Makalah ini membahas tentang falsafah budaya bangsa Indonesia. Budaya nasional merupakan kebudayaan yang dikemas dari beragam budaya lokal di seluruh Indonesia, diperkuat oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika. Identitas nasional bangsa terbentuk dari pengalaman sejarah bersama yang menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan memberi warna kepribadian bangsa. Faktor-faktor seperti etnisitas, wilayah, bahasa, agama, dan tekn
Tujuan dan Landasan Pendidikan PancasilaMira Veranita
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Tujuan dan Landasan Pendidikan PancasilaMira Veranita
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
PANCASILA (Falsafah budaya bangsa)
1. 1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatNyalah maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Falsafah Budaya Bangsa”, yang
menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari kondisi kooperasi Indonesi
saat ini.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bilamana
isi makalah ini ada kekurangan dan ada penulisan yang kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah
SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bekasi 11 November 2014
“Penulis”
2. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...…………………………………………………………………………………..…. 1
DAFTAR ISI ...……………………………………………………………………………...……..………… 2
BAB I : PENDAHULUAN ...……………………………...……………………….…...………..... 3
A. LATAR BELAKANG ………...…………………………………………………….... 4
B. RUMUSAN MASALAH ………...……………..………………….............................. 4
C. TUJUAN ………...………………………………………………..…………………... 4
BAB II : PEMBAHASAN ………...…………………………………………………………..…… 5
A. Hakikat Kebudayaan ………..………………………………………….…………….. 4
B. Eksistensi Budaya di Indonesia ………...………………...………………….……….. 6
C. Falsafalah Budaya Nasional ……………………………………………….…………. 9
D. Proses Pembentukan Kebudayaan Nasional ...………………………………………. 16
BAB III : PENUTUP………………………………………………………………...…................... 20
A. KESIMPULAN………………………………………………………......................... 20
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….... 22
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Terlahirnya Pancasila sebagaimana tercatat dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia,
merupakan sublimasi dan kristalisasi dari pandangan hidup dan nilai-nilai budaya luhur
bangsa yang mempersatukan keanekaragaman bangsa kita menjadi bangsa yang satu, Indonesia.
Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis, serta negara-negara Eropa Barat lainnya, yang
menjadi suatu negara bangsa karena kesamaan bahasa. Atau negara-negara lainnya, yang
menjadi satu bangsa karena kesamaan wilayah daratan. Latar belakang historis dan kondisi
sosiologis, antropologis dan geografis Indonesia yang unik dan spesifik seperti, bahasa, etnik,
atau suku bangsa, ras dan kepulauan menjadi komponen pembentuk bangsa yang paling
fundamental dan sangat berpengaruh terhadap realitas kebangsaan Indonesia saat ini.
Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia harus diketahui dan
dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga, dan
menjalankan nilai-nilai serta norma-norma positif yang terkandung dalam sila-sila pancasila
hingga menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi kisruh dalam berbagai aspek sosial,
4. 4
ekonomi, politik baik nasional maupun internasional seperti yang sedang kita alami belakangan
ini.
B.RUMUSANN MASALAH
1. Apa definisi kebudayaan ?
2. Bagaimana eksistensi budaya di Indonesia ?
3. Apa falsafalah budaya nasional itu ?
4. Bagaimana proses pembentukan kebudayaan nasional ?
C.TUJUAN
1. Memahami arti kebudayaan sesungguhnya
2. Memahami eksistensi budaya di Indonesia
3. Memahami falsafalah budaya nasional
4. Memahami proses pembentukan kebudayaan nasional
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hakikat Kebudayaan
Para pakar mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut:
1. Edward B.Taylor: kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang mengandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan potensi yang
diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. Ki Hajar Dewantara: kebudayaan adalah buah budi manusia dari hasil perjuangannya
terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan, ketertiban, dan kedamaian.
3. Mitchell (Dictionary of Sorib/ogy): kebudayaan adalah sebagian perulangan dari
keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia Serta produk yang dihasilkan manusia dan
memasyarakat secara sosial dan bukan sekadar dialihkan secara genetikal.
