Dokumen tersebut membahas kelas-kelas sistem klasifikasi Biopharmaceutics Classification System (BCS) yang digunakan untuk memprediksi kelarutan dan permeabilitas obat-obatan. Terdapat empat kelas BCS yang masing-masing merepresentasikan kombinasi tingkat permeabilitas dan kelarutan obat tertentu.
Dokumen ini membahas metodologi penelitian tentang pengaruh campuran pelarut dan penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Metode yang digunakan meliputi pembuatan larutan dengan variasi komposisi pelarut dan konsentrasi surfaktan, penambahan zat sampai jenuh, titrasi asam basa untuk menentukan kelarutan zat, dan pembuatan grafik hasilnya.
ENZIM SEBAGAI KATALISATOR METABOLISME MIKROORGANISMENiakhairani
Makalah ini membahas tentang peranan enzim sebagai katalisator metabolisme mikroorganisme. Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi kimia sel. Enzim dapat mempercepat reaksi hingga jutaan kali lebih cepat melalui penurunan energi aktivasi. Enzim bekerja secara spesifik pada substrat tertentu dan berperan dalam berbagai proses metabolisme mikroba seperti respirasi dan fermentasi.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, yaitu ukuran partikel, sifat antarmuka partikel, dan kondisi pH medium. Ukuran partikel yang kecil berpotensi membentuk agregat yang lebih besar akibat gaya gravitasi dan tumbukan partikel, sehingga menurunkan stabilitas suspensi. Kondisi pH yang tepat dapat mempertahankan muatan listrik partikel untuk mencegah agregasi melalui
Dokumen tersebut membahas kelas-kelas sistem klasifikasi Biopharmaceutics Classification System (BCS) yang digunakan untuk memprediksi kelarutan dan permeabilitas obat-obatan. Terdapat empat kelas BCS yang masing-masing merepresentasikan kombinasi tingkat permeabilitas dan kelarutan obat tertentu.
Dokumen ini membahas metodologi penelitian tentang pengaruh campuran pelarut dan penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Metode yang digunakan meliputi pembuatan larutan dengan variasi komposisi pelarut dan konsentrasi surfaktan, penambahan zat sampai jenuh, titrasi asam basa untuk menentukan kelarutan zat, dan pembuatan grafik hasilnya.
ENZIM SEBAGAI KATALISATOR METABOLISME MIKROORGANISMENiakhairani
Makalah ini membahas tentang peranan enzim sebagai katalisator metabolisme mikroorganisme. Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi kimia sel. Enzim dapat mempercepat reaksi hingga jutaan kali lebih cepat melalui penurunan energi aktivasi. Enzim bekerja secara spesifik pada substrat tertentu dan berperan dalam berbagai proses metabolisme mikroba seperti respirasi dan fermentasi.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, yaitu ukuran partikel, sifat antarmuka partikel, dan kondisi pH medium. Ukuran partikel yang kecil berpotensi membentuk agregat yang lebih besar akibat gaya gravitasi dan tumbukan partikel, sehingga menurunkan stabilitas suspensi. Kondisi pH yang tepat dapat mempertahankan muatan listrik partikel untuk mencegah agregasi melalui
Laporan ini membahas proses pembuatan dry syrup kotrimoxazol. Terdapat informasi tentang tujuan pembuatan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dry syrup direncanakan untuk mengandung kotrimoxazol 240 mg/5 mL dan akan dievaluasi secara organoleptis, pH, dan ukuran partikel.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut membahas tentang injeksi sebagai salah satu bentuk sediaan steril dan definisinya. Juga membahas tentang berbagai rute injeksi, komposisi, syarat, dan wadah injeksi. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, jenis, dan aspek farmasi dari injeksi sebagai salah satu cara administrasi obat parenteral.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Ekskresi obat melalui ginjal melibatkan tiga proses: filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Parameter klirens berguna untuk mengukur kemampuan tubuh mengeliminasi obat. Faktor seperti usia, pH urin, dan ikatan protein plasma dapat mempengaruhi ekskresi ginjal.
