SlideShare a Scribd company logo
1 of 156
Etika: Pengantar UmumEtika: Pengantar Umum
Hakekat NilaiHakekat Nilai: sesuatu yang dicari karena: sesuatu yang dicari karena
baik, berharga atau menyenangkan.baik, berharga atau menyenangkan.
Jenis nilaiJenis nilai :ekonomi, estetis, intelektual.:ekonomi, estetis, intelektual.
Nilai yang akan dibahasNilai yang akan dibahas; nilai etika; nilai etika
khususnya nilai moral.khususnya nilai moral.
Perbedaan nilai-nilai lain dan nilai moralPerbedaan nilai-nilai lain dan nilai moral::
nilai-nilai lainnilai-nilai lain baikbaik menurut aspek tertentumenurut aspek tertentu
saja sedangkan baik untuk hidup manusiasaja sedangkan baik untuk hidup manusia
sebagai manusia, bukan saja manusiasebagai manusia, bukan saja manusia
sebagai pembeli, paminat dan pemikir.sebagai pembeli, paminat dan pemikir.
Pengantar...Pengantar...
 Sifat nilai moral:Sifat nilai moral: NormatifNormatif, mengikat, mengikat
manusia sebagai manusia, harusmanusia sebagai manusia, harus
direalisasikan.direalisasikan.
 Sifat dari nilai-nilai lain;Sifat dari nilai-nilai lain; netralnetral, keharusan, keharusan
bagi peminat, pembeli dan pemikir saja.bagi peminat, pembeli dan pemikir saja.
 Etika dan NilaiEtika dan Nilai
 Etika sebagai ilmuEtika sebagai ilmu; berefleksi prilaku; berefleksi prilaku
moral, merumuskan apa yang maumoral, merumuskan apa yang mau
dilakukan.dilakukan.
Pengantar...Pengantar...
 Etika bukanEtika bukan moralizingmoralizing; mengedepankan; mengedepankan
nilainya sendiri dengan maksud orang lainnilainya sendiri dengan maksud orang lain
hidup menurut nilai tersebut (hidup menurut nilai tersebut (menguruimengurui).).
 MoralizingMoralizing hanya berlaku pada komunitashanya berlaku pada komunitas
homogen dan bukan hoterogen.homogen dan bukan hoterogen.
 Etika dialamatkan kepada heterogen,Etika dialamatkan kepada heterogen,
untuk forum umum dan mendasarkanuntuk forum umum dan mendasarkan
pada ratio.pada ratio.
 Tujuan yang ingin dicapai dalam kuliahTujuan yang ingin dicapai dalam kuliah
etikaetika
Pengantar...Pengantar...
 Mengasah kesadaran moralMengasah kesadaran moral; dalam bidang etika; dalam bidang etika
manusia bukan tabularasa karena salah satu dimensimanusia bukan tabularasa karena salah satu dimensi
dalam eksistensi manusia.dalam eksistensi manusia.
 Mampu mengidentifikasikan masalah moral dan ciri-Mampu mengidentifikasikan masalah moral dan ciri-
cirinyacirinya, membedakannya dari masalah-masalah lain., membedakannya dari masalah-masalah lain.
 Mampu menganalisis konsep dan argumen moralMampu menganalisis konsep dan argumen moral..
Argument etika harus logis dan berbobot moral.Argument etika harus logis dan berbobot moral.
 Membekalkan diri kita untuk bertanggungjawab atasMembekalkan diri kita untuk bertanggungjawab atas
semua tindakan kita, menjadikan kewajiban moralsemua tindakan kita, menjadikan kewajiban moral
sebagai unsur substansial dalam hidup manusia.sebagai unsur substansial dalam hidup manusia.
 Menyadarkan kita akan kesulitan dan ambiguitas dalamMenyadarkan kita akan kesulitan dan ambiguitas dalam
argumentasi moral; relativitas moral tidak dapatargumentasi moral; relativitas moral tidak dapat
dipertahankan.dipertahankan.
Pengantar...Pengantar...
 Jenis etika yang dibahasJenis etika yang dibahas
 Kita akan mempelajariKita akan mempelajari keutamaan-keutamaan-
keutamaan etika,keutamaan etika, yang lebih dekat denganyang lebih dekat dengan
kehidupan moral sehari-hari,kehidupan moral sehari-hari,
mempersiapkan diri kita untuk menjadimempersiapkan diri kita untuk menjadi
pelaku moral.pelaku moral.
 Empat unsur yang perlu diperhatikanEmpat unsur yang perlu diperhatikan
dalam bidang etika:dalam bidang etika: si pelaku, perbuatan,si pelaku, perbuatan,
situasi dan kondisi dan konsekuensisituasi dan kondisi dan konsekuensi..
Setiap pendekatan etika harus menyorotSetiap pendekatan etika harus menyorot
keempat unsur tersebut.keempat unsur tersebut.
Pengantar...Pengantar...
 Sistem penilainSistem penilain::
 Tugas mengganti ujian harian 20%Tugas mengganti ujian harian 20%
 Keterlibatan dalam kelas yang akan dimasukanKeterlibatan dalam kelas yang akan dimasukan
dalam kolom ujian harian 20%dalam kolom ujian harian 20%
 Ujian Mid Semester 30%Ujian Mid Semester 30%
 Ujian akhir semester 30%Ujian akhir semester 30%
 Total 100%Total 100%
 Sarana:Sarana:
 Buku-buku (yg terdaftar pada kepustakaan)Buku-buku (yg terdaftar pada kepustakaan)
 DiktatDiktat
 ProyektorProyektor
Pengantar...Pengantar... DAFTAR KEPUSTAKAANDAFTAR KEPUSTAKAAN
 1. Bahasa Indonesia1. Bahasa Indonesia
 Bertens, K.Bertens, K. EtikaEtika , Jakarta: Gramedia, 1993., Jakarta: Gramedia, 1993.
 Rachels James,Rachels James, Filsafat MoralFilsafat Moral, Yogyakarta, Kanisius, 2004, Yogyakarta, Kanisius, 2004
 Duska, R./M. Whelan,Duska, R./M. Whelan, Perkembangan MoralPerkembangan Moral, diterjemahkan oleh Dwija Atmaka, Yogyakarta:, diterjemahkan oleh Dwija Atmaka, Yogyakarta:
Kanisius 1982. (tentang teori perkembangan kesadaran moral Lawrence Kohlberg)Kanisius 1982. (tentang teori perkembangan kesadaran moral Lawrence Kohlberg)
 Magnis-Suseno, Franz .Magnis-Suseno, Franz . Etika Dasar. Masalah-masalah Pokok Filsafat MoralEtika Dasar. Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta:, Yogyakarta:
Kanisius, 1987.Kanisius, 1987.
 -------------- 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-1913 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, Yogyakarta: Kanisius, 1997, Yogyakarta: Kanisius, 1997
 Poespoprodjo, W.Poespoprodjo, W. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan PraktekFilsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek, Bandung: Remaja, Bandung: Remaja
Karya 1986.Karya 1986.
 Said, M .Said, M . Etika Masyarakat IndonesiaEtika Masyarakat Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976., Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.
 Sastrasupomo, M.Sastrasupomo, M. Suprihadi, Etika (Sebuah Pengantar)Suprihadi, Etika (Sebuah Pengantar), Bandung: Alumnis 1982., Bandung: Alumnis 1982.
 ------------------ Etika: Masalah Pokok KepribadianEtika: Masalah Pokok Kepribadian, Bandung: Alumnis, 1982., Bandung: Alumnis, 1982.
 Vos, H. de ,Vos, H. de , Pengantar EtikaPengantar Etika, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987., Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987.
 2. Bahasa asing2. Bahasa asing
 Aristotle,Aristotle, Nichomachean EthicsNichomachean Ethics, Translated with introduction and notes by Martin Ostwald,, Translated with introduction and notes by Martin Ostwald,
Indianapolis: Bobbs-Merrill Educational Publishing, 1962.Indianapolis: Bobbs-Merrill Educational Publishing, 1962.
 Beauchamp, Tom L.Beauchamp, Tom L. Philosophical EthicsPhilosophical Ethics: An Introduction to Moral Philosophy, New York:: An Introduction to Moral Philosophy, New York:
McGraw-Hill Book Co., 1982.McGraw-Hill Book Co., 1982.
 Donagan, AlanDonagan, Alan The Theory of MoralityThe Theory of Morality, Chicago: The University of Chicago Press, 1979., Chicago: The University of Chicago Press, 1979.
 Finnis, John .Finnis, John . Fundamentals of EthicsFundamentals of Ethics, Washington DC: Georgetown University Press, 1983., Washington DC: Georgetown University Press, 1983.
 Grisez, Germain/ Shaw,Grisez, Germain/ Shaw, Russell, Beyond The New Morality: The Responsibilities of Freedom,Russell, Beyond The New Morality: The Responsibilities of Freedom,
Notre DameNotre Dame: Notre Dame University Press, 1974.: Notre Dame University Press, 1974.
 Immanuel Kant,Immanuel Kant, Critique of Practical Reason,Critique of Practical Reason, Translated by Lewis White Beck, Indianapolis:Translated by Lewis White Beck, Indianapolis:
Bobbs-Meerill/The Library of Liberal Arts, 1983.Bobbs-Meerill/The Library of Liberal Arts, 1983.
 Murray, S.J., Michael V.Murray, S.J., Michael V. Problems in EthicsProblems in Ethics, New York: Henry Holt and Company, Inc., New York: Henry Holt and Company, Inc.
1960.1960.
 Varga, Andrew C. On Being Human:Varga, Andrew C. On Being Human: Principles of EthicsPrinciples of Ethics, New York: Paulist Press, 1978., New York: Paulist Press, 1978.
Bab I: Pengertian etikaBab I: Pengertian etika
 Etika, yunaniEtika, yunani ethosethos; adat, kebiasaan atau; adat, kebiasaan atau
kelakuan manusia.kelakuan manusia.
 Etika dalam pengertian sehari-hari:Etika dalam pengertian sehari-hari:
 sistem nilaisistem nilai, norma atau nilai moral, norma atau nilai moral
menjadi pegangan hidup, pedoman untukmenjadi pegangan hidup, pedoman untuk
menilai baik-buruknya tindakan manusia.menilai baik-buruknya tindakan manusia.
 Kode etikKode etik; kumpulan norma atau nilai; kumpulan norma atau nilai
moral yang wajib dipegang oleh pemilikmoral yang wajib dipegang oleh pemilik
profesi seperti etika rumah sakit, etikaprofesi seperti etika rumah sakit, etika
jurnalistik.jurnalistik.
Pengertian...Pengertian...
 Etika sebagaiEtika sebagai filsafat moralfilsafat moral; melakukan; melakukan
refleksi kritis dan sistematis atasrefleksi kritis dan sistematis atas
moralitas.moralitas.
 Etika = Moral (yunaniEtika = Moral (yunani mos-morismos-moris) yang) yang
artinya adat kebiasaan.artinya adat kebiasaan.
 IstilahIstilah etikaetika dipakai untuk menyebut ilmudipakai untuk menyebut ilmu
dan prinsip-prinsip dasar penilaian baikdan prinsip-prinsip dasar penilaian baik
buruknya prilaku manusia, sementaraburuknya prilaku manusia, sementara
istilahistilah moralmoral dipakai untuk menyebutdipakai untuk menyebut
aturan dan norma yang lebih konkret bagiaturan dan norma yang lebih konkret bagi
penilaian baik-buruknya prilaku manusia.penilaian baik-buruknya prilaku manusia.
Pengertian...Pengertian...
 Objek material dan formal dari etikaObjek material dan formal dari etika
 Objek material dari etika: tindakan manusiaObjek material dari etika: tindakan manusia
sebagai manusia dan objek formal dari etikasebagai manusia dan objek formal dari etika
adalah segi baik-buruknya/benar salahnyaadalah segi baik-buruknya/benar salahnya
tindakan tersebut berdasarkan norma moraltindakan tersebut berdasarkan norma moral
sebagai tolak ukur.sebagai tolak ukur.
 Norma moral mendasarkan diri pada prinsipNorma moral mendasarkan diri pada prinsip
dasar moral.dasar moral.
 Dari segi filosofis moralitas erat kaitannyaDari segi filosofis moralitas erat kaitannya
dengan masalah norma dan prinsip yangdengan masalah norma dan prinsip yang
mendasari penilaian benar salahnya tindakanmendasari penilaian benar salahnya tindakan
manusia sebagai manusia.manusia sebagai manusia.
Pengertian...Pengertian...
 Moralitas berkaitan langsung dengan kwalitasMoralitas berkaitan langsung dengan kwalitas
watak pribadi manusia dan bukan kwalitaswatak pribadi manusia dan bukan kwalitas
kemampuannya, misalnyakemampuannya, misalnya seorang managerseorang manager
atau pemain sepak bola yang baik bukan orangatau pemain sepak bola yang baik bukan orang
yang segi moral baikyang segi moral baik..
 Penilaian berdasarkan norma moral: penilaianPenilaian berdasarkan norma moral: penilaian
yang menyangkut kwalitas kemanusiaanyang menyangkut kwalitas kemanusiaan
seseorang secara keseluruhan bukan hanyaseseorang secara keseluruhan bukan hanya
dari segi tertentu.dari segi tertentu.
 Orang yang secara moral baik selalu berusahaOrang yang secara moral baik selalu berusaha
untuk hidup sesuai dengan tuntutan hatiuntuk hidup sesuai dengan tuntutan hati
nuraninya dan sadar akan kewajiban moral yangnuraninya dan sadar akan kewajiban moral yang
harus dia laksanakan.harus dia laksanakan.
Pengertian...Pengertian...
 Cabang-cabang etikaCabang-cabang etika
 Etika: salah satu cabang dari filsafat yangEtika: salah satu cabang dari filsafat yang
secara khusus mengkaji tindakan manusiasecara khusus mengkaji tindakan manusia
sebagai manusia.sebagai manusia.
 Dua cabang besar etika: etika umum atau etikaDua cabang besar etika: etika umum atau etika
dasar dan etika khusus.dasar dan etika khusus.
 Etika umum/etika dasar =filsafat moralEtika umum/etika dasar =filsafat moral
sedangkan etika khusus adalah etika yangsedangkan etika khusus adalah etika yang
berkaitan langsung dengan bidang-bidangberkaitan langsung dengan bidang-bidang
khusus (etika politik, etika lingkungan dst.khusus (etika politik, etika lingkungan dst.
PengertianPengertian
 Tiga metode atau pendekatan dalam etikaTiga metode atau pendekatan dalam etika
 DeskriptifDeskriptif; memaparkan tindakan-tindakan manusia yang; memaparkan tindakan-tindakan manusia yang
secara faktual (data emperis) terjadi lalu membuat suatusecara faktual (data emperis) terjadi lalu membuat suatu
kesimpulan atau analisis yang bersifat induktif.kesimpulan atau analisis yang bersifat induktif.
 Normatif/preskriptif;Normatif/preskriptif; etika tidaketika tidak membahasmembahas tentang apatentang apa
yang nyata terjadi (yang nyata terjadi (das seindas sein) yang dipandang sebagai) yang dipandang sebagai
sesuatu yang baik atau buruk tetapisesuatu yang baik atau buruk tetapi membahasmembahas tentangtentang
apa yang seharus (apa yang seharus (das sollendas sollen) atau wajib dilakukan) atau wajib dilakukan
manusia sebagai manusia (manusia sebagai manusia (etika normatifetika normatif).).
 Analitis/metaetis;Analitis/metaetis; etika sebagai cabang filsafat yangetika sebagai cabang filsafat yang
menganalisa bahasa yang pakai dalam pembicaraanmenganalisa bahasa yang pakai dalam pembicaraan
tentang moral, misal apa arti kata baik dst, dasar-dasartentang moral, misal apa arti kata baik dst, dasar-dasar
rasional suatu etika dan logis tidaknya kesimpulan moral.rasional suatu etika dan logis tidaknya kesimpulan moral.
Metode ini perlu untuk menghilangkan kekaburan atauMetode ini perlu untuk menghilangkan kekaburan atau
hal yang kurang jelas.hal yang kurang jelas.
Pengertian...Pengertian...
 Kekhususan etikaKekhususan etika
a. Ajaran moral (AM) dan filsafat moral (FM).a. Ajaran moral (AM) dan filsafat moral (FM).
 Ajaran moralAjaran moral; ajaran yang berkaitan dengan; ajaran yang berkaitan dengan
peraturan-peratuan dan ketetapan-ketetapan,peraturan-peratuan dan ketetapan-ketetapan,
lisan dan tertulis, tentang bagaimana manusialisan dan tertulis, tentang bagaimana manusia
seharus bertindak agar ia menjadi manusia yangseharus bertindak agar ia menjadi manusia yang
baik.baik.
 Filsafat moralFilsafat moral; pemikiran kritis dan mendasar; pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral.tentang ajaran dan pandangan moral.
 Hubungan antara AM dan FM diumpamakanHubungan antara AM dan FM diumpamakan
misalnyamisalnya ajaran moralajaran moral sebagai petunjuk konkretsebagai petunjuk konkret
yang diberikan oleh seorang pelatih renangyang diberikan oleh seorang pelatih renang
sedangkansedangkan filsafat moralfilsafat moral ilmu tentangilmu tentang
bagaimana berenang dengan baik.bagaimana berenang dengan baik.
Pengertian...Pengertian...
b. Filsafat moral (FM) dan Teologi moral (TM)b. Filsafat moral (FM) dan Teologi moral (TM)
Kesamaan antara FM dan TM memiliki objek materil yangKesamaan antara FM dan TM memiliki objek materil yang
samasama;; menyelidikan manusia sebagai manusiamenyelidikan manusia sebagai manusia..
Keduanya membahas tentang;Keduanya membahas tentang; bagaimana manusiabagaimana manusia
seharusnya bertindak untuk mencapai tujuan yangseharusnya bertindak untuk mencapai tujuan yang
bernilai tinggi seperti (menjadi manusia baik), prinsip-bernilai tinggi seperti (menjadi manusia baik), prinsip-
prinsip dasar mana yang wajid diikuti oleh manusia, danprinsip dasar mana yang wajid diikuti oleh manusia, dan
bagaimana mempertanggungjawabkan prinsip-prinsipbagaimana mempertanggungjawabkan prinsip-prinsip
tersebut secara rasional dan berbobot moraltersebut secara rasional dan berbobot moral..
Perbedaan antara FM dan TM terletak pada kenyataanPerbedaan antara FM dan TM terletak pada kenyataan
bahwabahwa;; filsafat moral berusaha untuk menjawabfilsafat moral berusaha untuk menjawab
pertanyaan di atas dengan pertimbangan akal budipertanyaan di atas dengan pertimbangan akal budi
murni sedangkan teologi moral berusaha untukmurni sedangkan teologi moral berusaha untuk
menjawab pertanyaan di atas dengan bertitik tolak darimenjawab pertanyaan di atas dengan bertitik tolak dari
ajaran agama atau wahyu tertentuajaran agama atau wahyu tertentu..
Pengertian...Pengertian...
 Manusia boleh memiliki agama dan imanManusia boleh memiliki agama dan iman
yang berbeda tetapi memiliki pandanganyang berbeda tetapi memiliki pandangan
moral yang sama.moral yang sama.
Bab II; Moralitas, Hukum dan AgamaBab II; Moralitas, Hukum dan Agama
 Moralitas, hukum dan agama; bagian dari sistemMoralitas, hukum dan agama; bagian dari sistem
normatif.normatif.
 Jenis-Jenis Norma dalam masyarakatJenis-Jenis Norma dalam masyarakat
 Norma sopan santunNorma sopan santun; disebut juga etiket; disebut juga etiket
pergaulan sehari-hari seperti kebiasaan, carapergaulan sehari-hari seperti kebiasaan, cara
berpakaian, cara bertutur-kata, cara pergaulan;berpakaian, cara bertutur-kata, cara pergaulan;
bersifat lokal.bersifat lokal.
 Norma hukumNorma hukum; tertulis dan tidak tertulis (hukum; tertulis dan tidak tertulis (hukum
adat istiadat), bersifat mengikat, dan pelanggaradat istiadat), bersifat mengikat, dan pelanggar
dituntut oleh penegak hukum untuk beri sanksidituntut oleh penegak hukum untuk beri sanksi
yang adil.yang adil.
 Norma agamaNorma agama; aturan atau hukum yang berlaku; aturan atau hukum yang berlaku
pada agama tertentu atau pemeluk agamapada agama tertentu atau pemeluk agama
tertentu.tertentu.
Moralitas...Moralitas...
 Kekhususan Norma MoralKekhususan Norma Moral
 Paling dasariahPaling dasariah; tolak ukur untuk menilai tentang benar-; tolak ukur untuk menilai tentang benar-
salah atau baik-buruk tindakan manusia sebagaisalah atau baik-buruk tindakan manusia sebagai
manusia. Norma moral mempunyai otoritas yang lebihmanusia. Norma moral mempunyai otoritas yang lebih
tinggi norma-norma yang lain.tinggi norma-norma yang lain.
 NormatifNormatif; wajib dilaksanakan seperti wajib bertindak adil,; wajib dilaksanakan seperti wajib bertindak adil,
menghormati hak hidup orang lain dst.menghormati hak hidup orang lain dst.
 UniversalUniversal; sama untuk semua orang,; sama untuk semua orang,
pertanggungjawabannya tidak bersifat subyektif tetapipertanggungjawabannya tidak bersifat subyektif tetapi
rasional obyektif.rasional obyektif.
 Cakupannya luasCakupannya luas; demi kesejahteraan umum,; demi kesejahteraan umum,
kepedulian pada kepentingan sesama.kepedulian pada kepentingan sesama.
Moralitas...Moralitas...
 Hubungan moralitas dan hukumHubungan moralitas dan hukum
 Norma moral dan norma hukum mempunyaiNorma moral dan norma hukum mempunyai
fungsi yang sama, menilai benar-salah ataufungsi yang sama, menilai benar-salah atau
baik-buruknya tindakan manusia.baik-buruknya tindakan manusia.
 Segi lahiriah dari norma hukum dan normaSegi lahiriah dari norma hukum dan norma
moral sama pedoman dalam masyarakat,moral sama pedoman dalam masyarakat,
jangan mencuri, menghormati hak orang lainjangan mencuri, menghormati hak orang lain
dst. Bedanya bahwa norma moral mencakupidst. Bedanya bahwa norma moral mencakupi
segi batiniah dan lahiriah dan norma dijaminsegi batiniah dan lahiriah dan norma dijamin
oleh penguasa yang sah.oleh penguasa yang sah.
 Norma hukum tidak bisa mewakili norma moral,Norma hukum tidak bisa mewakili norma moral,
tindakan benar dari segi hukum tetapi belumtindakan benar dari segi hukum tetapi belum
tentu benar dari segi moral.tentu benar dari segi moral.
Moralitas...Moralitas...
 Moralitas dan agamaMoralitas dan agama
 Pendapat bahwa; moralitas erat keitannyaPendapat bahwa; moralitas erat keitannya
dengan agama karena:dengan agama karena:
 Moralitas merupakan pedoman bagaimanaMoralitas merupakan pedoman bagaimana
menjadi manusia baik sementara dalam agamamenjadi manusia baik sementara dalam agama
bahwa untuk menjadi manusia yang baikbahwa untuk menjadi manusia yang baik
sebaiknya mengikuti kehendak Tuhan (1).sebaiknya mengikuti kehendak Tuhan (1).
 Agama merupakan pedoman hidup manusiaAgama merupakan pedoman hidup manusia
yang paling kuno yang mendahului sistem moralyang paling kuno yang mendahului sistem moral
dan sistem hukum(2).dan sistem hukum(2).
 Agama menjadi penjamin kuat bagi normaAgama menjadi penjamin kuat bagi norma
moral, memberi pahala kepada orang baik danmoral, memberi pahala kepada orang baik dan
hukuman kekal bagi orang jahat (3).hukuman kekal bagi orang jahat (3).
Moralitas...Moralitas...
 Apakah moralitas mengandaikan agama?Apakah moralitas mengandaikan agama?
 TidakTidak; ada macam-macam agama!; ada macam-macam agama!
 Sokrates; sesuatu itu baik bukan karenaSokrates; sesuatu itu baik bukan karena
perintah Tuhan, tetapi sesuatu ituperintah Tuhan, tetapi sesuatu itu
diperintah Tuhan karena baik. Berjinahdiperintah Tuhan karena baik. Berjinah
bukan hanya kebetulan dilarang olehbukan hanya kebetulan dilarang oleh
agama tetapi karena tindakan yang tidakagama tetapi karena tindakan yang tidak
bermoral.bermoral.
 Jadi agama tidak seharusnya menjadiJadi agama tidak seharusnya menjadi
dasar moralitas.dasar moralitas.
Bab III: Relativisme MoralBab III: Relativisme Moral
 Seperti sudah kita ketahui bahwa norma moral bersifatSeperti sudah kita ketahui bahwa norma moral bersifat
universal/ umum, objektif dan rasional.universal/ umum, objektif dan rasional.
 Relativisme moral timbul sebagai reaksi atasRelativisme moral timbul sebagai reaksi atas
universalitas dan obyektivitas dari norma moral.universalitas dan obyektivitas dari norma moral.
 Relativisme berpendapat bahwa norma moral tergantungRelativisme berpendapat bahwa norma moral tergantung
pada kesepakatan sosial (antara masyarakat) dalampada kesepakatan sosial (antara masyarakat) dalam
lingkungan budaya di mana budaya tersebut berada.lingkungan budaya di mana budaya tersebut berada.
 Kemajuan ilmu-ilmu sosial dan komunikasi membantuKemajuan ilmu-ilmu sosial dan komunikasi membantu
manusia untuk menyadari akan kemajemukan budayamanusia untuk menyadari akan kemajemukan budaya
yang usaha-usaha untuk mengembangkan identitasyang usaha-usaha untuk mengembangkan identitas
budaya tersebut.budaya tersebut.
 Manusia modern mulai menyadari bahwa tindakan untukManusia modern mulai menyadari bahwa tindakan untuk
memaksa pola pikir dan tingkah-laku pada kelompokmemaksa pola pikir dan tingkah-laku pada kelompok
atau etnis tertentu tidak dapat dibenarkan.atau etnis tertentu tidak dapat dibenarkan.
Relativitas...Relativitas...
 Tidak hanya penjajahan politis dan ekonomi yang harusTidak hanya penjajahan politis dan ekonomi yang harus
dilawan tetapi juga penjajahan budaya.dilawan tetapi juga penjajahan budaya.
 Kaum relativisme dalam menghadapi persoalan sepertiKaum relativisme dalam menghadapi persoalan seperti
ini mengembangkan ideini mengembangkan ide toleransitoleransi (menghargai(menghargai
kebebasan pribadi atau kelompok).kebebasan pribadi atau kelompok).
 Tesis pokok dari aliran relativisme moralTesis pokok dari aliran relativisme moral
 Setiap masyarakat memiliki aturan, norma, danSetiap masyarakat memiliki aturan, norma, dan
kebudayaan yang berbedakebudayaan yang berbeda
 Tidak ada norma moral yang berlaku umum.Tidak ada norma moral yang berlaku umum.
 Tolak ukur penilaian moral yang bersifat obyektif dipakaiTolak ukur penilaian moral yang bersifat obyektif dipakai
untuk menilai bahwa norma moral dalam masyarakatuntuk menilai bahwa norma moral dalam masyarakat
tertentu lebih baik dan benar.tertentu lebih baik dan benar.
 Norma moral yang berlaku dalam masyarakat hanyalahNorma moral yang berlaku dalam masyarakat hanyalah
satu norma moral.satu norma moral.
Relativisme...Relativisme...
 Baik-buruknya atau benar-salahnya tindakan seseorangBaik-buruknya atau benar-salahnya tindakan seseorang
dinilai berdasarkan norma yang berlaku di lingkungandinilai berdasarkan norma yang berlaku di lingkungan
atau kelompok tertentu dan ini merupakan suatuatau kelompok tertentu dan ini merupakan suatu
kesombongan budaya.kesombongan budaya.
 Alasan yang mendukung relativisme moralAlasan yang mendukung relativisme moral
 Alasan yangAlasan yang faktual deskriptiffaktual deskriptif: faham moral (: faham moral (kebiasaan-kebiasaan-
kebiasaan yang berlaku di masyarakatkebiasaan yang berlaku di masyarakat) itu berlaku) itu berlaku
relatif, berlaku hanya untuk masyarakat atau kelompokrelatif, berlaku hanya untuk masyarakat atau kelompok
di mana norma itu berlaku.di mana norma itu berlaku.
 Contoh, kaum lelaki Eskimo banyak yang mempunyaiContoh, kaum lelaki Eskimo banyak yang mempunyai
isteri lebih dari satu dan sebagai tanda penghormatanisteri lebih dari satu dan sebagai tanda penghormatan
