SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pengertian dan Latar Belakang Gerakan Oikumene.
1. Pengertian Etimologi.
Kata Ekumene {Ecumnen – Inggris} atau Oikumene diambil bahasa
Yunani { Οικυµενε } yang terdiri dari dua suku kata, yakni “Oikos”
{Οικοσ} berarti Rumah dan “Mene”{Μενειν }” artinya “Berdiam” atau
Tempat berdiam”. Istilah Oikumene ini adalah Istilah yang digunakan
dalam dunia militer. Istilah Oikumene ini, menunjuk kepada
keseluruhan tempat atau wilayah di bumi yang dihuni oleh manusia.
Oikumene dalam Zaman Yunani Kuno, di bawah Pemerintahan
Alexander Agung, ini menunjuk kepada keseluruhan bagian bumi
yang di diami oleh manusia. Kata ini seringkali digunakan untuk
menyebut daerah-daerah yang di diami oleh orang-orang Yunani,
sedangkan daerah yang tidak di diami oleh Orang bukan Yunani tidak
disebut Ekumene.
Dalam bahasa Yunani Koine di bawah kekaiseran Romawi dan dalam
perjanjian Baru, kata Oikumene secara harafiah artinya dunia, namun
yang dimaksud adalah Dunia di bawah kekuasaan Romawi. Dalam
Surat Ibrani 2:5 kata Oikumene ten mellousan {
1
Οικυµενε τεν Μελλουσαν } memberikan makna yang merujuk
kepada Kerajaan Yesus Kristus yang akan datang { Dunia yang akan
datang }.
Kata Oikumene ini pada awal tidak memiliki makna yang berkaitan
atau berhubungan dengan kehidupan Gereja atau Kekristen.
Namun sejak Konsili di Nicea, { 325 }, yang merupakan Konsili
Oikumene pertama. Istilah Oikumene ini diterima dan disahkan atau
diteguhkan pemakaiannya sebagai Istilah Gerejawi.
Dalam Konsili pertama ini mengundang semua perwakilan Gereja
yang ada di Wilayah Kekaiseran atau Wilayah Kekuasaan Romawi,
dan Istilah Oikumene ini, yang disebut sebagai Wilayah Kekuasaan
Romawi, dan dalam kenyataan inilah dikenal sebagai “Selurh Dunia”
pada waktu itu. Dengan kata lain, dalam pandangan Politik dan
Keagamaan, maka memang pada waktu itu “hanya Wilayah Romawi
yang dipahami sebagai Wilayah yang di diami Manusia dan
sekaligus Masyarakat Gereja.
Kata Oikumene ini merupakan padanan atau Sinonim dari kata yang
juga dipakai dalam istilah Gereja yakni “Katolik” { Catholica- Latin }.
dan “Univaersal”. Ketiga Istilah ini merujuk pada pengertian yang
sama yakni menunjuk pada ruang lingkup, hakekat dan tugas
Gerejawi yang meliputi seluruh dunia dan makhluk. Dalam
pengertian ini, maka Gerakan Oikumen selalu dikaitkan dengan
2
gerakan untuk keutuhan yang mengumpulkan kembali serta menjaga
keutuhan atau integritas Gereja. Dalam zaman modern ini Oikumene
adalah upaya penyatuan atau kerjasama antara denominasi-
denominasi Gereja yang berbeda. Dalam kontekes ini, telah
dianggap adanya kesatuan Umat yang percaya di antara golongan-
golongan Kristen yang berbeda-beda. Pekerjaan atau pelayanan
oikumene berlangsung dalam bentuk negosiasi di antara komisi-
komisi dari berbagai denominasi serta melalui pembicaraan dengan
berbagai organisasi interdenominasional serpti Dewan Gereja-Gereja
se- Dunia, tentang Topik-topik yang relevan termasuk Baptisan,
Ekaristi { Perjamuan Kudus}, dan pelayanan Kriisten lainnya.
2. Latar Belakang Gerakan Oikumene.
Gereja Katolik Roma Dan Gerakan Oikumene.
Sikap Gereja Katolik Roma terhadap Gerakan oikumenis ditentukan
atas dasar pemahaman bahwa Gereja yang benar adalah pengakuan
Imannya hanya Gereja yang dipimpin oleh Paus, sebagai wakil
Kristus. Keesaan Gereja selaku tubuh Kristus telah menjadi nyata
dalam Gereja Katolik Roma di bawah pimpinan pengganti Petrus wakil
Kristus oleh sebab itu tidak perlu suatu Gerakan Oikumenis, karena
keesaan Gereja sudah ada dalam Gereja Katolik Roma. Atas dasar
dogtrin ini, maka Gereja Katolik Roma menentukan sikap sebagai
berikut :
3
 Gereja Katolik Roma tidak mau ikut secara resmi dalam kegiatan-
kegiatan Oikumene.
 Kepausan Gereja Katolik Roma mengeluarkan beberapa surat
keputusan yang menolak gerakan Oikumenis dan mempertegas
ajarannya bahwa Gereja Katolik Roma adalah satu-satunya Gereja
yang benar.
 Paus juga melarang orang Roma Katolik untuk menghadiri Sidang
DGD. Di Amesterdam dan Evanston.
Namun demikian pada konperensi Faith and Order di Edinburg tahun
1937. Hadir dalam konperensi itu Lima Orang Katolik Roma, yang tidak
mewakili Gereja Katolik Roma, dan harus diingat bahwa sebelum
perang dunia kedua memang semangat orang-orang protestan untuk
mencari hubungan dengan Gereja Katolik Roma juga kurang, bahkan
beranggapan bahwa Gereja ini sesat, hanya beberap tokoh seperti
Brent dan Soderblom’ menegaskan bahwa Oikumene tanpa Gereja
Katolik Roma belum lengkap. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tidak
ada usaha-usaha untuk gerakan Oikumene dari Katolik Roma….. ?
3. Gereja-Gereja Ortodoks Dan Gerakan Oikumene.
Perlu diingat bahwa “Gereja Katolik Roma dan Gereja-Gereja
Orthodox mempunyai doktrin yang sama mengenai Ekklesiologi,
4
bahwa Gereja adalah kelanjutan dari Para Rasul dan dalam hal ini
berbeda dengan Gereja Kristen { Protestan }
Hal ini menimbulkan persoalan dalam diskusi/percakapan Oikumene
antara DGD dan Gereja Katolik Roma dan juga dalam percakapan
Gereja-Gereja Orthodox dengan DGD.
Aspek-aspek yang menarik dalam diskusi atau percakapan Oikumenis
antara Gereja-Gereja Orthodox dan Kristen {Protestan}, sebagai
berikut :
1. Gereja-Gereja Orthodox.
Memahami bahwa Ekklesiologi sebagai “Ciptaan Roh Kudus” yang
menyelamatkan melalui pelayanan-pelayanan Sakramen, dan
menyatakan, bahwa dogtrin atau pengajaran mereka dirusmuskan
tanpa kekeliruan dan di bawah pimpinan Roh Kudus yang
didasarkan atas tradisi Rasuli serta melalui tujuh konsili
Oikumenis. Sperti Konsili pertama di Nicea tahun 325, dan kedua
juga di Nicea tahun 787.
2. Gereja Roma Katolik.
Pandangan Gereja Roma Katolik bahwa ada perbedaan dengan
Gereja-Gereja Orthodox di mana Roma Katolik beranggapan bahwa
ajaran Gereja harus terbuka, sebab melalui Paus yang tidak
keliru atau konsili Roh Kudus dapat menambahkan ajaran-ajaran
5
Gereja baru. Di mana dalam Katolik Roma Uskup sebagai
Penjamin kebenaran dan keesaan Gereja, namun kedudukan Paus
sebagai pengganti Rasul Petrus, tidak lebih tinggi atau Istimewa
dari Uskup-uskup yang lain. Hal ini menyebabkan perbedaan
sehingga terjadilah apa yang disebut dengan Schisma {Perpecahan}
dalam Gereja yakni antara Gereja Timur dan Barat.
Bagi Gereja-Gereja Orthodox Oikumene { Keesaan Gereja } pada
dasarnya adalah Bersifat Rohani dan dilambangkan dalam
“Patriarkhat Oikumene Constantinopel” yang berbeda dengan
keuskupan Roma Katolik yang menuntut Primat { Kedudukan
Tertinggi } Yuridis di Gereja, di mana hanya Gereja mempunyai
Primat kehormatan.
6
BAB II
SEJARAH GERAKAN OIKUMENE WCC.{ DEWAN GEREJA SEDUNIA }
A. Sejarah Gerakan Oikumene Hingga Konfrensi Edinburg 1910.
Pada Zaman Reformasi, Gereja Katolik Roma, diperhadapkan dengan
Schisma { Perpecahan } dengan Gereja Orthodox Yunani tahun 1054, pada
saat itu Gereja terancama perpecahan bersar-besaran, walaupun Marthen
Luther dikucilkan, namun tetap diusahakan perdamain dengan pengikut-
pengikutnya, Golongan Injili. Hal ini dilakukan demi kesatuan Gereja Kristen
7
terhadap ancaman Turki. Usaha-usaha ini dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan politik, yang menghasilkan dialog Agama di
Leipzig tahun 1539, di Hagenau tahun 1540; di Worms tahun 1540, dan
di Regensburg { Ratisbon 1541 }, di Wilayah Kekaisaran Jerman dan
Colloquium di Poissy 1561 di Prancis, namun semua usaha ini gagal alias
tidak mendapat titik temu atau persetujuan bersama.
Bagi golongan Injili usaha yang sama ternyata tidak mencapai satu
kesatuan, walaupun sama-sama memberi kritikan kepada Gereja Katolik
Roma, tetapi mengenai Perjamuan Kudus terjadi pemisahan antara
pengikut Marthen Luther dengan golongan Injili di Jerman Selatan dan Swis.
Pada tahun 1529 usaha perdamaian yang dilakukan melalui pembicaraan di
Marburg juga tidak berhasil, dan pada tahun 1549 Calvin dan Bullinger
berhasil dalam usaha untuk mempersatukan Reformasi Swis melalui apa
yang disebut dengan “Consensus Tigurinus” akan tetapi terjadi perpecahan
dengan para pengikut Luther tidak dapat dipulihkan.
B. Terntuknya Dewan Gereja-Gereja se-Dunia { WCC }.
Seperti dikatakan bahwa Tujuan dan sasaran Oikumene adalah untuk
mewujudkan kesatua Gereja. Oleh karena itu ada banyak usaha untuk
mewujudkan tujuan tersebut, muncul dalam beberapa bidang khususnya
“Bidang Penginjilan” Namun dalam proses perkembangannya Penginjilan
8
sedunia muncul berbagai masalah, yakni Perbedaan dalam metode
Penginjilan. Metode penginjilan ini muncul dari Teolog-Teolog Liberal di
dalam setiap konfrensi Penginjilan sedunia. Hal ini menghasilkan dua aliran
Penginjilan, yakni Aliran penginjilan Oikumen Sedunia { WCC}, dan
Golongan Injil { Golongan Evangelical }.
Gerakan Oikumene yang memiliki tujuan dan sasaran yang murni, diwarnai
dan dikuasai oleh Golongan WCC { Gereja sedunia } dengan konsep
penginjilan Liberal, yang berbeda dengan golongan injili. Akhirnya istilah
penginjilan dalam kontex Oikumene ini lebih cenderung pada golongan
WCC, yang lebih menunjuk pada golongan Liberal di Korea dan
Amerika Serikat.
Faktro yang menimbulkan gerakan Oikumene yakni Kerjasama dalam
bidang Penginjilan, Pendidikan dan Pelayanan Pemuda-Pemudi. Life and
Work, Faith and Order and Organic Church Union” merupakan factor yang
tidak langsung dalam gerakan Oikumene. Faktor yang menimbulkan
gerakan Oikumene yang langsung adalah “Konfrensi Penginjilan sedunia” di
Edinburg 1910. Konfrensi tersebut adalah titik tolak menentukan Penginjilan
sedunia abad ke 19 dan 20 dalam sejarah Gereja.
1. Konferensi Edinburg 1910.
Dalam konferensi PI sedunia (Word Missionary Coference) bukan
merupakan pertemuan wakil setiap denominasi gereja tetapi pertemuan
para misi dan wakil dari setiap badan misi seluruh dunia. Latar belakang
9
denominasi adalah dari denominasi Presbiterian, Anglikan (gereja Inggris),
sampai kelompok Moravian, dll. Tujuan konferensi ini adalah untuk
mewujudkan tujuan dan metode PI sedunia tanpa adanya pengaruh warna
theologia dari denominasi gereja. Pokok pembahasan dalam konferensi ini
adalah “Bagaimana menyampaikan Injil Yesus Kristus pada dunia orang
kafir”. Konferensi ini membahas tentang strategi penginjilan, khususnya
membicarakan tentang agama non Kristen. Dan juga membentuk komisi
untuk integrasi dan kerjasama dalam penginjilan. Komisi ini sejak tahun
1912 menerbitkan majalah “International Review of Missions” sampai
sekarang.
Konferensi ini membentuk tiga lembaga yaitu IMC (International Mission
Comite). “Faith and Other” serta “Life and Work”. Berarti pertemuan ini
merupakan pertemuan yang murni untuk PI sedunia tanpa adanya pengaruh
warna theologia. Akan tetapi dalam konferensi ini muncul perbedaan konsep
tentang istilah dan pandangan terhadap dunia yang akan diinjili. Istilah dunia
bukan merupakan konsep yang bersifat theilogi tetapi lebih cenderung pada
konsep yang bersifat geografis dan historical. Dunia dibagi menjadi dua
unsur struktur yaitu dunia Kristen dan dunia non Kristen. Oleh karena itu
dunia Kristen harus menguasai dunia non Kriste. Hubungan dua dunia ini
disebut Imperialisme Apostal dan konsep ini muncul dengan berbagai
macam istilah yang militan yaitu tentara, penguasa, perintah maju, komisi
perang, strategi dll. Walaupun salah imperialism nampak dalam konferensi
Edinberg yaitu konferensi yang mempunyai tujuan mewujudkan PI sedunia
10
tetapi konferensi tersebut menjadi suatu fondasi PI sedunia yang akan
mendatangkan masa depan cerah dan yang bisa mewujudkan tujuan
oikumene.
2. John R. Mott
John R. Mott merupakan seorang misionaris yang menggerakkan gerakan
oikumene. Dia adalah seseorang yang muncul dari SVW. Selama 40 tahun
dia menjadi pemimpin oikumene yang sangat aktif mengunjungi kurang
lebih 90 negara untuk gerakan oikumene yang bersifat interdenominasi dan
missioner melalu kehidupan penginjilan dan penggembalaan. Selain itu dia
juga mengelilingi dunia kurang lebih 2 juta mile. John R. Mott merupakan
ketua yang pertama dalam konferensi oikumene di Edinberg.
3. Munculnya dan Proses Berkembangnya WCC
Dua lembaga yaitu “Faith and Order” Life and World” dalam konferensi
Edinberg di atas tersebut berkembang menjadi factor yang melahirkan WCC
pada tahun 1948, di Amsterdam. Jadi WCC didirikan dengan kesatuan dua
lembaga. Sedangkan IMC berdiri sendiri. Pada tahun 1961 WCC mengambil
alih IMC, lalu IMC diintegrasikan dalam WCC dan muncullah pemikiran
teologi Missio Dei (1950) dan pemikiran teologia bahwa PI harus termasuk
dalam gereja sebagai fungsi dan alat gereja.
Gerakan oikumene WCC merupakan gerakan yang lebih cenderung pada
hal organisasi dan struktur daripada hal spiritual, apalagi setelah WCC
dikuasai dan dipengaruhi oleh teologia liberal yang lebih cenderung pada
11
keselamatan social dan politik dari pada keselamatan jiwa. Tujuan dan jiwa
gerakan oikumene yang Alkitabiah sudah kehilangana arah yang tepat
bahkan semakin jauh dari tujuan semula yaitu yang bermaksud mewujudkan
kesatuan gereja.
Prose konferensi gerakan oikumene dan proses perkeembangan
gerakan oikumene WCC.
C. Gerakan Oikumene Injili (Konservatif)
Pada umumnya denominasi gereja yang terlibat dalam gerakan oikumene adalah
denominasi gereja yang bersifat liberal. Sedangkan denominasi gereja yang
bersifat konservatif atau injili tidak menjadi anggota WCC bahkan mereka
mendirikan lembaga sendiri untuk dapat menghadapi WCC. Di Indonesia
Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) adalah anggota WCC. Unutk menghadapi
gerakan oikumene WCC, pihak injili dan konservatif membutuhkan lembaga yang
bersifat injili, maka berdirilah beberapa lembaga.
1. NAE (National Accosation Evangelism)
12
NAE didirikan di Chicago. Tujuan NAE yang sebenarnya bukan untuk
melawan WCC tetapi merupakan suatu respon terhadap ICCC (Komisi
International Church) dan menjadi aliran konservatif yang sangat ekstrim.
ICCC didirikan oleh Karl Makintler dan menyatakan bahwa ICCC melawan
liberalism, melindungi injil secara militant serta mengkritik kaum konservatif
yang kurang aktif. ICCC menuntut supaya denominasi gereja yang menjadi
anggota WCC mengundurkan diri dari WCC. Menurut mereka, membentuk
gereja dengan kaum liberal itu merupakan suatu hal yang mustahil dan tidak
Alkitabiah.
Pada masa kini diterbitkan majalah “Christian Becoan.” Dalam majalah ini
khotbah dan artikel pemimpin-pemimpin WCC dikritik. Oleh karena itu di
dalam kalangan mereka timbullah tantangan terhadap kepemimpinan
Makintier, sehingga pada tahun 1954 terjadilah perpecahan di dalam ICCC
dan Makintler dituduh menimbulkan perpecahan gereja dengan berbagai
tipuan, kebohongan dan ketidakbenaran. Akhirnya pemimpin-pemimpin gereja
yang termasuk dalam anggota ICCC mulai merasa bahwa mereka dianggap
sebagai pemecah-pemecah gereja. Dengan kesadaran ini, selanjutnya
diharapkan para pemimpin gereja dapat mendirikan suatu lembaga inijili yang
sehat.
Pada tahun 1942 di Saint Luis diadakan pertemuan yang dihadiri oleh 200
wakil dari 34 denominasi gereja dan lembaga. Dalam pertemuan ini Harold
Ockenga dipilih sebagai ketua NAE. Sejak itu banyak gereja dan lembaga
konservatif yang kecewa pada ICCC mulai masuk NAE untuk menjadi
13
anggotanya. Dan pada tahun berikutnya diadakanlah pertemuan di Chicago
yang dihadiri oleh 1000 wakil dari 60 denominasi gereja (jumlah jemaat kurang
lebih 15 juta). Billy Graham yang adalah pengkhotbah dan penginjil terbesar
pada abad 20 merupakan pendukung gerakan ini. Seluruh peserta yakin dan
percaya bahwa gerakan ini diberkati Tuhan dan akhirnya gerakan ini tersebar
ke seluruh dunia. Namun gerakan ini juga mengandung pontensial
perpecahan, sebab di dalam gerakan ini banyak tokoh teologi yang memiliki
pandangan teologi liberal.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa di dalam setiap gerakan oikumen jelas ada
kekurangan dan kelemahannya, hal itu dikarenakan oleh keadaan manusia
yang terbatas. Namun semua gereja injili merasa tidak ada alasan untuk
menolak gerakan oikumene tersebut baahkan mereka mempraktekkan
gerakan ini melalui berbagai kegiatan kebangkitan rohani.
2. Gerakan Oikumene Melalui Kebangunan Rohani
Sejak tahun 1950, melalui Billy Graham terjadilah suatu kebangunan rohani.
Allah memakai Billy Graham secara luar biasa. Dimana Billy Graham
berkhotbah di situ banyak orang dari berbagai macam denominasi gereja
berbondong-bondong untuk datang, bahkan banyak denominasi gereja
menjalin kerja sama untuk mengadakan KKR dengan Billy Graham tanpa
membedakan denominasi gereja. Seluruh denominasi gereja merindukan
berkat dan kasih karunia Tuhan, dan ibadah tersebut tanpa ada sikap
curigadan prasangka di setiap denominasi gereja tersebut. Walaupun KKR
14
Billy Graham tidak mempersatukan seluruh denominasi gereja namun dapat
meninggalkan azas yang mempersatukan gereja secara spiritual.
PANDANGAN THEOLOGIS
1. Pandangan Theologis WCC
Gerakan oikumene yang dimulai dari gerakan penginjilan sedunia, semakin lama
semakin berubah kea rah penginjilan yang bersifat politik dan social hingga
kehilangan konsep PI lintas budaya yang sebenarnya. Hal tersebut pantas
disebut sebagai “Ecumenical Political Mission”.
Setelah IMC diambil alih oleh pihak WCC. Konsep penginjilan yang tradisional
dikuasai oleh teologia yang menekankan pelayanan social (keselamatan social).
Akibatnya WCC lebih memperhatikan masalah politik, social dan ekonomi
daripada masalah rohani (bagaimana orang yang belum mendengar Injil Yesus
bisa dibawa kepada Kristus, dan bagaimana gereja di bumi bisa menjadi gereja
Allah?). Oleh karena itu pokok pembahasan dalam konferensi WCC sama
dengan pokok pembahasan yang dibicarakan dalam PBB yang selalu
membahas masalah politik dunia.
Kemudian teologi-teologi yang mengubah konsep gerakan oikumene yang
pernah muncul sejak konferensi Edinberg dan dalam setiap konferensi WCC
juga mempengaruhi keadaan konsep oikumene pada zaman ini. Khususnya
teologi yang menekankan keselamatan social yang muncul sejak 1950, akhirnya
15
mengakibatkan teologi pembebasan berkembang dengan leluasa, hal ini sangat
membahayakan konsep keselamatan dan PI sedunia yang bersifat tradisi.
Proses Pengaruh Pandangan Liberal Dalam Gerakan Oikumene
Sebelum perang dunia ke-2 teologi Neo-ortodox sangat mempengaruhi bidang
penginjilan, namun setelah perang selesai, situasinya menjadi berubah dan
kemudian pandangan liberal muncul kembali. Melalui pengaruh ini teologia
sekuler menyusup dalam pandangan penginjilan. Selanjutnya dalam setiap
konferensi oikumene dunia mempunyai tujuan menjalin kerjasama dalam bidang
penginjilan sehingga terjadilah perpecahan karena timbul beberapa perbedaan
pandangan teologia dari tokoh-tokoh di setiap denominasi gereja.
Pada tahun 1948 organisasi WCC berdiri dengan tujuan untuk mewujudkan
kesatuan gereja dalam setiap bidang, khususnya bidang penginjilan. Bidang
penginjilan ini mulai dikuasai oleh pandangan teologi. Hal ini menyebabkan
banyak denominasi gereja tidak setuju pada arah dan tujuan yang semakin
menyimpang dari pandangan teologia yang Injili tersebut dan akhirnya mereka
memisahkan diri dari WCC.
Sebenarnya pandangan teologia yang liberal sudah muncul sejak konferensi
pertama, tetapi hal itu tidak menyebabkan denominasi gereja di dunia mengalami
perpecahan secara langsung. Setelah konferensi Yerusalem, barulah teologia
liberal mulai secara langsung dan bahkan hal itu menjadi motto dalam
penginjilan sedunia.
16
a. Konferensi Yerusalem 1928
How Mission? (metode) merupakan tema konfereni Edinberg, Way Mission
(keharusan) menjadi tema dalam konferensi Yerusalem. Hal ini berarti injil
Pietisme telah ditinggalkan dan muncul syncretistic Approach. Pandangan ini
sangat mengurangi nilai intisari Injil sebab agama kafir dinilai sebagai agenda
yang mengandung unsur Mesias.
Kemudian perhatian social (Social Concern) nampak. Konferensi Yerusalem
menyatakan bahwa “Injil Kristus bukan saja message untuk rohani pribadi
seseorang tetapi juga dunia struktur social dan hubungan ekonomi yang dia
tempati”. Dan juga “hal memisahkan kelahiran baru seorang pribadi dan
kelahiran baru social merupakan kekeliruan”. Pada waktu itu teologi Harnak,
Darwin, Ritsche Albrecht, Schlelermacher mulai mempengaruhi dunia
teologia. Dan hal ini melemahkan konsep penginjilan tradisi. Di konferensi
Yerusalem teologia pelayanan diganti dengan posisi teologia pertobatan. Dan
juga tidak bisa mengabaikan pengaruh teologia sinkritisme Hocking yaitu
dosen Harvad.
b. Konferensi Madras
Salah satu tema yang mendatangkan pertobatan adalah tema mengenai
hubungan agama Kristen dengan agama kafir dari H. Kreaemer. Dalam
bukunya “The Christian Message in a Non-Christian World”. H. Kreaemer
memandang bahwa Poin of Contact (titik pendekatan) sebagai Discontinuilty
17
(ketidaksinambungan) dalam hubungan antara agama Kristen dan agama
non-Kristen. Namun di dalam konferensi banyak wakil dari denominasi gereja
lain yang protes, akhirnya konferensi mengakui nilai moral dan pengalaman
agama kafir. Konferensi ini membahas mengenai dialog dengan agama lain
yaitu bagaimana bisa menilai budaya non-cultural atau indigenization.
Kemungkinan dialog dengan agama lain sudah membahas pintu baha agama
Kristen bukan merupakan agama yang mutlak.
Secara khusus konsep Larger Evangelism (penginjilan luas) mulai dipakai
istilah ini pernah dipakai oleh John Motto. Konsep ini merupakan pemikiran
“Perluasaan pengaruh agama Kristen di seluruh lingkungan manusia” . Di
pihak gereja Reform yaitu J.H. Bavink mengakui perlunya pendekatan dalam
penginjilan terhadap agama kafir, jika perlu dialog dengan agama kafir bisa
dilakukan dengan memakai istilah “the silent work of God and Common
Grace”.
c. Konfereni Wellinggen 1952
Saat sesudah dan sebelum konferensi Welinggen dilaksanakan, merupakan
situasi yang paling mengecewakan dan putus asa dalam sejarah penginjilan.
Melalui adanya perang, benua China dan Korea menjadi negeri Komunis,
sehingga badan misi yang terbesar CIM (China Inland Mission) ditarik dari
ladang pelayanan dan kemudian tersebar di berbagai daerah di dunia ini
dengan air mata dan kesedihan.
18
Karena menyadari bahwa penginjilan agama Kristen menghadapi suatu
pencobaan lagipula pada tahun 1948 dalam konferensi WCC yang pertama
mulai dibahas tentang persatuan antara WCC and IMC dengan memberi
pertanyaan mengenai hakekat PI dan gereja maka akhirnya timbul suatu
pernyataan dalam sebuah tema yang berjudul “Kewajiban PI Gereja”. PI
bukan merupakan salah satu fungsi gereja tetapi merupakan hakekat gereja
mak antara PI dan gereja harus bersatu.
d. Konferensi Gahna 1958
Dalam konferensi ini ada suatu keputusan. Yang pertama adalah mendirikan
TEF (Theological Education Fund) yang bertujuan untuk menghasilkan
banyak pemimpin gereja Negara ke-3 sambil meningkatan mutu pendidikan
teologia. Yang kedua adalah keputusan untuk persatuan WCC dan IMC.
Sekretaris IMC Newbegin menekankan hal itu dengan rumusan “gereja
adalah PI” bahwa perpisahan PI dan gereja mengakibatkan gereja di daerah
non-Kristen diasingkan (terisolir) secara internasional dan Negara menjadi
suatu hambatan dari segi ekonomi dan administrasi, lagipula menjadi
hambatan untuk gerakan oikumene. Namun banyak orang yang tidak setuju
mengenai integrasi antara WCC dan IMC dengan alasan kehilangan
kebebasan PI yang fleksibel.
e. Konferensi New Delhy: Konggres WCC III
Dalam konferensi ini pandangan teologia Hoekendlek yaitu Kerygma
(penyataan), Koinonia (Persekutuan) dan Diakonia (pelayanan) menjadi
19
pokok pandangan teologia PI WCC. Di dalam konferensi ini konsep
universalism muncul dengan kalimat “Yesus berfirman kepada mereka (orang
yang beragama lain) melalui kita, Yesus berbicara kepada kita melalui
mereka”.
Khususnya di konferensi New Delhy muncullah suatu pandangan teologia
yang radikal yaitu Theology of Liberation (Theologia Pembebasan) dengan
berdasarkan pada kitab Keluaran 6:9. Pandangan teologi ini menekankan
bahwa penginjil pada zaman ini harus berani menghadapi penguasa,
melibatkan dirinya dalam kehendak Allah serta mengikuti perjuangan untuk
keadilan social seperti Musa. Inilah keselamatan yang sejati. Melalui
pandangan ini konsep keselamatan antara gereja Liberal dan Konservatif
semakin jauh.
f. Konferensi Upsala 1968
Humaniza menjadi salah satu bahan pokok pembicaraan. Kemanusiaan baru
merupakan tujuan PI. Menurut tema ini “penginjilan pada zaman dahulu
tujuan PI lebih cenderung pada konsep bahwa manusia menghadap Allah
daripada Allah menghadap manusia”. Sekarang persoalan yang paling
penting adalah dalam PI terdapat manusia sejati, oleh karena itu perhatian
gereja yang melaksanakan penginjilan yang sebenarnya adalah meletakkan
manusia sebagai tujuan PI dalam Kristus. Konsep ini dipengaruhi oleh
Shalom of Theologis dari Hoekendiek. Konsep ini menyebabkan gereja
terlibat dalam masalah social, politik, ekonomi serta hak-hak asasi manusia.
20
Missio De (P.I. Allah) menafsirkan bahwa konsep P.I yang bersifat apostolic
berubah menjadi konsep pelayanan. Konsep ini lebih menonjolkan pelayanan
social daripada penginjilan. Konsep ini menyebabkan WCC semakin dekat
pada pelayan-pelayan social.
Akhirnya konsep “Missio Dei” memberikan penafsiran baru mengenai sejarah
dan dunia, khususnya pemilikan sikap yang lebih positif terhadap agama non-
Kristen. hal itu membuat konsep dialog dengan agama Kristen lebih
berkembang. Konferensi Upsala menghilangkan konsep keseimbangan
vertical (hubungan dengan Allah) dan horizontal (hubungan dengan sesama
manusia).
g. Konferensi Bangkok 1973
Tema yang dibahas dalam konferensi ini adalah Salvation Today. Konsep ini
menyajikan 4 sasaran:
(1) Keselamatan adalah perjuangan eksploitasi terhadap manusia untuk
mendirikan keadilan ekonomi social.
(2) Keselamatan terwujud dalam perjuangan untuk membangun martabat
manusia terhadap penindasan politik pada manusia.
(3) Keselamatan terwujud dalam perjuangan untuk mempersatukan gerakan
agar dapat mengatasi keterasingan antar umat manusia.
(4) Keselamatan dilaksanakan dalam perjuangan untuk menjadi pengharapan
yang berjuang terhadap keputusasaan dalam kehidupan manusia.
21
Kesimpulan: Konferensi Bangkok menolak keselamatan Alkitab dan
cenderung pada keselamatan social, politik serta ekonomi secara sepihak.
Oleh karena itu PI tradisi Alkitabiah diganti dengan usaha yang mengubah
struktur social dengan kata lain seluruh aktivitas manusia untuk keadilan
adalah PI.
h. Konferensi Nairobi 1975: Kongres WCC V
Teologia pembebasan sangat menonjol dalam kongres tersebut. “Orang
Kristen diberi perintah oleh Tuhan untuk berjuang agar mewujudkan
kehendak Allah bagi kebebasan dan keadilan dalam masyarakat”. Dengan
konsep ini semua isu, perpecahan suku, sexual, kemiskinan, kejahatan social
politik dan kebersamaan merupakan factor yang harus diperhatikan dalam PI.
Demikianlah pandangan teologia liberal mengenai PI, yang mengubah
konsep oikumene yang Alkitabiah. Dalam setiap konferensi oikumene dunia,
terlihat upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan oikumene yang
sebenarnya, namun sering mengalami kegagalan karena adanya perbedaan
pandangan yang berbau teologia liberal dan konservatif.
Teologia Pembebasan
(1) Praxia
22
(2) Dependence Theory
(3) Kontext: Text
2. Pandangan Theologis Injili (berdasarkan Theologia Misiologi 1960-1970)
a. Konsili Berlin 1966
Pada tahun 1966 di Berlin pemimpin-pemimpin gereja dan seluruh dunia
berkumpul. Dalam konsili ini dinyatakan kembali bahwa PI sedunia
merupakan tujuan yang paling utama dalam Amanat Agung Tuhan Yesus.
Mereka menunjukkan bahwa konsep PI tersebut memang melaksanakan
tanggungjawab social dan mandate dari berbagai segi budaya. Tetapi di
dalam PI bagaimanapun juga inti pemberitaan Injil harus menjadi yang
utama. Dan dalam hal tugas yang melaksanakan tanggungjawab social dan
budaya tersebut merupakan salah satu sisi dari Injil atau akibat dari
perwujudan pemberitaan Injil.
Tujuan konsep ini adalah untuk menjaga konsep PI tradisi dari kemungkinan
adanya pengaruh dan bahaya yang bisa menimbulkan potensi konsep Missio
Dei dan konsep kontekstualisasi yang ekstrim. Maksudnya ialah konsep
kontekstualisasi yang ekstrim dan Mission Dei yang bisa membuat teologia
missiologi menyimpang dari konsep PI melalui Amanat Agung di bumi secara
tradisional. Jika meletakkan konsep kebenaran, Injil tradisi itu menjadi dasar
mandate di bumi maka akan bisa menghadapi konsep PI liberal yaitu Missio
23
Dei dan kontekstualisasi yang ekstrim tersebut bahkan bisa juga merangkul
kedua konsep tersebut. Oleh karena itu konsili Berlin merupakan konsili yang
menyajikan pengarahan yang penting dalam misiologi bagi kaum Injili.
b. Konferensi Loussane 1974
Setelah konsili Berlin tahun 1966, konsili yang sekali lagi mempengaruhi
kalangan Injili adalah konsili Lousane. Memang konsili ini diadakan dengan
tujuan yang sama dengan konsili Berlin dan pengaruh dua pemimpin PI. Oleh
karena itu pengaruh tersebut tertuju pada arah teologi Misiologi. John Stoot
merupakan salah seorang tokoh yang sangat mempengaruhi konsep PI
kalangan injil. Menurutnya titik tujuan PI adalah penyebaran Injil, tanggung
