AKUNTANSI KEUANGAN 2
EQUITY
TUJUAN PEMBELAJARAN
Membahas karakteristik bentuk dari organisasi perseroan.
Menjelaskan komponen utama dari ekuitas pemegang saham.
Menjelaskan prosedur akuntansi untuk penerbitan saham.
Menjelaskan akuntansi untuk saham treasuri.
5. Menjelaskan akuntansi dan pelaporan saham preferen.
6. Menjelaskan kebijaksanaan yang digunakan dalam pembagian dividen.
7. Mengidentifikasi berbagai bentuk pembagian dividen.
8. Menjelaskan akuntansi untuk dividen saham kecil dan besar, dan untuk pemecahan saham.
9. Menunjukkan bagaimana menyajikan dan menganalisis ekuitas pemegang saham.
jangan lupa like & share ya ;)
Poin-poin yang dibahas :
1. Pengertian Penjualan cicilan
2. Pengakuan & Metode Penetapan Laba Kotor
3. Penjualan Cicilan Barang dagang
4. Contoh Soal dan Pelaporan Transaksi
5. Perputaran Piutang
6. Pembatalan dan kepemilikan kembali
terima kasih,
Hasan Romadon
D3 Akuntansi STIE Kusuma Negara
AKUNTANSI KEUANGAN 2
EQUITY
TUJUAN PEMBELAJARAN
Membahas karakteristik bentuk dari organisasi perseroan.
Menjelaskan komponen utama dari ekuitas pemegang saham.
Menjelaskan prosedur akuntansi untuk penerbitan saham.
Menjelaskan akuntansi untuk saham treasuri.
5. Menjelaskan akuntansi dan pelaporan saham preferen.
6. Menjelaskan kebijaksanaan yang digunakan dalam pembagian dividen.
7. Mengidentifikasi berbagai bentuk pembagian dividen.
8. Menjelaskan akuntansi untuk dividen saham kecil dan besar, dan untuk pemecahan saham.
9. Menunjukkan bagaimana menyajikan dan menganalisis ekuitas pemegang saham.
jangan lupa like & share ya ;)
Poin-poin yang dibahas :
1. Pengertian Penjualan cicilan
2. Pengakuan & Metode Penetapan Laba Kotor
3. Penjualan Cicilan Barang dagang
4. Contoh Soal dan Pelaporan Transaksi
5. Perputaran Piutang
6. Pembatalan dan kepemilikan kembali
terima kasih,
Hasan Romadon
D3 Akuntansi STIE Kusuma Negara
Evaluasi alternatif dan pembelian
Perilaku setelah pembelian
Jenis keputusan membeli konsumen dan keterlibatannya
Implikasi pemasaran atas keterlibatan
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
1. HUTANG DAN SAHAM PREFEREN
Nama : Kartika Aji Lukitasari
NIM : 135020201111085
2. A. Instrumen-Instrumen Pembiayaan
Hutang Jangka Panjang
1. Obligasi (bond) Surat promes jangka panjang yang simpel.
2. Hipotek (mortagage) Pinjaman jangka panjang dengan jaminan harta tak bergerak.
3. Debenture (obligasi tanpa jaminan) Obligasi jangka panjang yang tidak dijamin
dengan harga tak bergerak tertentu.
4. Indenture Hubungan jangka panjang antara kreditor dan debitor dari sebuah
promes jangka panjang ditetapkan dalam suatu dokumen.
5. Wali (trustee) untuk memperlancar komunikasi antara pihak emiten dan para
pemegang obligasi yang kadang-kadang bisa berjumlah ribuan orang, diciptakan
struktur perwalian (trusteeship) untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi.
6. Persyaratan opsi tarik (call provision) Perusahaan emiten diberikan hak ntuk
menebus kembali obligasinya. Persyaratan ini secara umum menetapkan bahwa
perusahaan harus membayar jumlah tebusan di atas nilai nominal obligasi, jumlah
lebih ini didefinisikan sebagai premi opsi tarik (call premium).
