SlideShare a Scribd company logo
HUBUNGAN TANAH AIR DAN TANAMAN 
Download versi lengkap di sertai gambar dan rumus Klik disini 
I. PENDAHULUAN 
Pertumbuhan tanaman tergantung pada penggunaan dua sumber alam penting, tanah dan 
air. Tanah memberikan kebutuhan dukungan mekanis dan hara bagi pertumbuhan tanaman. Air 
perlu sekali bagi proses kehidupan tanaman. 
Manajemen yang efektif dari sumber-sumber ini bagi produksi tanaman memerluka n 
pemahaman hubungan diantara tanah, air, dan tanaman bagi. Pengetahuan tentang lengas tanah 
tersedia dan tekstur tanah akan lebih mudah membuat keputusan mengenai tanaman apa yang akan 
ditanam dan kapan diairi. Suhubungan itu akan difokuskan penelaahaan terhadap karakteristik 
fisik tanah, interaksi tanah dan air, dan bagaimana tanaman menggunakan air. 
II. KARAKTERISTIK FISIS TANAH 
Ada banyak variabel dalam karakteristik fisis tanah. Ini meliputi tekstur tanah, struktur 
tanah, kerapatan lindak tanah (soil bulk density), dan porositas tanah. Variabel-variabel ini 
semua mempunyai pengaruh terhadap bagaimana tanah, air, dan udara berinteraksi. 
Komposisi Tanah 
Tanah adalah campuran dari bahan mineral, bahan organik, dan pori-pori. Bahan minera l 
kira-kira menyusun setengah dari total volume tanah. Bahan mineral terdiri dari partikel-part ike l 
mineral kecil baik pasir (sand), debu (silt), atau liat (clay). Bahan organik terbuat dari substansi 
tanaman dan hewan yang membusuk dan tersebar di dalam dan di antara partikel-part ike l
mineral. Bahan organik menyebabkan kira-kira 1 hingga 5 % dari keseluruhan susunan 
tanah. Kombinasi mineral dan bahan organik doimaksudkan sebagai bahan padat (solid). Pori-pori, 
ruang yang terjadi sekeliling partikel-partikel mineral, adalah penting karena pori-pori ini 
menyimpan udara dan air dalam tanah. Kira-kira 50 % dari susunan tanah adalah pori-pori. 
Kerseluruhan komposisi tanah adalah 45 hingga 49 % partikel-partikel mineral, 1 hingga 5 
% bahan organik, 50 % pori-pori. Gambar 1 memperlihatkan kira-kira hubungan di 
antara substansi dalam komposisi tanah dengan komposisi dengan ruang pori-pori diperlihatka n 
terbagi di antara udara dan air. 
Tekstur Tanah 
Tekstur tanah ditentukan oleh ukuran partikel-partikel yang menyusun tanah. Metode 
tardisional penentuan ukuran partikel tanah adalah dengan memisahkan partikel-partikel ke dalam 
tiga kisaran ukuran. Fraksi-fraksi tanah ini adalah pasir (sand), debu (silt), atau liat 
(clay). Biasanya, hanya partikel-partikel lebih kecil dari 2 mm ukurannya dikatagorikan sebagai 
partikel-partikel tanah. Partikel yang lebih besar dari ini dikatogorikan sebagai kerikil, batu, atau 
batu besar (boulder). 
Ukuran partikel partikel pasir berkisar dari 2 mm hingga 0.05 mm. Ada sub katagori yang 
diberikan ke dalam kisaran ini yang meliputi pasir kasar, sedang, dan halus. Partikel-partikel debu 
ukurannya berkisar dari 0.05 mm ke bawah hingga 0.02 mm. Penampilan fisik dari dari debu 
adalah banyak menyerupai pasir, tetapi karakternya lebih menyerupai liat. 
Partikel-partikel liat kurang dari 0.02 mm ukurannya. Liat adalah fraksi-fraksi tanah 
penting karena ia mempunyai pengaruh paling banyak terhadap perilaku tanah seperti kapasitas 
memegang air (water-holding capacity). Partikel liat dan debu tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tekstur tanah ditentukan oleh nisbah massa, atau persen bobot dari tiga fraks i 
tanah. Segitiga tekstur tanah, Gambar 2, memperlihat klas tekstur berbeda dan persentase bobot 
dari masing-masing fraksi tanah. Sebagai contoh, tanah yang mengandung bobot 30 % pasir, 30 
% liat, dan 40 % debu diklasifikasikan sebagai lempung berliat. 
Struktur Tanah 
Struktur tanah adalah bentuk dan susunan dari partikel-partikel tanah dalam agregat 
(kumpulan). Struktur tanah adalah suatu karakteristik penting yang digunakan untuk klasifikas i 
tanah dan banyak mempengaruhi produktivitas pertanian dan penggunaan lainnya. Bentuk-bentuk 
utama struktur tanah adalah piring (platy), prisma (prismatic) , tiang (column), balok 
(blocky), dan butiran (granular). Deskripsi-deskripsi struktur tanah ini menunjukkan bagaimana 
masing-masing partikel ini menyusun diri mereka sendiri bersama-sama ke dalam agregat 
(kumpulan). Tipe-tipe tanah beragregat biasanya paling diinginkan bagi pertumbuhan 
tanaman. Istilah- istilah ini juga digunakan bersama dengan kata-kata deskripsi untuk 
menunjukkan kelas dan tingkat (grade) tanah. Kelas dimaksudkan ukuran agregat sedangkan 
grade menggambarkan seberapa kuatnya bersatu. Tanah-tanah tanpa struktur menjadi butir 
tersendiri (partikel-partikel tersendiri yang takmelekat, seperti bukit pasir) atau massa padat 
(partikel bersama melekat tanpa terpisah secara teratur, sperti lapisan cadas). Struktur tanah tidak 
stabil dan dapat berubah dengan iklim, aktivitas biologi, dan praktek pengelolaan tanah. 
Kerapatan Lindak (Bulk Density) Dan Porositas 
Kerapatan lindak kering tanah menggambarkan nisbah berat tanah terhadap volume 
totalnya. Kerapatan lindak basah adalah nisbah berat tanah dan air terhadap volume total. Total
volume meliputi baik bahan padat maupun ruang-ruang pori. Kerapatan lindak tanah adalah 
penting karena ia ukuran porositas tanah. Porositas tanah didefinisikan sebagai volume pori-pori 
di dalam tanah. Tanah padat mempunyai porositas rendah dan dengan demikian kerapatan lindak 
tinggi. Tanah longgar mempunyai porositas lebih tinggi dan kerapatan lindak rendah. Seperti 
struktur tanah, kerapatan lindak dan porositas tanah dipengaruhi oleh iklim, aktivitas - 
aktivitas biologi, dan praktek manajemen tanah 
III. INTERAKSI TANAH DAN AIR. 
Penting untuk dipahami interaksi-interaksi di antara tanah dan air yang meliputi kandungan 
lengas tanah, bagaimana tanah memegang air, dan tensi air (tension) air tanah. Pemahaman 
interaksi- interaksi ini dapat menjadi sangat bermanfaat apabila membuat keputusan-keputuasa n 
tanam dan irigasi. 
Kandungan Lengas Tanah (Soil Water Content) 
Kandungan lengas tanah harus didefinisikan atau ditetapkan untuk menunjukkan jumlah air 
yang disimpan di dalam tanah pada setiap waktu. Kandungan lengas tanah yang ditetapkan paling 
umum adalah kejenuhan (saturation), kapasitas lapang (field capacity), titik layu (wilting point), 
dan kering oven (oven dried). Pada kejenuhan, yang biasanya terjadi segera setelah hujan berat 
atau irigasi, semua ruang pori dalam tanah terisi air. Apabila tanah ada pada atau dekat kejenuhan, 
sejumlah air bebas untuk merembes atau bergerak ke bawah disebabkan gravitasi. Air kelebihan 
ini disebut air gravitasi (gravitational water). Karena air yang bergerak ke bawah (akibat gravitas i 
ini) memerlukan waktu, sejumlah air kelebihan ini dapat digunakan oleh tanaman atau hilang 
melalui penguapan. Kapasitas lapang didefinisikan sebagai jumlah air yang tersisa di dalam tanah
setelah perkolasi terjadi. Ini bukan suatu batas air tanah yang sangat pasti; dengan demikian 
kapasitas lapang sering didfinisikan kira-kira sebagai sepertiga tensi atmosfir. Titik layu (wilting 
point) didefinisikan sebagai kandungan lengas tanah yang pada tingkat itu potensi tanaman untuk 
mengabsorbsi air diimbangi oleh potensi air dari tanah. Tanaman-tanaman akan mati jika air tanah 
dibiarkan mencapai titik layu itu. Tanah yang sudah menjadi kering oven digunakan sebagai titk 
referensi (dasar patokan) untuk menentukan kandungan lengas tanah. Ini terjai apabila semua air 
tanah sudah dihilangkan (removed) dari tanah. Jumlah lengas pada setiap kan-dungan lengas 
tanah berubah dengan berubahnya tipe tanah. Kapasitas memegang air spesifik dapat diperoleh 
dari bermacam-macam sumber. Gambar 3 mengilustrasikan jumlah khas air yang dipegang pada 
kandungan air tanah yang didefinisikan bagi tanah-tanah pasir, lempung dan lempung liat 
berdebu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai inci (atau cm) air tersedia atau sebagai 
persentase. Nilai-nilai khas diperlihatkan pada Tabel 1. 
Bagaimana Tanah Memegang Air 
Tanah memegang air dalam dua cara, sebagai selaput tipis pada partikel-partikel tanah 
tersendiri, dan sebagai air disimpan dalam pori-pori tanah. Air disimpan sebagai selaput tipis pada 
partikel-partikel tanah tersendiri dikatakan ada dalam adsorpsi (jerapan). Adsorpsi melibatka n 
reaksi-reaksi kimia dan fisika yang kompleks tetapi dalam istilah sederhana, selaput tipis air 
melekat pada lapisan-lapisan sebelah luar molekul-molekul partikel tanah. Air disimpan dalam 
pori-pori dari tanah dikatakan ada dalam simpanan kapiler. Suatu contoh dari fenomena ini adalah 
akan ditempatkan satu ujung dari pipa kapiler gelas ke dalam panci air. Air dari pipa akan naik ke 
suatu tinggi tertentu, yang tergantung pada diameter pipa kapiler (gambar 4). Fenomena ini dapat 
bertindak dalam setiap arah dan kunci untuk air yang disimpan dalam pori-pori tanah (Gambar 5).
Tensi Air Tanah (Soil Water Tension) 
Seberapa mudah tanaman dapat meng-ekstrak air dari tanah tergantung pada tensi air 
tanah, juga dikenal dengan nama potensial air tanah. Air yang menjadi simpanan air kapiler 
dipegang dalam tanah pada suatu tensi tertentu. Sama benarnya untuk air yang dipegang dengan 
fenomena adsorpsi. Ketika tanah mengering, tensi-tensi ini menjadi lebih besar. Bagi tanaman 
lebih mudah mengekstrak air yang dipegang pada tensi-tensi lebih rendah. Tensi-tensi yang sesuai 
dengan titik keseimbangan air tanah pada contoh di bawah ini adalah contoh yang baik tensi air 
yang mempengaruhi penggunaan air tanaman. 
Pada tingkat jenuh, tensi air kira-kira 0,001 bar. Satu bar tensi setara dengan 1 atmosfir 
tekanan (14,7 psi). Jadi dari diskusi di atas, akan sangat mudah bagi tanaman untuk mengekstrak 
air dari suatu tanah jenuh. Kejenuhan air bertahan hanya dalam waktu singkat, jadi tanaman-tanaman 
mngekstrak air hanya suatu bagian kecil dari di atas kapasitas lapang. Kapasitas lapang 
didefinisikan pada kira-kira sepertiga tekanan atmosfir atau kira-kira 0,3 bar. Pada kandungan air 
ini, tanaman masih mudah mengambil air dari tanah. Titik layu terjadi apabila potensi akar 
tanaman diimbangi oleh potensi air tanah, jadi tanaman tidak mampu untuk mengabsorpsi air 
diluar (melebihi) tensi ini. Ini terjadi kira pada tensi 15 bar. Pada tensi air tanah ini tanaman akan 
mati. Sebagai kerangan, tensi air tanah dalam suatu contoh tanah kering oven kira-kira 10.000 
bar. Retensi (tindakan memegang) air tanah atau kurva karakte-ristik mengilustras ika n 
hubungan-hubungan retensi itu (Gambar 6). Kurva-kurva ini sedi kit berbeda untuk tipe-tipe tanah 
berbeda disebakan tekstur dan struktur tanah yg berbeda.
Air di antara kapasitas lapang dan titik layu adalah air yang tersedia bagi tanaman. Akan 
tetapi pertumbuhan tanaman dan hasil terbaik terjadi apabila kandungan air tanah tetap separuh ke 
atas dari kisaran air tanah tersedia bagi tanaman. 
Tanaman mengembangkan tensinya, atau potensialnya, untuk memindahkan air tanah dari 
tanah ke dalam akar dan mendistribuasi air ke seluruh tanaman dengan menyesuaikan potensial 
air, atau tensi air, dalam sel-sel tanaman. Potensial air terbuat dari beberapa komponen, tetapi 
salah satu komponen penting adalah potensial osmotik atau larutan. Potensial larutan adalah 
disebabkan adanya bahan terlarut, seperti gula dan asam amino, dalam sel-sel tanaman. 
Intisari proses adalah bahwa air selalu bergerak dari potensial air lebih tinggi ke potensial 
air lebih rendah. Bagi air untuk berpindah dari tanah ke akar, batang, daun, udara potensial air 
harus selalu berkurang. Ini diilustrasikan pada Gambar 7, pemindahan dari tanah potensial air 
lebih tinggi (kurang negatif) ke potesial air lebih rendah (lebih negatif). Tensi sering digambarkan 
dengan simbul y. Potensi air udara adalah selalu rendah, dengan demikian pergerakan air ke arah 
udara melalui tanaman. Akan tetapi, tanaman dibatasi dalam jumlah penyesuaian yang dapat 
dibuatnya. 
IV. PENGGUNAAN AIR OLEH TANAMAN. 
Sistem akar tanaman harus memberikan suatu tensi (tekanan) negatif untuk mengekstrak 
air dari tanah. Tensi harus setara dengan tensi yang memegang air dalam tanah. Sebagai contoh, 
jika air dalam tanah ada pada 0.3 bar (sekitar kapasitas lapang), 
tanaman harus memberikan sekurang-kurangnya 0,3 bar tensi negatif (-0,3 bar). Pada titik 
layu, maksimum tensi negatif yang tanaman berikan diimbangi dengan tensi air tanah.
Pada titik ini tanaman tidak dapat lagi mengekstrak air dari tanah dan akan mengalami stres 
secara permanen. Ada beberapa faktor yang menentukan kapan, dimana, dan berapa banyak air 
akan digunakan tanaman. Faktor-faktor ini meliputi kebutuhan air tanaman harian sebagai 
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi iklim dan stadia pertumbuhan, kedalaman akar tanaman, dan 
kualitas tanah dan air. 
Kebutuhan Air Tanaman 
Tanaman mempunyai kebutuhan air yang berbeda pada stadia pertumbuhan yang 
berbeda. Ketika tanaman muda ia kurang memerlukan air dari pada ketika ia berada pada stadia 
reproduktif. Ketika tanaman mendekati masak, kebutuhan airnya berhenti. Kurva-kurva sudah 
dikembangkan yang memperlihatkan kebutuhan air harian bagi kebanyakan tipe 
tanaman. Gambar 8 memperlihatkan kurva air tanaman khas. Tanaman tahunan semacam alfalfa, 
mempunyai kurva penggunaan air tanaman serupa dengan yang teradapat pada Gambar 8, kecuali 
kurva pemakaian air tanaman mempunyai suatu penggunaan air tanaman berpolakan mata gergaji, 
berhenti dengan tajam dengan tiap pemotongan dan secara perlahan-perlahan meningkat hingga 
pemotongan berikutnya. 
Kedalaman Akar Tanaman 
Kedalaman akar tanaman menentukan kedalaman yang dengannya air tanah dapat 
diekstrak. Tanaman muda hanya mempunyai akar-akar yang dangkal dan air tanah yang lebih 
dalam dari kedalaman perakaran tidak digunakan tanaman. Tanaman khasnya mengekstrak kira-kira 
40 % dari kebutuhan airnya dari seperempat teratas daerah perakarannya, kemudian 30 % dari 
seperempat berikutnya, 20 % dari seperempat ketiga, dan 10 % seperempat terbawah. Jadi,
tanaman akan mengekstrak kira-kira 70 % airnya dari setengah bagian atas penetrasi akar 
keseluruhannya. Tabel 2 memperlihatkan kedalaman penetrasi akar dan 70 % ekstraksi air untuk 
beberapa tanaman lapangan yang umum. Bagian lebih dalam daerah perakaran dapat 
menyediakan persentase kebutuhan lebih tinggi jika bagian lebih atas dikosongkan. Akan tetapi, 
ketergantungan pada penggunaan air lebih dalam akan mengurangi pertumbuhan tanaman 
optimum. 
Kualitas Tanah Dan Air 
Faktor lain terhadap jumlah ketersediaan air tanah untuk tanaman adalah kualitas tanah dan 
air. Untuk pertumbuhan tanaman baik, tanah harus mempunyai ruang yang cukup untuk air dan 
pergerakan udara, dan untuk pertumbuhan akar. Struktur tanah dapat diubah oleh praktek 
manajemen tanah tertentu. Sebagai contoh, pengolahan tanah berlebihan dapat memecahkan 
tanah agregat dan lalu lintas berlebihan dapat menyebabakan kekompakan atau kepadatan 
tanah. Kedua praktek ini mengurangi jumlah ruang pori dalam tanah dan dengan demikian 
mengurangi ketersediaan air dan udara dan mengurangi ruang untuk perkembangan akar. 
Kualitas air juga penting untuk perkembangan tanaman. Air irigasi dengan kandu- ngan 
tinggi garam terlarut adalah tidak tersedia untuk tanaman, jadi kandungan air tanah lebih tinggi 
agar mempunyai air tersedia bagi tanaman. Kenaikan kandungan garam air mengurang potensial 
untuk menggerakkan air dari tanah ke akar-akar. Sejumlah air tambahan juga akan diperlukan 
untuk mencuci garam dibawah daerah perakaran untuk mencegah penambahan dalam 
tanah. Kualitas air yang rendah dapat mengurangi dapat mempengaruhi strucktur tanah. 
V. RINGKASAN
Pengetahuan dasar hubungan tanah-air-tanaman memungkinkan pengelolaan dan 
penghematan air irigasi. Sejumlah faktor penting untuk diingat meliputi : 
1. Kapasitas memegang air tanah berubah dengan berubahnya tekstur tanah. Kapasitas 
memegang air adalah tinggi bagi tanah-tanah bertestur menengah dan halus tetapi rendah utuk 
tanah-tanah pasir. 
2. Akar-akar tanaman hanya dapat menggunakan air tanah tersedia, yaitu air tersimpan di 
antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Akan tetapi sebagai aturan umum, pertumbuhan 
tanaman dan hasil dapat berkurang jika lengas tanah dalam daerah perakaran tetap di bawah 50 % 
dari kapasitas memegang air untuk priode waktu yang lama, terutama selama stadia pertumbuhan 
kritis. 
3. Meskipun akar-akar tanaman dapat tumbuh ke kedalaman yang dalam, keba-nyakan 
air dan hara diambil setengah daerah perakaran lebih atas. Stres tanaman dan kehilangan hasil 
dapat terjadi malahan dengan air yang cukup dalam setengah daerah perakaran lebih bawah. 
4. Kwalitas air irigasi lebih rendah dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk 
mengambil air dan dapat mempengaruhi struktur tanah. 
1. Fungsi Tanah bagi Tanaman 
Istilah tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai dengan 
peruntukannya. Pada umumnya pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada 
kedalaman 2,0m. Lapisan tanah bagian atas pada umunya mengandung bahan organik yang lebih 
tinggi dibandingkan lapisantanah di bawahnya. Karena akumulasi bahan organik maka lapisan 
tanah tersebut berwarna gelap dan subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting 
dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur
hara, air, udara dan cahaya. Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh 
tanaman, udara dalam hal ini CO2 dan air dengan sumber cahaya menhghasilkan karbohidrat 
yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Dalam hubungannya dengna 
kebutuhan hidup tanaman tanah berfungsi sebagai: 
1. tunjangan mekanis sebagai tempat tanamn tegak dan tumbuh 
2. penyedia unsur hara dan air 
3. lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologi. 
2. Konsep Kesuburan dan Produktivitas Tanah 
Tanaman dapat tumbuh serta mampu memberi hasil yang baik jika tumbuh pada tanah yang 
cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan 
akar, aerasi baik, kemasaman disekitar netral, tidak mempunyai kelarutan garam yang tinggi, 
cukup tersedia unsur hara dan air dalam kondisi yang seimbang. Kesuburan tanah dapat diberi 
batasan sebagai kualitas tanah dalam hal kemampuannya unutuk menyediakan unsur hara yang 
cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang 
sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman. Secara umum produktivitas tanah dapat diberi 
batasan sebagai kemampuan tanah untuk memproduksi sesuatu spesies tanaman atau suatu 
sistem pertanaman pada suatu sisitem pengolahan tertentu. Aspek yang dimaksud misalnya 
pengaturan jarak tanaman, pemupukan, penhgairan, pemberantasan hama dan penyakit dsb. Jadi 
untuk dpaat produktif tanah harus subur, tetapi sebaliknya tanah yang subur belum tentu 
