SlideShare a Scribd company logo
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Isu-isu Penentuan Tarif Royalti dalam
Transfer Pricing
Pendahuluan
Awal September 2010 lalu, Direktur Jenderal Pajak telah menelurkan suatu
peraturan bernomor PER-43/PJ./2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa (selanjutnya disebut PER-43). Dalam aturan ini,
Dirjen Pajak telah merinci metode penentuan harga transfer yang dapat diterapkan,
yaitu comparable uncontrolled price (CUP), cost plus method (CPM) dan
transactional net margin method (TNMM).
Ketiga metode tersebut, pada dasarnya berpijak pada analisa kesebandingan.
Namun dalam perkembangannya, sejauh menyangkut tarif royalti terdapat
penekanan pada apakah penggunaan suatu Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atau
aktiva tidak berwujud, memberikan manfaat bagi perusahaan Wajib Pajak, atau
secara umum dikenal sebagai uji manfaat (benefit test).
Dalam Pasal 17 ayat (1) PER-43/PJ./2010 terdapat penyebutan manfaat ekonomis
atau komersial, namun tidak terdapat rincian lebih lanjut. Interpretasi umum yang
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
ada menunjukkan eksistensi manfaat terletak pada adanya harga premium produk
yang dapat dijual, pangsa pasar yang lebih tinggi, penghematan biaya, kurva
pembelajaran yang lebih singkat, atau nama merek yang kuat.
Definisi royalti sendiri, dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (UU PPh), mengacu pada imbalan atas penggunaan atau hak
menggunakan berbagai HAKI maupun pengetahuan, peralatan/perlengkapan
industrial, film, dan sebagainya. Jadi, kata kuncinya adalah imbalan. Di mana,
tampaknya pihak Dirjen Pajak melihat bahwa pembayaran royalti tersebut sangat
terkait dengan pengembalian investasi.
Konteks dari pembayaran royalti ini pada umumnya didapatkan pada dunia bisnis.
Dapat disimpulkan bahwa ada motif profit-seeking dari pembayaran royalti. Bisnis
sendiri merupakan serangkaian kegiatan dan aktiva yang digunakan dan dikelola
untuk tujuan mendatangkan imbal hasil kepada investor. Dengan demikian, adalah
logis bahwa pembayaran royalti terkait dengan pemberian imbal hasil kepada
investor, sehubungan dengan penggunaan atau hak untuk menggunakan HAKI
(Smith dan Parr, 2000). Penggunaan atau hak menggunakan HAKI sendiri adalah
satu satu input dalam proses bisnis untuk menghasilkan pendapatan yang dapat
diidentifikasi.
Pendapatan yang dapat diidentifikasi tersebut berarti: (1) Ada probabilitas (secara
umum di atas 50%) bahwa manfaat ekonomis yang terkait dengan transaksi tersebut
akan mengalir kepada perusahaan, dan (2) Jumlah pendapatan itu sendiri dapat
diukur dengan handal. Oleh karenanya, tidak mengherankan bahwa tarif royalti pada
umumnya ditentukan persentase tertentu dari penjualan, margin kotor, atau
volume/kuantitas penjualan.
Di samping itu, mengingat konteks pembayaran royalti dalam dunia bisnis masih
terkait dengan imbal hasil di atas, diharapkan dari penggunaan HAKI tersebut, bisnis
tersebut akan menghasilkan pendapatan dan laba. Laba (sebelum beban royalti dan
pajak) inilah yang akan dibagi di antara pemegang HAKI dengan pihak yang
membayar royalti. Namun, bicara bagi-hasil pun bisa menjadi rumit, karena laba
yang dihasilkan dari suatu bisnis merupakan hasil kontribusi dari seluruh input-input
yang ada, termasuk modal kerja, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud lainnya,
www.futurumcorfinan.com
Page 3
termasuk goodwill, jaringan distribusi, bahkan lokasi. Pertanyaannya kemudian,
bagaimana mengetahui berapa besar kontribusi penggunaan HAKI, atas mana
pembayaran royalti, dilakukan terhadap laba yang ada.
Tantangan lainnya adalah pemeriksaan oleh pihak fiskus. Pada umumnya
pemeriksaan pajak dilakukan atas satu tahun pajak dan uji manfaat yang ditekankan
menjadi problematik. Pasalnya, seperti kita ketahui, suatu investasi atau usaha
pemasaran tidak secara otomatis manfaatnya dapat dinikmati atau terlihat pada
tahun terjadinya pengeluaran, termasuk pembayaran royalti.
