Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan malnutrisi berat, yang mencakup definisi, kriteria diagnosis, pendekatan perawatan baik di pusat maupun berbasis masyarakat, serta pencegahannya. Ditemukan bahwa kasus malnutrisi berat di Indonesia umumnya merupakan malnutrisi kronis akibat keterlambatan deteksi, berbeda dengan kasus di Afrika yang lebih banyak akut.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi gizi dan masalah gizi masyarakat. Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan masalah gizi pada populasi, serta menganalisis faktor-faktor penyebabnya seperti asupan makanan, kondisi kesehatan, dan lingkungan. Gizi buruk dapat terjadi karena kekurangan zat gizi akibat faktor agen, inang, dan lingkungan, serta
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kwashiorkor, termasuk pengertian, sejarah, kelompok yang rentan, prevalensi, dan cara penanggulangannya. Kwashiorkor adalah gangguan yang disebabkan kekurangan protein dan sering menyerang anak-anak. Prevalensi kwashiorkor di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada anak balita. Untuk mencegah kwashiorkor, perlu mengkonsumsi makanan yang kaya protein dan kalori.
Health education mempengaruhi pengetahuan siswa SD kelas IV-V tentang makanan bergizi seimbang. Sebelum health education, pengetahuan siswa sebagian besar cukup, namun setelah health education pengetahuan siswa sebagian besar meningkat menjadi baik. Health education berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan siswa.
Gizi buruk dipengaruhi oleh faktor sosial budaya seperti kepercayaan dan pantangan makanan yang mencegah pemanfaatan sumber daya gizi yang tersedia. Makanan juga memiliki peran sosial sebagai simbol ikatan sosial dan identitas kelompok. Antropologi gizi mempelajari hubungan antara budaya makan dengan status gizi masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi gizi dan masalah gizi masyarakat. Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan masalah gizi pada populasi, serta menganalisis faktor-faktor penyebabnya seperti asupan makanan, kondisi kesehatan, dan lingkungan. Gizi buruk dapat terjadi karena kekurangan zat gizi akibat faktor agen, inang, dan lingkungan, serta
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kwashiorkor, termasuk pengertian, sejarah, kelompok yang rentan, prevalensi, dan cara penanggulangannya. Kwashiorkor adalah gangguan yang disebabkan kekurangan protein dan sering menyerang anak-anak. Prevalensi kwashiorkor di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada anak balita. Untuk mencegah kwashiorkor, perlu mengkonsumsi makanan yang kaya protein dan kalori.
Health education mempengaruhi pengetahuan siswa SD kelas IV-V tentang makanan bergizi seimbang. Sebelum health education, pengetahuan siswa sebagian besar cukup, namun setelah health education pengetahuan siswa sebagian besar meningkat menjadi baik. Health education berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan siswa.
Gizi buruk dipengaruhi oleh faktor sosial budaya seperti kepercayaan dan pantangan makanan yang mencegah pemanfaatan sumber daya gizi yang tersedia. Makanan juga memiliki peran sosial sebagai simbol ikatan sosial dan identitas kelompok. Antropologi gizi mempelajari hubungan antara budaya makan dengan status gizi masyarakat.
Dokumen tersebut membahas masalah gizi pada remaja seperti KEK, anemia, dan obesitas dengan menjelaskan definisi, besaran masalah, determinan epidemiologi, dan patofisiologi masing-masing masalah."
Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Berdasarkan beberapa survei, angka kematian balita akibat diare mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai gizi buruk. Gizi buruk dapat terjadi akibat kekurangan protein, karbohidrat atau kalori, dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti infeksi dan gangguan pertumbuhan pada anak. Faktor penyebab gizi buruk antara lain asupan makanan yang kurang, sering terkena infeksi, dan faktor sosial ekonomi keluarga.
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang status gizi anak-anak di TK Siloam Kota Baru dengan melihat faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan pekerjaan orang tua.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak-anak tersebut berdasarkan berbagai variabel.
3. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional dengan desain pot
KKP adalah penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein dalam waktu lama, umumnya menyerang anak balita. Gejalanya bervariasi mulai dari ringan hingga berat seperti berat badan rendah. Penyebabnya adalah pola makan dan kebiasaan yang tidak seimbang serta riwayat penyakit. Pencegahannya melalui ASI eksklusif, pemberian MP-ASI seimbang, dan kunjungan posyandu secara teratur
1. Gizi buruk merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendapatan, pengetahuan ibu, dan akses pelayanan kesehatan.
2. Terdapat tiga jenis gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, dengan gejala klinis yang berbeda untuk setiap jenisnya.
3. Upaya pemerintah untuk menanggulangi gizi bur
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian status gizi dan monitoring pertumbuhan balita. Secara singkat, dokumen ini menjelaskan indikator-indikator status gizi seperti antropometri, status berat badan, tinggi badan, dan berat badan terhadap tinggi badan serta cara menentukan status gizi individu dan masyarakat berdasarkan batas-batas ambang yang ditetapkan.
Modul ini membahas konsep dasar ilmu gizi bagi perawat, termasuk tujuan pembelajaran umum dan khusus tentang penilaian status gizi. Metode penilaian status gizi dibahas meliputi antropometri, pemeriksaan klinis, biokimia, dan biofisik secara langsung, serta survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi secara tidak langsung. Antropometri digunakan untuk menilai status gizi dengan
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini tumbuh kembang anak, yang merupakan kegiatan untuk menemukan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada anak secara dini. Terdapat tiga jenis deteksi dini yang dapat dilakukan, yaitu deteksi penyimpangan pertumbuhan, perkembangan, dan mental emosional menggunakan berbagai alat ukur dan kuesioner.
Dokumen tersebut membahas masalah gizi pada remaja seperti KEK, anemia, dan obesitas dengan menjelaskan definisi, besaran masalah, determinan epidemiologi, dan patofisiologi masing-masing masalah."
Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Berdasarkan beberapa survei, angka kematian balita akibat diare mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai gizi buruk. Gizi buruk dapat terjadi akibat kekurangan protein, karbohidrat atau kalori, dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti infeksi dan gangguan pertumbuhan pada anak. Faktor penyebab gizi buruk antara lain asupan makanan yang kurang, sering terkena infeksi, dan faktor sosial ekonomi keluarga.
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang status gizi anak-anak di TK Siloam Kota Baru dengan melihat faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan pekerjaan orang tua.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak-anak tersebut berdasarkan berbagai variabel.
3. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional dengan desain pot
KKP adalah penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein dalam waktu lama, umumnya menyerang anak balita. Gejalanya bervariasi mulai dari ringan hingga berat seperti berat badan rendah. Penyebabnya adalah pola makan dan kebiasaan yang tidak seimbang serta riwayat penyakit. Pencegahannya melalui ASI eksklusif, pemberian MP-ASI seimbang, dan kunjungan posyandu secara teratur
1. Gizi buruk merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendapatan, pengetahuan ibu, dan akses pelayanan kesehatan.
2. Terdapat tiga jenis gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, dengan gejala klinis yang berbeda untuk setiap jenisnya.
3. Upaya pemerintah untuk menanggulangi gizi bur
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian status gizi dan monitoring pertumbuhan balita. Secara singkat, dokumen ini menjelaskan indikator-indikator status gizi seperti antropometri, status berat badan, tinggi badan, dan berat badan terhadap tinggi badan serta cara menentukan status gizi individu dan masyarakat berdasarkan batas-batas ambang yang ditetapkan.