produktif. 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM 
HUBUNGAN AIR, TANAH, DAN TANAMAN 
Disusun Oleh : 
Nama : Ari Setiadi 
NIM : 11911 
Dosen : Ir. Suci Handayani, M.P
JURUSAN TANAH 
FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS GADJAH MADA 
YOGYAKARTA 
2013 
HUBUNGAN TANAH, AIR, TANAMAN, DAN ATMOSFER 
Abstraksi 
Praktikum lapangan Hubungan Tanah, Air, Tanaman dan Atmosfer dilaksanakan 
pada hari Sabtu, 8 Juni 2013 di daerah Bambanglipuro, Pantai Samas, Desa Trisikdan 
Pantai Bugel. Pada praktikum ini di berbagai lokasi diamati mengenai sistem tanaman 
budidaya yang dikembangkan, kondisi pertumbuhan tanaman, sistem pengolahan tanah, 
sistem irigasi dan modifikasi iklim mikro yang dilakukan oleh petani, dimana pada empat 
lokasi atau stop site yang diamati mempunyai permasalahan yang berbeda pada sis tem 
budidaya tanaman yang diusahakan pada lahan tersebut. Pengamatan yang dilakukan 
meliputi kecepatan angin, suhu udara,suhu tanah,DHL tanah,DHL air,pH tanah,pH 
air,DP,WB,kelembaban udara,dan data lain yang dibutuhkan sesuai pokok pembahasan. 
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yakni penggaris, pH meter, 
EC meter, termometer tanah dengan berbagai kedalaman (0, 10, 30 cm), cepuk, aquades, 
plastik,kamera, alat tulis, dan bor tanah. Sedangkan untuk pengukuran kadar lengas tanah 
dilakukan dengan metode gravimeteri di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah, 
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta..Untuk cara kerjanya dilakukan 
pengamatan dengan melihat kondisi pertumbuhan tanaman di setiap tempat, pola tanam 
yang digunakan, jenis tanaman dan varietas, sistem irigasi atau pemenuhan kebutuhan air, 
modifikasi iklim (pengurangan evapotranspirasi), sistem pengelolaan tanah yang meliputi : 
penyiapan lahan (olah tanah sampai siap tanam), input (pupuk, bahan amelioran), sistem 
perawatan dan dokumentasi serta mengambil sampel tanah di setiap tempat untuk di amati 
kelembabannya dengan penentuan kadar lengas metode gravimetris di laboratorium.Has il 
yang diperoleh di daerah Bambanglipuro yaitubudidaya tanaman terong (Solanum 
melongena L) yang pengolahan atau penyiapan lahannya tidak terlalu rumit.Sistem irigasi 
yang diterapkan yaitu genangan dalam parit.Di daerah pantai Samas, tanaman yang 
dibudidayakan adalah kangkung. Sistem irigasi menggunakan sumur renteng, pipa O dan 
sumur bor. Di daerah Trisik dilakukan penanaman melon dan kedelai tanpa pengolahan
tanah. Sedangkan di daerah Bugel dilakukan minimum tillage dengan cemara udang 
(Casuarinaequisetifolia) sebagai tanaman pemecah angin (wind breaker).Sistem irigasi yaitu 
menggunakan sumur renteng. 
I. PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Tanah, air, tanaman dan atmosfer mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain yang 
antinya bahwa masing-masing faktor akan saling memberikan pengaruh bagi faktor yang lainnya. 
Ketiga faktor tersebut akan membentuk suatu iklim mikro yang secara langsung memberika n 
pengaruh yang besar bagi kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi 
oleh keadaan tanah baik dalam sifat fisika maupun sifat kimia karena tanah merupakan media 
pertumbuhan bagi tanaman dimana unsur hara dan air diserap untuk menunjang pertumbuhannya. 
Air sendiri merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan bagi tanaman karena segala proses 
yang berlangsung dalam tanaman tidak bisa berjalan tanpa adanya air. Selain itu pertumbuhan juga 
dipengaruhi oleh keadaan atmosfer disekitarnya meliputi suhu, kelembaban dan kecepatan 
angin.Oleh karena itu perlu diadakan modifikasi iklim mikro agar tanaman yang dibudidayakan di 
suatu tempat dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. 
B.Tujuan 
1. Mengetahui pengaruh keadaan air, tanah, dan atmosfer terhadap pertumbuhan tanaman. 
2. Mengetahui teknik budidaya pertanian yang dilakukan oleh petani di empat lokasi pengamatan. 
3. Mengetahui sistem irigasi dan sistem pengelolaan tanah yang dilakukan oleh petani di tiga lokasi 
pengamatan. 
4. Mengetahui teknologi dan usaha yang dapat dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kualitas 
lahannya. 
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan 
manusia yaitu air, udara, dan unsur hara. Atas dasar definisi ini maka tanah mempunyai 4 fungsi 
utama (Hanafiah, 2004) : 
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran. 
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolisme, baik selam 
pertumbuhan maupun untuk berproduksi meliputi air, udara, dan unsur hara. 
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya 
berlangsung optimum. Meliputi zat-zat aditif yang diproduksi biota tanah. 
4. Habitat biota tanah. 
Di Indonesia lahan marginal dijumpaibaik pada lahan basah maupun lahan kering.Lahan 
basah berupa lahan gambut, lahansulfat masam dan rawa pasang surut seluas 24juta ha, sementara 
lahan kering kering berupatanah Ultisol 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha(Suprapto, 2003). 
Indonesia memiliki panjanggaris pantai mencapai 106.000 km denganpotensi luas lahan 1.060.000 
ha, secara umumtermasuk lahan marginal.Berjuta-juta hektarlahan marginal tersebut tersebar di 
beberapapulau, prospeknya baik untuk pengembanganpertanian namun sekarang ini belum 
dikeloladengan baik.Lahan-lahan tersebut kondisikesuburannya rendah, sehingga 
diperlukaninovasi teknologi untuk memperbaikiproduktivitasnya. 
Salah satu yang termasuk ke dalamlahan marginal adalah lahan pasir. Selama 
inipenanganan lahan pasir masih relatif kurang.Pulau Jawa memiliki pantai yang luas 81.000km2 
potensial dikembangkan sebagai lahanpertanian. Provinsi DIY memiliki lahan pasirpantai seluas 
sekitar 3.300 hektar atau 4%luas wilayah, terbentang sepanjang 110 km dipantai selatan lautan 
Indonesia. Bentanganpasir pantai ini berkisar antara 1-3 km darigaris pantai.Sistem bentang darat 
ini mudahgoyah mengakibatkan terhambatnya prosespembentukan tanah (Yuwono, 2009). 
Lahan pasir pantai merupakan lahanmarjinal dengan ciri-ciri antara lain : teksturpasira n, 
struktur lepas-lepas, kandungan hararendah, kemampuan menukar kation rendah,daya menyimpa n 
air rendah, suhu tanah disiang hari sangat tinggi, kecepatan angin danlaju evaporasi sangat 
tinggi.Upaya perbaikan sifat-sifat tanah danlingkungan mikro sangat diperlukan, antaralain 
misalnya dengan penyiraman yang teratur,penggunaan mulsa penutup tanah,penggunaan pemecah 
angin (wind breaker),penggunaan bahan pembenah tanah(marling), penggunaan lapisan kedap, 
danpemberian pupuk (baik organik maupunanorganik) (Yuwono, 2009).
Masalah yang dijumpai pada tanah pasiran adalah strukturnya yang jelek, berbutir tunggal, 
berat volume yang tinggi, dan kemampuan menahan air yang rendah, sehingga kurang memadai 
untuk bercocok tanam pada musim kemarau (Mulyadi cit. Kertonegoro, 1993). 
Kemampuan menahan air yang rendah, akan meyebabkan kehilangan unsur hara dari 
dalam tanah melalui pelindian akan semkin besar berjalan dengan semakin tingginya curah 
hujan(Hakim et al. 1986). Tekstur tanah berpasir juga akan menyebabkan banyak pupuk terlindi 
karena mempunyai laju infiltasi yang cepat (Widjajaadi et al., 1987). Unsur utama yang sering 
hilang dari dalam tanah melalui pelindian adalah N, K, Ca, dan Mg(Hakim et al., 1986). Lebih 
jauh lagi, tanah bertekstur pasiran juga mempunyai kandungan bahan organik dan hara N yang 
rendah sehingga tanah ini memerlukan pemberian hara N yang cukup banyak, sedangkan 
kemungkinan kehilangan hara N melalui pelindian cukup besar(Rinsemi, 1993). 
Menurut Sudihardjo (2000), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 kesesuaian aktual lahan 
pasir Pantai Selatan DIY termasuk kelas Tidak Sesuai atau Sesuai Marginal untuk komoditas 
tanaman pangan dan sayuran. Akan tetapi beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukka n 
adanya kecenderungan perbaikan hasil dari perlakuan-perlakuan yang dilakukan terhadap tanah, 
meskipun belum mantap. 
Pengelolaan usaha pertanian di lahan marginal umumnya terpusat pada musim penghujan. 
Panen air hujan dilaporkan efektif untuk mengatasi masalah kekurangan air di lahan tadah hujan. 
Namun teknik memanen air hujan sangat bervariasi tergantung fisiografi lahan dan ketersediaan 
sumberdaya lokal.Teknik pemanenan air hujan dengan teknik tandon (penampung air berukuran 
kecil) cocok dikembangkan di daerah tadah hujan dengan intensitas dan distribusi curah hujan 
yang tidak pasti (Parimawati, 2001). 
Embung atau tandon air adalah waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm 
reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan dimusim hujan dan 
menggunakannya jika diperlukan tanaman pada musim kemarau. Teknik pemanen air (water 
harvesting) demikian cocok bagi ekosistem tadah hujan dengan intensitas dan distribusi curah 
hujan tidak pasti (eratic) (Syamsiah dan Fagi, 2004). 
Lengas tanah dibedakan menjadi lengas gravitasi yaitu lengas yangbergerak ke bawah ole h 
gaya gravitasi;kapiler yaitu lengas yang mengisi porikapiler atau pori mikro; lengashigroskopis 
yaitu lengas yang terikatsangat kuat oleh permukaan butir tanahsehingga dalam keadaan kering
angin,lengas tersebut tidak dapat diseraptanaman. Lengas yang pentingperanannya bagi kehidupan 
tanamanialah lengas kapiler (Mardjuki, 1994). 
Pertumbuhan tanamantergantung kepada jumlah air yangtersedia di dalam 
tanah.Pertumbuhanakan dibatasi oleh kandungan air sangatrendah maupun kandungan air 
sangattinggi (Anonim, 1991). Tanaman mempunyai banyak cara mengatur dirimereka dengan 
kondisi air yangterbatas. Kebanyakan tanaman panganketika tumbuh di lahan agak keringt idak 
hanya akan mempunyai beratotal yang lebih kecil, tapi juga hasilbagi trubus / akar yang lebih kecil. 
Dilain pihak, pertumbuhan tanaman ditanah dengan kandungan lengas tinggiakan mempunyai 
hasil bagi trubus /akar lebih besar (Kohnke, 1968). 
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM 
Praktikum lapangan Hubungan Tanah, Air, Tanaman dan Atmosfer ini dilaksanakan pada 
tanggal 8 Juni 2013.Adapun tempat dilaksankannya praktikum terdiri atas4 stop site, yaitu 
Bambanglipuro, Pantai Samas, Desa Trisik, dan pantai Bugel. Alat yang digunakan pada 
praktikum ini antara lain adalah Termometer bengkok, EC- meter untuk pengukuran DHL (Daya 
Hantar Listrik), pH meter, bor tanah, mistar, Flowmeter, dan GPS, sedangkan untuk pengukuran 
kadar lengas tanah dilakukan dengan metode gravimeteri di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan 
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 
Pengamatan diawali dengan pencatatan morfologi tapak dimulai dari penulisan lokasi, 
ketinggian tempat, koordinat, pengguanaan lahan, vegetasi yang tumbuh dan dibudidayaka n, 
sistem irigasi/ pemberian air, pengelolaan lahan, dan sistem budidaya yang dilakukan.Di lapangan 
juga dilakukan pengukuran suhu udara, suhu tanah, kelengasan tanah, daya hantar listrik, pH tanah 
dan air. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap proses pengairan yang dilakukan di lahan 
gumuk pasir pantai Trisik dan pasir pantai Bugel. 
Pengamatan kondisi lahan yang dilakukan adalah mengukur tinggi genangan (apabila 
terdapat suatu genangan), tinggi bedengan, lebar bedengan, mengukur suhu tanah pada permukaan, 
kedalaman 10 cm dan kedalaman 40 cm, kemudian mengukur pH tanah dan DHL pada berbagai 
kedalaman (0 cm, 10 cm, 30 cm dan 40 cm), dalam pengukuran pH dan DHL, contoh tanah yang 
diambil pada berbagai kedalaman diencerkan dahulu dengan aquades agar kondisi tanah 
menyerupai pasta sebelum dilakukan suatu pengukuran, selain itu diambil pula contoh tanah pada
berbagai kedalaman (0 cm, 10 cm, 30 cm dan 40 cm) yang digunakan untuk analisis kadar lengas 
di laboratorium. 
Selain kegiatan analisis dan pengambilan sampel tanah juga dilakukan pula tindakan 
observasi lainnya, yaitu berupa wawancara dengan petani. Kegiatan ini dimaksudkan untuk 
mengetahui informasi terkait dengan sistem pertanian dan pola tanam yang dilakukan oleh petani 
di daerah yang kita survey. 
IV. HASIL PENGAMATAN 
Stop site : 1 lokasi :Bambang lipuro 
Ketinggian : 26-27 m dpl koordinat : 07° 59,017 LS 
110° 16,648’ BT 
Penggunaan lahan : sawah 
Vegetasi : Terong,Padi,dan Timun 
Irigasi/pemberian air : air sungai 
no parameter Sesaat Minimum Maximum Rata-rata 
1 Kecepatan angin 0,8 1,55 2,3 0,8 
2 Kelembaban 99,9 99,99 99,99 99,99 
3 Suhu udara permukaan 
27,6 
Jeluk 10 cm 
26,6 
Jeluk 50 cm 
27,8 
4 pH tanah 6 - - - 
5 Suhu tanah 27,6 26,6 27,2 27,8 
6 DHL air 0,02 - - - 
7 DHL tanah 0,02 - - - 
8 Bedengan (P)17,18m (L)8,7 (s)42 
9 pH air 6 - - - 
10 KL 45,44
Stop site : 2 lokasi :samas 
Ketinggian :28 m dpl koordinat : 07° 59,87 LS 
110° 15,64 BT 
Penggunaan lahan : ading 
Vegetasi : Terong,kangkung 
Irigasi/pemberian air : sumur renteng,gembor,pipa U 
no Parameter Sesaat minimum Maximum Rata-rata 
1 Kecepatan angin 2,1 0,4 2,3 1,5 
2 Kelembaban 82,1 78,9 86,1 80,6 
3 Suhu udara 29,7 29,1 29,7 29,3 
4 pH tanah 5,5 - - - 
5 Suhu tanah 32 28 29,4 27,8 
6 DHL air 0,24 - - - 
7 DHL tanah 0,1 - - - 
8 pH air 6 - - - 
9 DP 25,9 24,9 27,1 25,7 
10 WB 26,6 26 27,7 26,6 
11 KL 10,09 
Stop site : 3 lokasi : desa trisik 
Ketinggian : 27 m dpl koordinat : 07° 57,02 LS 
110° 13,12’ BT 
Penggunaan lahan :persawahan 
Vegetasi : melon dan kedelai 
Irigasi/pemberian air : air sungai dan hujan 
no Parameter Sesaat minimum Maximum Rata-rata 
1 Kecepatan angin 0 0 1,2 0,6
2 Kelembaban 80 78,4 86,7 80,1 
3 Suhu udara 27,9 27,7 28,1 28,8 
4 pH tanah 6 - - - 
5 Suhu tanah 27,2 27,3 28,2 27,8 
6 DP 24,2 23,9 25,3 24,4 
7 WB 25,2 24,9 25,9 25,2 
8 KL 47,89 
Stop site : 4 lokasi :Bugel 
Ketinggian : 24 m dpl koordinat : 07° 57,11 LS 
Penggunaan lahan : ladang 
Vegetasi : sawi dan cabai 
Irigasi/pemberian air : sumur renteng dan pipa U 
no Parameter sesaat minimum maximum Rata-rata 
1 Kecepatan angin 0 0 0,8 0,4 
2 Kelembaban 82,2 81 82,2 77,9 
3 Suhu udara 26,6 26,4 26,7 26,4 
4 pH tanah 5,5 - - - 
5 Suhu tanah 29,9 29,7 27,2 28,9 
6 DHL air 0,03 0,01 0,02 0,15 
7 KL jeluk 5 cm 6,465 
8 KL jeluk 10 cm 6,467 
9 KL jeluk 15 cm 6,249
I. PEMBAHASAN 
Tanah, air, tanaman dan atmosfer mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain yang 
antinya bahwa masing-masing faktor akan saling memberikan pengaruh bagi faktor yang lainnya. 
Ketiga faktor tersebut akan membentuk suatu iklim mikro yang secara langsung memberika n 
pengaruh yang besar bagi kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi 
oleh keadaan tanah baik dalam sifat fisika maupun sifat kimia karena tanah merupakan media 
pertumbuhan bagi tanaman dimana unsur hara dan air diserap untuk menunjang pertumbuhannya. 
Air sendiri merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan bagi tanaman karena segala proses yang 
berlangsung dalam tanaman tidak bisa berjalan tanpa adanya air. Selain itu pertumbuhan juga 
dipengaruhi oleh keadaan atmosfer disekitarnya meliputi suhu, kelembaban dan kecepatan 
angin.Oleh karena itu perlu diadakan modifikasi iklim mikro agar tanaman yang dibudidayakan di 
suatu tempat dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. 
Stopsite 1 berada di Bambanglipuro, desa Sri Gading.Petani menanam di daerah ini 
dengan sistem pertanian tumpangsari dan monokultur. Jenis tanah yang terdapat pada lahan ini 
adalah Inceptisol meskipun lempungnya sudah banyak.Sistem budidaya yang digunakan di daerah 
ini adalah sistem genangan dalam parit yaitu dengan membuat bangunan penguat di saluran primer 
sebagai irigasi.Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga ketersediaan air pada musim kemarau 
dengan irigasi dan pada musim hujan dengan kondisi jenuh akan lebih mudah dilakukan 
pembuangan air. Selain itu ada juga petani yang menanam padi di parit yang dibuatnya, padi ini 
biasanya hanya hasilnya hanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari.Tanaman yang ditanam 
pada waktu kita mengunjungi tempat tersebut adalah tanaman terong. Sistem pertanaman dengan 
metode ini bisa dilakukan untuk segala tanaman hortikultura dan tanaman semusim lainnya. 
Pengamatan di lapangan menunjukkan suhu tanah permukaan lebih tinggi dari pada suhu 
tanah pada kedalaman jeluk 10 cm, namun lebih rendah dari jeluk 50 cm. Hal ini terjadi karena 
permukaan tanah merupakan daerah yang paling luar sehingga terkena pengaruh langsung sinar
matahari. Sedangkan pada kedalaman 50 cm suhu tanah lebih tinggi dibandingkan suhu tanah 
padapermukaan dan kedalaman 10 cm. Padahal seharusnya semakin kedalam suhu akan semakin 
rendah. Hal ini dapat dikarenkan adanya aktifitas mikrobia yang aktif pada jeluk tersebut sehingga 
panas dapat terbentuk atau adanya proses fermentasi bahan organik yang dapat menyebabkan 
panas berlebih. 
Data pH yang dihasilkan dari pengujian tanah ini rata-ratanya adalah 6 sehinggadapa t 
dikategorikan pHnetral tanah.Sementara kadar lengas pada tanah yang diamati cukup tinggi yaitu 
45,44. Kondisi ini akan mencukupi bagi pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik. 
Pengamatan lapangan di stop site II ini dilakukan di lokasi atau daerah Pantai Samas, 
Srigading, Bantul, Yogyakarta. Daerah ini memiliki ketinggian tempat 28 meter di atas permukaan 
laut yang terletak pada kordinat 70 59’87” LS, 1100 15’64” BT, Lahan pasir pantai merupakan 
lahan marginal yang dicirikan oleh tekstur pasiran, kandungan hara yang rendah, water holding 
capacity rendah, mudah tererosi, angin yang sangat kencang dan membawa uap garam serta suhu 
tanah yang tinggi. Dengan demikian, maka pada umumnya lahan daerah ini memiliki bentuk 
topografi datar. Berdasarkan hasil pengamatan di Sri Gading Emas terdapat sistem budidaya 
minimum tillage dengan sistem irigasi menggunakan sumur renteng, tetapi sekarang sistem sumur 
renteng sudah banyak yang diganti dengan sistem pompa yaitu menggunakan pipa yang kemudian 
cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke lahan. Hal ini dilakukan berkaitan dengan 
ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut, dengan menggunakan sistem pompa lebih menghemat 
tenaga kerja sehingga sistem ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki tenaga kerja yang 
terbatas. Selain kedua cara tersebut, adapula yang menggunakan sumur bor. Pada setiap lahan 
terdapat bak control yang mengairi sumur renteng yang ada di lahan. Lahan di daerah ini digunakan 
untuk tegalan, tanaman yang ditanam adalah Kacang tanah, sorghum dan padi. Sistem pengelolaa n 
lahan yang digunakan adalah sistem budidaya minimum tillage, maksudnya adalah memanfaatka n 
lahan yang ketersediaan lengas dan unsur haranya dalam keadaan terbatas menjadi suatu lahan 
yang lebih bermanfaat dan menghasilkan produk yang tinggi. Lahan yang digunakan di daerah ini 
