Pujian dan Penyembahan adalah sebuah ibadah kepada Tuhan. Kita Gereja Victory telah terbiasa dengan pujian dan penyembahan dan menempat kan pujian dan penyembahan sebagai salah satu cara ibadah kepada Tuhan. Sesuai dengan perintah Yesus bahwa umatNya harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Maka itu pujian dan penyembahan menjadi sangat central dan sakral dalam gereja kita.
Pujian dan Penyembahan adalah sebuah ibadah kepada Tuhan. Kita Gereja Victory telah terbiasa dengan pujian dan penyembahan dan menempat kan pujian dan penyembahan sebagai salah satu cara ibadah kepada Tuhan. Sesuai dengan perintah Yesus bahwa umatNya harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Maka itu pujian dan penyembahan menjadi sangat central dan sakral dalam gereja kita.
Makalah Liturgi prinsip dasar dan implikasi dalam perancangannya
Tugas presentasi agama(gereja)
1. Kelompok 7
G E R E J A
Nama Anggota :
Roma Dear Silitonga (12.7364)
Jefry Naek Sitorus (12.7198 )
Ria Anggraini Simanjuntak (12.7336)
Yohanes Eki Apriliawan (12.7438)
Cecil Angela Purba (12. 7073)
2. Pengertian Gereja
Berdasarkan pengalaman dan pembicaraan
sehari-hari kita mendapati ada dua
gambaran dan pemahaman mengenai
Gereja, yaitu gereja sebagai tempat untuk
beribadah (berupa gedung/bangunan) dan
Gereja sebagai suatu persekutuan umat
(kumpulan umat beriman).
3. • Kata Gereja dalam bahasa Indonesia
merupakan terjemahan kata igreja dalam
bahasa Portugis. Kata igreja dalam bahasa
Portugis berasal dari kata ecclesia dalam
bahasa Latin. Dan kata ecclesia itu sendiri
juga merupakan terjemahan kata
Yunani ekklesia.
• Dalam bahasa Yunani kata εκκλησία
(ekklêsia) berarti dipanggil keluar (ek=
keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil);
kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari
dunia)
4. • Jadi dalam konteks agama Kristen, gereja
adalah orang-orang yang berkumpul dan
memiliki kekhasan karena mereka
dipersatukan oleh iman yang sama, yaitu iman
kepada Yesus Kristus.
• Itulah sebabnya mengapa kata Gereja
dipahami sebagai persekutuan umat daripada
sebagai tempat, meskipun dalam
perkembangan selanjutnya gereja juga
diartikan sebagai tempat bersekutunya orang-
orang yang beriman kepada Yesus Kristus.
5. Gereja sebagai Umat Allah
Istilah umat Allah sebenarnya merupakan istilah
yang sudah sangat tua. Istilah itu sudah terdapat
dalam Kitab Suci Perjanjian Lama misalnya
dalam Kel. 6: 6; 33: 13; Yeh. 36: 28; Ul. 7: 6, 26: 15.
Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah,
diakui kesamaan martabat dan peranan semua
anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki
martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal
fungsi.
6. Pengertian Umat Allah mempunyai ciri khas
sebagai berikut:
Umat Allah merupakan suatu pilihan dan
panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah
bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah
dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan
dunia
Hubungan antar Allah dan umat-Nya
dimeteraikan oleh suatu perjanjian.
Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati
padang pasir, menuju Tanah Terjanji.
7. Dasar Dari Gereja yang Mengumat
1. Kita masing-masing secara pribadi dipanggil
untuk melibatkan diri secara penuh dalam
kehidupan Umat Allah ini. Hidup mengumat
pada dasarnya merupakan hakikat dari Gereja
itu sendiri, sebab hakikat Gereja adalah
persaudaraan cinta kasih seperti yang
dicerminkan oleh hidup Umat Purba
(lih. Kis 2: 41 - 47).
8. Dasar Dari Gereja yang Mengumat
2. Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-
rupa karunia dapat dilihat, diterima, dan digunakan
bagi kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang
terlalu menampilkan segi organisatoris dan struktural
dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang
muncul dari bawah ( lih. 1Kor 23: 7-10).
3. Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasa
menghayati martabat sama akan bertanggung jawab
secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk
membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada
Dunia ( lih. Ef 4: 11-13; 1Kor 12: 12-28; 26-27 ).
9. Gereja Sebagai Persekutuan Terbuka
Bukan dunia yang ada untuk gereja,
melainkan gereja untuk dunia.
Kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan
siapa saja yang menderita merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan dari murid-murid Kristus
(Gereja).
10. Persekutuan mereka itu mengalami
dirinya sungguh erat dalam
berhubungannya dengan umat manusia
serta sejarahnya (Gaudium et Spes No. 1)
Gereja harus membuka diri dan bekerja
sama dengan masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan bersama. Gereja
harus melaksanakan tugas misi yang
positif dan aktif terhadap semua orang
11. Ada banyak cara bagi Gereja untuk
menunjukkan keterbukaannya, diantaranya:
Gereja harus selalu siap untuk berdialog
dengan agama dan budaya mana pun juga.
Berpartisipasi secara aktif dan mau bekerja
sama dengan siapa saja dalam membangun
masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.
12. Konsekuensi dari Gereja yang
Mengumat
Gereja harus hadir di dunia
dengan persekutuan yang
Terbuka. Artinya, Gereja
hadir di dunia bukan
untuk dirinya sendiri.
13. Gereja hadir untuk dunia,
kegembiraan dan harapan
serta kabar sukacita.
Gereja harus menjadi tanda
keselamatan bagi dunia.
Semua anggota gereja,
baik Golongan Hierarki,
serta kaum awam harus dapat
membangun persekutuan sesuai
dengan martabat dan fungsinya
14. a. Konsekuensi bagi pimpinan
gereja (hierarki)
• Menyadari fungsi
Pimpinan bukan di
atas umat, tetapi di
tengah umat.
• Harus peka untuk melihat dan
mendengar karisma dan karunia-karunia
yang bertumbuh di kalangan umat
15. b. Konsekuensi bagi
setiap anggota umat
• Menyadari dan
menghayati persatuannya
dengan umat lain.
• Aktif dalam kehidupan
mengumat, menggunakan
segala karisma, karunia, dan fungsi yang
dipercayakan kepadanya untuk
kepentingan dan misi gereja di tengah
masyarakat. Semua bertanggung jawab
dalam hidup dan misi gereja
16. c. Konsekuensi bagi hubungan
awam dan hierarki
• Paham Gereja sebagai
Umat Allah jelas membawa
konsekuensi dalam
hubungan antar hierarki
dan kaum awam. Kaum
awam menjadi partner hierarki.
• Awam dan hierarki memiliki martabat
yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.
18. Mengapa gereja itu kudus padahal ada orang berdosa
didalamnya? Kekudusan gereja tidak terletak pada
perbuatan manusia tetapi karena perbuatan Allah. Allah
mau memulihkan hubunganNya dengan manusia yang
telah rusak akibat dosa melalu pengorbanan dan
kematian putraNya di kayu salib.
Jadi kasih Allah dalam Yesus Kristuslah yang membuat
gereja itu kudus (1 kor 1:30). Kudus adalah karya Roh
(2 Tes 2:13) dan panggilan bagi semua dan setiap
manusia (Roma 1:7). Kekudusan tidak berasal dari
Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan gereja
dengan Kristus dalam Roh Kudus. Gereja disebut
kudus karena Kristus sebagai kepala menguduskan
anggotaNya yang tetap berdosa.
19. Kudus diartikan sebagai “yang dikuduskan
Tuhan”. Dikuduskan tidak sama dengan
disucikan, atau tidak berdosa, tetapi dikhususkan
oleh Kristus. Yang kudus bukan hanya tempat,
waktu, barang yang dikuduskan Tuhan tetapi
yang kudus itu adalah Tuhan sendiri.
Semua yang lain, barang maupun orang yang
disebut “kudus” karena termasuk lingkup
kehidupan Tuhan. Jadi, kekudusan gereja tidak
diartikan secara moral, tetapi secara teologial,
menyangkut keberadaan dalam lingkup hidup
Allah.
20. Anggota gereja adalah “orang kudus”
yang dipanggil untuk hidup secara kudus
di tengah-tengah dunia yang tidak
mengindahkan Yang Maha Kudus. Gereja
adalah milik Allah dan karenanya
kehendak Allah harus ditaati di dalam
Gereja oleh anggota-anggotanya.
21. Gereja itu Satu
Kesatuan gereja pertama-tama dinyatakan
dalam kesatuan iman dalam Kristus.
Kesatuan gereja tidak sama dengan
keseragaman “bhineka tunggal ika”, sebab
kesatuan gereja bukanlah semacam
kekompakan organisasi atau kerukunan
sosial. Yang utama bukan soal struktur
organisasi tetapi injil Kristus yang
diwartakan, dirayakan, dan
dilaksanakan di dalam hidup sehari-hari.