Modul ini membahas konsep dasar ilmu gizi bagi perawat, termasuk tujuan pembelajaran umum dan khusus tentang penilaian status gizi. Metode penilaian status gizi dibahas meliputi antropometri, pemeriksaan klinis, biokimia, dan biofisik secara langsung, serta survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi secara tidak langsung. Antropometri digunakan untuk menilai status gizi dengan
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi dini tumbuh kembang anak, yang merupakan kegiatan untuk menemukan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada anak secara dini. Terdapat tiga jenis deteksi dini yang dapat dilakukan, yaitu deteksi penyimpangan pertumbuhan, perkembangan, dan mental emosional menggunakan berbagai alat ukur dan kuesioner.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemiapjj_kemenkes
1. Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin menjadi rendah sehingga menyebabkan darah menjadi encer.
2. Penyebab anemia meliputi gangguan produksi sel darah merah, peningkatan penghancuran sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar eritropoietin seperti pada gagal ginjal kronik.
3. Asuhan keperawatan pada pasien anemia meliputi monitoring aktivitas, sirkulasi, nutrisi
Pedoman penemuan-dan-tatalaksana-hipertensipuri al rosyid
Pedoman ini membahas pengorganisasian dan strategi untuk mengendalikan penyakit hipertensi secara berbasis komunitas melalui struktur organisasi mulai dari tingkat pusat hingga wilayah untuk melaksanakan program secara efektif dan efisien serta melibatkan sumber daya masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, penggolongan, dan contoh obat-obat yang digunakan untuk mengobati diare. Obat-obat tersebut dikelompokkan menjadi kemoterapi, obstipansia, spasmolitik, dan adsorben. Contoh obat yang dibahas meliputi loperamid, atropin, tanin, karbon aktif, dan pectin beserta cara kerja masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang krisis hipertensi atau hipertensi emergensi, yaitu peningkatan tekanan darah yang mendadak pada penderita hipertensi yang membutuhkan penanganan segera. Dokumen tersebut menjelaskan klasifikasi, gejala, faktor risiko, pendekatan awal, diagnosis, dan penatalaksanaan krisis hipertensi secara singkat.
GRAND DESIGN PAUD HI JAWA TENGAH 2013 - 2018ifulmoch
Usia dini merupakan masa emas (golden-ages) perkembangan anak. Baik berdasarkan kajian neuro-science, psikologi maupun pedagogi menyimpulkan bahwa anak sedang mengalami perkembangan secara cepat. Untuk memenuhi kebutuhan esensial anak secara utuh diperlukan pelayanan yang sistematik dan terencana yang mencakup lingkungan mikro, meso, exo dan makro. Hal tersebut dilakukan supaya anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan usianya.
Bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini yang sudah ada adalah layanan melalui Satuan PAUD Sejenis atau disingkat SPS seperti POS PAUD yakni stimulasi Pendidikan yang terintegrasi dengan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu (kelompok usia 0 – 6 tahun yang tidak terlayani program PAUD lainnya). Selanjutnya terdapat layanan Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK) maupun Taman Penitipan Anak (TPA).
Kenyataan di lapangan, program layanan tersebut belum saling terkait secara simultan dan sistematis dalam mengembangkan kebutuhan esensial anak usia dini yang beragam, baik kesehatan, gizi, pengasuhan, perawatan, perlindungan, dan rangsangan pendidikan.
Di Provinsi Jawa Tengah, jumlah Lembaga PAUD tercatat sebanyak 25.968 lembaga yang tersebar di seluruh daerah baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sebagian besar Lembaga PAUD tersebut sudah melakukan pelayanan tetapi belum terintegrasi, sehingga masih banyak anak usia dini yang belum terlayani secara maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan adanya layanan pendidikan anak usia dini yang menyelenggarakan program lebih dari satu bentuk layanan PAUD (TK, KB, TPA, SPS) sebagai PAUD Terpadu dengan pendekatan Holistik Integratif.
Strategi dalam rangka mengembangkan kebutuhan esensial anak usia dini yang beragam dimaksud mencakup kesehatan, gizi, pengasuhan, perawatan, perlindungan, dan rangsangan pendidikan yang saling berkait secara simultan dan sistematis agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan dan potensi yang dimilikinya untuk menjadi manusia yang berkualitas.