merupakan lahan pasir dimana lahan pasir termasuk dalam lahan kritis yaitu lahan yang tidak dapat 
ditanami atau dibudidayakan, ini dikarenakan lahan pasir merupakan lahan yang miskin hara, 
kondisi tanahnya phorus, suhu tanah sangat tinggi (suhu ekstrim) dan juga ketersediaan air di 
dalam tanah sedikit karena pada tanah ini air mudah lolos dan menguap. Lahan pasir yang 
dahulunya termasuk lahan kritis dan tidak dapat dibudidayakan sekarang berubah menjadi lahan
yang bermanfaat dan dapat dibudidayakan, hal ini dapat terjadi karena adanya rekayasa lahan 
dalam proses pengelolaan lahannya yaitu dengan cara mencampur lempung dan pupuk kandang 
pada lahan tersebut. Lempung diberikan bertujuan untuk menjerap/mengikat hara tanah, 
pemberiannya dilakukan pada saat lahan pertama kali akan dibudidayakan. Pasir yang ada di 
Samas adalah pasir dari batu merapi yang porus air dan miskin hara. Lahan pasir pantai yang ada 
di Samas dikelola oleh kelompok tani yang dirintis oleh Pak Bandi. Manurut penjelasan Pak Bandi 
bahwa semua tanah atau jenis tanah itu bisa ditanami asal sudah disentuh dan dikelola oleh 
manusia ,tidak hanya diberi pupuk kandang namun juga bisa diberi arang jerami dan sekam. Untuk 
pengelolaan pasir putih biasanya digunakan dengan pemberian arang jerami tau kayu.Namun 
kunci utama yaitu air, jika ada air pasti bisa tumbuh atau hidup.Hama yang biasa menyerang di 
Samas yaitu Fusarium dan phytoptora. 
Pada daerah ini tidak memakai mulsa bawah tanah karena sudah direkayasa menggunaka n 
tanah lempung, dan dengan perlakuan seperti ini sekiranya sudah dapat menahan air dan tanah 
sudah tidah phorus lagi, ini karena tanh lempung digunakan sebagai pengikat air dan dapat 
menambah unsur hara. Selain itu juga karena apabila menggunakan mulsa plastik dapat 
mengakibatkan tanaman tidak dapat bernafas sehingga tanaman layu, hal ini disebabkan karena 
penguapan yang terjadi menjadi sangat tinggi. Kedalaman efektif yang dapat dicapai oleh akar 
tanaman adalah 50 cm dan apabila lebih dari kedalaman tersebut maka tanaman tidak dapat hidup. 
Analisis yang dilakukan di lahan tersebut adalah pengukuran suhu tanah, kecepatan angin, 
kelembaban udara, pH, kadar lengas, dan DHL. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada 3 jeluk 
yaitu permukaan, 10 cm, dan 50 cm, dimana masing-masing jeluk ada 3 lokasi pengamatan. 
Hasilnya suhu tanah pada permukaan dari lokasi 1, 2 dan 3 secara berturut-turut yaitu 39,7oC, 29,1 
oC dan 29,7 oC. pH lapangan yang terukur 5,5 menunjukan pH mendekati netral tanah. Hal ini 
mungkin disebabkan kandungan di air dan tanah di lapangan yang berbeda. Air lapangan tidak 
steril sudah tercampur oleh air hujan dan kontaminasi lain sehingga menghasilkan nilai yang 
berbeda. Semakin dalam tanah maka pH tanah akan semakin tinggi. Pada jenis tanah pasiran ini 
belum terjadi horizonisasi yakni pembentukan horizon sehingga tanah ini merupakan tahap awal 
perkembangan tanah.Oleh karena tanah pasiran tidak mengandung lempung, yang menyebabkan 
nilai DHL yang terjadi rendah dan karena pasir-pasir ini mempunyai muatan yang sangat rendah 
atau dapat dikatakan tidak bermuatan sehingga kemampuan dalam menyerap dan menghantarka n 
ion-ion juga rendah.Hal ini menyebabkan tanah ini mempunyai tingkat kesuburan yang rendah.
Pada air memiliki nilai DHL yang tinggi mungkin disebabkan kontaminasi garam atau air lapangan 
yang mempunyai kadar garam yang cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap pengukuran DHL 
air tersebut. Kadar lengas di samas cukup rendah yaitu 10,09 dibandingkan tanah biasa karena 
tekstur tanah samas yaitu tanah pasiran. 
Pada stop site 3 ini di daerah Pantai Trisik, Desa Kranggan 32 m dpl dengan koordinat 
7057’02” LS-110013’12”BT. Pada daerah ini sistem budaya ang dipake adalah Zero tillage atau 
minimum tillage dengan vegetasi yang ditanam adalah Melon dan kedelai. Tanaman melon ada 
yang merambat ke atas dan ke bawah.Melon yang merambat ke bawah dapat menggunak seresah 
untuk merambat buah nya. Zeroo tillage dan Minimum Tillage Pengolahan tanah hanya pada 
lubang-lubang yang akan digunakan untuk menanam Jika dilakukan maksimum tillage akan 
mengakibatkan banyak kontak dengan tanah, tanah dapat mengalami pembalikan sehingga 
penguapan akan besar. Zero tillage termasuk budidaya tanpa olah tanah yang memiliki beberapa 
keunggulan yaitu : 
1. Mengirit biaya yang dikeluarkan 
2. Dapat mengefisienkan penggunaan air 
3. Aerasi nya tidak dipercepat dibandingkan dengan tanah yang diolah. 
Pengolahan yang dilakukan meliputi pemulsaan dengan menggunakan sisa padi atau 
membiarkan singgang, pengolahan tanah hanya dengan garu.Sisa panen padi sebagai mulsa, atau 
tetap dibiarkan jadi padi masih bisa berproduksi tapi dalam jumlah yang rendah. Sistem sumur 
renteng sudah banyak yang diganti dengan sistem pompa yaitu menggunakan pipa yang kemudian 
cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke lahan. Hal ini dilakukan berkaitan dengan 
ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut, dengan menggunakan sistem pompa lebih menghemat 
tenaga kerja sehingga sistem ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki tenaga kerja yang 
terbatas. Selain kedua cara tersebut, adapula yang menggunakan sumur bor yaitu air yang akan 
digunakan siambil dari selokan yang terdapat atau yang mengalir di bawah lahan yang 
dibudidayakan. Lahan di daerah ini digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura, tanaman yang 
dibudidayakan antara lain bawang merah, terong, cabai, timun, semangka. Sistem pengelolaa n 
lahan yang digunakan adalah sistem budidaya minimum tillage, maksudnya adalah memanfaatka n 
lahan yang ketersediaan lengas dan unsur haranya dalam keadaan terbatas menjadi suatu lahan 
yang lebih bermanfaat dan menghasilkan produk yang tinggi. Lahan yang digunakan di daerah ini 
merupakan lahan pasir dimana lahan pasir termasuk dalam lahan kritis yaitu lahan yang tidak dapat
ditanami atau dibudidayakan, ini dikarenakan lahan pasir merupakan lahan yang miskin hara, suhu 
tanah sangat tinggi, dan juga ketersediaan air di dalam tanah sedikit karena pada tanah ini air 
mudah lolos dan menguap. Lahan pasir yang dahulunya termasuk lahan kritis dan tidak dapat 
dibudidayakan sekarang berubah menjadi lahan yang bermanfaat dan dapat dibudidayakan, hal ini 
dapat terjadi karena adanya rekayasa lahan dalam proses pengelolaan lahannya. Dalam hal 
penggunaan lahan untuk budidaya dan pengolahan lahannya hampir sama dengan yang dilakukan 
oleh petani di daerah pantai Samas, yang membedakan yaitu cara merekayasa lahannya, di daerah 
ini tidak menggunakan penambahan tanah lempung, tetapi hanya menggunakan kotoran ternak dan 
mulsa jerami. 
Pada saat praktikum dilaksanakan cuaca sangat cerah dengan suhu udara 28oC dengan 
kecepatan angin mendekati 0 yaitu sebesar 0,6 m/s. Nilai pH yang terukur adalah sebesar 6 yang 
merupakan pH netral bagi tanah. Pada lahan di lahan ini memiliki KL yang cukup tinggi yaitu 
47,89. Kadar lengas pada stop site ini lebih tinggi daripada KL di lahan pada stop site pertama. 
Tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi yang cukup lengasnya. 
Pengamatan lapangan di stop site IV ini dilakukan di Pantai Bugel, Kulon Progo, 
Yogyakarta. Daerah ini memiliki ketinggian tempat 31 meter di atas permukaan laut yang terletak 
pada kordinat7057’11” LS-110009’43”BT, daerah ini memiliki sistem irigasi Sumur renteng, 
pralon-pralon pipa O, dan wind break (buatan manusia). Di sana wind break menggunakan cemara 
udang dan ada pemecah angin (wind break) buatan atau disebut artificial wind break menggunaka n 
daun kelapa yang dianyam. Pengelolaan lahan termasuk minimum tillage pada lahan yang telah 
lama diolah, sedangkan pada lahan bukaan baru pengolahaan lahan akan maksimum 
tillagekarenaakan diperlukan banyak penambahan bahan-bahan ke dalam lahan pertamanan 
karena daerah pantai termasuk lahan marjinal. 
Pembukaan pasir pantai sering menemui banyak kendala. Dengan demikian dilakukan 
upaya untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut antara lain dengan: 
1. Penambahan Bahan Organik 
2. Penambahan bahan lempung 
3. Pembuatan lapisan kedap air 
4. Pemulsaan 
5. Penggunaan windbreaker
Pada daerah yang diamati digunakan upaya-upaya pengendalian berupa penambahan 
bahan organik, penambahan lapisan lempung, serta penggunaan mulsa organik. Penambahan 
bahan organik dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Dari segi 
fisika, dengan penambahan BO agregasi tanah akan menjadi lebih baik, meningkatkan kemampuan 
tanah menyerap air sehingga jumlah air tersedia bagi tanaman menjadi meningkat. Dari segi kimia, 
BO adalah sumber unsur hara N, P, S dan beberapa sumber hara mikro. Lalu dengan penambahan 
BO dapat meningkatkan KPK tanah pasir pantai. Dari segi biologi, BO adalah sumber energi bagi 
mikroorganisme, sebagai contoh adalah Nitrosomonas yang berfungsi dalam nitrifikasi. 
Penambahan lempung juga memiliki fungsi yang sama dengan penambahan BO yaitu 
untuk memperbaiki agregasi tanah, meningkatkan kemampuan tanah menyerap air, dari segi 
kimia, penambahan bahan lempung akan meningkatkan KPK, tapi bukan sebagi sumber hara baik 
mikro maupun makro. Untuk memberikan supply hara bagi tanaman perlu dilakukan pemupukan. 
Berhubungan dengan pemupukan maka dengan penambahan lempung efisiensi pemupukan akan 
meningkat sebab kehilangan pupuk akibat leaching bisa diminimalisir. 
Apabila upaya pertama, kedua dan ketiga adalah untuk meningkatkan ketersediaan air 
maka upaya yang ke-empat adalah untuk menjaga agar air tidak hilang dari tanah. Dengan 
dominasi pori makro maka evaporasi dari tanah pasir pantai akibat suhu yang tinggi bisa 
menyebabkan kehilangan air dalam bentuk uap. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemulsaan 
baik dengan pemulsaan menggunakan plastik maupun secara organik dengan menggunakan pupuk 
kandang. Pada lahan milik petani di daerah ini digunakan pupuk kandang sebagai mulsa. Selain 
untuk menjaga simpanan air dalam tanah, pemanfaatan pupuk kandang sebagai mulsa ini juga 
ditujukan untuk mempermudah pembudidayaan tanaman semangka di lahan tersebut. Dengan 
adanya pupuk kandang, pertumbuhan tanaman semangka meningkat karena jerami digunakan 
sebagai media untuk mengkaitkan sulur-sulurnya. 
Kecepatan angin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi transpirasi, dengan 
peningkatan kecepatan angin tingkat transpirasi menjadi meningkat dan meskipun transpirasi 
berguna untuk menjaga suhu tanaman tapi apabila terjadi dalam jumlah yang berlebih maka bisa 
mematikan tanaman itu sendiri. Daerah pantai merupakan daerah terbuka dengan kecepatan angin 
yang tinggi. Untuk mengurangi cekaman kecepatan angin, maka dibuat windbreaker baik secara 
alami maupun secara buatan. Dengan keberhasilan menurunkan kecepatan angin maka tingkat 
transpirasi bisa berkurang. Di daerah pengamatan digunakan windbreaker seperti dan daun kelapa.
Berdasarkan hasil pengamatan, pH di daerah ini mempunyai pH rata-rata sebesar 5,5 
yang berarti upaya pembenahan tanah cukup efektif dan dapat menjamin pertumbuhan tanaman 
yang baik. Hal ini dapat dipengaruhi karena penambahan bahan organik yang bersifat asam 
sehingga didapatkan pH yang cukup rendah walaupun berada di dekat laut. Untuk kadar lengas 
tanah pada areal pertanaman di stop site ini didapat sekitar 6,4. Lengas yang tersedia tidak cukup 
untuk memenuhi kebutuhan tanaman sehingga diperlukan penyiraman secara berkala. Untuk suhu 
tanah didapatkan bahwa suhu tanah permukaan lebih tinggi dari pada suhu tanah pada kedalaman 
10 dan 50 cm. Hal ini terjadi karena permukaan tanah merupakan daerah yang paling luar sehingga 
tingginya suhu di lapisan ini diakibatkan karena pengaruh sinar matahari. 
Pada lahan tersebut digunakan pemecah angin (wind breaker) untuk mengurangi 
pengaruh buruk dari tiupan angin kencang yang membawa partikel-partikel garam. Pemecah angin 
yang digunakan adalah pemecah angin sementara berupa anyaman daun kelapa. Partikel-part ike l 
garam yang terbawa angin dan menempel pada tanaman atau menumpuk di lahan dihilangka n 
bersamaan dengan penyiraman tanaman yang sumber airnya tersedia dalam bak-bak beton atau 
sumur beton yang disebut irigasi sumur renteng. Sedangkan penyiraman dilakukan dengan 
menggunakan gembor atau ember. Pada lahan pasir pantai untuk mengurangi penguapan langsung 
dari permukaan tanah banyak digunakan mulsa atau seresah sebagai penutup tanah. 
Untuk mengatasi kondisi lahan pasir pantai yang tidak subur baik fisik, kimiawi dan 
biologisnya, para petani telah menambahkan pupuk kandang dari ternak yang dipeliharanya, juga 
pupuk buatan dan dengan melakukan manipulasi lahan. Manipulasi terhadap lahan dilakukan 
dengan menempatkan lembaran plastik atau bahan-bahan yang bermanfaat sejenis dengan maksud 
agar lahan pasir pantai yang bersifat porous tetap dapat mempertahankan ketersediaan airnya. 
Manipulasi terhadap lahan pasir pantai juga dilakukan dengan menambahkan tanah lempung yang 
didatangkan dari luar kawasan secara terus-menerus sehingga diharapkan dapat terwujud lahan 
yang menjadi lebih subur untuk pertumbuhan tanaman. 
Saat praktikum dilaksanakan terdapat kemiripan tempat dengan kondisi fisik hampir 
sama yaitu pada Pantai Samas(Bantul) dan Pantai Bugel(Kulonprogo) tetapi terdapat perbedaan 
dalam hal perlakuan budidaya tanamannya. Pada Pantai Samas, petani lebih konsen terhadap 
budidaya tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabai merah dan biasanya ditanam pada 
bulan kering( juni-september) karena tanaman tersebut secara fisiologis tidak tahan terhadap
keadaan air yang terlalu banyak sedangkan pada saat bulan basah petani hanya menanam tanaman 
yang memiliki nilai ekonomis yang lebih murah seperti terong, kangkung. Letak areal pertanian 
yang diusahakan agak jauh dari bibir pantai dibanding pada areal pertanian di Pantai Bugel. Pada 
Pantai Samas banyak menggunakan Windbreaker tanaman keras seperti akasia dan jati kebon serta 
memiliki reservoir air yang cukup besar yang berada di dekat pantai. 
Sedangkan pada Pantai Bugel, melakukan penanaman berbagai macam jenis tanaman 
holtikultura dan buah seperti semangka dan tidak terlalu konsen seperti halnya yang dilakukan 
pada Pantai Samas yaitu dengan menanam cabai merah maupun bawang merah. Adapun petani 
membuat sendiri windbreaker dari daun tanaman kelapa yang kering yang disusun dan ditaruh di 
pinggir lahan serta penanaman tanaman pemecah angin seperti cemara udang . Menurut penuturan 
petani terdapat perbedaan yang signifikan jika antara ada tidaknya windbreaker terhadap 
produktifitas tanaman yang dibudidayakan. Jika pada areal pertanaman dipasang adanya 
windbreaker maka produktifitas akan meningkat. Windbreaker tidak hanya berupa daun kelapa, 
tetapi juga dengan menanam tanaman rumput gajah yang tentunya memiliki fungsi lain sebagai 
pakan ternak.
KESIMPULAN 
1. Pengolahan tanah pada masing-masing tanah mempunyai cara yang berbeda-beda, tergantung pada 
sifat fisik dan kimia tanah, serta ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman. 
2. Budidaya tanaman di daerah Bambanglipuro yakni tanaman terong menggunakansistem genangan 
dalam parit yaitu ketika musim kemarau airnya akan digunakan untuk pengairan dan tanaman 
selalu dalam keadaan kapasitas lapang dan pada musim penghujan dengan air berlebih parit 
tersebut digunakan sebagai untuk membuang air yang berlebih tersebut dan menjaga tanaman pada 
kondisi tidak jenuh air. 
3. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang dibudidayakan di lahan pasir pantai dengan 
pemberian lempung, bentonit, zeolite, mulsa organik, maupun anorganik, dan pembuatan wind 
breaker. 
4. Pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) adalah pengolahan tanah yangdilakukan secara 
terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanahpada seluruh areal lahan.
DAFTAR PUSTAKA 
Anonim.1991. Kesuburan Tanah.Direktorat Jendral PendidikanTinggi. Departemen Pendidikanda n 
Kebudayaan. 
Anonim. 1991. Taman wisata Alam danTaman Wisata laut PulauSangiang 
Anonim. 2009. Budidaya Kangkung. <http://warintek.progressio.or.id/budidaya-kangkung. 
html>. Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. 
Anonim. 2010. Budidaya Timun. <http://budidaya-di.blogspot.com/2010/01/budidaya-timun.html>. 
Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. 
Anonim. 2011. Kacang Tanah. . Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. 
Hakim , N., Yusuf, N., A.M. Lubis, Sutopo G. N., Go Ban Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar 
Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 
Hanafiah, K. A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 
Kertenogoro, B.D. dan S. Soekodarmodjo. 1987. Anasir Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian 
UGM, Yogyakarta. 
Kohnke, H. 1968. Soil Physics.TataMcGraw Hill, Bombay. 
Mardjuki, A. 1994.Pertanian danMasalahnya. Andi Offset, Yogyakarta. 
Maroeto , Moch. Arifin dan Sutoyo. 2007. Identifikasi dan diagnose sifat kimia tanah salin 
untukkesesuaian tanaman cemara udang ( Casuarina equisetifolo ). Jurnal Pertanian Mapeta 10(1) 
: 13-23
Notohadiprawiro, T. (1996) Lahan Kritis DanBincangan Pelestarian Lingkungan Hidup.Seminar 
Nasional Penanganan Lahan Kritisdi Indonesia tanggal 7-8 November 1996.PT. Intidaya 
Agrolestari, Bogor. 
Parimawati, E., 2001. Teknik Pemanenan Aliran Permukaan (run-off harvesting) di Lahan Kering 
Pringgabaya. Skripsi Fakultas Pertanian Unram. 
Rinsemi, W. J. 1993. (Bemesting en Meststoffen alih bahasa H.M. Saleh). Bhratara, Jakarta. 
SQI, 2001.Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning. Soil Quality Institute. 
Natural Resources Conservation Services.USDA. 
Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psaments dalam Upaya Rekayasa 
Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk 
Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan, 
Yogyakarta. 
Suprapto, A. 2003.Land and water resourcesdevelopment in Indonesia.DalamFAOInvestment in Land 
and Water.Proceedingsof the Regional Consultation. 
Syamsiah, Iis dan A. M. Fagi. 2004. Teknologi Embung. Sumber Daya Air dan Iklim Dalam 
Mewujudkan Pertanian Efisien. Kerjasama Departemen Pertanian Dengan Perhimpunan 
Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI). 
Tindall, H. D. 1983. Vegetable In The Tropics. Mac Millan Education, Ltd, London. 
Widjajaadji, I, P, G., H. Suwardjo., dan M. Soepartini.1987.Faktor Tanah Dalam Menentukan kebutuhan 
dan Meningkatakan Efisiensi Penggunaan Pupuk.Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisie nsi 
Pupuk. Puslittan Balitbang Deptan:183-203. 
Yuwono, N. W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal.Jurnal Ilmu Tanah dan 
Lingkungan 9(2) : 137-141.