mereka terhadap tamu, mereka menawarkan isterinyamereka terhadap tamu, mereka menawarkan isterinya
sebagai teman tidur.sebagai teman tidur.
 Norma ini baik untuk orang Eskimo.Norma ini baik untuk orang Eskimo.
 Bagaimana dengan papies dan pemotongan jari diBagaimana dengan papies dan pemotongan jari di
lemba Baliem? Bagaimana normamu?lemba Baliem? Bagaimana normamu?
Relativisme...Relativisme...
 Alasan yang bersifat logis metaetisAlasan yang bersifat logis metaetis
 Kelompok ini membedakanKelompok ini membedakan pernyataanpernyataan deskriptifdeskriptif
(dapat diperiksa kebenaran melalui pengamatan(dapat diperiksa kebenaran melalui pengamatan
inderawi) daninderawi) dan pernyataan normatifpernyataan normatif (tidak bisa(tidak bisa
dibuktikan obyektivitas kebenarannya)dibuktikan obyektivitas kebenarannya)
 Kelompok ini berpendapat bahwa tidak adaKelompok ini berpendapat bahwa tidak ada
norma yang bersifat umum dan obyektif.norma yang bersifat umum dan obyektif.
 Bagi mereka kebudayaan bagaikan kulitBagi mereka kebudayaan bagaikan kulit
seseorang dan ia tidak bisa keluar dari tubunyaseseorang dan ia tidak bisa keluar dari tubunya
itu.itu.
Relativisme...Relativisme...
 Tanggapan kritisTanggapan kritis
 Kekeliruan penalaran;Kekeliruan penalaran; benar bahwa setiap kelompokbenar bahwa setiap kelompok
masyarakat punya norma yang berbeda-beda tetapimasyarakat punya norma yang berbeda-beda tetapi
tidak dapat disimpulkan bahwa semua norma bersifattidak dapat disimpulkan bahwa semua norma bersifat
relatif.relatif.
 Kelemahan dari aliran ini terletak pada kenyataan bahwaKelemahan dari aliran ini terletak pada kenyataan bahwa
mereka tidakmereka tidak konsistenkonsisten. Mereka mengatakan bahwa. Mereka mengatakan bahwa
fahamnya yang paling benar ,fahamnya yang paling benar , secara tidak langsungsecara tidak langsung
membanta isi pokok ajarannya sendiri bahwa normamembanta isi pokok ajarannya sendiri bahwa norma
moral itu relatif.moral itu relatif.
 Kelemahan lain yang nampak dari kelompok ini setelahKelemahan lain yang nampak dari kelompok ini setelah
mereka menganggap bahwa fahamnya yang palingmereka menganggap bahwa fahamnya yang paling
benar tetapi kemudian mereka menganjurkanbenar tetapi kemudian mereka menganjurkan
pentingnya semangatpentingnya semangat toleransitoleransi. Pentingnya. Pentingnya toleransitoleransi
merupakan indikasi bahwa aliran ini mengakuimerupakan indikasi bahwa aliran ini mengakui
kebenaran dari faham yang lain.kebenaran dari faham yang lain.
Relativisme...Relativisme...
 Bertentangan dengan praktek kehidupan.Bertentangan dengan praktek kehidupan.
 Bila benar bahwa tidak ada tolak ukur penilaianBila benar bahwa tidak ada tolak ukur penilaian
moral yang universal dan obyektif dan netralmoral yang universal dan obyektif dan netral
maka dasar penilaian atas norma-norma yangmaka dasar penilaian atas norma-norma yang
berlaku di masyarakat menjadi tidak mungkin.berlaku di masyarakat menjadi tidak mungkin.
 Kita tidak bisa mengukur benar-salahnyaKita tidak bisa mengukur benar-salahnya
tindakan hanya berdasarkan pada norma yangtindakan hanya berdasarkan pada norma yang
berlaku pada suatu kelompok masyarakat.berlaku pada suatu kelompok masyarakat.
Adanya kritikan mengandaikan adanya tolakAdanya kritikan mengandaikan adanya tolak
ukur yang mengatasi lingkungan itu sendiri.ukur yang mengatasi lingkungan itu sendiri.
 Kemampuan manusia untuk mengkritik baikKemampuan manusia untuk mengkritik baik
terhadap normanya sendiri maupun norma dariterhadap normanya sendiri maupun norma dari
masyarakat yang lain tidak bisa diterangkanmasyarakat yang lain tidak bisa diterangkan
sebagai kekeliruan atau kesombongan budaya.sebagai kekeliruan atau kesombongan budaya.
Relativisme...Relativisme...
 Bila tidak ada norma universal dan obyektifBila tidak ada norma universal dan obyektif
sebagai tolak ukur maka tidak ada pembaharuansebagai tolak ukur maka tidak ada pembaharuan
sosial atas norma-norma yang berlaku dalamsosial atas norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Dengan adanya kemampuanmasyarakat. Dengan adanya kemampuan
manusia untuk mengetahui dan menemukanmanusia untuk mengetahui dan menemukan
nilai-nilai maka kritik dan pembaruan sosial itunilai-nilai maka kritik dan pembaruan sosial itu
bisa terjadi.bisa terjadi.
 Adanya nilai-nilai kemanusiaan yang bersifatAdanya nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat
tetap dan universal menjadi dasar bagitetap dan universal menjadi dasar bagi
perkembangan moral.perkembangan moral.
 Kita tidak bisa menilai perkembangan moralKita tidak bisa menilai perkembangan moral
pada suatu kelompok bila tidak tolak ukur yangpada suatu kelompok bila tidak tolak ukur yang
bisa digunakan untuk menilainya.bisa digunakan untuk menilainya.
Relativisme...Relativisme...
 Penyimpulan yang tergesa-gesaPenyimpulan yang tergesa-gesa
 Penilaian kaum relativisme yang berdasarkanPenilaian kaum relativisme yang berdasarkan
pengamatan faktual bahwa masing-masingpengamatan faktual bahwa masing-masing
lingkungan budaya mempunyai norma moralnyalingkungan budaya mempunyai norma moralnya
sendiri-sendiri.sendiri-sendiri.
 Dalam menilai kita tidak boleh berhenti pada hal-Dalam menilai kita tidak boleh berhenti pada hal-
hal yang nampak saja sebab masih ada nilai-hal yang nampak saja sebab masih ada nilai-
nilai dasar yang mau diungkapkan oleh praksisnilai dasar yang mau diungkapkan oleh praksis
moral yang berbeda itu.moral yang berbeda itu.
 Perbedaan norma moral yang ada dalamPerbedaan norma moral yang ada dalam
lingkungan masyarakat tidak seradikal sepertilingkungan masyarakat tidak seradikal seperti
yang diungkapkan oleh aliran relativisme.yang diungkapkan oleh aliran relativisme.
Relativisme...Relativisme...
 Contoh, orang Eskimo untuk mengakhiri orangContoh, orang Eskimo untuk mengakhiri orang
tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan dengantuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan dengan
menempatkanya di luar rumah sampai dia matimenempatkanya di luar rumah sampai dia mati
kedinginan.kedinginan.
 Ini adalah tindakan kejam, tak berperikemanusiaan,Ini adalah tindakan kejam, tak berperikemanusiaan,
bertentangan dengan sikap hormat dan terimakasihbertentangan dengan sikap hormat dan terimakasih
kepada orang tua. Apakah penilaian seperti inikepada orang tua. Apakah penilaian seperti ini
benar? Atau ini yang disebut penilaian yang tergesa-benar? Atau ini yang disebut penilaian yang tergesa-
gesa?gesa?
 Orang Eskimo yang hidup dalam iklim yang sangatOrang Eskimo yang hidup dalam iklim yang sangat
dingin dan nomadik dalam mencari nafkah hampirdingin dan nomadik dalam mencari nafkah hampir
tidak mungkin membawa ke sana kemari orangtidak mungkin membawa ke sana kemari orang
tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan, malahantuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan, malahan
mereka kasihan kalau menahan sakit terlalu lama.mereka kasihan kalau menahan sakit terlalu lama.
Relativisme...Relativisme...
 Kebiasaan orang Eskimo dilandasi olehKebiasaan orang Eskimo dilandasi oleh
keyakinan agama bahwa orang akan lanjutkankeyakinan agama bahwa orang akan lanjutkan
hidupnya di alam baka.hidupnya di alam baka.
 Manfaat yang dapat diambil dari relativismeManfaat yang dapat diambil dari relativisme
 RelativismeRelativisme menyadarkan kita akanmenyadarkan kita akan
kemajemukan dalam penghayatan moralkemajemukan dalam penghayatan moral: kita: kita
harus serba hati-hati dalam memberi penilaianharus serba hati-hati dalam memberi penilaian
yang bersifat mengadili terhadap kebiasaanyang bersifat mengadili terhadap kebiasaan
yang berbeda dalam lingkungan masyarakatyang berbeda dalam lingkungan masyarakat
atau budaya. Berbeda dalam penghayatan tetapiatau budaya. Berbeda dalam penghayatan tetapi
memiliki prinsip dan tujuan yang sama yaitumemiliki prinsip dan tujuan yang sama yaitu
kemanusiaan.kemanusiaan.
Relativisme...Relativisme...
 Perlu adanya sikap keterbukaan:Perlu adanya sikap keterbukaan: kita haruskita harus
sadar bahwa kita dikondisikan oleh keluarga,sadar bahwa kita dikondisikan oleh keluarga,
lingkungan sosial, pendidikan, dan budaya dilingkungan sosial, pendidikan, dan budaya di
mana kita dibesarkan. Tata nilai dan pola pikirmana kita dibesarkan. Tata nilai dan pola pikir
seringkali ditentukan oleh lingkungan dari manaseringkali ditentukan oleh lingkungan dari mana
kita berasal.kita berasal.
 Tanpa sikap keterbukaan yang dewasa-Tanpa sikap keterbukaan yang dewasa-
kesadaran akan identitas dirikesadaran akan identitas diri-dalam percaturan-dalam percaturan
budaya internasional, kita akan jatuh dalambudaya internasional, kita akan jatuh dalam
sikap anti asing atau jatuh ke dalam sikapsikap anti asing atau jatuh ke dalam sikap
meniru dan mengagung-agungkan budaya darimeniru dan mengagung-agungkan budaya dari
luar.luar.
Relativisme...Relativisme...
 Sikap heuristisSikap heuristis; suatu sikap yang mengarah; suatu sikap yang mengarah
kepada penemuan diri. Harus sadar bahwakepada penemuan diri. Harus sadar bahwa
adanya dialektika (adanya dialektika (perdebatan berdasarkanperdebatan berdasarkan
perbedaan-perbedaan ketatperbedaan-perbedaan ketat) pemikiran) pemikiran
mengadaikan adanya obyektivitas danmengadaikan adanya obyektivitas dan
universalitas.universalitas.
 Bila benar bahwa setiap manusia itu terkurungBila benar bahwa setiap manusia itu terkurung
dalam batas kepalanya sendiri dan setiap tolakdalam batas kepalanya sendiri dan setiap tolak
ukur yang dipakai itu relatif maka tidak akan adaukur yang dipakai itu relatif maka tidak akan ada
bahasa yang dipahami bersama. Dan ini adalahbahasa yang dipahami bersama. Dan ini adalah
kekeliruan.kekeliruan.
Bab IV. Kebebasan dan Tanggungjawab MoralBab IV. Kebebasan dan Tanggungjawab Moral
 Seseorang secara moral dapat dituntutSeseorang secara moral dapat dituntut
pertanggungjawaban atas tindakannya,pertanggungjawaban atas tindakannya,
tergantung pada apakah ia bebas atau tidaktergantung pada apakah ia bebas atau tidak
dalam melakukan tindakannya?dalam melakukan tindakannya?
 Secara moral orang dimintaSecara moral orang diminta
pertanggungjawaban atas tindankannya ,pertanggungjawaban atas tindankannya ,
bilabila (a) paksaan dari luar entah itu bersifat(a) paksaan dari luar entah itu bersifat
fisik maupun psikis; (b) tindakan itu dibuatfisik maupun psikis; (b) tindakan itu dibuat
oleh anak kecil dan orang gila.oleh anak kecil dan orang gila.
Kebebasan...Kebebasan...
 DeterminismeDeterminisme
 Menurut aliran ini manusia itu tidak bebas, karenaMenurut aliran ini manusia itu tidak bebas, karena
tindakan ditentukan macam-macam faktor sepertitindakan ditentukan macam-macam faktor seperti
kondisi fisik, psikis dan kekuasaan lain diluar dirikondisi fisik, psikis dan kekuasaan lain diluar diri
manusia.manusia.
 Jenis-jenis determinismeJenis-jenis determinisme
 Determinisme biologisDeterminisme biologis ;; tingkah laku manusiatingkah laku manusia
ditentukan oleh faktor-faktor biologis, keturunan.ditentukan oleh faktor-faktor biologis, keturunan.
Watak, kebiasaan, dan tingkah laku manusia bisaWatak, kebiasaan, dan tingkah laku manusia bisa
diterangkan berdasarkan struktur biologis.diterangkan berdasarkan struktur biologis.
 Misalnya orang yang suka mencuri dan memperkosaMisalnya orang yang suka mencuri dan memperkosa
perlu diselidiki struktur biologisnya yang menyebabkanperlu diselidiki struktur biologisnya yang menyebabkan
ia bertingkah laku demikian. Kalau secara biologisia bertingkah laku demikian. Kalau secara biologis
memang cacat, ia tidak dapat dihukum atau dimintaimemang cacat, ia tidak dapat dihukum atau dimintai
pertanggungjawaban atas tindakannya tetapi diampunipertanggungjawaban atas tindakannya tetapi diampuni
dan dicarikan suatu solusi.
Kebebasan...Kebebasan...
 Kalau struktur mekanisme biologis diketahui,Kalau struktur mekanisme biologis diketahui,
seluruh tingkah laku manusia bisa diprediksi danseluruh tingkah laku manusia bisa diprediksi dan
dimanipulasi. Struktur gen manusia selaludimanipulasi. Struktur gen manusia selalu
mengarahkan pada sifat-sifat atau perilaku dimilikimengarahkan pada sifat-sifat atau perilaku dimiliki
orang tersebut.orang tersebut.
 Determinisme Psikologis;Determinisme Psikologis; hanya nampaknya sajahanya nampaknya saja
manusia itu bisa kebas.manusia itu bisa kebas.
 Tekanan bawah sadar merupakan pendorongTekanan bawah sadar merupakan pendorong
utama tindakan-tindakan manusia. Tingkah lakuutama tindakan-tindakan manusia. Tingkah laku
manusia ditentukan oleh dorongan kuat dari dalammanusia ditentukan oleh dorongan kuat dari dalam
dirinya.dirinya.
 Bagi penganut aliran determinisme psikologisBagi penganut aliran determinisme psikologis
tanggungjawab moral tidak ada artinya. Tindakantanggungjawab moral tidak ada artinya. Tindakan
seseorang seringkali bersifat kompulsif/paksaanseseorang seringkali bersifat kompulsif/paksaan
dan tidak terkontrol.dan tidak terkontrol.
Kebebasan...Kebebasan...
 Determinisme SosialDeterminisme Sosial ;; tingkah laku manusiatingkah laku manusia
ditentukan oleh lingkungan atau struktur sosialditentukan oleh lingkungan atau struktur sosial
yang melingkupinya.yang melingkupinya.
 Menurut Karl Marx, kodrat manusia adalah seluruhMenurut Karl Marx, kodrat manusia adalah seluruh
totalitas hubungan sosialnya yang ditentukan olehtotalitas hubungan sosialnya yang ditentukan oleh
hubungan produksi.hubungan produksi.
 Cara masyarakat berproduksi menentukanCara masyarakat berproduksi menentukan
kehidupan sosial, politik, budaya, moral dankehidupan sosial, politik, budaya, moral dan
keagamaan.keagamaan.
 Determinisme Teologis;Determinisme Teologis; nasib manusia sudahnasib manusia sudah
tersurat dalam rencana kebijaksanaan Tuhan.tersurat dalam rencana kebijaksanaan Tuhan.
Ajaran predestinasi atau ajaran tentang suratanAjaran predestinasi atau ajaran tentang suratan
nasib menganggap bahwa segala tingkah lakunasib menganggap bahwa segala tingkah laku
manusia sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan,manusia sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan,
manusia hanya menjalankan apa yang sudahmanusia hanya menjalankan apa yang sudah
digariskandigariskan..
Kebebasan...Kebebasan...
 Argumen-argumen yang mendukung adanyaArgumen-argumen yang mendukung adanya
kebebasankebebasan
 Kesadaran langsung akan adanya kebebasan;Kesadaran langsung akan adanya kebebasan;
Manusia sebagai seorang pribadi (person) dalamManusia sebagai seorang pribadi (person) dalam
keputusan-keputusannya yang penting sadarkeputusan-keputusannya yang penting sadar
bahwa dia menentukan dirinya.bahwa dia menentukan dirinya.
 Misalnya, orang yang digoda, tergantung padaMisalnya, orang yang digoda, tergantung pada
pribadi yang digoda itu apakah ia akanpribadi yang digoda itu apakah ia akan
mempergunakan daya kemauannya untukmempergunakan daya kemauannya untuk
melawan godaan atau membiarkan diri dikuasaimelawan godaan atau membiarkan diri dikuasai
oleh dorongan-dorongan nafsunya.oleh dorongan-dorongan nafsunya.
 Kesadaran mengandaikan adanya kebebasan;Kesadaran mengandaikan adanya kebebasan;
ppertimbangan pro-kontra dilakukan, karenaertimbangan pro-kontra dilakukan, karena
sungguh tergantung dari kita (subyek pelaku) kitasungguh tergantung dari kita (subyek pelaku) kita
pilih yang mana?pilih yang mana?
Kebebasan...Kebebasan...
 Keyakinan akan adanya tanggungjawab pribadiKeyakinan akan adanya tanggungjawab pribadi;;
pribadi seseorang bertumbuh sejalan denganpribadi seseorang bertumbuh sejalan dengan
derajat tanggungjawab orang itu dan akan tindakan-derajat tanggungjawab orang itu dan akan tindakan-
tindakannya. Kehidupan dalam masyarakat barutindakannya. Kehidupan dalam masyarakat baru
bisa berjalan teratur kalau rasa tanggungjawab yangbisa berjalan teratur kalau rasa tanggungjawab yang
mengandaikan kebebasan ini ada dan terjamin.mengandaikan kebebasan ini ada dan terjamin.
 Kehidupan moral mengandaikan adanyaKehidupan moral mengandaikan adanya
kebebasan;kebebasan; kehidupan moral (di mana manusiakehidupan moral (di mana manusia
mengikatkan diri pada kewajiban moral sebagaimengikatkan diri pada kewajiban moral sebagai
hukum yang bersifat mutlak, “hukum yang bersifat mutlak, “imperatif kategorisimperatif kategoris”)”)
mengandaikan adanya kebebasan. Orang dikatakanmengandaikan adanya kebebasan. Orang dikatakan
bebas diwajibkan untuk melakukan sesuatu kalaubebas diwajibkan untuk melakukan sesuatu kalau
sesuatu itu dapat dilakukan dan juga bila ditolak.sesuatu itu dapat dilakukan dan juga bila ditolak.
Kebebasan...Kebebasan...
 Apakah suatu tindakan itu benar atau salah, pantas dipujiApakah suatu tindakan itu benar atau salah, pantas dipuji
atau dicela, senantiasa mengandaikan adanya kebebasan.atau dicela, senantiasa mengandaikan adanya kebebasan.
 Sistem peradilan dalam masyarakat mengandaikan manusiaSistem peradilan dalam masyarakat mengandaikan manusia
bebas:bebas: Keteraturan dan kelangsungan kehidupan dalamKeteraturan dan kelangsungan kehidupan dalam
masyarakat kita didasarkan atas suatu keyakinan bahwamasyarakat kita didasarkan atas suatu keyakinan bahwa
manusia itu dapat dituntut pertanggungjawaban atasmanusia itu dapat dituntut pertanggungjawaban atas
tindakan-tindakannya, karena ia bebas.tindakan-tindakannya, karena ia bebas.
 Orang yang dituduh berbuat jahat biasanya diperiksa pulaOrang yang dituduh berbuat jahat biasanya diperiksa pula
alasan-alasan mengapa perbuatan itu ia lakukan. Bilaalasan-alasan mengapa perbuatan itu ia lakukan. Bila
terbukti bahwa si pelaku kejahatan ternyata tidak warasterbukti bahwa si pelaku kejahatan ternyata tidak waras
atau tidak dapat dikatakan sebagai sadar dan bebas, makaatau tidak dapat dikatakan sebagai sadar dan bebas, maka
hal ini akan mempengaruhi keputusan pengadilan atashal ini akan mempengaruhi keputusan pengadilan atas
dirinya, karena hal itu erat kaitan dengan derajatdirinya, karena hal itu erat kaitan dengan derajat
pertanggungjawaban orang tersebut.pertanggungjawaban orang tersebut.
Kebebasan...Kebebasan...
 Beberapa pengertian tentang kebebasanBeberapa pengertian tentang kebebasan
 Arti Umum;Arti Umum; kebebasankebebasan suatu keadaan tanpa penghalang,suatu keadaan tanpa penghalang,
pembatas, paksaan, rintangan, beban, atau kewajiban yangpembatas, paksaan, rintangan, beban, atau kewajiban yang
mengikat.mengikat.
 Arti khusus 1;Arti khusus 1; Kesempurnaan eksistensiKesempurnaan eksistensi .. ManusiaManusia
dikatakan ‘bebas’ dalam arti mencapai kesempurnaandikatakan ‘bebas’ dalam arti mencapai kesempurnaan
eksistensinya kalau dia bisa melepaskan diri dari segalaeksistensinya kalau dia bisa melepaskan diri dari segala
macam hal yang menghalangi perwujudan dirinya secaramacam hal yang menghalangi perwujudan dirinya secara
penuh. Ia bisa melepaskan diri dari segala sesuatu yangpenuh. Ia bisa melepaskan diri dari segala sesuatu yang
menghalangi dirinya untuk mencapai kesempurnaanmenghalangi dirinya untuk mencapai kesempurnaan
eksistensinya sebagai manusia.eksistensinya sebagai manusia.
 Kebebasan dalam arti kesempurnaan eksistensiKebebasan dalam arti kesempurnaan eksistensi
mengandaikan adanya pendirian atau prinsip hidup yangmengandaikan adanya pendirian atau prinsip hidup yang
jelas dan diakui kebenarannya, sehingga orang tidak lagijelas dan diakui kebenarannya, sehingga orang tidak lagi
terombang-ambing oleh pengaruh atau penentuan dari luar.terombang-ambing oleh pengaruh atau penentuan dari luar.
Kebebasan...Kebebasan...
 Orang bijak adalah orang bebas, karena diaOrang bijak adalah orang bebas, karena dia
mempunyai pendirian sendiri dan sanggupmempunyai pendirian sendiri dan sanggup
mempertanggungjawabkan pendirian itu kepadamempertanggungjawabkan pendirian itu kepada
orang lain. Orang yang hidupnya suci yangorang lain. Orang yang hidupnya suci yang
mengutamakan Allah di atas segalanya juga orangmengutamakan Allah di atas segalanya juga orang
yang merdeka/bebas.yang merdeka/bebas.
 Arti khusus 2:Arti khusus 2: Kemampuan kehendak manusiaKemampuan kehendak manusia
untuk memilih dan menentukan diriuntuk memilih dan menentukan diri
 Manusia berkat akalbudinya, mempunyaiManusia berkat akalbudinya, mempunyai
otodeterminasi. Ia tidak sepenuhnya ditentukanotodeterminasi. Ia tidak sepenuhnya ditentukan
oleh faktor-faktor luar seperti; biologis, psikologis,oleh faktor-faktor luar seperti; biologis, psikologis,
lingkungan sosial, maupun rencana Allah).lingkungan sosial, maupun rencana Allah).
 Manusia mempunyai kehendak bebas: ia bisaManusia mempunyai kehendak bebas: ia bisa
mengambil sikap dan memilih mana di antaramengambil sikap dan memilih mana di antara
kemungkingan-kemungkinan yang ada yang mau iakemungkingan-kemungkinan yang ada yang mau ia
lakukan.lakukan.
Kebebasan...Kebebasan...
 Berkat akalbudinya manusia dapatBerkat akalbudinya manusia dapat
memberikan arti dan arah kepada hidup danmemberikan arti dan arah kepada hidup dan
karyanya; ia bisa menerima atau menolakkaryanya; ia bisa menerima atau menolak
kemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilaikemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilai
yang terus-menerus ditawarkan kepadanya.yang terus-menerus ditawarkan kepadanya.
 Kehendak bebas erat kaitannya denganKehendak bebas erat kaitannya dengan
akalbudi sebagai kemampuannya untukakalbudi sebagai kemampuannya untuk
memilah-memilah, mempertimbangkan, danmemilah-memilah, mempertimbangkan, dan
menilai. Hanya dengan kemampuanmenilai. Hanya dengan kemampuan
semacam ini manusia dapat memberi artisemacam ini manusia dapat memberi arti
dan arah kepada perbuatannya yangdan arah kepada perbuatannya yang
dilakukan.dilakukan.
Kebebasan...Kebebasan...
 Kebebasan eksistensial;Kebebasan eksistensial; kebebasan fisik dan kebebasankebebasan fisik dan kebebasan
rohani.rohani.
 Kebebasan fisik berarti tidak adanya paksaan fisik atauKebebasan fisik berarti tidak adanya paksaan fisik atau
kemampuan untuk menggerakkan badan sesuai dengankemampuan untuk menggerakkan badan sesuai dengan
kehendaknya.kehendaknya.
 Kebebasan fisik pada manusia bersumber padaKebebasan fisik pada manusia bersumber pada
kebebasan rohani, yakni kemampuan manusia untukkebebasan rohani, yakni kemampuan manusia untuk
menentukan sendiri apa yang dipikirkan dan untukmenentukan sendiri apa yang dipikirkan dan untuk
melakukan apa yang dikehendaki.melakukan apa yang dikehendaki.
 Kebebasan rohani manusia bersumber berakalbudi atauKebebasan rohani manusia bersumber berakalbudi atau
rasional.rasional.
 Kebebasan rohani ini tidak bisa dilanggar, karena manusiaKebebasan rohani ini tidak bisa dilanggar, karena manusia
memikirkan apa yang mau dipikirkan dan menghendakimemikirkan apa yang mau dipikirkan dan menghendaki
apa yang mau dikehendaki.apa yang mau dikehendaki.
 Manusia merupakan kesatuan jasmani-rohani, karena ituManusia merupakan kesatuan jasmani-rohani, karena itu
kebebasan fisik dan kebebasan rohani erat berkaitan.kebebasan fisik dan kebebasan rohani erat berkaitan.
 Kebebasan rohani memperoleh perwujudan konkretnyaKebebasan rohani memperoleh perwujudan konkretnya
dalam kebebasan fisikdalam kebebasan fisik
Kebebasan...Kebebasan...
 Arti khusus 3Arti khusus 3;; kebebasan sosial politikkebebasan sosial politik..
Kebebasan sosial-politik dapat dirumuskanKebebasan sosial-politik dapat dirumuskan
sebagai syarat-syarat fisik, sosial, dan politiksebagai syarat-syarat fisik, sosial, dan politik
yang harus terpenuhi agar manusia dapatyang harus terpenuhi agar manusia dapat
melaksanakan kebebasannya untukmelaksanakan kebebasannya untuk
mencapai kesempurnaan eksistensinya.mencapai kesempurnaan eksistensinya.
 Kebebasan sosial politik disebut jugaKebebasan sosial politik disebut juga
kebebasan demokratis. Di dalamnyakebebasan demokratis. Di dalamnya
terkandung unsur-unsur seperti kebebasanterkandung unsur-unsur seperti kebebasan
berpikir dan berpendapat, kebebasan pers,berpikir dan berpendapat, kebebasan pers,
kebebasan bertempat tinggal dan berpindahkebebasan bertempat tinggal dan berpindah
tempat, beragama, bersekutu, dsb.tempat, beragama, bersekutu, dsb.
Kebebasan...Kebebasan...
 Kebebasan sosial-politik merupakan sesuatu yang perluKebebasan sosial-politik merupakan sesuatu yang perlu
diperjuangkan, karena tanpa kontrol sosial, kekuasaandiperjuangkan, karena tanpa kontrol sosial, kekuasaan
cenderung menindas kebebasan.cenderung menindas kebebasan.
 Kebebasan, sebagaimana ditegaskan olehKebebasan, sebagaimana ditegaskan oleh UniversalUniversal
Declaration of Human RightsDeclaration of Human Rights yang disahkan oleh Sidangyang disahkan oleh Sidang
