mutlak, sedang pemikiran keagamaan relatif.” “Semua agama benar dalam posisi dan porsinya masing-masing.” Dll.
  • 3. Epistemologi secara sederhana bisa dimaknai teori pengetahuan.  Mungkinkah mengetahui, apa itu pengetahuan, dan bagaimana mendapatkan pengetahuan, merupakan tema-tema pembahasan epistemologi.  Menurut Milton D. Hunnex, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episçmç yang bermakna knowledge, pengetahuan, dan logos yang bermakna teori. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1854 oleh J.F. Ferrier yang membuat perbedaan antara dua cabang filsafat yaitu ontologi (Yunani: on = being, wujud, apa + logos = teori) dan epistemologi.  Jika ontologi mengkaji tentang wujud, hakikat, dan metafisika, maka epistemologi membandingkan kajian sistematik terhadap sifat, sumber, dan validitas pengetahuan.  Menurut Mulyadhi Kartanegara, ada dua pertanyaan yang tidak bisa dilepaskan dari epistemologi, yaitu: (1) apa yang dapat diketahui dan (2) bagaimana mengetahuinya. Yang pertama mengacu pada teori dan isi ilmu, sedangkan yang kedua pada metodologi.
  • 4.  Pertanyaan itu sudah mengemuka dari sejak zaman Yunani kuno. Pada zaman ini lahir aliran yang bernama sofisme. Menurut kaum sofis, semua kebenaran relatif. Ukuran kebenaran itu manusia (man is the measure of all things). Karena manusia berbeda-beda, jadi kebenaran pun berbeda-beda tergantung manusianya.  Bagaimana menurut anda?  Menurut anda mungkin benar, tetapi menurut saya tidak, demikian kurang lebih argumentasi kaum sofis.
  • 5. Akibatnya, mudah diterka, terjadi semacam kekacauan kebenaran. Semua teori sains diragukan, semua aqidah dan kaidah agama dicurigai. Manusia menjadi hidup tanpa pegangan “kebenaran”, dan hal seperti itu telah menyebabkan manusia terasing di dunianya sendiri.  Maka kemudian, muncullah Socrates, yang jejaknya diikuti oleh Plato dan Aristoteles. Menurut mereka tidak semua kebenaran relatif, ada kebenaran yang umum, yang mutlak benar bagi siapapun. Kebenaran ini disebut idea oleh Plato, dan definisi oleh Aristoteles.
  • 6. Islam tentu saja menentang paham sofisme dengan segala macam bentuk reinkarnasinya (skeptisisme atau relativisme). Dari sejak awal surat, al-Qur`an mengajarkan agar manusia mencari kebenaran, karena kebenaran itu ada, dan kesalahan pun beserta orang-orang yang salahnya juga ada.  Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.  Nabi Muhammad saw, sebagai insan biasa, yang terkadang ragu dengan propaganda sofisme dari musuh-musuhnya pun diingatkan Allah swt:  Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
  • 7.  Ilmu diperoleh oleh manusia dengan berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat.  Menurut Jujun S. Suriasumantri, pada dasarnya terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.  Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio, dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman.  Yang pertama disebut paham rasionalisme, dan yang kedua disebut paham empirisme. Pengetahuan jenis pertama disebut logis, dan pengetahuan jenis kedua disebut empiris.
  • 8. Kerjasama rasionalisme dan empirisme melahirkan metode sains (scientific method), dan dari metode ini lahirlah pengetahuan sains (scientific knowledge) yang dalam bahasa Indonesia sering disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan sains ini adalah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris. Jadi tidak hanya logis saja yang menjadi andalan kaum rasionalis, tapi juga harus empiris yang menjadi andalan kaum empiris. Kalau ternyata pengetahuan tersebut hanya bersifat logis, tidak empiris, pengetahuan tersebut akan disebut pengetahuan filsafat, bukan pengetahuan sains/ilmiah. Kerjasama dari rasionalisme-empirisme ini kemudian melahirkan paham positivisme, yakni paham yang menyatakan bahwa segala pengetahuan yang ilmiah harus dan pasti dapat “terukur”. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat diukur dengan timbangan.
  • 9. Di samping rasionalisme dan empirisme, masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lain.  menurut Jujun adalah intuisi dan wahyu.  Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai di situ. Inilah yang disebut intuisi.  Sementara wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya di setiap zaman. Menurut Jujun, agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan manusia sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah- masalah yang bersifat transendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal- hal yang gaib (supernatural). Akan tetapi pengetahuan jenis ini banyak tidak diakui oleh para ilmuwan yang kurang berpihak pada agama, seiring dibatasinya pengetahuan ilmiah pada logis-empiris.
  • 10. Peradaban Barat membedakan pengetahuan ke dalam dua istilah teknis, yaitu science dan knowledge.  Istilah yang pertama diperuntukkan bagi bidang- bidang ilmu fisik atau empiris,  sedangkan istilah kedua diperuntukkan bagi bidang- bidang ilmu nonfisik seperti konsep mental dan metafisika. Istilah yang pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan ilmu pengetahuan,  sementara istilah kedua diterjemahkan dengan pengetahuan saja. Dengan kata lain, hanya ilmu yang sifatnya fisik dan empiris saja yang bisa dikategorikan ilmu, sementara sisanya, seperti ilmu agama, tidak bisa dikategorikan ilmu (ilmiah).