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum daya hantar listrik tanah
Laporan praktikum daya hantar listrik tanahLaporan praktikum daya hantar listrik tanah
Laporan praktikum daya hantar listrik tanah
Dwi Karyani
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
Kharistya Amaru
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
Moh Masnur
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
Boaz Salosa
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
UNESA
 
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Malikul Mulki
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
Iqrimha Lairung
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
University of Lampung
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
Ekal Kurniawan
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasi
Tidar University
 
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksMakalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
UNESA
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
Alfian Nopara Saifudin
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
Kharistya Amaru
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Makalah erosi
Makalah erosiMakalah erosi
Makalah erosi
Riyadi Davit
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Shinta R Naibaho
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Feisal Rachman Soedibja
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 

What's hot (20)

Laporan praktikum daya hantar listrik tanah
Laporan praktikum daya hantar listrik tanahLaporan praktikum daya hantar listrik tanah
Laporan praktikum daya hantar listrik tanah
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasi
 
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksMakalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Makalah erosi
Makalah erosiMakalah erosi
Makalah erosi
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 

Viewers also liked

Hubungan Air dan Tanaman
Hubungan Air dan TanamanHubungan Air dan Tanaman
Hubungan Air dan Tanaman
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Metabolisme dan peranan enzim pada tumbuhan
Metabolisme dan peranan enzim pada tumbuhanMetabolisme dan peranan enzim pada tumbuhan
Metabolisme dan peranan enzim pada tumbuhan
aufia w
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)
Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)
Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)Robin Ginting
 
vegetasi tumbuhan
vegetasi tumbuhanvegetasi tumbuhan
vegetasi tumbuhan
Rika AgatHa
 
air permukaan
air permukaanair permukaan
air permukaanQunk
 
Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2
Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2
Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2
Sudanis Hariyanto
 