Umum PBB pada tgl. 10 Desember 1948, erat kaitannyaUmum PBB pada tgl. 10 Desember 1948, erat kaitannya
dengan martabat manusia sebagai pribadi (persona).dengan martabat manusia sebagai pribadi (persona).
 Kebebasan yang dianggap melekat pada martabat manusiaKebebasan yang dianggap melekat pada martabat manusia
misalnya: bebas dari perbudakan (art.4), dari penyiksaanmisalnya: bebas dari perbudakan (art.4), dari penyiksaan
(art.5), kebebasan untuk kawin atau tidak kawin (art.16),(art.5), kebebasan untuk kawin atau tidak kawin (art.16),
kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama (art.18),kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama (art.18),
kebebasan mengeluarkan pendapat (art.19), kebebasankebebasan mengeluarkan pendapat (art.19), kebebasan
berhimpun (art. 20), kebebasan memilih sendiri pekerjaannyaberhimpun (art. 20), kebebasan memilih sendiri pekerjaannya
(art.23).(art.23).
 Dalam deklarasinya yang berjudul “Dignitatis Humanae”Dalam deklarasinya yang berjudul “Dignitatis Humanae”
(“Martabat pribadi manusia”) pada tgl. 7 Desember 1965(“Martabat pribadi manusia”) pada tgl. 7 Desember 1965
Gereja Katolik juga menegaskan bahwa kebebasan beragamaGereja Katolik juga menegaskan bahwa kebebasan beragama
itu bersumber pada martabat manusia dan bukan padaitu bersumber pada martabat manusia dan bukan pada
kebenaran objektif keyakinan-keyakinan keagamaan.kebenaran objektif keyakinan-keyakinan keagamaan.
Kebabasan...Kebabasan...
 Kebebasan dan TanggungjawabKebebasan dan Tanggungjawab
 Kemampuan kita untuk menentukan diriKemampuan kita untuk menentukan diri
(kebebasan eksistensial kita) mesti kita jalankan(kebebasan eksistensial kita) mesti kita jalankan
dengan baik. Sikap dan tindakan kita harus kitadengan baik. Sikap dan tindakan kita harus kita
pertanggungjawabkan terhadap nilai -nilaipertanggungjawabkan terhadap nilai -nilai
kemanusiaan yang sebenarnya, terhadap tugaskemanusiaan yang sebenarnya, terhadap tugas
yang menjadi kewajiban kita, dan terhadap harapanyang menjadi kewajiban kita, dan terhadap harapan
orang lain.orang lain.
 Kewajiban objektif yang mengikat setiap manusiaKewajiban objektif yang mengikat setiap manusia
pada nilai-nilai moral kemanusiaan dan keagamaanpada nilai-nilai moral kemanusiaan dan keagamaan
bukan sesuatu yang menghilangkan kebebasan,bukan sesuatu yang menghilangkan kebebasan,
melainkan justru menjadi suatu medan perwujudanmelainkan justru menjadi suatu medan perwujudan
konkret penghayatan kebebasan.konkret penghayatan kebebasan.
Kebebasan...Kebebasan...
 Sikap moral otonomSikap moral otonom
 Orang yang memiliki sikap moral otonom adalah orang yangOrang yang memiliki sikap moral otonom adalah orang yang
menyadari bahwa kalau dia menaati apa yang menjadimenyadari bahwa kalau dia menaati apa yang menjadi
kewajiban moralnya, ia tidak taat pada hukum yang melulukewajiban moralnya, ia tidak taat pada hukum yang melulu
ditentukan dari luar, melainkan menaati hukum yang jugaditentukan dari luar, melainkan menaati hukum yang juga
ditetapkan sendiri oleh akalbudinya.ditetapkan sendiri oleh akalbudinya.
 Dia menaati hukum itu secara bebas, karena menyadariDia menaati hukum itu secara bebas, karena menyadari
nilai-nilai manusiawi yang mau dijamin oleh hukum-hukumnilai-nilai manusiawi yang mau dijamin oleh hukum-hukum
tersebut.tersebut.
 Orang yang mempunyai sikap moralOrang yang mempunyai sikap moral heteronomheteronom
melaksanakan peraturan dan hukum moral tanpa menyadarimelaksanakan peraturan dan hukum moral tanpa menyadari
arti dan nilainya, dan hanya melaksanakannya karena iaarti dan nilainya, dan hanya melaksanakannya karena ia
merasa takut untuk berlawanan dengan sikap orang-orangmerasa takut untuk berlawanan dengan sikap orang-orang
lain di sekitarnyalain di sekitarnya
 HeteronomiHeteronomi moral, sebagai penyelewengan sikap moralmoral, sebagai penyelewengan sikap moral
yang sebenarnya, merupakan sikap yang merendahkanyang sebenarnya, merupakan sikap yang merendahkan
martabat manusia, karena membuat orang tidak pernahmartabat manusia, karena membuat orang tidak pernah
menghayati kebebasannya.menghayati kebebasannya.
Kebebasan...Kebebasan...
 Dalam masyarakat yang masih bersifatDalam masyarakat yang masih bersifat
kolektif dan lebih berbudaya malu (kolektif dan lebih berbudaya malu (shameshame
cultureculture) daripada berbudaya rasa salah () daripada berbudaya rasa salah (guiltguilt
cultureculture), sikap moral otonom perlu lebih), sikap moral otonom perlu lebih
diperjuangkan.diperjuangkan.
 Alasannya adalah karena dalam masyarakatAlasannya adalah karena dalam masyarakat
dengan budaya rasa malu yang kuat, tidakdengan budaya rasa malu yang kuat, tidak
jarang terjadi bahwa orang sedia melakukanjarang terjadi bahwa orang sedia melakukan
hal-hal yang secara moral tidak dapathal-hal yang secara moral tidak dapat
dibenarkan sekedar untuk menutupi rasadibenarkan sekedar untuk menutupi rasa
malu.malu.
Suara HatiSuara Hati
 ArtiArti
 Suara hati adalah suara yang berasal dariSuara hati adalah suara yang berasal dari
kedalaman hati yang menilai benar-salah ataukedalaman hati yang menilai benar-salah atau
baik-buruknya suatu tindakan berdasarkan normabaik-buruknya suatu tindakan berdasarkan norma
moral. Suara hati seringkali disebut suara Tuhan.moral. Suara hati seringkali disebut suara Tuhan.
 Menurut John Henry Newman (1801-1890), suaraMenurut John Henry Newman (1801-1890), suara
hati merupakan kesadaran manusia yang terdalamhati merupakan kesadaran manusia yang terdalam
yang melampau keterbatasannya, yang menunjukyang melampau keterbatasannya, yang menunjuk
pada realitas yang Mutlak yakni Allah, bdk. Rm,pada realitas yang Mutlak yakni Allah, bdk. Rm,
2,15.2,15.
 Karena itu suara hati memiliki ciri personal dan adiKarena itu suara hati memiliki ciri personal dan adi
personal.personal.
Suara...Suara... Secara etimologis, suara hati, Latin disebutSecara etimologis, suara hati, Latin disebut conscientiaconscientia, dari, dari
katakata conscireconscire yang berarti “mengetahui bersama” atau “turutyang berarti “mengetahui bersama” atau “turut
mengetahui”.mengetahui”.
 Jadi suara hati adalah suatu yang “turut mengetahui”Jadi suara hati adalah suatu yang “turut mengetahui”
perbuatan-perbuatan moral kita dan memberi penilaianperbuatan-perbuatan moral kita dan memberi penilaian
terhadapnya.terhadapnya.
 Suara hati menjadi “saksi” dan sekaligus “hakim” yangSuara hati menjadi “saksi” dan sekaligus “hakim” yang
menilai tindakan-tindakkan kita.menilai tindakan-tindakkan kita.
 Suara hati mendasarkan diri pada hukum moral yangSuara hati mendasarkan diri pada hukum moral yang
bukan ciptaan dari manusia, melainkan suatu hukum yangbukan ciptaan dari manusia, melainkan suatu hukum yang
sudah ditetapkan atau digoreskan dalam hati manusia olehsudah ditetapkan atau digoreskan dalam hati manusia oleh
Sang Pencipta.Sang Pencipta.
 Manusia sebagai makhluk rasional ambil bagian dalamManusia sebagai makhluk rasional ambil bagian dalam
hukum moral tersebut yang membuat manusia sadar danhukum moral tersebut yang membuat manusia sadar dan
bebas.bebas.
 Berkat rasionalitasnya, manusia menyadari bahwa hukumBerkat rasionalitasnya, manusia menyadari bahwa hukum
moral sekaligus merupakan ketetapannya sendiri darimoral sekaligus merupakan ketetapannya sendiri dari
dalam.dalam.
Suara...Suara...
 Jadi suara hati merupakan kesadaran manusiaJadi suara hati merupakan kesadaran manusia
akan kewajiban moralnya dalam situasi konkretakan kewajiban moralnya dalam situasi konkret
yang menilai benar-salahnya tindakan manusiayang menilai benar-salahnya tindakan manusia
berdasarkan hukum moral.berdasarkan hukum moral.
 Sebagai suatu kesadaran, suara hatiSebagai suatu kesadaran, suara hati
mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.
 Kesadaran menegaskan apa yang menjadiKesadaran menegaskan apa yang menjadi
kewajiban moral; mana yang baik yang wajibkewajiban moral; mana yang baik yang wajib
dilakukan dan mana yang tidak baik yang wajibdilakukan dan mana yang tidak baik yang wajib
dihindarkan oleh seseorang dalam situasi konkret.dihindarkan oleh seseorang dalam situasi konkret.
 Suara hati menjadi pedoman bagi manusia untukSuara hati menjadi pedoman bagi manusia untuk
mengambil keputusan dalam situasi konkret.mengambil keputusan dalam situasi konkret.
Suara...Suara...
 Fakta adanya suara hatiFakta adanya suara hati
 Contoh, Tina yang masih duduk sebagai mahasiswi semester IV STFTContoh, Tina yang masih duduk sebagai mahasiswi semester IV STFT
“Fajar Timur” akibat pergaulan bebasnyan ia mengandung. Mobel teman“Fajar Timur” akibat pergaulan bebasnyan ia mengandung. Mobel teman
kuliahnya sendiri dankuliahnya sendiri dan kekasihnya menghamilinya tidak maukekasihnya menghamilinya tidak mau
bertanggungjawab.bertanggungjawab. Tina menjadi bingung dan kecewa sekali. Ibunya,Tina menjadi bingung dan kecewa sekali. Ibunya,
seorang Katolik yang cukup saleh, sewaktu diberitahu mengenai kejadianseorang Katolik yang cukup saleh, sewaktu diberitahu mengenai kejadian
yang menimpa anaknya, amat kaget dan sedih syang menimpa anaknya, amat kaget dan sedih sekali. Ia merasa maluekali. Ia merasa malu
sekali, tetapi bagaimanapun juga ia (ibunya) tidak mau anaknyasekali, tetapi bagaimanapun juga ia (ibunya) tidak mau anaknya
menggugurkan kandungan itu, karena baginya itu suatu dosa besar, yaknimenggugurkan kandungan itu, karena baginya itu suatu dosa besar, yakni
membunuh manusia lemah yang tidak bersalah. Namun atas desakan pacarmembunuh manusia lemah yang tidak bersalah. Namun atas desakan pacar
dan bapaknya sendiridan bapaknya sendiri (yang tidak mau aib keluarganya sampai terbuka)(yang tidak mau aib keluarganya sampai terbuka)
Tina menggugurkan kandungannya.Tina menggugurkan kandungannya. Setelah kejadian ituSetelah kejadian itu Tina terusTina terus
menerus dihantui oleh rasa salahmenerus dihantui oleh rasa salah dan merasa kasihan sekali pada ibunyadan merasa kasihan sekali pada ibunya
yang sering nampak sedih. Meskipun ia tidak sesaleh ibunya, dalam hatiyang sering nampak sedih. Meskipun ia tidak sesaleh ibunya, dalam hati
kecil dia pun menyadari bahwakecil dia pun menyadari bahwa menggugurkan kandungan itu secara moralmenggugurkan kandungan itu secara moral
tidak dapat dibenarkantidak dapat dibenarkan, karena itu berarti i, karena itu berarti ia lari dari tanggungjawab atasa lari dari tanggungjawab atas
perbuatannya sendiri sambil mengorbankan pihak lemah yang tidakperbuatannya sendiri sambil mengorbankan pihak lemah yang tidak
bersalahbersalah. Kenyataan bahwa dengan digugurkannya kandungan itu ia. Kenyataan bahwa dengan digugurkannya kandungan itu ia
sekarang masih dapat melanjutkan kuliah dan bahwa ada juga teman lainsekarang masih dapat melanjutkan kuliah dan bahwa ada juga teman lain
yang berbuat begitu, sama sekali tidak dapat menghilangkan rasa salahyang berbuat begitu, sama sekali tidak dapat menghilangkan rasa salah
yang terus menghantuinyayang terus menghantuinya..
Suara...Suara...
 Kesadaran seseorang akan kewajiban moralnya dalam situasiKesadaran seseorang akan kewajiban moralnya dalam situasi
konkret, suara hati hadir semacam sesuatukonkret, suara hati hadir semacam sesuatu yang penuhyang penuh
otoritas;otoritas;
 1)1) mencela perbuatan Tina menggugurkan kandungannya.mencela perbuatan Tina menggugurkan kandungannya.
 Celaan dari dalam hati Tina menimbulkan rasa salah, sedihCelaan dari dalam hati Tina menimbulkan rasa salah, sedih
dan kecewa pada dirinya.dan kecewa pada dirinya.
 Ia telah gagal memenuhi kewajiban moralnya sebagaiIa telah gagal memenuhi kewajiban moralnya sebagai
manusia.manusia.
 2)2) memuji, atau mendorong seseorang untuk secara positifmemuji, atau mendorong seseorang untuk secara positif
melaksanakan kewajiban moralnyamelaksanakan kewajiban moralnya..
 Hal ini membawa kegembiraan, kepuasan, keberanian danHal ini membawa kegembiraan, kepuasan, keberanian dan
peneguhan bagi si pelaku moral. Pilihan dan keputusanpeneguhan bagi si pelaku moral. Pilihan dan keputusan
hatinya untuk melakukan apa yang sesuai dengan kewajibanhatinya untuk melakukan apa yang sesuai dengan kewajiban
moralnya itu bisa jadi menimbulkan risiko pengorbanan danmoralnya itu bisa jadi menimbulkan risiko pengorbanan dan
kesulitan yang harus dihadapi, Tina marah dari ayah dankesulitan yang harus dihadapi, Tina marah dari ayah dan
pacarnya.pacarnya.
 Suara hati di sini berfungsi sebagai penguat dan peneguh,Suara hati di sini berfungsi sebagai penguat dan peneguh,
sehingga orang tidak gentar untuk menanggung risiko tersebutsehingga orang tidak gentar untuk menanggung risiko tersebut
Suara...Suara...
 Bila Tina sadar dan kuat dalam pendiriannya bahwaBila Tina sadar dan kuat dalam pendiriannya bahwa
menggugurkan kandungannya untuk menutupi aib keluargamenggugurkan kandungannya untuk menutupi aib keluarga
dan bebas dari kerepotan, secara moral tidak dapatdan bebas dari kerepotan, secara moral tidak dapat
dibenarkan.dibenarkan.
 Tetapi bila Tina tidak malu, termasuk bila dimarahi olehTetapi bila Tina tidak malu, termasuk bila dimarahi oleh
bapaknya dan bahkan tidak diakui sebagai anak, Tina tetapbapaknya dan bahkan tidak diakui sebagai anak, Tina tetap
tidak mau menggugurkan kandungannya, maka suaratidak mau menggugurkan kandungannya, maka suara
hatinya berfungsi secara positif.hatinya berfungsi secara positif.
 Ia akan diajak untuk berani mengakui kesalahannya danIa akan diajak untuk berani mengakui kesalahannya dan
menanggung risiko perbuatannya.menanggung risiko perbuatannya.
 Kalau ia berhasil mengalahkan macam-macam godaanKalau ia berhasil mengalahkan macam-macam godaan
untuk melarikan diri dari tanggungjawab moralnya, maka iauntuk melarikan diri dari tanggungjawab moralnya, maka ia
akan merasakan bagaimana suara hatinya meneguhkanakan merasakan bagaimana suara hatinya meneguhkan
dan menguatkan langkahnya.dan menguatkan langkahnya.
 Kendati bukan tanpa tantangan dan kesulitan, ia akanKendati bukan tanpa tantangan dan kesulitan, ia akan
memperoleh rasa aman atau kedamaian batin yangmemperoleh rasa aman atau kedamaian batin yang
mendalam, karena ia tidak kehilangan harapan.mendalam, karena ia tidak kehilangan harapan.
Suara...Suara...
 Suara hati merupakan dasar otonomi manusia,Suara hati merupakan dasar otonomi manusia,
karena menyadari apa yang menjadi kewajibankarena menyadari apa yang menjadi kewajiban
manusia dalam situasi konkret, suara hatimanusia dalam situasi konkret, suara hati
memampukan manusia untuk menentukan dirimemampukan manusia untuk menentukan diri
bebas dari penentuan pihak luar.bebas dari penentuan pihak luar.
 Manusia sebagai makhluk sosial, memang perluManusia sebagai makhluk sosial, memang perlu
mendengarkan dan memperhatikan suara hati danmendengarkan dan memperhatikan suara hati dan
pertimbangan orang lain di sekitarnya namunpertimbangan orang lain di sekitarnya namun
masukkan dari luar itu belum tentu sesuai denganmasukkan dari luar itu belum tentu sesuai dengan
suara hatinya.suara hatinya.
 Penegasan suara hati dapat bertentangan denganPenegasan suara hati dapat bertentangan dengan
perintah, larangan, atau pun kebiasaan yangperintah, larangan, atau pun kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat, dalam kejadian sepertiberlaku dalam masyarakat, dalam kejadian seperti
itu justru semakin menjadi nyata bahwa suara hatiitu justru semakin menjadi nyata bahwa suara hati
memang menjadi pangkal otonomi manusia.memang menjadi pangkal otonomi manusia.
Suara...Suara...
 Kemutlakan Suara HatiKemutlakan Suara Hati
 Ciri pokok yang menandai suara hati adalah sifatCiri pokok yang menandai suara hati adalah sifat
kemutlakannya.kemutlakannya.
 Artinya, penegasan suara hati tidak dapat ditawar-Artinya, penegasan suara hati tidak dapat ditawar-
tawar keberlakuannya.tawar keberlakuannya.
 Kesadaran Tina bahwa tindakan menggugurkanKesadaran Tina bahwa tindakan menggugurkan
kandungannya itu salah secara moral, tetap tidakkandungannya itu salah secara moral, tetap tidak
dapat dia tawar-tawar.dapat dia tawar-tawar.
 Kendati ia tolak kesadaran tersebut tetapKendati ia tolak kesadaran tersebut tetap
menyatakan dirinya, yakni berupa rasa salah yangmenyatakan dirinya, yakni berupa rasa salah yang
terus mengejarnya.terus mengejarnya.
 Sifat kemutlakan suara hati terletak dalamSifat kemutlakan suara hati terletak dalam
kenyataan bahwa suara hati tidak dapat dibungkamkenyataan bahwa suara hati tidak dapat dibungkam
oleh pertimbangan2 yang sepintas yangoleh pertimbangan2 yang sepintas yang
menguntungkan untuk diri sendiri dan orang lain.menguntungkan untuk diri sendiri dan orang lain.
Suara...Suara...
 Kemutlakan suara hati menurut Henry NewmanKemutlakan suara hati menurut Henry Newman
didasarkan pada realitas Tuhan sebagai Yangdidasarkan pada realitas Tuhan sebagai Yang
Mutlak. Dalam suara hati ada unsur rasaMutlak. Dalam suara hati ada unsur rasa
kesadaran akan kewajiban (kesadaran akan kewajiban (sense of dutysense of duty) yang) yang
berlaku mutlak.berlaku mutlak.
 Namun suara hati tidak identik dengan suaraNamun suara hati tidak identik dengan suara
Tuhan, karena suara hati, sebagai ungkapanTuhan, karena suara hati, sebagai ungkapan
pemahaman dan kesadaran manusia yangpemahaman dan kesadaran manusia yang
terbatas.terbatas.
 Suara hati tetap merupakan ungkapan pemahamanSuara hati tetap merupakan ungkapan pemahaman
dan kesadaran yang terbatas dari manusiadan kesadaran yang terbatas dari manusia
pemiliknya.pemiliknya.
 Yang mutlak adalah tuntutannya untuk melakukanYang mutlak adalah tuntutannya untuk melakukan
apa yang disadarinya sebagai kewajiban moralapa yang disadarinya sebagai kewajiban moral
dalam situasi konkret, dan bukan bahwa isidalam situasi konkret, dan bukan bahwa isi
kewajiban itu mutlak benar.kewajiban itu mutlak benar.
Suara...Suara...
 Kekeliruan Suara HatiKekeliruan Suara Hati
 Tuntutan suara hati bersifat mutlak/wajib diikuti bisa sajaTuntutan suara hati bersifat mutlak/wajib diikuti bisa saja
keliru.keliru.
 Suara hati sebagai ungkapan pemahaman danSuara hati sebagai ungkapan pemahaman dan
kesadaran moral manusia tidak mempunyai sifat bawaankesadaran moral manusia tidak mempunyai sifat bawaan
karena itu dinamis dalam arus perkembangan sejarah.karena itu dinamis dalam arus perkembangan sejarah.
 Berfungsi atau tidaknya suara hati seseorang dalamBerfungsi atau tidaknya suara hati seseorang dalam
menilai situasi moral yang dihadapinya, tergantung darimenilai situasi moral yang dihadapinya, tergantung dari
pemahaman dan kesadaran moral orang yangpemahaman dan kesadaran moral orang yang
memilikinya.memilikinya.
 Tingkat kedewasaan, latar belakang keluarga,Tingkat kedewasaan, latar belakang keluarga,
pendidikan, status sosial, dan budaya seseorangpendidikan, status sosial, dan budaya seseorang
misalnya ikut mewarnai pemahaman dan kesadaranmisalnya ikut mewarnai pemahaman dan kesadaran
moralnya.moralnya.
 Suara hati seseorang, pemahaman dan kesadaranSuara hati seseorang, pemahaman dan kesadaran
moralnya, dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkunganmoralnya, dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan
tempat ia lahir dan dibesarkan.tempat ia lahir dan dibesarkan.
Suara...Suara...
 Walaupun adanya pengaruh lingkungan dalam pembentukanWalaupun adanya pengaruh lingkungan dalam pembentukan
suara hati namun suara hati tetap menjadi pangkal otonomisuara hati namun suara hati tetap menjadi pangkal otonomi
manusia, dan hal itu menjadi semakin nyata pada saat suara hatimanusia, dan hal itu menjadi semakin nyata pada saat suara hati
mampu menegaskan apa yang secara moral wajib ia laksanakan,mampu menegaskan apa yang secara moral wajib ia laksanakan,
termasuk bila tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengantermasuk bila tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan
perintah, larangan, dan kebiasaan yang ada dalamperintah, larangan, dan kebiasaan yang ada dalam
masyarakatnya.masyarakatnya.
 Suara hati bisa keliru dalam menegaskan apa yang menjadiSuara hati bisa keliru dalam menegaskan apa yang menjadi
kewajiban moral dalam situasi konkret juga disebabkankewajiban moral dalam situasi konkret juga disebabkan
seseorang belum sepenuhnya bebas dari nafsu-nafsu yangseseorang belum sepenuhnya bebas dari nafsu-nafsu yang
menguasai dirinya.menguasai dirinya.
 Misalnya bagi orang yang sudah ketagihan untuk memuaskan diriMisalnya bagi orang yang sudah ketagihan untuk memuaskan diri
di tempat pelacuran, dapat terjadi bahwa lama kelamaan suaradi tempat pelacuran, dapat terjadi bahwa lama kelamaan suara
hatinya tidak merasa terusik lagi, dan bahkan karena mekanismehatinya tidak merasa terusik lagi, dan bahkan karena mekanisme
pembenaran diri (pembenaran diri (rasionalisasirasionalisasi) ia dapat menemukan alasan-) ia dapat menemukan alasan-
alasan yang sepertinya dapat membenarkan perbuatannya.alasan yang sepertinya dapat membenarkan perbuatannya.
 Demikian pula kalau pemahamannya tentang moralitas meluluDemikian pula kalau pemahamannya tentang moralitas melulu
terbatas pada hal-hal yang menyangkut seksualitas, suaraterbatas pada hal-hal yang menyangkut seksualitas, suara
hatinya menjadi tumpul terhadap berbagai pelanggaran moral dihatinya menjadi tumpul terhadap berbagai pelanggaran moral di
luar bidang seksualitas. Misalnya dalam hal ketidakadilan,luar bidang seksualitas. Misalnya dalam hal ketidakadilan,
ketidakjujuran, dsb.ketidakjujuran, dsb.
Suara...Suara...
 Keraguan Suara HatiKeraguan Suara Hati
 Kenyataan bahwa penegasan suara hati tentang apa yangKenyataan bahwa penegasan suara hati tentang apa yang
secara konkret menjadi kewajiban moral seseorang itu dapatsecara konkret menjadi kewajiban moral seseorang itu dapat
keliru, dapat membuat orang mengalami keraguan tentangkeliru, dapat membuat orang mengalami keraguan tentang
mana sebenarnya yang menjadi kewajiban moralnya secaramana sebenarnya yang menjadi kewajiban moralnya secara
konkret.konkret.
 Untuk bisa terhindar dari keraguan itu, perlu bertanya kepadaUntuk bisa terhindar dari keraguan itu, perlu bertanya kepada
mereka yang lebih kompeten, kesediaan untuk meningkatkanmereka yang lebih kompeten, kesediaan untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan menilai dalampengetahuan, pemahaman dan kemampuan menilai dalam
perkara-perkara moral.perkara-perkara moral.
 Keraguan dapat diatasi dengan informasi yang perlu untukKeraguan dapat diatasi dengan informasi yang perlu untuk
memperjelas dan membantu kita agar lebih obyektif menilaimemperjelas dan membantu kita agar lebih obyektif menilai
situasi.situasi.
 Bila keraguan itu tidak disebabkan oleh kurangnya informasi,Bila keraguan itu tidak disebabkan oleh kurangnya informasi,
tetapi karena orangnya yang peragu.tetapi karena orangnya yang peragu.
 Sikap peragu dapat dikatakan sebagai salah satu kelemahanSikap peragu dapat dikatakan sebagai salah satu kelemahan
psikologis.psikologis.
Suara...Suara...
 Kalau keputusan sudah tidak dapat ditunda lagi,Kalau keputusan sudah tidak dapat ditunda lagi,
atau kalau setelah mencari tambahan informasiatau kalau setelah mencari tambahan informasi
dan melakukan banyak pertimbangan, orang masihdan melakukan banyak pertimbangan, orang masih
tetap ragu-ragu, para moralis umumnya menyetujuitetap ragu-ragu, para moralis umumnya menyetujui
bahwa dalam situasi seperti itu orang bebas untukbahwa dalam situasi seperti itu orang bebas untuk
mengikuti pilihan manapun yang dia insafi sebagaimengikuti pilihan manapun yang dia insafi sebagai
yang paling baik.yang paling baik.
 Seandainya pilihan itu setelah dilaksanakanSeandainya pilihan itu setelah dilaksanakan
ternyata salah, kalau seluruh prosedurternyata salah, kalau seluruh prosedur
pertimbangan yang secara wajar dituntut sudah iapertimbangan yang secara wajar dituntut sudah ia
lakukan, secara moral ia tidak dapat dipersalahkan.lakukan, secara moral ia tidak dapat dipersalahkan.
 Setelah menyadari kesalahannya, orang wajibSetelah menyadari kesalahannya, orang wajib
untuk meluruskan pemahaman dan penilaiannya,untuk meluruskan pemahaman dan penilaiannya,
sehingga pada kesempatan lain di kemudian hari iasehingga pada kesempatan lain di kemudian hari ia
tidak membuat kesalahan yang sama.tidak membuat kesalahan yang sama.
Suara...Suara...
 Pendidikan Suara HatiPendidikan Suara Hati
 Adanya kekeliruan dan keraguan suara hati makaAdanya kekeliruan dan keraguan suara hati maka
perlu adanya pendidikan suara hati.perlu adanya pendidikan suara hati.
 Pendidikan suara hati dimaksudkan untukPendidikan suara hati dimaksudkan untuk
memperdalam, dan mengembangkan pemahamanmemperdalam, dan mengembangkan pemahaman
dan sikap moral kita, sehingga suara hati kitadan sikap moral kita, sehingga suara hati kita
