Dokumen tersebut membahas tentang analisis Gharar dalam ekonomi Islam. Gharar didefinisikan sebagai transaksi yang mengandung ketidakjelasan atau pertaruhan. Islam melarang Gharar karena mengandung unsur spekulasi dan ketidakpastian yang dapat merugikan para pihak. Beberapa contoh Gharar yang diperbolehkan adalah transaksi-transaksi yang mengandung resiko kecil dan diperlukan oleh masyarakat.

1. ANALISA GHARAR
DALAM EKONOMI ISLAM
Disusun Oleh:
Dini Dewindaru
MAGISTER EKONOMI ISLAM UNIVERSITAS GADJAH MADA

2. PENGERTIANGHARAR
Berasal dari kata :
Al-Mukhatharah artinya pertaruhan.
Al-Jahalah artinya ketidakjelasan.
Maksud dari Gharar adalah Transaksi yang
mengandung ketidakjelasan atau pertaruhan.
Menurut Ibnu Taimiyyah arti Gharar yaitu
sesuatau yang tidak diketahui akibatnya.
Ketidakpastian yang timbul dari aksi spekulasi
dalam suatu pertukaran (Karim, 2013)
BAHASA
TERMINOLOGI

3. GHARARDI MASA SEBELUMISLAM
Gharar adalah salah satu jenis transaksi ekonomi yang lazim dilakukan
bangsa arab sebelum kedatangan Islam. Bangsa arab biasanya
melakukan transaksi gharar pada saat seperti jual beli habal al habalah
atau jual beli janin dari hewan ternak.

4. GHARARDI MASA SEBELUMISLAM
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, bab Bidayah Musnad Abdullah bin
Abas. Nomor hadis : 2616 ;
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Aswad telah menceritakan kepada
kami Ayyub bin ‘Utbah dari Yahya bin Abu Katsir dari ‘Atho` dari Ibnu Abbas, ia
berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang jual beli gharar.”
Ayyub berkata; bahwasanya Yahya menafsirkan jual beli gharar, dia berkata; “Di
antara bentuk (jual beli) gharar adalah (menjual sesuatu) yang diperoleh
dengan menyelam terlebih dahulu, menjual budak yang kabur, menjual unta
yang tersesat, (jual beli) gharar adalah janin yang masih dalam perut binatang,
(jual beli) gharar adalah jual beli hasil tambang yang masih terpendam, (jual
beli) gharar adalah susu yang masih di dalam ambing binatang, kecuali dengan
ditakar.”

5. ISLAM MELARANG GHARAR
Islam melarang Gharar dengan dalil :
Kegiatan jual beli dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Namun pada
kenyataanya tidak semua transaksi jual beli mendatangkan keuntungan. Jual beli
gharar justru menyebabkan kerugian karena mengandung ketidakjelasan. Melihat
kenyataan yang ada, Nabi Muhammad SAW melarang jual beli tersebut. Jual beli
gharar (uncertainty) merupakan salah satu faktor yang merusak visi jual beli.
Al Quran : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah : 188).
Hadits : hadits Abu Hurairah yang berbunyi:
‫ى‬َ‫ه‬َ‫ن‬ُُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ُ‫ه‬ َ‫اّلل‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ص‬ُُ َ‫اّلل‬ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َُ‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ُْ‫ن‬َ‫ع‬ُ‫ه‬‫ْع‬‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ه‬‫ة‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ُْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫و‬ُ‫ه‬‫ْع‬‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ه‬‫ر‬ َ‫َر‬‫غ‬ْ‫ال‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah dan jual beli gharar”

6. UNCERTAINITY CONCEPT
Illat pelarangan gharar adalah adanya unsur Ketidakjelasan/
Ketidakpastian (uncertainity).
Gharar = Ketidakpastian = Resiko
Resiko adalah instrumen yang tidak terpisahkan dari suatu investasi.

7. UNCERTAINITY CONCEPT
BISNIS ATAU INVESTASI
a. KETERAMPILAN (SKILL)
b. RESIKO RESPONSIF (Game of
Skill).
c. Proaktif, memperhatikan semua
aspek pertimbangan.
d. Unsur TANGGUNG JAWAB
dalam suatu usaha produktif.
e. NIAT adalah komponen
penilaian penting dari suatu
perbuatan
PERJUDIAN ATAU SPEKULASI
a. KEBERUNTUNGAN (CHANGE)
b. RESIKO PASIF (Game of
Chance).
c. Total bergantung pada faktor
eksternal yaitu
KEBERUNTUNGAN.
d. Zero sum Game ((+1) (-1) = 0)

8. UNCERTAINITY CONCEPT
Kontrak yang mengandung Gharar sama dengan kontrak yang terdapat pada kondisi
zero sum game (win-loss outcome), karena hanya ada satu pelaku yang
mendapatkan keberuntungan. Pertaruhan keberuntungan adalah suatu hal yang
tidak dibenarkan dalam islam.
Bahwa setiap bisnis atau investasi memiliki suatu resiko ketidakpastian
(uncertainity) atas kesuksesan usahanya. Perbedaannya dengan spekulasi terdapat
pada faktor yang mempengaruhi hasil akhir dari suatu usaha, yaitu faktor internal
(skill) dan faktor eksternal (luck).
Seorang pelaku usaha dituntut untuk bersikap proaktif dalam mempertimbangkan
segala kemungkinan. Karenanya dibutuhkan skill dan keterampilan untuk melakukan
manajemen usaha dan manajemen resiko.