7. Dana cadangan pelunasan hutang (sinking fund) Fasilitas yang secara berkala
ditujukan untuk menebus obligasi perusahaan.
8. Hutang berdana (funded debt) Hutang berdana tidak lain hanyalah isitilah bidang
keuangan, yang artinya hutang jangka panjang.
3. B. Obligasi Dengan Jaminan (Secured
Bonds)
• Prioritas klaim Hipotik senior memiliki klaim yang didahulukan
atas aktiva dan laba perusahaan. Misalnya hipotik senior dari
perusahaan kereta api, kalimnya atas tanah dan aktiva perusahaan
kereta api menduduki urutan pertama.
• Hak untuk mengemisikan surat berharga tambahan Obligasi
hipotik dapat diklasifikasikan dalam kaitannya dengan hak untuk
menerbitkan obligasi tambahan, yang dijamin dengan aktiva
perusahaan yang sama. Yaitu hipotik tertutup, terbuka, dan terbuka
yang terbatas.
• Lingkup hak-gadai (scope of the lien) Hak gadai ditetapkan
terhadap aktiva perusahaan tertentu. Untuk hak gaddai khusus,
jaminan hipotik pertama dan hipotik kedua merupakan aktiva
perusahaan yang ditentukan secara khusus pula. Sebaliknya, jenis
hipotik lain, yaitu hipotik umum (blanket mortagage) dijamin oleh
seluruh aktiva tak bergerak yang dimiliki oleh perusahaan.
4. C. Obligasi Tanpa Jaminan (Unsecured
Bonds)
1. Debenture Debenture merupakan salah satu bentuk utama hutang tanpa jaminan, dimana
tidak ada hak gadai yang diikatkan ke aktiva tertentu perusahan emiten obligasi. Penggunaan
debenture tergantung pada jenis dari perusahaan yang ada dan kekuatan kredit perusahaan secara
umum. Sebuah perusahaan yang memiliki posisi kredit sangat kuat mempunyai kemampuan untuk
menerbitkan debenture. Sebaliknya jika posisi kreditnya sangat lemah, sehingga tak ada aktiva
yang tersisa untuk ditanggungkan, perusahaan tidak mempunyai pilihan lainnya selain debenture,
semua aktivanya telah dibebani.
2. Debenture yang disubordinasi (subordinated debentures) Hutang bersubordinasi memiliki klaim
yang prioritasnya nomor dua setelah hutang bukan subordinasi manakala perusahaan itu
dilikuidasi. Debentrure dapat disubordinasi di bawah wesel bayar biasanyapinjaman bank atau
dibawah hutang lainnya.
3. Obligasi pendapatan (income bonds) Diterbitkan pada saat suatu perusahaan mengalami
kesulitan keuangan dan dari sejarah perkembangannya, tidak mungkin mampu memenuhi biaya
tetap diwaktu akan datang, secara lebih umum, obligasi pendapatan ini merupakan alat hutang
yang memberi kelonggaran pada saat laba perusahaan tidak cukup untuk membayar hutangnya.
4. FRN (floating rate notes-suku bungan mengambang) FRN adalah suatu alat yang dikembangkan
untuk mengurangi risiko suku bunga yang tinggi tetapi mudah berubah. Suku bunga FRN ini akan
bervariasi di atas suku bunga jangka panjang atau jangka pendek yang ditetapka departemen
keuangan AS. Suku bunga FRN biasanya tetap atau dijamin melebihi jumlah minimum yang
ditetapkan untuk pertama kalinya, dan kemudian disediakan cara berkala dengan perkembangan
tingkat bungan dari departemen keuangan AS.
5. D. Nilai Obligasi Dan Fluktuasinya
• Bahwa kepekaan harga obligasi terhadap suku bunga bukan tergantung pada
periode jatuh temponya saja, tetapi juga pada pola yang pasti dari arus kas yang
dijanjikan kepada para investor.