Di samping itu, perlu diingat bahwa jangka waktu perjanjian royalti adalah untuk
jangka panjang, bahkan dalam beberapa perjanjian, tidak memiliki batas waktu.
Dengan kata lain, tarif royalti ditentukan di muka (misalnya 5% dari tingkat
penjualan) dan tarif ini dapat berlaku sampai, misalnya, 20 tahun tanpa perubahan.
Jadi, dapat disimpulkan secara implisit, perjanjian royalti adalah untuk manfaat yang
kemungkinan besar hanya dapat dianalisis untuk beberapa tahun pajak.
Keputusan penentuan tarif royalti adalah keputusan bisnis yang disepakati pada saat
perjanjian dibuat dan pemeriksaan pajak dapat saja tidak terjadi sampai beberapa
tahun kemudian. Tentunya, selama periode tersebut dapat terjadi laba perusahaan
mengalami kenaikan dan penurunan sejalan dengan konjungtur ekonomi, siklus
produk (pengenalan, pertumbuhan, matang, dan penurunan, atau bahkan ada tahap
inovasi berkelanjutan), kondisi internal perusahaan (arus barang, pabrik, tenaga
kerja, overhead, dan sebagainya), kondisi vendor (jadwal pengiriman barang yang
tidak tepat waktu), dan sebagainya. Pada saat yang sama OECD Transfer Pricing
Guidelines tidak memperbolehkan penggunaan pengetahuan hindsight dalam
analisa transfer pricing.
Pemeriksaan pajak atas tarif royalti yang tidak mencakup beberapa periode akan
selalu mendatangkan tantangan tersendiri bagi pihak Wajib Pajak untuk memberikan
justifikasi atas tarif royalti yang dibayar. Apalagi, dokumentasi transfer pricing untuk
keperluan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak dipersiapkan pada
umumnya beberapa bulan menjelang batas akhir penyampaian SPT. Sedangkan
keputusan penentuan tarif royalti dapat terjadi beberapa tahun sebelumnya, dimana,
kondisi bisnis, asumsi bisnis, indikator makro ekonomi, ekspektasi imbal hasil market,
dan sebagainya, dapat sangat berbeda.
www.futurumcorfinan.com
Page 4
Dengan demikian, Wajib Pajak kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam
menjelaskan dengan gamblang mengenai tarif royalti, bahkan melalui analisa
kesebandingan dan metode-metode penentuan harga wajar yang ada (CUP, CPM,
dan TNMM). Risiko terburuknya, tarif royalti dapat dikoreksi menjadi nihil atau
dianggap tidak memberikan manfaat apapun kepada bisnis Wajib Pajak.
Semua tantangan di atas, baik untuk fiskus maupun Wajib Pajak, timbul karena
memang elemen kunci dari pengenaan pajak atas aktiva tidak berwujud atau HAKI
yang menimbulkan sengketa pajak belum disepakati antar pihak yang
berkepentingan. Untuk tujuan perpajakan, wajib diperjelas apakah hanya legally
enforceable/protected intangible asset saja yang dapat diakui biaya royalti-nya?
Bagaimana dengan aktiva tidak berwujud yang bersifat “de facto” atau yang
“commercially transferrable” walaupun tidak “legally protected intangible asset”.
Dengan kata lain, hanya dicakup oleh perjanjian/kontrak antar dua pihak.
Marketing intangible sendiri menimbulkan tantangan tersendiri karena Wajib Pajak
mengeluarkan seluruh biaya pemasaran dan promosi untuk membawa suatu
marketing intangible ke pasar domestik. Di mana, biaya tersebut dibebankan
seluruhnya pada laporan laba rugi (mengurangi Penghasilan Kena Pajak), tetapi
pada saat bersamaan, Wajib Pajak membayar biaya royalti untuk intangible ke pihak
licensor. Dengan bahan marketing yang diperoleh Wajib Pajak dari perusahaan
licensor, dan strategi dan sumberdaya (promosi penjualan, iklan, tenaga penjualan,
jaringan distribusi) yang dikembangkan Wajib Pajak, dapat memberikan
pertumbuhan bisnis yang tinggi. Yang menjadi isu adalah apakah Wajib Pajak
berhak mengambil bagian atas laba yang dihasilkan dari pertumbuhan yang tinggi
tersebut? Dalam kasus sengketa perpajakan, misalnya Maruti Suzuki (India), otoritas
perpajakan beragumentasi bahwa biaya-biaya marketing yang dikeluarkan Wajib
Pajak adalah untuk membawa manfaat bagi perusahaan licensor dan bukan Wajib
Pajak, sehingga biaya-biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak Wajib Pajak.
Bagaimana dengan manufacturing intangible sendiri? Item-item atau atribut apa saja