jawab terhadap social merupakan akibat dari penyebaran injil pada waktu
konsili Berlin. Tetapi lebih luas, penyebaran Injil mengandung konsep
penginjilan dan tanggungjawab social. Pandangan ini didasarkan pada
Yohanes 20:23.
Dan kemudian seorang tokoh yang sangat mempengaruhi teologi PI, adalah
Donald McGavran. Dia memberi pengaruh pada proses pembentukan teologi
PI. Injili dari sisi dimensi lain. Dia mempertahankan pernyataan Berlin dan
Lousane serta berperan mengikat penginjialan dengan budaya. Dia
menyebutnya sebagai teologia pertumbuhan gereja jika konsili Berlin
menekankan penginjilan, konsili Lousane menekankan penginjilan dan
budaya dengan mempertimbangkan budaya seperti misalnya dalam berbagai
variasi budaya yang bersifat mozaik dan pengembangan metode penginjilan.
24
Hal ini sangat mempengaruhi seluruh kalangan ilmu misiologi sebagai
sebutan Teologia Pertumbuhan Gereja. Dengan singkat, teologia ini
menekankan konsep penginjilan tradisi dan metode penginjilan yang harus
nampak sesuai dengan budaya setempat. Sebagai akibat dari itu gereja
bertumbuh. Pengaruh dua orang tersebut di Lousane teologia misiologi Injili
nampak dengan bentuk baru yaitu penginjilan, tanggungjawab social adan
pertimbangan budaya setempat. Pengaruh metode ini sampai awal tahun
1990, kemudian setelah memasuki tahun 1990 banyak metode dan evaluasi
buku yang dikembangkan dari konsep teologia tersebut.
c. Arah PI setelah McGavran.
Setelah McGravan, ada lagi gerakan yang menutupi kekuarangan dan
metode PI persatuan budaya dan penginjilan. Jika penginjilan dihubungkan
dengan factor budaya setempat maka dari sisi lain ada juga kebaikannya
karena penginjilan bisa diilmiahkan. Namun metode penginjilan terlalu
berfokus pada hal ilmiah, maka unsur kekuatan (Dynamic) berkurang dalam
penginjilan. Terhadap masalah ini sebagai solusi muncullah beberapa teori
PI, misalkan Christianity With Power dari Craft, sedangkan :Sings and
Wonder” dari John Wimber dan “Power Encounter” dari Peter Wagner.
Masalah hubungan penginjilan dan tanggungjawab social masih timbul
sampai sekarang. Akan tetapi pihak kaum Injili tidak bisa menghindari
tanggungjawab social dari penginjilan. Dan juga akhir-akhir ini dari pihak
WCC (gerakan Oikumene) ada gerakan yang ingin kembali kepada PI tradisi.
25
Dahulunya kaum dunia mulai berubah menjadi PI holistic yaitu jiwa dan
jasmani manusia. Namun pihak WCC tetap mempertahankan PI. Allah terus
difokuskan pada Mission Dei yaitu perhatian terhadap unsur
ketidakmanusiawian dan kecemaran bumi serta masalah social dan politik.
Sebagai kesimpulan sampai sekarang gerakan oikumene tradisi masih sulit
terwujud karena dua kalangan yaitu kalangan Lousane dan gerakan WCC
dan konsep Oikumene memiliki pandangan yang berbeda karena pandangan
PI.
26
III
GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA
A. DEWAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
Salah satu bentuk gerakan oikumene di Indonesia adalah hadirnya DGI di tengah-
tengah gereja yang majemuk (beraneka ragam denominasi). Gagasan dasar
pembentukan DGI itu didorong oleh motivasi teologis bahwa “perlu dilakukan
musyawarah dan koordinasi dari gereja-gereja melalui suatu dewan yang dibentuk
oleh gereja-gereja itu sendiri” dan bahwa “kesatuan gereja-gereja di Indonesia
adalah suatu keharusan”. Akhirnya pada tahun 1948 terbentuklah panitia perancang
persiapan DGI di Jakarta. Dalam sidangnya di bulan November 1949, panitia ini
bermufakat bahwa DGI akan menjadi jembatan menuju kepada keesaan gereja-
gereja. Kesepakatan ini terbuka bagi penafsiran dan pemahaman bagaimana
mencapai tujuan tersebut, tetapi tidak dalam arti “membentuk satu gereja super”.
(Bandingkan dengan Dewan Gereja-gereja sedunia).
Pada tanggal 25 Mei 1950 pukul 12.00 WIB di Jakarta, sesuai dengan notulen,
konferensi pembentukan DGI berhasil mendirikan DGI. Konferensi pembentukan
DGI itu juga merupakan konferensi sekaligus sidang raya I DGI. Tujuan DGI adalah
untuk membentuk gereja Kristen yang Esa di Indonesia, isi dan rumusan tentang
usaha-usaha mencapai tujuan DGI tersebut cukup lama dipersoalkan dalam sidang
raya I DGI.
27
Nama DGI akhirnya berubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)
pada tahun1984 dalam keputusan sidang raya DGI-X di Ambon.
1. Latar Belakang
Salah satu maksud pendirian DGI adalah dalam rangka membentuk gereja
Kristen yang esa di Indonesia. Hal ini didorong oleh semakin meresapnya jiwa
oikumenis sebagai ungkapan dari pemahaman sikap teologis baru, yakni:
bersama-sama selaku satu gereja menjalankan tugas missioner dan diaconal
dari gereja yang esa di Indonesia.
Dalam buku “Dua puluh lima tahun DGI”, Dr. TB Simatupang menunjuk pada
lima jenis pengaruh yang nyata dalam sejarah pembentukan DGI.
Kelima jenis pengaruh tersebut sebagai berikut:
a. Alkitab (Yohanes 17:21) dan pengakuan iman (Kredo)
b. Nasionalisme di Indonesia dan pasca perang Dunia II
c. Pengalaman pemuda Kristen dalam Christianity Student Vereninging (CSV:
perhimpunan mahasiswa-mahasiswa Kristen) dan pada sekolah Theologia
Tinggi (sekarang Sekolah Tinggi Theologia) di Jakarta.
d. Pengalaman pada masa Jepang
e. Pengaruh gerakan oikumenis dari luar (IMG, WSCF, DGD) dan pengaruh
para tokoh di kalangan pekabaran injil.
2. Pembentukan DGI
28
Konferensi gereja-gereja di Indonesia yang disebut konferensi persiapan
pembentukan dewan gereja-gereja di Indonesia berlangsung tanggal 6-13
November 1949. Konferensi ini sangat penting, karena merupakan langkah untuk
menentukan persiapan gereja-gereja di Indonesia memasuki zaman baru dalam
sejarah bangsa dan sejarah gereja. Gereja-gereja yang hadir dalam konferensi
tersebut menyatakan pengakuan bahwa perpisahan dan perpecahan berarti
ketidaktaatan kepada kehendak Allah untuk menyatkaan keesaan gereja selaku
tubuh Kristus.
Konferensi pembentukan DGI berlangsung di STT Jakarta, pada tanggal 21-28
Mei 1950. Pada tanggal 25 Mei 1950, bertepatan dengan hari raya Pentakosta,
mereka yang hadir menanyakan berdirinya DGI.
“Kami anggota-anggota konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di
Indonesia, mengumumkan dengan ini, bahwa sekarang dewan gereja-gereja di
Indonesia telah didirikan, sebagai tempat permusyawaratan dan usaha bersama
dari gereja-gereja di Indonesia menuju kepada keesaan gereja-gereja di
Indonesia, seperti termaktup dalam anggaran dasar dewan gereja-gereja di
Indonesia, yang telah ditetapkan oleh sidang pada tanggal 25 Mei 1950.
3. Keunikan DGI
Bila dibandingkan dengan Dewan Gereja Nasional yang terdapat di Negara-
negara lain, DGI memiliki keunikan dan memiliki tujuan yang tegas dan jelas
yakni: pembentukan gereja yang esa di Indonesia. Dengan demikian
keanggotaannya jelas hanya diperuntukkan bagi gereja saja, yang berarti tidak
29
menerima organisasi maupun badan atau yayasan Kristen lain sebagai
anggotanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut para anggota DGI dapat melakukan
musyawarah dan usaha bersama, bekerjasama. Keunikan itu didasarkan pada
doa Tuhan Yesus supaya mereka semua menjadi satu ….supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yohanes 17:21).
4. Usaha-usaha DGI
a. Meningkatkan kesadaran dan penghayatan warga jemaat untuk lebih
menempatkan persekutuan dalam kesatuan Roh (Ef 4:3) dengan
mengadakan kebaktian dan perjamuan kudus bersama.
b. Meningkatkan kebersamaan dalam pelayanan dan kesaksian (Kis 2:42).
c. Meningkakan rasa persaudaraan dan sikap tolong menolong (Gal 6:2).
Usaha-usaha tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok tugas
bersama (PTPB), yang ditetapkan dalam setiap sidang raya untuk dilaksanakan
bersama-sama, dengan melihat seluruh Indonesia sebagai wilayah pelayanan
dan kesaksian bersama.
5. Keanggotaan DGI
a. Gereja di Indonesia, yaitu gereja yang berkedudukan di Indonesia dan
mempunyai tata cara gereja sendiri.
30
b. Mempunyai anggota dewasa yang sudah dibaptis/sidi sekurang-kurangnya
2000 orang.
c. Menunjukkan kerjasama yang baik dengan gereja-gereja tetangganya
d. Menyatakan persetujuannya secara tertulis terhadap tata dasar PGI serta
kesediaannya untuk melaksanakan semua hak dan kewajibannya sebagai
gereja dengan sungguh-sungguh.
e. Mencantumkan keterangan “Anggota PGI” di belakang namanya.
6. Hak dan Kewajiban DGI
a. Kemandirian dan karunia masing-masing anggota gereja dihormati
sepenuhnya dalam rangka persekutuan dan kekeluargaan di antara gereja-
gereja anggota.
b. Gereja anggota bertanggungjawab terhadap keputusan-keputusan yang telah
disepakati bersama dan berkewajiban untuk melaksanakannya.
c. Urusan dalam masing-masing gereja anggota hendaknya tidak dicampuri
oleh siapapun juga yaitu campur tangan dari pihak lain di luar kemauan
gereja anggota yang bersangkutan.
d. Gereja-gereja anggota membuka diri untuk menerima pelayaan dari alat-alat
kelengkapan PGI dan dari gereja-gereja anggota lain.
e. Gereja anggota menempatkan pelaksanaan tugas panggilannya dalam
rangka pelaksanaan PTPB.
31
f. Gereja anggota Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) di Indonesia dan
melaksanakan Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima (PSMSM)
g. Gereja anggota memberikan sumbangan yang sepadan dengan anugerah
yang diterimanya dalam usaha untuk mencapai kemandirian di bidang
teologis, daya dan dana bagi semua gereja dan untuk membiayai
pelaksanaan keputusan bersama.
7. Pengorganisasian DGI
Pada sidang raya I DGI, pembahasan lebih dititikberatkan pada masalah-
masalah organisatoris, untuk menyelesaikan apa yang telah dikerjakan oleh
Panitia Konferensi Persiapan tanggal 6-13 November 1949 itu.
a. Anggaran Dasar
Pada sidang raya I DGI, telah disahkan Anggaran Dasar (AD) yang kemudian
menjadi salah satu alat organisasinya. Selain AD disahkan dan diterima pula
Anggaran Rumah Tangga (ART), yang menjadi acuan operasional DGI.
b. Perlengkapan
Selaras dengan AD DGI pasal 6, di dalam tubuh DGI dikenal adanya sidang-
sidang dan badan-badan sebagai berikut:
1) Sidang Raya adalah:
a) Sidang dari para utusan seluruh anggota DGI
32
b) Badan tertinggi dalam struktur DGI
c) Mempunyai hak untuk menelorkan keputusan-keputusan yang
prinsipil, misalnya:
i) Hak-hk untuk menempatkan dan mengangkat badan pekerja
ii) Melakukan perubahan/penambahan AD
iii) Pembubaran DGI dan lain-lain
2) Badan Pekerja adalah:
a) Anggotanya dipilih dan diangkat oleh SR DGI
b) Memiliki masa kerja tertentu
c) Tugasnya: menjalankan keputusan-keputusan SR DGI
i) Menyiapkan bahan/usulan untuk sidang berikutnya
ii) Menyiapkan konsep anggaran belanja DGI
iii) Melaporkan/mempertanggungjawabkan hal-hal tersebut pada
sidang berikutnya.
d) Bertugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui BPH-nya
e) Sehubungan dengan tugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui
BPH-nya maka berhak mengangkat pihak-pihak tertentu dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugasnya.
33
Sejak SR III DGI (di Jakarta 8-17 Juli 1956) dikenal badan pekerja
lengkap (BPL), mengingat semakin berat dan meluasnya tugas yang
diembannya. Sehingga dikenal adanya BPL dan Badan Pekerja Harian
(BPH).
3) Badan-badan lainnya adalah:
a) Komisi-komisi, panitia-panitia dll
b) Diangkat oleh SR DGI untuk mengemban tugas khusus
c) Mempertanggungjawabkn segala pekerjaannya kepada SR DGI
4) Lembaga DGI adalah:
a) Sebuah kapal, tersalib yang tengah berlayar di seluruh perairan dunia
dengan muatan Iman – Persekutuan – Pengharapan.
b) Artinya: kapal oikumenika yang di tengah-tengahnya tertanam salib itu
mengingatkan tentang kapal yang dipergunakan oleh Tuhan Yesus
beserta para murid-Nya di tasik Galilea.
8. Sidang-sidang Raya DGI/PGI
Sampai dengan tahun 1995 DGI telah mengadakan Sidang Raya sebanyak 12
kali. Beberapa sidang raya tersebut (kecuali SR I DGI), biasanya menggunakan
tema-tema tertentu yang dijadikan arahan bagi setiap SRl; dilakukan
berdasarkan pertimbangan yang masak. Karena tema-tema yang dipakai
biasanya dihubungkan dengan konteks pergumulan gereja-gereja dan
34
masyarakat di Indonesia dan di dunia; selain itu tentunya juga dikaitkan dengan
kehidupan oikumene itu sendiri.
No URUTAN SIDANG RAYA TANGGAL TEMPAT
1 Sidang Lengkap I (pembentukan
DGI)
21-28 Mei 1950 Jakarta
2 Sidang Lengkap II DGI 20-30 Juni 1953 Jakarta
3 Sidang Lengkap IIi DGI 8-17 Juli 1956 Jakarta
4 Sidang Lengkap IV DGI 3-13 Juli 1960 Jakarta
5 Sidang Lengkap V DGI 3-14 Mei 1964 Jakarta
6 Sidang Lengkap VI DGI 29 Okt-8 Nov
1967
Makasar
7 Sidang Raya VII DGI 18-28 April 1971 Pematang Siantar
8 Sidang Raya VIII DGI 1-12 Juli 1976 Salatiga
9 Sidang Raya XI DGI 19-31 Juli 1980 Tomohon
10 Sidang Raya X DGI 21-31 Okt 1984 Ambon
11 Sidang Raya XI DGI 23-30 Okt 1994 Jayapura
B. DEWAN GEREJA-GEREJA WILAYAH
Sebetulnya, sebelum DGI dibentuk ada badan-badan berupa Dewan Gereja-gereja
Wilayah, yang berperanan penting di dalam pembentukan DGI.
Badan-badan gereja wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Badan Permusyawaratan gereja-gereja di Indonesia (DPG), Yogyakarta
2. Majelis Usaha Kristen di Indonesia Timur, tahun 1947 di Malino Sulawesi
3. Dewan gereja-gereja Kristen Tiong Hoa di Indonesia (DGTI), tahun 1948 di
Bandung.
4. Dewan Kristen di Sumatra, tahun 1949 di Medan.
35
Tetapi anehnya, sejak terbentuknya DGI selama 15 tahun (1950-1964) badan-badan
tersebut tidak lagi memiliki peranan yang berarti. Hal tersebut diakibatkan oleh
kenyataan bahwa daerah di mana badan-badan tersebut beroperasi, tidak terdapat
pertentangan oikumenis tingkat wilayah yang berarti. Penyebabnya antara lain,
karena perhatian gereja-gereja anggota DGI dalam hubungannya dengan keesaan
lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang dilakukan pada lingkup nasional
melalui wadah DGI. Disamping itu, perkembangan politik, ekonomi dan lain-lainnya
yang bersifat nasional, seolah-olah menuntut supaya DGI lebih bdaripada badan-
badan tersebut.
Namun setelah tahun 1964, dirasakan kembali perlu adanya badan-badan daerah
yang kemudian dikenal sebagai Dewan Gereja-gereja Wilayah, yang ditempatkan di
beberapa daerah di Indonesia.
1. Pembentukan Dewan Gereja-gereja Wilayah:
Pada tanggal 24 Agustus 1964 Badan Pekerja Harian DGI menunjuk 10 gereja di
10 wilayah untuk bertindak selaku pengundang pertemuan dalam rangka
pembentukan Dewan Gereja-gereja Wilayah (DGIW), sehingga diharapkan
dapat terbentuk DG di wilayah-wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi Utara –
Tengah, Sulawesi Tenggara – Selatan, Jawa Barat (dan Jakarta Raya), Jatim-
Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Barat. Di kemudian hari setelah
terbentuknya beberapa DGW yang direncanakan itu hanya sedikit dari jumlah
tersebut yang aktif melakukan fungsinya dengan semestinya.
2. Hakekat dan Wujud DGW
36
Karena tugas DGW adalah untuk memperkuat DGI dalam mencapai keesaan
gereja-gereja di Indonesia, maka DG dapat dianggap sebagai cabang BPH DGI,
meskipun pembentukan dan kegiatannya adalah menjadi tanggungjawab dari
gereja-gereja di wilayah masing-masing. Sifat dualistis DGW inilah yang
mengakibatkan DGW-DGW kurang dapat memperkuat keesaan dari gereja-
gereja (tujuan DGI) di Indonesia.
Bertolak dari kenyataan itu, maka dalam SR VII DGI di Pematang Siantar
ditegaskan kembali bahwa tugas DGW adalah menjadi alat gereja-gereja untuk
menyatakan keesaan gereja di suatu wilayah. Dengan demikiansifat dualistis
yang ada dapat dihilangkan.
Tugas DGW diuraikan dalam kegiatan-kegiatan yang berupa:
a. Penyelenggaraan musyawarah-musyawarah untuk gereja-gereja
b. Membantu gereja-gereja melakukan usaha-usaha yang direncanakan
c. Menciptakan kemungkinan bagi gereja-gereja sewilayah untuk melakukan
usaha bersama dalam melaksanakan misi gereja masing-masing.
d. Membantu BPL dan BPH DGI dalam menjalankan keputusan-keputusan yang
diambil oleh SR DGI.
Sejak DGI berganti nama menjadi PGI, maka DGW pun ikut berganti nama
dengan sendirinya dan kita lebih dikenal sebagai PGI wilayah.
37
C. LIMA DOKUMEN KEESAAN GEREJA (LDKG)
1. Latar Belakag Penetapan LDKGP
Setelah sidang raya IX di Tomohon 1980, DGI merumuskan lima dokumen yang
harus menjadi pegangan untuk gereja yang esa, yang pada waktu itu akan
dibentuk di Indonesia pada SR X di Ambon 1984. Konsep-konsep disusun oleh
DGI dan dikirim kepada gereja-gereja anggota untuk dibicarakan. Selanjutnya,
sidang BPL-DGI di Rantepoa 1983 menetapkan naskah dari konsep-konsep
tersebut untuk sidang raya DGI di Ambon. Konsep-konsep itu dibahas gereja-
gereja anggota DGI dalam konsultasi-konsultasi wilayah. Akhirnya dokumen-
dokumen itu diterima di dalam sidang raya X DGI di Ambon 1984.
2. Penjelasan Isi
LDKG diterima secara sah dalam SR PGI X di Ambon, yakni:
a. Pokok-pokok tugas panggilan bersama (PTPB) 1984-1989, semacam GBHN
untuk PGI, di dalamnya apa yang harus dikerjakan oleh gereja-gereja
selama periode 1984-1969.
b. Pemahaman Bersama Iman Kristen di Indonesia (PBIKI), suatu pengakuan
iman yang menggantikan pemahaman bersama dari tahun 1967 (yang tidak
pernah diterima secara resmi).
c. Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima (PSMSM) di antara gereja-
gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, semacam BEM
untuk gereja-gereja anggota PGI dengan perbedaan bahwa PSMSM lebih
38
singkat dan lebih kongkrit dari pada BEM, karena mengatur, saling mengakui
secara praktis dan tidak hendak mendalami masalah-masalah teologis
berkaitan dengan saling menerima.
d. Tata Dasar Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia yang menggantikan tata
dasar lama. Mencantumkan nama yang baru untuk dewan gereja-gereja di
Indonesia dan mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan undang-
undang bagi organisasi-organisasi masa (ormas).
e. Kemandirian teologi, daya dan dana secara khusus membahas masalah
pendewasaan gereja-gereja di Indonesia (band Ef. 4:13), supaya gereja-
gereja di Indonesia dapat bebas dari ketergantungan pada gereja-gereja luar
negeri dalam soal pembiayaan dan dalam soal teologi. Gereja-gereja di
Indonesia diharapkan dapat mempergunakan dan mengembangkan daya
anggota-anggota gereja sendiri.
Pembahasan selanjutnya dapat disimak dalam buku Menuju Keesaan Gereja,
oleh Christian de Jonge (BPK Gunung Mulia, 1990) halaman 126-132. Buku
yang membahas LDKG secara terperinci adalah dalam kemantapan
Kebersamaan Menapaki Dekade Penuh Harapan PGI, (BPK Gunung Mulia,
1991).
D. KELOMPOK-KELOMPOK GEREJAWI DI INDONESIA
39
1. Mengenal Kehadiran Aliran-aliran Gerejawi di Indonesia.
Kata “aliran” dalam konteks gerejawi, biasanya disamakan dengan kata “sekte”
atau “denominasi". Di Indonesia banyak dijumpai alirang gerejawi yang berasal
dari luar Indonesia, hal ini disebabkan karena agama asli orang Indonesia
adalah agama suku. Bersamaan dengan kedatangan bangsa-bangsa lain ke
Indonesia, maka secara tidak langsung budaya dan agama masuk bersama-
sama dengan para pendatang tersebut.
Secara singkat dapat disebutkan contoh-contoh alirang gereja yang ada di
Indonesia sebagai berikut:
a. Calvinis (GKI, GKJ, dll)
b. Lutheran (HKBP)
c. Methodis (Gereja Methodis/Wesleyan)
d. Baptis (GBI, PIBI, KGBI, Baptis Independent)
e. Advent (Gereja Advent Hari Ketujuh)
f. Salvation Army (Bala Keselamatan)
g. Pantekosta (GPDI, GPPS, GDP, GSJA, dll)
h. Bethel (GBI, GBT, dll)
i. Kharismatis (gereja-gereja/persekutuan dengan nama baru)
2. Wadah/Organisasi Gerejawi di Indonesia
40
Selain PGI, rupanya terdapat dua buah wadah lain (di lingkungan Gereja
Kristen) yang bersifat nasional seperti PGI, yakni: Persekutuan Injili Indonesia
(PII) dan Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) serta satu buah lagi di lingkungan
gereja Katolik, yakni: KWI (Konferensi Waligereja Indonesia). PGI dengan
tujuannya menguasahakan keesaan gereja-gereja di Indonesia, membuka diri
untuk melakukan hubungan dan kerjasama mereka. Dengan demikian, adanya
prasangka dari masing-masing pihak perlu dilukis secara bijaksana. Diharapkan
perlu saling menjaga, agar diantara wadah-wadah gerejawi (PGI, PII, DPI dan
KWI) tidak terjadi perpecahan. Di bawah ini akan dibahas satu persatu.
3. Persekutuan Injili Indonesia (PII)
PII didirikan pada tahun 1971, di Jakarta. Pada hakekatnya PII merupakan
persekutuan dari orang-orang, badan-badan dan gereja-gereja yang berpaham
Injili (evangelical), yang ingin menghayati hubungan dan kerjasama di
dalamnya. PII adalah lembaga gerejawi yang bersifat interdenominasional.
Anggota PII yang berupa organisasi gereja ada yang menjadi anggota PGI
sekaligus, misalnya Gereja Bethel Indonesia (GBI), GPPS, GIA, GBIS dll. Di
dalam beberapa hal, PII sudah menjalin hubungan kerjasama dengan pihak
PGI, misalnya dalam kegiatan penataran/up grading pendeta.
a. Tujuan
1) Menggalang persekutuan sebagai perwujudan organism yang hidup
sebagai Tubuh Kristus yang kudus dan am.
41
2) Mendorong usaha-usaha pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja,
lembaga-lembaga gerejawi dan badan-badan misi Injil
b. Usaha-usaha yang dilakukan
1) Memajukan pekabaran Injil dengan cara membantu anggota-anggota PII
dalam pelayanan di bidang penginjilan, pendidikan teologi dan
pendidikan umu, pelayanan social, kesehatan dan pengembangan
masyarakat, pelayanan komunikasi masa, pelayanan kategorial misalnya
wanita, pemuda, mahasiswa, anak-anak, golongan professional dll.
2) Membela dan meneguhkan berita Injil dengan cara memelihara kemurnia
asas Injili
3) Mewujudkan persekutuan dan pelayanan dalam terang Tuhan dengan
cara mengintensifkan komunikasi serta meningkatan moral dalam rangka
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam rangka koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi usaha-usaha elayanan anggota-anggota PII.
4) Membantu pemerintah dalam usaha menyukseskan pembangunan
nasional.
5) Menjalin kerjasama internasional dalam bidang penginjilan, pendidikan
dan pelayanan masyarakat.
c. Pengakuan Iman
42
Sebagai persekutuan yang terpanggil untuk bersekutu dan memberitakan
Injil, kami percaya bahwa:
1) Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan tanpa salah dan merupakan
otoritas tertinggi dalam segala segi kehidupan manusia.
2) Allah adalah Esa yang keberadaanNya kekal di dalam tiga oknum, Allah
Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus.
3) Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, lahir dari anak dara
Maria, suci, sempurna tanpa dosa. Ia mati sebagai penebus, dikuburkan,
bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah
kanan Allah Bapa dan akan datang kembali dalam kuasa dan kemuliaan.
4) Roh Kudus memeteraikan orang-orang beriman menjadi anak-anak Allah
dan memimpin mereka untuk hidup suci dan mampu bersaksi bagi Tuhan
Yesus Kristus.
5) Keselamatan manusia diperoleh hanya oleh iman pada penebusan darah
Yesus Kristus melalui pekerjaan oleh Roh Kudus.
6) Persekutuan orang-orang beriman sebagai Tubuh Kristus merupakan
perwujudan Gereja yang Kudus dan Am.
7) Kebangkitan berlaku bagi semua orang mati, bagi yang percaya
mendapat hidup kekal dan bagi yang tidak percaya kebinasaan kekal.
43
d. Hubungan dan Kepentingannya
1) Dengan Pemerintah
a) PII berfungsi untuk menyalurkan aspirasi kaum Injili Indonesia kepada
pemerintah RI.
b) PII berfungsi untuk menyalurkan harapan dan penyampaian informasi
dari pemerintah kepada anggota-anggota PII
c) PII berfungsi memberikan sumbangan gagasan-gagasan kepada
pemerintah dalam rangka kerukunan antar umat beragama.
2) Dengan Gereja
a) PP-PII dapat menjalin hubungan kerjasama dengan gereja-gereja dan
lembaga-lembaga gerejawi yang bukan anggota PII.
b) PP-PII membantu menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di
antara sesama anggota PII dengan gereja-gereja dan lembaga-
lembaga gerejawi lainnya.
3) Dengan Dunia Internasional
a) PII berfungsi untuk menyalurkan aspirasi kaum Injili Indonesia kepada
dunia internasional
b) PII berfungsi membantu para anggotanya dalam rangka kerjasama
dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga gerejwai secara
internasional.
44
c) PP-PII mewakili PII dalam memberikan saran dan rekomendasi
badan-badan misi Injili dari luar negeri yang akan melayani.
d) PII adalah anggota World Evangelical Fellowship, Community
Evangelization dan Evangelical of Asia (Agustus 1982).
4. Dewan Pantekosta Indonesia (DPI)
DPI yang didirikan pada tahun 1979 di Surabaya, merupakan lembaga
koordinatif dari gereja-gereja yang berpaham Pantekosta. DPI belum
menunjukkan bentuk kerjasama dengan PGI.
a. Tujuan
1) Memupuk kerjasama antar gereja yang beraliran Pantekosta
2) Membina kerjasam antara para pendeta gereja Pantekosta seluruh
Indonesia.
b. Keanggotaan: anggotanya meliputi 37 gereja
c. Sejarah ringkat
1) Atas prakarsa pengurus pusat GPDI (Pdt. Lesnussa Lumoindong, RM
Suprapto) kira-kira 1961 didirikanlah Dewan Kerjasama Gereja-gereja
Aliran Pantekosta di Bandung, dengan ketua-ketuanya, Pdt. Lesnussa
dan Pdt. Korompis (Bandung) dan Sekretarisnya adalah (alm) Gideon
Sutrisno
2) Tahun 1970 Pdt. Lesnuss meninggal dunia
45
3) Setelah tahun 1970, Dewan Kerjasama Gereja-gereja Aliran Pantekosta
menggabungkan diri dengan Goikar.
4) Tahun 1976 Pdt. Bolan (anggota MPR) selaku ketua GPDI memprakarsai
persekutuan Pantekosta Indonesia (PII)
5) Tahun 1978, PPI dan Dewan Kerjasama bergabung dengan nama
Persekutuan Pantekosta Indonesia dan diresmikan tahun 1979 di
Surabaya oleh Mentri Agama RI Bp. Alamsyah Ratu PN
6) Beberapa anggota keluar dengan alasan tidak mau ikut berpolitik
7) Secretariat sekarang di Jl. Prof Dr. Supomo 47 Jakarta.
5. KESIMPULAN TENTANG GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA
a. Muncul dan perkembangan Gerakan Oikumene di Indonesia diilhami oleh
gerakan Oikumene di bagian dunia lain yang merupakan tempat asal
pembawa agama-agama Kristen ke Indonesia, yakni Eropa.
b. Gerakan Oikumene di Indonesia sebenarnya diawali oleh kegiatan
perorangan Kristen dari berbagai bidang kehidupan dan baru melibatkan
Gereja sebagai lembaga. Pola gerak yang serupa terlihat di Eropa.
c. Dengan adanya oikumene di Indonesia dalam diri:
1) PGI dengan 54 anggota gereja
46
2) PII dengan anggota yang terdiri dari
a) 29 organisasi gereja
b) 48 Yayasan
c) 15 Sekolah-sekolah Teologia
d) 9 orang (kelompok pribadi)
3) DPI dengan 37 buah gereja
Menunjukkan adanya intensivitas gerak lembaga oikumenis di Indonesia
sehingga praktis semua umat Kristen melalui Gereja Protestan sudah
diwadahii di dalamnya.
d. Kebhinekaan sifat anggota di dalam lembaga gerakan oikumene itu
menunjukkan kesungguhan pengurus masing-masing lembaga untuk
mengikat dan mendukung segala potensi yang ada.
e. Persamaan tujuan pokok ketiga lembaga gerakan oikumenis itu
menunjukkan homogenitas dan kesatuan gerakan oikumenis di Indonesia.
6. HUBUNGAN OIKUMENE DENGAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
a. Pada umumnya ungkapan “persatuan dan kesatuan bangsa” itu diucapkan
dalam satu frasa sehingga sudah menyerupai sebuah ungkapan yang utuh
(tidak terpisah-pisah)
47
b. Apabila kesatuan itu sudah merupakan keesaan, kemanunggalan sesuatu
ke dalam satu unit dan menunjukkan suatu sifat yang tetap maka persatuaan
merupakan penggabungan atau kumpulan menjadi satu serta proses
menyatunya dari beberapa bagian.
c. Heterogenitas bangsa Indonesia dalam berbagai hal (suku, bahasa daerah,
kebiasaan, dll) mudah terpecah-pecah apabila semangat kesatuan dan
persatuan tidak menjiwainya. Pada dasarnya, oikumene sebagai sikap
mental menunjukkan adanya kesadaran mengenai kesatuan Gereja yang
menunjang pengembangan “persatuan dan kesatuan bangsa.”
d. Semangat oikumenis yang selalu berusaha memelihara kesatuan Roh oleh
ikatan damai sejahtera merupakan proses social yang asosiatif di dalam
hidup bermasyarakat dan merupakan hal yang positif bagi pembinaan
bangsa yang sedang membangun.
7. HUBUNGAN OIKUMENE DENGAN PAK
a. PAK dalam rumusan DGI adalah “mengajak”, membantu menghantar
seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus
sehingga dengan pimpinan Roh Kudus, ia datang ke dalam persekutuan
dengan Tuhan.
b. Sebagai tenaga teknis di bidangnya, pendidikan dalam PAK harus memiliki
kemampuan/penguasaan teknis untuk menjalankan fungsinya apabila ia
ingin berhasil dalam tugasnya.
48
c. Dalam rumusan di atas terlihat bahwa pendidik di bidang PAK sebenarnya
menjalankan tug/misi gereja sehingga ia tidkmungkin memberikan sesuatu
kepada orang lan yang tidak dimilikinya termasuk sikap mental/rohani yang
oikumenis.
8. DAFTAR ANGGOTA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
49
IV
KESATUAN GEREJA YANG ALKITABIAH
Seperti telah dikatakan baha tujuan gerakan oikumenis yang dikehendaki oleh semua
kalangan semakin jauh dari tujuan oikumenis yang Alkitabiah karena perbedaan
teologia dalam PI. Sampai sekarang dua gerakan oikumene yaitu kaum WCC dan kaum
Injili masih memiliki pandangan yang berbeda terhadap konsep oikumene. Kaum WCC
terus berusaha untuk mewujudkan oikumene dengan mempertahankan konsep PI yang
berhubungan dengan humanism yaitu memulihkan manusia secara jasmani. Kaum
WCC ingin mempersatukan gereja di bumi dengan pandangan sekuler dan gereja
