Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Form Kerja IPE mahasiswa YANG SUDAH DI ISI.pdf
1. FORM KERJA IPE
Nama Pasien Bapak Wido TB
170 cm
BB
50 kg
L *
No.RM:-
Alamat:
- No.telp: -
Riwayat Pribadi/Keluarga Diabetes Melitus Tipe 2 dan TB Paru
Status*: Kawin Ruang/Kelas
UGD
TTL/Umur
65 tahun
Tgl.MRS
11 Juli 2020
Tgl.KRS
11 juli 2020
Riwayat Penyakit saat MRS
Lemas
Pusing
Dx: Hiperglikemia e.c Rifampisin pada TB
Paru Kasus Baru + DM Tipe 2
DD:
1. Hiperglikemia e.c Rifampisin pada TB
Paru Kasus Baru + DM Tipe 2
2. Hipoglikemia pada TB Paru Kasus Baru
+ DM Tipe 2
3. Anemia pada TB Paru Kasus Baru + DM
Tipe 2
Dokter:
dr.Widya
Perawat:
Ns. Candra
Ns. Gabriella
Ns. Ella
Keterangan.: * lingkari yg dipilih; U= Umum; A= Askes; J= Jamkesmas; K= Kredit (Perusahaan/ Asuransi lain)
; Dx= Diagnosis; DD= Diferensial Diagnosis; No.RM=No.Rekam Medis; TTL= Tempat Tanggal Lahir; MRS=
Masuk Rumah Sakit; KRS= Keluar Rumah Sakit
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes melitus sejak 1 tahun yang lalu
Sedang hamil:- minggu Sedang menyusui, anak umur : -
Riwayat Alergi
- Makanan: tidak ada
- Obat: tidak ada
- Lain-lain: tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat Resep Dokter (minimal selama 6 bulan terakhir)
Obat Dosis Indikasi Hasil/Keterangan
Glibenclamide
Metformin
5 mg
500 mg
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus
Gula darah tidak terkontrol
Riwayat Penggunaan Obat OTC (minimal selama 6 bulan terakhir)
Obat OTC Dosis Indikasi Hasil/Keterangan
- - - -
Riwayat Penggunaan Supplemen/Herbal/Jamu (minimal selama 6 bulan terakhir)
Suplemen/Herbal/Jamu Dosis Indikasi Hasil/Keterangan
- - - -
Life Style:
- Merokok (tidak merokok)
- Alkohol (tidak mengkonsumsi
alcohol)
- Lain-lain:
Apoteker:
apt. Amri Arminto, S.Farm
4. LEMBAR CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
Tanggal Profesi
Hasil Pemeriksaan, Analisa, Rencana, Penatalaksanaan Pasien
(Ditulis dengan format SOAP)
Instruksi tenaga kesehatan Paraf
11/07/20 Perawat
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi tertahan
Subjektif (S):
Pasien mengatakan batuk berdahak dan batuk berdarah sudah berkurang dari pada 1 bulan yang lalu
Objektif (O):
TD = 130/80 mmHg, RR = 24 x/menit, S = 36,2 oC, HR: 96x/menit, SpO2 = 95%, TB = 170 cm,
BB = 50 Kg, IMT = 17,3 (Berat Badan Kurang)
Assesment (A):
Ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian
Plan (P):
Rencana tindakan dilanjutkan:
- Kaji frekuensi pernafasan
- Manajemen jalan napas
- Posisi semi fowler
- Latihan napas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi terapi
2. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan faktor resiko manajemen
diabetes yang tidak tepat
Subjektif (S):
Pasien mengatakan badan lemas dalam 3 jam terakhir semakin memberat, pusing, sering kencing
di malam hari, sering haus dan sering lapar.
- Monitor pernafasan
- lapor hasil observasi kepada dokter
penanggungjawab (DPJP)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat
- Monitor kadar gula darah
- Edukasi kepada pasien dan keluarga
- Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi
- Cek gula darah 3-4 jam setelah pemberian
terapi obat
Ns. Candra
Ns. Ella
5. Objektif (O):
GDS = 312 mg/dL, akral hangat, tidak ada keringat dingin.