Berkaitan dengan hal tersebut dan mendukung peningkatan akses serta mutu layanan PAUD, maka Dinas Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan UNICEF, memandang perlu disusun adanya acuan dalam mengembangkan PAUD Terpadu dengan menyusun Kerangka Besar (Grand Design) Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu dengan Pendekatan Holistik Integratif.
Pasien wanita berusia 48 tahun datang untuk konsultasi gizi karena obesitas, hipertensi dan penyakit jantung. Ia memiliki indeks massa tubuh 40,9 dan pola makan yang tidak sehat dengan asupan energi dan lemak melebihi kebutuhan serta jarang berolahraga. Diagnosa awal menunjukkan gangguan asupan zat gizi dan perilaku makan.
Krisis hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang diperkirakan akan meningkat. Krisis hipertensi membutuhkan penanganan segera untuk mencegah kerusakan organ. Penatalaksanaan krisis hipertensi meliputi diagnosis awal, penurunan tekanan darah secara perlahan menggunakan obat antihipertensi parenteral, serta pemantauan organ target.
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukyusup firmawan
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur untuk penatalaksanaan balita gizi buruk di Puskesmas Kalimanggis. Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita yang gizinya buruk dan menargetkan balita berusia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk. Prosedur yang dijelaskan meliputi persiapan, pelaksanaan yang terdiri dari pemeriksaan medis, anamnesa, penentuan kebutuhan gizi, pemberian p
Dokumen tersebut membahas kebijakan tatalaksana anak gizi buruk di Indonesia. Kebijakan ini mencakup penanganan masalah gizi buruk melalui terapi gizi secara komprehensif di fasilitas kesehatan dan rumah, dengan fokus pada promosi kesehatan, perlindungan khusus, deteksi dini, pengobatan cepat, pencegahan cacat, dan rehabilitasi. Dokumen ini juga membahas prioritas pembinaan gizi masyar
Dokumen tersebut membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk masalah yang sering timbul seperti gangguan berat badan, lingkar kepala, penglihatan, dan pendengaran. Juga dibahas mengenai obesitas, kurang gizi, hidrosefalus, retardasi mental, dan spina bifida."
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisaspjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang penilaian dan klasifikasi status gizi, anemia, imunisasi, dan vitamin A pada anak usia 2 bulan hingga 5 tahun. Terdapat penjelasan tentang cara memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia, dan imunisasi melalui pemeriksaan fisik seperti penimbangan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan kepucatan telapak tangan, serta pemberian vitamin A.
Pedoman ini membahas penanganan anak gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap sesuai standar pelayanan minimal bidang perbaikan gizi. Terdapat kriteria anak gizi buruk tanpa komplikasi dan dengan komplikasi medis, serta alur pemeriksaan untuk menentukan penanganan rawat jalan atau rawat inap. Penanganan dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan keluarga serta pemantauan dan evaluasi berkelanjutan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Failure to thrive (FTT) adalah kondisi dimana pertumbuhan tidak adekuat atau ketidakmampuan mempertahankan pertumbuhan.
2. Terdapat berbagai etiologi FTT seperti intake kalori yang tidak memadai, masalah absorpsi, atau penggunaan kalori yang berlebihan.
3. Tatalaksana FTT bertujuan meningkatkan status gizi melalui diet yang memadai untuk mencapai pertum
KEP (kurang energi protein) adalah kondisi kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. KEP dapat menyebabkan marasmus, yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak dan otot secara progresif. KEP memiliki berbagai dampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak, seperti menghambat pertumbuhan, menurunkan daya tahan tubuh, dan men
Marasmus adalah bentuk malnutrisi energi protein yang disebabkan kekurangan kalori berat dalam jangka panjang. Gejalanya adalah retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit serta otot secara progresif. Marasmus terjadi akibat tubuh memakai cadangan makanan untuk menghasilkan energi karena kekurangan asupan kalori yang berlangsung lama.