Tuhan dianggap sebagai gereja bagian di dunia.
Gereja harus menghadapi diri di dunia social, politik, ekonomi dan setiap kebutuhan
umat manusia, dengan kata lain tujuan oikumene bisa terwujud jika seluruh gereja
Tuhan menjadi satu dalam pandangan tersebut. Oleh karena itu sampai sekarang kaum
WCC mempertahankan pandangan oikumene tersebut dan menentang pandangan
oikumene kaum Injili yang dianggap kurang memperhatikan factor humanism. Memang
ada upaya untuk menjalin kerjasama antara denominasi gereja dan kaum Injili. Mereka
sudah mulai memperhatikan factor kebutuhan jasmani manusia yaitu kebutuhan social
dan politik. Dengan kata lain konsep keselamatan manusia secara total (Holistik) mulai
diperhatikan. Sementara dari pihak WCC juga ada suatu upaya yang ingin melepaskan
diri dari pandangan oikumene yang selama ini sering dikritik oleh pihak Injili serta
banyak denominasi gereja yang pernah menjadi anggota WCC mulai meninggalkannya.
50
Tuhan menghendaki gereja-Nya menjadi satu, untuk itu semua gereja dipanggil oleh
Tuhan. Oleh sebab itu tujuan oikumene merupakan suatu amanat Tuhan yang tidak
bisa dihindari oleh gereja Tuhan. Semua gereja Tuhan harus berusaha untuk
menciptakan kesatuan melalui gerakan oikumene, akan tetapi ada beberapa factor
yang harus didasarkan untuk mewujudkan oikumene tersebut.
A. WIBAWA DAN INSPIRASI ALKITAB YANG MUTLAK
Allah tidak membiarkan umat manusia mengabaikan dan mencurigai hakekat
kebenaran yang kekal tentang adanya manusia, dosa, keselamatan, kebinasaan
abadi, keselamatan abadi, etika moral, kehendak bebas, penyembahan berhala dan
hawa nafsu. Untuk itu Allah memberi wahyu yang nyata dan itu dikatakan sebagai
wahyu khusus. Wahyu ini dikandung dalam Alkitab.
Kehendak Allah yang kudus diwahyukan kepada para penulis Alkitab yang diilhami
Roh Kudus. Dia adalah Allah yang menciptakan seluruh isi langit dan bumi, Ia
sebagai Allah yang setia dan yang kekal. Dalam seluruh tindakan-Nya memiliki
kasih, keadilan dan kesempurnaan. Ia berada sebagai Allah Bapa, Allah Anak serta
Allah Roh Kudus. Allah telah berfirman melalui Firman-Nya dengan hikmat, tindakan
dan karya-Nya yang agung serta kepribadian Yesus Kristus.
Inkarnasi Yesus Kristus merupakan suatu karya yang ilahi dan supernatural yang
mewujudkan kehendak Allah. Allah menyatakan Diri-Nya melalui Yesus Kristus dan
Yesus tidak berubah dari kemarin, sekarang dan sampai selama-lamanya. Oleh
sebab itu kebenaran Allah tidak berubah dari zaman ke zaman. Memang penerapan
51
kebenaran Firman Tuhan berlaku di dalam suatu situasi yang khusus dan pasti ada
perubahannya, akan tetapi kebenaran Firman itu tidak bisa berubah.
Allah hendak menyatakan diri-Nya dengan inkarnasi manusia yang telah
dinubuatkan dalam Alkitab yang ditulis oleh para nabi dan rasul melalui bahasa
manusia kepada setiap suku. Oleh karena itu kitab PL dan PB yang tertulis dengan
pengilhaman Allah menjadi suatu yang diimani dan hukum yang jelas satu-satunya
dalam setiap generasi. Alkitab yang ditulis oleh para penulis yang hidup di setiap
zaman yang berbeda memperlihatkan kesatuan yang sempurna sebagai wahyu
terhadap Allah yang Esa dan setia. Oleh sebab itu Alkitab merupakan standard dan
ukuran sempurna yang mampu membawa umat manusia di dalam keselamatan.
Gerakan apapun harus didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Tanpa
pengakuan iman terhadap Alkitab gerakan oikumene tidak mungkin terwujud. Jika
kita tidak meletakkan Alkitab sebagai titik tolak permulaan iman kita, maka segala
sesuatu yang ingin kita wujudkan menjadi sia-sia.
B. DOKTRIN MENGENAI JIWA DAN HIDUP YANG KEKAL
Setiap manusia merupakan jiwa yang kekal yang tidak binasa dan yang berada
dalam satu tubuh. Bila manusia percaya kepada Yesus Kristus maka dosanya akan
diampuni. Seseorang yang telah diselamatkan menjadi ciptaan baru dan masuk di
dalam jalan hidup yang kekal. Seorang manusia yang diselamatkan mulai hidup
sebagai anggota umat Tuhan dalam tubuh Yesus Kristus kemudian tubuh dan jiwa
akan dibangkitkan sebagai manusia yang hidup kekal dalam waktu yang ditentukan
Allah setelah kematian tubuh.
52
Dalam I Korintus 15:52 dikatakan bahwa orang yang mati akan hidup dengan tubuh
yang tidak fana dan akan mengalami perubahan. Ayat 50-56 merupakan suatu
penjelasan yang lebih jelas tentang doktrin tersebut. Menurut doktrin ini Allah
memberikan dua hadiah dan itu adalah hidup berlimpah sekarang dan hidup kekal
yang akan datang. Diantara dua kebenaran ini, kebenaran yang kedua melebihi
yang pertama yang tidak bisa dibandingkan. Tetapi kedua-duanya tidak bisa saling
dipisahkan. Hidup berlimpah-limpah yang dinikmati oleh orang percaya telah mulai
menjadi bagian hidup yang kekal. Hidup yang kekal dihasilkan dengan kebenaran,
damai sejahtera, keadilan, persekutuan, kesetiaan, rendah hati dan keberanian
secara nyata. Oleh karena itu hidup yang kekal merupakan suatu hidup bersama
dengan Allah dalam masa yang akan datang sekaligus juga pada masa sekarang.
Orang yang sudah diselamatkan tidak bisa hanya menunggu hidup kekal yang akan
datang, dan orang yang sudah diselamatkan tidak bisa hanya menikmati hidup yang
berlimpah di dunia ini tanpa menantikan hidup yang kekal. Konsep keselamatan
yang Alkitabiah adalah seimbang antara keduanya. Orang yang diselamatkan harus
berusaha untuk menghasilkan buah-buah Roh Kudus dan bisa mencerminkan hidup
kekal yang diberikan oleh Allah. orang yang diselamatkan dan telah sungguh lahir
baru, pasti memperhatikan kebutuhan sesamanya sebagai orang yang sedang
menikmati hidp berkelimpahan secara rohani di dunia dan akan menantikan sampai
hidup yang kekal terwujud.
Dalam gerakan oikumene perlu diperhatikan tentang konsep keselamatan yang
Alkitabiah. Pihak WCC hanya berfokus pada konsep keselamatan hidup yang
berlimpah-limpah di bumi ini yaitu pemulihan manusia secara social, politik, ekonomi
53
serta semua hak-hak asasi manusia. Dalam tujuan gerakan oikumene jika kita
kehilangan salah satu konsep antara dua konsep tersebut maka sasaran dan tujuan
oikumene akan tersesat. Mengapa demikian? Karena Yesus datang ke dunia untuk
memulihkan manusia secara holistic. Tetapi factor pemulihan jasmani tidak bisa
mendahului factor rohani.
C. DOKTRIN KESELAMATAN KEKAL DAN KEJATUHAN UMAT MANUSIA
Allah menciptakan langit dan bumi dan yang tidak ada dengan kemuliaan dan
Firman-Nya. Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut gambaran-Nya, bahkan
hendak bersekutu bersama dengan mereka. Akan tetapi kedua orang ini melakukan
pengkhianatan terhadap Allah karena pengaruh godaan setan. Walaupun mereka
menyimpang dari Sang Pencipta mereka, tetapi mereka adalah ciptaan yang
memiliki tanggungjaab pada Allah. Oleh karena itu manusia tidak bisa berbalik
kepada Allah dengan meninggalkan anugerah-Nya karena manusia telah jatuh
dalam dosa.
Jika kita tidak berbalik kepada Sang Penebus, maka kita akan terus berada dalam
keadaan dosa. Akan tetapi manusia bisa diampuni, dibenarkan bahkan mendapat
hidup yang kekal melalui kematian Sang Penebus yaiut Yesus Kristus. Oleh sebab
itu kita yang dipilih Allah untuk menjadi umat Tuhan bisa menjadi Imamat Rajani.
Inilah penebusan yang kekal. Penebusan kekal tidak diperoleh melalui agama,
kehidupan moral dan konsep manusia. Penebusan yang kekal hanya datang melalui
Yesus Kristus dan iman orang yang percaya pada karya penebusan-Nya.
54
Theologia kalangan Injili menolak doktrin universalisme dan mempertahankan
bahwa seluruh umat manusia akan diselamatkan karena doktrin keselamatan
universalisme bukan merupakan wahyu Alkitab. Kaum liberal tidak mengakui asal
dosa manusia serta adanya sorga dan neraka. Meraka hanya mengakui dosa social
dan politik. Oleh karena itu kaum WCC mengangkat teologia pembebasan sebagai
semboyan dalam gerakan mereka. Hal itu menyebabkan mereka berfokus pada
keselamatan manusia secara sossial, politik dan ekonomi.
D. DOKTRIN KRISTOLOGI YANG MENJADI PENGANTARA SATU-SATUNYA
Seorang pengantara satu-satunya adalah Yesus Kristus yang lahir dari darah Maria
melalui Roh Kudus. Dia adalah Alah dan Manusia sempurna. Dia menyatakan kasih
Ilahi melalui kematian-Nya terhadap manusia, melepaskan manusia dari dosa dan
bahkan memperdamaikan manusia dengan Allah. Oleh karena itu, tidak ada jalan
perdamiaan dengan Allah tanpa lewat Yesus Kristus. Selain nama Yesus tidak ada
nama penebus lain.
Umat manusia yang mempunyai latar belakang ekonomi, bahasa, budaya dan suku
yang berbeda-beda, bisa berdamai dengan Allah hanya melalui iman pada Yesus
Kristus. Memang kaum Injili cukup mengerti, apabila orang-orang yang masih belum
mendengar dan mengenal pada Kristus serta gereja Tuhan bukan merupakan
kesalahan mereka sendiri. Kaum Injili tidak setuju jika ajaran agama, filsafat,
kepercayaan dan kebudayaan modern tidak bisa mengulaskan kabar tentang
keselamatan manusia. Kaum Injili percaya bahwa orang yang tidak percaya Yesus
akan binasa dan percaya juga bahwa Allah memiliki kedaulatan. Oleh karena itu
55
gereja Tuhan diberi suatu tanggung jawab untuk menyatakan doktrin Kristologi yaitu
Yesus Kristus yang adalah Mesias satu-satunya yang bisa menyelamatkan.
Kaum WCC meletakkan Yesus sebagai seorang Mesias yang nampak untuk
menyelesaikan dan membebaskan umat manusia dari penindasan social dan politik.
Yang lebih ekstrim lagi yaitu pandangan bahwa Yesus adalah seorang yang pernah
hidup dan berjuang untuk masyarakat tertindas dan Ia dianggap sebagai seorang
yang bersejarah. Dia bukan seorang Mesias tetapi Dia adalah seorang pejuang
yang selalu memihak pada masyarakat yang tertindas. Dan menurut para theologia
liberal WCC, di dalam agama dan budaya orang kafir ada unsur dan potensi Mesias.
Allah telah menyatakan Diri-Nya di dalam budaya agama dan dengan bentuk agama
dan budaya setempat. Oleh karena itu agama Kristen tidak boleh mempertahankan
konsep keselamatan tradisi dan menghargai nilai-nilai budaya dan agama kafir.
Dalam gerakan oikumene, konsep Kristologi yang benar merupakan dasar titik tolak
permulaan tujuan gerakan oikumene. Jka konsep ini hilang arah dan tujuan gerakan
oikumene tidak jelas. Yesuslah yang menekankan adanya kesatuan gereja. Dalam
gerekan oikumene, Yesus Kristus tidak dinyatakan sebagai Mesias satu-satunya
yang bisa menyelamatkan iman manusia. Sehingga hal itu sama dengan sebuah
kapal yang berlayar menuju ke suatu tujuan tanpa kemudi.
E. EKKLESIOLOGI YANG MENJADI TUBUH KRISTUS DAN MILIK ALLAH
Allah Bapa sedang memanggil umat manusia pada persekutuan yang didasarka
pada tubuh Yesus Kristus dengan mendirikan gereja yang apostolic, universal, suci
dan satu oleh Roh dan Firman-Nya. Dengan Roh dan Firman yang sama Allah
56
memimpin dan melindungi gereja Yesus Kristus tanpa melihat suku, klasifikasi,
kelompok, status, budaya dan kondisi ekonomi. Dan Allah bersatu dengan umat-Nya
di seluruh dunia secara rohani sambil membentuk gereja Tuhan di bumi. Gereja ini
berbeda dengan bentuk kelompok, persekutuan dan jemaat yang disebut sebagai
gereja, denominasi, konsili dan konferensi. Perintah Allah yang jelas dalam ajaran-
Nya untuk memuridkan seluruh etnik, membaptiskan dan menjadikan anggota
gereja yang punya tanggung jawab. Oleh karena itu gerakan PI sedunia melakukan
suatu usaha dan perjuangan yang ingin mewujudkan perintah Tuhan di dalam
seluruh suku bangsa. Perintah ini harus dilaksanakan oleh seluruh jemaat di dunia
yang telah ditebus. Akan tetapi pihak WCC membatasi hakekat gereja yang
sebenarnya dengan mengubah Amanat Agung Tuhan Yesus.
Gereja merupakan tubuh Yesus Kristus dan gereja harus melaksanakan amanat
Agung Tuhan, namun tugas gereja bukanlah mengubah dunia secara politik dan
social tetapi mengubah dunia dengan ajaran Yesus Kristus. Adanya gereja tidak
berada di tengah-tengah dunia tetapi berada di tengah-tengah dunia. Gereja harus
membuat umat manusia melihat kasih karunia dan kemuliaan Allah, gereja juga
harus mampu mencerminkan kebenaran Injil Yesus Kristus dan bahkan haruss juga
mampu mencerminkan kebenaran Injil Yesus Kristus dan bahkan harus bisa
membawa umat manusia kepada keselamatan yang abadi. Ekklesiologi yang benar
menentukan arah dan tujuan gerakan oikumene yang benar.
Jika pandangan terhadap ekklesiologi saling berbeda maka tidak akan bisa
mencapai oikumene yang Alkitabiah. Sampai saat ini pihak WCC dan Injili saling
berbeda pendapat terhadap ekklesiologi. Bagi kaum Injili adanya gereja adalah
57
menjalankan dan meneruskan perintah Tuhan Yesus Kristus yaitu Amanat Agung,
sedangkan bagi kaum WCC gereja adalah berperan dalam masyarakat dengan
mengangkat masalah social, politik dan ekonomi. Karena pendapat yang saling
berbeda tersebut, maka wujud gerakan oikumene sulit tercapai sebab makna dan
tujuan gerakan oikumene harus didasarkan di atas konsep ekklesiologi yang benar.
F. ZAMAN EKKATOLOGI DAN PENGINJILAN
Alkitab berulang kali menyatakan bahwa ada pemerintahan Allah yang sempurna,
akhir zaman, hari penghakiman yang akan terwujud di sorga dan bumi baru.
khususnya dalam Matius 24:14 menegaskan baha tanda akhir zaman sedang nyata
dan akan nyata. Oleh karena itu bagi kaum Injili, doktrin gereja PI sedunia
merupakan suatu kewajiban gereja yang harus dilaksanakan sampai pada akhir
zaman, sebab kita betul-betul percaya bahwa eskatologi yang tercatat dalam Alkitab
pasti akan terwujud secara literal. Kita semua akan percaya bahwa Yesus akan
memerintah umat-Nya di bumi dan sorga baru.
Pemerintahan Allah yang terpecah karena penghiantan manusia dari dosanya akan
terwujud dengan mulia pada waktu akhir zaman. Tetapi sebelum kenyataan ini
terjadi, Allah akan menunggu sampai Injil Yesus tersebar kepada seluruh umat
manusia, agar setiap pribadi mendapat kesempatan untuk mengakui Yesus sebagai
Juru Selamatnya. Pada akhir zaman, Tuhan akan memulihkan, menyucikan dan
melenyapkan kesedihan dan air mata para umat-Nya. Di sana tidak ada lagi
penderitaan, kesengsaraan, air mata, ratapan dan maut. Yang ada hanyalah
58
sukacita dan kasih. Kita yang percaya pada Alkitab sangat menantikan kejadian
tersebut dengan iman.
Eskatologi merupakan puncak Injil. Oleh karena itu, dalam gerakan oikumene
kenyataan ini menjadi suatu tujuan dan arah paling utama. Mengapa kita semua
berusaha untuk mewujudkan tujuan gerakan oikumene? Karena kesatuan gereja di
bumi ini merupakan kesatuan bayangan yang akan nyata pada kesatuan di sorga.
Pihak kaum liberal membatasi konsep eskatologi di bumi ini. Menurut mereka jika
manusia dan keadaan social, politik, ekonomi bisa pulih maka hal itu berarti
eskatologi sudah terwujud di bumi. Menurut kaum Liberal sorga dan neraka tidak
ada. Kerajaan sorga hanya akan terwujud di bumi. Jika pandangan ini benar, maka
tujuan gerakan oikumene sulit terwujud.
G. GERAKAN OIKUMENE YANG ALKITABIAH
Seperti telah dikatakan bahwa PI duna tidak bisa mengecualikan kesatuan dan
kerjasama antara denominasi gereja. Bahkan Alkitab menuntut adanya integrasi
gereja. Apabila jiwa kesatuan dan integrasi nampak, maka PI menjadi lebih efektif.
Sikap yang menentang gerakan oikumene WCC tidak membenarkan perpecahan
gereja dan system gereja local. Masalahnya gerakan oikumene WCC terlalu luas
dalam konsep oikumene. Selanjutnya pemikiran bahwa kesatuan gereja yang
bersifat organisasi dan sistematis adalah berguna untuk PI tidak benar. Gereja
Katolik merupakan suatu organisasi yang tidak mengizinkan denominasi gereja dan
kelompok itu sendiri.
59
Tidak bisa dikatakan bahwa gereja yang menjadi kesatuan dengan struktur dan
organisasi adalah gereja Allah yang hidup. Akan tetapi tidak bisa juga dikatakan
bahwa walaupun ada banyak denominasi gereja, gereja di pihak Protestan adalah
gereja yang hidup. Hal tersebut membuat denominasinisme diterapkan pada Negara
lain. Khususnya dalam bidang PL, pihak yang menyampaikan Injil harus lebih
dahulu mengerti alasan permulaan denominasi gereja dari segi sejarah, budaya dan
Alkitab. Khususnya Indonesia terdir dari berbagai macam budaya, suku dan bahasa.
Oleh karena itu semua orang tidak bisa menjadi anggota sebuah denominasi gereja
karena latar belakang gereja, budaya dan bahasa mereka secara sembarangan.
Dalam konsep gerakan oikumene, pasti timbul berbagai macam tantangan yang
berhubungan dengan hal tersebut khususnya warna teologia yang dimiliki setiap
denominasi gereja. Awal tujuan gerakan oikumene adalah supaya bisa bekerjasama
Amanat Agung Tuhan dalam biang penginjilan. Oleh seba itu, baik pihak Injili
maupun pihak WCC harus bekerja keras untuk mencapai tujuan itu sebagai mitra
kerja. Di lapangan PI di seluruh dunia dimana-mana khususnya di egera ketiga yang
beragama Islam, Hindu, Budha, Animisme, dll. Kristen merupakan kelompok
minoritas. Di Amerika, Korea dan Eropa merupakan kelompok Kristen mayoritas,,,
oleh karena itu Kristen tidak dituntut untuk menjadi satu tetapi seperti Negara yang
ketiga khususnya di Indonesia orang kafir merupakan jumlah minoritas. Kenyataan
ini menjadi alasan untuk menjalankan gerakan oikumene antara denominasi gereja.
Dan juga agama Kristen dianggap agama Barat, anti social dan pemerintah di
Negara anti Kristen. Dengan situasi ini Protestan yang terus terpecah-pecah antar
60
denominasi gereja tidak dapat mempengaruhi masyarakat sebaliknya hanya akan
membahayakan keberadaan gereja masyarakat setempat.
Setiap gereja dan pemimpin harus mengajar jemaat mengenai konsep kesatuan
gereja. Namun gerakan ini sering menghadapi banyak tantangan karena
mengandung dua masalah: (1) Doktrin gereja, (2) Kesatuan. Dua masalah ini
mengandung suatu persoalan yang sangat rumit. Jika terlalu menekankan prinsip
Alkitab maka kesatuan sulit terwujud, sementara jika terlalu menenkankan kesatuan
maka mengorbankan kebenaran. Inilah pergumulah kita. Oleh karena itu banyak
pihak berkata bahwa kebenaran dan kesatuan mustahil terwujud. Tetapi walaupun
ada banyak hambatan dan tantangan dalam kesatuan, tetapi semua pihak harus
berusaha dengan memiliki konsep bahwa kesatuan Alkitab akan terwujud.
Alkitab mengajar bahwa semua itu merupakan kebenaran, kasih, persekutuan dan
kesatuan. Supaya kit bisa memiliki konsep kesatuan yang benar, maka perlu
meninjau kesatuan yang Alkitabiah.
1. Kesatuan Dalam Allah.
Yohanes 17:23 merupakan nats yang membahas tentang oikumene. Namun
nats tersebut menekankan adanya kesatuan dalam kemuliaan Allah. “Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi
satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa
Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”. Tempat
dimana yang tidak ada kemuliaan Allah dan iman yang bersatu dengan Allah
jelas tidak ada kesatuan. Yesus sendiri menegaskan hal itu dalam Yohanes
61
15:1-8. Dalam ayat 5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, Ia berbuah banyak,
sebab di luar Aku kamu tidak dberbuat apa-apa”. Di luar Yesus, segala sesuatu
akan sia-sia, tidak terkecuali orang Kristen, mereka adalah sesuatu yang tidak
bisa dipisahkan dari Yesus Kristus, seperti batang pohon anggur dan rantingnya.
Berbagai macam usaha, gerakan, organisasi, rencana, visi dan kesatuan tanpa
Yesus tidak berarti. Iman terhadap Yesus Kristus merupakan suatu dasar yang
hanya bisa memulai segala sesuatu. Oleh sebab itu dalam gerakan oikumene
mestinya ada pengakuan iman terhadap Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh
Kudus.
Dalam surat Paulus, kebenaran itu sangat ditegaskan oleh Paulus. “Kasih
karuniadan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus
menyertai kamu. Aku senantias mengucap syukur kepada Allahku karena kamu
atas kasih karunia Allah yang dianugerahkanNya kepada kamu dalam Kristus
Yesus” (1 Korintus 1:3-4). Allah yang memanggil kamu kepada persekutuan
dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita adalah setia (ayat 9).. Selain nats
ini di dalam setiap surat yang Paulus tulis, Paulus menegaskan bahwa dia
dipanggil oleh Allah sebagai rasul di dalam Yesus menurut kehendak Allah.
Paulus tidak bisa membayangkan bahwa dia adalah seorang rasul yang
dipanggil oleh Allah di luar Yesus Kristus.
Paulus merupakan seorang murid yang meneruskan pola dan jalan kehidupan
Yesus Kristus. Ia juga memiliki jiwa Yesus dalam melaksanakan tugas PI. Dia
selalu mengajak jemaat-jemaat yang didirikannya untuk mewujudkan kesatuan
62
yang hanya ada di dalam Yesus Kristus. Dan selain Yesus tidak ada factor lain
yang dapat digantikan dengan Yesus. Di dalam 1 Kor 1:10-17, 3:1-18 ketika
terjadi perpecahan dalam jemaat-jemaat di dalam gereja Korintus ada beberapa
golongan yaitu gologan Paulus……………………………………….tidak terbagi-
bagi dan selain Yesus tidak ada orang-orang tertentu sebagai dasar gereja.
Yesus adalah dasar gereja.
Jelas kebenaran ini menunjukkan bahwa Yesus merupakan satu-satunya yang
mempersatukan seluruh umat Tuhan. Untuk itu semua umat Tuhan dituntut
menyatakan pengakuan iman terhadap penebusan, pengorbanan, kebangkitan
dan kedatangan Yesus sebagai Mesias satu-satunya. Oleh sebab itu tanpa
factor tersebut kesatuan tidak mungkin terwujud.
Teologia Liberal di WCC yang dipengaruhi filsafat dunia dan historical criticism
yang mengurangi nilai wibawa Alkitab dan Kristologi menyebabkan gerakan
oikumene yang diusahakan oleh pihak Injil terhambat. Alkitab berkali-kali
menekankan kesatuan hanya akan terjadi dalam Allah Tritunggal.
2. Kesatuan Melalui Karya Roh Kudus
Kesatuan merupakan karya Roh Kudus. Ketika Roh Kudus bekerja pada jemaat
gereja mula-mula pada hari Pentakosta, para jemaat saling menolong dan
membagikan persekutuan kasih dalam kesehatian. Mereka mempraktekkan
prinsip ekonomi yang rohani untuk kebutuhan orang lain. Oleh karena itu Alkitab
menyebut Roh Kudus sebagai persekutuan Roh Kudus (2 Kor 13:13). Rasul
Paulus berkata bahwa jemaat Tuhan diperdamaikan dengan Allah dan jemaat
63
melalui salib Kristus dalam Roh Kudus (Ef 2:16-19). Ini berarti kesatuan antara
jemaat dan gereja telah terwujud. Dalam Injil Yohanes 17:22 Yesus tidak
menasehati untuk menjadi satu tetapi berfirman bahwa kesatuan sudah nampak.
Yesus berdoa supaya kesatuan ini tetap terpelihara.
Pada hakekatnya kesatuan umat Tuhan sudah terwujud sejak zaman Yesus.
Oleh karena itu upaya-upaya gerakan oikumene merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan doa Yesus. Setelah gereja Tuhan bertumbuh secara
kuantitas perlu adanya suatu mekanisme yang sistimatis untuk menjalankan
gereja Tuhan muncul. Sebenarnya Allah tidak menghendaki gereja Tuhan
menjadi sesuatu yang bersifat organisasi manusia, namun setiap situasi zaman
menuntut gereja Tuhan berubah. Contohnya, Tuhan tidak menghendaki gereja
mula-mula menjadi gereja Katolik yang sekarang ini. Namun setelah titah kaisar
Konstantinopel, gereja yang diakui oleh kerajaan Romawi sebagai agama resmi
yang dianut oleh masyarakat maka gereja Tuhan mulai menjadi suatu organisasi
yang bersifat sekuler. Dan setelah reformasi gereja lahirlah gereja Protestan
yang terpisah dari gereja Katolik. Jadi yang mestinya mewujudkan tujuan
oikumene justru melahirkan banyak doktrin gereja. Hal seperti ini menyebabkan
tujuan gerakan oikumene mundur dari tujuan oikumene yang sebenarnya.
Akibatnya sampai saat ini di setiap Negara yang mayoritas Kristen mengalami
perpecahan gereja. Banyaknya denominasi gereja yang memang bisa diterima
sebagai suatu kenyataan dari kelemahan dan keterbatasan manusia, akan tetapi
seluruh denominasi gereja harus berusaha supaya kesatuannya bisa terwujud
dalam Roh Kudus.
64
Di dalam Sejarah Gereja sudah pernah ada gerakan oikumene melalui gerakan
PI sedunia khususnya abad 19. Gerakan ini merupakan gerakan yang berasal
dari Roh Kudus. Sayangnya ada suatu kelemahan pada gereja Indonesia yaitu
nasib sstiap denominasi gereja tergantung pada pemimpin-pemimpin tertentu
yang saling mencari jasa dan keuntungan pribadi. Pendapat dan pengalaman
seorang pemimpin denominasi gereja maupun lembaga Kristen sering
menentukan arah dan warna doktrin gereja, oleh sebab itu doa Yesus dalam
Yohanes 17 selalu dihalangi.
3. Kesatuan Dalam Kebenaran Mutlak
Gerakan oikumene WCC mengindari doktrin gereja dengan menunjukkan slogan
bahwa doktrin gereja memecahkan, kasih mempersatukan”. Oleh sebab itu
sebagai akibatnya gerakan oikumene WCC CC menjadi gerakan yang terlalu
ekstrim sampai merangkul doktrin gereja yang berbahaya seperti teologia
pembebasan. Hal itu menunjukkan bahwa gerakan oikumene WCC mengandung
suatu bahaya karena gerakan tersebut tidak diadakan dalam kebenaran.
Menurut Kis 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”.
Di dalam nats ini pengajaran harus diterjemahkan sebagai dasar kebenaran
agama Kristen. Gerakan oikumene di luar kebenaran Firman Tuhan merupakan
suatu mimpi yang akan melayang.
Akhirnya kita tidak memandang kesatuan gereja yang bersifat organisasi dan
denominasi gereja, yang biasanya diartikan dengan beraneka ragam dalam
65
kesatuan, seperti yang telah dikatakan dalam 1 Korintus 12:12 “Karena sama
seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu,
sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus”. Walaupun ada
perbedaan antara denominasi gereja yang percaya pada dasar kebenaran tetapi
semuanya sudah menjadi satu di dalam Yesus Kristus. Penekanan adanya
kesatuan bermaksud bukan memisahkan kesatuan yang telah nampak dalam
Yesus, namun sebaliknya untuk mempersatukan. Kebenaran dan kesatuan
seharusnya mengandung suatu persamaan dan tidak saling bertentangan. Kita
harus berusaha supaya factor manusia tidak mencemarkan tujuan gerakan
oikumene yang sudah ada dalam doa Yesus.
H. PEDOMAN DAN TINDAKAN UNTUK KESATUAN GEREJA
Erickson yang menjadi dosen di Southestern Baptist Theological Seminary memberi
sarana kepada gerakan kesatuan gereja yang efektif. Menurut Erickson kita bisa
melakukan apa yang kita perbuat untuk kesatuan melalui doa Yesus untuk kesatuan
gereja.
1. Gereja Yesus Kristus adalah satu. Seluruh orang percaya yang terikat pada
Tuhan dan satu dalam Kristus merupakan anggota Roh Kudus (1 Kor 12:13).
2. Integrasi rohani orang percaya harus diungkapkan melalui praktek kasih,
persekutuan dan persahabatan. Walaupun orang percaya itu saling berbeda dari
segi organisasi namun harus menerima pengakuan dari pihak lain bahwa
mereka sendiri adalah satu sebagai orang percaya.
66
3. Dari segala bentuk orang Kristen sedapat mungkin harus menjalin kerjasama.
Walaupun tidak bisa kompromi dalam hal mempraktekkan doktrin gereja namun
dalam hal kekeuatan harus menjadi satu, dengan kata lain betapa pentingnya
orang Kristen diberi kesempatan yang bisa membuat mereka menjadi satu dalam
Kristus dengan meletakkan berbagai perbedaan yang ada dalam kekristenan.
Hal menjadi satu merupakan suatu bukti yang harus diperlihatkan pada dunia.
Hal itu sekaligus juga harus menjadi kesempatan pelayanan yang bisa
memanfaatkan sumber daya kita dengan benar.
4. Perlu hati-hati dalam menyusun dasar-dasar doktrin gereja dan tujuan lingkup
persekutuan. Menurut Erickson sejak tahun 1910 di konferensi misi Edinberg
banak bahan yang pokok digantikan dengan Amanat Agung sebagai pokok
perhatiannya tetapi sampai sekarang Amanat Agung Yesus masih merupakan
tugas utama bagi gereja. Akibatnya kegiatan-kegiatan yang tidak bisa memberi
jasa yang hanya membutuhkan dana dan waktu tidak bisa dibenarkan dan harus
kembali kepada tujuan gerakan oikumene gereja yang sebenarnya.
5. Kita harus mempunyai suatu kewajiban untuk memelihara gereja dari gerakan
kesatuan dan dari lembaga yang melemahkan daya gereja rohani. Sampai saat
ini gereja yang masih bertumbuh adalah gereja Injili dan konservatif. Mereka
percaya bahwa gereja Injili dan konservatif memiliki daya untuk mewujudkan
kesatuan gereja. Oleh sebab itu kita harus menilai dan menghindari lembaga-
lembaga yang mengurangi daya serta kesatuan kita secara serius.
67
6. Orang percaya tidak boleh meninggalkan gereja induk mereka. Jika gereka induk
memiliki kemungkinan untuk menyelesaikan segala permasalahan maka gereja
induk harus terus menjalankan tugas tanpa menyerah. Seperti kaum Injili dan
konservatif, karena ada permasalahan dalam gereja mereka maka kaum injili
dan konservatif memisahkan diri dari pihak oikumene yang dilakukan secara
sepihak. Hal ini menyebabkan pendapat dan usulan pihak injili dan konservatif
tidak bisa dibahas oleh pihak oikumenis.
7. Semua orang Kristen perlu mengevaluasi motifasi dan tujuan adanya perpisahan
dan perpecahan gereja. Apakah motifasi dan perpecahan gereja terjadi karena
kepercayaan dan prinsip yang benar atau merupakan ambisi seorang pribadi dan
pergumulan kepribadian. Jika orang percaya memiliki iman dan tujuan yang
sama terpisah berarti hal itu menjadi ketidakpercayaan terhadap The Cause of
Christ.
8. Jangan mengkritik dan memojokkan pihak lain baik itu secara pribadi, secara
organisasi gereja maupun secara denominasi gereja karena adanya perbedaan
dan ketidaksamaan, tetapi hendaklah satu sama lain saling membantu,
memperbaiki dan menolong melalui kebenaran dalam proses kesatuan. Prinsip
Kristen adalah melakukan segala sesuatu dengan jiwa dan kasih Yesus Kristus
sebab kebenaran senantiasa terikat pada kash.
68

