Pengertian Evaluasi Kurikulum
Kedudukan Evaluasi Kurikulum
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
Objek Evaluasi Kurikulum
Prinsip, jenis dan desain Evaluasi Kurikulum
Model-model Evaluasi Kurikulum
Peranan Evaluasi Kurikulum
(Zainal Arifin, 2011)
by Ani Mahisarani PGSD STKIP Sebelas April Sumedang
Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja akademik. Evaluasi hasil belajar dilakukan secara menyeluruh dan kontinyu dengan cara yang sesuai dengan ciri-ciri pendidikan keahlian yang bersangkutan.
Terima kasih kepada Renie Tri Herdiani, S.Psi., S.Pd., M.Pd.
Buku bahan ajar IPA berbasis literasi sains disusun sebagai rujukan bagi mahasiswa PGSD dalam membuat bahan ajar IPA. Hal ini tidak terlepas dari hasil PISA Indonesia tahun 2015 yang mendapatkan 403 poin. Perolehan nilai yang didapatkan pada tes PISA tahun sebelumnya pun belum mampu menembus nilai rata-rata 500 dari nilai yang ditetapkan, skor Indonesia berada pada Low Internasional Bencmark. Salahsatu faktor penyebabnya adalah masih lemahnya budaya sains di Indonesia. Oleh karena itu, melalui buku ini mahasiswa mendapat petunjuk dalam pembuatan bahan ajar. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan literasi sains lebih luasnya menjadi literat sains.
Semoga dengan adanya buku ini dapat bermanfaat, terkhusus untuk Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IKIP Siliwangi dan umumnya untuk seluruh penggiat pendidikan di Indonesia. Buku ini masih dalam tahap pengembangan, oleh karena itu penulis berbarap kritik, saran dan masukan melalui kelanabayu22@yahoo.co.id dan de_fadz@yahoo.com untuk menyempurnakannya.
Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja akademik. Evaluasi hasil belajar dilakukan secara menyeluruh dan kontinyu dengan cara yang sesuai dengan ciri-ciri pendidikan keahlian yang bersangkutan.
Terima kasih kepada Renie Tri Herdiani, S.Psi., S.Pd., M.Pd.
Buku bahan ajar IPA berbasis literasi sains disusun sebagai rujukan bagi mahasiswa PGSD dalam membuat bahan ajar IPA. Hal ini tidak terlepas dari hasil PISA Indonesia tahun 2015 yang mendapatkan 403 poin. Perolehan nilai yang didapatkan pada tes PISA tahun sebelumnya pun belum mampu menembus nilai rata-rata 500 dari nilai yang ditetapkan, skor Indonesia berada pada Low Internasional Bencmark. Salahsatu faktor penyebabnya adalah masih lemahnya budaya sains di Indonesia. Oleh karena itu, melalui buku ini mahasiswa mendapat petunjuk dalam pembuatan bahan ajar. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan literasi sains lebih luasnya menjadi literat sains.
Semoga dengan adanya buku ini dapat bermanfaat, terkhusus untuk Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IKIP Siliwangi dan umumnya untuk seluruh penggiat pendidikan di Indonesia. Buku ini masih dalam tahap pengembangan, oleh karena itu penulis berbarap kritik, saran dan masukan melalui kelanabayu22@yahoo.co.id dan de_fadz@yahoo.com untuk menyempurnakannya.
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
Modul ini mencakup 3 bahasan yaitu:
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian diberbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
Modul ini mencakup 3 bahasan yaitu:
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian diberbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Makalah Pelatihan Peningkatan Guru dengan tema "Penilaian dan Penyusunan Soal HOTS". Di Susun oleh KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAL JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
2020
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Evaluasi Kurikulum
1. EVALUASI KURIKULUM
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kajian Kurikulum Matematika Sekolah Dasar (SD)
dosen pengampu: Ai Hayati R., S.Pd., M.Pd.
disusun oleh:
Kelompok 5
1 Ani Mahisarani (14210617889)
2 Neneng Fatimah
(1421061)
3 Risdi Ginanjar
(1421061)
Kelas : 6D-Matematika PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG
2017
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah dalam tugas mata kuliah Kajian
Kurikulum Matematika di SD dengan judul “Evaluasi Kurikulum” dengan baik.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan kami masih belajar dalam seluruh tataran pembuatan makalah ini. Maka dari itu
kami sangat mengharapkan masukan ataupun saran beserta kritik dan aspek terkait
untuk kemajuan dan semakin berkembangnya daya kualitas dari makalah yang akan
kami buat untuk selanjutnya.
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca. Atas segala
saran dan bantuan, kami sampaikan terima kasih.