9. PANDUANISLAMDALAMPENGAMBILAN
KEPUTUSAN USAHA
Panduan pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian penuh resiko dalam
suatu bisnis :
• Meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan (expected
probabilitas), misalnya dengan melakukan strategi bisnis, seperti merger di antara
perusahaan-perusahaan, mengeluarkan produk baru yang menarik minat pasar,
memberi diskon belanja, dan lain-lain.
• Memilih keputusan yang paling sedikit memiliki mudharat ( bahaya kerugian).
• Islam mengajarkan bahwa setelah upaya maksimal, dalam menghadapi
ketidakpastian bisnis/usaha dengan menyerahkan hasil akhirnya kepada kehendak
Allah SWT.

10. PENDAPAT MUJTAHIDTERDAHULU
 Ibnu Taimiyyah menyatakan, semua jual beli gharar, seperti menjual
burung di udara, onta dan budak yang kabur, buah-buahan
sebelum tampak buahnya, dan jual beli al-hashaah, seluruhnya
termasuk perjudian yang diharamkan Allah di dalam Al-Qur’an.
 Syaikh As-Sa’di, termasuk dalam katagori perjudian.
 Gharar yang masih diperselisihkan adalah gharar yang berada di
tengah-tengah antara yang diharamkan dan yang dibolehkan,
sehingga para ulama berselisih pendapat di dalamnya. Hal ini
dikarenakan perbedaaan mereka di dalam menentukan apakah
gharar tersebut sedikit atau banyak, apakah dibutuhkan
masyarakat atau tidak, apakah sebagai pelengkap atau barang
inti.

11. GHARARYANG DIPERBOLEHKAN
Jual beli gharar yang diperbolehkan ada empat macam:
a. Barang tersebut sebagai pelengkap.
b. Jika ghararnya sedikit.
c. Masyarakat memaklumi hal tersebut karena dianggap sesuatu yang
remeh.
d. Mereka memang membutuhkan transaksi tersebut.
Imam Nawawi menjelaskan hal tersebut di dalam Syarh Shahih Muslim (5/144):
“Kadang sebagian gharar diperbolehkan dalam transaksi jual beli, karena hal itu
memang dibutuhkan (masyarakat), seperti seseorang tidak mengetahui tentang
kualitas pondasi rumah (yang dibelinya), begitu juga tidak mengetahui kadar air susu
pada kambing yang hamil. Hal – hal seperti ini dibolehkan di dalam jual beli, karena
pondasi (yang tidak tampak) diikutkan (hitungannya) pada kondisi bangunan rumah
yang tampak, dan memang harus begitu, karena pondasi tersebut memang tidak
bisa dilihat. Begitu juga yang terdapat dalam kandungan kambing dan susunya.“
(Ibnu Hajar di dalam Fathu al-Bari, Kitab: al-Buyu’, Bab: Bai’ al-Gharar)

12. Beberapa contoh Gharar yang diperbolehkan :
• Menyewakan rumahnya selama sebulan. Ini dibolehkan walaupun satu
bulan kadang 28, 29, 30 bahkan 31 hari.
• Masuk toilet dengan membayar Rp. 2000,- padahal tidak diketahui jumlah
air yang digunakan.
• Naik kendaran angkutan umum atau busway dengan membayar sejumlah
uang yang sama, padahal masing-masing penumpang tujuannya berbeda-
beda.
GHARARYANG DIPERBOLEHKAN

13. TRANSAKSI GHARAR
Berikut adalah transaksi-transaksi yang lazim terjadi di masyarakat umum
yang termasuk dalam golongan transaksi Gharar :
a) Jual beli Hashah.
b) Jual beli Darbatul Ghawaash
c) Jual beli Nitaj
d) Jual beli Musalamah
e) Jual beli Munazabah
f) Jual beli Muhalaqoh
g) Jual beli Muzabanah
h) Jual beli Mukhadaroh
i) Jual beli bulu domba di domba yang masih hidup
j) Jual beli susu padat yang masih berada di susu.
k) Jual beli Habalul habalah.

14. KESIMPULAN
 Illat pelarangan Gharar adalah Ketidakjelasannya (uncertainity).
Uncertainity = Resiko, di dalam bisnis murni dan transaksi gharar
berbeda di beberapa unsur seperti, faktor pendorongnya, perbedaan
resiko, dll.
Maisir termasuk dalam jenis transaksi Gharar karena faktor spekulasi
dan ketidakjelasannya.
Secara umum Gharar dilarang dalam islam.

15. DAFTAR PUSTAKA
1. Purbayu Budi Santosa dan Aris Anwaril Muttaqin, LARANGAN JUAL
BELI GHARAR: TELA’AH TERHADAP HADIS DARI MUSNAD AHMAD
BIN HANBAL, 2015
2. Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah : Analisis Fiqh dan
Keuangan,2016

16. TERIMA
KASIH