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus tipe 2, yang meliputi pengertian, epidemiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya."
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan balita dengan gangguan gizi kurang di Polindes Watugede. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan berat badan balita dijelaskan beserta manfaat dari pemberian makanan tambahan bagi balita dengan gangguan gizi."
Kekurangan energi protein (KEP) merupakan masalah gizi utama pada balita di Indonesia yang disebabkan oleh asupan makanan yang kurang. KEP dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kekebalan tubuh anak serta menurunkan tingkat kecerdasan. Penanganannya meliputi pemberian cairan dan makanan secara bertahap, mulai dari tahap stabilisasi hingga pembinaan, untuk memulihkan keadaan gizi anak. Pencegahannya
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
Gizi buruk
1. Susanto JC, Community-based Therapeutic Care: The Recent Approach of Prevention and
Management of Severe Acute Malnutrition, Dalam : symposium ………………………..,2009.
Severe acute malnutrition Severe Chronic malnutrition
WHZ < -3 SD < -3 SD
LILA < 11,5 cm -
Klinis - Edema atau terlihat sangat
kurus
Angka kematian Malnutrition tinggi pada balita. Dibandingkan dengan anak yang tidak
malnutrisi, kematian penderita malnutrisi 5-20 kali lebih besar. Malnutrisi berat ini dapat menjadi
penyebab langsung kematian atau melatar belakangi kematian yang sering terjadi pada anak
seperti diare dan pneumonia. Saat ini diperkirakan sekitar 1 juta anak meninggal setiap tahun
akibat malnutrisi berat (WHO, WFP, Unicef, 2007).
SEVERE CHRONIC MALNUTRITION
1. Diagnosis penderita severe malnutrition adalah :
- terlihat sangat kurus
- edema (symetrical oedema, dan pada kasus yang berat disebut oedematous
malnutrition)
- BB/TB <-3SD atau <70%
2. Semua penderita gizi buruk dianggap sakit berat. Karena penderita gizi buruk mempunyai
angka kematian yang tinggi. Penyebab kematiannya adalah : hipotermi, hipoglikemi, dehidrasi,
infeksi berat dan syok serta problema lain termasuk defisiensi vitamin, anemia berat dan gagal
jantung. Hal-hal tersebut di atas yang menjadi alasan 'initial treatment'
3. Penatalaksanaan dengan metode 10 langkah tatalaksana balita penderita gizi buruk. Untuk
mencapai penyembuhan, mencapai -1SD BB/TB (menurut WH0), untuk itu perlu waktu sekitar
26 minggu.
4. Diet yang digunakan adalah F75 pada tahap awal, dilanjutkan dengan F100 dan makanan
keluarga yang padat gizi pada fase rehabilitasi.
5. Tempat perawatan dilakukan oleh tenaga medis terlatih yang dipusatkan di TFC (Therapeutic
Feeding Centre).
1
2. 6. Rehabilitasi dengan makanan berupa F100, setiap 4 jam. Volume dinaikkan setiap setiap kali
minum sebanyak 10 ml sampai dengan anak tidak mampu. Target asupan kalori sebanyak
150-220 kkal/kgBB/hr. Jika asupan energi kurang dari 130 kkal/kgBB/hr dianggap gagal.
7. Penyebab kegagalan terapi
Kegagalan Fasilitas pelayanan
- lingkungan tidak baik
- kurangnya staf yang terlatih
- pemberian makanan yang kurang tepat.
Faktor anak
- kurangnya makanan yang diberikan
- defisiensi vitamin dan mineral
- malabsorbsi
- infeksi yang belum dapat diatasi
- penyakit yang melatar belakangi sangat berat.