dapat semakin tepat atau sesuai dengan normadapat semakin tepat atau sesuai dengan norma
dan kenyataan moral objektif dalam situasidan kenyataan moral objektif dalam situasi
konkret.konkret.
 Pendidikan ini akan melibatkan dimensiPendidikan ini akan melibatkan dimensi
pengetahuan (kognitif), dimensi rasa ataupengetahuan (kognitif), dimensi rasa atau
kepekaan hati (afektif), dimensi kehendakkepekaan hati (afektif), dimensi kehendak
(konatif), maupun dimensi kebiasaan untuk(konatif), maupun dimensi kebiasaan untuk
berbuat baik.berbuat baik.
Suara...Suara...
 Dalam dimensi kognitifDalam dimensi kognitif, pendidikan suara hati merupakan, pendidikan suara hati merupakan
usaha untuk bersedia terus- menerus belajar gunausaha untuk bersedia terus- menerus belajar guna
meningkatkan pengetahuan dan pengertian moral kitameningkatkan pengetahuan dan pengertian moral kita
sehingga tidak menjadi sesuatu yang statis dan dogmatis.sehingga tidak menjadi sesuatu yang statis dan dogmatis.
Hal ini mengandaikan adanya sikap rendah hati untuk relaHal ini mengandaikan adanya sikap rendah hati untuk rela
bertanya pada mereka yang dianggap lebih kompeten ataubertanya pada mereka yang dianggap lebih kompeten atau
ahli, atau pada mereka yang lebih berpengalaman.ahli, atau pada mereka yang lebih berpengalaman.
 Dalam dimensi afektifDalam dimensi afektif, pendidikan suara hati perlu untuk, pendidikan suara hati perlu untuk
menumbuhkan citarasa moral atau kepekaan hati terhadapmenumbuhkan citarasa moral atau kepekaan hati terhadap
apa yang memang baik atau secara objektif bernilai,apa yang memang baik atau secara objektif bernilai,
merangsang kemampuan kita untuk membedakan apa yangmerangsang kemampuan kita untuk membedakan apa yang
perlu dihindarkan.perlu dihindarkan.
 Dimensi afektif bisa dikembang dengan menyaksikan sendiriDimensi afektif bisa dikembang dengan menyaksikan sendiri
bagaimana nilai-nilai dan sikap-sikap moral yang pantasbagaimana nilai-nilai dan sikap-sikap moral yang pantas
dicita-citakan itu dihayati dan ditampilkan oleh figur-figurdicita-citakan itu dihayati dan ditampilkan oleh figur-figur
model yang berpengaruh dan pantas diteladani. Keutamaanmodel yang berpengaruh dan pantas diteladani. Keutamaan
moral tidak lagi menjadi suatu yang abstrak tetapi konkretmoral tidak lagi menjadi suatu yang abstrak tetapi konkret
diejawantahkan dalam pribadi-pribadi yang hidup.diejawantahkan dalam pribadi-pribadi yang hidup.
Suara...Suara...
 Dalam dimensi konatif, pendidikan moral bertujuan untukDalam dimensi konatif, pendidikan moral bertujuan untuk
mengembangkan kehendak atau tekad moral yang kuatmengembangkan kehendak atau tekad moral yang kuat
sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruansehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan
dalam penegasan suara hatinya. Orang yang kehendaknyadalam penegasan suara hatinya. Orang yang kehendaknya
lemah,lemah, akrasiaakrasia dalam kosa kata Aristoteles, mudah jatuh kedalam kosa kata Aristoteles, mudah jatuh ke
dalam godaan untuk tidak melaksanakan apa yang secaradalam godaan untuk tidak melaksanakan apa yang secara
kognitif dipahami dan bahkan diyakininya sebagai benar.kognitif dipahami dan bahkan diyakininya sebagai benar.
 Kehendak kuat dapat dilatih dengan beraskese atauKehendak kuat dapat dilatih dengan beraskese atau
matiraga dan beringkar diri, mawas diri, tidak membiarkanmatiraga dan beringkar diri, mawas diri, tidak membiarkan
diri dikuasai atau ditentukan oleh dorongan-dorongandiri dikuasai atau ditentukan oleh dorongan-dorongan
perasaan spontannya saja (suka tidak suka, enak tidakperasaan spontannya saja (suka tidak suka, enak tidak
enak, marah, benci, iri dsb.) tetapi mencoba menguasai diri.enak, marah, benci, iri dsb.) tetapi mencoba menguasai diri.
 Keutamaan-keutamaan moral tumbuh berkat pembiasaanKeutamaan-keutamaan moral tumbuh berkat pembiasaan
untuk bertindak baik. Kebiasaan untuk bertindak baik harusuntuk bertindak baik. Kebiasaan untuk bertindak baik harus
disertai dengan sikap kritis yang dapat ditumbuhkan berkatdisertai dengan sikap kritis yang dapat ditumbuhkan berkat
pengembangan dimensi kognitif, akan kurang memadai.pengembangan dimensi kognitif, akan kurang memadai.
Suara...Suara...
 Rasionalitas Suara HatiRasionalitas Suara Hati
 Suara hati mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.Suara hati mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.
Bila suara hati dinyatakan sebagai suatu kebenaran objektifBila suara hati dinyatakan sebagai suatu kebenaran objektif
dan rasional, harus diuji kebenarannya secara intersubjektif,dan rasional, harus diuji kebenarannya secara intersubjektif,
apa yang disadari sebagai kewajiban moral dalam situasiapa yang disadari sebagai kewajiban moral dalam situasi
konkret itu dapat dinyatakan sebagai suatu yang didasarkankonkret itu dapat dinyatakan sebagai suatu yang didasarkan
atas prinsip yang berlaku umum atau tidak?atas prinsip yang berlaku umum atau tidak?
 Ini tidak berarti bahwa setiap orang senyatanya akanIni tidak berarti bahwa setiap orang senyatanya akan
menilai dan mengambil keputusan yang persis sama, tetapimenilai dan mengambil keputusan yang persis sama, tetapi
bahwa seharusnya setiap orang yang berada dalam situasibahwa seharusnya setiap orang yang berada dalam situasi
yang sama akan sependapat dengan penilaian danyang sama akan sependapat dengan penilaian dan
pengambilan keputusan tersebut.pengambilan keputusan tersebut.
 Jadi apa yang dalam suara hati disadari oleh seseorangJadi apa yang dalam suara hati disadari oleh seseorang
sebagai kewajibannya, merupakan kewajiban bagi siapasebagai kewajibannya, merupakan kewajiban bagi siapa
saja yang berada dalam situasi yang kurang lebih samasaja yang berada dalam situasi yang kurang lebih sama
dengan situasi tersebut.dengan situasi tersebut.
Bab VI: TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORALBab VI: TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL
MENURUT L. KOHLBERGMENURUT L. KOHLBERG
 Lawrence Kohlberg adalah seorang ahlLawrence Kohlberg adalah seorang ahli pendidikani pendidikan
dan psikologi perkembangan yang telahdan psikologi perkembangan yang telah
mengadakan penelitian di pelbagai tempat dimengadakan penelitian di pelbagai tempat di
Amerika, Eropa dan Asia, kesadaran moralAmerika, Eropa dan Asia, kesadaran moral
manusia mengalami perkembangan mulai dari tarafmanusia mengalami perkembangan mulai dari taraf
yang sifatnya masih ke kanak-kanakan sampai keyang sifatnya masih ke kanak-kanakan sampai ke
kesadaran moral yang dewasa.kesadaran moral yang dewasa.
 Ia membedakan tiga tingkat dan enam tahapIa membedakan tiga tingkat dan enam tahap
perkembangan, tingkat dan tahap kesadaran moralperkembangan, tingkat dan tahap kesadaran moral
 Yang berbeda dari satu individu ke individu yangYang berbeda dari satu individu ke individu yang
lain adalah tahap mana yang menjadi tahaplain adalah tahap mana yang menjadi tahap
terakhir yang dicapai karena kebanyakan orangterakhir yang dicapai karena kebanyakan orang
menurut Kohlberg dalam perkembangan kesadaranmenurut Kohlberg dalam perkembangan kesadaran
moralnya tidak mencapai tahap yang ke-6.moralnya tidak mencapai tahap yang ke-6.
Tahap-tahap...Tahap-tahap...
 Dasar epistemologis penelitian Kohlberg adalah menyelidikiDasar epistemologis penelitian Kohlberg adalah menyelidiki
perkembangan psikologi kognitif.perkembangan psikologi kognitif.
 Dasar epistemologis ini dengan sendirinya menolak pahamDasar epistemologis ini dengan sendirinya menolak paham
emotivisme yang menganggap kesadaran dan keputusanemotivisme yang menganggap kesadaran dan keputusan
moral hanyalah perkara perasaan belaka.moral hanyalah perkara perasaan belaka.
 Dasar pertimbangan dan keputusan moral menurutDasar pertimbangan dan keputusan moral menurut
Kohlberg mengandung proses pengertian akal budi atauKohlberg mengandung proses pengertian akal budi atau
bersifat rasional.bersifat rasional.
 Menurut Kohlberg makin tinggi tahap kesadaran moralMenurut Kohlberg makin tinggi tahap kesadaran moral
seseorang, makin ‘dewasa’, ‘matang’ dan ‘bertanggungseseorang, makin ‘dewasa’, ‘matang’ dan ‘bertanggung
jawab’ sikap-sikap moralnya.jawab’ sikap-sikap moralnya.
 Tahap ke-6 dalam teori perkembangan moral KohlbergTahap ke-6 dalam teori perkembangan moral Kohlberg
adalah tahap yang tertinggi berdasarkan kriteria keluasanadalah tahap yang tertinggi berdasarkan kriteria keluasan
persepsi mengenai norma-norma dan tanggungjawab moralpersepsi mengenai norma-norma dan tanggungjawab moral
kebulatan identitas diri yang otonom.kebulatan identitas diri yang otonom.
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Isi pokok teori KohlbergIsi pokok teori Kohlberg
 Tingkat Pra-KonvensionalTingkat Pra-Konvensional
 Pada tahap ini anak memahami norma, aturan sosial,Pada tahap ini anak memahami norma, aturan sosial,
penilaian baik-buruk, benar-salah, dalam kaitan denganpenilaian baik-buruk, benar-salah, dalam kaitan dengan
akibat fisik yang dirasakan.akibat fisik yang dirasakan.
 Sesuatu dianggap baik/benar kalau itu secara fisikSesuatu dianggap baik/benar kalau itu secara fisik
mengenakkan, dan sebaliknya buruk/salah kalau tidakmengenakkan, dan sebaliknya buruk/salah kalau tidak
mengenakkan.mengenakkan.
 Aturan diataati karena takut di hukuman.Aturan diataati karena takut di hukuman.
 Taat kepada orang yang lebih kuasa karena takutTaat kepada orang yang lebih kuasa karena takut
dihukum dan mengharapkan ganjaran. Pandangandihukum dan mengharapkan ganjaran. Pandangan
dasar adalah egois dandasar adalah egois dan hedonistikhedonistik. Identitas diri bersifat. Identitas diri bersifat
alamiah (bersifat perasaan inderawi spontan).alamiah (bersifat perasaan inderawi spontan).
Tahap-tahap...Tahap-tahap...
 Tahap 1: Orientasi hukuman dan ketaatanTahap 1: Orientasi hukuman dan ketaatan
 Benar/salahnya tindakan ditentukan berdasarkan akibatBenar/salahnya tindakan ditentukan berdasarkan akibat
fisik dari suatu tindakan. Menghindari hukuman danfisik dari suatu tindakan. Menghindari hukuman dan
tunduk pada kekuasaan untuk menghindarkan diri daritunduk pada kekuasaan untuk menghindarkan diri dari
pengalaman yang tidak enak. Kepentingan orang lainpengalaman yang tidak enak. Kepentingan orang lain
tidak diperhitungkan.tidak diperhitungkan.
 Tahap 2: Orientasi perhitungan untung-rugiTahap 2: Orientasi perhitungan untung-rugi
 Tindakan yang benar adalah tindakan yang secaraTindakan yang benar adalah tindakan yang secara
instrumental menunjang kebutuhan dirinya dan kadang-instrumental menunjang kebutuhan dirinya dan kadang-
kadang kebutuhan orang lain. Hubungan dengan orangkadang kebutuhan orang lain. Hubungan dengan orang
lain bersifat tawar-menawar. Orang tetap bertolak darilain bersifat tawar-menawar. Orang tetap bertolak dari
kepentingannya yang egois untuk memperoleh yang enakkepentingannya yang egois untuk memperoleh yang enak
dan menghindari yang tidak enak.dan menghindari yang tidak enak. Kepentingan orang lainKepentingan orang lain
diperhatikan sejauh itu menjadi syarat pemenuhandiperhatikan sejauh itu menjadi syarat pemenuhan
kepentingannya sendiri. (Aku memberi agar engkaukepentingannya sendiri. (Aku memberi agar engkau
memberi, (memberi, (reciprosityreciprosity). “Aku mau menggarukkan). “Aku mau menggarukkan
punggungmu yang gatal asal kamu juga maupunggungmu yang gatal asal kamu juga mau
menggarukkan punggungku yang gatal.”menggarukkan punggungku yang gatal.”
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Tingkat KonvensionalTingkat Konvensional
 Mempertahankan keselarasan dengan kelompok agar dinilai baik.Mempertahankan keselarasan dengan kelompok agar dinilai baik.
Mengidentifikasikan diri dengan kelompok. Melakukan kewajibanMengidentifikasikan diri dengan kelompok. Melakukan kewajiban
supaya dipuji dan agar diterima oleh kelompok. Kelompok tidak lagisupaya dipuji dan agar diterima oleh kelompok. Kelompok tidak lagi
dipandang sebagai sarana bagi pemenuhan kebutuhan egoisnya,dipandang sebagai sarana bagi pemenuhan kebutuhan egoisnya,
melainkan bernilai pada dirinya sendiri. Identitas seseorang ditemukanmelainkan bernilai pada dirinya sendiri. Identitas seseorang ditemukan
dalam pengambilan peranan yang diberikan kepadanya olehdalam pengambilan peranan yang diberikan kepadanya oleh
kelompok.kelompok.
 Tahap 3: Orientasi pada kelompok akrabTahap 3: Orientasi pada kelompok akrab
 Manusia pada tahap ini mulai mencarai popularitas dirinya, berbuatManusia pada tahap ini mulai mencarai popularitas dirinya, berbuat
baik supaya dipuji dan punya banyak kenalan yang akrab dengannya.baik supaya dipuji dan punya banyak kenalan yang akrab dengannya.
Ia senang apabila dianggap sebagai “anak yang alim” (good boy, niceIa senang apabila dianggap sebagai “anak yang alim” (good boy, nice
girl). Tingkah laku yang benar adalah tingkah laku yang sama dengangirl). Tingkah laku yang benar adalah tingkah laku yang sama dengan
apa yang dianggap ‘cocok’ atau ‘pantas’/’tepat’ dalam kelompoknya.apa yang dianggap ‘cocok’ atau ‘pantas’/’tepat’ dalam kelompoknya.
 Tahap 4: Orientasi hukum dan tatananTahap 4: Orientasi hukum dan tatanan
 Pada tahap ini manusia berorientasi pada kekuasaan hukum yangPada tahap ini manusia berorientasi pada kekuasaan hukum yang
mapan dan pelestarian tatanan sosial. Perspektif meluas ke kesatuanmapan dan pelestarian tatanan sosial. Perspektif meluas ke kesatuan
sosial. Kelakuannya disesuaikan dengan aturan/tuntutan kesatuansosial. Kelakuannya disesuaikan dengan aturan/tuntutan kesatuan
sosial. Patuh pada peraturan. Masing-masing dituntut melaksanakansosial. Patuh pada peraturan. Masing-masing dituntut melaksanakan
kewajiban sosialnya.kewajiban sosialnya.
Tahap-TahapTahap-Tahap
Tahap-TahapTahap-Tahap
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Tingkat Pasca-KonvensionalTingkat Pasca-Konvensional
 Manusia pada tahap ini berusaha untuk memahami nilai-nilai moral dan prinsip-Manusia pada tahap ini berusaha untuk memahami nilai-nilai moral dan prinsip-
prinsip kasahihannya (prinsip kasahihannya (validityvalidity) dan penerapan lebih luas dari pada apa yang) dan penerapan lebih luas dari pada apa yang
ditetapkan oleh yang berwenang dalam kelompok atau kesatuan sosialnyaditetapkan oleh yang berwenang dalam kelompok atau kesatuan sosialnya
sendiri.sendiri. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut diterima karena dianggap benarNilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut diterima karena dianggap benar
pada dirinya sendiri.pada dirinya sendiri.
 Tahap 5: Orientasi perjajian sosial dan keadilanTahap 5: Orientasi perjajian sosial dan keadilan
 Tahap ini bernada utilitaristik. Ukuran baik-buruknya suatu tindakan adalahTahap ini bernada utilitaristik. Ukuran baik-buruknya suatu tindakan adalah
patokan yang telah diperiksa secara kritis dan disetujui bersama olehpatokan yang telah diperiksa secara kritis dan disetujui bersama oleh
masyarakat.masyarakat.
 Orang sadar akan relativitas nilai-nilai serta norma-norma masyarakat.Orang sadar akan relativitas nilai-nilai serta norma-norma masyarakat.
 Ia merasa wajib menghormati hak orang lain dan memenuhi janji yang diberikan.Ia merasa wajib menghormati hak orang lain dan memenuhi janji yang diberikan.
Kewajibannya berdasarkan kesadaran bahwa ia hidup dalam dan dariKewajibannya berdasarkan kesadaran bahwa ia hidup dalam dan dari
masyarakat, karena itu harus menaati hukum dan peraturan. Orang merasamasyarakat, karena itu harus menaati hukum dan peraturan. Orang merasa
terikat oleh apa yang ditentukan bersama secara demokratis.terikat oleh apa yang ditentukan bersama secara demokratis.
 Tahap 6: Orientasi pada prinsip-prinsip moral dan suara hatiTahap 6: Orientasi pada prinsip-prinsip moral dan suara hati
 Tindakan yang benar ditetapkan oleh putusan suara hati sesuai dengan prinsipTindakan yang benar ditetapkan oleh putusan suara hati sesuai dengan prinsip
moral yang dipilih sendiri yang keberlakuan umumnya, dan konsistensinya.moral yang dipilih sendiri yang keberlakuan umumnya, dan konsistensinya.
 Prinsip-prinsip yang berlaku umum itu antara lain: prinsip keadilan, prinsipPrinsip-prinsip yang berlaku umum itu antara lain: prinsip keadilan, prinsip
timbal-balik dan kesamaan hak asasi manusia, hormat terhadap martabattimbal-balik dan kesamaan hak asasi manusia, hormat terhadap martabat
manusia sebagai pribadi.manusia sebagai pribadi.
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Teori Kohlberg sebagai model bagi pendidikan moral:Teori Kohlberg sebagai model bagi pendidikan moral: kekuatan dankekuatan dan
kelemahannyakelemahannya
 Teori Kohlberg mengacu pada teori etika peraturan yang bersifat formalTeori Kohlberg mengacu pada teori etika peraturan yang bersifat formal
 Teori Kohlberg dilatarbelakangi oleh teori etika normatifnya Kant yangTeori Kohlberg dilatarbelakangi oleh teori etika normatifnya Kant yang
dapat digolongkan ke dalam teori etika peraturan yang bersifat formal.dapat digolongkan ke dalam teori etika peraturan yang bersifat formal.
 Dalam etika peraturan suatu keputusan atau tindakan bersifat moralDalam etika peraturan suatu keputusan atau tindakan bersifat moral
kalau memenuhi suatu kriteria formal tertentu, yakni bila selaras dengankalau memenuhi suatu kriteria formal tertentu, yakni bila selaras dengan
suatu titik pandang moral.suatu titik pandang moral.
 Suatu penilaian dan putusan bersifat moral kalau didukung oleh alasan-Suatu penilaian dan putusan bersifat moral kalau didukung oleh alasan-
alasan yang melibatkan prinsip-prinsip berbobot moral tinggi.alasan yang melibatkan prinsip-prinsip berbobot moral tinggi.
 Etika yang bersifat formal diarahkan pada pembenaran (Etika yang bersifat formal diarahkan pada pembenaran (justificationjustification) atas) atas
suatu keputusan moral berdasarkan peraturan atau prinsip-prinsip yangsuatu keputusan moral berdasarkan peraturan atau prinsip-prinsip yang
secarasecara a prioria priori bisa ditentukan oleh akal budi dan bukan pada prosesbisa ditentukan oleh akal budi dan bukan pada proses
pengambilan keputusan sendiri dengan segala kompleksitaspengambilan keputusan sendiri dengan segala kompleksitas
permasalahannya.permasalahannya.
 Untuk menilai suatu tindakan cukup menempatkan tindakan tersebutUntuk menilai suatu tindakan cukup menempatkan tindakan tersebut
dalam hubungan dengan peraturan atau prinsip moral; apakah tindakandalam hubungan dengan peraturan atau prinsip moral; apakah tindakan
itu sesuai atau tidak dengan peraturan/prinsip moral?itu sesuai atau tidak dengan peraturan/prinsip moral?
 Peraturan atau prinsip moral sebagai ketetapan akal budi manusia selaluPeraturan atau prinsip moral sebagai ketetapan akal budi manusia selalu
berlaku umum menjadi prasyarat untuk menggolongkan dan menilaiberlaku umum menjadi prasyarat untuk menggolongkan dan menilai
apakah suatu tindakan disebut tindakan moral atau tidak.apakah suatu tindakan disebut tindakan moral atau tidak.
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Teori etika peraturan dibedakan teori etika tindakan.Teori etika peraturan dibedakan teori etika tindakan.
 Dalam teori etika tindakan pusat perhatian lebih diarahkan padaDalam teori etika tindakan pusat perhatian lebih diarahkan pada
proses pengambilan keputusan yang benar.proses pengambilan keputusan yang benar.
 Pertanggungjawaban keputusan moral tidak hanya menyangkutPertanggungjawaban keputusan moral tidak hanya menyangkut
penilaian apakah suatu tindakan sesuai atau tidak denganpenilaian apakah suatu tindakan sesuai atau tidak dengan
peraturan atau prinsip moral tertentu, melainkan juga apakah adaperaturan atau prinsip moral tertentu, melainkan juga apakah ada
faktor-faktor lain dalam konteks tindakan yang perlu ikutfaktor-faktor lain dalam konteks tindakan yang perlu ikut
dipertimbangkan.dipertimbangkan.
 Teori etika tindakan tidak bermaksud menyatakan bahwaTeori etika tindakan tidak bermaksud menyatakan bahwa
perdebatan moral hanyalah berpangkal pada perbedaanperdebatan moral hanyalah berpangkal pada perbedaan
pemahaman faktual saja sehingga kalau kedua belah pihak setujupemahaman faktual saja sehingga kalau kedua belah pihak setuju
mengenai fakta-faktanya maka akan sampai ke persetujuanmengenai fakta-faktanya maka akan sampai ke persetujuan
putusan moral.putusan moral.
 Teori etika tindakan tetap menyadari bahwa ruang lingkup etikaTeori etika tindakan tetap menyadari bahwa ruang lingkup etika
adalah bidang normatif atau apa yang semestinya dilakukan.adalah bidang normatif atau apa yang semestinya dilakukan.
 Yang mau ditandaskan oleh teori etika tindakan adalah bahwaYang mau ditandaskan oleh teori etika tindakan adalah bahwa
peraturan/prinsip-prinsip moral umum hanya berfungsi sebagaiperaturan/prinsip-prinsip moral umum hanya berfungsi sebagai
pedoman dan bukan penentu a priori benar/salah-nya suatupedoman dan bukan penentu a priori benar/salah-nya suatu
tindakan secara moral.tindakan secara moral.
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Teori Kohlberg kalau mau dipakai sebagai dasarTeori Kohlberg kalau mau dipakai sebagai dasar
pendidikan moral perlu dilengkapi denganpendidikan moral perlu dilengkapi dengan
pendekatan yang lebih pragmatis dan mengacupendekatan yang lebih pragmatis dan mengacu
pada teori etika tindakan.pada teori etika tindakan.
 Dalam pendidikan moral tidak cukup bahwa anakDalam pendidikan moral tidak cukup bahwa anak
didik dilatih untuk semakin memahami prinsip-didik dilatih untuk semakin memahami prinsip-
prinsip moral yang berlaku umum dan semakinprinsip moral yang berlaku umum dan semakin
bertindak atas dasar pemahaman tersebut, tetapibertindak atas dasar pemahaman tersebut, tetapi
perlu dilatih untuk melihat kompleksitasperlu dilatih untuk melihat kompleksitas
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupanpermasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari dan dilatih bagaimana bisa mengambilsehari-hari dan dilatih bagaimana bisa mengambil
keputusan secara bertanggungjawab dalam situasikeputusan secara bertanggungjawab dalam situasi
konkret tersebut.konkret tersebut.
Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...
 Bias pada faham moral lelakiBias pada faham moral lelaki
 Karena tekanan pemahaman kognitif bersifat sentral dalam teoriKarena tekanan pemahaman kognitif bersifat sentral dalam teori
perkembangan kesadaran moral Kohlberg, penilaian mengenaiperkembangan kesadaran moral Kohlberg, penilaian mengenai
kedewasaan kesadaran moral orang kurang menganggap penting nilai-kedewasaan kesadaran moral orang kurang menganggap penting nilai-
nilai afektif. Konsep moralitas yang menekankan “caring” memusatkannilai afektif. Konsep moralitas yang menekankan “caring” memusatkan
perhatian pada pengertian tanggungjawab dan hubungan dengan orangperhatian pada pengertian tanggungjawab dan hubungan dengan orang
lain.lain.
 Komentar atas Tanggapan di atasKomentar atas Tanggapan di atas
 Teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg di latarbelakangi olehTeori perkembangan kesadaran moral Kohlberg di latarbelakangi oleh
faham etika Kant yang bersifatfaham etika Kant yang bersifat deontologis.deontologis.
 Kekuatan teori etika deontologis terletak dalam kemampuan untukKekuatan teori etika deontologis terletak dalam kemampuan untuk
menerangkan rasionalitas, keberlakuan umum dan kemutlakan kesadaranmenerangkan rasionalitas, keberlakuan umum dan kemutlakan kesadaran
moral/suara hati yang dewasa.moral/suara hati yang dewasa.
 Kelemahannya terletak dalam kecenderungannya untuk menjadi formalKelemahannya terletak dalam kecenderungannya untuk menjadi formal
dan tidak mengindahkan konteks/situasi konkret dengan segaladan tidak mengindahkan konteks/situasi konkret dengan segala
kompleksitas masalah yang melingkupi suatu pertimbangan dan putusankompleksitas masalah yang melingkupi suatu pertimbangan dan putusan
moral.moral.
 Kalau mau dipakai sebagai dasar kebijakan untuk pendidikan moral diKalau mau dipakai sebagai dasar kebijakan untuk pendidikan moral di
sekolah, teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg memang perlusekolah, teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg memang perlu
dilengkapi dengan pendekatan yang lebih memberi tempat pada latihandilengkapi dengan pendekatan yang lebih memberi tempat pada latihan
pengambilan keputusan dan tidak berhenti pada pemahaman kognitifpengambilan keputusan dan tidak berhenti pada pemahaman kognitif
tentang prinsip-prinsip. Pembentukan dan pelatihan tekad moral pentingtentang prinsip-prinsip. Pembentukan dan pelatihan tekad moral penting
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum
Etika  pengantar umum