4. Robert H. Lowie: kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari
masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma artistik, dan keahlian yang
diperoleh bukan dari kreativitasnya sendiri, melainkan merupakan warisan masa Iampau
yang diperoleh melalui pendidikan formal atau informal.
6. 6
5. R. Seokmono: kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda maupun
buah pikiran dalam penghidupannya.
Dari semua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan serta pengalamannya, dan menjadi pedoman tingkah lakunya.
Kebudayaan merupakan milik bersama anggota masyarakat yang disebarkan dan diwariskan
kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai
pengetahuan mengenai kebudayaannya masing-masing.
Adapun unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah: (1) bahasa dan komunikasi; (2) ilmu
pengetahuan; (3) teknologi; (4) ekonomi; (5) organisasi sosial; (6) agama; (7) kesenian.
B.Eksistensi Budaya di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari Aceh
sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan Republik Indonesia,
yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama. Di samping
kekayaan alam dengan keanekaragaman hayati dan nabati, Indonesia dikenal dengan
keberagaman budayanya. Di Indonesia terdapat beragam etnis yang memiliki budaya masing-
masing. Misalnya, Pulau Sumatra: Aceh, Batak, Minang, Melayu (Deli, Riau, Jambi,
7. 7
Palembang, Bengkulu, dan sebagainya), dan`Lampung; Puiau Jawa: Sunda, Badui (masyarakat
tradisional yang mengisolasi diri dari dunia iuar di Provinsi Banten), Jawa, dan Madura; Bali;
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengara Timur: Sasak, Mangarai, Sumbawa, Flores, dan
sebagainya; Kalimantanz Dayak, Melayu, Banjan dan sebagainya; Sulawesi: Bugis, Makassar,
Toraja, Gorontalo, Minahasa, Manado, dan sebagainya; Maluku: Ambon, Ternate, dan
sebagainya; Papua: Dani, Asmat, dan sebagainya.
Ada sekitar 726 bahasa daerah yang tersebar di seluruh Nusantara. Mulai dari penutur yang
hanya berjumlah belasan orang, seperti bahasa di Papua, sampai dengan penutur yang berjumiah
puluhan juta orang, seperti bahasa Jawa dan Sunda.
Suku bangsa dan etnis itu adakalanya menempati daerah atau wilayah dalam sebuah
provinsi dan adakalanya menempati lintas provinsi. Etnis Jawa, misalnya, menempati tiga
provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah istimewa Yogyakarta. Bahkan,
suku Jawa tersebar ke seluruh pelosok indonesia hingga ke negara Suriname.
Agama pun berbeda-beda.Tidak dapat diingkari bahwa masih ada sistem religi masyarakat
Indonesia yang menganut kepercayaan kepada benda-benda alam (animisme). Akan tetapi,pada
umumnya masyarakat Indonesia menganut enam agama resmi, yaitu Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Semuanya hidup berdampingan yang diatur dalam kerukunan
hidup beragama. Memang, konsep kerukunan Iahir pada masa Orde Baru yang sudah turhbang,
8. 8
tetapi keberadaannya masih dipertahankan, yaitu kerukunan intarumat dan antarumat beragama.
Apalagi sejak reformasi digulirkan pada tahun 1998 yang ditandai dengan jatuhnya
pemerintahan Soeharto, mantan Presiden Kedua Republik
Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia Iebih transparan. Setiap orang mempunyai hak
yang sama di negara Indonesia. Hal itu terbukti dengan tumbuh berkembangnya budaya Cina,
termasuk pengakuan terhadap agama Konghucu bagi masyarakat keturunan Cina di Indonesia.
Angin segar itu disambut bahagia oleh masyarakat keturunan Cina, yang pada masa Orde Baru
agak dimarginalkan.
Dari sudut keagamaan itu, Islam di Indonesia mencapai 87%. Dengan jumlah itu, tidak
berarti bahwa kehidupan sosial poiitik tidak memerhatikan keberagaman agama. Di Indonesia,
tradisi keberagaman agama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa sangat menonjol.