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang menggunakan interaksi antara materi dengan cahaya. Terdapat beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahayanya, yaitu visible, UV, UV-Vis, dan IR. Setiap jenisnya memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu dalam aplikasinya untuk menganalisis sampel.
Hubungan Antara Berbagai Jalur MetabolismeDedi Kun
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas hubungan antara berbagai lintasan metabolisme yang terjadi di tingkat jaringan, organ tubuh, dan subseluler. Dokumen tersebut juga menjelaskan proses-proses metabolisme karbohidrat, lipid, dan asam amino serta bagaimana metabolisme-metabolisme tersebut diatur. Dokumen tersebut memberikan gambaran umum tentang metabolisme normal dan abnormal dalam tubuh manusia.
Ilmu Resep dan Kesehatan
PULVIS (sediaan serbuk)
A. Pengertian
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk
Kelebihan
- Obat lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair terutama obat yang rentan rusak oleh air
- Jika dibandingkan sediaan padat lainnya, serbuk lebih cepat diabsorpsi
- Dapat membantu untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul
- Dibuat untuk zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
Kelemahan
- Mudah lembab selama penyimpanan
- Rasa yang tidak tertutupi mengakibatkan rasa yang tidak enak
Syarat syarat Serbuk
“Bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen”
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak tebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak tebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk Oral Tidak Terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu, sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain
3. Serbuk Tabur
Pada umumnya serbuk harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
B. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian buat keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 mesh, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.
No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
C. Jenis Serbuk
1. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umurnnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
- Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi s
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Dokumen tersebut membahas tentang penyerapan obat yang diberikan melalui rektum, termasuk cara kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Pemberian obat melalui rektum dapat mendapatkan efek lokal atau sistemik, tergantung jenis obatnya. Absorpsi terjadi lewat pembuluh darah secara langsung, getah bening, atau tidak langsung, namun bioavailabilitasnya relatif rendah.
Tabel Istilah dan Pengertian yang Ada Hubungannya dengan Kegunaan Simplisia d...Wulung Gono
Dokumen tersebut berisi daftar istilah-istilah yang berkaitan dengan kegunaan tanaman obat dan nama penyakit, dengan penjelasan singkat mengenai makna masing-masing istilah. Beberapa istilah yang disebutkan antara lain amara, stomakika, analgetika, antelmintika, antihipertensi, dan antipiretika yang berkaitan dengan kegunaan tanaman obat, serta gonorrhoe, konstipasi, parkinson, dan trikhomoniasis se
1. Biofarmasi mempelajari pengaruh pembuatan sediaan obat terhadap efek terapeutiknya. Efek obat bergantung pada faktor farmakologi dan formulasinya. 2. Ketersediaan farmasi mengukur kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan untuk diserap tubuh, sedangkan ketersediaan hayati mengukur persentase zat aktif yang tersedia untuk efek terapi. 3. Bentuk sediaan, zat pembantu, dan ke
Laporan ini membahas proses pembuatan dry syrup kotrimoxazol. Terdapat informasi tentang tujuan pembuatan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dry syrup direncanakan untuk mengandung kotrimoxazol 240 mg/5 mL dan akan dievaluasi secara organoleptis, pH, dan ukuran partikel.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut membahas tentang injeksi sebagai salah satu bentuk sediaan steril dan definisinya. Juga membahas tentang berbagai rute injeksi, komposisi, syarat, dan wadah injeksi. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, jenis, dan aspek farmasi dari injeksi sebagai salah satu cara administrasi obat parenteral.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Ekskresi obat melalui ginjal melibatkan tiga proses: filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Parameter klirens berguna untuk mengukur kemampuan tubuh mengeliminasi obat. Faktor seperti usia, pH urin, dan ikatan protein plasma dapat mempengaruhi ekskresi ginjal.