Tenggang waktu (duration)
Secara formal adalah sebagai persentase perubahan dari harga sebuah obligasi
dalam kaitannya dengan persentase perubahan dari suku bunga, jadi tenggang
waktu dapat dikatakan sebagai ukuran elastisitas harga.
Dimana,
Duri = ukuran tenggang waktu untuk obligasi ke-i
B = nilai sekarang dari obligasi
Kb = tingkat hasil pengembalian pasar dari obligasi dengan
risiko yang sama.
Implikasi tentang waktu bagi para manajer keuangan adalah, mereka perlu
memperhatikan tidak hanya saat jatuh tempo obligasi tetapi juga pola arus kas
obligasi agar diperoleh penilaian yang akurat dari kepekaan terhadap fluktuasi
suku bunga.
6. E. Biaya Hutang Jangka Panjang
• Dalam menghitung nilai obligasi, tarif diskonto
yang kita gunakan adalah tingkat hasil
pengembalian atas obligasi, yang bagi
penerbit obligasi merupakan biaya hutang
jangka panjang.
7. F. Karakteristik Hutang Jangka Panjang
• Dalam segi risiko, hutang dipandang lebih menguntungkan
dibangding saham biasa atau saham preferen karena
hutang memberi prioritas dalam hal laba dan juga dalam
hal likuidasi. Hutang juga memiliki masa jatuh tempo yang
pasti dan dilindungi oleh akat (covenants) dari indenture.
• Dalam segi laba, para pemegang obligasi memiliki hasil
pengembalian tetap, kecuali dalam kasus obligasi
pendapatan (income bonds) atau surat hutang dengan suku
bunga mengambang. Pembayaran bungan tidak tergantung
pada tingkat laba perusahaan atau suku bunga pasar yang
sedang berlaku.
• Dalam segi kendali, pemegang obligasi biasanya tidak
memiliki hak suara.
8. G. Keputusan Dalam Penggunaan
Hutang Jangka Panjang
• Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keputusan tentang penggunaan hutang
modal sebagai berikut.
1. Berapa rasio optimal dari total hutang terhadap total aktiva?
mempertimbangkan penggalian modal eksternal yang baru dan harus memilih
antara hutang atau saham
2. Berapa bauran terbaik antara hutang jangka pendek dengan hutang jangka
panjang? hutang jangka pendek merupakan strategi dengan risiko rendah
karena baik laba operasi maupun suku bunga pasar cenderung naik jika keadaan
perekonomian membaik dan turun jika terjadi resesi. penggunaan hutang jangka
panjang dan berbungan tetap akan lebih agresif karena laba akan lebih tinggi
dalam perekonomian yang baik dan menurun tajam dalam perekonomian resesi.
3. Apakah suku bunga harus tetap atau bervariasi? Hutang dengan suku bunga
bervariasi lebih merupakan alat yang konservatif sepanjang suku bunganya
berkorelasi positif dengan kondisi-kondisi pasar secara umum. Jika sampai
mengalami korelasi negatif antara suku bunga dan laba perusahaan, hutang
dengan suku bunga bervariasi akan menjadi strategi hutang yang lebih berisiko.
4. Apakah hutang harus diberi jaminan atau tidak? Jika aktiva dapat dilikuidasi
mendekati nilai pasarnya atau perusahaan tidak terlalu merugi, sebaiknya
perusahaan memakai bentuk hutang dengan jaminan. Tetapi jika aktiva hanya
dinilai tidak melebihi nilai residunya, maka hutang tetap dalam bentuk hutang
tanpa jaminan.
9. H. Hakikat Saham Preferen
• Saham preferen memiliki klaim dan hak di atas hak
dan klaim saham biasa, tetapi di bawah obligasi.
• Keistimewaan saham ini terletak dalam klaim atas
laba perusahaan, klaim atas aktiva juka perusahaan
mengalami likuidasi, atau posisi yang lebih istimewa
dalam hal laba dan aktiva perusahaan.
• Arus deviden dari saham preferen.