Sebagai warga dengan jumlah mayoritas umat Islam, Indonesia sangat memerhatikan kerukunan
antarumat beragama. Prinsip-prinsip agama sebagai pembawa rahmat dan kedamaian untuk
seluruh isi alam sangat mereka perhatikan. Bahkan, ada masyarakat yang begitu tinggi
toleransinya sehingga gesekan apa pun yang menerpanya tidak akan menggoyahkan sendi-sendi
kemasyarakatan yang toleran. Memang, tidak dapat disangkal bahwa situasi politik kadang-
kadang memengaruhi kehidupanan masyarakat yang rukun dan aman. Ada upaya-upaya untuk
memecah belah persatuan bangsa melalui goncangan terhadap kerukunan umat beragama
dengan mencuatkan sentimen keagamaan. Hal itu sengaja diciptakan oleh orang-orang yang
9. 9
tidak senang dengan kondisi pplitik yang stabil. Akibatnya, umat beragama terpengaruh ke
dalam konT|ik tertentu. Kondisi itu kadang-kadang disesalkan oleh masyarakat itu sendiri
mengapa mereka terjerumus ke dalam konflik yang tidak mereka inginkan. Meskipun begitu,
kehidupan rukun yang telah mereka warisi secara turun-temurun mengekalkan mereka dalam
kebersamaan dan kerukunan yang sejati.
C.Falsafalah Budaya Nasional
Kebudayaan didefinisikan sebagai sistem simbol dan makna dalam masyarakat yang di
dalamnya terdapat norma dan nilai hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas
masyarakat bersangkutan.
Djojodigoena dalam bukunya Asas-asas Sosiologi mengatakan bahwa budaya adalah cipta
yang merupakan kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalaman Iahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan yang bersumber pada
kenyataan. Budaya adalah karya, yaitu kerinduan manusia untuk menginsafi sangkan paran,
yaitu asal manusia sebelum Iahir (sangkan), dan tujuan manusia sesudah mati (paran).
Kemudian, muncullah berbagai sistem kepercayaan dan agama. Budaya ada|ah rasa, yaitu
kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati
10. 10
keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak segala keburukan. Buah
perkembangan rasa berbentuk nbrma keindahan yang menghasilkan kesenian.
Secara filosofis, kebudayaan nasional mencerminkan hal-hal berikut:
1. Hidup-kebatinan manusia, yaitu menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-
istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri; tertib damainya
agama atau ilmu kebatinan dan kesusiiaan ada harmonisasi antara jiwa dan raga;
2. Angan-angan manusia, yaitu dapat menimbuikan keiuhuran bahasa, kesusastraan, dan
kesusiiaan;
3. Kepandaian manusia, yaitu menimbulkan macam-macam kepandaian tentang erusahaan
tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan ialu Iintas, kesenian yang berjenis-jenis;
semuanya bersifat indah.
Falsafah kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang dikemas dari beragam kebudayaan
Iokal yang tersebar di seluruh wiiayah Indonesia, diperkokoh ikatannya dengan slogan Bhineka
Tunggal lka. Kebudayaan bangsa merupakan identitas nasional atau kepribadian nasional. Jati
diri nasional suatu bangsa yang dikuatkan oleh latar belakang sejarah, kebudayaan, dan geograri.
Jati diri nasional bangsa Indonesia terbentuk oleh pengalaman sejarah yang sama yang
menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan melahirkan identitas nasional.
11. 11
Lahirnya identitas nasional bangsa tidak dapat dilepaskan dari dukungan faktor objektii
yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan geografis ekologis dan demografis; sedangkan
faktor subjektii yaitu faktor-faktor historis, politik, sosial, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
itu.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells mengemukaan bahwa teori tentang
munculnya identitas nasional sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu
faktor primer faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor reaktif.