yang dapat diterima oleh pihak fiskus yang memang dianggap memberikan
kontribusi kepada penjualan? Misalnya, know-how, inovasi manufaktur, formula,
layout pabrik, dan sebagainya. Bagaimana mengaitkan masing-masing item dengan
peningkatan penjualan?
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Mengingat bahwa intangible itu sendiri nilainya tidak terkait dengan bentuk fisiknya,
maka dengan mudah intangible dapat dipecah-pecah dan dipegang oleh pihak-pihak
di negara-negara yang memang diarahkan ke perencanaan pajak. Misalnya, suatu
intangible di negara A, dipecah menjadi dua intangible, satu marketing intangible,
ditransfer ke negara B dan intangible lainnya di transfer ke negara C. Di mana pada
akhirnya, semua royalti yang diterima oleh negara B dan negara C akan ditransfer ke
negara A juga. Dengan kata lain, pada waktu ada konflik antara beneficial ownership
dan uji pengendalian praktis, di mana posisi fiskus? Bagaimana dengan pembayaran
atas produk/jasa di mana pembayaran tersebut juga untuk pembayaran royalti yang
digabungkan ke dalam pembayaran atas produk/jasa?
Jadi, dapat disimpulkan ada tiga permasalahan yang meliputi royalti dalam transfer
pricing, yaitu (1) Esensi pembayaran royalti itu sendiri? Apakah valid?, (2) Tarif
royalti yang dibayar, dan (3) Pihak penerima royalti dipertanyakan apakah memang
sebagai beneficial owner atau legal owner?
Untuk masalah (1) dan (3), transaksi atas intangible menjadi persoalan tersendiri. Di
mana, transaksi atas intangible biasanya melibatkan intangible yang unik, yang pada
umumnya tidak akan ditransaksikan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa. Apalagi mengingat adanya transaksi di mana hak atau know-
how yang berharga atau unik tersebut di-bundle dan ditransfer/dilisensikan, di mana
akan terbatas bagi pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
Analisis kesebandingan berupa perbandingan pasar dengan sendirinya tidak akan
dapat ditemukan untuk intangible yang memang di-bundle atau bahkan pendekatan
biaya (cost to replicate) sekalipun belum dapat diandalkan. Transaksi-transaksi
intangible juga banyak yang merupakan “closely linked” sehingga evaluasi transaksi-
transaksi tersebut tidak dapat dilakukan secara memadai apabila secara terpisah-
pisah.
Untuk permasalahan ke-2, Pasal 6.20 dan Pasal 9.59 OECD Transfer Pricing
Guideline memberikan kemungkinan penggunaan penghitungan net present value
dan metode discounted cash flow (DCF) diterima juga oleh OECD dengan
melakukan analisis dua keadaan, yaitu “as is” dan “after transaction”. Dengan
demikian, nilai kini dari keadaan “sebelum transaksi” dan “sesudah transaksi”
diperbandingkan untuk melihat apakah kondisi Wajib Pajak pembayar royalti akan
www.futurumcorfinan.com
Page 6
lebih baik atau lebih buruk.
Pendekatan DCF juga memiliki keunggulan karena dapat disesuaikan dengan isi
persyaratan dan kondisi perjanjian, sifat dari intangible, maupun untuk transaksi
package deal atau yang di-bundle. Tentunya, yang menjadi tantangan ke depan
adalah apakah metode DCF yang dikenal di dunia penilaian, baik untuk pelaporan
keuangan maupun untuk manajemen keuangan, harus dilakukan penyesuaian pada
saat diterapkan ke dalam penilaian tarif royalti untuk tujuan transfer pricing?
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the
date of writing and are subject to change. The information and analysis contained in this
publication have been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but
FUTURUM does not make any representation as to their accuracy or completeness and does
not accept liability for any loss arising from the use hereof. This material has been prepared
for general informational purposes only and is not intended to be relied upon as accounting,
tax, or other professional advice. Please refer to your advisors for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written
permission of the authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at
www.futurumcorfinan.com
© FUTURUM. All Rights Reserved