More Related Content

What's hot

Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaSyaiful Ahdan
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanUniversity of Jember
 
PPT Pola Pikir Kewirausahaan.ppt
PPT Pola Pikir Kewirausahaan.pptPPT Pola Pikir Kewirausahaan.ppt
PPT Pola Pikir Kewirausahaan.pptNovalShop
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etikapjj_kemenkes
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktursayid bukhari
 
Etika, Moral dan Etiket.pptx
Etika, Moral dan Etiket.pptxEtika, Moral dan Etiket.pptx
Etika, Moral dan Etiket.pptxSansBel
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriNona Zesifa
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanMETA GUNAWAN
 

What's hot (20)

Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Manajemen.ppt
Manajemen.pptManajemen.ppt
Manajemen.ppt
 
Hakikat Ilmu Pengetahuan
Hakikat Ilmu PengetahuanHakikat Ilmu Pengetahuan
Hakikat Ilmu Pengetahuan
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
PPT Pola Pikir Kewirausahaan.ppt
PPT Pola Pikir Kewirausahaan.pptPPT Pola Pikir Kewirausahaan.ppt
PPT Pola Pikir Kewirausahaan.ppt
 
Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Contoh rantai pasok
Contoh rantai pasokContoh rantai pasok
Contoh rantai pasok
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Fungsi pergerakan
Fungsi pergerakanFungsi pergerakan
Fungsi pergerakan
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
 
Strategi Rantai Pasok
Strategi Rantai PasokStrategi Rantai Pasok
Strategi Rantai Pasok
 
Etika, Moral dan Etiket.pptx
Etika, Moral dan Etiket.pptxEtika, Moral dan Etiket.pptx
Etika, Moral dan Etiket.pptx
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
 
Sejarah perkembangan ilmu manajemen
Sejarah perkembangan ilmu manajemenSejarah perkembangan ilmu manajemen
Sejarah perkembangan ilmu manajemen
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
 
Makalah konsep dasar manajemen
Makalah konsep dasar manajemenMakalah konsep dasar manajemen
Makalah konsep dasar manajemen
 
Artikel Ilmiah Non Penelitian
Artikel Ilmiah Non PenelitianArtikel Ilmiah Non Penelitian
Artikel Ilmiah Non Penelitian
 
strategi generik porter
 strategi generik porter strategi generik porter
strategi generik porter
 

Viewers also liked

Apple watch vs lg g r watch
Apple watch vs lg g r watchApple watch vs lg g r watch
Apple watch vs lg g r watchshamsakhalifa
 
100 fichas comprension lectora
100 fichas comprension lectora100 fichas comprension lectora
100 fichas comprension lectorapatviver
 
Software educativo
Software educativoSoftware educativo
Software educativoFaby andrade
 
Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015
Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015
Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015Fanny Kemps
 
Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaPapua Makituma
 
Earthing the ultimate antioxidant
Earthing the ultimate antioxidantEarthing the ultimate antioxidant
Earthing the ultimate antioxidantfathi neana
 
Evaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º Grado
Evaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º GradoEvaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º Grado
Evaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º GradoARIEL DELGADO ALVA
 
E twinning plus öğretmenini projeye ekleme
E twinning plus öğretmenini projeye eklemeE twinning plus öğretmenini projeye ekleme
E twinning plus öğretmenini projeye eklemeHakan Öztürk
 
Dosificacion matematicaS 3er. grado
Dosificacion matematicaS 3er. gradoDosificacion matematicaS 3er. grado
Dosificacion matematicaS 3er. gradoJEDANNIE Apellidos
 
Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado
Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado
Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado Yolanda Corral
 
NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.
NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.
NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.Internet Security Auditors
 
Ibnu chaldun karir pengajaran dan pengadilan
Ibnu chaldun karir pengajaran dan pengadilanIbnu chaldun karir pengajaran dan pengadilan
Ibnu chaldun karir pengajaran dan pengadilanMuchlis Soleiman
 

Viewers also liked (19)

Apple watch vs lg g r watch
Apple watch vs lg g r watchApple watch vs lg g r watch
Apple watch vs lg g r watch
 
100 fichas comprension lectora
100 fichas comprension lectora100 fichas comprension lectora
100 fichas comprension lectora
 
Software educativo
Software educativoSoftware educativo
Software educativo
 
Shamsa al mazrooei
Shamsa al mazrooeiShamsa al mazrooei
Shamsa al mazrooei
 
Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015
Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015
Quaform_Brochure_Kerstpakketten_2015
 
Work activity & Etos kerja
Work activity & Etos kerjaWork activity & Etos kerja
Work activity & Etos kerja
 
CIBERSEG'16. Técnicas #OSINT
CIBERSEG'16. Técnicas #OSINTCIBERSEG'16. Técnicas #OSINT
CIBERSEG'16. Técnicas #OSINT
 
Pepera 69.doc indoo
Pepera 69.doc indooPepera 69.doc indoo
Pepera 69.doc indoo
 
Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat Manusia
 
Earthing the ultimate antioxidant
Earthing the ultimate antioxidantEarthing the ultimate antioxidant
Earthing the ultimate antioxidant
 
Evaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º Grado
Evaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º GradoEvaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º Grado
Evaluacion matematicas II periodo Matemáticas 5º Grado
 
E twinning plus öğretmenini projeye ekleme
E twinning plus öğretmenini projeye eklemeE twinning plus öğretmenini projeye ekleme
E twinning plus öğretmenini projeye ekleme
 
Dosificacion matematicaS 3er. grado
Dosificacion matematicaS 3er. gradoDosificacion matematicaS 3er. grado
Dosificacion matematicaS 3er. grado
 
Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado
Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado
Yo confieso: la ciberseguridad me ha mutado
 
NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.
NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.
NcN2015. Técnicas OSINT para investigadores de seguridad.
 
rhabdomyolysis 2016
rhabdomyolysis 2016rhabdomyolysis 2016
rhabdomyolysis 2016
 
Ibnu chaldun karir pengajaran dan pengadilan
Ibnu chaldun karir pengajaran dan pengadilanIbnu chaldun karir pengajaran dan pengadilan
Ibnu chaldun karir pengajaran dan pengadilan
 
Bab 01 complete
Bab 01 completeBab 01 complete
Bab 01 complete
 
Panduan Membuat Job Description
Panduan Membuat Job DescriptionPanduan Membuat Job Description
Panduan Membuat Job Description
 

Similar to Etika pengantar umum

Similar to Etika pengantar umum (20)

Pancasila sebagai etika
Pancasila sebagai etikaPancasila sebagai etika
Pancasila sebagai etika
 
Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3
 
Makalah etika
Makalah etikaMakalah etika
Makalah etika
 
Sistematika etika
Sistematika etikaSistematika etika
Sistematika etika
 
etika-birokrasi.ppt
etika-birokrasi.pptetika-birokrasi.ppt
etika-birokrasi.ppt
 
Etika
Etika Etika
Etika
 
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfKomunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Apakah etika itu
Apakah etika ituApakah etika itu
Apakah etika itu
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Siane 2
Siane 2Siane 2
Siane 2
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA.pptx
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA.pptxPANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA.pptx
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA.pptx
 
Makalah ujian khusus
Makalah ujian khususMakalah ujian khusus
Makalah ujian khusus
 
Etika bisnis 1 adytira Rachman, M.Pd
Etika bisnis 1 adytira Rachman,  M.PdEtika bisnis 1 adytira Rachman,  M.Pd
Etika bisnis 1 adytira Rachman, M.Pd
 

More from Papua Makituma

Kesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suamiKesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suamiPapua Makituma
 
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan PerkulihanFilsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan PerkulihanPapua Makituma
 
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses andaPapua Makituma
 
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyatStatus yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyatPapua Makituma
 
Pengenalan tentang suku mee gagian ii
Pengenalan tentang suku mee  gagian iiPengenalan tentang suku mee  gagian ii
Pengenalan tentang suku mee gagian iiPapua Makituma
 

More from Papua Makituma (11)

Kesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suamiKesetian hubungan suami
Kesetian hubungan suami
 
Asal usul suku mee
Asal usul suku meeAsal usul suku mee
Asal usul suku mee
 
Pelangi Hijauh
Pelangi HijauhPelangi Hijauh
Pelangi Hijauh
 
Puisi O....oh mimpi
Puisi O....oh mimpiPuisi O....oh mimpi
Puisi O....oh mimpi
 
Motivasi untuk kita
Motivasi untuk kitaMotivasi untuk kita
Motivasi untuk kita
 
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan PerkulihanFilsafat budaya Rancangan Perkulihan
Filsafat budaya Rancangan Perkulihan
 
Demi waktu
Demi waktuDemi waktu
Demi waktu
 
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda100 dasar kehidupan menuju sukses anda
100 dasar kehidupan menuju sukses anda
 
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyatStatus yuridis penentuan pendapat rakyat
Status yuridis penentuan pendapat rakyat
 
Pepera menurut tni
Pepera menurut tniPepera menurut tni
Pepera menurut tni
 
Pengenalan tentang suku mee gagian ii
Pengenalan tentang suku mee  gagian iiPengenalan tentang suku mee  gagian ii
Pengenalan tentang suku mee gagian ii
 

Recently uploaded

Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 

Recently uploaded (9)

Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 

Etika pengantar umum

  • 1. Etika: Pengantar UmumEtika: Pengantar Umum Hakekat NilaiHakekat Nilai: sesuatu yang dicari karena: sesuatu yang dicari karena baik, berharga atau menyenangkan.baik, berharga atau menyenangkan. Jenis nilaiJenis nilai :ekonomi, estetis, intelektual.:ekonomi, estetis, intelektual. Nilai yang akan dibahasNilai yang akan dibahas; nilai etika; nilai etika khususnya nilai moral.khususnya nilai moral. Perbedaan nilai-nilai lain dan nilai moralPerbedaan nilai-nilai lain dan nilai moral:: nilai-nilai lainnilai-nilai lain baikbaik menurut aspek tertentumenurut aspek tertentu saja sedangkan baik untuk hidup manusiasaja sedangkan baik untuk hidup manusia sebagai manusia, bukan saja manusiasebagai manusia, bukan saja manusia sebagai pembeli, paminat dan pemikir.sebagai pembeli, paminat dan pemikir.
  • 2. Pengantar...Pengantar...  Sifat nilai moral:Sifat nilai moral: NormatifNormatif, mengikat, mengikat manusia sebagai manusia, harusmanusia sebagai manusia, harus direalisasikan.direalisasikan.  Sifat dari nilai-nilai lain;Sifat dari nilai-nilai lain; netralnetral, keharusan, keharusan bagi peminat, pembeli dan pemikir saja.bagi peminat, pembeli dan pemikir saja.  Etika dan NilaiEtika dan Nilai  Etika sebagai ilmuEtika sebagai ilmu; berefleksi prilaku; berefleksi prilaku moral, merumuskan apa yang maumoral, merumuskan apa yang mau dilakukan.dilakukan.
  • 3. Pengantar...Pengantar...  Etika bukanEtika bukan moralizingmoralizing; mengedepankan; mengedepankan nilainya sendiri dengan maksud orang lainnilainya sendiri dengan maksud orang lain hidup menurut nilai tersebut (hidup menurut nilai tersebut (menguruimengurui).).  MoralizingMoralizing hanya berlaku pada komunitashanya berlaku pada komunitas homogen dan bukan hoterogen.homogen dan bukan hoterogen.  Etika dialamatkan kepada heterogen,Etika dialamatkan kepada heterogen, untuk forum umum dan mendasarkanuntuk forum umum dan mendasarkan pada ratio.pada ratio.  Tujuan yang ingin dicapai dalam kuliahTujuan yang ingin dicapai dalam kuliah etikaetika
  • 4. Pengantar...Pengantar...  Mengasah kesadaran moralMengasah kesadaran moral; dalam bidang etika; dalam bidang etika manusia bukan tabularasa karena salah satu dimensimanusia bukan tabularasa karena salah satu dimensi dalam eksistensi manusia.dalam eksistensi manusia.  Mampu mengidentifikasikan masalah moral dan ciri-Mampu mengidentifikasikan masalah moral dan ciri- cirinyacirinya, membedakannya dari masalah-masalah lain., membedakannya dari masalah-masalah lain.  Mampu menganalisis konsep dan argumen moralMampu menganalisis konsep dan argumen moral.. Argument etika harus logis dan berbobot moral.Argument etika harus logis dan berbobot moral.  Membekalkan diri kita untuk bertanggungjawab atasMembekalkan diri kita untuk bertanggungjawab atas semua tindakan kita, menjadikan kewajiban moralsemua tindakan kita, menjadikan kewajiban moral sebagai unsur substansial dalam hidup manusia.sebagai unsur substansial dalam hidup manusia.  Menyadarkan kita akan kesulitan dan ambiguitas dalamMenyadarkan kita akan kesulitan dan ambiguitas dalam argumentasi moral; relativitas moral tidak dapatargumentasi moral; relativitas moral tidak dapat dipertahankan.dipertahankan.
  • 5. Pengantar...Pengantar...  Jenis etika yang dibahasJenis etika yang dibahas  Kita akan mempelajariKita akan mempelajari keutamaan-keutamaan- keutamaan etika,keutamaan etika, yang lebih dekat denganyang lebih dekat dengan kehidupan moral sehari-hari,kehidupan moral sehari-hari, mempersiapkan diri kita untuk menjadimempersiapkan diri kita untuk menjadi pelaku moral.pelaku moral.  Empat unsur yang perlu diperhatikanEmpat unsur yang perlu diperhatikan dalam bidang etika:dalam bidang etika: si pelaku, perbuatan,si pelaku, perbuatan, situasi dan kondisi dan konsekuensisituasi dan kondisi dan konsekuensi.. Setiap pendekatan etika harus menyorotSetiap pendekatan etika harus menyorot keempat unsur tersebut.keempat unsur tersebut.
  • 6. Pengantar...Pengantar...  Sistem penilainSistem penilain::  Tugas mengganti ujian harian 20%Tugas mengganti ujian harian 20%  Keterlibatan dalam kelas yang akan dimasukanKeterlibatan dalam kelas yang akan dimasukan dalam kolom ujian harian 20%dalam kolom ujian harian 20%  Ujian Mid Semester 30%Ujian Mid Semester 30%  Ujian akhir semester 30%Ujian akhir semester 30%  Total 100%Total 100%  Sarana:Sarana:  Buku-buku (yg terdaftar pada kepustakaan)Buku-buku (yg terdaftar pada kepustakaan)  DiktatDiktat  ProyektorProyektor
  • 7. Pengantar...Pengantar... DAFTAR KEPUSTAKAANDAFTAR KEPUSTAKAAN  1. Bahasa Indonesia1. Bahasa Indonesia  Bertens, K.Bertens, K. EtikaEtika , Jakarta: Gramedia, 1993., Jakarta: Gramedia, 1993.  Rachels James,Rachels James, Filsafat MoralFilsafat Moral, Yogyakarta, Kanisius, 2004, Yogyakarta, Kanisius, 2004  Duska, R./M. Whelan,Duska, R./M. Whelan, Perkembangan MoralPerkembangan Moral, diterjemahkan oleh Dwija Atmaka, Yogyakarta:, diterjemahkan oleh Dwija Atmaka, Yogyakarta: Kanisius 1982. (tentang teori perkembangan kesadaran moral Lawrence Kohlberg)Kanisius 1982. (tentang teori perkembangan kesadaran moral Lawrence Kohlberg)  Magnis-Suseno, Franz .Magnis-Suseno, Franz . Etika Dasar. Masalah-masalah Pokok Filsafat MoralEtika Dasar. Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta:, Yogyakarta: Kanisius, 1987.Kanisius, 1987.  -------------- 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-1913 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, Yogyakarta: Kanisius, 1997, Yogyakarta: Kanisius, 1997  Poespoprodjo, W.Poespoprodjo, W. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan PraktekFilsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek, Bandung: Remaja, Bandung: Remaja Karya 1986.Karya 1986.  Said, M .Said, M . Etika Masyarakat IndonesiaEtika Masyarakat Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976., Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.  Sastrasupomo, M.Sastrasupomo, M. Suprihadi, Etika (Sebuah Pengantar)Suprihadi, Etika (Sebuah Pengantar), Bandung: Alumnis 1982., Bandung: Alumnis 1982.  ------------------ Etika: Masalah Pokok KepribadianEtika: Masalah Pokok Kepribadian, Bandung: Alumnis, 1982., Bandung: Alumnis, 1982.  Vos, H. de ,Vos, H. de , Pengantar EtikaPengantar Etika, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987., Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987.  2. Bahasa asing2. Bahasa asing  Aristotle,Aristotle, Nichomachean EthicsNichomachean Ethics, Translated with introduction and notes by Martin Ostwald,, Translated with introduction and notes by Martin Ostwald, Indianapolis: Bobbs-Merrill Educational Publishing, 1962.Indianapolis: Bobbs-Merrill Educational Publishing, 1962.  Beauchamp, Tom L.Beauchamp, Tom L. Philosophical EthicsPhilosophical Ethics: An Introduction to Moral Philosophy, New York:: An Introduction to Moral Philosophy, New York: McGraw-Hill Book Co., 1982.McGraw-Hill Book Co., 1982.  Donagan, AlanDonagan, Alan The Theory of MoralityThe Theory of Morality, Chicago: The University of Chicago Press, 1979., Chicago: The University of Chicago Press, 1979.  Finnis, John .Finnis, John . Fundamentals of EthicsFundamentals of Ethics, Washington DC: Georgetown University Press, 1983., Washington DC: Georgetown University Press, 1983.  Grisez, Germain/ Shaw,Grisez, Germain/ Shaw, Russell, Beyond The New Morality: The Responsibilities of Freedom,Russell, Beyond The New Morality: The Responsibilities of Freedom, Notre DameNotre Dame: Notre Dame University Press, 1974.: Notre Dame University Press, 1974.  Immanuel Kant,Immanuel Kant, Critique of Practical Reason,Critique of Practical Reason, Translated by Lewis White Beck, Indianapolis:Translated by Lewis White Beck, Indianapolis: Bobbs-Meerill/The Library of Liberal Arts, 1983.Bobbs-Meerill/The Library of Liberal Arts, 1983.  Murray, S.J., Michael V.Murray, S.J., Michael V. Problems in EthicsProblems in Ethics, New York: Henry Holt and Company, Inc., New York: Henry Holt and Company, Inc. 1960.1960.  Varga, Andrew C. On Being Human:Varga, Andrew C. On Being Human: Principles of EthicsPrinciples of Ethics, New York: Paulist Press, 1978., New York: Paulist Press, 1978.
  • 8. Bab I: Pengertian etikaBab I: Pengertian etika  Etika, yunaniEtika, yunani ethosethos; adat, kebiasaan atau; adat, kebiasaan atau kelakuan manusia.kelakuan manusia.  Etika dalam pengertian sehari-hari:Etika dalam pengertian sehari-hari:  sistem nilaisistem nilai, norma atau nilai moral, norma atau nilai moral menjadi pegangan hidup, pedoman untukmenjadi pegangan hidup, pedoman untuk menilai baik-buruknya tindakan manusia.menilai baik-buruknya tindakan manusia.  Kode etikKode etik; kumpulan norma atau nilai; kumpulan norma atau nilai moral yang wajib dipegang oleh pemilikmoral yang wajib dipegang oleh pemilik profesi seperti etika rumah sakit, etikaprofesi seperti etika rumah sakit, etika jurnalistik.jurnalistik.
  • 9. Pengertian...Pengertian...  Etika sebagaiEtika sebagai filsafat moralfilsafat moral; melakukan; melakukan refleksi kritis dan sistematis atasrefleksi kritis dan sistematis atas moralitas.moralitas.  Etika = Moral (yunaniEtika = Moral (yunani mos-morismos-moris) yang) yang artinya adat kebiasaan.artinya adat kebiasaan.  IstilahIstilah etikaetika dipakai untuk menyebut ilmudipakai untuk menyebut ilmu dan prinsip-prinsip dasar penilaian baikdan prinsip-prinsip dasar penilaian baik buruknya prilaku manusia, sementaraburuknya prilaku manusia, sementara istilahistilah moralmoral dipakai untuk menyebutdipakai untuk menyebut aturan dan norma yang lebih konkret bagiaturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik-buruknya prilaku manusia.penilaian baik-buruknya prilaku manusia.
  • 10. Pengertian...Pengertian...  Objek material dan formal dari etikaObjek material dan formal dari etika  Objek material dari etika: tindakan manusiaObjek material dari etika: tindakan manusia sebagai manusia dan objek formal dari etikasebagai manusia dan objek formal dari etika adalah segi baik-buruknya/benar salahnyaadalah segi baik-buruknya/benar salahnya tindakan tersebut berdasarkan norma moraltindakan tersebut berdasarkan norma moral sebagai tolak ukur.sebagai tolak ukur.  Norma moral mendasarkan diri pada prinsipNorma moral mendasarkan diri pada prinsip dasar moral.dasar moral.  Dari segi filosofis moralitas erat kaitannyaDari segi filosofis moralitas erat kaitannya dengan masalah norma dan prinsip yangdengan masalah norma dan prinsip yang mendasari penilaian benar salahnya tindakanmendasari penilaian benar salahnya tindakan manusia sebagai manusia.manusia sebagai manusia.
  • 11. Pengertian...Pengertian...  Moralitas berkaitan langsung dengan kwalitasMoralitas berkaitan langsung dengan kwalitas watak pribadi manusia dan bukan kwalitaswatak pribadi manusia dan bukan kwalitas kemampuannya, misalnyakemampuannya, misalnya seorang managerseorang manager atau pemain sepak bola yang baik bukan orangatau pemain sepak bola yang baik bukan orang yang segi moral baikyang segi moral baik..  Penilaian berdasarkan norma moral: penilaianPenilaian berdasarkan norma moral: penilaian yang menyangkut kwalitas kemanusiaanyang menyangkut kwalitas kemanusiaan seseorang secara keseluruhan bukan hanyaseseorang secara keseluruhan bukan hanya dari segi tertentu.dari segi tertentu.  Orang yang secara moral baik selalu berusahaOrang yang secara moral baik selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan tuntutan hatiuntuk hidup sesuai dengan tuntutan hati nuraninya dan sadar akan kewajiban moral yangnuraninya dan sadar akan kewajiban moral yang harus dia laksanakan.harus dia laksanakan.
  • 12. Pengertian...Pengertian...  Cabang-cabang etikaCabang-cabang etika  Etika: salah satu cabang dari filsafat yangEtika: salah satu cabang dari filsafat yang secara khusus mengkaji tindakan manusiasecara khusus mengkaji tindakan manusia sebagai manusia.sebagai manusia.  Dua cabang besar etika: etika umum atau etikaDua cabang besar etika: etika umum atau etika dasar dan etika khusus.dasar dan etika khusus.  Etika umum/etika dasar =filsafat moralEtika umum/etika dasar =filsafat moral sedangkan etika khusus adalah etika yangsedangkan etika khusus adalah etika yang berkaitan langsung dengan bidang-bidangberkaitan langsung dengan bidang-bidang khusus (etika politik, etika lingkungan dst.khusus (etika politik, etika lingkungan dst.
  • 13. PengertianPengertian  Tiga metode atau pendekatan dalam etikaTiga metode atau pendekatan dalam etika  DeskriptifDeskriptif; memaparkan tindakan-tindakan manusia yang; memaparkan tindakan-tindakan manusia yang secara faktual (data emperis) terjadi lalu membuat suatusecara faktual (data emperis) terjadi lalu membuat suatu kesimpulan atau analisis yang bersifat induktif.kesimpulan atau analisis yang bersifat induktif.  Normatif/preskriptif;Normatif/preskriptif; etika tidaketika tidak membahasmembahas tentang apatentang apa yang nyata terjadi (yang nyata terjadi (das seindas sein) yang dipandang sebagai) yang dipandang sebagai sesuatu yang baik atau buruk tetapisesuatu yang baik atau buruk tetapi membahasmembahas tentangtentang apa yang seharus (apa yang seharus (das sollendas sollen) atau wajib dilakukan) atau wajib dilakukan manusia sebagai manusia (manusia sebagai manusia (etika normatifetika normatif).).  Analitis/metaetis;Analitis/metaetis; etika sebagai cabang filsafat yangetika sebagai cabang filsafat yang menganalisa bahasa yang pakai dalam pembicaraanmenganalisa bahasa yang pakai dalam pembicaraan tentang moral, misal apa arti kata baik dst, dasar-dasartentang moral, misal apa arti kata baik dst, dasar-dasar rasional suatu etika dan logis tidaknya kesimpulan moral.rasional suatu etika dan logis tidaknya kesimpulan moral. Metode ini perlu untuk menghilangkan kekaburan atauMetode ini perlu untuk menghilangkan kekaburan atau hal yang kurang jelas.hal yang kurang jelas.
  • 14. Pengertian...Pengertian...  Kekhususan etikaKekhususan etika a. Ajaran moral (AM) dan filsafat moral (FM).a. Ajaran moral (AM) dan filsafat moral (FM).  Ajaran moralAjaran moral; ajaran yang berkaitan dengan; ajaran yang berkaitan dengan peraturan-peratuan dan ketetapan-ketetapan,peraturan-peratuan dan ketetapan-ketetapan, lisan dan tertulis, tentang bagaimana manusialisan dan tertulis, tentang bagaimana manusia seharus bertindak agar ia menjadi manusia yangseharus bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.baik.  Filsafat moralFilsafat moral; pemikiran kritis dan mendasar; pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.tentang ajaran dan pandangan moral.  Hubungan antara AM dan FM diumpamakanHubungan antara AM dan FM diumpamakan misalnyamisalnya ajaran moralajaran moral sebagai petunjuk konkretsebagai petunjuk konkret yang diberikan oleh seorang pelatih renangyang diberikan oleh seorang pelatih renang sedangkansedangkan filsafat moralfilsafat moral ilmu tentangilmu tentang bagaimana berenang dengan baik.bagaimana berenang dengan baik.
  • 15. Pengertian...Pengertian... b. Filsafat moral (FM) dan Teologi moral (TM)b. Filsafat moral (FM) dan Teologi moral (TM) Kesamaan antara FM dan TM memiliki objek materil yangKesamaan antara FM dan TM memiliki objek materil yang samasama;; menyelidikan manusia sebagai manusiamenyelidikan manusia sebagai manusia.. Keduanya membahas tentang;Keduanya membahas tentang; bagaimana manusiabagaimana manusia seharusnya bertindak untuk mencapai tujuan yangseharusnya bertindak untuk mencapai tujuan yang bernilai tinggi seperti (menjadi manusia baik), prinsip-bernilai tinggi seperti (menjadi manusia baik), prinsip- prinsip dasar mana yang wajid diikuti oleh manusia, danprinsip dasar mana yang wajid diikuti oleh manusia, dan bagaimana mempertanggungjawabkan prinsip-prinsipbagaimana mempertanggungjawabkan prinsip-prinsip tersebut secara rasional dan berbobot moraltersebut secara rasional dan berbobot moral.. Perbedaan antara FM dan TM terletak pada kenyataanPerbedaan antara FM dan TM terletak pada kenyataan bahwabahwa;; filsafat moral berusaha untuk menjawabfilsafat moral berusaha untuk menjawab pertanyaan di atas dengan pertimbangan akal budipertanyaan di atas dengan pertimbangan akal budi murni sedangkan teologi moral berusaha untukmurni sedangkan teologi moral berusaha untuk menjawab pertanyaan di atas dengan bertitik tolak darimenjawab pertanyaan di atas dengan bertitik tolak dari ajaran agama atau wahyu tertentuajaran agama atau wahyu tertentu..
  • 16. Pengertian...Pengertian...  Manusia boleh memiliki agama dan imanManusia boleh memiliki agama dan iman yang berbeda tetapi memiliki pandanganyang berbeda tetapi memiliki pandangan moral yang sama.moral yang sama.
  • 17. Bab II; Moralitas, Hukum dan AgamaBab II; Moralitas, Hukum dan Agama  Moralitas, hukum dan agama; bagian dari sistemMoralitas, hukum dan agama; bagian dari sistem normatif.normatif.  Jenis-Jenis Norma dalam masyarakatJenis-Jenis Norma dalam masyarakat  Norma sopan santunNorma sopan santun; disebut juga etiket; disebut juga etiket pergaulan sehari-hari seperti kebiasaan, carapergaulan sehari-hari seperti kebiasaan, cara berpakaian, cara bertutur-kata, cara pergaulan;berpakaian, cara bertutur-kata, cara pergaulan; bersifat lokal.bersifat lokal.  Norma hukumNorma hukum; tertulis dan tidak tertulis (hukum; tertulis dan tidak tertulis (hukum adat istiadat), bersifat mengikat, dan pelanggaradat istiadat), bersifat mengikat, dan pelanggar dituntut oleh penegak hukum untuk beri sanksidituntut oleh penegak hukum untuk beri sanksi yang adil.yang adil.  Norma agamaNorma agama; aturan atau hukum yang berlaku; aturan atau hukum yang berlaku pada agama tertentu atau pemeluk agamapada agama tertentu atau pemeluk agama tertentu.tertentu.
  • 18. Moralitas...Moralitas...  Kekhususan Norma MoralKekhususan Norma Moral  Paling dasariahPaling dasariah; tolak ukur untuk menilai tentang benar-; tolak ukur untuk menilai tentang benar- salah atau baik-buruk tindakan manusia sebagaisalah atau baik-buruk tindakan manusia sebagai manusia. Norma moral mempunyai otoritas yang lebihmanusia. Norma moral mempunyai otoritas yang lebih tinggi norma-norma yang lain.tinggi norma-norma yang lain.  NormatifNormatif; wajib dilaksanakan seperti wajib bertindak adil,; wajib dilaksanakan seperti wajib bertindak adil, menghormati hak hidup orang lain dst.menghormati hak hidup orang lain dst.  UniversalUniversal; sama untuk semua orang,; sama untuk semua orang, pertanggungjawabannya tidak bersifat subyektif tetapipertanggungjawabannya tidak bersifat subyektif tetapi rasional obyektif.rasional obyektif.  Cakupannya luasCakupannya luas; demi kesejahteraan umum,; demi kesejahteraan umum, kepedulian pada kepentingan sesama.kepedulian pada kepentingan sesama.
  • 19. Moralitas...Moralitas...  Hubungan moralitas dan hukumHubungan moralitas dan hukum  Norma moral dan norma hukum mempunyaiNorma moral dan norma hukum mempunyai fungsi yang sama, menilai benar-salah ataufungsi yang sama, menilai benar-salah atau baik-buruknya tindakan manusia.baik-buruknya tindakan manusia.  Segi lahiriah dari norma hukum dan normaSegi lahiriah dari norma hukum dan norma moral sama pedoman dalam masyarakat,moral sama pedoman dalam masyarakat, jangan mencuri, menghormati hak orang lainjangan mencuri, menghormati hak orang lain dst. Bedanya bahwa norma moral mencakupidst. Bedanya bahwa norma moral mencakupi segi batiniah dan lahiriah dan norma dijaminsegi batiniah dan lahiriah dan norma dijamin oleh penguasa yang sah.oleh penguasa yang sah.  Norma hukum tidak bisa mewakili norma moral,Norma hukum tidak bisa mewakili norma moral, tindakan benar dari segi hukum tetapi belumtindakan benar dari segi hukum tetapi belum tentu benar dari segi moral.tentu benar dari segi moral.
  • 20. Moralitas...Moralitas...  Moralitas dan agamaMoralitas dan agama  Pendapat bahwa; moralitas erat keitannyaPendapat bahwa; moralitas erat keitannya dengan agama karena:dengan agama karena:  Moralitas merupakan pedoman bagaimanaMoralitas merupakan pedoman bagaimana menjadi manusia baik sementara dalam agamamenjadi manusia baik sementara dalam agama bahwa untuk menjadi manusia yang baikbahwa untuk menjadi manusia yang baik sebaiknya mengikuti kehendak Tuhan (1).sebaiknya mengikuti kehendak Tuhan (1).  Agama merupakan pedoman hidup manusiaAgama merupakan pedoman hidup manusia yang paling kuno yang mendahului sistem moralyang paling kuno yang mendahului sistem moral dan sistem hukum(2).dan sistem hukum(2).  Agama menjadi penjamin kuat bagi normaAgama menjadi penjamin kuat bagi norma moral, memberi pahala kepada orang baik danmoral, memberi pahala kepada orang baik dan hukuman kekal bagi orang jahat (3).hukuman kekal bagi orang jahat (3).
  • 21. Moralitas...Moralitas...  Apakah moralitas mengandaikan agama?Apakah moralitas mengandaikan agama?  TidakTidak; ada macam-macam agama!; ada macam-macam agama!  Sokrates; sesuatu itu baik bukan karenaSokrates; sesuatu itu baik bukan karena perintah Tuhan, tetapi sesuatu ituperintah Tuhan, tetapi sesuatu itu diperintah Tuhan karena baik. Berjinahdiperintah Tuhan karena baik. Berjinah bukan hanya kebetulan dilarang olehbukan hanya kebetulan dilarang oleh agama tetapi karena tindakan yang tidakagama tetapi karena tindakan yang tidak bermoral.bermoral.  Jadi agama tidak seharusnya menjadiJadi agama tidak seharusnya menjadi dasar moralitas.dasar moralitas.
  • 22. Bab III: Relativisme MoralBab III: Relativisme Moral  Seperti sudah kita ketahui bahwa norma moral bersifatSeperti sudah kita ketahui bahwa norma moral bersifat universal/ umum, objektif dan rasional.universal/ umum, objektif dan rasional.  Relativisme moral timbul sebagai reaksi atasRelativisme moral timbul sebagai reaksi atas universalitas dan obyektivitas dari norma moral.universalitas dan obyektivitas dari norma moral.  Relativisme berpendapat bahwa norma moral tergantungRelativisme berpendapat bahwa norma moral tergantung pada kesepakatan sosial (antara masyarakat) dalampada kesepakatan sosial (antara masyarakat) dalam lingkungan budaya di mana budaya tersebut berada.lingkungan budaya di mana budaya tersebut berada.  Kemajuan ilmu-ilmu sosial dan komunikasi membantuKemajuan ilmu-ilmu sosial dan komunikasi membantu manusia untuk menyadari akan kemajemukan budayamanusia untuk menyadari akan kemajemukan budaya yang usaha-usaha untuk mengembangkan identitasyang usaha-usaha untuk mengembangkan identitas budaya tersebut.budaya tersebut.  Manusia modern mulai menyadari bahwa tindakan untukManusia modern mulai menyadari bahwa tindakan untuk memaksa pola pikir dan tingkah-laku pada kelompokmemaksa pola pikir dan tingkah-laku pada kelompok atau etnis tertentu tidak dapat dibenarkan.atau etnis tertentu tidak dapat dibenarkan.
  • 23. Relativitas...Relativitas...  Tidak hanya penjajahan politis dan ekonomi yang harusTidak hanya penjajahan politis dan ekonomi yang harus dilawan tetapi juga penjajahan budaya.dilawan tetapi juga penjajahan budaya.  Kaum relativisme dalam menghadapi persoalan sepertiKaum relativisme dalam menghadapi persoalan seperti ini mengembangkan ideini mengembangkan ide toleransitoleransi (menghargai(menghargai kebebasan pribadi atau kelompok).kebebasan pribadi atau kelompok).  Tesis pokok dari aliran relativisme moralTesis pokok dari aliran relativisme moral  Setiap masyarakat memiliki aturan, norma, danSetiap masyarakat memiliki aturan, norma, dan kebudayaan yang berbedakebudayaan yang berbeda  Tidak ada norma moral yang berlaku umum.Tidak ada norma moral yang berlaku umum.  Tolak ukur penilaian moral yang bersifat obyektif dipakaiTolak ukur penilaian moral yang bersifat obyektif dipakai untuk menilai bahwa norma moral dalam masyarakatuntuk menilai bahwa norma moral dalam masyarakat tertentu lebih baik dan benar.tertentu lebih baik dan benar.  Norma moral yang berlaku dalam masyarakat hanyalahNorma moral yang berlaku dalam masyarakat hanyalah satu norma moral.satu norma moral.
  • 24. Relativisme...Relativisme...  Baik-buruknya atau benar-salahnya tindakan seseorangBaik-buruknya atau benar-salahnya tindakan seseorang dinilai berdasarkan norma yang berlaku di lingkungandinilai berdasarkan norma yang berlaku di lingkungan atau kelompok tertentu dan ini merupakan suatuatau kelompok tertentu dan ini merupakan suatu kesombongan budaya.kesombongan budaya.  Alasan yang mendukung relativisme moralAlasan yang mendukung relativisme moral  Alasan yangAlasan yang faktual deskriptiffaktual deskriptif: faham moral (: faham moral (kebiasaan-kebiasaan- kebiasaan yang berlaku di masyarakatkebiasaan yang berlaku di masyarakat) itu berlaku) itu berlaku relatif, berlaku hanya untuk masyarakat atau kelompokrelatif, berlaku hanya untuk masyarakat atau kelompok di mana norma itu berlaku.di mana norma itu berlaku.  Contoh, kaum lelaki Eskimo banyak yang mempunyaiContoh, kaum lelaki Eskimo banyak yang mempunyai isteri lebih dari satu dan sebagai tanda penghormatanisteri lebih dari satu dan sebagai tanda penghormatan mereka terhadap tamu, mereka menawarkan isterinyamereka terhadap tamu, mereka menawarkan isterinya sebagai teman tidur.sebagai teman tidur.  Norma ini baik untuk orang Eskimo.Norma ini baik untuk orang Eskimo.  Bagaimana dengan papies dan pemotongan jari diBagaimana dengan papies dan pemotongan jari di lemba Baliem? Bagaimana normamu?lemba Baliem? Bagaimana normamu?
  • 25. Relativisme...Relativisme...  Alasan yang bersifat logis metaetisAlasan yang bersifat logis metaetis  Kelompok ini membedakanKelompok ini membedakan pernyataanpernyataan deskriptifdeskriptif (dapat diperiksa kebenaran melalui pengamatan(dapat diperiksa kebenaran melalui pengamatan inderawi) daninderawi) dan pernyataan normatifpernyataan normatif (tidak bisa(tidak bisa dibuktikan obyektivitas kebenarannya)dibuktikan obyektivitas kebenarannya)  Kelompok ini berpendapat bahwa tidak adaKelompok ini berpendapat bahwa tidak ada norma yang bersifat umum dan obyektif.norma yang bersifat umum dan obyektif.  Bagi mereka kebudayaan bagaikan kulitBagi mereka kebudayaan bagaikan kulit seseorang dan ia tidak bisa keluar dari tubunyaseseorang dan ia tidak bisa keluar dari tubunya itu.itu.
  • 26. Relativisme...Relativisme...  Tanggapan kritisTanggapan kritis  Kekeliruan penalaran;Kekeliruan penalaran; benar bahwa setiap kelompokbenar bahwa setiap kelompok masyarakat punya norma yang berbeda-beda tetapimasyarakat punya norma yang berbeda-beda tetapi tidak dapat disimpulkan bahwa semua norma bersifattidak dapat disimpulkan bahwa semua norma bersifat relatif.relatif.  Kelemahan dari aliran ini terletak pada kenyataan bahwaKelemahan dari aliran ini terletak pada kenyataan bahwa mereka tidakmereka tidak konsistenkonsisten. Mereka mengatakan bahwa. Mereka mengatakan bahwa fahamnya yang paling benar ,fahamnya yang paling benar , secara tidak langsungsecara tidak langsung membanta isi pokok ajarannya sendiri bahwa normamembanta isi pokok ajarannya sendiri bahwa norma moral itu relatif.moral itu relatif.  Kelemahan lain yang nampak dari kelompok ini setelahKelemahan lain yang nampak dari kelompok ini setelah mereka menganggap bahwa fahamnya yang palingmereka menganggap bahwa fahamnya yang paling benar tetapi kemudian mereka menganjurkanbenar tetapi kemudian mereka menganjurkan pentingnya semangatpentingnya semangat toleransitoleransi. Pentingnya. Pentingnya toleransitoleransi merupakan indikasi bahwa aliran ini mengakuimerupakan indikasi bahwa aliran ini mengakui kebenaran dari faham yang lain.kebenaran dari faham yang lain.
  • 27. Relativisme...Relativisme...  Bertentangan dengan praktek kehidupan.Bertentangan dengan praktek kehidupan.  Bila benar bahwa tidak ada tolak ukur penilaianBila benar bahwa tidak ada tolak ukur penilaian moral yang universal dan obyektif dan netralmoral yang universal dan obyektif dan netral maka dasar penilaian atas norma-norma yangmaka dasar penilaian atas norma-norma yang berlaku di masyarakat menjadi tidak mungkin.berlaku di masyarakat menjadi tidak mungkin.  Kita tidak bisa mengukur benar-salahnyaKita tidak bisa mengukur benar-salahnya tindakan hanya berdasarkan pada norma yangtindakan hanya berdasarkan pada norma yang berlaku pada suatu kelompok masyarakat.berlaku pada suatu kelompok masyarakat. Adanya kritikan mengandaikan adanya tolakAdanya kritikan mengandaikan adanya tolak ukur yang mengatasi lingkungan itu sendiri.ukur yang mengatasi lingkungan itu sendiri.  Kemampuan manusia untuk mengkritik baikKemampuan manusia untuk mengkritik baik terhadap normanya sendiri maupun norma dariterhadap normanya sendiri maupun norma dari masyarakat yang lain tidak bisa diterangkanmasyarakat yang lain tidak bisa diterangkan sebagai kekeliruan atau kesombongan budaya.sebagai kekeliruan atau kesombongan budaya.
  • 28. Relativisme...Relativisme...  Bila tidak ada norma universal dan obyektifBila tidak ada norma universal dan obyektif sebagai tolak ukur maka tidak ada pembaharuansebagai tolak ukur maka tidak ada pembaharuan sosial atas norma-norma yang berlaku dalamsosial atas norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan adanya kemampuanmasyarakat. Dengan adanya kemampuan manusia untuk mengetahui dan menemukanmanusia untuk mengetahui dan menemukan nilai-nilai maka kritik dan pembaruan sosial itunilai-nilai maka kritik dan pembaruan sosial itu bisa terjadi.bisa terjadi.  Adanya nilai-nilai kemanusiaan yang bersifatAdanya nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat tetap dan universal menjadi dasar bagitetap dan universal menjadi dasar bagi perkembangan moral.perkembangan moral.  Kita tidak bisa menilai perkembangan moralKita tidak bisa menilai perkembangan moral pada suatu kelompok bila tidak tolak ukur yangpada suatu kelompok bila tidak tolak ukur yang bisa digunakan untuk menilainya.bisa digunakan untuk menilainya.
  • 29. Relativisme...Relativisme...  Penyimpulan yang tergesa-gesaPenyimpulan yang tergesa-gesa  Penilaian kaum relativisme yang berdasarkanPenilaian kaum relativisme yang berdasarkan pengamatan faktual bahwa masing-masingpengamatan faktual bahwa masing-masing lingkungan budaya mempunyai norma moralnyalingkungan budaya mempunyai norma moralnya sendiri-sendiri.sendiri-sendiri.  Dalam menilai kita tidak boleh berhenti pada hal-Dalam menilai kita tidak boleh berhenti pada hal- hal yang nampak saja sebab masih ada nilai-hal yang nampak saja sebab masih ada nilai- nilai dasar yang mau diungkapkan oleh praksisnilai dasar yang mau diungkapkan oleh praksis moral yang berbeda itu.moral yang berbeda itu.  Perbedaan norma moral yang ada dalamPerbedaan norma moral yang ada dalam lingkungan masyarakat tidak seradikal sepertilingkungan masyarakat tidak seradikal seperti yang diungkapkan oleh aliran relativisme.yang diungkapkan oleh aliran relativisme.
  • 30. Relativisme...Relativisme...  Contoh, orang Eskimo untuk mengakhiri orangContoh, orang Eskimo untuk mengakhiri orang tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan dengantuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan dengan menempatkanya di luar rumah sampai dia matimenempatkanya di luar rumah sampai dia mati kedinginan.kedinginan.  Ini adalah tindakan kejam, tak berperikemanusiaan,Ini adalah tindakan kejam, tak berperikemanusiaan, bertentangan dengan sikap hormat dan terimakasihbertentangan dengan sikap hormat dan terimakasih kepada orang tua. Apakah penilaian seperti inikepada orang tua. Apakah penilaian seperti ini benar? Atau ini yang disebut penilaian yang tergesa-benar? Atau ini yang disebut penilaian yang tergesa- gesa?gesa?  Orang Eskimo yang hidup dalam iklim yang sangatOrang Eskimo yang hidup dalam iklim yang sangat dingin dan nomadik dalam mencari nafkah hampirdingin dan nomadik dalam mencari nafkah hampir tidak mungkin membawa ke sana kemari orangtidak mungkin membawa ke sana kemari orang tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan, malahantuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan, malahan mereka kasihan kalau menahan sakit terlalu lama.mereka kasihan kalau menahan sakit terlalu lama.