Faktor pertama (primner) mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang
sejenisnya. Faktor kedua (pendorong), meliputi pembangunan komunikasi dan teknoiogi,
Iahirnya angkatan bersenjata modern dan sentraiiasi‘monarkis. Faktor ketiga (penarik)
mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan
sistem pendidikan nasional. Faktor keempat (reaktif), meliputi penindasan, dominasi, dan
pencarian identitas aiternatif melalui memori kolektif rakyat.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas
nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum Indonesia mencapai
kemerdekaan.” Misalnya, Sumpah Pemuda Oktober 1928 yang mendukung upaya pencarian
nasionalisme Indonesia sekaligus penemuan identitas nasional bangsa Indonesia.“
12. 12
Gagasan kebudayaan nasional sebagai identitas nasional sudah dicetuskan sejak Sumpah
Pemuda tahun 1928. Gagasan itu diikuti oleh seluruh pemuda dari berbagai daerah di Indonesia
yang membuiatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa
Indonesia yang berbeda budaya di setiap daerahnya, tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia
Raya dengan semboyan Bhineka Tunggal lka. Kebudayaan sebagai identitas nasional
menunjukkan bahwa kebudayaan adalah aspek yang penting bagi bangsa karena merupakan jati
diri bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, kebudayaan yang merupakan identitas nasional adalah
falsafah bangsa, artinya cara pandang masyarakat terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebudayaan nasional bersumber pada puncak-puncak kebudayaan Iokal atau kebudayaan daerah
di seluruh Indonesia yang selaras dengan norma-norma berbangsa dan bernegara.
Kebudayaan nasional Indonesia secara hakiki terdiri atas semua budaya yang terdapat
dalam wiiayah Republik Indonesia.Tanpa budaya itu, tidak ada kebudayaan nasional.
Kebudayan nasional merupakan realitas kesatuan nasional, yang akan semakin kuat apabila
seiuruh kebudayaan Iokalnya semakin mantap dan mengembangkan diri dengan
mempertahankan originaIitasnya. Kebudayaan nasional adalah gabungan dari kebudayaan
daerah yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam wiiayah atau
daerah tertentu yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi
berikutnya pada ruang Iingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu
daerah memiliki poIa pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan
13. 13
yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang Iain. Budaya daerah mulai terlihat
berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara
hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang
berbeda satu sama lain.”
Kebudayaan nasional Indonesia harus bernilai dan menjadi norma nasional atau pedoman
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk nilai-nilai yang menjaga kedaulatan negara
dan integritas teritorial yang menyiratkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air, Serta
kelestariannya, nilai-nilai tentang kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai, dan
saling menolong antarsesama warga negara, untuk bersama-sama menjaga kedaulatan dan
martabat bangsa. Kebudayaan nasional merupakan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
yang berkaitan dengan jati diri bangsa lndonesia.
Clifford Geertz (1963), mencoba menyederhanakan kebudayaan yang berkembang di
Indonesia dalam dua tipe yang berbeda berdasarkan ekosistemnya, yaitu kebudayaan yang
berkembang di "Indonesia dalam” (Jawa, Bali) dan kebudayaan yang berkembang di ”lndonesia
iuar? yaitu di luar Pulaulawa dan Bali. Kebudayaan yang berkembang di "lndonesia dalam” itu
ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan telah menggunakan sistem
pengairan dan menghasilkan pangan padi yang ditanam di sawah.”
14. 14
Dengan demikian, kebudayaan di Jawa yang menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah
besar disertai peralatan yang relatif Iebih kompleks itu merupakan perwujudan upaya manusia
yang secara Iebih berani mengubah ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat yang
bersangkutan.
Sementara itu, kebudayaan di luar Jawa, kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi
Sumatra Barat dan Sulawesi Barat Daya, berkembang atas dasar pertanian perladangan yang
ditandai dengan jumlah penduduk yang jarang dan pada umumnyaisbaru beranjak dari kebiasaan
hidup berburu ke arah hidup bertani. Oleh karena itu, mereka cenderung menyesuaikan diri
dengan ekosistem yang ada.
Bentuk kebudayaan kategori ketiga mencakup aneka kebudayaan yang tidak termasuk ke
dalam dua kategori terdahuiu. Kategori ketiga itu meliputi kebudayaan orang Toraja di Sulawesi
Selatan, orang Dayak di pedalaman Kalimantan, orang Halmahera, suku-suku di pedalaman
Seram, di Kepulauan Nusa Tenggara, orang Gayo di Aceh, orang Rejang di Bengkulu dan
Lampung di Sumatra Selatan. Pada umumnya, kebudayaan mereka berkembang di atas sistem
pencarian perladangan ataupun penanam padi ladang, sagu, jagung maupun akar-akaran.