More Related Content

What's hot

Sakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHKSakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHK
Giovanni Promesso
 
Doktrin Keselamatan
Doktrin KeselamatanDoktrin Keselamatan
Doktrin Keselamatan
SABDA
 
KRISTOLOGI
KRISTOLOGIKRISTOLOGI
KRISTOLOGI
Daniel Saroengoe
 
KEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptx
KEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptxKEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptx
KEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptx
HansTobing
 
Diktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga GerejaDiktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga GerejaKirenius Wadu
 
Pengantar lmu Teologi
Pengantar lmu TeologiPengantar lmu Teologi
Pengantar lmu Teologi
onchy
 
Eksposisi kitab wahyu
Eksposisi kitab wahyuEksposisi kitab wahyu
Eksposisi kitab wahyu
Daniel Saroengoe
 
Mempersiapkan Khotbah dengan Metode Langham
Mempersiapkan Khotbah dengan Metode LanghamMempersiapkan Khotbah dengan Metode Langham
Mempersiapkan Khotbah dengan Metode Langham
SABDA
 
Orang Kristen Aneh di Sekitar Kita
Orang Kristen Aneh di Sekitar KitaOrang Kristen Aneh di Sekitar Kita
Orang Kristen Aneh di Sekitar Kita
Johan Setiawan
 
Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus
Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus
Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus
Daniel Saroengoe
 
Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)
Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)
Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)
SABDA
 
Cara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektifCara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektif
SAROFAMATI DUHA
 
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
lokobaltenius
 
Materi dasar pemuridan
Materi dasar pemuridanMateri dasar pemuridan
Materi dasar pemuridan
Daniel Saroengoe
 
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali AlkitabBagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
SABDA
 
Roh kudus
Roh kudus Roh kudus
Roh kudus
gmahkjerusalem
 
Spiritual Check Up
Spiritual Check UpSpiritual Check Up
Spiritual Check Up
Johan Setiawan
 

What's hot (20)

Sakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHKSakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHK
 
Doktrin Keselamatan
Doktrin KeselamatanDoktrin Keselamatan
Doktrin Keselamatan
 
KRISTOLOGI
KRISTOLOGIKRISTOLOGI
KRISTOLOGI
 
KEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptx
KEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptxKEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptx
KEESAAN GEREJA (OIKUMENE).pptx
 
Dogmatika
Dogmatika Dogmatika
Dogmatika
 
Ppt 3 gereja
Ppt 3   gerejaPpt 3   gereja
Ppt 3 gereja
 
Diktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga GerejaDiktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga Gereja
 
Pengantar lmu Teologi
Pengantar lmu TeologiPengantar lmu Teologi
Pengantar lmu Teologi
 
Eksposisi kitab wahyu
Eksposisi kitab wahyuEksposisi kitab wahyu
Eksposisi kitab wahyu
 
Mempersiapkan Khotbah dengan Metode Langham
Mempersiapkan Khotbah dengan Metode LanghamMempersiapkan Khotbah dengan Metode Langham
Mempersiapkan Khotbah dengan Metode Langham
 
Orang Kristen Aneh di Sekitar Kita
Orang Kristen Aneh di Sekitar KitaOrang Kristen Aneh di Sekitar Kita
Orang Kristen Aneh di Sekitar Kita
 
Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus
Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus
Pemikiran dan pandangan Teologi Paulus
 
Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)
Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)
Pembentukan Disiplin Rohani (PDR)
 
Cara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektifCara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektif
 
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
 
Ibadah yang kreatif
Ibadah yang kreatifIbadah yang kreatif
Ibadah yang kreatif
 
Materi dasar pemuridan
Materi dasar pemuridanMateri dasar pemuridan
Materi dasar pemuridan
 
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali AlkitabBagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
 
Roh kudus
Roh kudus Roh kudus
Roh kudus
 
Spiritual Check Up
Spiritual Check UpSpiritual Check Up
Spiritual Check Up
 

Similar to Oikumenika GEREJA

Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
markustuturmutu
 
Konsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen ProtestanKonsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen Protestan
pjj_kemenkes
 
OSAT Sejarah Gereja - History of Churches
OSAT Sejarah Gereja - History of ChurchesOSAT Sejarah Gereja - History of Churches
OSAT Sejarah Gereja - History of Churches
PrayPutraHasianroNad
 
Sejarah Gereja
Sejarah GerejaSejarah Gereja
Sejarah Gereja
onchy
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
pjj_kemenkes
 
Perkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanPerkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanEly Goro Leba
 
PERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdf
PERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdfPERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdf
PERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdf
13ClarkKentTimothyGu
 
Aliran aliran kepercayaan pada agama kristen
Aliran aliran kepercayaan pada agama kristenAliran aliran kepercayaan pada agama kristen
Aliran aliran kepercayaan pada agama kristen
subrotobustam
 