More Related Content

What's hot

Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015
Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015
Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015PPA FEUI
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Gendro Budi Purnomo
 
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...yufendriansyah auriga
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
Annisa Khoerunnisya
 
Daftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal PerpajakanDaftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal PerpajakanHengky Manurung
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sujatmiko Wibowo
 
Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013 04032015
Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013   04032015Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013   04032015
Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013 04032015PPA FEUI
 
Positive Theory
Positive TheoryPositive Theory
Positive Theory
Deady Rizky Yunanto
 
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka KonseptualDasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Fair Nurfachrizi
 
SISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIAN
SISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIANSISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIAN
SISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIAN
rusdiman1
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganyogieardhensa
 
Tentang KUP
Tentang KUPTentang KUP
Tentang KUP
Sunarto Saputra
 
Present bab 13 auditing
Present bab 13 auditingPresent bab 13 auditing
Present bab 13 auditing
chikma jaoharah
 
Tugas ujian teori akuntansi
Tugas ujian teori akuntansi Tugas ujian teori akuntansi
Tugas ujian teori akuntansi
Said Muhamad Rifad
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
AndiErwinGhozali
 
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18Sri Apriyanti Husain
 
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Futurum2
 
Tugas softskill standar akuntansi singapura
Tugas softskill standar akuntansi singapuraTugas softskill standar akuntansi singapura
Tugas softskill standar akuntansi singapura
dewirico
 
Teori Akuntansi
Teori AkuntansiTeori Akuntansi
Teori Akuntansi
Propaningtyas Windardini
 

What's hot (20)

Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015
Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015
Psak 65 laporan keuangan konsolidasian 05032015
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
 
Teori akuntansi
Teori akuntansiTeori akuntansi
Teori akuntansi
 
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
Daftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal PerpajakanDaftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal Perpajakan
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013 04032015
Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013   04032015Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013   04032015
Psak 1 penyajian laporan keuangan revisi 2013 04032015
 
Positive Theory
Positive TheoryPositive Theory
Positive Theory
 
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka KonseptualDasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
 
SISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIAN
SISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIANSISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIAN
SISTEM AKUNTANSI DAERAH - LAPORAN KONSOLIDASIAN
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuangan
 
Tentang KUP
Tentang KUPTentang KUP
Tentang KUP
 
Present bab 13 auditing
Present bab 13 auditingPresent bab 13 auditing
Present bab 13 auditing
 
Tugas ujian teori akuntansi
Tugas ujian teori akuntansi Tugas ujian teori akuntansi
Tugas ujian teori akuntansi
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
 
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
Psak 25-kebijakan-akuntansi-perusahaan-estimasi-akuntansi-dan-kesalahan-ias-18
 
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
Mengenal pengaturan bersama (joint arrangement)
 
Tugas softskill standar akuntansi singapura
Tugas softskill standar akuntansi singapuraTugas softskill standar akuntansi singapura
Tugas softskill standar akuntansi singapura
 
Teori Akuntansi
Teori AkuntansiTeori Akuntansi
Teori Akuntansi
 

Similar to Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di itr)

Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasionalTiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Futurum2
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
Habibie Reza
 
DASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNINGDASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNING
Propaningtyas Windardini
 
Pajak translate
Pajak translatePajak translate
Pajak translate
dollyannex
 
Perencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptx
Perencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptxPerencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptx
Perencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptx
AbdMuhaeminNabir
 
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
Alfia Oktaviani
 
TAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAKTAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAK
Propaningtyas Windardini
 
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIAkuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Christine Aprilya
 
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIAkuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Christine Aprilya
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
TANTO CHANDRA
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
TANTO CHANDRA
 