Sumedang, 29 Maret 2017
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 4
1.4 Metode Penulisan............................................................................................ 4
1.5 Sistematika Penulisan...................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum ..................................................................... 6
2.2 Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum ......................................................... 9
2.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum......................................................... 10
2.4 Objek Evaluasi kurikulum.............................................................................. 12
2.5 Prinsip, Jenis, dan Desain Evaluasi Kurikulum ............................................. 14
2.6 Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi................................................ 17
2.7 Model-Model Evaluasi Kurikulum ................................................................ 20
2.8 Peranan Evaluasi Kurikulum.......................................................................... 26
BAB III PENUTUP
3.1 Keimpulan...................................................................................................... 30
3.2 Saran............................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidik
menduduki peran penting dalam peningkatan tersebut. Keberhasilan proses
pendidikan secara langsung akan berdampak dalam peningkatan kulalitas sumber
daya manusia tersebut. Salah satu indikator kualitas pendidikan yang baik adalah
lulusan peserta didik yang kompeten atau berkompetensi lulusan. Kompetensi
merupakan fungsi dari banyak variable antara lain kemampuan peserta didik,
kemampuan pandidik, fasilitas, menejemen dan perkembangam pengetahuan ilmiah
dan teknologi serta seni.
Kurikulum sangat penting bagi masyarakat karena masyarakatlah harus
menyerap lulusan sekolah sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu
masyarakat banyak bergantung pada mutu kurikulum. Orang tua terlibat baik dalam
baik buruknya kurikulum sekolah karena nasib anak mereka, masa depannya,
perkembangannya sebagai manusia banyak ditentukan oleh kurikulum. Kepuasan
atau lebih sering mereka suarakan dalam surat-surat kabar.
Ruang lingkup pendidik sangat luas mulai dari masukan (input) proses
sampai hasil (output). Pemerintah juga tentu sangat berkepentingan tentang mutu
kurikulum karena kurikulumlah alat yang paling ampuh untuk membina bangsa dan
5. 2
negera, untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bangsa-bangsa di
dunia ini. Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi kepada pendidikan dengan
mengeluarkan biaya yang banyak demi kepentingan peningkatan mutu bangsa. Biaya
itu akan sia-sia nila kurikulum tidak terjamin mutunya. Sudah selayaknya
pengembangan dan perubahan apalagi perombakan kurikulum ditangani dengan hati-
hati.
Kurikulum tak kurang pentingnya bagi anak didik sendiri karena
menyangkut nasib dirinya sendiri, masa depannya, cita-citanya menjadi manusia
berdikari dan hidup terhormat sebagai manusia dan warganegara. Karena kurikulum
itu sangat pentingnya dan mengenai hidup jutaan manusia kini dan di masa
mendatang maka perlulah diadakan usaha yang kontinu untuk memperbaikinya.
Untuk mengetahui bahwa proses yang kita lakukan itu sesuai dengan tujuananya
maka harus dilakukan umpan balik. Salah satu umpan balik yang dilakukan adalah
evaluasi.
Sistem evaluasi yang dipergunakan memegang peran penting dalam laporan
lembaga lembaga karena dengan laporan itulah orang tua atau wali akan mengetahui
perkembangan anak-anak mereka setelah mengikuti proses pendidikan dilembaga
tempat mereka menitipkan anaknya untuk belajar. Dalam memberikan laporan
kemajuan belajar, pihak sekolah harus melakukan pengukuran untuk meniai prestasi
6. 3
belajar siswa selama selang waktu tertentu. Malalui laporan belajar para siswa dapat
melihat sejauh mana kemampuan mereka setelah menempuh proses belajar selama
selang waktu tertentu.
Penilaian hasil belajar siswa tidak bisa lepas dari pengukuran, maksudnya
adalah untuk dapat menyatakan nilai ulangan siswa dalam nilai tes siswa dalam suatu
pelajaran itu sekian, guru harus melakukan pengukuran terlebih dahulu dengan alat
ukur buatan sendiri atau yang sudah tersedia. Bila kita menggunakan alat penilaian,
kita perlu ingat bahwa alat ukur itu baik, untuk menjadi baik maka syaratnya adalah
validitas, realiabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda alat ukur itu telah memadai.
Mengingat pentingnya hal itu disini penulis mencoba menjelaskan dan memaparkan
pengertian dari evaluasi kurikulum pendidikan, tujuan dari dilakukanya evaluasi
kurikulum pendidikan, konsep model dari evaluasi kurikulum pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan masalah –
masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan, yaitu :
1. Apa pengertian evaluasi kurikulum?
2. Bagaimana kedudukan evaluasi dalam kurikulum?
3. Apa saja tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum?
4. Seperti apa objek evaluasi kurikulum?
5. Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip, jenis, dan desain evaluasi kurikulum?
6. Bagaimana pendekatan pengembangan kriteria kurikulum?
7. 4
7. Apa saja model-model evaluasi kurikulum?
8. Bagaimana peranan evaluasi kurikulum?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk:
1. Menjelaskan pengertian evaluasi kurikulum.
2. Mengetahui kedudukan evaluasi dalam kurikulum.
3. Mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum.
4. Menjelaskan objek evaluasi kurikulum.
5. Menguraikan prinsip, jenis, dan desain evaluasi kurikulum.
6. Menjelaskan pendekatan pengembangan kriteria kurikulum.
7. Mendeskripsikan model-model evaluasi kurikulum.
8. Menjelaskan peranan evaluasi kurikulum.
1.4 Metode Penulisan
Metode atau cara yang digunakan dalam penulisan makalah yang
berjudul Evaluasi Kurikulum yaitu menggunakan studi kepustakaan dan mencari
sumber dari Internet yang kemudian di pelajari sesuai dengan tema yang diperlukan.