22. • Gereja yang satu itu terungkap dalam :
•
⚝Kesatuan iman para anggotanya :
kesatuan iman ini bukan kesatuan yang
statis melainkan yang dinamis. Iman
adalah prinsip kesatuan batiniah gereja.
• ⚝Kesatuan dalam pimpinannya :
pemimpin mempunyai tugas untuk
mempersatukan umat. Pemimpin
sering disebut sebagai prinsip
kesatuan lahiriah gereja.
23. • ⚝Kesatuan dalam kebaktian dan
kehidupan sakramental : kebaktian
dan sakramen-sakramen merupakan
ekspresi simbolis kesatuan gereja itu.
24. Gereja itu Satu
Efesus 4:3-6 “ Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh
ikatan damai sejahtera : satu tubuh,
dan satu roh, sebagaimana kamu telah
dipanggil kepada satu pengharapan
yang terkandung dalam panggilanmu,
satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
satu Allah dan Bapa dari semua, Allah
yang di atas semua dan oleh semua dan
di dalam semua.”
25. Kesatuan yang hakiki dan
konkret diungkapkan oleh
Paulus dalam model „tubuh”.
Paulus menekankan bahwa gereja
haruslah bersatu. Kesatuan ini
bukanlah konsep kesatuan yang
abstrak (hanya sekedar satu visi,misi,
dan tujuan) melainkan sebagai satu
tubuh.
26. 1. Seperti halnya satu tubuh, banyak
anggota tetapi membentuk satu fungsi
dengan adanya 1 prinsip, 1 tujuan, 1 hati, 1
pikiran dan digerakkan oleh 1 roh.
2. Seperti halnya tubuh itu saling
membutuhkan, berkoordinasi, berfungsi,
tidak ada perbedaan status dan derajat,
saling memperhatikan.
3. Paulus juga mengatakan “satu Roh”
yang berarti satu iman secara utuh.
27. 1 Kor 1:10 “ Tetapi aku menasihatkan kamu,
saudara- saudara, demi nama Tuhan kita Yesus
Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada
perpecahan diantara kamu, tetapi sebaliknya supaya
kamu erat berstau dan sehati sepikir.”
Disini Paulus menghendaki tidak adanya
perpecahan, perpecahan disini dikontraskan
dengan “seia sekata” dan “sehati sepikir”
1. “seia sekata”, “sehati sepikir” artinya tidak boleh
ada pertentangan dalam hal iman
2. “jangan ada perpecahan” artinya tidak ada
pendirian gereja yang terpecah dari gereja lain
29. APOSTOLIK -> Kerasulan
Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang
teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran
bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul dan
para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja perdana
sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14).
30. Hubungan antar generasi Gereja bukanlah
merupakan “Estafet”
Sifat apostolik berarti bahwa Gereja sekarang
mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni
Gereja para rasul. dimana hubungan historis ini
jangan dilihat sebagai pergantian orang atau seperti
ajaran benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul-
rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup
sekarang, melainkan sebagai kelangsungan iman
dan pengakuan.
32. Dimana ada uskup, disitu ada jemaat, seperti
dimana ada Kristus disitu ada Gereja Katolik
-St. Ignatius dari Anthiokia-
33. Yang di maksud ialah dalam perayaan Ekaristi,
yang dipimpin oleh uskup, yang hadir bukan
hanya jemaat setempat tetapi seluruh Gereja.
Gereja selalu "lengkap", penuh. Tidak ada
Gereja setengah-setengah atau sebagian.
Gereja setempat, baik keuskupan maupun
paroki bukanlah "cabang" Gereja Universal.
Setiap Gereja setempat, bahkan setiap
perkumpulan orang beriman yang sah,
merupakan seluruh Gereja. Gereja tidak dapat
dipotong-potong menjadi "Gereja-Gereja
bagian".
34. "Gereja disebut Katolik, karena tersebar
diseluruh muka bumi dan juga karena
mengajrkan secara menyeluruh dan lengkap
segala ajaran iman tertuju kepada sesama
manusia, yang mau disembuhkan secara
menyeluruh pula“
-St. Sirilius dari Yerusalem-
35. Artinya Gereja tidak hanya mempunyai arti
geografis, tersebar keseluruh dunia, tetapi juga
"menyeluruh", dalam arti "lengkap", berkaitan
dengan ajarannya, serta "terbuka" dalam arti
tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke 5 masih
ditambahkan bahwa gereja tidak hanya untuk
segala bangsa, tetapi juga untuk segala jaman.
36. Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam semua
jemaat beriman setempat yang sah, yang mematuhi
para gembala mereka, dan dalam Perjanjian Baru
disebut Gereja(Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17).
Gereja-Gereja itu ditempatnya masing-masing
merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah,
dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya
(lih 1Tes 1:5). Di jemaat-jemaat itu, meskipun sering
hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar,
hiduplah Kristus; dan berkat kekuatan-Nya
terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik dan
apostolik.
37. Gereja yang Katolik
St Ignatius dari Antiokhia (± tahun 100)
mempergunakan kata ini yang berarti
“universal” untuk menggambarkan Gereja
(surat kepada jemaat di Smyrna). Gereja
bersifat Katolik dalam arti bahwa Kristus
secara universal hadir dalam Gereja dan
bahwa Ia telah mengutus Gereja untuk
mewartakan Injil ke seluruh dunia -“Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku” (Matius 28:19).
39. a. Gereja yang lebih merakyat dan
mengutamakan yang miskin
• Gereja dituntut lebih merakyat dan
mengutamakan orang-orang sederhana dan miskin
dan jangan dikuasai oleh mereka yang punya uang
dan berpengaruh saja. Yesus sendiri adalah orang
yang sederhana dan miskin. Ia memilih para rasul
dari kalangan orang sederhana dan miskin.
40. • Gereja harus menjadi abdi bagi kaum
sederhana dan miskin. Ini bukan berarti
bahwa Gereja hanya terdiri dari orang-
orang sederhana dan miskin, tetapi Gereja
harus memiliki semangat kesederhanaan
dan kemiskinan. Jika Gereja ingin bergerak
maju dengan cepat, maka Gereja jangan
terbebani dengan bermacam-macam
kekayaan dan kemegahan yang
memberatkan langkahnya
41. b. Gereja yang Bersifat Kenabian
Nabi adalah seorang yang berani
menyampaikan kehendak Allah kepada
umat manusia dalam situasi konkret yang
dihadapi pada zamannya.
Gereja juga memiliki panggilan yang sama
dengan nabi, yaitu menyampaikan
kehendak Allah dalam situasi konkret yang
dihadapinya. Misalnya, Gereja harus berani
mengatakan apa yang benar dan apa yang
salah.
42. • Gereja harus berani mengecam dan
menolak segala kebijakan dan tindakan
yang melanggar keadilan dan hak asasi
manusia, sekalipun hal itu berasal dari orang
yang berkuasa dan berpengaruh. Jika Gereja
berani berbicara terus terang, maka suara
dan kehendak Tuhan akan terdengarkan,
sebab Tuhan berbicara dan menyampaikan
kehendak-Nya melalui manusia.
43. c. Gereja yang membebaskan
• Gereja harus menjadi tanda keselamatan bagi
umat manusia. Penyelamatan bearti juga
pembebasan manusia dari segala penderitaan baik
penderitaan rohani maupun jasmani. Dalam hal
ini, Gereja diutus untuk menyuarakan dan menjadi
pelopor terciptanya dunia yang lebih adil, lebih
bersaudara, lebih damai, dan bebas dari
ketidakadilan.
44. d. Gereja yang Merupakan Ragi
Gereja masa kini hendaknya laksana ragi yang
mengembangkan dunia baru. Gereja yang berada
di luar dunia, sama seperti ragi yang ditaruh di luar
adonan roti.
Setiap kelompok orang Kristen sebagai satu Gereja
lokal harus menjadi ragi di tempatnya masing-
masing. Ragi yang membangun dunia baru,
merombak tembok-tembok yang memisahkan
bangsa / manusia yang satu dan yang lainnya.
45. e. Gereja yang dinamis
Dunia akan selalu berkembang. Oleh karena itu, Gereja
harus dapat terus ber-agrionamento, artinya Gereja harus
selalu memperbaharui diri sesuai dengan tuntutan zaman.
f. Gereja yang bersifat karismatis
Gereja yang dijiwai Roh Kudus harus dapat memberi
hidup secara bebas dan leluasa kepada semua lapisan
umat. Gereja yang penuh sesak dengan bermacam-
macam peraturan, struktur organisasi, dan tata upacara
liturgi akan menjadi Gereja yang kaku dan beku. Roh
Allah telah memberikan karunia-karunia kepada setiap
orang demi kebaikan bersama. Roh Allah pulalah yang
memberikan kebijaksanaan, bakat-bakat dan
kemampuan kepada siapa saja untuk kemajuan Gereja.