Haula rosdiana
Haula rosdianaHaula rosdiana
Haula rosdiana
Andri Vista Medina
 
E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21
Marthen Jufuway
 
Tugas mpjk kelompok iii
Tugas mpjk kelompok iiiTugas mpjk kelompok iii
Tugas mpjk kelompok iii
ErwIta Halim
 
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
FR Consultant Indonesia
 
Transparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITI
Transparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITITransparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITI
Transparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITI
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinangPsak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
muhtaromi muhtaromi
 
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
Habibie Reza
 
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANGAKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
muhtaromi muhtaromi
 

Similar to Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di itr) (20)

Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasionalTiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
 
DASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNINGDASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNING
 
Pajak translate
Pajak translatePajak translate
Pajak translate
 
Perencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptx
Perencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptxPerencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptx
Perencanaan-Perpajakan-Pertemuan-1.pptx
 
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
 
TAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAKTAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAK
 
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIAkuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
 
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIAkuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
 
Haula rosdiana
Haula rosdianaHaula rosdiana
Haula rosdiana
 
Ai 12
Ai 12Ai 12
Ai 12
 
E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21
 
Tugas mpjk kelompok iii
Tugas mpjk kelompok iiiTugas mpjk kelompok iii
Tugas mpjk kelompok iii
 
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
 
Transparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITI
Transparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITITransparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITI
Transparansi Beneficial Ownership, Penerimaan Negara, dan EITI
 
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinangPsak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
 
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
 
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANGAKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
 

More from Futurum2

Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Futurum2
 
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionAre P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Futurum2
 
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionNPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
Futurum2
 
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Futurum2
 
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Futurum2
 
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftA quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
Futurum2
 
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiMenggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Futurum2
 
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Futurum2
 
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryIgnacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Futurum2
 
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estatREIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
Futurum2
 
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Futurum2
 
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapSurplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Futurum2
 
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationPerpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Futurum2
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Futurum2
 
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
Futurum2
 
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
Futurum2
 
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Futurum2
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Futurum2
 
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutangHutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Futurum2
 
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Futurum2
 

More from Futurum2 (20)

Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
Usse average internal rate of return (airr), don't use internal rate of retur...
 
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn DiscussionAre P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
Are P/E Ratios a Poor Measure of Value? Valuation LinkedIn Discussion
 
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn DiscussionNPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
NPV or IRR? (3) CFO Network LinkedIn Discussion
 
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
Catatan kecil atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 tentang ...
 
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
Use average internal rate of return (airr), don't use internal rate of return...
 
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draftA quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
A quick comment on pablo fernandez' article capm an absurd model draft
 
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansiMenggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
Menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
 
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
Summing up about growing and non growing perpetuities wacc levered and tax sa...
 
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black BerryIgnacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
Ignacio Velez-Pareja : From the Slide Rule to the Black Berry
 
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estatREIT “rasa indonesia”  kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
REIT “rasa indonesia” kontrak investasi kolektif dana investasi real estat
 
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...Proyek remodel refresh di sektor ritel  kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
Proyek remodel refresh di sektor ritel kapitalisasi vs dibiayakan psak ias 1...
 
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetapSurplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
Surplus revaluasi atau penilaian kembali aset tetap
 
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivationPerpetuity and growing pepetuity formula derivation
Perpetuity and growing pepetuity formula derivation
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
15 minute lesson formula derivation - reconciling price-to- earnings (pe rati...
 
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
15-minute lesson- watch out the formula that you use for roa (return on assets)
 
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutangHutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
Hutang dagang dengan fasilitas anjak piutang
 
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
Apakah perhitungan biaya kapital rata rata tertimbang (wacc) dalam capital bu...
 