Juga sumber-sumber lain yang dapat dijadikan referensi makalah yang kami buat ini.
Kami memahami data dan menuliskan kembali pokok-pokok materi dari literatur
tersebut.
8. 5
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I membahas tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II
membahas tentang pengertian evaluasi kurikulum, kedudukan evaluasi dalam
kurikulum, tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum, objek evaluasi kurikulum, prinsip,
jenis, dan desain evaluasi kurukulum, pendekatan pengembangan kriteria evaluasi,
dan model-model evaluasi kurikulum. Serta Bab III membahas tentang simpulan dan
saran.
9.
10. 6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan
dalam kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui
keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi
guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Adapun pemahaman
tentang evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum
yang beragam menurut para pakar kurikulum.
Hamid Hasan (dalam Nurika Miftahul Jannah, 2016) mengartikan
“evaluasi sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu
kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari
kurikulum dalam suatu konteks tertentu”. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini,
2009: 143) menyatakan bahwa “evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah
tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan”. Sedangkan pengertian evaluasi
menurut Rutman and Mowbray (dalam Nurika Miftahul Jannah, 2016) ialah
“penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu
program yang berguna untuk proses membuat keputusan”. Chelimsky (dalam Nurika
Miftahul Jannah, 2016) mendefinisikan “evaluasi adalah suatu metode penelitian
11. 7
yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektivitas
suatu program”. Menurut Sukmadinata (dalam Nurika Miftahul Jannah, 2016), ia
mengemukakan bahwa:
“Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup
luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat
formal.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi dan efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkaninformasi yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuatkeputusan akan perlu
tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan (Muhammad Zaini, 2009:142).
Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
12. 8
b. Menurut Grayson (dalam Nurika Miftahul Jannah, 2016), kurikulum adalah suatu
perencanaan untuk mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu
pembelajaran
c. Menurut Hilda Taba (dalam Muhammad Zaini, 2009: 6), kurikulum adalah
rencana pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu
anak didik. Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan
pegangan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat
keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau,
evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan
mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk
akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan
kurikulum.
Pada dasarnya, evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang
memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat
organis, dan prosesnya secara evalusioner. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini,
2009:144) berpendapat bahwa evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah suatu proses
untuk mengecek keberlakuan kurikulum yang harus diterapkan dalam empat
tahap. Tahap pertama adalah evaluasi terhadap tujuan pembelajaran,tahap
kedua adalah evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum atau proses
pembelajaran yang meliputi metode, media, dan evaluasi pembelajaran, tahap
13. 9
ketiga adalah evaluasi terhadap efektivitas baik efektivitas terhadap waktu, tenaga,
dan biaya, serta tahap keempat adalah evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.
2.2 Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi memiliki
kedudukan yang sangat penting dan strategis. Sehingga jika seseorang ingin
memahami dan mengembangkan kurikulum, maka ia harus mempelajari terlebih
dahulu tentang evaluasi, karena evaluasi merupakan konsep yang melekat pada
kurikulum. Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari dua segi, antara lain: yang
pertama kurikulum merupakan suatu program yaitu terdiri atas serangkaian tindakan
atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang
matang. Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik dan terencana. Yang kedua
di dalam kurikulum guru berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu
mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem kurikulum. Dalam kurikulum terdapat
proses sebab-akibat. Guru yang menyampaikan isi kurikulum merupakan penyebab
utama bagi terjadinya proses belajar peserta didik. Meskipun tidak setiap perbuatan
belajar merupakan akibat perbuatan pendidik menyampaikan isi kurikulum akan
tetapi guru itu sebagai “figur sentral” yaitu dimana guru harus dapat memilih isi dan
menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang tepat, sehingga dapat mendorong
perbuatan belajar peserta didik yang aktif, kreatif, konstruktif, produktif, inovatif, dan
efektif.
14. 10
Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukaan kegiatan evaluasi
yang merupakan dampak tindakan guru sebagai bentuk penguasaan kompetensi yang
didalamnya termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa “dampak
pembelajaran” sedangkan dari sisi peserta didik yang melakukan kegiatan belajar,
mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar evaluasi merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dampak pembelajaran adalah hasil
yang dapat diukur seperti yang terlihat dalam buku rapor dan ijazah. Dan dampak
pengiring merupakan penerapan kompetensi di bidang lain yang merupakan transfer
pembelajaran.
2.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi/materi, strategi,
media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap
bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda. Dalam kegiatan
bimbingan, misalnya tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara
menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan
dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah
untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat
diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat
15. 11
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau
jabatan tertentu.