Skripsi agroteknologi unida
Skripsi agroteknologi unidaSkripsi agroteknologi unida
Skripsi agroteknologi unida
Ekal Kurniawan
 
Laporan manajemen kesuburan tanah
Laporan manajemen kesuburan tanahLaporan manajemen kesuburan tanah
Laporan manajemen kesuburan tanah
Nasrul Sativa
 
Presentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanah
Presentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanahPresentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanah
Presentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanah
Meileni Nurhayati
 
Makalah metabolisme
Makalah metabolismeMakalah metabolisme
Makalah metabolisme
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian air
Munzirkamala
 
Kebutuhan Air tanaman secara empiris
Kebutuhan Air tanaman secara empirisKebutuhan Air tanaman secara empiris
Kebutuhan Air tanaman secara empiris
Karla Puspita Sari
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasiayireni
 
Hubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanamanHubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanaman
Astri
 
Penyerapan air dan evapotranspirasi
Penyerapan air dan evapotranspirasiPenyerapan air dan evapotranspirasi
Penyerapan air dan evapotranspirasiYeyen Hito
 

Viewers also liked (20)

Hubungan Air dan Tanaman
Hubungan Air dan TanamanHubungan Air dan Tanaman
Hubungan Air dan Tanaman
 
Metabolisme dan peranan enzim pada tumbuhan
Metabolisme dan peranan enzim pada tumbuhanMetabolisme dan peranan enzim pada tumbuhan
Metabolisme dan peranan enzim pada tumbuhan
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
 
Modul silikat
Modul silikatModul silikat
Modul silikat
 
Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)
Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)
Ppinteraksi tumbuhan dengan mikroba (bakteri)
 
vegetasi tumbuhan
vegetasi tumbuhanvegetasi tumbuhan
vegetasi tumbuhan
 
air permukaan
air permukaanair permukaan
air permukaan
 
Makalah fitokrom
Makalah fitokromMakalah fitokrom
Makalah fitokrom
 
Transpor aktif
Transpor aktifTranspor aktif
Transpor aktif
 
Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2
Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2
Teknik budidaya tanaman chairani hanum jilid 2
 
Skripsi agroteknologi unida
Skripsi agroteknologi unidaSkripsi agroteknologi unida
Skripsi agroteknologi unida
 
Laporan manajemen kesuburan tanah
Laporan manajemen kesuburan tanahLaporan manajemen kesuburan tanah
Laporan manajemen kesuburan tanah
 
Presentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanah
Presentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanahPresentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanah
Presentasi Geografi kelas X BAB Sifat fisika tanah
 
Makalah metabolisme
Makalah metabolismeMakalah metabolisme
Makalah metabolisme
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian air
 
Kebutuhan Air tanaman secara empiris
Kebutuhan Air tanaman secara empirisKebutuhan Air tanaman secara empiris
Kebutuhan Air tanaman secara empiris
 
Bab i fisika kimia dan biologi tanah
Bab i fisika kimia dan biologi tanahBab i fisika kimia dan biologi tanah
Bab i fisika kimia dan biologi tanah
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasi
 
Hubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanamanHubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanaman
 
Penyerapan air dan evapotranspirasi
Penyerapan air dan evapotranspirasiPenyerapan air dan evapotranspirasi
Penyerapan air dan evapotranspirasi
 

Similar to Hubungan tanah air dan tanaman

STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
mahviro vivi
 
Bulk_density
Bulk_densityBulk_density
Bulk_density
Iqrimha Lairung
 
Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)
Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)
Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)BMKG
 
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptxFungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
AgathaHaselvin
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
Silmi Kaffah
 
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptPertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
ricky235411101008
 
Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiMeilani Marjuki
 
2 kuliah pa bab ii hta tan
2 kuliah pa bab ii hta tan2 kuliah pa bab ii hta tan
2 kuliah pa bab ii hta tan
Andrew Hutabarat
 
sifat fisik tanah
sifat fisik tanah sifat fisik tanah
sifat fisik tanah
Politeknik Negeri Sambas
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
Inri Pata'dungan
 
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
andreapriharyandi
 
Tugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambanganTugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambangan
Irma Sholihah
 
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSMateri Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Adam Maulana Aji
 

Similar to Hubungan tanah air dan tanaman (20)

STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
 
Bulk_density
Bulk_densityBulk_density
Bulk_density
 
Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)
Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)
Hub tanah-air-tumbuhan (kelompok 7)
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptxFungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
 
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptPertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
 
Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografi
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
2 kuliah pa bab ii hta tan
2 kuliah pa bab ii hta tan2 kuliah pa bab ii hta tan
2 kuliah pa bab ii hta tan
 
Silvika tanah 3
Silvika tanah 3Silvika tanah 3
Silvika tanah 3
 
Geografi lahan
Geografi lahanGeografi lahan
Geografi lahan
 
sifat fisik tanah
sifat fisik tanah sifat fisik tanah
sifat fisik tanah
 
Mekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisikMekanika tanah dan sifat fisik
Mekanika tanah dan sifat fisik
 
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
01-02. KARAKTERISTIK FISIKA TANAH.pptx
 
Tugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambanganTugas pemetaan pertambangan
Tugas pemetaan pertambangan
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPSMateri Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
Materi Biosfer BAB 1 kelas XI IPS
 