Recently uploaded

Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
mariapasaribu13
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
hoiriyono
 
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplinEKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
anthoniusaldolemauk
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
AchmadHasanHafidzi
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
LidyaManuelia1
 
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.pptCost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
meincha1152
 
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptxPPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
f4hmizakaria123
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Anisa Rizki Rahmawati
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
fadilahsaleh427
 
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
IndahMeilani2
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
adjhe17ks1
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
AhmadVikriKhoirulAna
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
JefryColter
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
MarkusPiyusmanZebua
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
bidakara2016
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (18)

Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
 
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplinEKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
 
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.pptCost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
 
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptxPPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
 
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
 

Isu penentuan tarif royalti dalam transfer pricing (mentahan untuk dimuat di itr)

  • 1. www.futurumcorfinan.com Page 1 Isu-isu Penentuan Tarif Royalti dalam Transfer Pricing Pendahuluan Awal September 2010 lalu, Direktur Jenderal Pajak telah menelurkan suatu peraturan bernomor PER-43/PJ./2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa (selanjutnya disebut PER-43). Dalam aturan ini, Dirjen Pajak telah merinci metode penentuan harga transfer yang dapat diterapkan, yaitu comparable uncontrolled price (CUP), cost plus method (CPM) dan transactional net margin method (TNMM). Ketiga metode tersebut, pada dasarnya berpijak pada analisa kesebandingan. Namun dalam perkembangannya, sejauh menyangkut tarif royalti terdapat penekanan pada apakah penggunaan suatu Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atau aktiva tidak berwujud, memberikan manfaat bagi perusahaan Wajib Pajak, atau secara umum dikenal sebagai uji manfaat (benefit test). Dalam Pasal 17 ayat (1) PER-43/PJ./2010 terdapat penyebutan manfaat ekonomis atau komersial, namun tidak terdapat rincian lebih lanjut. Interpretasi umum yang Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com
  • 2. www.futurumcorfinan.com Page 2 ada menunjukkan eksistensi manfaat terletak pada adanya harga premium produk yang dapat dijual, pangsa pasar yang lebih tinggi, penghematan biaya, kurva pembelajaran yang lebih singkat, atau nama merek yang kuat. Definisi royalti sendiri, dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh), mengacu pada imbalan atas penggunaan atau hak menggunakan berbagai HAKI maupun pengetahuan, peralatan/perlengkapan industrial, film, dan sebagainya. Jadi, kata kuncinya adalah imbalan. Di mana, tampaknya pihak Dirjen Pajak melihat bahwa pembayaran royalti tersebut sangat terkait dengan pengembalian investasi. Konteks dari pembayaran royalti ini pada umumnya didapatkan pada dunia bisnis. Dapat disimpulkan bahwa ada motif profit-seeking dari pembayaran royalti. Bisnis sendiri merupakan serangkaian kegiatan dan aktiva yang digunakan dan dikelola untuk tujuan mendatangkan imbal hasil kepada investor. Dengan demikian, adalah logis bahwa pembayaran royalti terkait dengan pemberian imbal hasil kepada investor, sehubungan dengan penggunaan atau hak untuk menggunakan HAKI (Smith dan Parr, 2000). Penggunaan atau hak menggunakan HAKI sendiri adalah satu satu input dalam proses bisnis untuk menghasilkan pendapatan yang dapat diidentifikasi. Pendapatan yang dapat diidentifikasi tersebut berarti: (1) Ada probabilitas (secara umum di atas 50%) bahwa manfaat ekonomis yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan, dan (2) Jumlah pendapatan itu sendiri dapat diukur