Assesment (A):
Resiko ketidakstabilan kadar gula darah belum teratasi
Plan (P):
Rencana tindakan dilanjutkan
- Monitor GDS
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
- Edukasi penanganan hipergikemi
- Kolaborasi dengan dokter
3. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik
Subjektif (S):
Pasien mengatakan sekarang mudah capek karna aktivitas sehari-hari bekerja di sawah
Objektif (O):
Pasien terlihat letih, lemas, dan lesu, aktifitas fisik dibantu oleh anaknya
Assesment (A):
Keletihan belum teratasi
Plan (P):
Rencana tindakan dilanjutkan
- Kaji faktor resiko keletihan
- Monitor aktivitas fisik
- Kolaborasi dengan dokter
- Monitor aktifitas fisik
- Edukasi pada pasien dan keluarga
Kolaborasi dengan dokter mengenai
pemberian suplemen dan gizi pasien
Ns. Gabriella
11/07/20 Dokter Subyektif:
- Lemas dan pusing sejak 3 jam SMRS
- Ganti glibenclamide dengan glimepiride 2
mg s.1.d.d tab1 a.c
dr. Widya
6. - Batuk-batuk e.c TBC 1 bulan sebelumnya sudah perlahan membaik
- Riwayat DM tipe 2 sejak 1 tahun yang lalu, dan TB Paru kasus baru sejak 1 bulan yang
lalu
- Rutin minum obat OAT FDC dan OHO (Metformin 500 mg 3dd p.c, glibenclamide 5 mg
1dd p.c)
Obyektif:
- TD: 130/80 mmHg
- Nadi: 96x/menit
- Frek. Napas: 24x/menit
- Suhu: 36,2o
C
- GDS: 312 mg/Dl
- SpO2: 95%
- TB: 170 cm
- BB: 50 kg
- IMTl 17,3 (Underweight)
- Hb: 12 g/dL (normal)
- Eritrosit: 4,5 x 106
/mL (normal)
- Leukosit: 11,7 x 103
/µL (normal)
- Netrofil: 45% atau 1,4 x 103
/µL (normal)
- Limfosit: 40% atau 4 x 103
/µL (normal)
- Trombosit: 265 x 103
/L (normal)
- Sputum BTA: (+/+/-)
Assement:
- Hiperglikemia e.c Rifampisin pada TB Paru Kasus Baru + DM Tipe 2
Plan:
- Menurunkan GDS <200 mg/dL serta keluhan lemas dan pusing hilang
- Periksa gula darah sewaktu tiap 1 jam
- Lapor 2 jam lagi GDS pasien dan gejala
yang dikeluhkan
- Periksan tanda vital tiap 30 menit
11/07/20 Apoteker
Subjektif :
- Pasien batuk terus menerus dan kadang disertai dahak sudah selama 21 minggu
- Pasien merasa lemas dan pusing
- Riwayat penyakit : Pasien menderita Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu
- Riwayat pribadi (relevan):
Pasien tinggal bersama istri dan dua anaknya sudah bekerja, rumah agak lembab dan
kurang pencahayaan. Asupan makan pasien 3 kali sehari dengan gizi cukup dan terkontrol
karena pasien sadar bahwa dirinya menderita diabetes mellitus. Pasien tidak merokok,
tidak minum alkohol, dan tidak mengkonsumsi narkoba. Pasien tidak mempunyai riwayat
alergi obat.
- Pasien disarankan untuk memeriksa
glukosa darah setelah 2 minggu
- Pasien disarankan untuk patuh dalam
meminum OAT
- Monitoring efek samping obat
- Pasien disarankan untuk pemeriksaan
Hba1c 3 bulan sekali
- Urin yang dikeluarkan pasien nanti akan
berwarna merah dikarenakan efek samping
dari rifampisin (OAT)
- Monitoring tekanan darah
- Monitoring efek samping hipoglikemia
apt. Sances
apt. Irena
apt. Selvi
apt. Amri
7. - Riwayat pengobatan : Pasien mengkonsumsi Glibenclamide tab 5 mg 1 kali sehari setelah
sarapan, Metformin tab 500 mg 3 kali sehari saat makan
Objektif :
● Diagnosis : Diabetes mellitus tipe 2 dan Tuberkulosis paru kasus baru
● Data laboratorium dan tanda vital :
- TD = 130/80 mmHg
- RR = 24 x/menit
- Suhu = 36,2oC
- GDS = 312 mg/dL
- SpO2 = 95%
- TB = 170 cm
- BB = 50 Kg
- IMT = 17,3 (Berat Badan Kurang)
- Hb: 12 g/dL (normal)
- Eritrosit: 4,5 x 106
/mL (normal)
- Leukosit: 11,7 x 103
/µL (normal)
- Netrofil: 45% atau 1,4 x 103
/µL (normal)
- Limfosit: 40% atau 4 x 103
/µL (normal)
- Trombosit: 265 x 103
/L (normal)
Assessment :
Pasien menderita diabetes melitus sejak 1 tahun yang lalu, saat ini rutin meminum obat diabetes
(Glibenclamide 5 mg 1x sehari setelah makan dan metformin 500 mg 3x sehari saat makan) dan GDS
pasien 312 mg/dL saat datang ke rumah sakit karena merasa lemas dan pusing. Pasien juga
mengkonsumsi OAT FDC selama 1 bulan, pasien merasa lemas dan pusing karena gula darah naik.
