Dokumen ini membahas evaluasi kinerja pendamping di daerah Jawa Tengah dalam rangka pelaksanaan konvergensi pencegahan stunting di desa. Dokumen menjelaskan lima paket layanan konvergensi stunting yang menjadi tanggung jawab desa, peran Kader Pembangunan Manusia sebagai pendamping, serta penggunaan dana desa untuk kegiatan terkait stunting. Dokumen juga memberikan penilaian terhadap kinerja pendamping berdasarkan monitoring yang dil
Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting Akademi Desa 4.0
Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di desa
Disampaikan saat kuliah Online Akademi Desa 4.0
Hari Jumat, 3 April 2020
pukul 16:00 - 17:00
Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting Akademi Desa 4.0
Penggunaan Dana Desa untuk Percepatan Konvergensi Pencegahan Stunting di desa
Disampaikan saat kuliah Online Akademi Desa 4.0
Hari Jumat, 3 April 2020
pukul 16:00 - 17:00
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...TV Desa
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa untuk Mendorong Terwujudnya Desa Maju, Mandiri, dan Berdaya | MalMing Kemendagri #24
Bersama : Rina Syarini, ST, MA - Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sikka. Peran Pemerintah Daerah dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...TV Desa
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa untuk Mendorong Terwujudnya Desa Maju, Mandiri, dan Berdaya | MalMing Kemendagri #24
Bersama : Rina Syarini, ST, MA - Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sikka. Peran Pemerintah Daerah dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...TV Desa
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkatan, Pembinaan Dan Pengembangan, Dan Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Badan Usaha Milik Desa/Badan Usaha Milik Desa Bersama
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Evaluasi Perbaikan Kinerja Pendamping - Nadi
1. Nadi Santoso
Kabid PMD
DISPERMADES PROV. JATENG
EVALUASI DAN PERBAIKAN KINERJA
PENDAMPING DI DAERAH (JAWA TENGAH)
DALAM RANGKA PELAKSANAAN KONVERGENSI
PENCEGAHAN STUNTING DI DESA
4. 5 PAKET LAYANAN
KONVERGENSI
STUNTING
YANG MENJADI
KEWENANGAN DESA
4
5 (lima) Paket Layanan Pokok:
1. Layanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
2. Konseling Gizi Terpadu.
3. Perlindungan Sosial.
4. Sanitasi dan Air Bersih.
5. Layanan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
5. Pencegahan Stunting di Desa
pengelolaan advokasi konvergensi
pencegahan stunting di Desa
dengan menggunakan aplikasi
digital electronic-Human
Development Worker (e-HDW);
Pemberian insentif untuk
Kader Pembangunan Manusia
(KPM), kader posyandu dan
pendidik Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD);
tindakan promotif dan
preventif untuk pencegahan
stunting melalui rumah Desa
sehat
memberikan layanan peningkatan layanan
kesehatan, peningkatan gizi dan
pengasuhan anak melalui kegiatan:
kesehatan ibu dan anak
konseling gizi
air bersih dan sanitasi
perlindungan sosial untuk peningkatan
askes ibu hamil dan menyusui serta
balita terhadap jaminan kesehatan dan
administrasi kependudukan
pendidikan tentang pengasuhan anak
melalui Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)
pengasuhan anak di keluarga termasuk
pencegahan perkawinan anak
pendayagunaan lahan pekarangan
keluarga dan tanah kas Desa untuk
pembangunan Kandang, Kolam dan
Kebun (3K) dalam rangka penyediaan
makanan yang sehat dan bergizi untuk
ibu hamil, balita dan anak sekolah
6. KADER PEMBANGUNAN MANUSIA
(KPM)
HUMAN DEVELOPMENT WORKERS (HDW)
• KPM adalah kader di Desa yang dipilih &
ditetapkan melalui Musdes serta telah
mendapatkan Bantuan Insentif Bulanan
dari APBDesa.
• Minimal terdapat 1 orang KPM di Desa-
Desa yang menjadi lokasi Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PSDM).