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang menggunakan interaksi antara materi dengan cahaya. Terdapat beberapa jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahayanya, yaitu visible, UV, UV-Vis, dan IR. Setiap jenisnya memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu dalam aplikasinya untuk menganalisis sampel.
Hubungan Antara Berbagai Jalur MetabolismeDedi Kun
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas hubungan antara berbagai lintasan metabolisme yang terjadi di tingkat jaringan, organ tubuh, dan subseluler. Dokumen tersebut juga menjelaskan proses-proses metabolisme karbohidrat, lipid, dan asam amino serta bagaimana metabolisme-metabolisme tersebut diatur. Dokumen tersebut memberikan gambaran umum tentang metabolisme normal dan abnormal dalam tubuh manusia.
Ilmu Resep dan Kesehatan
PULVIS (sediaan serbuk)
A. Pengertian
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk
Kelebihan
- Obat lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair terutama obat yang rentan rusak oleh air
- Jika dibandingkan sediaan padat lainnya, serbuk lebih cepat diabsorpsi
- Dapat membantu untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul
- Dibuat untuk zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
Kelemahan
- Mudah lembab selama penyimpanan
- Rasa yang tidak tertutupi mengakibatkan rasa yang tidak enak
Syarat syarat Serbuk
“Bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen”
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak tebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak tebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk Oral Tidak Terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu, sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain
3. Serbuk Tabur
Pada umumnya serbuk harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
B. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian buat keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 mesh, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.
No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
C. Jenis Serbuk
1. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umurnnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
- Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi s
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
Dokumen tersebut membahas tentang penyerapan obat yang diberikan melalui rektum, termasuk cara kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Pemberian obat melalui rektum dapat mendapatkan efek lokal atau sistemik, tergantung jenis obatnya. Absorpsi terjadi lewat pembuluh darah secara langsung, getah bening, atau tidak langsung, namun bioavailabilitasnya relatif rendah.
Tabel Istilah dan Pengertian yang Ada Hubungannya dengan Kegunaan Simplisia d...Wulung Gono
Dokumen tersebut berisi daftar istilah-istilah yang berkaitan dengan kegunaan tanaman obat dan nama penyakit, dengan penjelasan singkat mengenai makna masing-masing istilah. Beberapa istilah yang disebutkan antara lain amara, stomakika, analgetika, antelmintika, antihipertensi, dan antipiretika yang berkaitan dengan kegunaan tanaman obat, serta gonorrhoe, konstipasi, parkinson, dan trikhomoniasis se
1. Biofarmasi mempelajari pengaruh pembuatan sediaan obat terhadap efek terapeutiknya. Efek obat bergantung pada faktor farmakologi dan formulasinya. 2. Ketersediaan farmasi mengukur kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan untuk diserap tubuh, sedangkan ketersediaan hayati mengukur persentase zat aktif yang tersedia untuk efek terapi. 3. Bentuk sediaan, zat pembantu, dan ke
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan respon individu terhadap obat. Secara umum obat akan diabsorpsi, didistribusikan, di metabolisme, dan diekskresi dari tubuh. Proses-proses ini dapat bervariasi antar individu karena faktor seperti usia, diet, dan interaksi obat lain. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam efek dan keamanan obat antar pasien.
3 - The Relationship of Drug Metabolism and Nutrients.pptxEmmyKardianasari
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Interaksi obat dan makanan dapat mempengaruhi kinerja obat dalam tubuh, baik meningkatkan maupun menurunkan efek obat. 2) Banyak faktor yang mempengaruhi laju pengosongan lambung sehingga memengaruhi interaksi obat dan makanan, seperti jenis makanan, obat, emosi, dan aktivitas. 3) Interaksi dapat terjadi karena pengaruh makanan dan obat terhadap penyer
Dokumen tersebut membahas tentang pemilihan pemberian obat secara oral dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jenis-jenis sediaan oral yang dibahas meliputi tablet, kapsul, kaplet, cairan, dan pil. Faktor fisiologi seperti usia, pH lambung, dan flora usus mempengaruhi penyerapan obat secara oral. Bentuk dan formulasi sediaan seperti larutan, suspensi, atau emulsi juga berpengaruh pada
1. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bentuk kimia dan bahan tambahan terhadap kecepatan disolusi beberapa zat aktif obat, yaitu teofilin anhidrat, teofilin monohidrat, kloramfenikol, dan kloramfenikol metanol.