  • 31. Relativisme...Relativisme...  Kebiasaan orang Eskimo dilandasi olehKebiasaan orang Eskimo dilandasi oleh keyakinan agama bahwa orang akan lanjutkankeyakinan agama bahwa orang akan lanjutkan hidupnya di alam baka.hidupnya di alam baka.  Manfaat yang dapat diambil dari relativismeManfaat yang dapat diambil dari relativisme  RelativismeRelativisme menyadarkan kita akanmenyadarkan kita akan kemajemukan dalam penghayatan moralkemajemukan dalam penghayatan moral: kita: kita harus serba hati-hati dalam memberi penilaianharus serba hati-hati dalam memberi penilaian yang bersifat mengadili terhadap kebiasaanyang bersifat mengadili terhadap kebiasaan yang berbeda dalam lingkungan masyarakatyang berbeda dalam lingkungan masyarakat atau budaya. Berbeda dalam penghayatan tetapiatau budaya. Berbeda dalam penghayatan tetapi memiliki prinsip dan tujuan yang sama yaitumemiliki prinsip dan tujuan yang sama yaitu kemanusiaan.kemanusiaan.
  • 32. Relativisme...Relativisme...  Perlu adanya sikap keterbukaan:Perlu adanya sikap keterbukaan: kita haruskita harus sadar bahwa kita dikondisikan oleh keluarga,sadar bahwa kita dikondisikan oleh keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, dan budaya dilingkungan sosial, pendidikan, dan budaya di mana kita dibesarkan. Tata nilai dan pola pikirmana kita dibesarkan. Tata nilai dan pola pikir seringkali ditentukan oleh lingkungan dari manaseringkali ditentukan oleh lingkungan dari mana kita berasal.kita berasal.  Tanpa sikap keterbukaan yang dewasa-Tanpa sikap keterbukaan yang dewasa- kesadaran akan identitas dirikesadaran akan identitas diri-dalam percaturan-dalam percaturan budaya internasional, kita akan jatuh dalambudaya internasional, kita akan jatuh dalam sikap anti asing atau jatuh ke dalam sikapsikap anti asing atau jatuh ke dalam sikap meniru dan mengagung-agungkan budaya darimeniru dan mengagung-agungkan budaya dari luar.luar.
  • 33. Relativisme...Relativisme...  Sikap heuristisSikap heuristis; suatu sikap yang mengarah; suatu sikap yang mengarah kepada penemuan diri. Harus sadar bahwakepada penemuan diri. Harus sadar bahwa adanya dialektika (adanya dialektika (perdebatan berdasarkanperdebatan berdasarkan perbedaan-perbedaan ketatperbedaan-perbedaan ketat) pemikiran) pemikiran mengadaikan adanya obyektivitas danmengadaikan adanya obyektivitas dan universalitas.universalitas.  Bila benar bahwa setiap manusia itu terkurungBila benar bahwa setiap manusia itu terkurung dalam batas kepalanya sendiri dan setiap tolakdalam batas kepalanya sendiri dan setiap tolak ukur yang dipakai itu relatif maka tidak akan adaukur yang dipakai itu relatif maka tidak akan ada bahasa yang dipahami bersama. Dan ini adalahbahasa yang dipahami bersama. Dan ini adalah kekeliruan.kekeliruan.
  • 34. Bab IV. Kebebasan dan Tanggungjawab MoralBab IV. Kebebasan dan Tanggungjawab Moral  Seseorang secara moral dapat dituntutSeseorang secara moral dapat dituntut pertanggungjawaban atas tindakannya,pertanggungjawaban atas tindakannya, tergantung pada apakah ia bebas atau tidaktergantung pada apakah ia bebas atau tidak dalam melakukan tindakannya?dalam melakukan tindakannya?  Secara moral orang dimintaSecara moral orang diminta pertanggungjawaban atas tindankannya ,pertanggungjawaban atas tindankannya , bilabila (a) paksaan dari luar entah itu bersifat(a) paksaan dari luar entah itu bersifat fisik maupun psikis; (b) tindakan itu dibuatfisik maupun psikis; (b) tindakan itu dibuat oleh anak kecil dan orang gila.oleh anak kecil dan orang gila.
  • 35. Kebebasan...Kebebasan...  DeterminismeDeterminisme  Menurut aliran ini manusia itu tidak bebas, karenaMenurut aliran ini manusia itu tidak bebas, karena tindakan ditentukan macam-macam faktor sepertitindakan ditentukan macam-macam faktor seperti kondisi fisik, psikis dan kekuasaan lain diluar dirikondisi fisik, psikis dan kekuasaan lain diluar diri manusia.manusia.  Jenis-jenis determinismeJenis-jenis determinisme  Determinisme biologisDeterminisme biologis ;; tingkah laku manusiatingkah laku manusia ditentukan oleh faktor-faktor biologis, keturunan.ditentukan oleh faktor-faktor biologis, keturunan. Watak, kebiasaan, dan tingkah laku manusia bisaWatak, kebiasaan, dan tingkah laku manusia bisa diterangkan berdasarkan struktur biologis.diterangkan berdasarkan struktur biologis.  Misalnya orang yang suka mencuri dan memperkosaMisalnya orang yang suka mencuri dan memperkosa perlu diselidiki struktur biologisnya yang menyebabkanperlu diselidiki struktur biologisnya yang menyebabkan ia bertingkah laku demikian. Kalau secara biologisia bertingkah laku demikian. Kalau secara biologis memang cacat, ia tidak dapat dihukum atau dimintaimemang cacat, ia tidak dapat dihukum atau dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya tetapi diampunipertanggungjawaban atas tindakannya tetapi diampuni dan dicarikan suatu solusi.
  • 36. Kebebasan...Kebebasan...  Kalau struktur mekanisme biologis diketahui,Kalau struktur mekanisme biologis diketahui, seluruh tingkah laku manusia bisa diprediksi danseluruh tingkah laku manusia bisa diprediksi dan dimanipulasi. Struktur gen manusia selaludimanipulasi. Struktur gen manusia selalu mengarahkan pada sifat-sifat atau perilaku dimilikimengarahkan pada sifat-sifat atau perilaku dimiliki orang tersebut.orang tersebut.  Determinisme Psikologis;Determinisme Psikologis; hanya nampaknya sajahanya nampaknya saja manusia itu bisa kebas.manusia itu bisa kebas.  Tekanan bawah sadar merupakan pendorongTekanan bawah sadar merupakan pendorong utama tindakan-tindakan manusia. Tingkah lakuutama tindakan-tindakan manusia. Tingkah laku manusia ditentukan oleh dorongan kuat dari dalammanusia ditentukan oleh dorongan kuat dari dalam dirinya.dirinya.  Bagi penganut aliran determinisme psikologisBagi penganut aliran determinisme psikologis tanggungjawab moral tidak ada artinya. Tindakantanggungjawab moral tidak ada artinya. Tindakan seseorang seringkali bersifat kompulsif/paksaanseseorang seringkali bersifat kompulsif/paksaan dan tidak terkontrol.dan tidak terkontrol.
  • 37. Kebebasan...Kebebasan...  Determinisme SosialDeterminisme Sosial ;; tingkah laku manusiatingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan atau struktur sosialditentukan oleh lingkungan atau struktur sosial yang melingkupinya.yang melingkupinya.  Menurut Karl Marx, kodrat manusia adalah seluruhMenurut Karl Marx, kodrat manusia adalah seluruh totalitas hubungan sosialnya yang ditentukan olehtotalitas hubungan sosialnya yang ditentukan oleh hubungan produksi.hubungan produksi.  Cara masyarakat berproduksi menentukanCara masyarakat berproduksi menentukan kehidupan sosial, politik, budaya, moral dankehidupan sosial, politik, budaya, moral dan keagamaan.keagamaan.  Determinisme Teologis;Determinisme Teologis; nasib manusia sudahnasib manusia sudah tersurat dalam rencana kebijaksanaan Tuhan.tersurat dalam rencana kebijaksanaan Tuhan. Ajaran predestinasi atau ajaran tentang suratanAjaran predestinasi atau ajaran tentang suratan nasib menganggap bahwa segala tingkah lakunasib menganggap bahwa segala tingkah laku manusia sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan,manusia sudah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan, manusia hanya menjalankan apa yang sudahmanusia hanya menjalankan apa yang sudah digariskandigariskan..
  • 38. Kebebasan...Kebebasan...  Argumen-argumen yang mendukung adanyaArgumen-argumen yang mendukung adanya kebebasankebebasan  Kesadaran langsung akan adanya kebebasan;Kesadaran langsung akan adanya kebebasan; Manusia sebagai seorang pribadi (person) dalamManusia sebagai seorang pribadi (person) dalam keputusan-keputusannya yang penting sadarkeputusan-keputusannya yang penting sadar bahwa dia menentukan dirinya.bahwa dia menentukan dirinya.  Misalnya, orang yang digoda, tergantung padaMisalnya, orang yang digoda, tergantung pada pribadi yang digoda itu apakah ia akanpribadi yang digoda itu apakah ia akan mempergunakan daya kemauannya untukmempergunakan daya kemauannya untuk melawan godaan atau membiarkan diri dikuasaimelawan godaan atau membiarkan diri dikuasai oleh dorongan-dorongan nafsunya.oleh dorongan-dorongan nafsunya.  Kesadaran mengandaikan adanya kebebasan;Kesadaran mengandaikan adanya kebebasan; ppertimbangan pro-kontra dilakukan, karenaertimbangan pro-kontra dilakukan, karena sungguh tergantung dari kita (subyek pelaku) kitasungguh tergantung dari kita (subyek pelaku) kita pilih yang mana?pilih yang mana?
  • 39. Kebebasan...Kebebasan...  Keyakinan akan adanya tanggungjawab pribadiKeyakinan akan adanya tanggungjawab pribadi;; pribadi seseorang bertumbuh sejalan denganpribadi seseorang bertumbuh sejalan dengan derajat tanggungjawab orang itu dan akan tindakan-derajat tanggungjawab orang itu dan akan tindakan- tindakannya. Kehidupan dalam masyarakat barutindakannya. Kehidupan dalam masyarakat baru bisa berjalan teratur kalau rasa tanggungjawab yangbisa berjalan teratur kalau rasa tanggungjawab yang mengandaikan kebebasan ini ada dan terjamin.mengandaikan kebebasan ini ada dan terjamin.  Kehidupan moral mengandaikan adanyaKehidupan moral mengandaikan adanya kebebasan;kebebasan; kehidupan moral (di mana manusiakehidupan moral (di mana manusia mengikatkan diri pada kewajiban moral sebagaimengikatkan diri pada kewajiban moral sebagai hukum yang bersifat mutlak, “hukum yang bersifat mutlak, “imperatif kategorisimperatif kategoris”)”) mengandaikan adanya kebebasan. Orang dikatakanmengandaikan adanya kebebasan. Orang dikatakan bebas diwajibkan untuk melakukan sesuatu kalaubebas diwajibkan untuk melakukan sesuatu kalau sesuatu itu dapat dilakukan dan juga bila ditolak.sesuatu itu dapat dilakukan dan juga bila ditolak.
  • 40. Kebebasan...Kebebasan...  Apakah suatu tindakan itu benar atau salah, pantas dipujiApakah suatu tindakan itu benar atau salah, pantas dipuji atau dicela, senantiasa mengandaikan adanya kebebasan.atau dicela, senantiasa mengandaikan adanya kebebasan.  Sistem peradilan dalam masyarakat mengandaikan manusiaSistem peradilan dalam masyarakat mengandaikan manusia bebas:bebas: Keteraturan dan kelangsungan kehidupan dalamKeteraturan dan kelangsungan kehidupan dalam masyarakat kita didasarkan atas suatu keyakinan bahwamasyarakat kita didasarkan atas suatu keyakinan bahwa manusia itu dapat dituntut pertanggungjawaban atasmanusia itu dapat dituntut pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, karena ia bebas.tindakan-tindakannya, karena ia bebas.  Orang yang dituduh berbuat jahat biasanya diperiksa pulaOrang yang dituduh berbuat jahat biasanya diperiksa pula alasan-alasan mengapa perbuatan itu ia lakukan. Bilaalasan-alasan mengapa perbuatan itu ia lakukan. Bila terbukti bahwa si pelaku kejahatan ternyata tidak warasterbukti bahwa si pelaku kejahatan ternyata tidak waras atau tidak dapat dikatakan sebagai sadar dan bebas, makaatau tidak dapat dikatakan sebagai sadar dan bebas, maka hal ini akan mempengaruhi keputusan pengadilan atashal ini akan mempengaruhi keputusan pengadilan atas dirinya, karena hal itu erat kaitan dengan derajatdirinya, karena hal itu erat kaitan dengan derajat pertanggungjawaban orang tersebut.pertanggungjawaban orang tersebut.
  • 41. Kebebasan...Kebebasan...  Beberapa pengertian tentang kebebasanBeberapa pengertian tentang kebebasan  Arti Umum;Arti Umum; kebebasankebebasan suatu keadaan tanpa penghalang,suatu keadaan tanpa penghalang, pembatas, paksaan, rintangan, beban, atau kewajiban yangpembatas, paksaan, rintangan, beban, atau kewajiban yang mengikat.mengikat.  Arti khusus 1;Arti khusus 1; Kesempurnaan eksistensiKesempurnaan eksistensi .. ManusiaManusia dikatakan ‘bebas’ dalam arti mencapai kesempurnaandikatakan ‘bebas’ dalam arti mencapai kesempurnaan eksistensinya kalau dia bisa melepaskan diri dari segalaeksistensinya kalau dia bisa melepaskan diri dari segala macam hal yang menghalangi perwujudan dirinya secaramacam hal yang menghalangi perwujudan dirinya secara penuh. Ia bisa melepaskan diri dari segala sesuatu yangpenuh. Ia bisa melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghalangi dirinya untuk mencapai kesempurnaanmenghalangi dirinya untuk mencapai kesempurnaan eksistensinya sebagai manusia.eksistensinya sebagai manusia.  Kebebasan dalam arti kesempurnaan eksistensiKebebasan dalam arti kesempurnaan eksistensi mengandaikan adanya pendirian atau prinsip hidup yangmengandaikan adanya pendirian atau prinsip hidup yang jelas dan diakui kebenarannya, sehingga orang tidak lagijelas dan diakui kebenarannya, sehingga orang tidak lagi terombang-ambing oleh pengaruh atau penentuan dari luar.terombang-ambing oleh pengaruh atau penentuan dari luar.
  • 42. Kebebasan...Kebebasan...  Orang bijak adalah orang bebas, karena diaOrang bijak adalah orang bebas, karena dia mempunyai pendirian sendiri dan sanggupmempunyai pendirian sendiri dan sanggup mempertanggungjawabkan pendirian itu kepadamempertanggungjawabkan pendirian itu kepada orang lain. Orang yang hidupnya suci yangorang lain. Orang yang hidupnya suci yang mengutamakan Allah di atas segalanya juga orangmengutamakan Allah di atas segalanya juga orang yang merdeka/bebas.yang merdeka/bebas.  Arti khusus 2:Arti khusus 2: Kemampuan kehendak manusiaKemampuan kehendak manusia untuk memilih dan menentukan diriuntuk memilih dan menentukan diri  Manusia berkat akalbudinya, mempunyaiManusia berkat akalbudinya, mempunyai otodeterminasi. Ia tidak sepenuhnya ditentukanotodeterminasi. Ia tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor luar seperti; biologis, psikologis,oleh faktor-faktor luar seperti; biologis, psikologis, lingkungan sosial, maupun rencana Allah).lingkungan sosial, maupun rencana Allah).  Manusia mempunyai kehendak bebas: ia bisaManusia mempunyai kehendak bebas: ia bisa mengambil sikap dan memilih mana di antaramengambil sikap dan memilih mana di antara kemungkingan-kemungkinan yang ada yang mau iakemungkingan-kemungkinan yang ada yang mau ia lakukan.lakukan.
  • 43. Kebebasan...Kebebasan...  Berkat akalbudinya manusia dapatBerkat akalbudinya manusia dapat memberikan arti dan arah kepada hidup danmemberikan arti dan arah kepada hidup dan karyanya; ia bisa menerima atau menolakkaryanya; ia bisa menerima atau menolak kemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilaikemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilai yang terus-menerus ditawarkan kepadanya.yang terus-menerus ditawarkan kepadanya.  Kehendak bebas erat kaitannya denganKehendak bebas erat kaitannya dengan akalbudi sebagai kemampuannya untukakalbudi sebagai kemampuannya untuk memilah-memilah, mempertimbangkan, danmemilah-memilah, mempertimbangkan, dan menilai. Hanya dengan kemampuanmenilai. Hanya dengan kemampuan semacam ini manusia dapat memberi artisemacam ini manusia dapat memberi arti dan arah kepada perbuatannya yangdan arah kepada perbuatannya yang dilakukan.dilakukan.
  • 44. Kebebasan...Kebebasan...  Kebebasan eksistensial;Kebebasan eksistensial; kebebasan fisik dan kebebasankebebasan fisik dan kebebasan rohani.rohani.  Kebebasan fisik berarti tidak adanya paksaan fisik atauKebebasan fisik berarti tidak adanya paksaan fisik atau kemampuan untuk menggerakkan badan sesuai dengankemampuan untuk menggerakkan badan sesuai dengan kehendaknya.kehendaknya.  Kebebasan fisik pada manusia bersumber padaKebebasan fisik pada manusia bersumber pada kebebasan rohani, yakni kemampuan manusia untukkebebasan rohani, yakni kemampuan manusia untuk menentukan sendiri apa yang dipikirkan dan untukmenentukan sendiri apa yang dipikirkan dan untuk melakukan apa yang dikehendaki.melakukan apa yang dikehendaki.  Kebebasan rohani manusia bersumber berakalbudi atauKebebasan rohani manusia bersumber berakalbudi atau rasional.rasional.  Kebebasan rohani ini tidak bisa dilanggar, karena manusiaKebebasan rohani ini tidak bisa dilanggar, karena manusia memikirkan apa yang mau dipikirkan dan menghendakimemikirkan apa yang mau dipikirkan dan menghendaki apa yang mau dikehendaki.apa yang mau dikehendaki.  Manusia merupakan kesatuan jasmani-rohani, karena ituManusia merupakan kesatuan jasmani-rohani, karena itu kebebasan fisik dan kebebasan rohani erat berkaitan.kebebasan fisik dan kebebasan rohani erat berkaitan.  Kebebasan rohani memperoleh perwujudan konkretnyaKebebasan rohani memperoleh perwujudan konkretnya dalam kebebasan fisikdalam kebebasan fisik
  • 45. Kebebasan...Kebebasan...  Arti khusus 3Arti khusus 3;; kebebasan sosial politikkebebasan sosial politik.. Kebebasan sosial-politik dapat dirumuskanKebebasan sosial-politik dapat dirumuskan sebagai syarat-syarat fisik, sosial, dan politiksebagai syarat-syarat fisik, sosial, dan politik yang harus terpenuhi agar manusia dapatyang harus terpenuhi agar manusia dapat melaksanakan kebebasannya untukmelaksanakan kebebasannya untuk mencapai kesempurnaan eksistensinya.mencapai kesempurnaan eksistensinya.  Kebebasan sosial politik disebut jugaKebebasan sosial politik disebut juga kebebasan demokratis. Di dalamnyakebebasan demokratis. Di dalamnya terkandung unsur-unsur seperti kebebasanterkandung unsur-unsur seperti kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan pers,berpikir dan berpendapat, kebebasan pers, kebebasan bertempat tinggal dan berpindahkebebasan bertempat tinggal dan berpindah tempat, beragama, bersekutu, dsb.tempat, beragama, bersekutu, dsb.
  • 46. Kebebasan...Kebebasan...  Kebebasan sosial-politik merupakan sesuatu yang perluKebebasan sosial-politik merupakan sesuatu yang perlu diperjuangkan, karena tanpa kontrol sosial, kekuasaandiperjuangkan, karena tanpa kontrol sosial, kekuasaan cenderung menindas kebebasan.cenderung menindas kebebasan.  Kebebasan, sebagaimana ditegaskan olehKebebasan, sebagaimana ditegaskan oleh UniversalUniversal Declaration of Human RightsDeclaration of Human Rights yang disahkan oleh Sidangyang disahkan oleh Sidang Umum PBB pada tgl. 10 Desember 1948, erat kaitannyaUmum PBB pada tgl. 10 Desember 1948, erat kaitannya dengan martabat manusia sebagai pribadi (persona).dengan martabat manusia sebagai pribadi (persona).  Kebebasan yang dianggap melekat pada martabat manusiaKebebasan yang dianggap melekat pada martabat manusia misalnya: bebas dari perbudakan (art.4), dari penyiksaanmisalnya: bebas dari perbudakan (art.4), dari penyiksaan (art.5), kebebasan untuk kawin atau tidak kawin (art.16),(art.5), kebebasan untuk kawin atau tidak kawin (art.16), kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama (art.18),kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama (art.18), kebebasan mengeluarkan pendapat (art.19), kebebasankebebasan mengeluarkan pendapat (art.19), kebebasan berhimpun (art. 20), kebebasan memilih sendiri pekerjaannyaberhimpun (art. 20), kebebasan memilih sendiri pekerjaannya (art.23).(art.23).  Dalam deklarasinya yang berjudul “Dignitatis Humanae”Dalam deklarasinya yang berjudul “Dignitatis Humanae” (“Martabat pribadi manusia”) pada tgl. 7 Desember 1965(“Martabat pribadi manusia”) pada tgl. 7 Desember 1965 Gereja Katolik juga menegaskan bahwa kebebasan beragamaGereja Katolik juga menegaskan bahwa kebebasan beragama itu bersumber pada martabat manusia dan bukan padaitu bersumber pada martabat manusia dan bukan pada kebenaran objektif keyakinan-keyakinan keagamaan.kebenaran objektif keyakinan-keyakinan keagamaan.
  • 47. Kebabasan...Kebabasan...  Kebebasan dan TanggungjawabKebebasan dan Tanggungjawab  Kemampuan kita untuk menentukan diriKemampuan kita untuk menentukan diri (kebebasan eksistensial kita) mesti kita jalankan(kebebasan eksistensial kita) mesti kita jalankan dengan baik. Sikap dan tindakan kita harus kitadengan baik. Sikap dan tindakan kita harus kita pertanggungjawabkan terhadap nilai -nilaipertanggungjawabkan terhadap nilai -nilai kemanusiaan yang sebenarnya, terhadap tugaskemanusiaan yang sebenarnya, terhadap tugas yang menjadi kewajiban kita, dan terhadap harapanyang menjadi kewajiban kita, dan terhadap harapan orang lain.orang lain.  Kewajiban objektif yang mengikat setiap manusiaKewajiban objektif yang mengikat setiap manusia pada nilai-nilai moral kemanusiaan dan keagamaanpada nilai-nilai moral kemanusiaan dan keagamaan bukan sesuatu yang menghilangkan kebebasan,bukan sesuatu yang menghilangkan kebebasan, melainkan justru menjadi suatu medan perwujudanmelainkan justru menjadi suatu medan perwujudan konkret penghayatan kebebasan.konkret penghayatan kebebasan.
  • 48. Kebebasan...Kebebasan...  Sikap moral otonomSikap moral otonom  Orang yang memiliki sikap moral otonom adalah orang yangOrang yang memiliki sikap moral otonom adalah orang yang menyadari bahwa kalau dia menaati apa yang menjadimenyadari bahwa kalau dia menaati apa yang menjadi kewajiban moralnya, ia tidak taat pada hukum yang melulukewajiban moralnya, ia tidak taat pada hukum yang melulu ditentukan dari luar, melainkan menaati hukum yang jugaditentukan dari luar, melainkan menaati hukum yang juga ditetapkan sendiri oleh akalbudinya.ditetapkan sendiri oleh akalbudinya.  Dia menaati hukum itu secara bebas, karena menyadariDia menaati hukum itu secara bebas, karena menyadari nilai-nilai manusiawi yang mau dijamin oleh hukum-hukumnilai-nilai manusiawi yang mau dijamin oleh hukum-hukum tersebut.tersebut.  Orang yang mempunyai sikap moralOrang yang mempunyai sikap moral heteronomheteronom melaksanakan peraturan dan hukum moral tanpa menyadarimelaksanakan peraturan dan hukum moral tanpa menyadari arti dan nilainya, dan hanya melaksanakannya karena iaarti dan nilainya, dan hanya melaksanakannya karena ia merasa takut untuk berlawanan dengan sikap orang-orangmerasa takut untuk berlawanan dengan sikap orang-orang lain di sekitarnyalain di sekitarnya  HeteronomiHeteronomi moral, sebagai penyelewengan sikap moralmoral, sebagai penyelewengan sikap moral yang sebenarnya, merupakan sikap yang merendahkanyang sebenarnya, merupakan sikap yang merendahkan martabat manusia, karena membuat orang tidak pernahmartabat manusia, karena membuat orang tidak pernah menghayati kebebasannya.menghayati kebebasannya.
  • 49. Kebebasan...Kebebasan...  Dalam masyarakat yang masih bersifatDalam masyarakat yang masih bersifat kolektif dan lebih berbudaya malu (kolektif dan lebih berbudaya malu (shameshame cultureculture) daripada berbudaya rasa salah () daripada berbudaya rasa salah (guiltguilt cultureculture), sikap moral otonom perlu lebih), sikap moral otonom perlu lebih diperjuangkan.diperjuangkan.  Alasannya adalah karena dalam masyarakatAlasannya adalah karena dalam masyarakat dengan budaya rasa malu yang kuat, tidakdengan budaya rasa malu yang kuat, tidak jarang terjadi bahwa orang sedia melakukanjarang terjadi bahwa orang sedia melakukan hal-hal yang secara moral tidak dapathal-hal yang secara moral tidak dapat dibenarkan sekedar untuk menutupi rasadibenarkan sekedar untuk menutupi rasa malu.malu.
  • 50. Suara HatiSuara Hati  ArtiArti  Suara hati adalah suara yang berasal dariSuara hati adalah suara yang berasal dari kedalaman hati yang menilai benar-salah ataukedalaman hati yang menilai benar-salah atau baik-buruknya suatu tindakan berdasarkan normabaik-buruknya suatu tindakan berdasarkan norma moral. Suara hati seringkali disebut suara Tuhan.moral. Suara hati seringkali disebut suara Tuhan.  Menurut John Henry Newman (1801-1890), suaraMenurut John Henry Newman (1801-1890), suara hati merupakan kesadaran manusia yang terdalamhati merupakan kesadaran manusia yang terdalam yang melampau keterbatasannya, yang menunjukyang melampau keterbatasannya, yang menunjuk pada realitas yang Mutlak yakni Allah, bdk. Rm,pada realitas yang Mutlak yakni Allah, bdk. Rm, 2,15.2,15.  Karena itu suara hati memiliki ciri personal dan adiKarena itu suara hati memiliki ciri personal dan adi personal.personal.
  • 51. Suara...Suara... Secara etimologis, suara hati, Latin disebutSecara etimologis, suara hati, Latin disebut conscientiaconscientia, dari, dari katakata conscireconscire yang berarti “mengetahui bersama” atau “turutyang berarti “mengetahui bersama” atau “turut mengetahui”.mengetahui”.  Jadi suara hati adalah suatu yang “turut mengetahui”Jadi suara hati adalah suatu yang “turut mengetahui” perbuatan-perbuatan moral kita dan memberi penilaianperbuatan-perbuatan moral kita dan memberi penilaian terhadapnya.terhadapnya.  Suara hati menjadi “saksi” dan sekaligus “hakim” yangSuara hati menjadi “saksi” dan sekaligus “hakim” yang menilai tindakan-tindakkan kita.menilai tindakan-tindakkan kita.  Suara hati mendasarkan diri pada hukum moral yangSuara hati mendasarkan diri pada hukum moral yang bukan ciptaan dari manusia, melainkan suatu hukum yangbukan ciptaan dari manusia, melainkan suatu hukum yang sudah ditetapkan atau digoreskan dalam hati manusia olehsudah ditetapkan atau digoreskan dalam hati manusia oleh Sang Pencipta.Sang Pencipta.  Manusia sebagai makhluk rasional ambil bagian dalamManusia sebagai makhluk rasional ambil bagian dalam hukum moral tersebut yang membuat manusia sadar danhukum moral tersebut yang membuat manusia sadar dan bebas.bebas.  Berkat rasionalitasnya, manusia menyadari bahwa hukumBerkat rasionalitasnya, manusia menyadari bahwa hukum moral sekaligus merupakan ketetapannya sendiri darimoral sekaligus merupakan ketetapannya sendiri dari dalam.dalam.
  • 52. Suara...Suara...  Jadi suara hati merupakan kesadaran manusiaJadi suara hati merupakan kesadaran manusia akan kewajiban moralnya dalam situasi konkretakan kewajiban moralnya dalam situasi konkret yang menilai benar-salahnya tindakan manusiayang menilai benar-salahnya tindakan manusia berdasarkan hukum moral.berdasarkan hukum moral.  Sebagai suatu kesadaran, suara hatiSebagai suatu kesadaran, suara hati mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.  Kesadaran menegaskan apa yang menjadiKesadaran menegaskan apa yang menjadi kewajiban moral; mana yang baik yang wajibkewajiban moral; mana yang baik yang wajib dilakukan dan mana yang tidak baik yang wajibdilakukan dan mana yang tidak baik yang wajib dihindarkan oleh seseorang dalam situasi konkret.dihindarkan oleh seseorang dalam situasi konkret.  Suara hati menjadi pedoman bagi manusia untukSuara hati menjadi pedoman bagi manusia untuk mengambil keputusan dalam situasi konkret.mengambil keputusan dalam situasi konkret.
  • 53. Suara...Suara...  Fakta adanya suara hatiFakta adanya suara hati  Contoh, Tina yang masih duduk sebagai mahasiswi semester IV STFTContoh, Tina yang masih duduk sebagai mahasiswi semester IV STFT “Fajar Timur” akibat pergaulan bebasnyan ia mengandung. Mobel teman“Fajar Timur” akibat pergaulan bebasnyan ia mengandung. Mobel teman kuliahnya sendiri dankuliahnya sendiri dan kekasihnya menghamilinya tidak maukekasihnya menghamilinya tidak mau bertanggungjawab.bertanggungjawab. Tina menjadi bingung dan kecewa sekali. Ibunya,Tina menjadi bingung dan kecewa sekali. Ibunya, seorang Katolik yang cukup saleh, sewaktu diberitahu mengenai kejadianseorang Katolik yang cukup saleh, sewaktu diberitahu mengenai kejadian yang menimpa anaknya, amat kaget dan sedih syang menimpa anaknya, amat kaget dan sedih sekali. Ia merasa maluekali. Ia merasa malu sekali, tetapi bagaimanapun juga ia (ibunya) tidak mau anaknyasekali, tetapi bagaimanapun juga ia (ibunya) tidak mau anaknya menggugurkan kandungan itu, karena baginya itu suatu dosa besar, yaknimenggugurkan kandungan itu, karena baginya itu suatu dosa besar, yakni membunuh manusia lemah yang tidak bersalah. Namun atas desakan pacarmembunuh manusia lemah yang tidak bersalah. Namun atas desakan pacar dan bapaknya sendiridan bapaknya sendiri (yang tidak mau aib keluarganya sampai terbuka)(yang tidak mau aib keluarganya sampai terbuka) Tina menggugurkan kandungannya.Tina menggugurkan kandungannya. Setelah kejadian ituSetelah kejadian itu Tina terusTina terus menerus dihantui oleh rasa salahmenerus dihantui oleh rasa salah dan merasa kasihan sekali pada ibunyadan merasa kasihan sekali pada ibunya yang sering nampak sedih. Meskipun ia tidak sesaleh ibunya, dalam hatiyang sering nampak sedih. Meskipun ia tidak sesaleh ibunya, dalam hati kecil dia pun menyadari bahwakecil dia pun menyadari bahwa menggugurkan kandungan itu secara moralmenggugurkan kandungan itu secara moral tidak dapat dibenarkantidak dapat dibenarkan, karena itu berarti i, karena itu berarti ia lari dari tanggungjawab atasa lari dari tanggungjawab atas perbuatannya sendiri sambil mengorbankan pihak lemah yang tidakperbuatannya sendiri sambil mengorbankan pihak lemah yang tidak bersalahbersalah. Kenyataan bahwa dengan digugurkannya kandungan itu ia. Kenyataan bahwa dengan digugurkannya kandungan itu ia sekarang masih dapat melanjutkan kuliah dan bahwa ada juga teman lainsekarang masih dapat melanjutkan kuliah dan bahwa ada juga teman lain yang berbuat begitu, sama sekali tidak dapat menghilangkan rasa salahyang berbuat begitu, sama sekali tidak dapat menghilangkan rasa salah yang terus menghantuinyayang terus menghantuinya..
  • 54. Suara...Suara...  Kesadaran seseorang akan kewajiban moralnya dalam situasiKesadaran seseorang akan kewajiban moralnya dalam situasi konkret, suara hati hadir semacam sesuatukonkret, suara hati hadir semacam sesuatu yang penuhyang penuh otoritas;otoritas;  1)1) mencela perbuatan Tina menggugurkan kandungannya.mencela perbuatan Tina menggugurkan kandungannya.  Celaan dari dalam hati Tina menimbulkan rasa salah, sedihCelaan dari dalam hati Tina menimbulkan rasa salah, sedih dan kecewa pada dirinya.dan kecewa pada dirinya.  Ia telah gagal memenuhi kewajiban moralnya sebagaiIa telah gagal memenuhi kewajiban moralnya sebagai manusia.manusia.  2)2) memuji, atau mendorong seseorang untuk secara positifmemuji, atau mendorong seseorang untuk secara positif melaksanakan kewajiban moralnyamelaksanakan kewajiban moralnya..  Hal ini membawa kegembiraan, kepuasan, keberanian danHal ini membawa kegembiraan, kepuasan, keberanian dan peneguhan bagi si pelaku moral. Pilihan dan keputusanpeneguhan bagi si pelaku moral. Pilihan dan keputusan hatinya untuk melakukan apa yang sesuai dengan kewajibanhatinya untuk melakukan apa yang sesuai dengan kewajiban moralnya itu bisa jadi menimbulkan risiko pengorbanan danmoralnya itu bisa jadi menimbulkan risiko pengorbanan dan kesulitan yang harus dihadapi, Tina marah dari ayah dankesulitan yang harus dihadapi, Tina marah dari ayah dan pacarnya.pacarnya.  Suara hati di sini berfungsi sebagai penguat dan peneguh,Suara hati di sini berfungsi sebagai penguat dan peneguh, sehingga orang tidak gentar untuk menanggung risiko tersebutsehingga orang tidak gentar untuk menanggung risiko tersebut