Ppt 4 masyarakat
Ppt 4   masyarakatPpt 4   masyarakat
Ppt 4 masyarakat
PENDIDIKANADALAHPENT
 
Kompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan IIKompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan IIGiovanni Promesso
 
Ppt 4 masyarakat
Ppt 4   masyarakatPpt 4   masyarakat
Ppt 4 masyarakat
PENDIDIKANADALAHPENT
 
Keperawatan agama modul 1 kb3
Keperawatan agama modul 1 kb3Keperawatan agama modul 1 kb3
Keperawatan agama modul 1 kb3
Anton Saja
 
Agama Islam
 Agama Islam Agama Islam
Agama Islam
pjj_kemenkes
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
pjj_kemenkes
 
Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)
Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)
Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)
anandasesilia
 
Tugas kel ii (ajaran sesat)
Tugas kel ii (ajaran sesat) Tugas kel ii (ajaran sesat)
Tugas kel ii (ajaran sesat)
Agnes Ervinda Ginting
 
Jurnal
JurnalJurnal
3277742.ppt
3277742.ppt3277742.ppt
3277742.ppt
DinarDorotea
 

Similar to Oikumenika GEREJA (20)

Pertemuan IV
Pertemuan IVPertemuan IV
Pertemuan IV
 
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
 
Konsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen ProtestanKonsep Agama kristen Protestan
Konsep Agama kristen Protestan
 
OSAT Sejarah Gereja - History of Churches
OSAT Sejarah Gereja - History of ChurchesOSAT Sejarah Gereja - History of Churches
OSAT Sejarah Gereja - History of Churches
 
Sejarah Gereja
Sejarah GerejaSejarah Gereja
Sejarah Gereja
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
 
Perkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestanPerkembangan agama kristen protestan
Perkembangan agama kristen protestan
 
PERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdf
PERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdfPERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdf
PERPECAHAN_DALAM_GEREJA_Ulasan_Biblika_t.pdf
 
Aliran aliran kepercayaan pada agama kristen
Aliran aliran kepercayaan pada agama kristenAliran aliran kepercayaan pada agama kristen
Aliran aliran kepercayaan pada agama kristen
 
Pertemuan VII
Pertemuan VIIPertemuan VII
Pertemuan VII
 
Ppt 4 masyarakat
Ppt 4   masyarakatPpt 4   masyarakat
Ppt 4 masyarakat
 
Kompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan IIKompendium Konsili Vatikan II
Kompendium Konsili Vatikan II
 
Ppt 4 masyarakat
Ppt 4   masyarakatPpt 4   masyarakat
Ppt 4 masyarakat
 
Keperawatan agama modul 1 kb3
Keperawatan agama modul 1 kb3Keperawatan agama modul 1 kb3
Keperawatan agama modul 1 kb3
 
Agama Islam
 Agama Islam Agama Islam
Agama Islam
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
 
Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)
Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)
Mpk katolik 4c gereja dan agama lain (UAS)
 
Tugas kel ii (ajaran sesat)
Tugas kel ii (ajaran sesat) Tugas kel ii (ajaran sesat)
Tugas kel ii (ajaran sesat)
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
3277742.ppt
3277742.ppt3277742.ppt
3277742.ppt
 

More from Nada Ridhoi Silitonga

Cara hidup yang tuhan tidak berkenan
Cara hidup yang tuhan tidak berkenanCara hidup yang tuhan tidak berkenan
Cara hidup yang tuhan tidak berkenan
Nada Ridhoi Silitonga
 
Apakah allah di pihak kita.
Apakah allah di pihak kita.Apakah allah di pihak kita.
Apakah allah di pihak kita.
Nada Ridhoi Silitonga
 
7 upah yang menanti orang percaya
7 upah yang menanti orang percaya7 upah yang menanti orang percaya
7 upah yang menanti orang percaya
Nada Ridhoi Silitonga
 
3 jenis kristiani
3 jenis kristiani3 jenis kristiani
3 jenis kristiani
Nada Ridhoi Silitonga
 
3 ciri kedewasaan dalam kristus
3 ciri kedewasaan dalam kristus3 ciri kedewasaan dalam kristus
3 ciri kedewasaan dalam kristus
Nada Ridhoi Silitonga
 
Intisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhs
Intisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhsIntisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhs
Intisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhs
Nada Ridhoi Silitonga
 
Penyataan allah
Penyataan allahPenyataan allah
Penyataan allah
Nada Ridhoi Silitonga
 
SIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWG
SIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWGSIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWG
SIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWG
Nada Ridhoi Silitonga
 
Sciens dan bahasa alkitab 2
Sciens dan bahasa alkitab 2Sciens dan bahasa alkitab 2
Sciens dan bahasa alkitab 2
Nada Ridhoi Silitonga
 
Unsur sejarah dalam wahyu allah
Unsur sejarah dalam wahyu allahUnsur sejarah dalam wahyu allah
Unsur sejarah dalam wahyu allah
Nada Ridhoi Silitonga
 
Kejadian 1 11 dan mitologi
Kejadian 1 11 dan mitologiKejadian 1 11 dan mitologi
Kejadian 1 11 dan mitologi
Nada Ridhoi Silitonga
 
negara israel
negara israelnegara israel
negara israel
Nada Ridhoi Silitonga
 
ISRAEL negara
ISRAEL negara ISRAEL negara
ISRAEL negara
Nada Ridhoi Silitonga
 
Logika
LogikaLogika

More from Nada Ridhoi Silitonga (14)

Cara hidup yang tuhan tidak berkenan
Cara hidup yang tuhan tidak berkenanCara hidup yang tuhan tidak berkenan
Cara hidup yang tuhan tidak berkenan
 
Apakah allah di pihak kita.
Apakah allah di pihak kita.Apakah allah di pihak kita.
Apakah allah di pihak kita.
 
7 upah yang menanti orang percaya
7 upah yang menanti orang percaya7 upah yang menanti orang percaya
7 upah yang menanti orang percaya
 
3 jenis kristiani
3 jenis kristiani3 jenis kristiani
3 jenis kristiani
 
3 ciri kedewasaan dalam kristus
3 ciri kedewasaan dalam kristus3 ciri kedewasaan dalam kristus
3 ciri kedewasaan dalam kristus
 
Intisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhs
Intisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhsIntisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhs
Intisari pl 1 ringkasan (FULL EDITION) nrhs
 
Penyataan allah
Penyataan allahPenyataan allah
Penyataan allah
 
SIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWG
SIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWGSIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWG
SIAPAKAH KAUM AWAM (GEREjA) PWG
 
Sciens dan bahasa alkitab 2
Sciens dan bahasa alkitab 2Sciens dan bahasa alkitab 2
Sciens dan bahasa alkitab 2
 
Unsur sejarah dalam wahyu allah
Unsur sejarah dalam wahyu allahUnsur sejarah dalam wahyu allah
Unsur sejarah dalam wahyu allah
 
Kejadian 1 11 dan mitologi
Kejadian 1 11 dan mitologiKejadian 1 11 dan mitologi
Kejadian 1 11 dan mitologi
 
negara israel
negara israelnegara israel
negara israel
 
ISRAEL negara
ISRAEL negara ISRAEL negara
ISRAEL negara
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 

Recently uploaded

Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 

Recently uploaded (20)

Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 

Oikumenika GEREJA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian dan Latar Belakang Gerakan Oikumene. 1. Pengertian Etimologi. Kata Ekumene {Ecumnen – Inggris} atau Oikumene diambil bahasa Yunani { Οικυµενε } yang terdiri dari dua suku kata, yakni “Oikos” {Οικοσ} berarti Rumah dan “Mene”{Μενειν }” artinya “Berdiam” atau Tempat berdiam”. Istilah Oikumene ini adalah Istilah yang digunakan dalam dunia militer. Istilah Oikumene ini, menunjuk kepada keseluruhan tempat atau wilayah di bumi yang dihuni oleh manusia. Oikumene dalam Zaman Yunani Kuno, di bawah Pemerintahan Alexander Agung, ini menunjuk kepada keseluruhan bagian bumi yang di diami oleh manusia. Kata ini seringkali digunakan untuk menyebut daerah-daerah yang di diami oleh orang-orang Yunani, sedangkan daerah yang tidak di diami oleh Orang bukan Yunani tidak disebut Ekumene. Dalam bahasa Yunani Koine di bawah kekaiseran Romawi dan dalam perjanjian Baru, kata Oikumene secara harafiah artinya dunia, namun yang dimaksud adalah Dunia di bawah kekuasaan Romawi. Dalam Surat Ibrani 2:5 kata Oikumene ten mellousan { 1
  • 2. Οικυµενε τεν Μελλουσαν } memberikan makna yang merujuk kepada Kerajaan Yesus Kristus yang akan datang { Dunia yang akan datang }. Kata Oikumene ini pada awal tidak memiliki makna yang berkaitan atau berhubungan dengan kehidupan Gereja atau Kekristen. Namun sejak Konsili di Nicea, { 325 }, yang merupakan Konsili Oikumene pertama. Istilah Oikumene ini diterima dan disahkan atau diteguhkan pemakaiannya sebagai Istilah Gerejawi. Dalam Konsili pertama ini mengundang semua perwakilan Gereja yang ada di Wilayah Kekaiseran atau Wilayah Kekuasaan Romawi, dan Istilah Oikumene ini, yang disebut sebagai Wilayah Kekuasaan Romawi, dan dalam kenyataan inilah dikenal sebagai “Selurh Dunia” pada waktu itu. Dengan kata lain, dalam pandangan Politik dan Keagamaan, maka memang pada waktu itu “hanya Wilayah Romawi yang dipahami sebagai Wilayah yang di diami Manusia dan sekaligus Masyarakat Gereja. Kata Oikumene ini merupakan padanan atau Sinonim dari kata yang juga dipakai dalam istilah Gereja yakni “Katolik” { Catholica- Latin }. dan “Univaersal”. Ketiga Istilah ini merujuk pada pengertian yang sama yakni menunjuk pada ruang lingkup, hakekat dan tugas Gerejawi yang meliputi seluruh dunia dan makhluk. Dalam pengertian ini, maka Gerakan Oikumen selalu dikaitkan dengan 2
  • 3. gerakan untuk keutuhan yang mengumpulkan kembali serta menjaga keutuhan atau integritas Gereja. Dalam zaman modern ini Oikumene adalah upaya penyatuan atau kerjasama antara denominasi- denominasi Gereja yang berbeda. Dalam kontekes ini, telah dianggap adanya kesatuan Umat yang percaya di antara golongan- golongan Kristen yang berbeda-beda. Pekerjaan atau pelayanan oikumene berlangsung dalam bentuk negosiasi di antara komisi- komisi dari berbagai denominasi serta melalui pembicaraan dengan berbagai organisasi interdenominasional serpti Dewan Gereja-Gereja se- Dunia, tentang Topik-topik yang relevan termasuk Baptisan, Ekaristi { Perjamuan Kudus}, dan pelayanan Kriisten lainnya. 2. Latar Belakang Gerakan Oikumene. Gereja Katolik Roma Dan Gerakan Oikumene. Sikap Gereja Katolik Roma terhadap Gerakan oikumenis ditentukan atas dasar pemahaman bahwa Gereja yang benar adalah pengakuan Imannya hanya Gereja yang dipimpin oleh Paus, sebagai wakil Kristus. Keesaan Gereja selaku tubuh Kristus telah menjadi nyata dalam Gereja Katolik Roma di bawah pimpinan pengganti Petrus wakil Kristus oleh sebab itu tidak perlu suatu Gerakan Oikumenis, karena keesaan Gereja sudah ada dalam Gereja Katolik Roma. Atas dasar dogtrin ini, maka Gereja Katolik Roma menentukan sikap sebagai berikut : 3
  • 4.  Gereja Katolik Roma tidak mau ikut secara resmi dalam kegiatan- kegiatan Oikumene.  Kepausan Gereja Katolik Roma mengeluarkan beberapa surat keputusan yang menolak gerakan Oikumenis dan mempertegas ajarannya bahwa Gereja Katolik Roma adalah satu-satunya Gereja yang benar.  Paus juga melarang orang Roma Katolik untuk menghadiri Sidang DGD. Di Amesterdam dan Evanston. Namun demikian pada konperensi Faith and Order di Edinburg tahun 1937. Hadir dalam konperensi itu Lima Orang Katolik Roma, yang tidak mewakili Gereja Katolik Roma, dan harus diingat bahwa sebelum perang dunia kedua memang semangat orang-orang protestan untuk mencari hubungan dengan Gereja Katolik Roma juga kurang, bahkan beranggapan bahwa Gereja ini sesat, hanya beberap tokoh seperti Brent dan Soderblom’ menegaskan bahwa Oikumene tanpa Gereja Katolik Roma belum lengkap. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tidak ada usaha-usaha untuk gerakan Oikumene dari Katolik Roma….. ? 3. Gereja-Gereja Ortodoks Dan Gerakan Oikumene. Perlu diingat bahwa “Gereja Katolik Roma dan Gereja-Gereja Orthodox mempunyai doktrin yang sama mengenai Ekklesiologi, 4
  • 5. bahwa Gereja adalah kelanjutan dari Para Rasul dan dalam hal ini berbeda dengan Gereja Kristen { Protestan } Hal ini menimbulkan persoalan dalam diskusi/percakapan Oikumene antara DGD dan Gereja Katolik Roma dan juga dalam percakapan Gereja-Gereja Orthodox dengan DGD. Aspek-aspek yang menarik dalam diskusi atau percakapan Oikumenis antara Gereja-Gereja Orthodox dan Kristen {Protestan}, sebagai berikut : 1. Gereja-Gereja Orthodox. Memahami bahwa Ekklesiologi sebagai “Ciptaan Roh Kudus” yang menyelamatkan melalui pelayanan-pelayanan Sakramen, dan menyatakan, bahwa dogtrin atau pengajaran mereka dirusmuskan tanpa kekeliruan dan di bawah pimpinan Roh Kudus yang didasarkan atas tradisi Rasuli serta melalui tujuh konsili Oikumenis. Sperti Konsili pertama di Nicea tahun 325, dan kedua juga di Nicea tahun 787. 2. Gereja Roma Katolik. Pandangan Gereja Roma Katolik bahwa ada perbedaan dengan Gereja-Gereja Orthodox di mana Roma Katolik beranggapan bahwa ajaran Gereja harus terbuka, sebab melalui Paus yang tidak keliru atau konsili Roh Kudus dapat menambahkan ajaran-ajaran 5
  • 6. Gereja baru. Di mana dalam Katolik Roma Uskup sebagai Penjamin kebenaran dan keesaan Gereja, namun kedudukan Paus sebagai pengganti Rasul Petrus, tidak lebih tinggi atau Istimewa dari Uskup-uskup yang lain. Hal ini menyebabkan perbedaan sehingga terjadilah apa yang disebut dengan Schisma {Perpecahan} dalam Gereja yakni antara Gereja Timur dan Barat. Bagi Gereja-Gereja Orthodox Oikumene { Keesaan Gereja } pada dasarnya adalah Bersifat Rohani dan dilambangkan dalam “Patriarkhat Oikumene Constantinopel” yang berbeda dengan keuskupan Roma Katolik yang menuntut Primat { Kedudukan Tertinggi } Yuridis di Gereja, di mana hanya Gereja mempunyai Primat kehormatan. 6
  • 7. BAB II SEJARAH GERAKAN OIKUMENE WCC.{ DEWAN GEREJA SEDUNIA } A. Sejarah Gerakan Oikumene Hingga Konfrensi Edinburg 1910. Pada Zaman Reformasi, Gereja Katolik Roma, diperhadapkan dengan Schisma { Perpecahan } dengan Gereja Orthodox Yunani tahun 1054, pada saat itu Gereja terancama perpecahan bersar-besaran, walaupun Marthen Luther dikucilkan, namun tetap diusahakan perdamain dengan pengikut- pengikutnya, Golongan Injili. Hal ini dilakukan demi kesatuan Gereja Kristen 7
  • 8. terhadap ancaman Turki. Usaha-usaha ini dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan politik, yang menghasilkan dialog Agama di Leipzig tahun 1539, di Hagenau tahun 1540; di Worms tahun 1540, dan di Regensburg { Ratisbon 1541 }, di Wilayah Kekaisaran Jerman dan Colloquium di Poissy 1561 di Prancis, namun semua usaha ini gagal alias tidak mendapat titik temu atau persetujuan bersama. Bagi golongan Injili usaha yang sama ternyata tidak mencapai satu kesatuan, walaupun sama-sama memberi kritikan kepada Gereja Katolik Roma, tetapi mengenai Perjamuan Kudus terjadi pemisahan antara pengikut Marthen Luther dengan golongan Injili di Jerman Selatan dan Swis. Pada tahun 1529 usaha perdamaian yang dilakukan melalui pembicaraan di Marburg juga tidak berhasil, dan pada tahun 1549 Calvin dan Bullinger berhasil dalam usaha untuk mempersatukan Reformasi Swis melalui apa yang disebut dengan “Consensus Tigurinus” akan tetapi terjadi perpecahan dengan para pengikut Luther tidak dapat dipulihkan. B. Terntuknya Dewan Gereja-Gereja se-Dunia { WCC }. Seperti dikatakan bahwa Tujuan dan sasaran Oikumene adalah untuk mewujudkan kesatua Gereja. Oleh karena itu ada banyak usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut, muncul dalam beberapa bidang khususnya “Bidang Penginjilan” Namun dalam proses perkembangannya Penginjilan 8
  • 9. sedunia muncul berbagai masalah, yakni Perbedaan dalam metode Penginjilan. Metode penginjilan ini muncul dari Teolog-Teolog Liberal di dalam setiap konfrensi Penginjilan sedunia. Hal ini menghasilkan dua aliran Penginjilan, yakni Aliran penginjilan Oikumen Sedunia { WCC}, dan Golongan Injil { Golongan Evangelical }. Gerakan Oikumene yang memiliki tujuan dan sasaran yang murni, diwarnai dan dikuasai oleh Golongan WCC { Gereja sedunia } dengan konsep penginjilan Liberal, yang berbeda dengan golongan injili. Akhirnya istilah penginjilan dalam kontex Oikumene ini lebih cenderung pada golongan WCC, yang lebih menunjuk pada golongan Liberal di Korea dan Amerika Serikat. Faktro yang menimbulkan gerakan Oikumene yakni Kerjasama dalam bidang Penginjilan, Pendidikan dan Pelayanan Pemuda-Pemudi. Life and Work, Faith and Order and Organic Church Union” merupakan factor yang tidak langsung dalam gerakan Oikumene. Faktor yang menimbulkan gerakan Oikumene yang langsung adalah “Konfrensi Penginjilan sedunia” di Edinburg 1910. Konfrensi tersebut adalah titik tolak menentukan Penginjilan sedunia abad ke 19 dan 20 dalam sejarah Gereja. 1. Konferensi Edinburg 1910. Dalam konferensi PI sedunia (Word Missionary Coference) bukan merupakan pertemuan wakil setiap denominasi gereja tetapi pertemuan para misi dan wakil dari setiap badan misi seluruh dunia. Latar belakang 9
  • 10. denominasi adalah dari denominasi Presbiterian, Anglikan (gereja Inggris), sampai kelompok Moravian, dll. Tujuan konferensi ini adalah untuk mewujudkan tujuan dan metode PI sedunia tanpa adanya pengaruh warna theologia dari denominasi gereja. Pokok pembahasan dalam konferensi ini adalah “Bagaimana menyampaikan Injil Yesus Kristus pada dunia orang kafir”. Konferensi ini membahas tentang strategi penginjilan, khususnya membicarakan tentang agama non Kristen. Dan juga membentuk komisi untuk integrasi dan kerjasama dalam penginjilan. Komisi ini sejak tahun 1912 menerbitkan majalah “International Review of Missions” sampai sekarang. Konferensi ini membentuk tiga lembaga yaitu IMC (International Mission Comite). “Faith and Other” serta “Life and Work”. Berarti pertemuan ini merupakan pertemuan yang murni untuk PI sedunia tanpa adanya pengaruh warna theologia. Akan tetapi dalam konferensi ini muncul perbedaan konsep tentang istilah dan pandangan terhadap dunia yang akan diinjili. Istilah dunia bukan merupakan konsep yang bersifat theilogi tetapi lebih cenderung pada konsep yang bersifat geografis dan historical. Dunia dibagi menjadi dua unsur struktur yaitu dunia Kristen dan dunia non Kristen. Oleh karena itu dunia Kristen harus menguasai dunia non Kriste. Hubungan dua dunia ini disebut Imperialisme Apostal dan konsep ini muncul dengan berbagai macam istilah yang militan yaitu tentara, penguasa, perintah maju, komisi perang, strategi dll. Walaupun salah imperialism nampak dalam konferensi Edinberg yaitu konferensi yang mempunyai tujuan mewujudkan PI sedunia 10
  • 11. tetapi konferensi tersebut menjadi suatu fondasi PI sedunia yang akan mendatangkan masa depan cerah dan yang bisa mewujudkan tujuan oikumene. 2. John R. Mott John R. Mott merupakan seorang misionaris yang menggerakkan gerakan oikumene. Dia adalah seseorang yang muncul dari SVW. Selama 40 tahun dia menjadi pemimpin oikumene yang sangat aktif mengunjungi kurang lebih 90 negara untuk gerakan oikumene yang bersifat interdenominasi dan missioner melalu kehidupan penginjilan dan penggembalaan. Selain itu dia juga mengelilingi dunia kurang lebih 2 juta mile. John R. Mott merupakan ketua yang pertama dalam konferensi oikumene di Edinberg. 3. Munculnya dan Proses Berkembangnya WCC Dua lembaga yaitu “Faith and Order” Life and World” dalam konferensi Edinberg di atas tersebut berkembang menjadi factor yang melahirkan WCC pada tahun 1948, di Amsterdam. Jadi WCC didirikan dengan kesatuan dua lembaga. Sedangkan IMC berdiri sendiri. Pada tahun 1961 WCC mengambil alih IMC, lalu IMC diintegrasikan dalam WCC dan muncullah pemikiran teologi Missio Dei (1950) dan pemikiran teologia bahwa PI harus termasuk dalam gereja sebagai fungsi dan alat gereja. Gerakan oikumene WCC merupakan gerakan yang lebih cenderung pada hal organisasi dan struktur daripada hal spiritual, apalagi setelah WCC dikuasai dan dipengaruhi oleh teologia liberal yang lebih cenderung pada 11
  • 12. keselamatan social dan politik dari pada keselamatan jiwa. Tujuan dan jiwa gerakan oikumene yang Alkitabiah sudah kehilangana arah yang tepat bahkan semakin jauh dari tujuan semula yaitu yang bermaksud mewujudkan kesatuan gereja. Prose konferensi gerakan oikumene dan proses perkeembangan gerakan oikumene WCC. C. Gerakan Oikumene Injili (Konservatif) Pada umumnya denominasi gereja yang terlibat dalam gerakan oikumene adalah denominasi gereja yang bersifat liberal. Sedangkan denominasi gereja yang bersifat konservatif atau injili tidak menjadi anggota WCC bahkan mereka mendirikan lembaga sendiri untuk dapat menghadapi WCC. Di Indonesia Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) adalah anggota WCC. Unutk menghadapi gerakan oikumene WCC, pihak injili dan konservatif membutuhkan lembaga yang bersifat injili, maka berdirilah beberapa lembaga. 1. NAE (National Accosation Evangelism) 12
  • 13. NAE didirikan di Chicago. Tujuan NAE yang sebenarnya bukan untuk melawan WCC tetapi merupakan suatu respon terhadap ICCC (Komisi International Church) dan menjadi aliran konservatif yang sangat ekstrim. ICCC didirikan oleh Karl Makintler dan menyatakan bahwa ICCC melawan liberalism, melindungi injil secara militant serta mengkritik kaum konservatif yang kurang aktif. ICCC menuntut supaya denominasi gereja yang menjadi anggota WCC mengundurkan diri dari WCC. Menurut mereka, membentuk gereja dengan kaum liberal itu merupakan suatu hal yang mustahil dan tidak Alkitabiah. Pada masa kini diterbitkan majalah “Christian Becoan.” Dalam majalah ini khotbah dan artikel pemimpin-pemimpin WCC dikritik. Oleh karena itu di dalam kalangan mereka timbullah tantangan terhadap kepemimpinan Makintier, sehingga pada tahun 1954 terjadilah perpecahan di dalam ICCC dan Makintler dituduh menimbulkan perpecahan gereja dengan berbagai tipuan, kebohongan dan ketidakbenaran. Akhirnya pemimpin-pemimpin gereja yang termasuk dalam anggota ICCC mulai merasa bahwa mereka dianggap sebagai pemecah-pemecah gereja. Dengan kesadaran ini, selanjutnya diharapkan para pemimpin gereja dapat mendirikan suatu lembaga inijili yang sehat. Pada tahun 1942 di Saint Luis diadakan pertemuan yang dihadiri oleh 200 wakil dari 34 denominasi gereja dan lembaga. Dalam pertemuan ini Harold Ockenga dipilih sebagai ketua NAE. Sejak itu banyak gereja dan lembaga konservatif yang kecewa pada ICCC mulai masuk NAE untuk menjadi 13
  • 14. anggotanya. Dan pada tahun berikutnya diadakanlah pertemuan di Chicago yang dihadiri oleh 1000 wakil dari 60 denominasi gereja (jumlah jemaat kurang lebih 15 juta). Billy Graham yang adalah pengkhotbah dan penginjil terbesar pada abad 20 merupakan pendukung gerakan ini. Seluruh peserta yakin dan percaya bahwa gerakan ini diberkati Tuhan dan akhirnya gerakan ini tersebar ke seluruh dunia. Namun gerakan ini juga mengandung pontensial perpecahan, sebab di dalam gerakan ini banyak tokoh teologi yang memiliki pandangan teologi liberal. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa di dalam setiap gerakan oikumen jelas ada kekurangan dan kelemahannya, hal itu dikarenakan oleh keadaan manusia yang terbatas. Namun semua gereja injili merasa tidak ada alasan untuk menolak gerakan oikumene tersebut baahkan mereka mempraktekkan gerakan ini melalui berbagai kegiatan kebangkitan rohani. 2. Gerakan Oikumene Melalui Kebangunan Rohani Sejak tahun 1950, melalui Billy Graham terjadilah suatu kebangunan rohani. Allah memakai Billy Graham secara luar biasa. Dimana Billy Graham berkhotbah di situ banyak orang dari berbagai macam denominasi gereja berbondong-bondong untuk datang, bahkan banyak denominasi gereja menjalin kerja sama untuk mengadakan KKR dengan Billy Graham tanpa membedakan denominasi gereja. Seluruh denominasi gereja merindukan berkat dan kasih karunia Tuhan, dan ibadah tersebut tanpa ada sikap curigadan prasangka di setiap denominasi gereja tersebut. Walaupun KKR 14
  • 15. Billy Graham tidak mempersatukan seluruh denominasi gereja namun dapat meninggalkan azas yang mempersatukan gereja secara spiritual. PANDANGAN THEOLOGIS 1. Pandangan Theologis WCC Gerakan oikumene yang dimulai dari gerakan penginjilan sedunia, semakin lama semakin berubah kea rah penginjilan yang bersifat politik dan social hingga kehilangan konsep PI lintas budaya yang sebenarnya. Hal tersebut pantas disebut sebagai “Ecumenical Political Mission”. Setelah IMC diambil alih oleh pihak WCC. Konsep penginjilan yang tradisional dikuasai oleh teologia yang menekankan pelayanan social (keselamatan social). Akibatnya WCC lebih memperhatikan masalah politik, social dan ekonomi daripada masalah rohani (bagaimana orang yang belum mendengar Injil Yesus bisa dibawa kepada Kristus, dan bagaimana gereja di bumi bisa menjadi gereja Allah?). Oleh karena itu pokok pembahasan dalam konferensi WCC sama dengan pokok pembahasan yang dibicarakan dalam PBB yang selalu membahas masalah politik dunia. Kemudian teologi-teologi yang mengubah konsep gerakan oikumene yang pernah muncul sejak konferensi Edinberg dan dalam setiap konferensi WCC juga mempengaruhi keadaan konsep oikumene pada zaman ini. Khususnya teologi yang menekankan keselamatan social yang muncul sejak 1950, akhirnya 15
  • 16. mengakibatkan teologi pembebasan berkembang dengan leluasa, hal ini sangat membahayakan konsep keselamatan dan PI sedunia yang bersifat tradisi. Proses Pengaruh Pandangan Liberal Dalam Gerakan Oikumene Sebelum perang dunia ke-2 teologi Neo-ortodox sangat mempengaruhi bidang penginjilan, namun setelah perang selesai, situasinya menjadi berubah dan kemudian pandangan liberal muncul kembali. Melalui pengaruh ini teologia sekuler menyusup dalam pandangan penginjilan. Selanjutnya dalam setiap konferensi oikumene dunia mempunyai tujuan menjalin kerjasama dalam bidang penginjilan sehingga terjadilah perpecahan karena timbul beberapa perbedaan pandangan teologia dari tokoh-tokoh di setiap denominasi gereja. Pada tahun 1948 organisasi WCC berdiri dengan tujuan untuk mewujudkan kesatuan gereja dalam setiap bidang, khususnya bidang penginjilan. Bidang penginjilan ini mulai dikuasai oleh pandangan teologi. Hal ini menyebabkan banyak denominasi gereja tidak setuju pada arah dan tujuan yang semakin menyimpang dari pandangan teologia yang Injili tersebut dan akhirnya mereka memisahkan diri dari WCC. Sebenarnya pandangan teologia yang liberal sudah muncul sejak konferensi pertama, tetapi hal itu tidak menyebabkan denominasi gereja di dunia mengalami perpecahan secara langsung. Setelah konferensi Yerusalem, barulah teologia liberal mulai secara langsung dan bahkan hal itu menjadi motto dalam penginjilan sedunia. 16
  • 17. a. Konferensi Yerusalem 1928 How Mission? (metode) merupakan tema konfereni Edinberg, Way Mission (keharusan) menjadi tema dalam konferensi Yerusalem. Hal ini berarti injil Pietisme telah ditinggalkan dan muncul syncretistic Approach. Pandangan ini sangat mengurangi nilai intisari Injil sebab agama kafir dinilai sebagai agenda yang mengandung unsur Mesias. Kemudian perhatian social (Social Concern) nampak. Konferensi Yerusalem menyatakan bahwa “Injil Kristus bukan saja message untuk rohani pribadi seseorang tetapi juga dunia struktur social dan hubungan ekonomi yang dia tempati”. Dan juga “hal memisahkan kelahiran baru seorang pribadi dan kelahiran baru social merupakan kekeliruan”. Pada waktu itu teologi Harnak, Darwin, Ritsche Albrecht, Schlelermacher mulai mempengaruhi dunia teologia. Dan hal ini melemahkan konsep penginjilan tradisi. Di konferensi Yerusalem teologia pelayanan diganti dengan posisi teologia pertobatan. Dan juga tidak bisa mengabaikan pengaruh teologia sinkritisme Hocking yaitu dosen Harvad. b. Konferensi Madras Salah satu tema yang mendatangkan pertobatan adalah tema mengenai hubungan agama Kristen dengan agama kafir dari H. Kreaemer. Dalam bukunya “The Christian Message in a Non-Christian World”. H. Kreaemer memandang bahwa Poin of Contact (titik pendekatan) sebagai Discontinuilty 17
  • 18. (ketidaksinambungan) dalam hubungan antara agama Kristen dan agama non-Kristen. Namun di dalam konferensi banyak wakil dari denominasi gereja lain yang protes, akhirnya konferensi mengakui nilai moral dan pengalaman agama kafir. Konferensi ini membahas mengenai dialog dengan agama lain yaitu bagaimana bisa menilai budaya non-cultural atau indigenization. Kemungkinan dialog dengan agama lain sudah membahas pintu baha agama Kristen bukan merupakan agama yang mutlak. Secara khusus konsep Larger Evangelism (penginjilan luas) mulai dipakai istilah ini pernah dipakai oleh John Motto. Konsep ini merupakan pemikiran “Perluasaan pengaruh agama Kristen di seluruh lingkungan manusia” . Di pihak gereja Reform yaitu J.H. Bavink mengakui perlunya pendekatan dalam penginjilan terhadap agama kafir, jika perlu dialog dengan agama kafir bisa dilakukan dengan memakai istilah “the silent work of God and Common Grace”. c. Konfereni Wellinggen 1952 Saat sesudah dan sebelum konferensi Welinggen dilaksanakan, merupakan situasi yang paling mengecewakan dan putus asa dalam sejarah penginjilan. Melalui adanya perang, benua China dan Korea menjadi negeri Komunis, sehingga badan misi yang terbesar CIM (China Inland Mission) ditarik dari ladang pelayanan dan kemudian tersebar di berbagai daerah di dunia ini dengan air mata dan kesedihan. 18
  • 19. Karena menyadari bahwa penginjilan agama Kristen menghadapi suatu pencobaan lagipula pada tahun 1948 dalam konferensi WCC yang pertama mulai dibahas tentang persatuan antara WCC and IMC dengan memberi pertanyaan mengenai hakekat PI dan gereja maka akhirnya timbul suatu pernyataan dalam sebuah tema yang berjudul “Kewajiban PI Gereja”. PI bukan merupakan salah satu fungsi gereja tetapi merupakan hakekat gereja mak antara PI dan gereja harus bersatu. d. Konferensi Gahna 1958 Dalam konferensi ini ada suatu keputusan. Yang pertama adalah mendirikan TEF (Theological Education Fund) yang bertujuan untuk menghasilkan banyak pemimpin gereja Negara ke-3 sambil meningkatan mutu pendidikan teologia. Yang kedua adalah keputusan untuk persatuan WCC dan IMC. Sekretaris IMC Newbegin menekankan hal itu dengan rumusan “gereja adalah PI” bahwa perpisahan PI dan gereja mengakibatkan gereja di daerah non-Kristen diasingkan (terisolir) secara internasional dan Negara menjadi suatu hambatan dari segi ekonomi dan administrasi, lagipula menjadi hambatan untuk gerakan oikumene. Namun banyak orang yang tidak setuju mengenai integrasi antara WCC dan IMC dengan alasan kehilangan kebebasan PI yang fleksibel. e. Konferensi New Delhy: Konggres WCC III Dalam konferensi ini pandangan teologia Hoekendlek yaitu Kerygma (penyataan), Koinonia (Persekutuan) dan Diakonia (pelayanan) menjadi 19
  • 20. pokok pandangan teologia PI WCC. Di dalam konferensi ini konsep universalism muncul dengan kalimat “Yesus berfirman kepada mereka (orang yang beragama lain) melalui kita, Yesus berbicara kepada kita melalui mereka”. Khususnya di konferensi New Delhy muncullah suatu pandangan teologia yang radikal yaitu Theology of Liberation (Theologia Pembebasan) dengan berdasarkan pada kitab Keluaran 6:9. Pandangan teologi ini menekankan bahwa penginjil pada zaman ini harus berani menghadapi penguasa, melibatkan dirinya dalam kehendak Allah serta mengikuti perjuangan untuk keadilan social seperti Musa. Inilah keselamatan yang sejati. Melalui pandangan ini konsep keselamatan antara gereja Liberal dan Konservatif semakin jauh. f. Konferensi Upsala 1968 Humaniza menjadi salah satu bahan pokok pembicaraan. Kemanusiaan baru merupakan tujuan PI. Menurut tema ini “penginjilan pada zaman dahulu tujuan PI lebih cenderung pada konsep bahwa manusia menghadap Allah daripada Allah menghadap manusia”. Sekarang persoalan yang paling penting adalah dalam PI terdapat manusia sejati, oleh karena itu perhatian gereja yang melaksanakan penginjilan yang sebenarnya adalah meletakkan manusia sebagai tujuan PI dalam Kristus. Konsep ini dipengaruhi oleh Shalom of Theologis dari Hoekendiek. Konsep ini menyebabkan gereja terlibat dalam masalah social, politik, ekonomi serta hak-hak asasi manusia. 20
  • 21. Missio De (P.I. Allah) menafsirkan bahwa konsep P.I yang bersifat apostolic berubah menjadi konsep pelayanan. Konsep ini lebih menonjolkan pelayanan social daripada penginjilan. Konsep ini menyebabkan WCC semakin dekat pada pelayan-pelayan social. Akhirnya konsep “Missio Dei” memberikan penafsiran baru mengenai sejarah dan dunia, khususnya pemilikan sikap yang lebih positif terhadap agama non- Kristen. hal itu membuat konsep dialog dengan agama Kristen lebih berkembang. Konferensi Upsala menghilangkan konsep keseimbangan vertical (hubungan dengan Allah) dan horizontal (hubungan dengan sesama manusia). g. Konferensi Bangkok 1973 Tema yang dibahas dalam konferensi ini adalah Salvation Today. Konsep ini menyajikan 4 sasaran: (1) Keselamatan adalah perjuangan eksploitasi terhadap manusia untuk mendirikan keadilan ekonomi social. (2) Keselamatan terwujud dalam perjuangan untuk membangun martabat manusia terhadap penindasan politik pada manusia. (3) Keselamatan terwujud dalam perjuangan untuk mempersatukan gerakan agar dapat mengatasi keterasingan antar umat manusia. (4) Keselamatan dilaksanakan dalam perjuangan untuk menjadi pengharapan yang berjuang terhadap keputusasaan dalam kehidupan manusia. 21
  • 22. Kesimpulan: Konferensi Bangkok menolak keselamatan Alkitab dan cenderung pada keselamatan social, politik serta ekonomi secara sepihak. Oleh karena itu PI tradisi Alkitabiah diganti dengan usaha yang mengubah struktur social dengan kata lain seluruh aktivitas manusia untuk keadilan adalah PI. h. Konferensi Nairobi 1975: Kongres WCC V Teologia pembebasan sangat menonjol dalam kongres tersebut. “Orang Kristen diberi perintah oleh Tuhan untuk berjuang agar mewujudkan kehendak Allah bagi kebebasan dan keadilan dalam masyarakat”. Dengan konsep ini semua isu, perpecahan suku, sexual, kemiskinan, kejahatan social politik dan kebersamaan merupakan factor yang harus diperhatikan dalam PI. Demikianlah pandangan teologia liberal mengenai PI, yang mengubah konsep oikumene yang Alkitabiah. Dalam setiap konferensi oikumene dunia, terlihat upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan oikumene yang sebenarnya, namun sering mengalami kegagalan karena adanya perbedaan pandangan yang berbau teologia liberal dan konservatif. Teologia Pembebasan (1) Praxia 22
  • 23. (2) Dependence Theory (3) Kontext: Text 2. Pandangan Theologis Injili (berdasarkan Theologia Misiologi 1960-1970) a. Konsili Berlin 1966 Pada tahun 1966 di Berlin pemimpin-pemimpin gereja dan seluruh dunia berkumpul. Dalam konsili ini dinyatakan kembali bahwa PI sedunia merupakan tujuan yang paling utama dalam Amanat Agung Tuhan Yesus. Mereka menunjukkan bahwa konsep PI tersebut memang melaksanakan tanggungjawab social dan mandate dari berbagai segi budaya. Tetapi di dalam PI bagaimanapun juga inti pemberitaan Injil harus menjadi yang utama. Dan dalam hal tugas yang melaksanakan tanggungjawab social dan budaya tersebut merupakan salah satu sisi dari Injil atau akibat dari perwujudan pemberitaan Injil. Tujuan konsep ini adalah untuk menjaga konsep PI tradisi dari kemungkinan adanya pengaruh dan bahaya yang bisa menimbulkan potensi konsep Missio Dei dan konsep kontekstualisasi yang ekstrim. Maksudnya ialah konsep kontekstualisasi yang ekstrim dan Mission Dei yang bisa membuat teologia missiologi menyimpang dari konsep PI melalui Amanat Agung di bumi secara tradisional. Jika meletakkan konsep kebenaran, Injil tradisi itu menjadi dasar mandate di bumi maka akan bisa menghadapi konsep PI liberal yaitu Missio 23