10. I. Persyaratan Utama Emisi Saham
Preferen
• Prioritas terhadap aktiva dan laba Saham preferen,
biasanya memiliki prioritas yang berkaitan denganlaba dan
aktiva perusahaan. Pertama bahwa tanpa persetujuan
pemegang saham preferen tidak boleh diterbitkan surat-surat
berharga yang mempunyai hak kalim yang lebih besar atau
sama. Yang kedua adalah adanya laba yang ditahan.
Perusahaan harus memiliki jumlah minimum laba ditahan
sebelum dividen saham biasa boleh dibagikan.
• Nilai nominal Saham preferen biasanya memiliki nilai
nominal yang secara kualitas mempunyai arti tersendiri,
pertama, nilai nominal itu merupakan jumlah uang yang akan
diterima pemegang saham preferen jika perusahaan
mengalami likuidasi. Kedua, dividen saham preferen seringkali
dinyatakan dalam suatu persentase dari nilai nominal.
11. • Dividen kumulatif Dividen kumulatif artinya bahwa seluruh dividen
saham preferen yang belum terlunasi harus diselesaikan sebelum
perusahaan membayar dividen saham biasa. Seandanya saham preferen
tidak memiliki fasilitas kumulatif, dividen sahamnya mungkin saja tidak
dibayarkan selama beberapa tahun.
• Masalah pertukaran Sekitar 40 persen dari jumlah keseluruhan saham
prefern yang diemisikan selama beberapa tahun terakhir dapat ditukar
menjadi saham biasa.
• Beberapa ketentuan yang kurang umum. Hak suara, Berpartisipasi, Dana
cadangan perlunasan hutang, Jatuh tempo, Fasilitas opsi tarik, Tingkat
dividen yang luwes.
• Pengambilan keputusan untuk penggunaan saham preferen Sebagai
surat berharga campuran, saham preferen ini berada dalam posisi yang
menguntungkan antara posisi saham biasa dengan posisi hutang. Saham
preferen dapat memberikan suatu kompromi yang baik. Penggunaan saham
ini akan sangat menguntungkan jika perusahaan telah memiliki rasio hutang
yang cukup tinggi dinilai dari standar rasio industri yang maksimal. Saham
preferen juga dapat merupakan bentuk pembiayaan yang disengangi
walaupun pembiayaan melalui jenis hutang ternyata penuh risiko.
12. • Evaluasi saham preferen
Keunggulan saham preferen bagi
investor
Saham preferen memberikan
hasil yang relatif stabil.
Dalam kasus likuidasi,
pemegang saham preferen
lebih diprioritaskan dibanding
pemegang saham biasa.
Banyak perusahaan lebih
senang menginvestasikan uang
ke dalam saham preferen,
karena 85 persen dividen yang
dihasilkan tidak terkena pajak.
Kelemahannya
Meskipun para pemegang saham
preferen kurang terpengaruh oleh
risiko kepemilikan perusahaan.
Fluktuasi harga saham preferen
lebih besar dibanding harga
obligasi.
Para pemegeang saham preferen
tidak mempunyai hak paksa atas
dividen.
Jumlah akumulatif dividen yang
tertunggak, yang diselesaikan
dengan pembayaran kas tidak
sebanding dengan jumlah yang
terhutang.
13. • Alasan adanya berbagai jenis surat berharga Karena investor yang beragam
minat serta kepentingannya akan mempunyai preferensi yang berbeda pula, dan
surat berharga perusahaan dapat memasuki pasar secara luas. Jika dikelola dengan
baik, emisi surat berharga yang beranekaragam itu akan memperkecil biaya
keseluruhan modal di bawah biaya modal seharusnya yang diperlukan seandainya
perusahaan hanya mengemisikan satu jenis surat hutang dan saham biasa saja.
• Penarikan kembali hutang atau saham preferen Hampir seluruh emisi obligasi
publik dan emisi saham preferen memiliki fasilitas opsi tarik sehingga, jika
diperlukan dapat dilakukan “pakasaan” untuk menarik kembali surat berharga
mereka dengan premi opsi tarik. Namun ada dua masalah tambahan yang esensial.