2. Metode yang digunakan adalah metode dayung dengan mengukur absorbansi larutan obat setiap 5 menit selama 30 menit untuk menentukan laju disolusinya.
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetikpjj_kemenkes
Modul ini membahas konsep dasar farmakologi, termasuk tiga fase kerja obat (farmasetik, farmakokinetik, dan farmakodinamik), serta peran perawat dalam pemberian obat. Modul ini juga menjelaskan proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat dalam tubuh, serta mekanisme kerja obat dan efeknya.
Modul ini membahas konsep dasar farmakologi, termasuk tiga fase kerja obat (farmasetik, farmakokinetik, dan farmakodinamik), serta peran perawat dalam pemberian obat. Modul ini juga menjelaskan proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat, serta efek awal, puncak dan lama kerja obat.
Kuliah ilmu gizi Interaksi Obat-Makanan.pptxIndahUdin1
Interaksi obat dan makanan perlu diketahui agar setiap orang dapat menghindari pemakaian obat-obatan yang bersamaan diberikan dengan makanan, sehingga tidak muncul efek negatif yang tidak diharapkan
Kuliah ilmu gizi Interaksi Obat-Makanan.pptxIndahUdin1
Dokumen tersebut membahas interaksi antara obat dan nutrisi yang dapat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat, sehingga dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan. Nutrisi tertentu dalam makanan dapat mempercepat atau menghambat laju absorpsi obat, sementara beberapa obat juga dapat mempengaruhi status gizi tubuh."
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Dokumen tersebut membahas tentang nasib obat dalam tubuh, meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas obat seperti bentuk fisik, kimia, dan formulasi obat serta prinsip-prinsip farmakokinetik dan farmakodinamik.
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat-converted.pptx
1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Proses Pelepasan, Pelarutan dan
Absorbsi Obat Al Syahril Samsi,
S.Farm., M.Si., Apt
5/31/201
7 1
2. Faktor yang Mempengaruhi
Liberation (Pelepasan), disolution
(Pelarutan) dan
absorbtion(Absorbsi/difusi)LDA
5/31/201
7 2
• Faktor sifat fisika-kimia zat
aktif
• Faktor Formulasi dan
teknologi
• Faktor fisio-patologi
3. Faktor sifat fisika-kimia zat aktif
5/31/201
7 3
1. Ukuran partikel
2. Kristalin atau amorf
3. Pembentukan garam dan
ester
4. Kelarutan dalam air/lipid
5. pH
6. Bentuk Sediaan
4. 1. Ukuran Partikel
Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan luas
permukaan yang kontak dengan cairan. Semakin kecil
partikel, semakin luas permukaan obat, semakin
mudah larut.
Dengan memperkecil ukuran partikel, dosis obat yang
diberikan dapat diperkecil pula, sehingga signifikan dari
segi ekonomis
5/31/201
7 4
bentuk
mikr
o
dengan 1
g
Contoh : Pemberian 500 mg griseofulvin
memberikan kadar plasma yang sama
griseofulvin bentuk serbuk.
5. 2. STRUKTUR :
KRISTALIN/AMORF
5/31/201
7 5
Kristalin: Mempunyai bentuk bangun tertentu
Amorf: Tidak teratur
Bentuk kristal umumnya lebih sukar larut dari pada bentuk
amorfnya
Contoh kasus:
- Novobiocin, kelarutan bentuk amorf 10 x dari
bentuk Kristal.