  • 24. Dei dan kontekstualisasi yang ekstrim tersebut bahkan bisa juga merangkul kedua konsep tersebut. Oleh karena itu konsili Berlin merupakan konsili yang menyajikan pengarahan yang penting dalam misiologi bagi kaum Injili. b. Konferensi Loussane 1974 Setelah konsili Berlin tahun 1966, konsili yang sekali lagi mempengaruhi kalangan Injili adalah konsili Lousane. Memang konsili ini diadakan dengan tujuan yang sama dengan konsili Berlin dan pengaruh dua pemimpin PI. Oleh karena itu pengaruh tersebut tertuju pada arah teologi Misiologi. John Stoot merupakan salah seorang tokoh yang sangat mempengaruhi konsep PI kalangan injil. Menurutnya titik tujuan PI adalah penyebaran Injil, tanggung jawab terhadap social merupakan akibat dari penyebaran injil pada waktu konsili Berlin. Tetapi lebih luas, penyebaran Injil mengandung konsep penginjilan dan tanggungjawab social. Pandangan ini didasarkan pada Yohanes 20:23. Dan kemudian seorang tokoh yang sangat mempengaruhi teologi PI, adalah Donald McGavran. Dia memberi pengaruh pada proses pembentukan teologi PI. Injili dari sisi dimensi lain. Dia mempertahankan pernyataan Berlin dan Lousane serta berperan mengikat penginjialan dengan budaya. Dia menyebutnya sebagai teologia pertumbuhan gereja jika konsili Berlin menekankan penginjilan, konsili Lousane menekankan penginjilan dan budaya dengan mempertimbangkan budaya seperti misalnya dalam berbagai variasi budaya yang bersifat mozaik dan pengembangan metode penginjilan. 24
  • 25. Hal ini sangat mempengaruhi seluruh kalangan ilmu misiologi sebagai sebutan Teologia Pertumbuhan Gereja. Dengan singkat, teologia ini menekankan konsep penginjilan tradisi dan metode penginjilan yang harus nampak sesuai dengan budaya setempat. Sebagai akibat dari itu gereja bertumbuh. Pengaruh dua orang tersebut di Lousane teologia misiologi Injili nampak dengan bentuk baru yaitu penginjilan, tanggungjawab social adan pertimbangan budaya setempat. Pengaruh metode ini sampai awal tahun 1990, kemudian setelah memasuki tahun 1990 banyak metode dan evaluasi buku yang dikembangkan dari konsep teologia tersebut. c. Arah PI setelah McGavran. Setelah McGravan, ada lagi gerakan yang menutupi kekuarangan dan metode PI persatuan budaya dan penginjilan. Jika penginjilan dihubungkan dengan factor budaya setempat maka dari sisi lain ada juga kebaikannya karena penginjilan bisa diilmiahkan. Namun metode penginjilan terlalu berfokus pada hal ilmiah, maka unsur kekuatan (Dynamic) berkurang dalam penginjilan. Terhadap masalah ini sebagai solusi muncullah beberapa teori PI, misalkan Christianity With Power dari Craft, sedangkan :Sings and Wonder” dari John Wimber dan “Power Encounter” dari Peter Wagner. Masalah hubungan penginjilan dan tanggungjawab social masih timbul sampai sekarang. Akan tetapi pihak kaum Injili tidak bisa menghindari tanggungjawab social dari penginjilan. Dan juga akhir-akhir ini dari pihak WCC (gerakan Oikumene) ada gerakan yang ingin kembali kepada PI tradisi. 25
  • 26. Dahulunya kaum dunia mulai berubah menjadi PI holistic yaitu jiwa dan jasmani manusia. Namun pihak WCC tetap mempertahankan PI. Allah terus difokuskan pada Mission Dei yaitu perhatian terhadap unsur ketidakmanusiawian dan kecemaran bumi serta masalah social dan politik. Sebagai kesimpulan sampai sekarang gerakan oikumene tradisi masih sulit terwujud karena dua kalangan yaitu kalangan Lousane dan gerakan WCC dan konsep Oikumene memiliki pandangan yang berbeda karena pandangan PI. 26
  • 27. III GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA A. DEWAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA Salah satu bentuk gerakan oikumene di Indonesia adalah hadirnya DGI di tengah- tengah gereja yang majemuk (beraneka ragam denominasi). Gagasan dasar pembentukan DGI itu didorong oleh motivasi teologis bahwa “perlu dilakukan musyawarah dan koordinasi dari gereja-gereja melalui suatu dewan yang dibentuk oleh gereja-gereja itu sendiri” dan bahwa “kesatuan gereja-gereja di Indonesia adalah suatu keharusan”. Akhirnya pada tahun 1948 terbentuklah panitia perancang persiapan DGI di Jakarta. Dalam sidangnya di bulan November 1949, panitia ini bermufakat bahwa DGI akan menjadi jembatan menuju kepada keesaan gereja- gereja. Kesepakatan ini terbuka bagi penafsiran dan pemahaman bagaimana mencapai tujuan tersebut, tetapi tidak dalam arti “membentuk satu gereja super”. (Bandingkan dengan Dewan Gereja-gereja sedunia). Pada tanggal 25 Mei 1950 pukul 12.00 WIB di Jakarta, sesuai dengan notulen, konferensi pembentukan DGI berhasil mendirikan DGI. Konferensi pembentukan DGI itu juga merupakan konferensi sekaligus sidang raya I DGI. Tujuan DGI adalah untuk membentuk gereja Kristen yang Esa di Indonesia, isi dan rumusan tentang usaha-usaha mencapai tujuan DGI tersebut cukup lama dipersoalkan dalam sidang raya I DGI. 27
  • 28. Nama DGI akhirnya berubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada tahun1984 dalam keputusan sidang raya DGI-X di Ambon. 1. Latar Belakang Salah satu maksud pendirian DGI adalah dalam rangka membentuk gereja Kristen yang esa di Indonesia. Hal ini didorong oleh semakin meresapnya jiwa oikumenis sebagai ungkapan dari pemahaman sikap teologis baru, yakni: bersama-sama selaku satu gereja menjalankan tugas missioner dan diaconal dari gereja yang esa di Indonesia. Dalam buku “Dua puluh lima tahun DGI”, Dr. TB Simatupang menunjuk pada lima jenis pengaruh yang nyata dalam sejarah pembentukan DGI. Kelima jenis pengaruh tersebut sebagai berikut: a. Alkitab (Yohanes 17:21) dan pengakuan iman (Kredo) b. Nasionalisme di Indonesia dan pasca perang Dunia II c. Pengalaman pemuda Kristen dalam Christianity Student Vereninging (CSV: perhimpunan mahasiswa-mahasiswa Kristen) dan pada sekolah Theologia Tinggi (sekarang Sekolah Tinggi Theologia) di Jakarta. d. Pengalaman pada masa Jepang e. Pengaruh gerakan oikumenis dari luar (IMG, WSCF, DGD) dan pengaruh para tokoh di kalangan pekabaran injil. 2. Pembentukan DGI 28
  • 29. Konferensi gereja-gereja di Indonesia yang disebut konferensi persiapan pembentukan dewan gereja-gereja di Indonesia berlangsung tanggal 6-13 November 1949. Konferensi ini sangat penting, karena merupakan langkah untuk menentukan persiapan gereja-gereja di Indonesia memasuki zaman baru dalam sejarah bangsa dan sejarah gereja. Gereja-gereja yang hadir dalam konferensi tersebut menyatakan pengakuan bahwa perpisahan dan perpecahan berarti ketidaktaatan kepada kehendak Allah untuk menyatkaan keesaan gereja selaku tubuh Kristus. Konferensi pembentukan DGI berlangsung di STT Jakarta, pada tanggal 21-28 Mei 1950. Pada tanggal 25 Mei 1950, bertepatan dengan hari raya Pentakosta, mereka yang hadir menanyakan berdirinya DGI. “Kami anggota-anggota konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, mengumumkan dengan ini, bahwa sekarang dewan gereja-gereja di Indonesia telah didirikan, sebagai tempat permusyawaratan dan usaha bersama dari gereja-gereja di Indonesia menuju kepada keesaan gereja-gereja di Indonesia, seperti termaktup dalam anggaran dasar dewan gereja-gereja di Indonesia, yang telah ditetapkan oleh sidang pada tanggal 25 Mei 1950. 3. Keunikan DGI Bila dibandingkan dengan Dewan Gereja Nasional yang terdapat di Negara- negara lain, DGI memiliki keunikan dan memiliki tujuan yang tegas dan jelas yakni: pembentukan gereja yang esa di Indonesia. Dengan demikian keanggotaannya jelas hanya diperuntukkan bagi gereja saja, yang berarti tidak 29
  • 30. menerima organisasi maupun badan atau yayasan Kristen lain sebagai anggotanya. Untuk mencapai tujuan tersebut para anggota DGI dapat melakukan musyawarah dan usaha bersama, bekerjasama. Keunikan itu didasarkan pada doa Tuhan Yesus supaya mereka semua menjadi satu ….supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yohanes 17:21). 4. Usaha-usaha DGI a. Meningkatkan kesadaran dan penghayatan warga jemaat untuk lebih menempatkan persekutuan dalam kesatuan Roh (Ef 4:3) dengan mengadakan kebaktian dan perjamuan kudus bersama. b. Meningkatkan kebersamaan dalam pelayanan dan kesaksian (Kis 2:42). c. Meningkakan rasa persaudaraan dan sikap tolong menolong (Gal 6:2). Usaha-usaha tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok tugas bersama (PTPB), yang ditetapkan dalam setiap sidang raya untuk dilaksanakan bersama-sama, dengan melihat seluruh Indonesia sebagai wilayah pelayanan dan kesaksian bersama. 5. Keanggotaan DGI a. Gereja di Indonesia, yaitu gereja yang berkedudukan di Indonesia dan mempunyai tata cara gereja sendiri. 30
  • 31. b. Mempunyai anggota dewasa yang sudah dibaptis/sidi sekurang-kurangnya 2000 orang. c. Menunjukkan kerjasama yang baik dengan gereja-gereja tetangganya d. Menyatakan persetujuannya secara tertulis terhadap tata dasar PGI serta kesediaannya untuk melaksanakan semua hak dan kewajibannya sebagai gereja dengan sungguh-sungguh. e. Mencantumkan keterangan “Anggota PGI” di belakang namanya. 6. Hak dan Kewajiban DGI a. Kemandirian dan karunia masing-masing anggota gereja dihormati sepenuhnya dalam rangka persekutuan dan kekeluargaan di antara gereja- gereja anggota. b. Gereja anggota bertanggungjawab terhadap keputusan-keputusan yang telah disepakati bersama dan berkewajiban untuk melaksanakannya. c. Urusan dalam masing-masing gereja anggota hendaknya tidak dicampuri oleh siapapun juga yaitu campur tangan dari pihak lain di luar kemauan gereja anggota yang bersangkutan. d. Gereja-gereja anggota membuka diri untuk menerima pelayaan dari alat-alat kelengkapan PGI dan dari gereja-gereja anggota lain. e. Gereja anggota menempatkan pelaksanaan tugas panggilannya dalam rangka pelaksanaan PTPB. 31
  • 32. f. Gereja anggota Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) di Indonesia dan melaksanakan Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima (PSMSM) g. Gereja anggota memberikan sumbangan yang sepadan dengan anugerah yang diterimanya dalam usaha untuk mencapai kemandirian di bidang teologis, daya dan dana bagi semua gereja dan untuk membiayai pelaksanaan keputusan bersama. 7. Pengorganisasian DGI Pada sidang raya I DGI, pembahasan lebih dititikberatkan pada masalah- masalah organisatoris, untuk menyelesaikan apa yang telah dikerjakan oleh Panitia Konferensi Persiapan tanggal 6-13 November 1949 itu. a. Anggaran Dasar Pada sidang raya I DGI, telah disahkan Anggaran Dasar (AD) yang kemudian menjadi salah satu alat organisasinya. Selain AD disahkan dan diterima pula Anggaran Rumah Tangga (ART), yang menjadi acuan operasional DGI. b. Perlengkapan Selaras dengan AD DGI pasal 6, di dalam tubuh DGI dikenal adanya sidang- sidang dan badan-badan sebagai berikut: 1) Sidang Raya adalah: a) Sidang dari para utusan seluruh anggota DGI 32
  • 33. b) Badan tertinggi dalam struktur DGI c) Mempunyai hak untuk menelorkan keputusan-keputusan yang prinsipil, misalnya: i) Hak-hk untuk menempatkan dan mengangkat badan pekerja ii) Melakukan perubahan/penambahan AD iii) Pembubaran DGI dan lain-lain 2) Badan Pekerja adalah: a) Anggotanya dipilih dan diangkat oleh SR DGI b) Memiliki masa kerja tertentu c) Tugasnya: menjalankan keputusan-keputusan SR DGI i) Menyiapkan bahan/usulan untuk sidang berikutnya ii) Menyiapkan konsep anggaran belanja DGI iii) Melaporkan/mempertanggungjawabkan hal-hal tersebut pada sidang berikutnya. d) Bertugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui BPH-nya e) Sehubungan dengan tugas menjalankan kepemimpinan DGI melalui BPH-nya maka berhak mengangkat pihak-pihak tertentu dalam rangka mendukung pelaksanaan tugasnya. 33
  • 34. Sejak SR III DGI (di Jakarta 8-17 Juli 1956) dikenal badan pekerja lengkap (BPL), mengingat semakin berat dan meluasnya tugas yang diembannya. Sehingga dikenal adanya BPL dan Badan Pekerja Harian (BPH). 3) Badan-badan lainnya adalah: a) Komisi-komisi, panitia-panitia dll b) Diangkat oleh SR DGI untuk mengemban tugas khusus c) Mempertanggungjawabkn segala pekerjaannya kepada SR DGI 4) Lembaga DGI adalah: a) Sebuah kapal, tersalib yang tengah berlayar di seluruh perairan dunia dengan muatan Iman – Persekutuan – Pengharapan. b) Artinya: kapal oikumenika yang di tengah-tengahnya tertanam salib itu mengingatkan tentang kapal yang dipergunakan oleh Tuhan Yesus beserta para murid-Nya di tasik Galilea. 8. Sidang-sidang Raya DGI/PGI Sampai dengan tahun 1995 DGI telah mengadakan Sidang Raya sebanyak 12 kali. Beberapa sidang raya tersebut (kecuali SR I DGI), biasanya menggunakan tema-tema tertentu yang dijadikan arahan bagi setiap SRl; dilakukan berdasarkan pertimbangan yang masak. Karena tema-tema yang dipakai biasanya dihubungkan dengan konteks pergumulan gereja-gereja dan 34
  • 35. masyarakat di Indonesia dan di dunia; selain itu tentunya juga dikaitkan dengan kehidupan oikumene itu sendiri. No URUTAN SIDANG RAYA TANGGAL TEMPAT 1 Sidang Lengkap I (pembentukan DGI) 21-28 Mei 1950 Jakarta 2 Sidang Lengkap II DGI 20-30 Juni 1953 Jakarta 3 Sidang Lengkap IIi DGI 8-17 Juli 1956 Jakarta 4 Sidang Lengkap IV DGI 3-13 Juli 1960 Jakarta 5 Sidang Lengkap V DGI 3-14 Mei 1964 Jakarta 6 Sidang Lengkap VI DGI 29 Okt-8 Nov 1967 Makasar 7 Sidang Raya VII DGI 18-28 April 1971 Pematang Siantar 8 Sidang Raya VIII DGI 1-12 Juli 1976 Salatiga 9 Sidang Raya XI DGI 19-31 Juli 1980 Tomohon 10 Sidang Raya X DGI 21-31 Okt 1984 Ambon 11 Sidang Raya XI DGI 23-30 Okt 1994 Jayapura B. DEWAN GEREJA-GEREJA WILAYAH Sebetulnya, sebelum DGI dibentuk ada badan-badan berupa Dewan Gereja-gereja Wilayah, yang berperanan penting di dalam pembentukan DGI. Badan-badan gereja wilayah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Badan Permusyawaratan gereja-gereja di Indonesia (DPG), Yogyakarta 2. Majelis Usaha Kristen di Indonesia Timur, tahun 1947 di Malino Sulawesi 3. Dewan gereja-gereja Kristen Tiong Hoa di Indonesia (DGTI), tahun 1948 di Bandung. 4. Dewan Kristen di Sumatra, tahun 1949 di Medan. 35
  • 36. Tetapi anehnya, sejak terbentuknya DGI selama 15 tahun (1950-1964) badan-badan tersebut tidak lagi memiliki peranan yang berarti. Hal tersebut diakibatkan oleh kenyataan bahwa daerah di mana badan-badan tersebut beroperasi, tidak terdapat pertentangan oikumenis tingkat wilayah yang berarti. Penyebabnya antara lain, karena perhatian gereja-gereja anggota DGI dalam hubungannya dengan keesaan lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang dilakukan pada lingkup nasional melalui wadah DGI. Disamping itu, perkembangan politik, ekonomi dan lain-lainnya yang bersifat nasional, seolah-olah menuntut supaya DGI lebih bdaripada badan- badan tersebut. Namun setelah tahun 1964, dirasakan kembali perlu adanya badan-badan daerah yang kemudian dikenal sebagai Dewan Gereja-gereja Wilayah, yang ditempatkan di beberapa daerah di Indonesia. 1. Pembentukan Dewan Gereja-gereja Wilayah: Pada tanggal 24 Agustus 1964 Badan Pekerja Harian DGI menunjuk 10 gereja di 10 wilayah untuk bertindak selaku pengundang pertemuan dalam rangka pembentukan Dewan Gereja-gereja Wilayah (DGIW), sehingga diharapkan dapat terbentuk DG di wilayah-wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi Utara – Tengah, Sulawesi Tenggara – Selatan, Jawa Barat (dan Jakarta Raya), Jatim- Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Barat. Di kemudian hari setelah terbentuknya beberapa DGW yang direncanakan itu hanya sedikit dari jumlah tersebut yang aktif melakukan fungsinya dengan semestinya. 2. Hakekat dan Wujud DGW 36
  • 37. Karena tugas DGW adalah untuk memperkuat DGI dalam mencapai keesaan gereja-gereja di Indonesia, maka DG dapat dianggap sebagai cabang BPH DGI, meskipun pembentukan dan kegiatannya adalah menjadi tanggungjawab dari gereja-gereja di wilayah masing-masing. Sifat dualistis DGW inilah yang mengakibatkan DGW-DGW kurang dapat memperkuat keesaan dari gereja- gereja (tujuan DGI) di Indonesia. Bertolak dari kenyataan itu, maka dalam SR VII DGI di Pematang Siantar ditegaskan kembali bahwa tugas DGW adalah menjadi alat gereja-gereja untuk menyatakan keesaan gereja di suatu wilayah. Dengan demikiansifat dualistis yang ada dapat dihilangkan. Tugas DGW diuraikan dalam kegiatan-kegiatan yang berupa: a. Penyelenggaraan musyawarah-musyawarah untuk gereja-gereja b. Membantu gereja-gereja melakukan usaha-usaha yang direncanakan c. Menciptakan kemungkinan bagi gereja-gereja sewilayah untuk melakukan usaha bersama dalam melaksanakan misi gereja masing-masing. d. Membantu BPL dan BPH DGI dalam menjalankan keputusan-keputusan yang diambil oleh SR DGI. Sejak DGI berganti nama menjadi PGI, maka DGW pun ikut berganti nama dengan sendirinya dan kita lebih dikenal sebagai PGI wilayah. 37
  • 38. C. LIMA DOKUMEN KEESAAN GEREJA (LDKG) 1. Latar Belakag Penetapan LDKGP Setelah sidang raya IX di Tomohon 1980, DGI merumuskan lima dokumen yang harus menjadi pegangan untuk gereja yang esa, yang pada waktu itu akan dibentuk di Indonesia pada SR X di Ambon 1984. Konsep-konsep disusun oleh DGI dan dikirim kepada gereja-gereja anggota untuk dibicarakan. Selanjutnya, sidang BPL-DGI di Rantepoa 1983 menetapkan naskah dari konsep-konsep tersebut untuk sidang raya DGI di Ambon. Konsep-konsep itu dibahas gereja- gereja anggota DGI dalam konsultasi-konsultasi wilayah. Akhirnya dokumen- dokumen itu diterima di dalam sidang raya X DGI di Ambon 1984. 2. Penjelasan Isi LDKG diterima secara sah dalam SR PGI X di Ambon, yakni: a. Pokok-pokok tugas panggilan bersama (PTPB) 1984-1989, semacam GBHN untuk PGI, di dalamnya apa yang harus dikerjakan oleh gereja-gereja selama periode 1984-1969. b. Pemahaman Bersama Iman Kristen di Indonesia (PBIKI), suatu pengakuan iman yang menggantikan pemahaman bersama dari tahun 1967 (yang tidak pernah diterima secara resmi). c. Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima (PSMSM) di antara gereja- gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, semacam BEM untuk gereja-gereja anggota PGI dengan perbedaan bahwa PSMSM lebih 38
  • 39. singkat dan lebih kongkrit dari pada BEM, karena mengatur, saling mengakui secara praktis dan tidak hendak mendalami masalah-masalah teologis berkaitan dengan saling menerima. d. Tata Dasar Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia yang menggantikan tata dasar lama. Mencantumkan nama yang baru untuk dewan gereja-gereja di Indonesia dan mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan undang- undang bagi organisasi-organisasi masa (ormas). e. Kemandirian teologi, daya dan dana secara khusus membahas masalah pendewasaan gereja-gereja di Indonesia (band Ef. 4:13), supaya gereja- gereja di Indonesia dapat bebas dari ketergantungan pada gereja-gereja luar negeri dalam soal pembiayaan dan dalam soal teologi. Gereja-gereja di Indonesia diharapkan dapat mempergunakan dan mengembangkan daya anggota-anggota gereja sendiri. Pembahasan selanjutnya dapat disimak dalam buku Menuju Keesaan Gereja, oleh Christian de Jonge (BPK Gunung Mulia, 1990) halaman 126-132. Buku yang membahas LDKG secara terperinci adalah dalam kemantapan Kebersamaan Menapaki Dekade Penuh Harapan PGI, (BPK Gunung Mulia, 1991). D. KELOMPOK-KELOMPOK GEREJAWI DI INDONESIA 39
  • 40. 1. Mengenal Kehadiran Aliran-aliran Gerejawi di Indonesia. Kata “aliran” dalam konteks gerejawi, biasanya disamakan dengan kata “sekte” atau “denominasi". Di Indonesia banyak dijumpai alirang gerejawi yang berasal dari luar Indonesia, hal ini disebabkan karena agama asli orang Indonesia adalah agama suku. Bersamaan dengan kedatangan bangsa-bangsa lain ke Indonesia, maka secara tidak langsung budaya dan agama masuk bersama- sama dengan para pendatang tersebut. Secara singkat dapat disebutkan contoh-contoh alirang gereja yang ada di Indonesia sebagai berikut: a. Calvinis (GKI, GKJ, dll) b. Lutheran (HKBP) c. Methodis (Gereja Methodis/Wesleyan) d. Baptis (GBI, PIBI, KGBI, Baptis Independent) e. Advent (Gereja Advent Hari Ketujuh) f. Salvation Army (Bala Keselamatan) g. Pantekosta (GPDI, GPPS, GDP, GSJA, dll) h. Bethel (GBI, GBT, dll) i. Kharismatis (gereja-gereja/persekutuan dengan nama baru) 2. Wadah/Organisasi Gerejawi di Indonesia 40
  • 41. Selain PGI, rupanya terdapat dua buah wadah lain (di lingkungan Gereja Kristen) yang bersifat nasional seperti PGI, yakni: Persekutuan Injili Indonesia (PII) dan Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) serta satu buah lagi di lingkungan gereja Katolik, yakni: KWI (Konferensi Waligereja Indonesia). PGI dengan tujuannya menguasahakan keesaan gereja-gereja di Indonesia, membuka diri untuk melakukan hubungan dan kerjasama mereka. Dengan demikian, adanya prasangka dari masing-masing pihak perlu dilukis secara bijaksana. Diharapkan perlu saling menjaga, agar diantara wadah-wadah gerejawi (PGI, PII, DPI dan KWI) tidak terjadi perpecahan. Di bawah ini akan dibahas satu persatu. 3. Persekutuan Injili Indonesia (PII) PII didirikan pada tahun 1971, di Jakarta. Pada hakekatnya PII merupakan persekutuan dari orang-orang, badan-badan dan gereja-gereja yang berpaham Injili (evangelical), yang ingin menghayati hubungan dan kerjasama di dalamnya. PII adalah lembaga gerejawi yang bersifat interdenominasional. Anggota PII yang berupa organisasi gereja ada yang menjadi anggota PGI sekaligus, misalnya Gereja Bethel Indonesia (GBI), GPPS, GIA, GBIS dll. Di dalam beberapa hal, PII sudah menjalin hubungan kerjasama dengan pihak PGI, misalnya dalam kegiatan penataran/up grading pendeta. a. Tujuan 1) Menggalang persekutuan sebagai perwujudan organism yang hidup sebagai Tubuh Kristus yang kudus dan am. 41
  • 42. 2) Mendorong usaha-usaha pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja, lembaga-lembaga gerejawi dan badan-badan misi Injil b. Usaha-usaha yang dilakukan 1) Memajukan pekabaran Injil dengan cara membantu anggota-anggota PII dalam pelayanan di bidang penginjilan, pendidikan teologi dan pendidikan umu, pelayanan social, kesehatan dan pengembangan masyarakat, pelayanan komunikasi masa, pelayanan kategorial misalnya wanita, pemuda, mahasiswa, anak-anak, golongan professional dll. 2) Membela dan meneguhkan berita Injil dengan cara memelihara kemurnia asas Injili 3) Mewujudkan persekutuan dan pelayanan dalam terang Tuhan dengan cara mengintensifkan komunikasi serta meningkatan moral dalam rangka koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam rangka koordinasi, integrasi dan sinkronisasi usaha-usaha elayanan anggota-anggota PII. 4) Membantu pemerintah dalam usaha menyukseskan pembangunan nasional. 5) Menjalin kerjasama internasional dalam bidang penginjilan, pendidikan dan pelayanan masyarakat. c. Pengakuan Iman 42
  • 43. Sebagai persekutuan yang terpanggil untuk bersekutu dan memberitakan Injil, kami percaya bahwa: 1) Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan tanpa salah dan merupakan otoritas tertinggi dalam segala segi kehidupan manusia. 2) Allah adalah Esa yang keberadaanNya kekal di dalam tiga oknum, Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. 3) Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, lahir dari anak dara Maria, suci, sempurna tanpa dosa. Ia mati sebagai penebus, dikuburkan, bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan akan datang kembali dalam kuasa dan kemuliaan. 4) Roh Kudus memeteraikan orang-orang beriman menjadi anak-anak Allah dan memimpin mereka untuk hidup suci dan mampu bersaksi bagi Tuhan Yesus Kristus. 5) Keselamatan manusia diperoleh hanya oleh iman pada penebusan darah Yesus Kristus melalui pekerjaan oleh Roh Kudus. 6) Persekutuan orang-orang beriman sebagai Tubuh Kristus merupakan perwujudan Gereja yang Kudus dan Am. 7) Kebangkitan berlaku bagi semua orang mati, bagi yang percaya mendapat hidup kekal dan bagi yang tidak percaya kebinasaan kekal. 43
  • 44. d. Hubungan dan Kepentingannya 1) Dengan Pemerintah a) PII berfungsi untuk menyalurkan aspirasi kaum Injili Indonesia kepada pemerintah RI. b) PII berfungsi untuk menyalurkan harapan dan penyampaian informasi dari pemerintah kepada anggota-anggota PII c) PII berfungsi memberikan sumbangan gagasan-gagasan kepada pemerintah dalam rangka kerukunan antar umat beragama. 2) Dengan Gereja a) PP-PII dapat menjalin hubungan kerjasama dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga gerejawi yang bukan anggota PII. b) PP-PII membantu menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di antara sesama anggota PII dengan gereja-gereja dan lembaga- lembaga gerejawi lainnya. 3) Dengan Dunia Internasional a) PII berfungsi untuk menyalurkan aspirasi kaum Injili Indonesia kepada dunia internasional b) PII berfungsi membantu para anggotanya dalam rangka kerjasama dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga gerejwai secara internasional. 44
  • 45. c) PP-PII mewakili PII dalam memberikan saran dan rekomendasi badan-badan misi Injili dari luar negeri yang akan melayani. d) PII adalah anggota World Evangelical Fellowship, Community Evangelization dan Evangelical of Asia (Agustus 1982). 4. Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) DPI yang didirikan pada tahun 1979 di Surabaya, merupakan lembaga koordinatif dari gereja-gereja yang berpaham Pantekosta. DPI belum menunjukkan bentuk kerjasama dengan PGI. a. Tujuan 1) Memupuk kerjasama antar gereja yang beraliran Pantekosta 2) Membina kerjasam antara para pendeta gereja Pantekosta seluruh Indonesia. b. Keanggotaan: anggotanya meliputi 37 gereja c. Sejarah ringkat 1) Atas prakarsa pengurus pusat GPDI (Pdt. Lesnussa Lumoindong, RM Suprapto) kira-kira 1961 didirikanlah Dewan Kerjasama Gereja-gereja Aliran Pantekosta di Bandung, dengan ketua-ketuanya, Pdt. Lesnussa dan Pdt. Korompis (Bandung) dan Sekretarisnya adalah (alm) Gideon Sutrisno 2) Tahun 1970 Pdt. Lesnuss meninggal dunia 45
  • 46. 3) Setelah tahun 1970, Dewan Kerjasama Gereja-gereja Aliran Pantekosta menggabungkan diri dengan Goikar. 4) Tahun 1976 Pdt. Bolan (anggota MPR) selaku ketua GPDI memprakarsai persekutuan Pantekosta Indonesia (PII) 5) Tahun 1978, PPI dan Dewan Kerjasama bergabung dengan nama Persekutuan Pantekosta Indonesia dan diresmikan tahun 1979 di Surabaya oleh Mentri Agama RI Bp. Alamsyah Ratu PN 6) Beberapa anggota keluar dengan alasan tidak mau ikut berpolitik 7) Secretariat sekarang di Jl. Prof Dr. Supomo 47 Jakarta. 5. KESIMPULAN TENTANG GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA a. Muncul dan perkembangan Gerakan Oikumene di Indonesia diilhami oleh gerakan Oikumene di bagian dunia lain yang merupakan tempat asal pembawa agama-agama Kristen ke Indonesia, yakni Eropa. b. Gerakan Oikumene di Indonesia sebenarnya diawali oleh kegiatan perorangan Kristen dari berbagai bidang kehidupan dan baru melibatkan Gereja sebagai lembaga. Pola gerak yang serupa terlihat di Eropa. c. Dengan adanya oikumene di Indonesia dalam diri: 1) PGI dengan 54 anggota gereja 46
  • 47. 2) PII dengan anggota yang terdiri dari a) 29 organisasi gereja b) 48 Yayasan c) 15 Sekolah-sekolah Teologia d) 9 orang (kelompok pribadi) 3) DPI dengan 37 buah gereja Menunjukkan adanya intensivitas gerak lembaga oikumenis di Indonesia sehingga praktis semua umat Kristen melalui Gereja Protestan sudah diwadahii di dalamnya. d. Kebhinekaan sifat anggota di dalam lembaga gerakan oikumene itu menunjukkan kesungguhan pengurus masing-masing lembaga untuk mengikat dan mendukung segala potensi yang ada. e. Persamaan tujuan pokok ketiga lembaga gerakan oikumenis itu menunjukkan homogenitas dan kesatuan gerakan oikumenis di Indonesia. 6. HUBUNGAN OIKUMENE DENGAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA a. Pada umumnya ungkapan “persatuan dan kesatuan bangsa” itu diucapkan dalam satu frasa sehingga sudah menyerupai sebuah ungkapan yang utuh (tidak terpisah-pisah) 47
  • 48. b. Apabila kesatuan itu sudah merupakan keesaan, kemanunggalan sesuatu ke dalam satu unit dan menunjukkan suatu sifat yang tetap maka persatuaan merupakan penggabungan atau kumpulan menjadi satu serta proses menyatunya dari beberapa bagian. c. Heterogenitas bangsa Indonesia dalam berbagai hal (suku, bahasa daerah, kebiasaan, dll) mudah terpecah-pecah apabila semangat kesatuan dan persatuan tidak menjiwainya. Pada dasarnya, oikumene sebagai sikap mental menunjukkan adanya kesadaran mengenai kesatuan Gereja yang menunjang pengembangan “persatuan dan kesatuan bangsa.” d. Semangat oikumenis yang selalu berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera merupakan proses social yang asosiatif di dalam hidup bermasyarakat dan merupakan hal yang positif bagi pembinaan bangsa yang sedang membangun. 7. HUBUNGAN OIKUMENE DENGAN PAK a. PAK dalam rumusan DGI adalah “mengajak”, membantu menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus sehingga dengan pimpinan Roh Kudus, ia datang ke dalam persekutuan dengan Tuhan. b. Sebagai tenaga teknis di bidangnya, pendidikan dalam PAK harus memiliki kemampuan/penguasaan teknis untuk menjalankan fungsinya apabila ia ingin berhasil dalam tugasnya. 48
  • 49. c. Dalam rumusan di atas terlihat bahwa pendidik di bidang PAK sebenarnya menjalankan tug/misi gereja sehingga ia tidkmungkin memberikan sesuatu kepada orang lan yang tidak dimilikinya termasuk sikap mental/rohani yang oikumenis. 8. DAFTAR ANGGOTA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) 49