Menurut Scriven (dalam Zainal Arifin, 2011:268), fungsi evaluasi dapat
dilihat dari jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfungsi untuk perbaikan dan pengembangan bagian tertentu atau sebagian
besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan, sedangkan fungsi sumatfi
dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara
keseluruhan. Fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu
kurikulum telah dianggap selesai. Sementara itu, Stufflebeam dalam Konsep dan
Model Pengembangan Kurikulum membedakan fungsi evaluasi menjadi dua yaitu
Proactive evaluation, yaitu untuk melayani pemegang keputusan dan Retroactive
evaluation, yaitu untuk keperluan pertanggungjawaban.
Menurut Zainal Arifin, 2009 (dalam Zainal Arifin, 2011:269) fungsi
evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik dan guru, yaitu yang pertama
secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan
yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka masih
mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang
dewasa sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu.
Pada umumnya mereka tidak berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam
dirinya, melainkan mengacu pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya. Dalam
kegiatan kurikulum, peserta didik perlu mengetahui tingkat ketercapaian sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan. Yang kedua secara sosiologis, evaluasi
16. 12
berfungsi untuk mengetahui kemampuan peserta didik untuk terjun ke masyarakat.
Mampu dalam arti bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap
seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. Yang ketiga secara
didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki kurikulum. Yang
keempat evaluasi berfungsi untuk mengetahui status peserta didik di antara teman-
temannya. Kelima, evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik
dalam menempuh program pendidikannya. Keenam, evaluasi berfungsi membantu
guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi. Terakhir, secara administratif
evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada
orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta
didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang
semua hasil usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan.
Secara umum fungsi evaluasi kurikulum adalah untuk perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum yang diarahkan pada semua komponen kurikulum secara
keseluruhan, untuk memberikan informasi bagi pembuat keputusan, dan untuk
akreditasi, yaitu menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
2.4 Objek Evaluasi kurikulum
17. 13
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi
karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang masih dalam
pikiran teoritis atau angan-angan, kecuali orang tersebut melakukan penelitian. Objek
evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Objek evaluasi kurikulum
dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu (a) dimensi-dimensi kurikulum, mencakup
dimensi rencana, dimensi kegiatan dan dimenasi hasil, (b) komponen-komponen
kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses (metode, media, sumber, lingkungan), dan
evaluasi (formatif dan sumatif) dan (c) tahap-tahap pengembangan kurikulum,
mencakup tahap perencanaan (Silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar
sekolah), monitoring, dan evaluasi.
Oemar Hamalik (dalam Zainal Arifin, 2011:271) mengemukakan aspek-
aspek kurikulum yang perlu dinilai atas tiga kategori yaitu yang pertama kategori
masukan, meliputi ketercapaian target kurikulum yang telah ditentukan, kemampuan
awal (entry behavior) peserta didik, kemampuan profesional guru, sarana dan
prasarana, waktu, dan sumber informasi. Yang kedua kategori proses, meliputi
koherensi antara unsur-unsur dalam program pembelajaran, isi kurikulum, pemilihan
dan penggunaan strategi media pembelajaran, organisasi kurikulum, prosedur
evaluasi, bimbingan dan penyuluhan, dan pembelajaran remidi. Dan yang ketiga
adalah kategori produk/kelulusan, meliputi kemampuan peserta didik, jumlah lulusan,
penyerapan dalam dunia kerja, kesesuaian dengan bidang pekerjaan.
18. 14
2.5 Prinsip, Jenis, dan Desain Evaluasi Kurikulum
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi
kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut.
1. Kontinuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena
kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.
2. Komprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeluruh sebagai
bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh
aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi.
3. Adil dan objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil
evaluasi harus dilakukan secara adil, yaitu keseimbangan antara teori dan praktik,
keseimbangan proses dan hasil, dan keseimbangan dimensi-dimensi kurikulum itu
sendiri. Semua peserta didik harus mendapat perlakuan yang sama. Guru juga
hendaknya bertindak secara objektif, yaitu menilai apa adanya sesuai dengan fakta
yang ada, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan tanpa pilih kasih.
4. Kooperatif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan
semua pihak, seperti orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, termasuk dengan
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan
hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.
Seorang evaluator kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan teknis pelaksanaan evaluasi yang meliputi: Evaluasi hendaknya
dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas tujuan dan kegunaan, objek evaluasinya,
19. 15
instrumen evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi. Evaluasi harus menjadi bagian
integral dalam proses pengembangan kurikulum. Evaluasi harus menggunakan
berbagai instrumen agar memperoleh hasil yang objektif. Pemilihan instrumen harus
sesuai objek evaluasi, instrumen harus mendorong kemampuan penalaran dan
kreativitas peserta didik. Objek evaluasi harus menyeluruh. Evaluasi harus mengacu
pada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada peserta didik untuk
menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami, dan apa yang dapat dilakukan.