dengan handal. Oleh karenanya, tidak mengherankan bahwa tarif royalti pada umumnya ditentukan persentase tertentu dari penjualan, margin kotor, atau volume/kuantitas penjualan. Di samping itu, mengingat konteks pembayaran royalti dalam dunia bisnis masih terkait dengan imbal hasil di atas, diharapkan dari penggunaan HAKI tersebut, bisnis tersebut akan menghasilkan pendapatan dan laba. Laba (sebelum beban royalti dan pajak) inilah yang akan dibagi di antara pemegang HAKI dengan pihak yang membayar royalti. Namun, bicara bagi-hasil pun bisa menjadi rumit, karena laba yang dihasilkan dari suatu bisnis merupakan hasil kontribusi dari seluruh input-input yang ada, termasuk modal kerja, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud lainnya,
  • 3. www.futurumcorfinan.com Page 3 termasuk goodwill, jaringan distribusi, bahkan lokasi. Pertanyaannya kemudian, bagaimana mengetahui berapa besar kontribusi penggunaan HAKI, atas mana pembayaran royalti, dilakukan terhadap laba yang ada. Tantangan lainnya adalah pemeriksaan oleh pihak fiskus. Pada umumnya pemeriksaan pajak dilakukan atas satu tahun pajak dan uji manfaat yang ditekankan menjadi problematik. Pasalnya, seperti kita ketahui, suatu investasi atau usaha pemasaran tidak secara otomatis manfaatnya dapat dinikmati atau terlihat pada tahun terjadinya pengeluaran, termasuk pembayaran royalti. Di samping itu, perlu diingat bahwa jangka waktu perjanjian royalti adalah untuk jangka panjang, bahkan dalam beberapa perjanjian, tidak memiliki batas waktu. Dengan kata lain, tarif royalti ditentukan di muka (misalnya 5% dari tingkat penjualan) dan tarif ini dapat berlaku sampai, misalnya, 20 tahun tanpa perubahan. Jadi, dapat disimpulkan secara implisit, perjanjian royalti adalah untuk manfaat yang kemungkinan besar hanya dapat dianalisis untuk beberapa tahun pajak. Keputusan penentuan tarif royalti adalah keputusan bisnis yang disepakati pada saat perjanjian dibuat dan pemeriksaan pajak dapat saja tidak terjadi sampai beberapa tahun kemudian. Tentunya, selama periode tersebut dapat terjadi laba perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan sejalan dengan konjungtur ekonomi, siklus produk (pengenalan, pertumbuhan, matang, dan penurunan, atau bahkan ada tahap inovasi berkelanjutan), kondisi internal perusahaan (arus barang, pabrik, tenaga kerja, overhead, dan sebagainya), kondisi vendor (jadwal pengiriman barang yang tidak tepat waktu), dan sebagainya. Pada saat yang sama OECD Transfer Pricing Guidelines tidak memperbolehkan penggunaan pengetahuan hindsight dalam analisa transfer pricing. Pemeriksaan pajak atas tarif royalti yang tidak mencakup beberapa periode akan selalu mendatangkan tantangan tersendiri bagi pihak Wajib Pajak untuk memberikan justifikasi atas tarif royalti yang dibayar. Apalagi, dokumentasi transfer pricing untuk keperluan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak dipersiapkan pada umumnya beberapa bulan menjelang batas akhir penyampaian SPT. Sedangkan keputusan penentuan tarif royalti dapat terjadi beberapa tahun sebelumnya, dimana, kondisi bisnis, asumsi bisnis, indikator makro ekonomi, ekspektasi imbal hasil market, dan sebagainya, dapat sangat berbeda.
  • 4. www.futurumcorfinan.com Page 4 Dengan demikian, Wajib Pajak kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan dengan gamblang mengenai tarif royalti, bahkan melalui analisa kesebandingan dan metode-metode penentuan harga wajar yang ada (CUP, CPM, dan TNMM). Risiko terburuknya, tarif royalti dapat dikoreksi menjadi nihil atau dianggap tidak memberikan manfaat apapun kepada bisnis Wajib Pajak. Semua tantangan di atas, baik untuk fiskus maupun Wajib Pajak, timbul karena memang elemen kunci dari pengenaan pajak atas aktiva tidak berwujud atau HAKI yang menimbulkan sengketa pajak belum disepakati antar pihak yang berkepentingan. Untuk tujuan perpajakan, wajib diperjelas apakah hanya legally enforceable/protected intangible asset saja yang dapat diakui biaya royalti-nya? Bagaimana dengan aktiva tidak berwujud yang bersifat “de facto” atau yang “commercially transferrable” walaupun tidak “legally protected intangible asset”. Dengan kata lain, hanya dicakup oleh perjanjian/kontrak antar dua pihak. Marketing intangible sendiri menimbulkan tantangan tersendiri karena Wajib Pajak mengeluarkan seluruh biaya pemasaran dan promosi untuk membawa suatu marketing intangible ke pasar domestik. Di mana, biaya tersebut dibebankan seluruhnya