- Penisilin G lebih stabil dalam bentukamorf
- Sediaan insulin injeksi berbentuk kristalin Zink-insulin
yang durasi efeknya lebih lama
6. 3. Pembentukan Garam
Obat yang terionisasi lebih mudah larut dalam air dari
pada bentuk tidak terionisasi. Pembentukan garam ini
terutama penting dalam hal zat aktif berada dalam
saluran cerna, kelarutan modifikasi sewaktu transit di
dalam saluran cerna, karena perbedaan pH lambung
dan usus.
Peningkatan kecepatan pelarutan obat dalam bentuk
garam berlaku untuk obat-obat berikut : penicilline,
barbiturate, tolbutamide, tetracycline, acetosal,
dextromethorphane, asam salisilat, phenytoine,
quinidine, vitamin-vitamin larut air, sulfa, quinine
5/31/201
7 6
7. Pembentukan Ester
Daya larut dan kecepatan melarut obat dapat
dimodifikasi dengan membentuk ester. Secara
umum, pembentukan ester memperlambat
kelarutan obat.
Beberapa keuntungan bentuk ester, antara lain :
a) Menghindarkan degradasi obat di lambung
Ester dari erythromycin (misalnya
erythromycine succinat) memungkinkan obat
tidak rusak pada suasana asam di lambung.
Ini merupakan semacam pro-drug, dalam
suasana lebih basa di usus, terjadi hidrolisis
erythromycine ethylsuccinat.
5/31/201
7 7
8. b) Memperlama masa kerja obat
Misalnya esterifikasi dari hormon
steroid.
c)Menutupi rasa obat yang tidak enak
Contohnya adalah ester dari
kloramfenikol.
Kloramfenikol palmitat dan
Kloramfenikol stearat dihidrolisis di
usus halus untuk melepaskan
kloramfenikol
5/31/201
7 8
9. 4. Kelarutan Dalam air/Lipid
Senyawa obat yang larut lipid maka akan
lebih mudah untuk diabsorbsi
dibandingkan dengan senyawa obat yang
larut air
5/31/201
7 9
10. 5. pH
pH sangat mempengaruhi kelarutan zat-
zat yang bersifat asam maupun basa
lemah. Zat yang bersifat basa lemah
akan lebih mudah larut jika berada pada
suasana asam sedangkan asam lemah
akan lebih mudah larut jika berada pada
suasana basa.
5/31/201
7 10
11. 6. Bentuk sediaan
Obat bila diberikan dalam bentuk larutan
akan mencapai keadaan Farmaceutical
Availability dalam waktu yang lebih singkat
daripada tablet. Kecepatan melarut obat
tergantung dari berbagai bentuk sediaan
dengan urutan sebagai berikut :
Larutan - Suspensi - Emulsi - Serbuk -
Kapsul - Tablet - Enterik Coated -Tablet
Kerja Panjang sediaan
5/31/201
7
12. Faktor Formulasi dan
Teknologi
5/31/201
7 12
1. Peningkatan kompresi (tekanan) pada
waktu pembuatan meningkatkan
kekerasan tablet. Hal ini menyebabkan
waktu disolusi dan disintegrasi menjadi
lebih lama.
2. Penambahan jumlah bahan pengikat pada
formula tablet atau granul akan
meningkatkan kekerasan tablet,
mengakibatkan perpanjangan waktu
disintegrasi dan disolusi
13. 3.Peningkatan jumlah pelincir (lubricant) pada
formula tablet akan mengurangi sifat
hidrofilik tablet sehingga sulit terbasahi
(wetted). Hal ini memperpanjang waktu
disintegrasi dan disolusi
4.Granul yang keras dengan waktu kompresi
yang cepat serta kekuatan yang tinggi akan
menyebakan peningkatan suhu kompresi,
sehingga obat yang berbentuk kristal mikro
akan membentuk agregat yang lebih besar.