Pertama, kita harus mempertimbangkan fakta bahwa penarikan kembali hutang
akan sedikit mengubah struktur modal perusahaan karena nilai pasar dari emisi
hutang baru melebihi nilai pasar dari hutang yang ada. Masalah yang kedua yaitu
hutang yang dapat ditarik sebaiknya tidak dijual dengan harga yang melebihi harga
opsi tarik ditambah premi yang kurang lebih sama dengan biaya penerbitan
sewaktu memanfaatkan fasilitas opsi tarik.
14. J. Keputusan Pendanaan Kembali
(Refunding Decisions)
Memilih tingkat diskonto untuk pendanaan
kembali obligasi
Pendanaan kembali pada waktu suku bungan
naik
15. Memilih Tingkat Diskonto Untuk
Pendanaan Kembali Obligasi
• Pendanaan kembali obligasi yang sering dilakukan pada saat terjadi
fluktuasi dalam suku bunga, mungkin akan memberikan manfaat dalam
arus kas bagi perusahaan di waktu yang akan datang, karena menurunnya
bunga obligasi yang harus dibayar.
• NPV dari pendanaan kembali obligasi dapat dinyatakan:
Dimana,
• T= tarif pajak penghasilan badan usaha
• RC = biaya pendanaan kembali
• r1 = suku bunga dari obligasi lama
• r2 = suku bunga dari obligasi baru
• D = nilai pari hutang
• n = sisa umur dari masa jatuh tempo dari obligasi lama
• AD = hutang tambahan yang dibutuhkan untuk membayar biaya dari
pendanaan kembali
16. Pendanaan Kembali Pada Waktu
Suku Bungan Naik
• Pada waktu suku bunga rendah, kita berpeluang untuk menghemat bunga.
• Jika suku bunga naik, kita berpeluang membeli obligasi dengan diskonto.
Dimana,
• T= tarif pajak penghasilan badan usaha
• RC = biaya pendanaan kembali
• r1 = suku bunga dari obligasi lama
• r2 = suku bunga dari obligasi baru
• D = nilai pari hutang
• n = sisa umur dari masa jatuh tempo dari obligasi lama
• AD = hutang tambahan yang dibutuhkan untuk membayar biaya dari pendanaan
kembali
• p = harga dari obligasi dengan diskonto yang dinyatakan sebagai rasio desimal dari nilai
parinya
• M = jumlah tahun yang dapat dipakai sebagai dasar amortisasi dari keuntungan kena
pajak
17. K. Obligasi dan Valuasinya
• Obligasi adalah kontrak jangka panjang
dimana peminjam dana setuju untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman pada
tanggal tertentu kepada pemegang obligasi
tersebut.
• Jenis obligasi utama ada 4, obligasi
pemerintah, obligasi perusahaan, obligasi
pemerintah daerah, obligasi luar negeri.
18. Karakteristik Utama Obligasi
1. Nilai pari (nilai nominal dari suatu obligasi)
2. Tingkat bunga kupon. Ada pembayaran kupon (jumlah bunga yang ditentukan untuk
dibayar setiap periodenya, umumnya setiap 6 bulan), dan tingkat bunga kupon
(tingkat bunga tahunan yang dinyatakan dalam suatu obligasi), obligasi denga tingkat
bunga mengambang (obligasi yang tingkat suku bunganya berfluktuasi sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada tingkat suku bunga secara umum), obligasi dengan
kupon nol (obligasi yang tidak membayarkan bunga tahunan tetapi dijual dengan
diskon dibawah nilai pari, sehingga memberiikan kompensasi kepada para
investornya dalam bentuk apresiasi modal, obligasi dengan diskon penerbitan awal
(semua obligasi yang pada awalnya ditawarkan dengan harga dibawah nilai parinya).
3. Tanggal jatuh tempo (tanggal tertentu dimana nilai pari dari suatu obligasi harus
dibayar kembali), waktu jatuh tempo awal (jumlah tahun hingga tanggal jatuh tempo
sejak obligasi diterbitkan).