Id 02 htat_2013
Id 02 htat_2013Id 02 htat_2013
Id 02 htat_2013
 
Tanah agro
Tanah agroTanah agro
Tanah agro
 

Hubungan tanah air dan tanaman

  • 1. HUBUNGAN TANAH AIR DAN TANAMAN Download versi lengkap di sertai gambar dan rumus Klik disini I. PENDAHULUAN Pertumbuhan tanaman tergantung pada penggunaan dua sumber alam penting, tanah dan air. Tanah memberikan kebutuhan dukungan mekanis dan hara bagi pertumbuhan tanaman. Air perlu sekali bagi proses kehidupan tanaman. Manajemen yang efektif dari sumber-sumber ini bagi produksi tanaman memerluka n pemahaman hubungan diantara tanah, air, dan tanaman bagi. Pengetahuan tentang lengas tanah tersedia dan tekstur tanah akan lebih mudah membuat keputusan mengenai tanaman apa yang akan ditanam dan kapan diairi. Suhubungan itu akan difokuskan penelaahaan terhadap karakteristik fisik tanah, interaksi tanah dan air, dan bagaimana tanaman menggunakan air. II. KARAKTERISTIK FISIS TANAH Ada banyak variabel dalam karakteristik fisis tanah. Ini meliputi tekstur tanah, struktur tanah, kerapatan lindak tanah (soil bulk density), dan porositas tanah. Variabel-variabel ini semua mempunyai pengaruh terhadap bagaimana tanah, air, dan udara berinteraksi. Komposisi Tanah Tanah adalah campuran dari bahan mineral, bahan organik, dan pori-pori. Bahan minera l kira-kira menyusun setengah dari total volume tanah. Bahan mineral terdiri dari partikel-part ike l mineral kecil baik pasir (sand), debu (silt), atau liat (clay). Bahan organik terbuat dari substansi tanaman dan hewan yang membusuk dan tersebar di dalam dan di antara partikel-part ike l
  • 2. mineral. Bahan organik menyebabkan kira-kira 1 hingga 5 % dari keseluruhan susunan tanah. Kombinasi mineral dan bahan organik doimaksudkan sebagai bahan padat (solid). Pori-pori, ruang yang terjadi sekeliling partikel-partikel mineral, adalah penting karena pori-pori ini menyimpan udara dan air dalam tanah. Kira-kira 50 % dari susunan tanah adalah pori-pori. Kerseluruhan komposisi tanah adalah 45 hingga 49 % partikel-partikel mineral, 1 hingga 5 % bahan organik, 50 % pori-pori. Gambar 1 memperlihatkan kira-kira hubungan di antara substansi dalam komposisi tanah dengan komposisi dengan ruang pori-pori diperlihatka n terbagi di antara udara dan air. Tekstur Tanah Tekstur tanah ditentukan oleh ukuran partikel-partikel yang menyusun tanah. Metode tardisional penentuan ukuran partikel tanah adalah dengan memisahkan partikel-partikel ke dalam tiga kisaran ukuran. Fraksi-fraksi tanah ini adalah pasir (sand), debu (silt), atau liat (clay). Biasanya, hanya partikel-partikel lebih kecil dari 2 mm ukurannya dikatagorikan sebagai partikel-partikel tanah. Partikel yang lebih besar dari ini dikatogorikan sebagai kerikil, batu, atau batu besar (boulder). Ukuran partikel partikel pasir berkisar dari 2 mm hingga 0.05 mm. Ada sub katagori yang diberikan ke dalam kisaran ini yang meliputi pasir kasar, sedang, dan halus. Partikel-partikel debu ukurannya berkisar dari 0.05 mm ke bawah hingga 0.02 mm. Penampilan fisik dari dari debu adalah banyak menyerupai pasir, tetapi karakternya lebih menyerupai liat. Partikel-partikel liat kurang dari 0.02 mm ukurannya. Liat adalah fraksi-fraksi tanah penting karena ia mempunyai pengaruh paling banyak terhadap perilaku tanah seperti kapasitas memegang air (water-holding capacity). Partikel liat dan debu tidak dapat dilihat dengan mata
  • 3. telanjang. Tekstur tanah ditentukan oleh nisbah massa, atau persen bobot dari tiga fraks i tanah. Segitiga tekstur tanah, Gambar 2, memperlihat klas tekstur berbeda dan persentase bobot dari masing-masing fraksi tanah. Sebagai contoh, tanah yang mengandung bobot 30 % pasir, 30 % liat, dan 40 % debu diklasifikasikan sebagai lempung berliat. Struktur Tanah Struktur tanah adalah bentuk dan susunan dari partikel-partikel tanah dalam agregat (kumpulan). Struktur tanah adalah suatu karakteristik penting yang digunakan untuk klasifikas i tanah dan banyak mempengaruhi produktivitas pertanian dan penggunaan lainnya. Bentuk-bentuk utama struktur tanah adalah piring (platy), prisma (prismatic) , tiang (column), balok (blocky), dan butiran (granular). Deskripsi-deskripsi struktur tanah ini menunjukkan bagaimana masing-masing partikel ini menyusun diri mereka sendiri bersama-sama ke dalam agregat (kumpulan). Tipe-tipe tanah beragregat biasanya paling diinginkan bagi pertumbuhan tanaman. Istilah- istilah ini juga digunakan bersama dengan kata-kata deskripsi untuk menunjukkan kelas dan tingkat (grade) tanah. Kelas dimaksudkan ukuran agregat sedangkan grade menggambarkan seberapa kuatnya bersatu. Tanah-tanah tanpa struktur menjadi butir tersendiri (partikel-partikel tersendiri yang takmelekat, seperti bukit pasir) atau massa padat (partikel bersama melekat tanpa terpisah secara teratur, sperti lapisan cadas). Struktur tanah tidak stabil dan dapat berubah dengan iklim, aktivitas biologi, dan praktek pengelolaan tanah. Kerapatan Lindak (Bulk Density) Dan Porositas Kerapatan lindak kering tanah menggambarkan nisbah berat tanah terhadap volume totalnya. Kerapatan lindak basah adalah nisbah berat tanah dan air terhadap volume total. Total
  • 4. volume meliputi baik bahan padat maupun ruang-ruang pori. Kerapatan lindak tanah adalah penting karena ia ukuran porositas tanah. Porositas tanah didefinisikan sebagai volume pori-pori di dalam tanah. Tanah padat mempunyai porositas rendah dan dengan demikian kerapatan lindak tinggi. Tanah longgar mempunyai porositas lebih tinggi dan kerapatan lindak rendah. Seperti struktur tanah, kerapatan lindak dan porositas tanah dipengaruhi oleh iklim, aktivitas - aktivitas biologi, dan praktek manajemen tanah III. INTERAKSI TANAH DAN AIR. Penting untuk dipahami interaksi-interaksi di antara tanah dan air yang meliputi kandungan lengas tanah, bagaimana tanah memegang air, dan tensi air (tension) air tanah. Pemahaman interaksi- interaksi ini dapat menjadi sangat bermanfaat apabila membuat keputusan-keputuasa n tanam dan irigasi. Kandungan Lengas Tanah (Soil Water Content) Kandungan lengas tanah harus didefinisikan atau ditetapkan untuk menunjukkan jumlah air yang disimpan di dalam tanah pada setiap waktu. Kandungan lengas tanah yang ditetapkan paling umum adalah kejenuhan (saturation), kapasitas lapang (field capacity), titik layu (wilting point), dan kering oven (oven dried). Pada kejenuhan, yang biasanya terjadi segera setelah hujan berat atau irigasi, semua ruang pori dalam tanah terisi air. Apabila tanah ada pada atau dekat kejenuhan, sejumlah air bebas untuk merembes atau bergerak ke bawah disebabkan gravitasi. Air kelebihan ini disebut air gravitasi (gravitational water). Karena air yang bergerak ke bawah (akibat gravitas i ini) memerlukan waktu, sejumlah air kelebihan ini dapat digunakan oleh tanaman atau hilang melalui penguapan. Kapasitas lapang didefinisikan sebagai jumlah air yang tersisa di dalam tanah
  • 5. setelah perkolasi terjadi. Ini bukan suatu batas air tanah yang sangat pasti; dengan demikian kapasitas lapang sering didfinisikan kira-kira sebagai sepertiga tensi atmosfir. Titik layu (wilting point) didefinisikan sebagai kandungan lengas tanah yang pada tingkat itu potensi tanaman untuk mengabsorbsi air diimbangi oleh potensi air dari tanah. Tanaman-tanaman akan mati jika air tanah dibiarkan mencapai titik layu itu. Tanah yang sudah menjadi kering oven digunakan sebagai titk referensi (dasar patokan) untuk menentukan kandungan lengas tanah. Ini terjai apabila semua air tanah sudah dihilangkan (removed) dari tanah. Jumlah lengas pada setiap kan-dungan lengas tanah berubah dengan berubahnya tipe tanah. Kapasitas memegang air spesifik dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber. Gambar 3 mengilustrasikan jumlah khas air yang dipegang pada kandungan air tanah yang didefinisikan bagi tanah-tanah pasir, lempung dan lempung liat berdebu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai inci (atau cm) air tersedia atau sebagai persentase. Nilai-nilai khas diperlihatkan pada Tabel 1. Bagaimana Tanah Memegang Air Tanah memegang air dalam dua cara, sebagai selaput tipis pada partikel-partikel tanah tersendiri, dan sebagai air disimpan dalam pori-pori tanah. Air disimpan sebagai selaput tipis pada partikel-partikel tanah tersendiri dikatakan ada dalam adsorpsi (jerapan). Adsorpsi melibatka n reaksi-reaksi kimia dan fisika yang kompleks tetapi dalam istilah sederhana, selaput tipis air melekat pada lapisan-lapisan sebelah luar molekul-molekul partikel tanah. Air disimpan dalam pori-pori dari tanah dikatakan ada dalam simpanan kapiler. Suatu contoh dari fenomena ini adalah akan ditempatkan satu ujung dari pipa kapiler gelas ke dalam panci air. Air dari pipa akan naik ke suatu tinggi tertentu, yang tergantung pada diameter pipa kapiler (gambar 4). Fenomena ini dapat bertindak dalam setiap arah dan kunci untuk air yang disimpan dalam pori-pori tanah (Gambar 5).
  • 6. Tensi Air Tanah (Soil Water Tension) Seberapa mudah tanaman dapat meng-ekstrak air dari tanah tergantung pada tensi air tanah, juga dikenal dengan nama potensial air tanah. Air yang menjadi simpanan air kapiler dipegang dalam tanah pada suatu tensi tertentu. Sama benarnya untuk air yang dipegang dengan fenomena adsorpsi. Ketika tanah mengering, tensi-tensi ini menjadi lebih besar. Bagi tanaman lebih mudah mengekstrak air yang dipegang pada tensi-tensi lebih rendah. Tensi-tensi yang sesuai dengan titik keseimbangan air tanah pada contoh di bawah ini adalah contoh yang baik tensi air yang mempengaruhi penggunaan air tanaman. Pada tingkat jenuh, tensi air kira-kira 0,001 bar. Satu bar tensi setara dengan 1 atmosfir tekanan (14,7 psi). Jadi dari diskusi di atas, akan sangat mudah bagi tanaman untuk mengekstrak air dari suatu tanah jenuh. Kejenuhan air bertahan hanya dalam waktu singkat, jadi tanaman-tanaman mngekstrak air hanya suatu bagian kecil dari di atas kapasitas lapang. Kapasitas lapang didefinisikan pada kira-kira sepertiga tekanan atmosfir atau kira-kira 0,3 bar. Pada kandungan air ini, tanaman masih mudah mengambil air dari tanah. Titik layu terjadi apabila potensi akar tanaman diimbangi oleh potensi air tanah, jadi tanaman tidak mampu untuk mengabsorpsi air diluar (melebihi) tensi ini. Ini terjadi kira pada tensi 15 bar. Pada tensi air tanah ini tanaman akan mati. Sebagai kerangan, tensi air tanah dalam suatu contoh tanah kering oven kira-kira 10.000 bar. Retensi (tindakan memegang) air tanah atau kurva karakte-ristik mengilustras ika n hubungan-hubungan retensi itu (Gambar 6). Kurva-kurva ini sedi kit berbeda untuk tipe-tipe tanah berbeda disebakan tekstur dan struktur tanah yg berbeda.
  • 7. Air di antara kapasitas lapang dan titik layu adalah air yang tersedia bagi tanaman. Akan tetapi pertumbuhan tanaman dan hasil terbaik terjadi apabila kandungan air tanah tetap separuh ke atas dari kisaran air tanah tersedia bagi tanaman. Tanaman mengembangkan tensinya, atau potensialnya, untuk memindahkan air tanah dari tanah ke dalam akar dan mendistribuasi air ke seluruh tanaman dengan menyesuaikan potensial air, atau tensi air, dalam sel-sel tanaman. Potensial air terbuat dari beberapa komponen, tetapi salah satu komponen penting adalah potensial osmotik atau larutan. Potensial larutan adalah disebabkan adanya bahan terlarut, seperti gula dan asam amino, dalam sel-sel tanaman. Intisari proses adalah bahwa air selalu bergerak dari potensial air lebih tinggi ke potensial air lebih rendah. Bagi air untuk berpindah dari tanah ke akar, batang, daun, udara potensial air harus selalu berkurang. Ini diilustrasikan pada Gambar 7, pemindahan dari tanah potensial air lebih tinggi (kurang negatif) ke potesial air lebih rendah (lebih negatif). Tensi sering digambarkan dengan simbul y. Potensi air udara adalah selalu rendah, dengan demikian pergerakan air ke arah udara melalui tanaman. Akan tetapi, tanaman dibatasi dalam jumlah penyesuaian yang dapat dibuatnya. IV. PENGGUNAAN AIR OLEH TANAMAN. Sistem akar tanaman harus memberikan suatu tensi (tekanan) negatif untuk mengekstrak air dari tanah. Tensi harus setara dengan tensi yang memegang air dalam tanah. Sebagai contoh, jika air dalam tanah ada pada 0.3 bar (sekitar kapasitas lapang), tanaman harus memberikan sekurang-kurangnya 0,3 bar tensi negatif (-0,3 bar). Pada titik layu, maksimum tensi negatif yang tanaman berikan diimbangi dengan tensi air tanah.
  • 8. Pada titik ini tanaman tidak dapat lagi mengekstrak air dari tanah dan akan mengalami stres secara permanen. Ada beberapa faktor yang menentukan kapan, dimana, dan berapa banyak air akan digunakan tanaman. Faktor-faktor ini meliputi kebutuhan air tanaman harian sebagai dipengaruhi oleh kondisi-kondisi iklim dan stadia pertumbuhan, kedalaman akar tanaman, dan kualitas tanah dan air. Kebutuhan Air Tanaman Tanaman mempunyai kebutuhan air yang berbeda pada stadia pertumbuhan yang berbeda. Ketika tanaman muda ia kurang memerlukan air dari pada ketika ia berada pada stadia reproduktif. Ketika tanaman mendekati masak, kebutuhan airnya berhenti. Kurva-kurva sudah dikembangkan yang memperlihatkan kebutuhan air harian bagi kebanyakan tipe tanaman. Gambar 8 memperlihatkan kurva air tanaman khas. Tanaman tahunan semacam alfalfa, mempunyai kurva penggunaan air tanaman serupa dengan yang teradapat pada Gambar 8, kecuali kurva pemakaian air tanaman mempunyai suatu penggunaan air tanaman berpolakan mata gergaji, berhenti dengan tajam dengan tiap pemotongan dan secara perlahan-perlahan meningkat hingga pemotongan berikutnya. Kedalaman Akar Tanaman Kedalaman akar tanaman menentukan kedalaman yang dengannya air tanah dapat diekstrak. Tanaman muda hanya mempunyai akar-akar yang dangkal dan air tanah yang lebih dalam dari kedalaman perakaran tidak digunakan tanaman. Tanaman khasnya mengekstrak kira-kira 40 % dari kebutuhan airnya dari seperempat teratas daerah perakarannya, kemudian 30 % dari seperempat berikutnya, 20 % dari seperempat ketiga, dan 10 % seperempat terbawah. Jadi,
  • 9. tanaman akan mengekstrak kira-kira 70 % airnya dari setengah bagian atas penetrasi akar keseluruhannya. Tabel 2 memperlihatkan kedalaman penetrasi akar dan 70 % ekstraksi air untuk beberapa tanaman lapangan yang umum. Bagian lebih dalam daerah perakaran dapat menyediakan persentase kebutuhan lebih tinggi jika bagian lebih atas dikosongkan. Akan tetapi, ketergantungan pada penggunaan air lebih dalam akan mengurangi pertumbuhan tanaman optimum. Kualitas Tanah Dan Air Faktor lain terhadap jumlah ketersediaan air tanah untuk tanaman adalah kualitas tanah dan air. Untuk pertumbuhan tanaman baik, tanah harus mempunyai ruang yang cukup untuk air dan pergerakan udara, dan untuk pertumbuhan akar. Struktur tanah dapat diubah oleh praktek manajemen tanah tertentu. Sebagai contoh, pengolahan tanah berlebihan dapat memecahkan tanah agregat dan lalu lintas berlebihan dapat menyebabakan kekompakan atau kepadatan tanah. Kedua praktek ini mengurangi jumlah ruang pori dalam tanah dan dengan demikian mengurangi ketersediaan air dan udara dan mengurangi ruang untuk perkembangan akar. Kualitas air juga penting untuk perkembangan tanaman. Air irigasi dengan kandu- ngan tinggi garam terlarut adalah tidak tersedia untuk tanaman, jadi kandungan air tanah lebih tinggi agar mempunyai air tersedia bagi tanaman. Kenaikan kandungan garam air mengurang potensial untuk menggerakkan air dari tanah ke akar-akar. Sejumlah air tambahan juga akan diperlukan untuk mencuci garam dibawah daerah perakaran untuk mencegah penambahan dalam tanah. Kualitas air yang rendah dapat mengurangi dapat mempengaruhi strucktur tanah. V. RINGKASAN
  • 10. Pengetahuan dasar hubungan tanah-air-tanaman memungkinkan pengelolaan dan penghematan air irigasi. Sejumlah faktor penting untuk diingat meliputi : 1. Kapasitas memegang air tanah berubah dengan berubahnya tekstur tanah. Kapasitas memegang air adalah tinggi bagi tanah-tanah bertestur menengah dan halus tetapi rendah utuk tanah-tanah pasir. 2. Akar-akar tanaman hanya dapat menggunakan air tanah tersedia, yaitu air tersimpan di antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Akan tetapi sebagai aturan umum, pertumbuhan tanaman dan hasil dapat berkurang jika lengas tanah dalam daerah perakaran tetap di bawah 50 % dari kapasitas memegang air untuk priode waktu yang lama, terutama selama stadia pertumbuhan kritis. 3. Meskipun akar-akar tanaman dapat tumbuh ke kedalaman yang dalam, keba-nyakan air dan hara diambil setengah daerah perakaran lebih atas. Stres tanaman dan kehilangan hasil dapat terjadi malahan dengan air yang cukup dalam setengah daerah perakaran lebih bawah. 4. Kwalitas air irigasi lebih rendah dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk mengambil air dan dapat mempengaruhi struktur tanah. 1. Fungsi Tanah bagi Tanaman Istilah tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai dengan peruntukannya. Pada umumnya pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman 2,0m. Lapisan tanah bagian atas pada umunya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan lapisantanah di bawahnya. Karena akumulasi bahan organik maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur
  • 11. hara, air, udara dan cahaya. Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman, udara dalam hal ini CO2 dan air dengan sumber cahaya menhghasilkan karbohidrat yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Dalam hubungannya dengna kebutuhan hidup tanaman tanah berfungsi sebagai: 1. tunjangan mekanis sebagai tempat tanamn tegak dan tumbuh 2. penyedia unsur hara dan air 3. lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologi. 2. Konsep Kesuburan dan Produktivitas Tanah Tanaman dapat tumbuh serta mampu memberi hasil yang baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman disekitar netral, tidak mempunyai kelarutan garam yang tinggi, cukup tersedia unsur hara dan air dalam kondisi yang seimbang. Kesuburan tanah dapat diberi batasan sebagai kualitas tanah dalam hal kemampuannya unutuk menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman. Secara umum produktivitas tanah dapat diberi batasan sebagai kemampuan tanah untuk memproduksi sesuatu spesies tanaman atau suatu sistem pertanaman pada suatu sisitem pengolahan tertentu. Aspek yang dimaksud misalnya pengaturan jarak tanaman, pemupukan, penhgairan, pemberantasan hama dan penyakit dsb. Jadi untuk dpaat produktif tanah harus subur, tetapi sebaliknya tanah yang subur belum tentu produktif. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM HUBUNGAN AIR, TANAH, DAN TANAMAN Disusun Oleh : Nama : Ari Setiadi NIM : 11911 Dosen : Ir. Suci Handayani, M.P