Severe Acute Malnutrition
Dengan kriteria diagnosis menggunakan WHZ <-3SD menurut WHO, 2006 atau dengana LILA
<11,5 cm mengakibatkan temua penderita pada kelompok umur yang lebih muda, anak saat
ditemukan belum begitu kurus dan angka kematian risiko kematian menurun (WHO)
Lingkar Lengan Atas atau LiLA, atau Mid upper arm circumference/MUAC dengan dikombinasikan
dengan mengenal adanya 'bipedal edema' adalah alat ukur yang terbaik untuk skrining dan deteksi
kasus malnutrisi berat pada anak umur 6 - 59 bulan (Myatt, 2006).
Klasifikasi pasien:
Penderita SAM diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Penderita SAM dengan komplikasi
2. Penderita SAM tanpa komplikasi.
Penderita SAM dengan komplikasi :
Penderita ini antara lain :
2
3. 1. Edema berat (+++)
2. LILA < 11,5 cm dengan edema + atau ++
3. LILA < 12,5 cm dengan edema + atau ++
Dan salah satu di bawah ini
• Anoreksia
• ISPA
• Anemia berat
• Panas tinggi
• Dehidrasi berat
• Tidak sadar/letargi (Collins, 2007)
Pasien di atas dirawat dengan pendekatan WHO (10 langkah tatalaksana balita gizi buruk)
Penderita SAM tanpa komplikasi
Adalah SAM dengan:
• LILA < 11,5 cm
Atau
• LILA < 11,5 cm dengan edema + atau ++
Dan
• Nafsu makan baik
• Klinis baik
• Sadar
Penderita ini diterapi dengan secara Outpatient Therapeutic Protocol/OTP (Collins, 2007).
IV. Penderita Malnutrisi di Indonesia
Case finding
Berbagai pengukuran antropometri dilakukan di Indonesia antara lain penentuan status gizi. Saat
itu dilakukan penimbangan serentak. Balita yang mempunyai BB di bawah garis merah kemudian
dihitung BB/TB. Jika BB/TB <-3SD, balita ini dianggap gizi buruk. Jadi dari temuan di atas :
1. Balita baru bisa dicurigai menderita gizi buruk setelah mengalami BGM.
3
4. 2. Untuk menjadi BGM biasanya balita sudah berumur 18 - 30 bulan. Saat ditemukan anak sudah
pendek, atau sudah menjadi malnutrisi kronik yang memerlukan tatalaksana yang lebih
kompleks.
3. Penderita kwashiorkor tidak akan terjaring atau ditemukan sebagai penderita gizi buruk.
4. Tidak ada penanganan gizi buruk yang baku di daerah.
Dalam menentukan gizi buruk, beberapa daerah masih menggunakan kriteria BB/U.. Beberapa
alasan yang digunakan antara lain
1. Dengan cara ini didapatkan kasus yang lebih banyak dan caranya lebih mudah (tidak perlu
mengukur panjang badan).
2. Cara ini ada dasar hukumnya yaitu SK Menkes tahun 2002, dan cara penentuan ini juga
dianjurkan dalam program MDG's
V. Penatalaksanaan penderita gizi buruk.
Di Indonesia menggunakan dua pendekatan di atas, disesuaikan dengan kemampuan daerah.
Beberapa daerah telah dilakukan uji coba penanganan gizi buruk berbasis masyarakat (CTC),
antara lain di NTB dan NTT. Beberapa daerah lain menggunakan pendekatan TFC, seperti yang
dilakukan di NTT, Kalbar, Gorontalo. Sedang beberapa daerah menggunakan modifikasi dari
keduanya.
Di Semarang (Dinas Kesehatan Kota Semarang) kami menggunakan pendekatan seperti yang
dilakukan Puslitbang Gizi Bogor, dimana penderita dirawat jalan, dikumpulkan di suatu tempat
seminggu sekali, kemudian setelah 2 bulan menjadi 2 minggu sekali sampai dengan 6 bulan. Saat
pertemuan, terhadap penderita dilakukan pemberian F100, dilakukan pemeriksaan, pengobatan,
diberi edukasi, diberi makan dan pulang dengan dibekali bahan F100 dan biskuit.
Apakah penderita yang ditemukan di Indonesia itu juga SAM?