Evaluasi tidak bersifat diskriminasi, artinya guru harus bersikap adil, jujur, dan tidak
mebeda-bedakan semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
Evaluasi harus diikuti dengan tindak lanjut. Evaluasi harus berorientasi pada
kecapakan hidup dan bersifat mendidik.
Dilihat dari kurikulum sebagai suatu program maka terdapat jenis evaluasi
yang dibagi menjadi lima jenis, diantaranya:
a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran
utamanya adalh memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan
kurikulum.persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan.
Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta
keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan
dikembangkan.
b. Evaluasi monitoring
20. 16
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai
sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil
evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-sumber
dan waktu pelaksanaan, sehingga dapat dihindarkan.
c. Evaluasi dampak
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan
sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.
d. Evaluasi efisiensi-ekonomis
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk
itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan
dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama.
e. Evaluasi program komprehensif
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh,
mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat
keefektifan dan efisiensi.
Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan
analisis data untuk membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum. Berikut adalah
beberapa komponen desain evaluasi diantaranya :
21. 17
a. Penentuan garis besar evaluasi, dilakukan dengan cara mengidentifikasi tingkat
pembuatan keputusan, proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan
keputusan dengan menentukan lokas, focus, waktu dan komposisi alternatifnya.
b. Pengumpulan informasi, dilakukan dengan cara merinci sumber-sumber informasi
yang akan dikumpulkan, merinci instrument dan metode pengumpulan informasi
yang diperlukan, merinci prosedur sampling yang akan digunakan, merinci kondisi
dan jadwal informasi untuk dikumpulkan.
c. Organisasi informasi, dilakukakan dengan cara merinci format informasi yang
akan dikumpulkan, merinci alat pengkodean, pengorganisasian, dan penyimpanan
informasi.
d. Analisis informasi, dilakukan dengan cara merinci prosedur analisis yang akan
dilaksanakan dan merinci alat untuk melaksanakan analisis.
e. Pelaporan informasi dilakukan dengan cara merinci penentuan piahk penerima
(audience) laporan evaluasi, alat penyedia informasi pada penerima informasi,
spesifikasi format laporan informasi dan jadwal pelaporan informasi.
2.6 Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi
Terdapat landasan pokok dalam pendekatan pengembangan kriteria
evaluasi kurikulum, yaitu keterkaitan antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri
dan waktu ketika kriteria untuk evaluasi tersebut dikembangkan.
S. Hamid Hasan (dalam Zainal Arifin, 2011:277) mengembangkan empat
kelompok pengembangan kriteria evaluasi yaitu:
22. 18
1. Pendekatan Pre-Ordinate
Pendekatan ini memiliki dua karakteristik. Pertama, kriteria ditetapkan
pada waktu kegiatan evaluasi belum dilaksanakan. Kritertia ini bersifat mengikat
karena dipergunakan sejak awal ditetapkan sampai kegiatan evaluasi selesai. Kedua,
kriteria tersebut tidak dikembangkan dari karakteristik kurikulum yang dievaluasi
karena sudah dianggap baku. Kriteria tersebut dikembangkan berupa instrumen
evaluasi yang berhubungan dengan kurikulum sebagai hasil belajar. Pengembangan
kriteria pre-ordinate ini banyak digunakan untuk kurikulum sebagai hasil belajar
maupun kurikulum sebagai kegiatan. Jika evaluator ingin menggunakan pendekatan
pre-ordinate ini, maka ia harus meneliti terlebih dahulu karakteristik alat evaluasi
yang ada tersebut dan membandingkannya dengan karakteristik kurikulum yang akan
dievaluasinya. Apabila ternyata karakteristik alat evaluasi tersebut tidak sesuai
dengan karakteristik evaluan, maka sebaiknya ia mencari alat lain yang lebih sesuai.
2. Pendekatan Fidelity
Pendekatan ini menggunakan kriteria yang dikembangkan sebelum
evaluator terjun ke lapangan. Jika dilihat dari alat evaluasi yang sudah siap sebelum
ke lapangan, pendekatan fidelty sama dengan pendekatan pre-ordinate, tetapi antara
keduanya terdapat perbedaan prinsip mengenai hakikat alat evaluasi yang digunakan.
Untuk menggunakan pendekatan ini, maka evaluator harus mengembangkan
kriterianya berdasarkan persepsi para pengembang kurikulum.
23. 19
Kelemahan dari pendekatan ini adalah evaluator tidak dapat
membandingkan dua kuriukulum atau lebih, tidak memberikan kemungkinan
membandingkan dua kurikulum sama sekali. Perbandingan dapat dilakukan apabila
kriteria tersebut bersifat generik. Sedangkan keuntungannya adalah dapat
depergunakan untuk membandingkan kurikulum sebagai kegiatan di dua atau lebih
tempat yang berbeda, hasil evaluasi benar-benar dapat menggambarkan keadaan
kurikulum itu sendiri, dan informasi yang dikumpulkan evaluator langsung dapat
dipergunakan oleh para pengambil keputusan.