  • 50. IV KESATUAN GEREJA YANG ALKITABIAH Seperti telah dikatakan baha tujuan gerakan oikumenis yang dikehendaki oleh semua kalangan semakin jauh dari tujuan oikumenis yang Alkitabiah karena perbedaan teologia dalam PI. Sampai sekarang dua gerakan oikumene yaitu kaum WCC dan kaum Injili masih memiliki pandangan yang berbeda terhadap konsep oikumene. Kaum WCC terus berusaha untuk mewujudkan oikumene dengan mempertahankan konsep PI yang berhubungan dengan humanism yaitu memulihkan manusia secara jasmani. Kaum WCC ingin mempersatukan gereja di bumi dengan pandangan sekuler dan gereja Tuhan dianggap sebagai gereja bagian di dunia. Gereja harus menghadapi diri di dunia social, politik, ekonomi dan setiap kebutuhan umat manusia, dengan kata lain tujuan oikumene bisa terwujud jika seluruh gereja Tuhan menjadi satu dalam pandangan tersebut. Oleh karena itu sampai sekarang kaum WCC mempertahankan pandangan oikumene tersebut dan menentang pandangan oikumene kaum Injili yang dianggap kurang memperhatikan factor humanism. Memang ada upaya untuk menjalin kerjasama antara denominasi gereja dan kaum Injili. Mereka sudah mulai memperhatikan factor kebutuhan jasmani manusia yaitu kebutuhan social dan politik. Dengan kata lain konsep keselamatan manusia secara total (Holistik) mulai diperhatikan. Sementara dari pihak WCC juga ada suatu upaya yang ingin melepaskan diri dari pandangan oikumene yang selama ini sering dikritik oleh pihak Injili serta banyak denominasi gereja yang pernah menjadi anggota WCC mulai meninggalkannya. 50
  • 51. Tuhan menghendaki gereja-Nya menjadi satu, untuk itu semua gereja dipanggil oleh Tuhan. Oleh sebab itu tujuan oikumene merupakan suatu amanat Tuhan yang tidak bisa dihindari oleh gereja Tuhan. Semua gereja Tuhan harus berusaha untuk menciptakan kesatuan melalui gerakan oikumene, akan tetapi ada beberapa factor yang harus didasarkan untuk mewujudkan oikumene tersebut. A. WIBAWA DAN INSPIRASI ALKITAB YANG MUTLAK Allah tidak membiarkan umat manusia mengabaikan dan mencurigai hakekat kebenaran yang kekal tentang adanya manusia, dosa, keselamatan, kebinasaan abadi, keselamatan abadi, etika moral, kehendak bebas, penyembahan berhala dan hawa nafsu. Untuk itu Allah memberi wahyu yang nyata dan itu dikatakan sebagai wahyu khusus. Wahyu ini dikandung dalam Alkitab. Kehendak Allah yang kudus diwahyukan kepada para penulis Alkitab yang diilhami Roh Kudus. Dia adalah Allah yang menciptakan seluruh isi langit dan bumi, Ia sebagai Allah yang setia dan yang kekal. Dalam seluruh tindakan-Nya memiliki kasih, keadilan dan kesempurnaan. Ia berada sebagai Allah Bapa, Allah Anak serta Allah Roh Kudus. Allah telah berfirman melalui Firman-Nya dengan hikmat, tindakan dan karya-Nya yang agung serta kepribadian Yesus Kristus. Inkarnasi Yesus Kristus merupakan suatu karya yang ilahi dan supernatural yang mewujudkan kehendak Allah. Allah menyatakan Diri-Nya melalui Yesus Kristus dan Yesus tidak berubah dari kemarin, sekarang dan sampai selama-lamanya. Oleh sebab itu kebenaran Allah tidak berubah dari zaman ke zaman. Memang penerapan 51
  • 52. kebenaran Firman Tuhan berlaku di dalam suatu situasi yang khusus dan pasti ada perubahannya, akan tetapi kebenaran Firman itu tidak bisa berubah. Allah hendak menyatakan diri-Nya dengan inkarnasi manusia yang telah dinubuatkan dalam Alkitab yang ditulis oleh para nabi dan rasul melalui bahasa manusia kepada setiap suku. Oleh karena itu kitab PL dan PB yang tertulis dengan pengilhaman Allah menjadi suatu yang diimani dan hukum yang jelas satu-satunya dalam setiap generasi. Alkitab yang ditulis oleh para penulis yang hidup di setiap zaman yang berbeda memperlihatkan kesatuan yang sempurna sebagai wahyu terhadap Allah yang Esa dan setia. Oleh sebab itu Alkitab merupakan standard dan ukuran sempurna yang mampu membawa umat manusia di dalam keselamatan. Gerakan apapun harus didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Tanpa pengakuan iman terhadap Alkitab gerakan oikumene tidak mungkin terwujud. Jika kita tidak meletakkan Alkitab sebagai titik tolak permulaan iman kita, maka segala sesuatu yang ingin kita wujudkan menjadi sia-sia. B. DOKTRIN MENGENAI JIWA DAN HIDUP YANG KEKAL Setiap manusia merupakan jiwa yang kekal yang tidak binasa dan yang berada dalam satu tubuh. Bila manusia percaya kepada Yesus Kristus maka dosanya akan diampuni. Seseorang yang telah diselamatkan menjadi ciptaan baru dan masuk di dalam jalan hidup yang kekal. Seorang manusia yang diselamatkan mulai hidup sebagai anggota umat Tuhan dalam tubuh Yesus Kristus kemudian tubuh dan jiwa akan dibangkitkan sebagai manusia yang hidup kekal dalam waktu yang ditentukan Allah setelah kematian tubuh. 52
  • 53. Dalam I Korintus 15:52 dikatakan bahwa orang yang mati akan hidup dengan tubuh yang tidak fana dan akan mengalami perubahan. Ayat 50-56 merupakan suatu penjelasan yang lebih jelas tentang doktrin tersebut. Menurut doktrin ini Allah memberikan dua hadiah dan itu adalah hidup berlimpah sekarang dan hidup kekal yang akan datang. Diantara dua kebenaran ini, kebenaran yang kedua melebihi yang pertama yang tidak bisa dibandingkan. Tetapi kedua-duanya tidak bisa saling dipisahkan. Hidup berlimpah-limpah yang dinikmati oleh orang percaya telah mulai menjadi bagian hidup yang kekal. Hidup yang kekal dihasilkan dengan kebenaran, damai sejahtera, keadilan, persekutuan, kesetiaan, rendah hati dan keberanian secara nyata. Oleh karena itu hidup yang kekal merupakan suatu hidup bersama dengan Allah dalam masa yang akan datang sekaligus juga pada masa sekarang. Orang yang sudah diselamatkan tidak bisa hanya menunggu hidup kekal yang akan datang, dan orang yang sudah diselamatkan tidak bisa hanya menikmati hidup yang berlimpah di dunia ini tanpa menantikan hidup yang kekal. Konsep keselamatan yang Alkitabiah adalah seimbang antara keduanya. Orang yang diselamatkan harus berusaha untuk menghasilkan buah-buah Roh Kudus dan bisa mencerminkan hidup kekal yang diberikan oleh Allah. orang yang diselamatkan dan telah sungguh lahir baru, pasti memperhatikan kebutuhan sesamanya sebagai orang yang sedang menikmati hidp berkelimpahan secara rohani di dunia dan akan menantikan sampai hidup yang kekal terwujud. Dalam gerakan oikumene perlu diperhatikan tentang konsep keselamatan yang Alkitabiah. Pihak WCC hanya berfokus pada konsep keselamatan hidup yang berlimpah-limpah di bumi ini yaitu pemulihan manusia secara social, politik, ekonomi 53
  • 54. serta semua hak-hak asasi manusia. Dalam tujuan gerakan oikumene jika kita kehilangan salah satu konsep antara dua konsep tersebut maka sasaran dan tujuan oikumene akan tersesat. Mengapa demikian? Karena Yesus datang ke dunia untuk memulihkan manusia secara holistic. Tetapi factor pemulihan jasmani tidak bisa mendahului factor rohani. C. DOKTRIN KESELAMATAN KEKAL DAN KEJATUHAN UMAT MANUSIA Allah menciptakan langit dan bumi dan yang tidak ada dengan kemuliaan dan Firman-Nya. Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut gambaran-Nya, bahkan hendak bersekutu bersama dengan mereka. Akan tetapi kedua orang ini melakukan pengkhianatan terhadap Allah karena pengaruh godaan setan. Walaupun mereka menyimpang dari Sang Pencipta mereka, tetapi mereka adalah ciptaan yang memiliki tanggungjaab pada Allah. Oleh karena itu manusia tidak bisa berbalik kepada Allah dengan meninggalkan anugerah-Nya karena manusia telah jatuh dalam dosa. Jika kita tidak berbalik kepada Sang Penebus, maka kita akan terus berada dalam keadaan dosa. Akan tetapi manusia bisa diampuni, dibenarkan bahkan mendapat hidup yang kekal melalui kematian Sang Penebus yaiut Yesus Kristus. Oleh sebab itu kita yang dipilih Allah untuk menjadi umat Tuhan bisa menjadi Imamat Rajani. Inilah penebusan yang kekal. Penebusan kekal tidak diperoleh melalui agama, kehidupan moral dan konsep manusia. Penebusan yang kekal hanya datang melalui Yesus Kristus dan iman orang yang percaya pada karya penebusan-Nya. 54
  • 55. Theologia kalangan Injili menolak doktrin universalisme dan mempertahankan bahwa seluruh umat manusia akan diselamatkan karena doktrin keselamatan universalisme bukan merupakan wahyu Alkitab. Kaum liberal tidak mengakui asal dosa manusia serta adanya sorga dan neraka. Meraka hanya mengakui dosa social dan politik. Oleh karena itu kaum WCC mengangkat teologia pembebasan sebagai semboyan dalam gerakan mereka. Hal itu menyebabkan mereka berfokus pada keselamatan manusia secara sossial, politik dan ekonomi. D. DOKTRIN KRISTOLOGI YANG MENJADI PENGANTARA SATU-SATUNYA Seorang pengantara satu-satunya adalah Yesus Kristus yang lahir dari darah Maria melalui Roh Kudus. Dia adalah Alah dan Manusia sempurna. Dia menyatakan kasih Ilahi melalui kematian-Nya terhadap manusia, melepaskan manusia dari dosa dan bahkan memperdamaikan manusia dengan Allah. Oleh karena itu, tidak ada jalan perdamiaan dengan Allah tanpa lewat Yesus Kristus. Selain nama Yesus tidak ada nama penebus lain. Umat manusia yang mempunyai latar belakang ekonomi, bahasa, budaya dan suku yang berbeda-beda, bisa berdamai dengan Allah hanya melalui iman pada Yesus Kristus. Memang kaum Injili cukup mengerti, apabila orang-orang yang masih belum mendengar dan mengenal pada Kristus serta gereja Tuhan bukan merupakan kesalahan mereka sendiri. Kaum Injili tidak setuju jika ajaran agama, filsafat, kepercayaan dan kebudayaan modern tidak bisa mengulaskan kabar tentang keselamatan manusia. Kaum Injili percaya bahwa orang yang tidak percaya Yesus akan binasa dan percaya juga bahwa Allah memiliki kedaulatan. Oleh karena itu 55
  • 56. gereja Tuhan diberi suatu tanggung jawab untuk menyatakan doktrin Kristologi yaitu Yesus Kristus yang adalah Mesias satu-satunya yang bisa menyelamatkan. Kaum WCC meletakkan Yesus sebagai seorang Mesias yang nampak untuk menyelesaikan dan membebaskan umat manusia dari penindasan social dan politik. Yang lebih ekstrim lagi yaitu pandangan bahwa Yesus adalah seorang yang pernah hidup dan berjuang untuk masyarakat tertindas dan Ia dianggap sebagai seorang yang bersejarah. Dia bukan seorang Mesias tetapi Dia adalah seorang pejuang yang selalu memihak pada masyarakat yang tertindas. Dan menurut para theologia liberal WCC, di dalam agama dan budaya orang kafir ada unsur dan potensi Mesias. Allah telah menyatakan Diri-Nya di dalam budaya agama dan dengan bentuk agama dan budaya setempat. Oleh karena itu agama Kristen tidak boleh mempertahankan konsep keselamatan tradisi dan menghargai nilai-nilai budaya dan agama kafir. Dalam gerakan oikumene, konsep Kristologi yang benar merupakan dasar titik tolak permulaan tujuan gerakan oikumene. Jka konsep ini hilang arah dan tujuan gerakan oikumene tidak jelas. Yesuslah yang menekankan adanya kesatuan gereja. Dalam gerekan oikumene, Yesus Kristus tidak dinyatakan sebagai Mesias satu-satunya yang bisa menyelamatkan iman manusia. Sehingga hal itu sama dengan sebuah kapal yang berlayar menuju ke suatu tujuan tanpa kemudi. E. EKKLESIOLOGI YANG MENJADI TUBUH KRISTUS DAN MILIK ALLAH Allah Bapa sedang memanggil umat manusia pada persekutuan yang didasarka pada tubuh Yesus Kristus dengan mendirikan gereja yang apostolic, universal, suci dan satu oleh Roh dan Firman-Nya. Dengan Roh dan Firman yang sama Allah 56
  • 57. memimpin dan melindungi gereja Yesus Kristus tanpa melihat suku, klasifikasi, kelompok, status, budaya dan kondisi ekonomi. Dan Allah bersatu dengan umat-Nya di seluruh dunia secara rohani sambil membentuk gereja Tuhan di bumi. Gereja ini berbeda dengan bentuk kelompok, persekutuan dan jemaat yang disebut sebagai gereja, denominasi, konsili dan konferensi. Perintah Allah yang jelas dalam ajaran- Nya untuk memuridkan seluruh etnik, membaptiskan dan menjadikan anggota gereja yang punya tanggung jawab. Oleh karena itu gerakan PI sedunia melakukan suatu usaha dan perjuangan yang ingin mewujudkan perintah Tuhan di dalam seluruh suku bangsa. Perintah ini harus dilaksanakan oleh seluruh jemaat di dunia yang telah ditebus. Akan tetapi pihak WCC membatasi hakekat gereja yang sebenarnya dengan mengubah Amanat Agung Tuhan Yesus. Gereja merupakan tubuh Yesus Kristus dan gereja harus melaksanakan amanat Agung Tuhan, namun tugas gereja bukanlah mengubah dunia secara politik dan social tetapi mengubah dunia dengan ajaran Yesus Kristus. Adanya gereja tidak berada di tengah-tengah dunia tetapi berada di tengah-tengah dunia. Gereja harus membuat umat manusia melihat kasih karunia dan kemuliaan Allah, gereja juga harus mampu mencerminkan kebenaran Injil Yesus Kristus dan bahkan haruss juga mampu mencerminkan kebenaran Injil Yesus Kristus dan bahkan harus bisa membawa umat manusia kepada keselamatan yang abadi. Ekklesiologi yang benar menentukan arah dan tujuan gerakan oikumene yang benar. Jika pandangan terhadap ekklesiologi saling berbeda maka tidak akan bisa mencapai oikumene yang Alkitabiah. Sampai saat ini pihak WCC dan Injili saling berbeda pendapat terhadap ekklesiologi. Bagi kaum Injili adanya gereja adalah 57
  • 58. menjalankan dan meneruskan perintah Tuhan Yesus Kristus yaitu Amanat Agung, sedangkan bagi kaum WCC gereja adalah berperan dalam masyarakat dengan mengangkat masalah social, politik dan ekonomi. Karena pendapat yang saling berbeda tersebut, maka wujud gerakan oikumene sulit tercapai sebab makna dan tujuan gerakan oikumene harus didasarkan di atas konsep ekklesiologi yang benar. F. ZAMAN EKKATOLOGI DAN PENGINJILAN Alkitab berulang kali menyatakan bahwa ada pemerintahan Allah yang sempurna, akhir zaman, hari penghakiman yang akan terwujud di sorga dan bumi baru. khususnya dalam Matius 24:14 menegaskan baha tanda akhir zaman sedang nyata dan akan nyata. Oleh karena itu bagi kaum Injili, doktrin gereja PI sedunia merupakan suatu kewajiban gereja yang harus dilaksanakan sampai pada akhir zaman, sebab kita betul-betul percaya bahwa eskatologi yang tercatat dalam Alkitab pasti akan terwujud secara literal. Kita semua akan percaya bahwa Yesus akan memerintah umat-Nya di bumi dan sorga baru. Pemerintahan Allah yang terpecah karena penghiantan manusia dari dosanya akan terwujud dengan mulia pada waktu akhir zaman. Tetapi sebelum kenyataan ini terjadi, Allah akan menunggu sampai Injil Yesus tersebar kepada seluruh umat manusia, agar setiap pribadi mendapat kesempatan untuk mengakui Yesus sebagai Juru Selamatnya. Pada akhir zaman, Tuhan akan memulihkan, menyucikan dan melenyapkan kesedihan dan air mata para umat-Nya. Di sana tidak ada lagi penderitaan, kesengsaraan, air mata, ratapan dan maut. Yang ada hanyalah 58
  • 59. sukacita dan kasih. Kita yang percaya pada Alkitab sangat menantikan kejadian tersebut dengan iman. Eskatologi merupakan puncak Injil. Oleh karena itu, dalam gerakan oikumene kenyataan ini menjadi suatu tujuan dan arah paling utama. Mengapa kita semua berusaha untuk mewujudkan tujuan gerakan oikumene? Karena kesatuan gereja di bumi ini merupakan kesatuan bayangan yang akan nyata pada kesatuan di sorga. Pihak kaum liberal membatasi konsep eskatologi di bumi ini. Menurut mereka jika manusia dan keadaan social, politik, ekonomi bisa pulih maka hal itu berarti eskatologi sudah terwujud di bumi. Menurut kaum Liberal sorga dan neraka tidak ada. Kerajaan sorga hanya akan terwujud di bumi. Jika pandangan ini benar, maka tujuan gerakan oikumene sulit terwujud. G. GERAKAN OIKUMENE YANG ALKITABIAH Seperti telah dikatakan bahwa PI duna tidak bisa mengecualikan kesatuan dan kerjasama antara denominasi gereja. Bahkan Alkitab menuntut adanya integrasi gereja. Apabila jiwa kesatuan dan integrasi nampak, maka PI menjadi lebih efektif. Sikap yang menentang gerakan oikumene WCC tidak membenarkan perpecahan gereja dan system gereja local. Masalahnya gerakan oikumene WCC terlalu luas dalam konsep oikumene. Selanjutnya pemikiran bahwa kesatuan gereja yang bersifat organisasi dan sistematis adalah berguna untuk PI tidak benar. Gereja Katolik merupakan suatu organisasi yang tidak mengizinkan denominasi gereja dan kelompok itu sendiri. 59
  • 60. Tidak bisa dikatakan bahwa gereja yang menjadi kesatuan dengan struktur dan organisasi adalah gereja Allah yang hidup. Akan tetapi tidak bisa juga dikatakan bahwa walaupun ada banyak denominasi gereja, gereja di pihak Protestan adalah gereja yang hidup. Hal tersebut membuat denominasinisme diterapkan pada Negara lain. Khususnya dalam bidang PL, pihak yang menyampaikan Injil harus lebih dahulu mengerti alasan permulaan denominasi gereja dari segi sejarah, budaya dan Alkitab. Khususnya Indonesia terdir dari berbagai macam budaya, suku dan bahasa. Oleh karena itu semua orang tidak bisa menjadi anggota sebuah denominasi gereja karena latar belakang gereja, budaya dan bahasa mereka secara sembarangan. Dalam konsep gerakan oikumene, pasti timbul berbagai macam tantangan yang berhubungan dengan hal tersebut khususnya warna teologia yang dimiliki setiap denominasi gereja. Awal tujuan gerakan oikumene adalah supaya bisa bekerjasama Amanat Agung Tuhan dalam biang penginjilan. Oleh seba itu, baik pihak Injili maupun pihak WCC harus bekerja keras untuk mencapai tujuan itu sebagai mitra kerja. Di lapangan PI di seluruh dunia dimana-mana khususnya di egera ketiga yang beragama Islam, Hindu, Budha, Animisme, dll. Kristen merupakan kelompok minoritas. Di Amerika, Korea dan Eropa merupakan kelompok Kristen mayoritas,,, oleh karena itu Kristen tidak dituntut untuk menjadi satu tetapi seperti Negara yang ketiga khususnya di Indonesia orang kafir merupakan jumlah minoritas. Kenyataan ini menjadi alasan untuk menjalankan gerakan oikumene antara denominasi gereja. Dan juga agama Kristen dianggap agama Barat, anti social dan pemerintah di Negara anti Kristen. Dengan situasi ini Protestan yang terus terpecah-pecah antar 60
  • 61. denominasi gereja tidak dapat mempengaruhi masyarakat sebaliknya hanya akan membahayakan keberadaan gereja masyarakat setempat. Setiap gereja dan pemimpin harus mengajar jemaat mengenai konsep kesatuan gereja. Namun gerakan ini sering menghadapi banyak tantangan karena mengandung dua masalah: (1) Doktrin gereja, (2) Kesatuan. Dua masalah ini mengandung suatu persoalan yang sangat rumit. Jika terlalu menekankan prinsip Alkitab maka kesatuan sulit terwujud, sementara jika terlalu menenkankan kesatuan maka mengorbankan kebenaran. Inilah pergumulah kita. Oleh karena itu banyak pihak berkata bahwa kebenaran dan kesatuan mustahil terwujud. Tetapi walaupun ada banyak hambatan dan tantangan dalam kesatuan, tetapi semua pihak harus berusaha dengan memiliki konsep bahwa kesatuan Alkitab akan terwujud. Alkitab mengajar bahwa semua itu merupakan kebenaran, kasih, persekutuan dan kesatuan. Supaya kit bisa memiliki konsep kesatuan yang benar, maka perlu meninjau kesatuan yang Alkitabiah. 1. Kesatuan Dalam Allah. Yohanes 17:23 merupakan nats yang membahas tentang oikumene. Namun nats tersebut menekankan adanya kesatuan dalam kemuliaan Allah. “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”. Tempat dimana yang tidak ada kemuliaan Allah dan iman yang bersatu dengan Allah jelas tidak ada kesatuan. Yesus sendiri menegaskan hal itu dalam Yohanes 61
  • 62. 15:1-8. Dalam ayat 5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, Ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dberbuat apa-apa”. Di luar Yesus, segala sesuatu akan sia-sia, tidak terkecuali orang Kristen, mereka adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari Yesus Kristus, seperti batang pohon anggur dan rantingnya. Berbagai macam usaha, gerakan, organisasi, rencana, visi dan kesatuan tanpa Yesus tidak berarti. Iman terhadap Yesus Kristus merupakan suatu dasar yang hanya bisa memulai segala sesuatu. Oleh sebab itu dalam gerakan oikumene mestinya ada pengakuan iman terhadap Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dalam surat Paulus, kebenaran itu sangat ditegaskan oleh Paulus. “Kasih karuniadan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku senantias mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkanNya kepada kamu dalam Kristus Yesus” (1 Korintus 1:3-4). Allah yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita adalah setia (ayat 9).. Selain nats ini di dalam setiap surat yang Paulus tulis, Paulus menegaskan bahwa dia dipanggil oleh Allah sebagai rasul di dalam Yesus menurut kehendak Allah. Paulus tidak bisa membayangkan bahwa dia adalah seorang rasul yang dipanggil oleh Allah di luar Yesus Kristus. Paulus merupakan seorang murid yang meneruskan pola dan jalan kehidupan Yesus Kristus. Ia juga memiliki jiwa Yesus dalam melaksanakan tugas PI. Dia selalu mengajak jemaat-jemaat yang didirikannya untuk mewujudkan kesatuan 62
  • 63. yang hanya ada di dalam Yesus Kristus. Dan selain Yesus tidak ada factor lain yang dapat digantikan dengan Yesus. Di dalam 1 Kor 1:10-17, 3:1-18 ketika terjadi perpecahan dalam jemaat-jemaat di dalam gereja Korintus ada beberapa golongan yaitu gologan Paulus……………………………………….tidak terbagi- bagi dan selain Yesus tidak ada orang-orang tertentu sebagai dasar gereja. Yesus adalah dasar gereja. Jelas kebenaran ini menunjukkan bahwa Yesus merupakan satu-satunya yang mempersatukan seluruh umat Tuhan. Untuk itu semua umat Tuhan dituntut menyatakan pengakuan iman terhadap penebusan, pengorbanan, kebangkitan dan kedatangan Yesus sebagai Mesias satu-satunya. Oleh sebab itu tanpa factor tersebut kesatuan tidak mungkin terwujud. Teologia Liberal di WCC yang dipengaruhi filsafat dunia dan historical criticism yang mengurangi nilai wibawa Alkitab dan Kristologi menyebabkan gerakan oikumene yang diusahakan oleh pihak Injil terhambat. Alkitab berkali-kali menekankan kesatuan hanya akan terjadi dalam Allah Tritunggal. 2. Kesatuan Melalui Karya Roh Kudus Kesatuan merupakan karya Roh Kudus. Ketika Roh Kudus bekerja pada jemaat gereja mula-mula pada hari Pentakosta, para jemaat saling menolong dan membagikan persekutuan kasih dalam kesehatian. Mereka mempraktekkan prinsip ekonomi yang rohani untuk kebutuhan orang lain. Oleh karena itu Alkitab menyebut Roh Kudus sebagai persekutuan Roh Kudus (2 Kor 13:13). Rasul Paulus berkata bahwa jemaat Tuhan diperdamaikan dengan Allah dan jemaat 63
  • 64. melalui salib Kristus dalam Roh Kudus (Ef 2:16-19). Ini berarti kesatuan antara jemaat dan gereja telah terwujud. Dalam Injil Yohanes 17:22 Yesus tidak menasehati untuk menjadi satu tetapi berfirman bahwa kesatuan sudah nampak. Yesus berdoa supaya kesatuan ini tetap terpelihara. Pada hakekatnya kesatuan umat Tuhan sudah terwujud sejak zaman Yesus. Oleh karena itu upaya-upaya gerakan oikumene merupakan sesuatu yang bertentangan dengan doa Yesus. Setelah gereja Tuhan bertumbuh secara kuantitas perlu adanya suatu mekanisme yang sistimatis untuk menjalankan gereja Tuhan muncul. Sebenarnya Allah tidak menghendaki gereja Tuhan menjadi sesuatu yang bersifat organisasi manusia, namun setiap situasi zaman menuntut gereja Tuhan berubah. Contohnya, Tuhan tidak menghendaki gereja mula-mula menjadi gereja Katolik yang sekarang ini. Namun setelah titah kaisar Konstantinopel, gereja yang diakui oleh kerajaan Romawi sebagai agama resmi yang dianut oleh masyarakat maka gereja Tuhan mulai menjadi suatu organisasi yang bersifat sekuler. Dan setelah reformasi gereja lahirlah gereja Protestan yang terpisah dari gereja Katolik. Jadi yang mestinya mewujudkan tujuan oikumene justru melahirkan banyak doktrin gereja. Hal seperti ini menyebabkan tujuan gerakan oikumene mundur dari tujuan oikumene yang sebenarnya. Akibatnya sampai saat ini di setiap Negara yang mayoritas Kristen mengalami perpecahan gereja. Banyaknya denominasi gereja yang memang bisa diterima sebagai suatu kenyataan dari kelemahan dan keterbatasan manusia, akan tetapi seluruh denominasi gereja harus berusaha supaya kesatuannya bisa terwujud dalam Roh Kudus. 64
  • 65. Di dalam Sejarah Gereja sudah pernah ada gerakan oikumene melalui gerakan PI sedunia khususnya abad 19. Gerakan ini merupakan gerakan yang berasal dari Roh Kudus. Sayangnya ada suatu kelemahan pada gereja Indonesia yaitu nasib sstiap denominasi gereja tergantung pada pemimpin-pemimpin tertentu yang saling mencari jasa dan keuntungan pribadi. Pendapat dan pengalaman seorang pemimpin denominasi gereja maupun lembaga Kristen sering menentukan arah dan warna doktrin gereja, oleh sebab itu doa Yesus dalam Yohanes 17 selalu dihalangi. 3. Kesatuan Dalam Kebenaran Mutlak Gerakan oikumene WCC mengindari doktrin gereja dengan menunjukkan slogan bahwa doktrin gereja memecahkan, kasih mempersatukan”. Oleh sebab itu sebagai akibatnya gerakan oikumene WCC CC menjadi gerakan yang terlalu ekstrim sampai merangkul doktrin gereja yang berbahaya seperti teologia pembebasan. Hal itu menunjukkan bahwa gerakan oikumene WCC mengandung suatu bahaya karena gerakan tersebut tidak diadakan dalam kebenaran. Menurut Kis 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Di dalam nats ini pengajaran harus diterjemahkan sebagai dasar kebenaran agama Kristen. Gerakan oikumene di luar kebenaran Firman Tuhan merupakan suatu mimpi yang akan melayang. Akhirnya kita tidak memandang kesatuan gereja yang bersifat organisasi dan denominasi gereja, yang biasanya diartikan dengan beraneka ragam dalam 65
  • 66. kesatuan, seperti yang telah dikatakan dalam 1 Korintus 12:12 “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus”. Walaupun ada perbedaan antara denominasi gereja yang percaya pada dasar kebenaran tetapi semuanya sudah menjadi satu di dalam Yesus Kristus. Penekanan adanya kesatuan bermaksud bukan memisahkan kesatuan yang telah nampak dalam Yesus, namun sebaliknya untuk mempersatukan. Kebenaran dan kesatuan seharusnya mengandung suatu persamaan dan tidak saling bertentangan. Kita harus berusaha supaya factor manusia tidak mencemarkan tujuan gerakan oikumene yang sudah ada dalam doa Yesus. H. PEDOMAN DAN TINDAKAN UNTUK KESATUAN GEREJA Erickson yang menjadi dosen di Southestern Baptist Theological Seminary memberi sarana kepada gerakan kesatuan gereja yang efektif. Menurut Erickson kita bisa melakukan apa yang kita perbuat untuk kesatuan melalui doa Yesus untuk kesatuan gereja. 1. Gereja Yesus Kristus adalah satu. Seluruh orang percaya yang terikat pada Tuhan dan satu dalam Kristus merupakan anggota Roh Kudus (1 Kor 12:13). 2. Integrasi rohani orang percaya harus diungkapkan melalui praktek kasih, persekutuan dan persahabatan. Walaupun orang percaya itu saling berbeda dari segi organisasi namun harus menerima pengakuan dari pihak lain bahwa mereka sendiri adalah satu sebagai orang percaya. 66
  • 67. 3. Dari segala bentuk orang Kristen sedapat mungkin harus menjalin kerjasama. Walaupun tidak bisa kompromi dalam hal mempraktekkan doktrin gereja namun dalam hal kekeuatan harus menjadi satu, dengan kata lain betapa pentingnya orang Kristen diberi kesempatan yang bisa membuat mereka menjadi satu dalam Kristus dengan meletakkan berbagai perbedaan yang ada dalam kekristenan. Hal menjadi satu merupakan suatu bukti yang harus diperlihatkan pada dunia. Hal itu sekaligus juga harus menjadi kesempatan pelayanan yang bisa memanfaatkan sumber daya kita dengan benar. 4. Perlu hati-hati dalam menyusun dasar-dasar doktrin gereja dan tujuan lingkup persekutuan. Menurut Erickson sejak tahun 1910 di konferensi misi Edinberg banak bahan yang pokok digantikan dengan Amanat Agung sebagai pokok perhatiannya tetapi sampai sekarang Amanat Agung Yesus masih merupakan tugas utama bagi gereja. Akibatnya kegiatan-kegiatan yang tidak bisa memberi jasa yang hanya membutuhkan dana dan waktu tidak bisa dibenarkan dan harus kembali kepada tujuan gerakan oikumene gereja yang sebenarnya. 5. Kita harus mempunyai suatu kewajiban untuk memelihara gereja dari gerakan kesatuan dan dari lembaga yang melemahkan daya gereja rohani. Sampai saat ini gereja yang masih bertumbuh adalah gereja Injili dan konservatif. Mereka percaya bahwa gereja Injili dan konservatif memiliki daya untuk mewujudkan kesatuan gereja. Oleh sebab itu kita harus menilai dan menghindari lembaga- lembaga yang mengurangi daya serta kesatuan kita secara serius. 67
  • 68. 6. Orang percaya tidak boleh meninggalkan gereja induk mereka. Jika gereka induk memiliki kemungkinan untuk menyelesaikan segala permasalahan maka gereja induk harus terus menjalankan tugas tanpa menyerah. Seperti kaum Injili dan konservatif, karena ada permasalahan dalam gereja mereka maka kaum injili dan konservatif memisahkan diri dari pihak oikumene yang dilakukan secara sepihak. Hal ini menyebabkan pendapat dan usulan pihak injili dan konservatif tidak bisa dibahas oleh pihak oikumenis. 7. Semua orang Kristen perlu mengevaluasi motifasi dan tujuan adanya perpisahan dan perpecahan gereja. Apakah motifasi dan perpecahan gereja terjadi karena kepercayaan dan prinsip yang benar atau merupakan ambisi seorang pribadi dan pergumulan kepribadian. Jika orang percaya memiliki iman dan tujuan yang sama terpisah berarti hal itu menjadi ketidakpercayaan terhadap The Cause of Christ. 8. Jangan mengkritik dan memojokkan pihak lain baik itu secara pribadi, secara organisasi gereja maupun secara denominasi gereja karena adanya perbedaan dan ketidaksamaan, tetapi hendaklah satu sama lain saling membantu, memperbaiki dan menolong melalui kebenaran dalam proses kesatuan. Prinsip Kristen adalah melakukan segala sesuatu dengan jiwa dan kasih Yesus Kristus sebab kebenaran senantiasa terikat pada kash. 68