• KPM memiliki peran memastikan
tersedianya kegiatan pelayanan sosial
dasar bidang kesehatan dan pendidikan
di Desa, serta memastikan masyarakat,
terutama Ibu hamil dan bayi di bawah
dua tahun (Baduta) memperoleh layanan
tersebut secara konvergen (terpadu).
KPM bertugas:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap stunting melalui
pengukuran tinggi badan baduta untuk mendeteksi dini stunting
dengan tingkat pertumbuhan;
2. Mengidentifikasi sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
melalui peta sosial desa dan Pengkajian Kondisi Desa (PKD);
3. Memfasilitasi desa untuk mengoptimalkan penggunaan Dana Desa
dalam RKPDesa dan APBDesa untuk intervensi stunting;
4. Mendukung desa dan masyarakat untuk memantau dan
memastikan konvergensi lima paket layanan pada rumahtangga
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menerima dan melaporkan
hasilnya;
5. Bekerjasama dengan PLD, PD dalam mengidentifikasi kegiatan-
kegiatan inovatif di bidang PSD dan upaya penanggulangan
stunting;
6. Melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam rangka capturing
awal.
6
8. Rumah Desa Sehat (RDS)
Pembentukan dan Penetapan
• RDS berkedudukan di Desa. Setiap
Desa di kabupaten/kota lokasi
prioritas pencegahan stunting
diharapkan membentuk RDS. RDS
dibentuk berdasarkan hasil
musyawarah Desa, anggota RDS
yang berasal dari unsur pegiat
pemberdayaan masyarakat dan
pelaku pembangunan Desa.
Pembentukan RDS ditetapkan
dengan surat keputusan Kepala
Desa.
Fungsi
1. Pusat informasi pelayanan sosial dasar
di Desa khususnya bidang kesehatan;
2. Ruang literasi kesehatan di Desa.
3. Wahana komunikasi, informasi dan
edukasi tentang kesehatan di Desa;
4. Forum advokasi kebijakan
pembangunan Desa di bidang
kesehatan; dan
5. Pusat pembentukan dan
pengembangan Kader Pembangunan
Manusia.
8
9. No Kabupaten
Jumlah
Desa
Pagu DD 2020
(Rp)
Realisasi Penggunaan Dana
Untuk Kegiatan Stunting %
DD Swadaya
1 Banjarnegara 266 265.128.597.000 14.453.191.540 - 5,45%
2 Banyumas 301 378.545.183.000 20.593.534.121 - 5,44%
3 Batang 239 193.031.345.000 2.921.453.836 - 1,51%
4 Blora 271 267.071.340.000 17.736.101.551 - 6,64%
5 Boyolali 261 216.981.458.000 5.836.760.782 - 2,69%
6 Brebes 292 492.478.504.000 22.833.525.700 - 4,64%
7 Cilacap 269 293.893.896.000 24.291.337.051 24.000.000 8,27%
8 Demak 243 284.463.387.000 37.552.595.732 5.000.000 13,20%
9 Grobogan 273 302.039.754.000 19.938.610.750 - 6,60%
10 Jepara 184 247.118.045.000 6.821.048.600 - 2,76%
11 Karanganyar 162 166.140.456.000 20.446.695.432 - 12,31%
12 Kebumen 449 405.025.869.000 25.760.923.133 - 6,36%
13 Kendal 266 248.445.837.000 15.283.110.640 - 6,15%
14 Klaten 391 380.846.601.000 20.589.524.796 5.063.500 5,41%
PENGGUNAAN DD UNTUK KONVERGENSI STUNTING DI DESA TAHUN 2020
9
11. Tanggal 2 Oktober 2020
Berdasarkan Web Monitoring aksi.bangda.kemendagri.go.id
12. • Mengadakan rakor dengan Dinas Kab dan TA PSD
• Melakukan Koordinasi dengan Tim Stunting di Kab.
12
aksi #4 Peraturan Bupati/ Walikota
tentang Peran Desa
aksi#5: Pembinaan KPM
a. Cakupan desa/kelurahan yang
memiliki KPM
b. Cakupan desa kelurahan dengan
kepastian dukungan biaya operasional
a.Kab/kota menyediakan dukungan
regulasi untuk mengoptimalkan peran
desa dan masyarakat dalam
penurunan stunting.
b.Cakupan Desa yang mendapat
Sosialisasi Perbup/Perwali tentang
Peran Desa
13. 13
aksi #4 dan #5 terisi
seluruhnya
Atas koordinasi TPP
dengan Dinas PMD Kab.
bersama dengan Tim
Koordinasi Stunting Kab.