3. Pendekatan Proses
Pendekatan proses berkembang sebagai konsekuensi logis dari pandangan
baru tentang evaluasi dan penggunaan metode naturalistic atau kualitatif atau disebut
juga dengan nama fenomenologi. Dasar pemikiran pendekatan ini adalah adanya
ketidakpuasan terhadap hasil evaluasi yang kurang membantu para pelaksana
terutama guru. Pengembangan kriteria evaluasi yang dilaksanakan sebelum evaluator
mengumpulkan data sering kali dirasakan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Pengembangan kriteria dari evaluator, membuat pelaksana kurikulum seolah-olah
hanya menjadi objek evaluasi dan tidak mendapatkan tempat yang sewajarnya.
Seharusnya, evaluasi menempatkan mereka sebagai subjek dari kegiatannya.
Karakteristik pendekatan proses diantaranya kriteria yang dipergunakan
untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di lapangan, sangat
24. 20
peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum di lapangan, dan
sangat terkenal dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.
4. Pendekatan Gabungan
Evaluasi dengan menggunakan pendekatan ini menggunakan sumber
gabungan, yaitu suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum
maupun dari luar. Pengembangan kriteria berdasarkan pendekatan gabungan
merupakan sintesis antara pendekatan pre-ordinate, fidelity, dan proses. Berdasarkan
pendekatan ini, keberhasilan suatu implementasi kurikulum diukur menurut
keberhasilan mereka yang terlihat dalam pengembangan kurikulum, perubahan
perilaku baik dalam jenis maupun dalam besarnya yang terjadi pada guru dan
pelaksana administratif sebagaimana dinyatakan oleh para pengembang kurikulum,
dan fidelty implementasi yang menyatakan seberapa jauh kurikulum sebagai rencana
telah dilaksanakan dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan.
Keuntungan pelaksanaan pendekatan gabungan adalah evaluator
mendapatkan keleluasaan dalam menggunakan berbagai sumber kriteria, dan
evaluator mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang objek evaluasi sehingga
pertimbangan yang diberikannya terhadap kurikulum menjadi lebih baik.
2.7 Model-Model Evaluasi Kurikulum
Menurut Zainal Arifin, 2009 (dalam Zainal Arifin, 2011:281), terdapat
sepuluh model evalusi kurikulum :
25. 21
1. Model Tyler (Tyler Model)
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran : Pertama, evaluasi ditujukan
pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku
awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan
kurikum (hasil). Dasar pemikiran ini menunjukkan bahwa seorang evaluator
kurikulum harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah
peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan bahwa
perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh kegiatan
kurikulum. Penggunaan model Tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku
terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum atau
istilah lain tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test), karena hal itu model ini juga
disebut model black box. Ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan oleh
pengembang kurikulum :
1) Menentukan tujuan kurikulum yang akan dievaluasi
2) Menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk
menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan
3) Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku
peserta didik.
2. Model yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Evaluation Model)
Model evaluasi ini menggunakan tujuan – tujuan tersebut sebagai kriteria
menentukan keberhasilan. Model ini dianggap lebih praktis untuk mendesain dan
26. 22
mengembangkan suatu kurikulum karena menentukan hasil yang diinginkan dengan
rumusan yang dapat diukur. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara
tujuan, kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam
kurikulum. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi
melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)
Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya
berlawanan dengan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat
Scriven, seorang evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan
pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya. Caranya dengan
memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif
yang diharapkan maupun hal-hal negatif yang tidak diinginkan.
4. Model Pengukuran (R.Thorndike dan R.L.Ebel)
Model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Dalam
pengembangan kurikulum, model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan
– perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat dan sikap.
Objek evaluasi dalam model ini adaaah tingkah laku peserta didik, yang mencakup
hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat dan juga aspek – aspek
kepribadian peserta didik. Instrument yang digunakan pada umumnya adalah tes
tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif, yang cenderung dibakukan.
27. 23
Model ini sangat memperhatikan difficulty index dan index of discrimination serta
penggunaan pendekatan penilaian acuan norma.
5. Model Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, Lee J.Cronbach)
Model ini memandang evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk melihat
kesesuaian antar tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Objek evaluasi adalah
tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan pada akhir
kegiatan pendidikan. Teknik evaluasinya meliputi tes dan non-tes. Model ini
memerlukan informasi perubahan tingkah laku sebelum dan setelah pembelajaran
sehingga dengan model ini guru perlu melakukan pre and post-tes.
Langkah – langkah yang harus ditempuh yaitu :
a. Merumuskan tujuan tingkah laku
b. Menentukan situasi dimana peserta didik dapat memperlihatkan tingkah laku
yang akan dievaluasi
c. Menyusun alat evaluasi
d. Menggunakan hasil evaluasi.
6. Model Alkin (Marvin Alkin, 1969)
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan,
mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi
sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa
alternatif.