  • 12. JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013 HUBUNGAN TANAH, AIR, TANAMAN, DAN ATMOSFER Abstraksi Praktikum lapangan Hubungan Tanah, Air, Tanaman dan Atmosfer dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Juni 2013 di daerah Bambanglipuro, Pantai Samas, Desa Trisikdan Pantai Bugel. Pada praktikum ini di berbagai lokasi diamati mengenai sistem tanaman budidaya yang dikembangkan, kondisi pertumbuhan tanaman, sistem pengolahan tanah, sistem irigasi dan modifikasi iklim mikro yang dilakukan oleh petani, dimana pada empat lokasi atau stop site yang diamati mempunyai permasalahan yang berbeda pada sis tem budidaya tanaman yang diusahakan pada lahan tersebut. Pengamatan yang dilakukan meliputi kecepatan angin, suhu udara,suhu tanah,DHL tanah,DHL air,pH tanah,pH air,DP,WB,kelembaban udara,dan data lain yang dibutuhkan sesuai pokok pembahasan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yakni penggaris, pH meter, EC meter, termometer tanah dengan berbagai kedalaman (0, 10, 30 cm), cepuk, aquades, plastik,kamera, alat tulis, dan bor tanah. Sedangkan untuk pengukuran kadar lengas tanah dilakukan dengan metode gravimeteri di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta..Untuk cara kerjanya dilakukan pengamatan dengan melihat kondisi pertumbuhan tanaman di setiap tempat, pola tanam yang digunakan, jenis tanaman dan varietas, sistem irigasi atau pemenuhan kebutuhan air, modifikasi iklim (pengurangan evapotranspirasi), sistem pengelolaan tanah yang meliputi : penyiapan lahan (olah tanah sampai siap tanam), input (pupuk, bahan amelioran), sistem perawatan dan dokumentasi serta mengambil sampel tanah di setiap tempat untuk di amati kelembabannya dengan penentuan kadar lengas metode gravimetris di laboratorium.Has il yang diperoleh di daerah Bambanglipuro yaitubudidaya tanaman terong (Solanum melongena L) yang pengolahan atau penyiapan lahannya tidak terlalu rumit.Sistem irigasi yang diterapkan yaitu genangan dalam parit.Di daerah pantai Samas, tanaman yang dibudidayakan adalah kangkung. Sistem irigasi menggunakan sumur renteng, pipa O dan sumur bor. Di daerah Trisik dilakukan penanaman melon dan kedelai tanpa pengolahan
  • 13. tanah. Sedangkan di daerah Bugel dilakukan minimum tillage dengan cemara udang (Casuarinaequisetifolia) sebagai tanaman pemecah angin (wind breaker).Sistem irigasi yaitu menggunakan sumur renteng. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah, air, tanaman dan atmosfer mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain yang antinya bahwa masing-masing faktor akan saling memberikan pengaruh bagi faktor yang lainnya. Ketiga faktor tersebut akan membentuk suatu iklim mikro yang secara langsung memberika n pengaruh yang besar bagi kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah baik dalam sifat fisika maupun sifat kimia karena tanah merupakan media pertumbuhan bagi tanaman dimana unsur hara dan air diserap untuk menunjang pertumbuhannya. Air sendiri merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan bagi tanaman karena segala proses yang berlangsung dalam tanaman tidak bisa berjalan tanpa adanya air. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh keadaan atmosfer disekitarnya meliputi suhu, kelembaban dan kecepatan angin.Oleh karena itu perlu diadakan modifikasi iklim mikro agar tanaman yang dibudidayakan di suatu tempat dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. B.Tujuan 1. Mengetahui pengaruh keadaan air, tanah, dan atmosfer terhadap pertumbuhan tanaman. 2. Mengetahui teknik budidaya pertanian yang dilakukan oleh petani di empat lokasi pengamatan. 3. Mengetahui sistem irigasi dan sistem pengelolaan tanah yang dilakukan oleh petani di tiga lokasi pengamatan. 4. Mengetahui teknologi dan usaha yang dapat dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kualitas lahannya. II. TINJAUAN PUSTAKA
  • 14. Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan manusia yaitu air, udara, dan unsur hara. Atas dasar definisi ini maka tanah mempunyai 4 fungsi utama (Hanafiah, 2004) : 1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran. 2. Penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolisme, baik selam pertumbuhan maupun untuk berproduksi meliputi air, udara, dan unsur hara. 3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum. Meliputi zat-zat aditif yang diproduksi biota tanah. 4. Habitat biota tanah. Di Indonesia lahan marginal dijumpaibaik pada lahan basah maupun lahan kering.Lahan basah berupa lahan gambut, lahansulfat masam dan rawa pasang surut seluas 24juta ha, sementara lahan kering kering berupatanah Ultisol 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha(Suprapto, 2003). Indonesia memiliki panjanggaris pantai mencapai 106.000 km denganpotensi luas lahan 1.060.000 ha, secara umumtermasuk lahan marginal.Berjuta-juta hektarlahan marginal tersebut tersebar di beberapapulau, prospeknya baik untuk pengembanganpertanian namun sekarang ini belum dikeloladengan baik.Lahan-lahan tersebut kondisikesuburannya rendah, sehingga diperlukaninovasi teknologi untuk memperbaikiproduktivitasnya. Salah satu yang termasuk ke dalamlahan marginal adalah lahan pasir. Selama inipenanganan lahan pasir masih relatif kurang.Pulau Jawa memiliki pantai yang luas 81.000km2 potensial dikembangkan sebagai lahanpertanian. Provinsi DIY memiliki lahan pasirpantai seluas sekitar 3.300 hektar atau 4%luas wilayah, terbentang sepanjang 110 km dipantai selatan lautan Indonesia. Bentanganpasir pantai ini berkisar antara 1-3 km darigaris pantai.Sistem bentang darat ini mudahgoyah mengakibatkan terhambatnya prosespembentukan tanah (Yuwono, 2009). Lahan pasir pantai merupakan lahanmarjinal dengan ciri-ciri antara lain : teksturpasira n, struktur lepas-lepas, kandungan hararendah, kemampuan menukar kation rendah,daya menyimpa n air rendah, suhu tanah disiang hari sangat tinggi, kecepatan angin danlaju evaporasi sangat tinggi.Upaya perbaikan sifat-sifat tanah danlingkungan mikro sangat diperlukan, antaralain misalnya dengan penyiraman yang teratur,penggunaan mulsa penutup tanah,penggunaan pemecah angin (wind breaker),penggunaan bahan pembenah tanah(marling), penggunaan lapisan kedap, danpemberian pupuk (baik organik maupunanorganik) (Yuwono, 2009).
  • 15. Masalah yang dijumpai pada tanah pasiran adalah strukturnya yang jelek, berbutir tunggal, berat volume yang tinggi, dan kemampuan menahan air yang rendah, sehingga kurang memadai untuk bercocok tanam pada musim kemarau (Mulyadi cit. Kertonegoro, 1993). Kemampuan menahan air yang rendah, akan meyebabkan kehilangan unsur hara dari dalam tanah melalui pelindian akan semkin besar berjalan dengan semakin tingginya curah hujan(Hakim et al. 1986). Tekstur tanah berpasir juga akan menyebabkan banyak pupuk terlindi karena mempunyai laju infiltasi yang cepat (Widjajaadi et al., 1987). Unsur utama yang sering hilang dari dalam tanah melalui pelindian adalah N, K, Ca, dan Mg(Hakim et al., 1986). Lebih jauh lagi, tanah bertekstur pasiran juga mempunyai kandungan bahan organik dan hara N yang rendah sehingga tanah ini memerlukan pemberian hara N yang cukup banyak, sedangkan kemungkinan kehilangan hara N melalui pelindian cukup besar(Rinsemi, 1993). Menurut Sudihardjo (2000), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 kesesuaian aktual lahan pasir Pantai Selatan DIY termasuk kelas Tidak Sesuai atau Sesuai Marginal untuk komoditas tanaman pangan dan sayuran. Akan tetapi beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukka n adanya kecenderungan perbaikan hasil dari perlakuan-perlakuan yang dilakukan terhadap tanah, meskipun belum mantap. Pengelolaan usaha pertanian di lahan marginal umumnya terpusat pada musim penghujan. Panen air hujan dilaporkan efektif untuk mengatasi masalah kekurangan air di lahan tadah hujan. Namun teknik memanen air hujan sangat bervariasi tergantung fisiografi lahan dan ketersediaan sumberdaya lokal.Teknik pemanenan air hujan dengan teknik tandon (penampung air berukuran kecil) cocok dikembangkan di daerah tadah hujan dengan intensitas dan distribusi curah hujan yang tidak pasti (Parimawati, 2001). Embung atau tandon air adalah waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan dimusim hujan dan menggunakannya jika diperlukan tanaman pada musim kemarau. Teknik pemanen air (water harvesting) demikian cocok bagi ekosistem tadah hujan dengan intensitas dan distribusi curah hujan tidak pasti (eratic) (Syamsiah dan Fagi, 2004). Lengas tanah dibedakan menjadi lengas gravitasi yaitu lengas yangbergerak ke bawah ole h gaya gravitasi;kapiler yaitu lengas yang mengisi porikapiler atau pori mikro; lengashigroskopis yaitu lengas yang terikatsangat kuat oleh permukaan butir tanahsehingga dalam keadaan kering
  • 16. angin,lengas tersebut tidak dapat diseraptanaman. Lengas yang pentingperanannya bagi kehidupan tanamanialah lengas kapiler (Mardjuki, 1994). Pertumbuhan tanamantergantung kepada jumlah air yangtersedia di dalam tanah.Pertumbuhanakan dibatasi oleh kandungan air sangatrendah maupun kandungan air sangattinggi (Anonim, 1991). Tanaman mempunyai banyak cara mengatur dirimereka dengan kondisi air yangterbatas. Kebanyakan tanaman panganketika tumbuh di lahan agak keringt idak hanya akan mempunyai beratotal yang lebih kecil, tapi juga hasilbagi trubus / akar yang lebih kecil. Dilain pihak, pertumbuhan tanaman ditanah dengan kandungan lengas tinggiakan mempunyai hasil bagi trubus /akar lebih besar (Kohnke, 1968). III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM Praktikum lapangan Hubungan Tanah, Air, Tanaman dan Atmosfer ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2013.Adapun tempat dilaksankannya praktikum terdiri atas4 stop site, yaitu Bambanglipuro, Pantai Samas, Desa Trisik, dan pantai Bugel. Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah Termometer bengkok, EC- meter untuk pengukuran DHL (Daya Hantar Listrik), pH meter, bor tanah, mistar, Flowmeter, dan GPS, sedangkan untuk pengukuran kadar lengas tanah dilakukan dengan metode gravimeteri di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pengamatan diawali dengan pencatatan morfologi tapak dimulai dari penulisan lokasi, ketinggian tempat, koordinat, pengguanaan lahan, vegetasi yang tumbuh dan dibudidayaka n, sistem irigasi/ pemberian air, pengelolaan lahan, dan sistem budidaya yang dilakukan.Di lapangan juga dilakukan pengukuran suhu udara, suhu tanah, kelengasan tanah, daya hantar listrik, pH tanah dan air. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap proses pengairan yang dilakukan di lahan gumuk pasir pantai Trisik dan pasir pantai Bugel. Pengamatan kondisi lahan yang dilakukan adalah mengukur tinggi genangan (apabila terdapat suatu genangan), tinggi bedengan, lebar bedengan, mengukur suhu tanah pada permukaan, kedalaman 10 cm dan kedalaman 40 cm, kemudian mengukur pH tanah dan DHL pada berbagai kedalaman (0 cm, 10 cm, 30 cm dan 40 cm), dalam pengukuran pH dan DHL, contoh tanah yang diambil pada berbagai kedalaman diencerkan dahulu dengan aquades agar kondisi tanah menyerupai pasta sebelum dilakukan suatu pengukuran, selain itu diambil pula contoh tanah pada
  • 17. berbagai kedalaman (0 cm, 10 cm, 30 cm dan 40 cm) yang digunakan untuk analisis kadar lengas di laboratorium. Selain kegiatan analisis dan pengambilan sampel tanah juga dilakukan pula tindakan observasi lainnya, yaitu berupa wawancara dengan petani. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi terkait dengan sistem pertanian dan pola tanam yang dilakukan oleh petani di daerah yang kita survey. IV. HASIL PENGAMATAN Stop site : 1 lokasi :Bambang lipuro Ketinggian : 26-27 m dpl koordinat : 07° 59,017 LS 110° 16,648’ BT Penggunaan lahan : sawah Vegetasi : Terong,Padi,dan Timun Irigasi/pemberian air : air sungai no parameter Sesaat Minimum Maximum Rata-rata 1 Kecepatan angin 0,8 1,55 2,3 0,8 2 Kelembaban 99,9 99,99 99,99 99,99 3 Suhu udara permukaan 27,6 Jeluk 10 cm 26,6 Jeluk 50 cm 27,8 4 pH tanah 6 - - - 5 Suhu tanah 27,6 26,6 27,2 27,8 6 DHL air 0,02 - - - 7 DHL tanah 0,02 - - - 8 Bedengan (P)17,18m (L)8,7 (s)42 9 pH air 6 - - - 10 KL 45,44
  • 18. Stop site : 2 lokasi :samas Ketinggian :28 m dpl koordinat : 07° 59,87 LS 110° 15,64 BT Penggunaan lahan : ading Vegetasi : Terong,kangkung Irigasi/pemberian air : sumur renteng,gembor,pipa U no Parameter Sesaat minimum Maximum Rata-rata 1 Kecepatan angin 2,1 0,4 2,3 1,5 2 Kelembaban 82,1 78,9 86,1 80,6 3 Suhu udara 29,7 29,1 29,7 29,3 4 pH tanah 5,5 - - - 5 Suhu tanah 32 28 29,4 27,8 6 DHL air 0,24 - - - 7 DHL tanah 0,1 - - - 8 pH air 6 - - - 9 DP 25,9 24,9 27,1 25,7 10 WB 26,6 26 27,7 26,6 11 KL 10,09 Stop site : 3 lokasi : desa trisik Ketinggian : 27 m dpl koordinat : 07° 57,02 LS 110° 13,12’ BT Penggunaan lahan :persawahan Vegetasi : melon dan kedelai Irigasi/pemberian air : air sungai dan hujan no Parameter Sesaat minimum Maximum Rata-rata 1 Kecepatan angin 0 0 1,2 0,6
  • 19. 2 Kelembaban 80 78,4 86,7 80,1 3 Suhu udara 27,9 27,7 28,1 28,8 4 pH tanah 6 - - - 5 Suhu tanah 27,2 27,3 28,2 27,8 6 DP 24,2 23,9 25,3 24,4 7 WB 25,2 24,9 25,9 25,2 8 KL 47,89 Stop site : 4 lokasi :Bugel Ketinggian : 24 m dpl koordinat : 07° 57,11 LS Penggunaan lahan : ladang Vegetasi : sawi dan cabai Irigasi/pemberian air : sumur renteng dan pipa U no Parameter sesaat minimum maximum Rata-rata 1 Kecepatan angin 0 0 0,8 0,4 2 Kelembaban 82,2 81 82,2 77,9 3 Suhu udara 26,6 26,4 26,7 26,4 4 pH tanah 5,5 - - - 5 Suhu tanah 29,9 29,7 27,2 28,9 6 DHL air 0,03 0,01 0,02 0,15 7 KL jeluk 5 cm 6,465 8 KL jeluk 10 cm 6,467 9 KL jeluk 15 cm 6,249
  • 20. I. PEMBAHASAN Tanah, air, tanaman dan atmosfer mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain yang antinya bahwa masing-masing faktor akan saling memberikan pengaruh bagi faktor yang lainnya. Ketiga faktor tersebut akan membentuk suatu iklim mikro yang secara langsung memberika n pengaruh yang besar bagi kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah baik dalam sifat fisika maupun sifat kimia karena tanah merupakan media pertumbuhan bagi tanaman dimana unsur hara dan air diserap untuk menunjang pertumbuhannya. Air sendiri merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan bagi tanaman karena segala proses yang berlangsung dalam tanaman tidak bisa berjalan tanpa adanya air. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh keadaan atmosfer disekitarnya meliputi suhu, kelembaban dan kecepatan angin.Oleh karena itu perlu diadakan modifikasi iklim mikro agar tanaman yang dibudidayakan di suatu tempat dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Stopsite 1 berada di Bambanglipuro, desa Sri Gading.Petani menanam di daerah ini dengan sistem pertanian tumpangsari dan monokultur. Jenis tanah yang terdapat pada lahan ini adalah Inceptisol meskipun lempungnya sudah banyak.Sistem budidaya yang digunakan di daerah ini adalah sistem genangan dalam parit yaitu dengan membuat bangunan penguat di saluran primer sebagai irigasi.Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga ketersediaan air pada musim kemarau dengan irigasi dan pada musim hujan dengan kondisi jenuh akan lebih mudah dilakukan pembuangan air. Selain itu ada juga petani yang menanam padi di parit yang dibuatnya, padi ini biasanya hanya hasilnya hanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari.Tanaman yang ditanam pada waktu kita mengunjungi tempat tersebut adalah tanaman terong. Sistem pertanaman dengan metode ini bisa dilakukan untuk segala tanaman hortikultura dan tanaman semusim lainnya. Pengamatan di lapangan menunjukkan suhu tanah permukaan lebih tinggi dari pada suhu tanah pada kedalaman jeluk 10 cm, namun lebih rendah dari jeluk 50 cm. Hal ini terjadi karena permukaan tanah merupakan daerah yang paling luar sehingga terkena pengaruh langsung sinar
  • 21. matahari. Sedangkan pada kedalaman 50 cm suhu tanah lebih tinggi dibandingkan suhu tanah padapermukaan dan kedalaman 10 cm. Padahal seharusnya semakin kedalam suhu akan semakin rendah. Hal ini dapat dikarenkan adanya aktifitas mikrobia yang aktif pada jeluk tersebut sehingga panas dapat terbentuk atau adanya proses fermentasi bahan organik yang dapat menyebabkan panas berlebih. Data pH yang dihasilkan dari pengujian tanah ini rata-ratanya adalah 6 sehinggadapa t dikategorikan pHnetral tanah.Sementara kadar lengas pada tanah yang diamati cukup tinggi yaitu 45,44. Kondisi ini akan mencukupi bagi pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik. Pengamatan lapangan di stop site II ini dilakukan di lokasi atau daerah Pantai Samas, Srigading, Bantul, Yogyakarta. Daerah ini memiliki ketinggian tempat 28 meter di atas permukaan laut yang terletak pada kordinat 70 59’87” LS, 1100 15’64” BT, Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang dicirikan oleh tekstur pasiran, kandungan hara yang rendah, water holding capacity rendah, mudah tererosi, angin yang sangat kencang dan membawa uap garam serta suhu tanah yang tinggi. Dengan demikian, maka pada umumnya lahan daerah ini memiliki bentuk topografi datar. Berdasarkan hasil pengamatan di Sri Gading Emas terdapat sistem budidaya minimum tillage dengan sistem irigasi menggunakan sumur renteng, tetapi sekarang sistem sumur renteng sudah banyak yang diganti dengan sistem pompa yaitu menggunakan pipa yang kemudian cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke lahan. Hal ini dilakukan berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut, dengan menggunakan sistem pompa lebih menghemat tenaga kerja sehingga sistem ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki tenaga kerja yang terbatas. Selain kedua cara tersebut, adapula yang menggunakan sumur bor. Pada setiap lahan terdapat bak control yang mengairi sumur renteng yang ada di lahan. Lahan di daerah ini digunakan untuk tegalan, tanaman yang ditanam adalah Kacang tanah, sorghum dan padi. Sistem pengelolaa n lahan yang digunakan adalah sistem budidaya minimum tillage, maksudnya adalah memanfaatka n lahan yang ketersediaan lengas dan unsur haranya dalam keadaan terbatas menjadi suatu lahan yang lebih bermanfaat dan menghasilkan produk yang tinggi. Lahan yang digunakan di daerah ini merupakan lahan pasir dimana lahan pasir termasuk dalam lahan kritis yaitu lahan yang tidak dapat ditanami atau dibudidayakan, ini dikarenakan lahan pasir merupakan lahan yang miskin hara, kondisi tanahnya phorus, suhu tanah sangat tinggi (suhu ekstrim) dan juga ketersediaan air di dalam tanah sedikit karena pada tanah ini air mudah lolos dan menguap. Lahan pasir yang dahulunya termasuk lahan kritis dan tidak dapat dibudidayakan sekarang berubah menjadi lahan