4. Provisi penebusan (provisi dalam kontrak obligasi yang memberi pihak penerbitnya
hak untuk menebus obligasi dengan syarat-syarat tertentu sebelum tanggal jatuh
tempo normal).
5. Dana pelunasan (provisi dalam sebuah kontrak obligasi yang mengharuskan emiten
setiap tahun membayar kembali sebagaian dari obligasi yang diterbitkan).
6. Fitur lain. Obligasi yang dapat dikonversi, waran, obligasi yang dapat dijual, obligasi
pendapatan, obligasi indeks.
19. Valuasi Obligasi
• Nilai dari setiap aktiva keuangan-saham, obligasi, sewa guna usaha, gedung, apartemen,
mesin, hanyalah nilai sekarang dari arus kas yang diperkirakan akan dapat dihasilkan
oleh aktiva tersebut.
Dimana,
• INT = jumlah bunga yang dibayarkan tiap tahunnya.
• N = jumlah tahun sebelum obligasi jatuh tempo.
• Kd = tingkat suku bunga pasar obligasi,
• M = nilai pari
• Perubahan nilai obligasi dari waktu ke waktu Pada saat kupon obligasi diterbitkan,
pada umumnya kupon tersebut akan ditentukan pada suatu tingkat yang akan
menyebabkan harga pasar obligasi menjadi sama dengan parinya. Suatu obligasi yang
baru saja diterbitkan dikenal dengan sebutan penerbitan baru. Setelah berada selama
beberapa waktu di pasar , obligasi tersebut akan diklasifikasikan sebagai obligasi yang
beredar, atau obligasi juga penerbitan lama. Obligasi yang baru saja diterbitkan umunya
dijual sangat mendekati nilai parinya. Kecuali untuk obligasi dengan tingkat bunga
mengambang, pembayan kupon berjalan secara konstan. Pemegang obligasi dapat
mengalami kerugian modal atau menghasilkan modal, tergantung pada apakah tingkat
suku bunga mengalami kenaikan atau penurunan setelah obligasi dibeli.
20. Imbal Hasil Obligasi
• Imbal hasil obligasi akan bervariasi dari hari ke hari
tergantung pada kondisi pasar saat ini. Menghitung
imbal hasil tersebut dapat dengan 3 cara yang berbeda.
a. Imbal hasil saat jatuh tempo Tingkat pengembalian
yang diperoleh dari suatu obligasi jika obligasi
tersebut dimiliki hingga jatuh tempo.
b. Imbal hasil saat penebusan Tingkat pengembalian
yang diperoleh dari suatu obligasi jika ditebus
sebelum tanggal jatuh temponya.
c. Imbal hasil saat ini Pembayaran bunga tahunan
suatu obligasi dibagi dengan harga obligasi saat ini.
21. Obligasi Dengan Kupon Setengah
Tahunan
• Meskipun beberapa obligasi membayarkan
bungan secara tahunan, mayoritas sebenarnya
membayarkan bungan secara setengah
tahunan. Untuk mengevaluasi obligasi
setengah tahunan, kita harus memodifikasi
model valuasi menjadi sebagai berikut.
22. Menilai Tingkat Risiko Suatu Obligasi
• Risiko tingkat suku bunga Risiko terjadinya penurunan harga
suatu obligasi akibat adanya kenaikan tingkat suku bunga.
• Risiko tingkat investasi kembali Risiko bahwa adanya penurunan
pada tingkat suku bunga akan mengarah pada terjadinya penurunan
pendapatan dari suatu portofolio obligasi.
• Membandingkan risiko tingkat suku bunga dan risiko tingkat
investasi kembali Cakrawala investasi adalah jangka waktu yang
direncanakan oleh investor untuk memiliki suatu investasi tertentu.
Perubahan yang kecil sekalipun pada tingkat suku bunga dapat
memberikan dampak yang besar pada harga-harga sekuritas jangka
panjang. Konsekuensinya, investor dengan cakrawala investasi yang
lebih singkat akan melihat obligasi jangka panjang sebagai investasi
berisiko. Sebaliknya, obligasi jangka pendek cenderung lebih
berisiko daripada obligasi jangka panjang untuk investor yang
memiliki cakrawala investasi lebih lama.