Dengan demikian, kategori tersebut. Clifford Geertz menggolongkannya pada kebudayaan
tipe”lndonesia Iuaf’ yang merupakan pen/vujudan kecerdikan masyarakat menyesuaikan diri
dengan ekosistemnya. Penduduk di daerah tersebut menduduki tempat yang kurang
menguntungkan dalam kontak kebudayaan dan sejarah perkefnbangan kebudayaan apabila
15. 15
dibandingkan dengan penduduk di "Indonesia dalam? Sementara itu, ikatan kekerabatan masih
kuat apabila dibandingkan dengan ikatan wilayah ataupun ikatan politik yang feodal.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula
merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beragam itu perlu
diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional.
Kebudayaan yang memberi niakna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian sebagai
identitas nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional yang hendak dikembangkan telah
ditetapkan landasan dan arah tujuannya yang dituangkan dalam Penjelasan Pasal 32 UUD 1945.
"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat
Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai
kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan
persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa lndonesia.”
Dengan demikian, perkembangan kebudayaan bangsa harus memerhatikan keberagaman
masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan masyarakat
bangsa. Penjelasan Pasal 32 memberikan empat ketentuan arah dan tujuan pengembangan
16. 16
kebudayaan nasional Indonesia. Pertama, kebudayaan nasional yang hendak dikembangkan
harus merupakan pen/vujudan hasil upaya dan tanggapan aktif masyarakat Indonesia dalam
proses adaptasi terhadap Iingkungannya dalam arti luas. Kedua, kebudayaan nasional
merupakan perpaduan puncak kebudayaan daerah, sehingga mewujudkan konfigurasi budaya
bangsa. Ketiga, pengembangan kebudayaan nasional harus menuju ke arah kemajuan yang dapat
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Keempat, menyerap unsur-unsur kebudayaan
asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional, serta mempertinggi
kemanusiaan bangsa Indonesia.
Ketentuan pertama menunjukkan bahwa dalam pengembangan kebudayaan nasional harus
diperhatikan oleh masyarakat pendukungnya yang mempunyai Iatar belakang kebudayaan
daerah. Ketentuan kedua mengandung pengertian bahwa dalam upaya memajukan kebudayaan
nasional, Indonesia harus dapat mewujudkan konfigurasi budaya yang merupakan perpaduan
antarpuncak kebudayaan di daerah. Konfigurasi budaya itu sebagai inti penggerak yang akan
menjiwai, memberi makna, serta mengarahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
D.Proses Pembentukan Kebudayaan Nasional
Perjalanan panjang sejak kemerdekaan Indonesia, memberi pengalaman kepada warga
negara mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Meutia" bahwa nation and
17. 17
character building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional, belum dilandasi oleh
strategi budaya yang nyata. Padahai, ini merupakan konsekuensi dicetuskannya Proklamasi
Kemerdekaan dan diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai hukum
dasar négara.
Kesadaran nasional dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan patriotisme.
Kesadaran nasional menjadi dasar keyakinan perlunya memelihara dan rnengembangkan harga
diri bangsa, harkat, dan martabat bangsa sebagai perjuangan mencapai peradaban, sebagai upaya
melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundukan, keterhinaan) terhadap
bangsa asing atau kekuatan asing.
Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan, agama, dan suku bangsa, bersama-sama dengan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarnai "perilaku dan kegiatan kita. Berbagai
kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi dan saling mengisi, tidak berdiri sendiri-sendiri,
bahkan saling menyesuaikan (fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari. Dalam konteks itu
pula, beragam suku bangsa yang terdapat di Indonesia merupakan aset negara karena adanya
pemahaman terhadap tradisi, serta potensi budaya yang dimilikinya, yang keseluruhannya perlu
didayagunakan bagi pembangunan nasional.