  • 22. yang bermanfaat dan dapat dibudidayakan, hal ini dapat terjadi karena adanya rekayasa lahan dalam proses pengelolaan lahannya yaitu dengan cara mencampur lempung dan pupuk kandang pada lahan tersebut. Lempung diberikan bertujuan untuk menjerap/mengikat hara tanah, pemberiannya dilakukan pada saat lahan pertama kali akan dibudidayakan. Pasir yang ada di Samas adalah pasir dari batu merapi yang porus air dan miskin hara. Lahan pasir pantai yang ada di Samas dikelola oleh kelompok tani yang dirintis oleh Pak Bandi. Manurut penjelasan Pak Bandi bahwa semua tanah atau jenis tanah itu bisa ditanami asal sudah disentuh dan dikelola oleh manusia ,tidak hanya diberi pupuk kandang namun juga bisa diberi arang jerami dan sekam. Untuk pengelolaan pasir putih biasanya digunakan dengan pemberian arang jerami tau kayu.Namun kunci utama yaitu air, jika ada air pasti bisa tumbuh atau hidup.Hama yang biasa menyerang di Samas yaitu Fusarium dan phytoptora. Pada daerah ini tidak memakai mulsa bawah tanah karena sudah direkayasa menggunaka n tanah lempung, dan dengan perlakuan seperti ini sekiranya sudah dapat menahan air dan tanah sudah tidah phorus lagi, ini karena tanh lempung digunakan sebagai pengikat air dan dapat menambah unsur hara. Selain itu juga karena apabila menggunakan mulsa plastik dapat mengakibatkan tanaman tidak dapat bernafas sehingga tanaman layu, hal ini disebabkan karena penguapan yang terjadi menjadi sangat tinggi. Kedalaman efektif yang dapat dicapai oleh akar tanaman adalah 50 cm dan apabila lebih dari kedalaman tersebut maka tanaman tidak dapat hidup. Analisis yang dilakukan di lahan tersebut adalah pengukuran suhu tanah, kecepatan angin, kelembaban udara, pH, kadar lengas, dan DHL. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada 3 jeluk yaitu permukaan, 10 cm, dan 50 cm, dimana masing-masing jeluk ada 3 lokasi pengamatan. Hasilnya suhu tanah pada permukaan dari lokasi 1, 2 dan 3 secara berturut-turut yaitu 39,7oC, 29,1 oC dan 29,7 oC. pH lapangan yang terukur 5,5 menunjukan pH mendekati netral tanah. Hal ini mungkin disebabkan kandungan di air dan tanah di lapangan yang berbeda. Air lapangan tidak steril sudah tercampur oleh air hujan dan kontaminasi lain sehingga menghasilkan nilai yang berbeda. Semakin dalam tanah maka pH tanah akan semakin tinggi. Pada jenis tanah pasiran ini belum terjadi horizonisasi yakni pembentukan horizon sehingga tanah ini merupakan tahap awal perkembangan tanah.Oleh karena tanah pasiran tidak mengandung lempung, yang menyebabkan nilai DHL yang terjadi rendah dan karena pasir-pasir ini mempunyai muatan yang sangat rendah atau dapat dikatakan tidak bermuatan sehingga kemampuan dalam menyerap dan menghantarka n ion-ion juga rendah.Hal ini menyebabkan tanah ini mempunyai tingkat kesuburan yang rendah.
  • 23. Pada air memiliki nilai DHL yang tinggi mungkin disebabkan kontaminasi garam atau air lapangan yang mempunyai kadar garam yang cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap pengukuran DHL air tersebut. Kadar lengas di samas cukup rendah yaitu 10,09 dibandingkan tanah biasa karena tekstur tanah samas yaitu tanah pasiran. Pada stop site 3 ini di daerah Pantai Trisik, Desa Kranggan 32 m dpl dengan koordinat 7057’02” LS-110013’12”BT. Pada daerah ini sistem budaya ang dipake adalah Zero tillage atau minimum tillage dengan vegetasi yang ditanam adalah Melon dan kedelai. Tanaman melon ada yang merambat ke atas dan ke bawah.Melon yang merambat ke bawah dapat menggunak seresah untuk merambat buah nya. Zeroo tillage dan Minimum Tillage Pengolahan tanah hanya pada lubang-lubang yang akan digunakan untuk menanam Jika dilakukan maksimum tillage akan mengakibatkan banyak kontak dengan tanah, tanah dapat mengalami pembalikan sehingga penguapan akan besar. Zero tillage termasuk budidaya tanpa olah tanah yang memiliki beberapa keunggulan yaitu : 1. Mengirit biaya yang dikeluarkan 2. Dapat mengefisienkan penggunaan air 3. Aerasi nya tidak dipercepat dibandingkan dengan tanah yang diolah. Pengolahan yang dilakukan meliputi pemulsaan dengan menggunakan sisa padi atau membiarkan singgang, pengolahan tanah hanya dengan garu.Sisa panen padi sebagai mulsa, atau tetap dibiarkan jadi padi masih bisa berproduksi tapi dalam jumlah yang rendah. Sistem sumur renteng sudah banyak yang diganti dengan sistem pompa yaitu menggunakan pipa yang kemudian cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke lahan. Hal ini dilakukan berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut, dengan menggunakan sistem pompa lebih menghemat tenaga kerja sehingga sistem ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki tenaga kerja yang terbatas. Selain kedua cara tersebut, adapula yang menggunakan sumur bor yaitu air yang akan digunakan siambil dari selokan yang terdapat atau yang mengalir di bawah lahan yang dibudidayakan. Lahan di daerah ini digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura, tanaman yang dibudidayakan antara lain bawang merah, terong, cabai, timun, semangka. Sistem pengelolaa n lahan yang digunakan adalah sistem budidaya minimum tillage, maksudnya adalah memanfaatka n lahan yang ketersediaan lengas dan unsur haranya dalam keadaan terbatas menjadi suatu lahan yang lebih bermanfaat dan menghasilkan produk yang tinggi. Lahan yang digunakan di daerah ini merupakan lahan pasir dimana lahan pasir termasuk dalam lahan kritis yaitu lahan yang tidak dapat
  • 24. ditanami atau dibudidayakan, ini dikarenakan lahan pasir merupakan lahan yang miskin hara, suhu tanah sangat tinggi, dan juga ketersediaan air di dalam tanah sedikit karena pada tanah ini air mudah lolos dan menguap. Lahan pasir yang dahulunya termasuk lahan kritis dan tidak dapat dibudidayakan sekarang berubah menjadi lahan yang bermanfaat dan dapat dibudidayakan, hal ini dapat terjadi karena adanya rekayasa lahan dalam proses pengelolaan lahannya. Dalam hal penggunaan lahan untuk budidaya dan pengolahan lahannya hampir sama dengan yang dilakukan oleh petani di daerah pantai Samas, yang membedakan yaitu cara merekayasa lahannya, di daerah ini tidak menggunakan penambahan tanah lempung, tetapi hanya menggunakan kotoran ternak dan mulsa jerami. Pada saat praktikum dilaksanakan cuaca sangat cerah dengan suhu udara 28oC dengan kecepatan angin mendekati 0 yaitu sebesar 0,6 m/s. Nilai pH yang terukur adalah sebesar 6 yang merupakan pH netral bagi tanah. Pada lahan di lahan ini memiliki KL yang cukup tinggi yaitu 47,89. Kadar lengas pada stop site ini lebih tinggi daripada KL di lahan pada stop site pertama. Tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi yang cukup lengasnya. Pengamatan lapangan di stop site IV ini dilakukan di Pantai Bugel, Kulon Progo, Yogyakarta. Daerah ini memiliki ketinggian tempat 31 meter di atas permukaan laut yang terletak pada kordinat7057’11” LS-110009’43”BT, daerah ini memiliki sistem irigasi Sumur renteng, pralon-pralon pipa O, dan wind break (buatan manusia). Di sana wind break menggunakan cemara udang dan ada pemecah angin (wind break) buatan atau disebut artificial wind break menggunaka n daun kelapa yang dianyam. Pengelolaan lahan termasuk minimum tillage pada lahan yang telah lama diolah, sedangkan pada lahan bukaan baru pengolahaan lahan akan maksimum tillagekarenaakan diperlukan banyak penambahan bahan-bahan ke dalam lahan pertamanan karena daerah pantai termasuk lahan marjinal. Pembukaan pasir pantai sering menemui banyak kendala. Dengan demikian dilakukan upaya untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut antara lain dengan: 1. Penambahan Bahan Organik 2. Penambahan bahan lempung 3. Pembuatan lapisan kedap air 4. Pemulsaan 5. Penggunaan windbreaker
  • 25. Pada daerah yang diamati digunakan upaya-upaya pengendalian berupa penambahan bahan organik, penambahan lapisan lempung, serta penggunaan mulsa organik. Penambahan bahan organik dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Dari segi fisika, dengan penambahan BO agregasi tanah akan menjadi lebih baik, meningkatkan kemampuan tanah menyerap air sehingga jumlah air tersedia bagi tanaman menjadi meningkat. Dari segi kimia, BO adalah sumber unsur hara N, P, S dan beberapa sumber hara mikro. Lalu dengan penambahan BO dapat meningkatkan KPK tanah pasir pantai. Dari segi biologi, BO adalah sumber energi bagi mikroorganisme, sebagai contoh adalah Nitrosomonas yang berfungsi dalam nitrifikasi. Penambahan lempung juga memiliki fungsi yang sama dengan penambahan BO yaitu untuk memperbaiki agregasi tanah, meningkatkan kemampuan tanah menyerap air, dari segi kimia, penambahan bahan lempung akan meningkatkan KPK, tapi bukan sebagi sumber hara baik mikro maupun makro. Untuk memberikan supply hara bagi tanaman perlu dilakukan pemupukan. Berhubungan dengan pemupukan maka dengan penambahan lempung efisiensi pemupukan akan meningkat sebab kehilangan pupuk akibat leaching bisa diminimalisir. Apabila upaya pertama, kedua dan ketiga adalah untuk meningkatkan ketersediaan air maka upaya yang ke-empat adalah untuk menjaga agar air tidak hilang dari tanah. Dengan dominasi pori makro maka evaporasi dari tanah pasir pantai akibat suhu yang tinggi bisa menyebabkan kehilangan air dalam bentuk uap. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemulsaan baik dengan pemulsaan menggunakan plastik maupun secara organik dengan menggunakan pupuk kandang. Pada lahan milik petani di daerah ini digunakan pupuk kandang sebagai mulsa. Selain untuk menjaga simpanan air dalam tanah, pemanfaatan pupuk kandang sebagai mulsa ini juga ditujukan untuk mempermudah pembudidayaan tanaman semangka di lahan tersebut. Dengan adanya pupuk kandang, pertumbuhan tanaman semangka meningkat karena jerami digunakan sebagai media untuk mengkaitkan sulur-sulurnya. Kecepatan angin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi transpirasi, dengan peningkatan kecepatan angin tingkat transpirasi menjadi meningkat dan meskipun transpirasi berguna untuk menjaga suhu tanaman tapi apabila terjadi dalam jumlah yang berlebih maka bisa mematikan tanaman itu sendiri. Daerah pantai merupakan daerah terbuka dengan kecepatan angin yang tinggi. Untuk mengurangi cekaman kecepatan angin, maka dibuat windbreaker baik secara alami maupun secara buatan. Dengan keberhasilan menurunkan kecepatan angin maka tingkat transpirasi bisa berkurang. Di daerah pengamatan digunakan windbreaker seperti dan daun kelapa.
  • 26. Berdasarkan hasil pengamatan, pH di daerah ini mempunyai pH rata-rata sebesar 5,5 yang berarti upaya pembenahan tanah cukup efektif dan dapat menjamin pertumbuhan tanaman yang baik. Hal ini dapat dipengaruhi karena penambahan bahan organik yang bersifat asam sehingga didapatkan pH yang cukup rendah walaupun berada di dekat laut. Untuk kadar lengas tanah pada areal pertanaman di stop site ini didapat sekitar 6,4. Lengas yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman sehingga diperlukan penyiraman secara berkala. Untuk suhu tanah didapatkan bahwa suhu tanah permukaan lebih tinggi dari pada suhu tanah pada kedalaman 10 dan 50 cm. Hal ini terjadi karena permukaan tanah merupakan daerah yang paling luar sehingga tingginya suhu di lapisan ini diakibatkan karena pengaruh sinar matahari. Pada lahan tersebut digunakan pemecah angin (wind breaker) untuk mengurangi pengaruh buruk dari tiupan angin kencang yang membawa partikel-partikel garam. Pemecah angin yang digunakan adalah pemecah angin sementara berupa anyaman daun kelapa. Partikel-part ike l garam yang terbawa angin dan menempel pada tanaman atau menumpuk di lahan dihilangka n bersamaan dengan penyiraman tanaman yang sumber airnya tersedia dalam bak-bak beton atau sumur beton yang disebut irigasi sumur renteng. Sedangkan penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor atau ember. Pada lahan pasir pantai untuk mengurangi penguapan langsung dari permukaan tanah banyak digunakan mulsa atau seresah sebagai penutup tanah. Untuk mengatasi kondisi lahan pasir pantai yang tidak subur baik fisik, kimiawi dan biologisnya, para petani telah menambahkan pupuk kandang dari ternak yang dipeliharanya, juga pupuk buatan dan dengan melakukan manipulasi lahan. Manipulasi terhadap lahan dilakukan dengan menempatkan lembaran plastik atau bahan-bahan yang bermanfaat sejenis dengan maksud agar lahan pasir pantai yang bersifat porous tetap dapat mempertahankan ketersediaan airnya. Manipulasi terhadap lahan pasir pantai juga dilakukan dengan menambahkan tanah lempung yang didatangkan dari luar kawasan secara terus-menerus sehingga diharapkan dapat terwujud lahan yang menjadi lebih subur untuk pertumbuhan tanaman. Saat praktikum dilaksanakan terdapat kemiripan tempat dengan kondisi fisik hampir sama yaitu pada Pantai Samas(Bantul) dan Pantai Bugel(Kulonprogo) tetapi terdapat perbedaan dalam hal perlakuan budidaya tanamannya. Pada Pantai Samas, petani lebih konsen terhadap budidaya tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabai merah dan biasanya ditanam pada bulan kering( juni-september) karena tanaman tersebut secara fisiologis tidak tahan terhadap
  • 27. keadaan air yang terlalu banyak sedangkan pada saat bulan basah petani hanya menanam tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang lebih murah seperti terong, kangkung. Letak areal pertanian yang diusahakan agak jauh dari bibir pantai dibanding pada areal pertanian di Pantai Bugel. Pada Pantai Samas banyak menggunakan Windbreaker tanaman keras seperti akasia dan jati kebon serta memiliki reservoir air yang cukup besar yang berada di dekat pantai. Sedangkan pada Pantai Bugel, melakukan penanaman berbagai macam jenis tanaman holtikultura dan buah seperti semangka dan tidak terlalu konsen seperti halnya yang dilakukan pada Pantai Samas yaitu dengan menanam cabai merah maupun bawang merah. Adapun petani membuat sendiri windbreaker dari daun tanaman kelapa yang kering yang disusun dan ditaruh di pinggir lahan serta penanaman tanaman pemecah angin seperti cemara udang . Menurut penuturan petani terdapat perbedaan yang signifikan jika antara ada tidaknya windbreaker terhadap produktifitas tanaman yang dibudidayakan. Jika pada areal pertanaman dipasang adanya windbreaker maka produktifitas akan meningkat. Windbreaker tidak hanya berupa daun kelapa, tetapi juga dengan menanam tanaman rumput gajah yang tentunya memiliki fungsi lain sebagai pakan ternak.
  • 28. KESIMPULAN 1. Pengolahan tanah pada masing-masing tanah mempunyai cara yang berbeda-beda, tergantung pada sifat fisik dan kimia tanah, serta ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman. 2. Budidaya tanaman di daerah Bambanglipuro yakni tanaman terong menggunakansistem genangan dalam parit yaitu ketika musim kemarau airnya akan digunakan untuk pengairan dan tanaman selalu dalam keadaan kapasitas lapang dan pada musim penghujan dengan air berlebih parit tersebut digunakan sebagai untuk membuang air yang berlebih tersebut dan menjaga tanaman pada kondisi tidak jenuh air. 3. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang dibudidayakan di lahan pasir pantai dengan pemberian lempung, bentonit, zeolite, mulsa organik, maupun anorganik, dan pembuatan wind breaker. 4. Pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) adalah pengolahan tanah yangdilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanahpada seluruh areal lahan.
  • 29. DAFTAR PUSTAKA Anonim.1991. Kesuburan Tanah.Direktorat Jendral PendidikanTinggi. Departemen Pendidikanda n Kebudayaan. Anonim. 1991. Taman wisata Alam danTaman Wisata laut PulauSangiang Anonim. 2009. Budidaya Kangkung. <http://warintek.progressio.or.id/budidaya-kangkung. html>. Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. Anonim. 2010. Budidaya Timun. <http://budidaya-di.blogspot.com/2010/01/budidaya-timun.html>. Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. Anonim. 2011. Kacang Tanah. . Diakses pada tanggal 5 Juli 2012. Hakim , N., Yusuf, N., A.M. Lubis, Sutopo G. N., Go Ban Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hanafiah, K. A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kertenogoro, B.D. dan S. Soekodarmodjo. 1987. Anasir Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Kohnke, H. 1968. Soil Physics.TataMcGraw Hill, Bombay. Mardjuki, A. 1994.Pertanian danMasalahnya. Andi Offset, Yogyakarta. Maroeto , Moch. Arifin dan Sutoyo. 2007. Identifikasi dan diagnose sifat kimia tanah salin untukkesesuaian tanaman cemara udang ( Casuarina equisetifolo ). Jurnal Pertanian Mapeta 10(1) : 13-23
  • 30. Notohadiprawiro, T. (1996) Lahan Kritis DanBincangan Pelestarian Lingkungan Hidup.Seminar Nasional Penanganan Lahan Kritisdi Indonesia tanggal 7-8 November 1996.PT. Intidaya Agrolestari, Bogor. Parimawati, E., 2001. Teknik Pemanenan Aliran Permukaan (run-off harvesting) di Lahan Kering Pringgabaya. Skripsi Fakultas Pertanian Unram. Rinsemi, W. J. 1993. (Bemesting en Meststoffen alih bahasa H.M. Saleh). Bhratara, Jakarta. SQI, 2001.Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning. Soil Quality Institute. Natural Resources Conservation Services.USDA. Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psaments dalam Upaya Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan, Yogyakarta. Suprapto, A. 2003.Land and water resourcesdevelopment in Indonesia.DalamFAOInvestment in Land and Water.Proceedingsof the Regional Consultation. Syamsiah, Iis dan A. M. Fagi. 2004. Teknologi Embung. Sumber Daya Air dan Iklim Dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Kerjasama Departemen Pertanian Dengan Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI). Tindall, H. D. 1983. Vegetable In The Tropics. Mac Millan Education, Ltd, London. Widjajaadji, I, P, G., H. Suwardjo., dan M. Soepartini.1987.Faktor Tanah Dalam Menentukan kebutuhan dan Meningkatakan Efisiensi Penggunaan Pupuk.Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisie nsi Pupuk. Puslittan Balitbang Deptan:183-203. Yuwono, N. W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 9(2) : 137-141.