pada laporan laba rugi (mengurangi Penghasilan Kena Pajak), tetapi pada saat bersamaan, Wajib Pajak membayar biaya royalti untuk intangible ke pihak licensor. Dengan bahan marketing yang diperoleh Wajib Pajak dari perusahaan licensor, dan strategi dan sumberdaya (promosi penjualan, iklan, tenaga penjualan, jaringan distribusi) yang dikembangkan Wajib Pajak, dapat memberikan pertumbuhan bisnis yang tinggi. Yang menjadi isu adalah apakah Wajib Pajak berhak mengambil bagian atas laba yang dihasilkan dari pertumbuhan yang tinggi tersebut? Dalam kasus sengketa perpajakan, misalnya Maruti Suzuki (India), otoritas perpajakan beragumentasi bahwa biaya-biaya marketing yang dikeluarkan Wajib Pajak adalah untuk membawa manfaat bagi perusahaan licensor dan bukan Wajib Pajak, sehingga biaya-biaya tersebut tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak Wajib Pajak. Bagaimana dengan manufacturing intangible sendiri? Item-item atau atribut apa saja yang dapat diterima oleh pihak fiskus yang memang dianggap memberikan kontribusi kepada penjualan? Misalnya, know-how, inovasi manufaktur, formula, layout pabrik, dan sebagainya. Bagaimana mengaitkan masing-masing item dengan peningkatan penjualan?
  • 5. www.futurumcorfinan.com Page 5 Mengingat bahwa intangible itu sendiri nilainya tidak terkait dengan bentuk fisiknya, maka dengan mudah intangible dapat dipecah-pecah dan dipegang oleh pihak-pihak di negara-negara yang memang diarahkan ke perencanaan pajak. Misalnya, suatu intangible di negara A, dipecah menjadi dua intangible, satu marketing intangible, ditransfer ke negara B dan intangible lainnya di transfer ke negara C. Di mana pada akhirnya, semua royalti yang diterima oleh negara B dan negara C akan ditransfer ke negara A juga. Dengan kata lain, pada waktu ada konflik antara beneficial ownership dan uji pengendalian praktis, di mana posisi fiskus? Bagaimana dengan pembayaran atas produk/jasa di mana pembayaran tersebut juga untuk pembayaran royalti yang digabungkan ke dalam pembayaran atas produk/jasa? Jadi, dapat disimpulkan ada tiga permasalahan yang meliputi royalti dalam transfer pricing, yaitu (1) Esensi pembayaran royalti itu sendiri? Apakah valid?, (2) Tarif royalti yang dibayar, dan (3) Pihak penerima royalti dipertanyakan apakah memang sebagai beneficial owner atau legal owner? Untuk masalah (1) dan (3), transaksi atas intangible menjadi persoalan tersendiri. Di mana, transaksi atas intangible biasanya melibatkan intangible yang unik, yang pada umumnya tidak akan ditransaksikan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Apalagi mengingat adanya transaksi di mana hak atau know- how yang berharga atau unik tersebut di-bundle dan ditransfer/dilisensikan, di mana akan terbatas bagi pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Analisis kesebandingan berupa perbandingan pasar dengan sendirinya tidak akan dapat ditemukan untuk intangible yang memang di-bundle atau bahkan pendekatan biaya (cost to replicate) sekalipun belum dapat diandalkan. Transaksi-transaksi intangible juga banyak yang merupakan “closely linked” sehingga evaluasi transaksi- transaksi tersebut tidak dapat dilakukan secara memadai apabila secara terpisah- pisah. Untuk permasalahan ke-2, Pasal 6.20 dan Pasal 9.59 OECD Transfer Pricing Guideline memberikan kemungkinan penggunaan penghitungan net present value dan metode discounted cash flow (DCF) diterima juga oleh OECD dengan melakukan analisis dua keadaan, yaitu “as is” dan “after transaction”. Dengan demikian, nilai kini dari keadaan “sebelum transaksi” dan “sesudah transaksi” diperbandingkan untuk melihat apakah kondisi Wajib Pajak pembayar royalti akan
  • 6. www.futurumcorfinan.com Page 6 lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan DCF juga memiliki keunggulan karena dapat disesuaikan dengan isi persyaratan dan kondisi perjanjian, sifat dari intangible, maupun untuk transaksi package deal atau yang di-bundle. Tentunya, yang menjadi tantangan ke depan adalah apakah metode DCF yang dikenal di dunia penilaian, baik untuk pelaporan keuangan maupun untuk manajemen keuangan, harus dilakukan penyesuaian pada saat diterapkan ke dalam penilaian tarif royalti untuk tujuan transfer pricing? ~~~~~~ ####### ~~~~~~
  • 7. www.futurumcorfinan.com Page 7 Disclaimer This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors for specific advice. This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com © FUTURUM. All Rights Reserved