Setiap suku bangsa memiliki hambatan budaya masing-masing, yang berbeda antara suku
bangsa yang satu dan yang |ainnya.Tugas negaralah untuk memahami, mengatasi hambatan
18. 18
budaya masing-masing suku bangsa, dan secara aktif memberi dorongan dan peluang bagi
munculnya potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.
Dalam bidang sosial-budaya, dalam konteks mutualisme dan perasaan saling memiliki,
harus ada proses alamiah yang memberikan isi pada kesadaran dan identitas nasional sebagai
esensi persaudaraan (brotherhood) dan ”keluarga luas” (extended family). Hal ini karena dengan
semakin meningkatnya perkawinan antarsuku bangsa di tengah masyarakat akan timbul
perasaan saling menghargai dan kebersamaan, meskipun masing-masing pihak tetap memelihara
identitasnya.” Akan terbentuk komunikasi yang mencerminkan mutualisine, perasaan bersama,
dan sinergis (togetherness).
Dengan demikian, dalam penataan mindset untuk ”membentuk" kebudayaan nasional
Indonesia, ada beberapa titik tolak utama sebagai awal yang strategis, yaitu sebagai berikut.
Pertama, rakyat Indonesia yang pluralistik merupakan kenyataan yang harus dilihat sebagai
aset nasional, bukan risiko atau beban. Rakyat adalah potensi nasional harus diberdayakan,
ditingkatkan potensi dan produktivitas Iisikal, mental, dan kulturalnya.
Kedua, tanah air Indonesia sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke dan dari Miangas sampai Rote merupakan tempat bersemayamnya semangat
kebhinekaan. Kewajiban politik dan intelektual kita untuk mentransformasikan ”kebhinekaan”
menjadi ”ketunggaIikaan” dalam identitas dan kesadaran nasional.
19. 19
Ketiga, diperlukan penumbuhan pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme, kerja
sama sinergis saling menghargai dan memiliki (shared interest) dan menghindarkan pola pikir
persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme, tetapi sebaliknya, perlu secara
bersama-sama berlomba meningkatkan daya saing dalam tujuan peningkatan kualitas sosial-
kultural sebagai bangsa.
Keempat, membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah pada suatu strategi
kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, "Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?"
yang tentu jawabannya adalah "menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi
bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat
bebas-aktif mampu rrienjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam
percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia.
Kelima, yang kita hadapi adalah krisis budaya.Tanpa ditegakkannya upaya ”membentuk"
identitas nasional dan kesadaran nasional, bangsa ini akan menghadapi kehancuran. Menurut
C_A. van Peurseun, karena kebudayaan tidak terlaksana di luar kita sendiri, kita (manusia)
sendirilah yang harus menemukan strategi kebudayaan, termasuk dalam proses melestarikan
kebudayaan. Hal ini karena proses melestarikan kebudayaan itu pada hakikatnya mengarah pada
perilaku kebudayaan apabila dilakukan secara terus- menerus.
20. 20
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan serta pengalamannya, dan
menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan merupakan milik bersama anggota masyarakat
yang disebarkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari Aceh
sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan Repubiik Indonesia,
yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang belum bernama. Ada sekitar
726 bahasa daerah yang tersebar di seluruh Nusantara.
Perkembangan kebudayaan bangsa harus memerhatikan keberagaman masyarakat dengan
segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan masyarakat bangsa. Penjelasan Pasal
32 memberikan empat ketentuan arah dan tujuan pengembangan kebudayaan nasional
Indonesia.
21. 21
Dalam bidang sosial-budaya, dalam konteks mutualisme dan perasaan saling memiliki,
harus ada proses alamiah yang memberikan isi pada kesadaran dan identitas nasional sebagai
esensi persaudaraan (brotherhood) dan ”keluarga luas” (extended family). Hal ini karena dengan
semakin meningkatnya perkawinan antarsuku bangsa di tengah masyarakat akan timbul
perasaan saling menghargai dan kebersamaan, meskipun masing-masing pihak tetap memelihara
identitasnya.” Akan terbentuk komunikasi yang mencerminkan mutualisine, perasaan bersama,
dan sinergis (togetherness).