Gula darah pasien naik dikarenakan ada interaksi antara glibenclamide dan rifampicin dari OAT FDC
yang dikonsumsi. Rifampisin menurunkan kadar glibenklamid dengan mempengaruhi metabolisme
enzim hati CYP2C9/10. Penginduksi CYP2C9 yang kuat dapat meningkatkan metabolisme
glibenclamide sehingga dapat menurunkan kadar glibenclamide (Medscape, 2020).
● Glibenclamide tab 5 mg 1x sehari setelah makan, merupakan obat yang diindikasikan untuk
diabetes melitus. Dosis maksimal 20 mg, dosis yang diberikan sudah sesuai, Tetapi ada
interaksi antara glibenclamide dan rifampisin (OAT FDC) sehingga perlu diganti.
● Metformin tab 500 mg 3x sehari, merupakan obat yang diindikasikan untuk diabetes
melitus. Dalam terapi yang diterima pasien sudah tepat dalam pemakaian obat metformin,
8. dan terapi ini dapat dilanjutkan dengan dosis 500 mg 3x sehari. Dosis maksimal sehari 500-
3000 mg (PERKENI, 2015).
● OAT FDC
Terapi OAT FDC ini untuk mengatasi Tuberkulosis paru pasien, terapi ini sudah tepat, tetapi
perlu dimonitoring karena ada penggunaan obat diabetes melitus golongan sulfonilurea.
Plan :
- Farmakologi
● Terapi diabetes mellitus, glibenclamide diganti dengan obat glimepiride 1x sehari 2 mg
sebelum makan pada siang hari.. Mekanisme glimepiride: efek awal untuk meningkatkan
sekresi insulin dari sel beta; juga dapat menurunkan tingkat produksi glukosa hepatik dan
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin (Medscape, 2020).
● Obat metformin tetap dilanjutkan, 500 mg 3 kali sehari saat makan. Mekanisme
metformin: Mengurangi produksi glukosa hati; mengurangi penyerapan glukosa GI;
meningkatkan sensitivitas insulin sel target (Medscape, 2020).
● OAT FDC tetap dilanjutkan:
- (2HRZE/4(HR)3 (150 mg, 75 mg, 400 mg, 275 mg)/(150 mg,150 mg))
- Obat FDC (Fix Dose Combination) diminum selama 6 bulan :
➢ Tahap intensif setiap hari RHZE, selama 56 hari: 3 tablet 4FDC
➢ Tahap lanjutan 3 kali seminggu RH, selama 16 minggu: 3 tablet 2FDC
Diminum 1-2 jam sebelum makan (kecuali gangguan GI bisa segera sesudah
makan)
- Monitoring
● Monitoring kepatuhan pasien meminum obat
● Monitoring glukosa darah
● Monitoring tekanan darah
● Monitoring efek samping glimepiride seperti hipoglikemia
● Monitoring efek samping isoniazid seperti neuropati perifer
Outcome terapi tuberculosis:
● Identifikasi cepat kasus TB paru
● Inisiasi pengobatan anti-TB khusus
9. ● Memberantas infeksi M. tuberculosis
● Pencapaian keadaan tidak menular pada pasien, sehingga mengakhiri isolasi
● Mencegah perkembangan resistensi
● Kepatuhan terhadap regimen pengobatan oleh pasien
● Sembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya perawatan minimal 6 bulan) (Dipiro, 2017).
Outcome terapi diabetes mellitus:
● Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
● Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati
dan makroangiopati.
● Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM (Perkeni, 2015).
- Nonfamakologi
DM
● Dilakukan modifikasi gaya hidup sehat dan pemeriksaan HBA1C setiap 3 bulan
● Dilakukan diet dan olahraga, olahraga dapat dilakukan 30-45 menit selama 3-5 kali/minggu
● Dilakukan pengaturan makanan yang cenderung karbohidrat sedang seperti nasi merah
(Engkartin ,2010).
TBC
● Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan dan mengambil
obat di Puskesmas jika obatnya habis
● Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya setelah dua bulan dan
enam bulan pengobatan
● Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa tinggi kalori dan tinggi
protein
● Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal bersifat
positif (Zettira, 2017).