28. 24
Menurut Alkin, terdapat lima jenis evaluasi :
a. Sistem assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau
posisi dari suatu sistem.
b. Program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
c. Program implementation, yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu
program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana
yang direncanakan.
d. Program improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu
program dapat berfungsi, bekerja atau berjalan.
e. Program certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat
suatu program.
7. Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di
Ohio State University AS. Model ini memandang bahwa kurikulum yang dievaluasi
adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator telah menentukan untuk menggunakan
model CIPP, maka evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan
komponen-komponen model CIPP.
Dalam model ini pada dasarnya merupakan perbandingan antara
performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir denga suatu
deskripsi dan judgment. Model ini lebih komplek karena melihat dari semua aspek
29. 25
mulai dari karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan isi, peralatan, sarana dan
prasarana yang digunakan yang akhirnya didiskripsikan kemudian digunakan
pengambilan keputusan mengenai kurikulum yang dinilai. Keunggulan dari model ini
adalah penilaian yang dilakukan tahap demi tahap dari berbagai sudut pandang dan
dimensi. Sedangkan kelemahannya masih terlihat adanya permasalahan pada tahap
tertentu yang tidak dibawah ke atahap berikutnya.
8. Model Illuminatif (Malcom Parlett dan Hamilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-
ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, yaitu lingkungan
sekolah sebagai lingkungan material dan psiko-sosial, di mana guru dan peserta didik
dapat berinteraksi. Tujuan evaluasi ini untuk menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-
faktor yang memengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem
terhadap pengalaman belajar peserta didik. Objek evaluasi model ini mencakup latar
belakang dan perkembangan sistem, proses pelaksanaan sistem, hasil belajar peserta
didik, kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan, termasuk efek samping dari sistem itu sendiri. Berdasarkan tujuan dan
pendekatan evaluasi dalam model ini, maka ada tiga fase yang harus ditempuh,
yaiti observe, inquiry further dan seek to explain.
9. Model Responsif (Responsive Model)
30. 26
Model ini menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik.Langkah-
langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara,
mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal peserta didik dan mengembangkan
desain atu model.
Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan
kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambisius serta tidak fokus,
sedangkan kekurangannya yaitu pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau
penyederhanaan informasi, tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari
berbagai kelompok, membutuhkan waktu dan tenaga.
10. Model Studi Kasus
Karakteristik model ini yaitu Terfokus pada kegiatan kurikulum disekolah,
dikelas, atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru. Tidak
mempersoalkan pemilihan sampel. Hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi
itu dilakukan. Tidak ada generalisasi hasil evaluasi. Data yang dikumpulkan terutama
data kualitatif. Dan adanya realitas yang tidak sepihak.
2.8 Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi
sosial. Proyek-proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di
negara-negara lain. Merupakan institusi sosial dari gerakan penyempurnaan
kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai institusi sosial mempunyai asal-usul, sejarah,
31. 27
struktur serta interest sendiri. Beberapa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum
yang telah dikembangkan di Inggris, yaitu :
1) Lebih berkenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada.
2) lebih berskala nasional dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada,
3) dibiayai oleh grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh anggapan
tetap,
4) lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikometris
daripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian social.
Peranan evaluasi kebijakan dalam kurikulum khususnya pendidikan
berkenaan dengan evaluasi sebagai moral judgement, evaluasi penentuan keputusan,
evaluasi, dan konsensus nilai.
Evaluasi sebagai moral judgment. Konsep utama dalam evaluasi adalah
masalah in. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk
tindakan selanjutnya. Hal in mendukung dua pengertian, pertama evaluasi berisi
suatu skala nilai normal, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat
dinilai. Kedua, evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-
kriteria tersebut suatu hasil dapat dinilai.
Dalam evaluasi kurikulum salah satu hal yang sering menjadi inti
perdebatan antara para ahli adalah pemisahan antara pengumpulan dan penusunan
keputusan. Perbedaan pendapat mengenai hal ini akan direflesikan dalam perbedaan-
perbedaan erumusan evaluasi .
32. 28
Evaluasi dan penentuan keputus. Siapa pengambil keputusan dalam
pendidikan atau khususnya dalam pelaksanaan kurikulum. Pengambil keputusan
dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum banyak, yaitu : guru, murid, orang tua,
kepala sekolah, para inspektur, penggembangan kurikulum dan sebagainya.
Pada prinsipnya tiap individu diatas membuat keputusan sesuai posisinya.
Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai lingkup
tanggung jawabnya, serta lingkup masalah yang dihadapinya suatu saat, beberapa
hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangann bagi pengambil keputusan.
Evaluasi dan konpansus nilai. Dalam bagian yang terdahulu sudah
dikemukakan bahwa penelitian pendidikan dan evaluasi kurikulum sebagai prilaku
sosial berisi nilai-nilai.
Secara historis konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari
tradisi tes mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa kerangka kerja
penelitian, yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar
yang bersifat behavorial, pengunaan analisis statistik dari pre test dan post test dan
lain-lain. Model penelitian diatas engineering atua sistem approach dalam
pendiidkan. Dalam model penelitian tersebut keseluruhan kegiatan dapat
digambarkan dalam suatu flow chart yang merumuskan secara operasional input (pre
test) cara car kegiatan ( treatment ) serta out put ( post test ).