Uji coba PPGM (program perbaikan gizi berbasis masyarakat) atau CTC, yang di dahului dengan
penjaringan pasien seperti yang dilakukan di NTB dan NTT, ternyata meleset dari yang ada di
Afrika. Demikian juga dengan temuan yang kami dapatkan di Semarang. Dari 3 lokasi tersebut
4
5. kasus dengan LILA <11,5 cm sangat sedikit. Khusus temuan di Semarang, tahun 2009 ini
ditangani 43 kasus gizi buruk dengan BB/PB < -3SD (dengan WHO 2005), penderita dengan LILA
< 11,5 cm hanya 6 penderita (2 dari kelompok malnutrisi akut dan 4 dari kelompok malnutrisi
kronik). Dari 43 penderita tersebut yang menderita malnutrisi akut 10 anak (BB/TB rendah tetapi
PB/U normal), sedang 33 penderita mengalami malnutrisi kronik (BB/U rendah, PB/U rendah, BB/U
rendah juga)
VI. Pencegahan
Sebagian besar kasus gizi buruk adalah chronic malnutrition. Hal ini dapat terjadi karena kasus gizi
buruk terlambat diketahui. Untuk itu beberapa langkah dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan pertumbuhan yang benar, dengan menggunakan teknik 5 arah garis
pertumbuhan.
2. Peningkatan mutu konseling pada balita yang mengalami hambatan pertumbuhan dan
penderita lain yang memerlukan.
3. Melaksanakan rujukan jika balita mengalami : 2T, terlihat kurus, edema, BGM dan LILA < 11,5
cm.
5
6. Daftar Pustaka
1. WHO. Management of Severe Manutrition: a manual for physicians and other senior health
worker. WHO, Geneva, 1999.
2. Black R. Allen LH, Bhutta ZA, et al. Maternal and child undernutrtion: global and regional
exposures and health consequences. Lancet 2008; 371:
243-60.
3. WHO/Unicef. Community-based. Therapeutic care. 2009.
4. Myatt M, Khara T, Collins S. A review of methods to detecs cases of severely malnourished
children in the community for their admission into community-based therapeutic care
programs. Food Nutrition Bull 2006; 27: S7-S23.
5. Chaiken MS, Deconick H, Degefie T. The promise of a community-based approah to managing
severe malnutrition: a case study from Ethiopia. Food and Nutrition Bulletin 2006; 27: 95 - 104.
6. Collins S, Sadler K, Dent N, et al. Key issues in the succes of community-based management
of severe acute malnutrition. Food and Nutrition Bulletin 2006; 27: S49 - S82.
7. Collins S. Treating severe acute malnutrition seriously. Arch Dis Child 2007; 92: 453-61.
8. Ashworth A. Efficacy and effectiveness of community-based treatment of severe malnutrition.
Food and Nutrition Bulletin 2006; 27: S24 - S48.
Anemia pada gizi buruk
6
7. Pada penderita gizi buruk, hb < 4 gr/dl atau Hb 4-6 gr/dl disertai distress pernapasan atau tanda
gagal jantung, syok, dehidrasi maka dilakukan transfusi darah segar sebanyak 10cc/kgBB dalam
waktu 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cell untuk transfusi dengan jumlah
yang sama. Pemberian furosemid 1 mg/kgBB secara IV dilakukan saat transfusi dimulai. Hentikan
semua cairan lewat oral atau NGT selama anak ditransfusi. Perhatikan adanya reaksi transfusi
(demam, gatal, Hb-uria, renjatan). Bila anak dengan distress napas setelah transfusi Hb tetap < 4
gr/dl atau antara 4-6 gr/dl, jangan ulangi pemberian darah. (Departemen Kesehatan RI. Buku
bagan tatalaksana anak gizi buruk. Buku kedua. Jakarta:Departemen Kesehatan RI; 2003,hal 8)
BBLR dengan gizi buruk
Sebagian besar bayi lahir preterm dan
7