23. L. Risiko Gagal Bayar
• Suatu risiko penting lainnya yang dihubungkan dengan obligasi adalah risiko gagal
bayar. Jika emiten mengalami gagal bayar, investor akan menerima jumlah yang
lebih kecil daripada pengembalian obligasi yang sebelumnya dijanjikan. Oleh
karena itu, investor perlu menilai risiko gagal bayar obligasi terlebih dahulu
sebelum melakukan pembelian.
Berbagai jenis obligasi perusahaan.
1. Obligasi hipotek Obligasi yang dijamin oleh aktiva tetap. Obligasi hipotek
pertama memiliki pritoritas yang lebih tinggi/senior daripada klaim obligasi
hipotek kedua.
2. Obligasi tanpan jaminan subordinasi Suatu obligasi yang memiliki klaim atas
aktiva hanya setelah utang senior telah dibayar penuh ketika terjadi likuidasi.
Peringkat obligasi
1. Obligasi layak investasi Obligasi-obligasi yang berperingkat triple-B atau lebih
tinggi. Kebanyakan bank dan investor institusional hanya diizinkan oleh hokum
untuk memiliki obligasi layak investasi
2. Obligasi sampah Obligasi risiko tinggi, imbal hasil tinggi.
Kriteria peringkat obligasi Perusahaan dengan rasio utang yang lebih rendah,
rasio arus kas bebas terhadap utang yang lebih tinggi, tingkat pengembalian dari
modal diinvestasikan yang lebih tinggi, rasio cakupan EBITDA yang lebih tinggi, dan
rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) yang lebih tinggi umumnya akan memiliki
peringkat obligasi yang juga lebih tinggi.
24. Pentingnya peringkat obligasi Pertama karena peringkat obligasi adalah indicator
dari risiko gagal bayarnya. Yang kedua, kebanyakan obligasi dibeli oleh investor
institusional daripada individual, dan banyak institusi dibatasi hanya beriventasi pada
sekuritas yang layak investasi.
Perubahan dalam peringkat Perubahan dalam peringkat obligasi suatu perusahaan
akan mempengaruhi pada baik kemampunannya untuk meminjam modal jangka
panjang maupun biaya modal tersebut. Agen-agen pemeringkat akan meninjau
obligasi yang beredar secara berkala, dimana kadang-kadang agen tersebut
meningkatkan atau menurunkan peringkat suatu obligasi sebagai hasil dari
perubahan kondisi yang dialami oleh emitennya.
Kepailitan dan reorganisasi Ketika suatu bisnis menjadi bangkrut, maka artinya
bisnis itu tidak lagi memiliki cukup uang untuk memenuhi kewajiban pembayaran
bunga dan pokok pinjamannya. Harus diambil keputusan mengenai apakah akan
menutup perusahaan melalui likuidasi atau mengizinkannya melakukan reorganisasi
sehingga dapat terus bertahan hidup.
Kedua keputusan itu bergantung pada apakah nilai perusahaan setelah reorganisasi
kemungkinan akan lebih besar dibandingkan dengan nilai dari berbagai aktiva
perusahaan jika aktiva tersebut dijual secara per bagian. Dalam suatu reorganisasi,
kreditor perusahaan akan melakukan negoisasi dengan manajemen mengenai
persyaratan-persyaratan dari potensi reorganisasi. Sedangkan likuidasi terjadi jika
perusahaan dipandang telah sulit untuk diselamatkan. Jika perusahaan terlihat lebih
berharga dalam keadaan mati daripada hidup. Apabila pengadilan kepailitan telah
memerintahkan dilakukannya likuidasi, maka semua aktiva perusahaan akan dijual
dank as yang diterima akan didistribusikan sebagaimana telah dinyatakan dalam bab
7 undang-undang kepailitan.