Selain harus terdapat konsensus tentang tujuan-tujuan yag akan dicapai,
dalam penggunaan model diatas juga harus ada konsensus tentang siapa diantara para
partisipan tersebut yang turut terlibat secara langsung. Tanpa adanya persetujuan
33. 29
tentang hal-hal tersebut maka sukar untuk dapat menyusun flow chart yang difinitif.
Model system appoarch atau model social engineering bersifat goal based evaluation
, karena bertitik tolak dari tujuan tujuan yang jhusus. Karena model ini mempunyai
beberapa keberatan, maka berkembang evaluais yang lain yang lebih bersifat goal
free evaluation.
Pendekatan evaluasi yang bersifat goal free bertolak dari sikap kebudayaan
yang ajemuk (cultural pluralism). Sikap kebudayaan yang majemuk mempunyai
dasar relatifis, memandang bahwa tiap pandangan sama baiknya. Dalam evaluasi
kurikulum sudah tentu pandangna ini mempunyai kesulitan yang cukup besar, ebab
alat-alat evaluais yang digunakan bertolak dasar posisi nilai yang berbeda. Dengan
demikian evaluasi juga bersifat relatif, evalausi model in dapat ditemukan pada
peneliti yang memandang pekerjaannya semata mata hanay sebagai pengumpulan
data.
34. 30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui
keefektifan kurikulum. Evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian,
penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka
menentukan keefektifan kurikulum.
Objek evaluasi kurikulum yaitu dimensi-dimensi kurikulum, mencakup
dimensi rencana, dimensi kegiatan dan dimenasi hasil, komponen-komponen
kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses (metode, media, sumber, lingkungan), dan
evaluasi (formatif dan sumatif) dan tahap-tahap pengembangan kurikulum, mencakup
tahap perencanaan (Silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah),
monitoring, dan evaluasi. Terdapat empat pendekatan pengembangan kriteria evaluasi
kurikulum diantaranya pendekatan pre-ordinate, fidelity, proses dan gabungan.
Dalam evaluasi kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip umum
sebagai berikut: Kontinuitas, Komprehensif, Adil dan objektif, dan Kooperatif. Jenis
evaluasi kurikulum diantaranya: Evaluasi perencanaan dan pengembangan, Evaluasi
monitoring, Evaluasi dampak, Evaluasi efisiensi-ekonomis, dan Evaluasi program
komprehensif.
35. 31
Menurut Zainal Arifin, terdapat sepuluh model evaluasi kurikulum, yaitu:
model Tyler, model yang berorientasi pada tujuan, model pengukuran (R.Thorndike
dan R.L.Ebel), model Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, Lee J.Cronbach),
model Evaluasi Sitem Pendidikan (Educational System Evaluation Model), Model
Alkin, model Brinkerhoff, model Illuminatif, Model Responsif, dan model Studi
Kasus.
Adapun peranan evaluasi kurikulum khususnya dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan itu berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai
moral judgment, evaluasi dan penentuan keputusan, serta evaluasi dan konpansus
nilai.
3.2 Saran
Pada pengembangan kurikulum, evaluasi pada kurikulum tersebut
sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki dan menambahkan aspek-aspek pada
kurikulum. Setiap kurikulum pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya baik disisi
pendidik maupun disisi peserta didik. Kelebihan yang ada pada suatu kurikulum
dapat terus dipakai dan dikembangkan, sedangakan kekurangan yang ada sebaiknya
harus dirombak dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Evaluasi tidak
bertujuan untuk memberikan penilaian yang negatif dan hanya bersifat mengoreksi
saja, tetapi evaluasi juga memberikan penilaian yang positif dan memberikan
masukan-masukan yang membangun untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.
36. 32
Dengan evaluasi, kita akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum
tersebut dikembangkan, pelaksanaan serta hasilnya. Dengan evaluasi kurikulum yang
tepat akan dapat memberikan dan memperbaiki aspek-aspek kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan, serta dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas
dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan
sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat
keputusan apakah kurikulum tersebut tetapi perlu revisi atau harus diganti dengan
kurikulum yang baru. Lebih lanjut evaluasi kurikulum juga dapat digunakan untuk
penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan
kebutuhan pasar yang berubah dari waktu-kewaktu.
37. 33
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jannah, Nurika Miftahul. 2016. Makalah Evaluasi Kurikulum. [Online] Tersedia:
http://nurikamiftahuljannah.blogspot.co.id/2016/11/makalah-evaluasi-
kurikulum.html diakses pada 01 April 2017 pukul 20:00.
Nasution, S. 1986. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Rusyani, Endang. Evaluasi Kurikulum. [Online] Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985
031-ENDANG_RUSYANI/EVALUASI_KURIKULUM.pdf diakses pada 29
Maret 2017.
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: TERAS.