TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Filsafat matematika ditemukan atau diciptakan
1. Nama : Muhammad Arsy Syakaril Zulmy
Nim : 19060484106
Prodi/kelas : IKOR B 2019
2. Apakah kita menciptakan konsep-konsep
matematika untuk membantu kita memahami alam
semesta di sekitar kita, atau matematika adalah
bahasa asli dari alam semesta itu sendiri, yang akan
tetap ada tak peduli apakah kita menemukan
kebenaran/kesahihan atau tidak?
Apakah bilangan-bilangan, poligon-poligon dan
persamaan-persamaan adalah benar-benar nyata,
atau hanya representasi ethereal dari beberapa ide
teoritis?
3. Pythagorean percaya bahwa bilangan-bilangan adalah entitas-entitas
yang hidup dan juga prinsip-prinsip universal. Mereka menyebut
angka satu, "monad", adalah generator dari semua angka lainnya dan
sumber semua ciptaan. Bilangan adalah agen aktif di alam.
Plato berpendapat konsep-konsep matematika adalah konkrit dan
nyata seperti alam semesta itu sendiri, terlepas dari pengetahuan kita
tentang mereka.
Euclid, bapak geometri, percaya bahwa alam adalah manifestasi fisik
dari hukum-hukum matematika.
Yang lainnya berpendapat bahwa meskipun angka-angka mungkin
dan mungkin tidak eksis secara fisik, namun statement matematika
sudah pasti tidak. Nilai-nilai kebenaran mereka didasarkan pada
aturan-aturan yang manusia ciptakan.
4. Matematika adalah hasil ciptaan dari olah logika, sebuah
bahasa dari hubungan abstrak berdasarkan pola-pola yang
dilihat oleh otak, yang dibangun untuk menggunakan pola-
pola tersebut untuk menciptakan keteraturan buatan yang
berguna dari kekacauan.
Salah satu pendukung ide semacam ini adalah Leopold
Kronecker, seorang profesor matematika di abad ke-19
Jerman. Keyakinannya terangkum dalam pernyataan yang
terkenal:
"Tuhan hanya menciptakan bilangan-bilangan alami
(natural numbers), dan yang lainnya merupakan ciptaan
manusia."
5. Berpikir matematis memiliki kedudukan yang sangat
strategis, khususnya sebagai tujuan proses
pendidikan di sekolah maupun di kampus
6. Berpikir matematika adalah proses dinamis yang
memperluas cakupan dan kedalaman pemahaman
karena dimungkinkannya kita meningkatkan
kerumitan ide yang bisa ditangani
Ia dijabarkan sebagai kegiatan prosedural bersiklus
dengan tiga fase: masuk (entry), menyerang (attack),
dan meninjau ulang (review), tiga tahapan yang sarat
dengan reaksi emosi.
7. Dari kegiatan berpikir matematis itu diharapkan
peserta didik memiliki kompetensi matematis yang
mencapai tingkat kesadaran. Mereka diharapkan
mampu berpikir rasional seraya tidak mengabaikan
aspek emosi.