  • 11. Islam tentu saja tidak mengenal pemenggalan zaman menjadi abad klasik, pertengahan dan modern. Karena di Islam tidak pernah terjadi tarik-ulur yang dahsyat antara akal dan iman, atau antara kekuasaan dunia dan kekuasaan agama. Islam juga tidak mengenal renaissance yang ditandakan dengan terbebasnya alam pikiran manusia dari kungkungan penguasa agama. Karena dari sejak awal kelahirannya, antara agama, akal dan indera, ketiganya berjalin kelindan dengan sangat baik. Konsekuensinya, tidak akan ditemukan dalam khazanah pemikiran Islam pergeseran definisi ilmu seperti yang terjadi di dunia Barat. Dari sejak awal dan sampai sekarang, ilmu dalam Islam mencakup bidang-bidang fisik juga bidang-bidang nonfisik.
  • 12. Istilah yang digunakannya pun dari sejak awal tidak berubah, yakni „ilm. Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, penggunaan istilah „ilm itu sendiri, sangat terpengaruh oleh pandangan dunia Islam (Islamic worldview):  Pengetahuan dalam bahasa Arab digambarkan dengan istilah al- ‟ilm, al-ma‟rifah dan al-syu‟ûr (kesadaran). Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Tuhan. Julukan-julukan yang dikenakan kepada Tuhan adalah al-‟Âlim, al-‟Alîm dan al-‟Allâm, yang semuanya berarti Maha Mengetahui; tetapi Dia tidak pernah disebut al-‟Ârif atau al-Syâ‟ir.  Akan tetapi berkaitan dengan pertanyaan apa itu pengetahuan, menurut Wan Daud, sekarang ini umat Islam menyadari bahwa mendefinisikan ilmu (pengetahuan) secara hadd adalah mustahil. al-Attas dalam hal ini menjelaskan bahwa ilmu merupakan sesuatu yang tidak terbatas (limitless) dan karenanya tidak memiliki ciri- ciri spesifik dan perbedaan khusus yang bisa didefinisikan. Lagi pula, al-Attas menjelaskan, pemahaman mengenai istilah „ilm selalu diukur oleh pengetahuan seseorang mengenai ilmu dan oleh sesuatu yang jelas baginya. Ketika medan ilmu pada faktanya sangat luas, maka pengetahuan seseorang terhadapnya sangat terbatas. Oleh karena itu pasti pemahaman ilmu dari masing- masing orang akan terbatas.
  • 13.  Konsekuensinya, Islam tidak mengenal dikotomi ilmu; yang satu diakui, yang lainnya tidak. Yang logis-empiris dikategorikan ilmiah, sedangkan yang berdasarkan pada wahyu tidak dikategorikan ilmiah. Semua jenis pengetahuan, apakah itu yang logis- empiris, apalagi yang sifatnya wahyu (revelational), diakui sebagai sesuatu yang ilmiah. Dalam khazanah pemikiran Islam yang dikenal hanya klasifikasi (pembedaan) atau diferensiasi (perbedaan), bukan dikotomi seperti yang berlaku di Barat.
  • 14. Al-Ghazali misalnya membagi ilmu dari aspek ghard (tujuan/kegunaan) pada syar‟iyyah dan ghair syar‟iyyah. Syar‟iyyah yang dimaksudkan al-Ghazali adalah yang berasal dari Nabi saw, sedangkan ghair syar‟iyyah adalah yang dihasilkan oleh akal seperti ilmu hitung, dihasilkan oleh eksperimen seperti kedokteran, atau yang dihasilkan oleh pendengaran seperti ilmu bahasa.  Berkaitan dengan pembagian ilmu dalam Islam seperti di atas, Oliver Leaman menjelaskan, umat Islam membagi ilmu ke dalam model seperti itu disebabkan al-Qur`an menjelaskan bahwa bidang pengetahuan itu ada dua; yang tampak dan yang gaib. Yang tampak dapat diketahui oleh manusia dan juga merupakan objek kajian sains, sedangkan alam gaib, meskipun dapat diketahui dengan cara yang berbeda, merupakan wilayah wahyu. Hal ini dapat dimengerti mengingat tidak adanya bukti fisik yang bisa diterima ihwal alam gaib.  Oliver Leaman menjelaskan lebih lanjut, berdasar pada acuan al- Qur`an inilah maka kemudian ilmu pengetahuan dalam Islam ada dua jenis: „Ilm yang mengungkap „âlam syahâdah atau alam yang sudah diakrabi dan terpapar dalam sains alam; dan ma‟rifah yang mendedahkan „âlam al-ghâ`ib atau alam yang tersembunyi dan karenanya lebih dari sekadar pengetahuan proposisional (propositional knowledge). Cara memperoleh pengetahuan jenis
  • 15.  Klasifikasi seperti ini penting untuk diterapkan agar tidak terjadi “kekacauan ilmu”. Ketika agama diukur oleh akal dan indera (induktif), maka yang lahir adalah sofisme modern. Sehingga adanya Ahmadiyah dan aliran-aliran sesat tidak dipahami sebagai sebuah “kesalahan”, melainkan sebuah pembenaran bahwa Islam itu warna-warni. Demikian juga, ketika sains dicari-cari pembenarannya dari dalil-dalil agama, maka yang lahir kelak pembajakan dalil-dalil agama. Sehingga langit yang tujuh dipahami sebagai planet yang jumlahnya tujuh, seperti pernah dikemukakan oleh sebagian filosof Muslim di abad pertengahan.  Wal-’Llahu a’lam bis-shawab.