5/31/201
7 13
14. Faktor Fisio-
Fatologi
5/31/201
7 14
1. Permukaan Penyerap
2. Sifat membran biologik
3. Waktu pengosongan lambung
4. Waktu transit pada usus
5. Abnormalitas saluran cerna
6. Isi lambung: obat lain, makanan,
cairan
7. pH saluran cerna
8. Jumlah pembuluh darah setempat
15. 1. Permukaan penyerap
Lambung tidak mempunyai permukaan penyerap yang
berarti dibandingkan dengan usus halus. Namun
mukosa lambung dapat menyerap obat yang diberikan
peroral dan tergantung pada keadaan, lama kontak
menentukan terjadinya penyerapan pasfi dari zat aktif
lipofil dan bentuk tak terionkan pada PH lambung yang
asam.
Penyerapan pasif dapat terjadi pada usus halus secara
kuat pada daerah tertentu tanpa mengabaikan peranan
PH yang akan mengionisasi zat aktif atau
menyebabkan pengendapan sehingga penyerapan
hanya terjadi pada daerah tertentu.
5/31/201
7 15
16. 2. Sifat membran biologik
Permukaan membran sel bersifat lipofil
sehingga obat yang larut dalam lemak lebih
cepat diabsorpsi.
5/31/201
7 16
17. 3. Waktu pengosongan lambung
• Kecepatan pengosongan lambung
besar → penurunan proses absorpsi
obat-obat yang bersifat asam.
• Kecepatan pengosongan lambung kecil
→ peningkatan proses absorpsi obat-
obat yang bersifat basa
5/31/201
7 17
18. 4. Waktu Transit usus
Jika terjadi motilitas usus yang besar (ex :
diare), obat sulit diabsorpsi.
5. Abnormalitas saluran cerna
Pada pasien yang mengalami tukak
lambung akan mempengaruhi absorbsi obat
karena luas permukaan pada lambung yang
akan menyerap obat semakin berkurang
karena adanya luka pada lambung yang
tidak bisa mengabsorbsi obat secara baik
5/31/201
7 18
19. 6. Isi
Lambung
5/31/201
7 19
Secara umum absorpsi obat lebih disukai atau berhasil dalam kondisi
lambung
kosong.
Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat
dapat mengiritasi lambung.
Ex : Asetosal ( dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam).
Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan
bersama makanan
Ex : Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital (obat sukar larut)
Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali → penurunan
bioavailabilitasnya maka harus diberikan sebelum makan
Ex : Tetraciklin, Penisilin, Rifampisin, Erytromycin strearat
Absorpsi griseofulvin meningkat bila makanan mengandung lemak
20. Beberapa Bahan (dalam Gastrointestinal)
yang mampu mengubah aksi zat aktif :
Senyawa musin, yaitu gel pelindung lambung
dan usus yang bisa berikatan dengan sejumlah
obat, juga dapat menghambat absorpsi obat
seperti streptomisin dan obat antikolinergik.
Ion-ion tertentu, seperti Ca (kalsium), Mg
(magnesium), Fe (besi), dapat membentuk
kompleks dengan obat sehingga menjadi
khelat, contoh: interaksi tetrasiklin dengan Ca,
sehingga hindari konsumsi susu atau makanan
yang mengandung kalsium tinggi jika sedang
mengkonsumsi tetrasiklin.
5/31/201
7 20
21. 8. pH saluran cerna
Usus : basa → untuk obat-obat yang
bersifat asam.
Lambung : asam → untuk obat-obat
yang bersifat basa
5/31/201
7 21
22. 9. Jumlah pembuluh darah setempat
Intra muskular dengan sub kutan
Intr
a muscular absorpsinya lebih cepat, karena
jumlah pembuluh darah di otot lebih banyak
dari pada di kulit.
5/31/201
7 22
24. 1. Biofarmasi sediaan oral
2. Biofarmasi sediaan yang diberikan
melalui rektum
3. Biofarmasi yang diberikan melalui kulit
4. Biofarmasi sediaan obat melalui mata
5. Biofarmasi sediaan obat melalui paru-
paru
6. Biofarmasi sediaan obat secara
parenteral
5/31/201
7