Kinerja terkait dengan TPP
pada aksi#4 dan aksi#5
Terpantau oleh Kemendagri
melalui e-Monev kinerja
konvergensi stunting
14. 14
PENILAIAN KINERJA AKSI #5 STUNTING OLEH TIM KOORDINASI PENCEGAHAN STUNTING
PROV. JATENG
1) Dalam Pembinaan KPM belum tergambarkan secara nyata peran pemberdayaan masyarakat dalam
mengakses intervensi lengkap (spesifik - sensitive) untuk pencegahan stunting;
2) Peran KPM diinformasikan berdasarkan dukungan anggaran (honor dan operasional), sehingga
konvergensi pencegahan stunting terintegrasi yang seharusnya terjadi di desa lokus belum
tergambarkan secara nyata;
3) Secara umum Kab telah membentuk dan memberdayakan KPM di desa (didukung dengan regulasi
yang mengatur tentang peran KPM);
4) Peningkatan kapasitas KPM telah dilakukan, namun secara umum belum optimal/terbatasnya
kapasitas KPM masih menjadi permasalahan
5) Terdapat dukungan dana desa untuk penurunan stunting, bahkan diantara kab telah mengeluarkan
Surat Edaran Bupati perihal penentuan proporsi prioritas penggunaan dana desa untuk kesehatan
sebesar 4% dan Pendidikan 4%;
6) Desa memanfaatkan FKD untuk proses pelaksanaan rembug stunting;
7) Secara umum konvergensi di desa masih digambarkan melalui (sebatas) rembug stunting
15. 15
1) Kompetensi KPM belum sesuai dengan beban tugas
(meng-konvergensi-kan program/kegiatan) di desa;
2) Belum semua KPM dapat mendukung implementasi
pelaksanaan aksi konvergensi didesa lokus;
3) Komitmen dana desa untuk penurunan stunting
sebagian besar masih digunakan untuk PMT
sehingga dinilai belum konvergen;
4) Hasil rembug stunting tidak seutuhnya menjadi
pembahasan dirembug stunting Kab/Kota
1) Perlunya peningkatan peran KPM untuk
melakukan KIE kepada masyarakat;
2) Perlunya komitmen desa untuk perwujudan
konvergensi stunting;
3) Menggali keterlibatan peran sektor yang
mengawal intervensi gizi sensitive
4) Keselarasan arah kebijakan, isu strategis,
program/kegiatan prioritas pencegahan
stunting terintegrasi RKPDes dengan RKPD
TANTANGAN REKOMENDASI
16. TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL
• Keseluruhan Konvergensi
Stunting di Desa
• RDS
• KPM
• 5 Paket Layanan Di Desa
• Integrasi APBDEs
16
Pendampingan
• Kemampuan terbatas
(pengetahuan, ketrampilan)
• Tetap manusia
• Bersentuhan dengan hal-hal
teknis (kesehatan, tumbuh
kembang anak, peendidikan
Ibu, gaya hidup Ortu)
TPP semakin umum , Pembagian Tugas
dalam kewilayahan
17. 17
TANTANGAN BAGI TPP :
TPP belum banyak dikenal oleh Tim Koordinasi Penanganan
Stunting di Daerah
Upaya Penanganan Stunting di Desa yang sudah
dilakukan TPP, namun tidak terinformasikan kepada Tim
Koordinasi di Daerah
SARAN
• TPP aktif terlibat dalam penanganan stunting di daerah
• Membangun komunikasi dan koordinasi dengan Tim
Koordinasi Daerah
• Terintegrasi dan sinkronisasi dengan Tim Koordinasi Daerah
• Peningkatan kapasitas baik pengetahuan maupun
ketrampilan (fasilitasi,kolaborasi,komunikasi)
• Spesialisasi pendamping masih diperlukan