  • 55. Suara...Suara...  Bila Tina sadar dan kuat dalam pendiriannya bahwaBila Tina sadar dan kuat dalam pendiriannya bahwa menggugurkan kandungannya untuk menutupi aib keluargamenggugurkan kandungannya untuk menutupi aib keluarga dan bebas dari kerepotan, secara moral tidak dapatdan bebas dari kerepotan, secara moral tidak dapat dibenarkan.dibenarkan.  Tetapi bila Tina tidak malu, termasuk bila dimarahi olehTetapi bila Tina tidak malu, termasuk bila dimarahi oleh bapaknya dan bahkan tidak diakui sebagai anak, Tina tetapbapaknya dan bahkan tidak diakui sebagai anak, Tina tetap tidak mau menggugurkan kandungannya, maka suaratidak mau menggugurkan kandungannya, maka suara hatinya berfungsi secara positif.hatinya berfungsi secara positif.  Ia akan diajak untuk berani mengakui kesalahannya danIa akan diajak untuk berani mengakui kesalahannya dan menanggung risiko perbuatannya.menanggung risiko perbuatannya.  Kalau ia berhasil mengalahkan macam-macam godaanKalau ia berhasil mengalahkan macam-macam godaan untuk melarikan diri dari tanggungjawab moralnya, maka iauntuk melarikan diri dari tanggungjawab moralnya, maka ia akan merasakan bagaimana suara hatinya meneguhkanakan merasakan bagaimana suara hatinya meneguhkan dan menguatkan langkahnya.dan menguatkan langkahnya.  Kendati bukan tanpa tantangan dan kesulitan, ia akanKendati bukan tanpa tantangan dan kesulitan, ia akan memperoleh rasa aman atau kedamaian batin yangmemperoleh rasa aman atau kedamaian batin yang mendalam, karena ia tidak kehilangan harapan.mendalam, karena ia tidak kehilangan harapan.
  • 56. Suara...Suara...  Suara hati merupakan dasar otonomi manusia,Suara hati merupakan dasar otonomi manusia, karena menyadari apa yang menjadi kewajibankarena menyadari apa yang menjadi kewajiban manusia dalam situasi konkret, suara hatimanusia dalam situasi konkret, suara hati memampukan manusia untuk menentukan dirimemampukan manusia untuk menentukan diri bebas dari penentuan pihak luar.bebas dari penentuan pihak luar.  Manusia sebagai makhluk sosial, memang perluManusia sebagai makhluk sosial, memang perlu mendengarkan dan memperhatikan suara hati danmendengarkan dan memperhatikan suara hati dan pertimbangan orang lain di sekitarnya namunpertimbangan orang lain di sekitarnya namun masukkan dari luar itu belum tentu sesuai denganmasukkan dari luar itu belum tentu sesuai dengan suara hatinya.suara hatinya.  Penegasan suara hati dapat bertentangan denganPenegasan suara hati dapat bertentangan dengan perintah, larangan, atau pun kebiasaan yangperintah, larangan, atau pun kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, dalam kejadian sepertiberlaku dalam masyarakat, dalam kejadian seperti itu justru semakin menjadi nyata bahwa suara hatiitu justru semakin menjadi nyata bahwa suara hati memang menjadi pangkal otonomi manusia.memang menjadi pangkal otonomi manusia.
  • 57. Suara...Suara...  Kemutlakan Suara HatiKemutlakan Suara Hati  Ciri pokok yang menandai suara hati adalah sifatCiri pokok yang menandai suara hati adalah sifat kemutlakannya.kemutlakannya.  Artinya, penegasan suara hati tidak dapat ditawar-Artinya, penegasan suara hati tidak dapat ditawar- tawar keberlakuannya.tawar keberlakuannya.  Kesadaran Tina bahwa tindakan menggugurkanKesadaran Tina bahwa tindakan menggugurkan kandungannya itu salah secara moral, tetap tidakkandungannya itu salah secara moral, tetap tidak dapat dia tawar-tawar.dapat dia tawar-tawar.  Kendati ia tolak kesadaran tersebut tetapKendati ia tolak kesadaran tersebut tetap menyatakan dirinya, yakni berupa rasa salah yangmenyatakan dirinya, yakni berupa rasa salah yang terus mengejarnya.terus mengejarnya.  Sifat kemutlakan suara hati terletak dalamSifat kemutlakan suara hati terletak dalam kenyataan bahwa suara hati tidak dapat dibungkamkenyataan bahwa suara hati tidak dapat dibungkam oleh pertimbangan2 yang sepintas yangoleh pertimbangan2 yang sepintas yang menguntungkan untuk diri sendiri dan orang lain.menguntungkan untuk diri sendiri dan orang lain.
  • 58. Suara...Suara...  Kemutlakan suara hati menurut Henry NewmanKemutlakan suara hati menurut Henry Newman didasarkan pada realitas Tuhan sebagai Yangdidasarkan pada realitas Tuhan sebagai Yang Mutlak. Dalam suara hati ada unsur rasaMutlak. Dalam suara hati ada unsur rasa kesadaran akan kewajiban (kesadaran akan kewajiban (sense of dutysense of duty) yang) yang berlaku mutlak.berlaku mutlak.  Namun suara hati tidak identik dengan suaraNamun suara hati tidak identik dengan suara Tuhan, karena suara hati, sebagai ungkapanTuhan, karena suara hati, sebagai ungkapan pemahaman dan kesadaran manusia yangpemahaman dan kesadaran manusia yang terbatas.terbatas.  Suara hati tetap merupakan ungkapan pemahamanSuara hati tetap merupakan ungkapan pemahaman dan kesadaran yang terbatas dari manusiadan kesadaran yang terbatas dari manusia pemiliknya.pemiliknya.  Yang mutlak adalah tuntutannya untuk melakukanYang mutlak adalah tuntutannya untuk melakukan apa yang disadarinya sebagai kewajiban moralapa yang disadarinya sebagai kewajiban moral dalam situasi konkret, dan bukan bahwa isidalam situasi konkret, dan bukan bahwa isi kewajiban itu mutlak benar.kewajiban itu mutlak benar.
  • 59. Suara...Suara...  Kekeliruan Suara HatiKekeliruan Suara Hati  Tuntutan suara hati bersifat mutlak/wajib diikuti bisa sajaTuntutan suara hati bersifat mutlak/wajib diikuti bisa saja keliru.keliru.  Suara hati sebagai ungkapan pemahaman danSuara hati sebagai ungkapan pemahaman dan kesadaran moral manusia tidak mempunyai sifat bawaankesadaran moral manusia tidak mempunyai sifat bawaan karena itu dinamis dalam arus perkembangan sejarah.karena itu dinamis dalam arus perkembangan sejarah.  Berfungsi atau tidaknya suara hati seseorang dalamBerfungsi atau tidaknya suara hati seseorang dalam menilai situasi moral yang dihadapinya, tergantung darimenilai situasi moral yang dihadapinya, tergantung dari pemahaman dan kesadaran moral orang yangpemahaman dan kesadaran moral orang yang memilikinya.memilikinya.  Tingkat kedewasaan, latar belakang keluarga,Tingkat kedewasaan, latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial, dan budaya seseorangpendidikan, status sosial, dan budaya seseorang misalnya ikut mewarnai pemahaman dan kesadaranmisalnya ikut mewarnai pemahaman dan kesadaran moralnya.moralnya.  Suara hati seseorang, pemahaman dan kesadaranSuara hati seseorang, pemahaman dan kesadaran moralnya, dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkunganmoralnya, dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan.tempat ia lahir dan dibesarkan.
  • 60. Suara...Suara...  Walaupun adanya pengaruh lingkungan dalam pembentukanWalaupun adanya pengaruh lingkungan dalam pembentukan suara hati namun suara hati tetap menjadi pangkal otonomisuara hati namun suara hati tetap menjadi pangkal otonomi manusia, dan hal itu menjadi semakin nyata pada saat suara hatimanusia, dan hal itu menjadi semakin nyata pada saat suara hati mampu menegaskan apa yang secara moral wajib ia laksanakan,mampu menegaskan apa yang secara moral wajib ia laksanakan, termasuk bila tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengantermasuk bila tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan perintah, larangan, dan kebiasaan yang ada dalamperintah, larangan, dan kebiasaan yang ada dalam masyarakatnya.masyarakatnya.  Suara hati bisa keliru dalam menegaskan apa yang menjadiSuara hati bisa keliru dalam menegaskan apa yang menjadi kewajiban moral dalam situasi konkret juga disebabkankewajiban moral dalam situasi konkret juga disebabkan seseorang belum sepenuhnya bebas dari nafsu-nafsu yangseseorang belum sepenuhnya bebas dari nafsu-nafsu yang menguasai dirinya.menguasai dirinya.  Misalnya bagi orang yang sudah ketagihan untuk memuaskan diriMisalnya bagi orang yang sudah ketagihan untuk memuaskan diri di tempat pelacuran, dapat terjadi bahwa lama kelamaan suaradi tempat pelacuran, dapat terjadi bahwa lama kelamaan suara hatinya tidak merasa terusik lagi, dan bahkan karena mekanismehatinya tidak merasa terusik lagi, dan bahkan karena mekanisme pembenaran diri (pembenaran diri (rasionalisasirasionalisasi) ia dapat menemukan alasan-) ia dapat menemukan alasan- alasan yang sepertinya dapat membenarkan perbuatannya.alasan yang sepertinya dapat membenarkan perbuatannya.  Demikian pula kalau pemahamannya tentang moralitas meluluDemikian pula kalau pemahamannya tentang moralitas melulu terbatas pada hal-hal yang menyangkut seksualitas, suaraterbatas pada hal-hal yang menyangkut seksualitas, suara hatinya menjadi tumpul terhadap berbagai pelanggaran moral dihatinya menjadi tumpul terhadap berbagai pelanggaran moral di luar bidang seksualitas. Misalnya dalam hal ketidakadilan,luar bidang seksualitas. Misalnya dalam hal ketidakadilan, ketidakjujuran, dsb.ketidakjujuran, dsb.
  • 61. Suara...Suara...  Keraguan Suara HatiKeraguan Suara Hati  Kenyataan bahwa penegasan suara hati tentang apa yangKenyataan bahwa penegasan suara hati tentang apa yang secara konkret menjadi kewajiban moral seseorang itu dapatsecara konkret menjadi kewajiban moral seseorang itu dapat keliru, dapat membuat orang mengalami keraguan tentangkeliru, dapat membuat orang mengalami keraguan tentang mana sebenarnya yang menjadi kewajiban moralnya secaramana sebenarnya yang menjadi kewajiban moralnya secara konkret.konkret.  Untuk bisa terhindar dari keraguan itu, perlu bertanya kepadaUntuk bisa terhindar dari keraguan itu, perlu bertanya kepada mereka yang lebih kompeten, kesediaan untuk meningkatkanmereka yang lebih kompeten, kesediaan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan menilai dalampengetahuan, pemahaman dan kemampuan menilai dalam perkara-perkara moral.perkara-perkara moral.  Keraguan dapat diatasi dengan informasi yang perlu untukKeraguan dapat diatasi dengan informasi yang perlu untuk memperjelas dan membantu kita agar lebih obyektif menilaimemperjelas dan membantu kita agar lebih obyektif menilai situasi.situasi.  Bila keraguan itu tidak disebabkan oleh kurangnya informasi,Bila keraguan itu tidak disebabkan oleh kurangnya informasi, tetapi karena orangnya yang peragu.tetapi karena orangnya yang peragu.  Sikap peragu dapat dikatakan sebagai salah satu kelemahanSikap peragu dapat dikatakan sebagai salah satu kelemahan psikologis.psikologis.
  • 62. Suara...Suara...  Kalau keputusan sudah tidak dapat ditunda lagi,Kalau keputusan sudah tidak dapat ditunda lagi, atau kalau setelah mencari tambahan informasiatau kalau setelah mencari tambahan informasi dan melakukan banyak pertimbangan, orang masihdan melakukan banyak pertimbangan, orang masih tetap ragu-ragu, para moralis umumnya menyetujuitetap ragu-ragu, para moralis umumnya menyetujui bahwa dalam situasi seperti itu orang bebas untukbahwa dalam situasi seperti itu orang bebas untuk mengikuti pilihan manapun yang dia insafi sebagaimengikuti pilihan manapun yang dia insafi sebagai yang paling baik.yang paling baik.  Seandainya pilihan itu setelah dilaksanakanSeandainya pilihan itu setelah dilaksanakan ternyata salah, kalau seluruh prosedurternyata salah, kalau seluruh prosedur pertimbangan yang secara wajar dituntut sudah iapertimbangan yang secara wajar dituntut sudah ia lakukan, secara moral ia tidak dapat dipersalahkan.lakukan, secara moral ia tidak dapat dipersalahkan.  Setelah menyadari kesalahannya, orang wajibSetelah menyadari kesalahannya, orang wajib untuk meluruskan pemahaman dan penilaiannya,untuk meluruskan pemahaman dan penilaiannya, sehingga pada kesempatan lain di kemudian hari iasehingga pada kesempatan lain di kemudian hari ia tidak membuat kesalahan yang sama.tidak membuat kesalahan yang sama.
  • 63. Suara...Suara...  Pendidikan Suara HatiPendidikan Suara Hati  Adanya kekeliruan dan keraguan suara hati makaAdanya kekeliruan dan keraguan suara hati maka perlu adanya pendidikan suara hati.perlu adanya pendidikan suara hati.  Pendidikan suara hati dimaksudkan untukPendidikan suara hati dimaksudkan untuk memperdalam, dan mengembangkan pemahamanmemperdalam, dan mengembangkan pemahaman dan sikap moral kita, sehingga suara hati kitadan sikap moral kita, sehingga suara hati kita dapat semakin tepat atau sesuai dengan normadapat semakin tepat atau sesuai dengan norma dan kenyataan moral objektif dalam situasidan kenyataan moral objektif dalam situasi konkret.konkret.  Pendidikan ini akan melibatkan dimensiPendidikan ini akan melibatkan dimensi pengetahuan (kognitif), dimensi rasa ataupengetahuan (kognitif), dimensi rasa atau kepekaan hati (afektif), dimensi kehendakkepekaan hati (afektif), dimensi kehendak (konatif), maupun dimensi kebiasaan untuk(konatif), maupun dimensi kebiasaan untuk berbuat baik.berbuat baik.
  • 64. Suara...Suara...  Dalam dimensi kognitifDalam dimensi kognitif, pendidikan suara hati merupakan, pendidikan suara hati merupakan usaha untuk bersedia terus- menerus belajar gunausaha untuk bersedia terus- menerus belajar guna meningkatkan pengetahuan dan pengertian moral kitameningkatkan pengetahuan dan pengertian moral kita sehingga tidak menjadi sesuatu yang statis dan dogmatis.sehingga tidak menjadi sesuatu yang statis dan dogmatis. Hal ini mengandaikan adanya sikap rendah hati untuk relaHal ini mengandaikan adanya sikap rendah hati untuk rela bertanya pada mereka yang dianggap lebih kompeten ataubertanya pada mereka yang dianggap lebih kompeten atau ahli, atau pada mereka yang lebih berpengalaman.ahli, atau pada mereka yang lebih berpengalaman.  Dalam dimensi afektifDalam dimensi afektif, pendidikan suara hati perlu untuk, pendidikan suara hati perlu untuk menumbuhkan citarasa moral atau kepekaan hati terhadapmenumbuhkan citarasa moral atau kepekaan hati terhadap apa yang memang baik atau secara objektif bernilai,apa yang memang baik atau secara objektif bernilai, merangsang kemampuan kita untuk membedakan apa yangmerangsang kemampuan kita untuk membedakan apa yang perlu dihindarkan.perlu dihindarkan.  Dimensi afektif bisa dikembang dengan menyaksikan sendiriDimensi afektif bisa dikembang dengan menyaksikan sendiri bagaimana nilai-nilai dan sikap-sikap moral yang pantasbagaimana nilai-nilai dan sikap-sikap moral yang pantas dicita-citakan itu dihayati dan ditampilkan oleh figur-figurdicita-citakan itu dihayati dan ditampilkan oleh figur-figur model yang berpengaruh dan pantas diteladani. Keutamaanmodel yang berpengaruh dan pantas diteladani. Keutamaan moral tidak lagi menjadi suatu yang abstrak tetapi konkretmoral tidak lagi menjadi suatu yang abstrak tetapi konkret diejawantahkan dalam pribadi-pribadi yang hidup.diejawantahkan dalam pribadi-pribadi yang hidup.
  • 65. Suara...Suara...  Dalam dimensi konatif, pendidikan moral bertujuan untukDalam dimensi konatif, pendidikan moral bertujuan untuk mengembangkan kehendak atau tekad moral yang kuatmengembangkan kehendak atau tekad moral yang kuat sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruansehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan dalam penegasan suara hatinya. Orang yang kehendaknyadalam penegasan suara hatinya. Orang yang kehendaknya lemah,lemah, akrasiaakrasia dalam kosa kata Aristoteles, mudah jatuh kedalam kosa kata Aristoteles, mudah jatuh ke dalam godaan untuk tidak melaksanakan apa yang secaradalam godaan untuk tidak melaksanakan apa yang secara kognitif dipahami dan bahkan diyakininya sebagai benar.kognitif dipahami dan bahkan diyakininya sebagai benar.  Kehendak kuat dapat dilatih dengan beraskese atauKehendak kuat dapat dilatih dengan beraskese atau matiraga dan beringkar diri, mawas diri, tidak membiarkanmatiraga dan beringkar diri, mawas diri, tidak membiarkan diri dikuasai atau ditentukan oleh dorongan-dorongandiri dikuasai atau ditentukan oleh dorongan-dorongan perasaan spontannya saja (suka tidak suka, enak tidakperasaan spontannya saja (suka tidak suka, enak tidak enak, marah, benci, iri dsb.) tetapi mencoba menguasai diri.enak, marah, benci, iri dsb.) tetapi mencoba menguasai diri.  Keutamaan-keutamaan moral tumbuh berkat pembiasaanKeutamaan-keutamaan moral tumbuh berkat pembiasaan untuk bertindak baik. Kebiasaan untuk bertindak baik harusuntuk bertindak baik. Kebiasaan untuk bertindak baik harus disertai dengan sikap kritis yang dapat ditumbuhkan berkatdisertai dengan sikap kritis yang dapat ditumbuhkan berkat pengembangan dimensi kognitif, akan kurang memadai.pengembangan dimensi kognitif, akan kurang memadai.
  • 66. Suara...Suara...  Rasionalitas Suara HatiRasionalitas Suara Hati  Suara hati mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi.Suara hati mengandaikan adanya pertimbangan akalbudi. Bila suara hati dinyatakan sebagai suatu kebenaran objektifBila suara hati dinyatakan sebagai suatu kebenaran objektif dan rasional, harus diuji kebenarannya secara intersubjektif,dan rasional, harus diuji kebenarannya secara intersubjektif, apa yang disadari sebagai kewajiban moral dalam situasiapa yang disadari sebagai kewajiban moral dalam situasi konkret itu dapat dinyatakan sebagai suatu yang didasarkankonkret itu dapat dinyatakan sebagai suatu yang didasarkan atas prinsip yang berlaku umum atau tidak?atas prinsip yang berlaku umum atau tidak?  Ini tidak berarti bahwa setiap orang senyatanya akanIni tidak berarti bahwa setiap orang senyatanya akan menilai dan mengambil keputusan yang persis sama, tetapimenilai dan mengambil keputusan yang persis sama, tetapi bahwa seharusnya setiap orang yang berada dalam situasibahwa seharusnya setiap orang yang berada dalam situasi yang sama akan sependapat dengan penilaian danyang sama akan sependapat dengan penilaian dan pengambilan keputusan tersebut.pengambilan keputusan tersebut.  Jadi apa yang dalam suara hati disadari oleh seseorangJadi apa yang dalam suara hati disadari oleh seseorang sebagai kewajibannya, merupakan kewajiban bagi siapasebagai kewajibannya, merupakan kewajiban bagi siapa saja yang berada dalam situasi yang kurang lebih samasaja yang berada dalam situasi yang kurang lebih sama dengan situasi tersebut.dengan situasi tersebut.
  • 67. Bab VI: TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORALBab VI: TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL MENURUT L. KOHLBERGMENURUT L. KOHLBERG  Lawrence Kohlberg adalah seorang ahlLawrence Kohlberg adalah seorang ahli pendidikani pendidikan dan psikologi perkembangan yang telahdan psikologi perkembangan yang telah mengadakan penelitian di pelbagai tempat dimengadakan penelitian di pelbagai tempat di Amerika, Eropa dan Asia, kesadaran moralAmerika, Eropa dan Asia, kesadaran moral manusia mengalami perkembangan mulai dari tarafmanusia mengalami perkembangan mulai dari taraf yang sifatnya masih ke kanak-kanakan sampai keyang sifatnya masih ke kanak-kanakan sampai ke kesadaran moral yang dewasa.kesadaran moral yang dewasa.  Ia membedakan tiga tingkat dan enam tahapIa membedakan tiga tingkat dan enam tahap perkembangan, tingkat dan tahap kesadaran moralperkembangan, tingkat dan tahap kesadaran moral  Yang berbeda dari satu individu ke individu yangYang berbeda dari satu individu ke individu yang lain adalah tahap mana yang menjadi tahaplain adalah tahap mana yang menjadi tahap terakhir yang dicapai karena kebanyakan orangterakhir yang dicapai karena kebanyakan orang menurut Kohlberg dalam perkembangan kesadaranmenurut Kohlberg dalam perkembangan kesadaran moralnya tidak mencapai tahap yang ke-6.moralnya tidak mencapai tahap yang ke-6.
  • 68. Tahap-tahap...Tahap-tahap...  Dasar epistemologis penelitian Kohlberg adalah menyelidikiDasar epistemologis penelitian Kohlberg adalah menyelidiki perkembangan psikologi kognitif.perkembangan psikologi kognitif.  Dasar epistemologis ini dengan sendirinya menolak pahamDasar epistemologis ini dengan sendirinya menolak paham emotivisme yang menganggap kesadaran dan keputusanemotivisme yang menganggap kesadaran dan keputusan moral hanyalah perkara perasaan belaka.moral hanyalah perkara perasaan belaka.  Dasar pertimbangan dan keputusan moral menurutDasar pertimbangan dan keputusan moral menurut Kohlberg mengandung proses pengertian akal budi atauKohlberg mengandung proses pengertian akal budi atau bersifat rasional.bersifat rasional.  Menurut Kohlberg makin tinggi tahap kesadaran moralMenurut Kohlberg makin tinggi tahap kesadaran moral seseorang, makin ‘dewasa’, ‘matang’ dan ‘bertanggungseseorang, makin ‘dewasa’, ‘matang’ dan ‘bertanggung jawab’ sikap-sikap moralnya.jawab’ sikap-sikap moralnya.  Tahap ke-6 dalam teori perkembangan moral KohlbergTahap ke-6 dalam teori perkembangan moral Kohlberg adalah tahap yang tertinggi berdasarkan kriteria keluasanadalah tahap yang tertinggi berdasarkan kriteria keluasan persepsi mengenai norma-norma dan tanggungjawab moralpersepsi mengenai norma-norma dan tanggungjawab moral kebulatan identitas diri yang otonom.kebulatan identitas diri yang otonom.
  • 69. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Isi pokok teori KohlbergIsi pokok teori Kohlberg  Tingkat Pra-KonvensionalTingkat Pra-Konvensional  Pada tahap ini anak memahami norma, aturan sosial,Pada tahap ini anak memahami norma, aturan sosial, penilaian baik-buruk, benar-salah, dalam kaitan denganpenilaian baik-buruk, benar-salah, dalam kaitan dengan akibat fisik yang dirasakan.akibat fisik yang dirasakan.  Sesuatu dianggap baik/benar kalau itu secara fisikSesuatu dianggap baik/benar kalau itu secara fisik mengenakkan, dan sebaliknya buruk/salah kalau tidakmengenakkan, dan sebaliknya buruk/salah kalau tidak mengenakkan.mengenakkan.  Aturan diataati karena takut di hukuman.Aturan diataati karena takut di hukuman.  Taat kepada orang yang lebih kuasa karena takutTaat kepada orang yang lebih kuasa karena takut dihukum dan mengharapkan ganjaran. Pandangandihukum dan mengharapkan ganjaran. Pandangan dasar adalah egois dandasar adalah egois dan hedonistikhedonistik. Identitas diri bersifat. Identitas diri bersifat alamiah (bersifat perasaan inderawi spontan).alamiah (bersifat perasaan inderawi spontan).
  • 70. Tahap-tahap...Tahap-tahap...  Tahap 1: Orientasi hukuman dan ketaatanTahap 1: Orientasi hukuman dan ketaatan  Benar/salahnya tindakan ditentukan berdasarkan akibatBenar/salahnya tindakan ditentukan berdasarkan akibat fisik dari suatu tindakan. Menghindari hukuman danfisik dari suatu tindakan. Menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan untuk menghindarkan diri daritunduk pada kekuasaan untuk menghindarkan diri dari pengalaman yang tidak enak. Kepentingan orang lainpengalaman yang tidak enak. Kepentingan orang lain tidak diperhitungkan.tidak diperhitungkan.  Tahap 2: Orientasi perhitungan untung-rugiTahap 2: Orientasi perhitungan untung-rugi  Tindakan yang benar adalah tindakan yang secaraTindakan yang benar adalah tindakan yang secara instrumental menunjang kebutuhan dirinya dan kadang-instrumental menunjang kebutuhan dirinya dan kadang- kadang kebutuhan orang lain. Hubungan dengan orangkadang kebutuhan orang lain. Hubungan dengan orang lain bersifat tawar-menawar. Orang tetap bertolak darilain bersifat tawar-menawar. Orang tetap bertolak dari kepentingannya yang egois untuk memperoleh yang enakkepentingannya yang egois untuk memperoleh yang enak dan menghindari yang tidak enak.dan menghindari yang tidak enak. Kepentingan orang lainKepentingan orang lain diperhatikan sejauh itu menjadi syarat pemenuhandiperhatikan sejauh itu menjadi syarat pemenuhan kepentingannya sendiri. (Aku memberi agar engkaukepentingannya sendiri. (Aku memberi agar engkau memberi, (memberi, (reciprosityreciprosity). “Aku mau menggarukkan). “Aku mau menggarukkan punggungmu yang gatal asal kamu juga maupunggungmu yang gatal asal kamu juga mau menggarukkan punggungku yang gatal.”menggarukkan punggungku yang gatal.”
  • 71. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Tingkat KonvensionalTingkat Konvensional  Mempertahankan keselarasan dengan kelompok agar dinilai baik.Mempertahankan keselarasan dengan kelompok agar dinilai baik. Mengidentifikasikan diri dengan kelompok. Melakukan kewajibanMengidentifikasikan diri dengan kelompok. Melakukan kewajiban supaya dipuji dan agar diterima oleh kelompok. Kelompok tidak lagisupaya dipuji dan agar diterima oleh kelompok. Kelompok tidak lagi dipandang sebagai sarana bagi pemenuhan kebutuhan egoisnya,dipandang sebagai sarana bagi pemenuhan kebutuhan egoisnya, melainkan bernilai pada dirinya sendiri. Identitas seseorang ditemukanmelainkan bernilai pada dirinya sendiri. Identitas seseorang ditemukan dalam pengambilan peranan yang diberikan kepadanya olehdalam pengambilan peranan yang diberikan kepadanya oleh kelompok.kelompok.  Tahap 3: Orientasi pada kelompok akrabTahap 3: Orientasi pada kelompok akrab  Manusia pada tahap ini mulai mencarai popularitas dirinya, berbuatManusia pada tahap ini mulai mencarai popularitas dirinya, berbuat baik supaya dipuji dan punya banyak kenalan yang akrab dengannya.baik supaya dipuji dan punya banyak kenalan yang akrab dengannya. Ia senang apabila dianggap sebagai “anak yang alim” (good boy, niceIa senang apabila dianggap sebagai “anak yang alim” (good boy, nice girl). Tingkah laku yang benar adalah tingkah laku yang sama dengangirl). Tingkah laku yang benar adalah tingkah laku yang sama dengan apa yang dianggap ‘cocok’ atau ‘pantas’/’tepat’ dalam kelompoknya.apa yang dianggap ‘cocok’ atau ‘pantas’/’tepat’ dalam kelompoknya.  Tahap 4: Orientasi hukum dan tatananTahap 4: Orientasi hukum dan tatanan  Pada tahap ini manusia berorientasi pada kekuasaan hukum yangPada tahap ini manusia berorientasi pada kekuasaan hukum yang mapan dan pelestarian tatanan sosial. Perspektif meluas ke kesatuanmapan dan pelestarian tatanan sosial. Perspektif meluas ke kesatuan sosial. Kelakuannya disesuaikan dengan aturan/tuntutan kesatuansosial. Kelakuannya disesuaikan dengan aturan/tuntutan kesatuan sosial. Patuh pada peraturan. Masing-masing dituntut melaksanakansosial. Patuh pada peraturan. Masing-masing dituntut melaksanakan kewajiban sosialnya.kewajiban sosialnya.
  • 75. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Tingkat Pasca-KonvensionalTingkat Pasca-Konvensional  Manusia pada tahap ini berusaha untuk memahami nilai-nilai moral dan prinsip-Manusia pada tahap ini berusaha untuk memahami nilai-nilai moral dan prinsip- prinsip kasahihannya (prinsip kasahihannya (validityvalidity) dan penerapan lebih luas dari pada apa yang) dan penerapan lebih luas dari pada apa yang ditetapkan oleh yang berwenang dalam kelompok atau kesatuan sosialnyaditetapkan oleh yang berwenang dalam kelompok atau kesatuan sosialnya sendiri.sendiri. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut diterima karena dianggap benarNilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut diterima karena dianggap benar pada dirinya sendiri.pada dirinya sendiri.  Tahap 5: Orientasi perjajian sosial dan keadilanTahap 5: Orientasi perjajian sosial dan keadilan  Tahap ini bernada utilitaristik. Ukuran baik-buruknya suatu tindakan adalahTahap ini bernada utilitaristik. Ukuran baik-buruknya suatu tindakan adalah patokan yang telah diperiksa secara kritis dan disetujui bersama olehpatokan yang telah diperiksa secara kritis dan disetujui bersama oleh masyarakat.masyarakat.  Orang sadar akan relativitas nilai-nilai serta norma-norma masyarakat.Orang sadar akan relativitas nilai-nilai serta norma-norma masyarakat.  Ia merasa wajib menghormati hak orang lain dan memenuhi janji yang diberikan.Ia merasa wajib menghormati hak orang lain dan memenuhi janji yang diberikan. Kewajibannya berdasarkan kesadaran bahwa ia hidup dalam dan dariKewajibannya berdasarkan kesadaran bahwa ia hidup dalam dan dari masyarakat, karena itu harus menaati hukum dan peraturan. Orang merasamasyarakat, karena itu harus menaati hukum dan peraturan. Orang merasa terikat oleh apa yang ditentukan bersama secara demokratis.terikat oleh apa yang ditentukan bersama secara demokratis.  Tahap 6: Orientasi pada prinsip-prinsip moral dan suara hatiTahap 6: Orientasi pada prinsip-prinsip moral dan suara hati  Tindakan yang benar ditetapkan oleh putusan suara hati sesuai dengan prinsipTindakan yang benar ditetapkan oleh putusan suara hati sesuai dengan prinsip moral yang dipilih sendiri yang keberlakuan umumnya, dan konsistensinya.moral yang dipilih sendiri yang keberlakuan umumnya, dan konsistensinya.  Prinsip-prinsip yang berlaku umum itu antara lain: prinsip keadilan, prinsipPrinsip-prinsip yang berlaku umum itu antara lain: prinsip keadilan, prinsip timbal-balik dan kesamaan hak asasi manusia, hormat terhadap martabattimbal-balik dan kesamaan hak asasi manusia, hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi.manusia sebagai pribadi.
  • 76.
  • 77. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Teori Kohlberg sebagai model bagi pendidikan moral:Teori Kohlberg sebagai model bagi pendidikan moral: kekuatan dankekuatan dan kelemahannyakelemahannya  Teori Kohlberg mengacu pada teori etika peraturan yang bersifat formalTeori Kohlberg mengacu pada teori etika peraturan yang bersifat formal  Teori Kohlberg dilatarbelakangi oleh teori etika normatifnya Kant yangTeori Kohlberg dilatarbelakangi oleh teori etika normatifnya Kant yang dapat digolongkan ke dalam teori etika peraturan yang bersifat formal.dapat digolongkan ke dalam teori etika peraturan yang bersifat formal.  Dalam etika peraturan suatu keputusan atau tindakan bersifat moralDalam etika peraturan suatu keputusan atau tindakan bersifat moral kalau memenuhi suatu kriteria formal tertentu, yakni bila selaras dengankalau memenuhi suatu kriteria formal tertentu, yakni bila selaras dengan suatu titik pandang moral.suatu titik pandang moral.  Suatu penilaian dan putusan bersifat moral kalau didukung oleh alasan-Suatu penilaian dan putusan bersifat moral kalau didukung oleh alasan- alasan yang melibatkan prinsip-prinsip berbobot moral tinggi.alasan yang melibatkan prinsip-prinsip berbobot moral tinggi.  Etika yang bersifat formal diarahkan pada pembenaran (Etika yang bersifat formal diarahkan pada pembenaran (justificationjustification) atas) atas suatu keputusan moral berdasarkan peraturan atau prinsip-prinsip yangsuatu keputusan moral berdasarkan peraturan atau prinsip-prinsip yang secarasecara a prioria priori bisa ditentukan oleh akal budi dan bukan pada prosesbisa ditentukan oleh akal budi dan bukan pada proses pengambilan keputusan sendiri dengan segala kompleksitaspengambilan keputusan sendiri dengan segala kompleksitas permasalahannya.permasalahannya.  Untuk menilai suatu tindakan cukup menempatkan tindakan tersebutUntuk menilai suatu tindakan cukup menempatkan tindakan tersebut dalam hubungan dengan peraturan atau prinsip moral; apakah tindakandalam hubungan dengan peraturan atau prinsip moral; apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan peraturan/prinsip moral?itu sesuai atau tidak dengan peraturan/prinsip moral?  Peraturan atau prinsip moral sebagai ketetapan akal budi manusia selaluPeraturan atau prinsip moral sebagai ketetapan akal budi manusia selalu berlaku umum menjadi prasyarat untuk menggolongkan dan menilaiberlaku umum menjadi prasyarat untuk menggolongkan dan menilai apakah suatu tindakan disebut tindakan moral atau tidak.apakah suatu tindakan disebut tindakan moral atau tidak.
  • 78. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Teori etika peraturan dibedakan teori etika tindakan.Teori etika peraturan dibedakan teori etika tindakan.  Dalam teori etika tindakan pusat perhatian lebih diarahkan padaDalam teori etika tindakan pusat perhatian lebih diarahkan pada proses pengambilan keputusan yang benar.proses pengambilan keputusan yang benar.  Pertanggungjawaban keputusan moral tidak hanya menyangkutPertanggungjawaban keputusan moral tidak hanya menyangkut penilaian apakah suatu tindakan sesuai atau tidak denganpenilaian apakah suatu tindakan sesuai atau tidak dengan peraturan atau prinsip moral tertentu, melainkan juga apakah adaperaturan atau prinsip moral tertentu, melainkan juga apakah ada faktor-faktor lain dalam konteks tindakan yang perlu ikutfaktor-faktor lain dalam konteks tindakan yang perlu ikut dipertimbangkan.dipertimbangkan.  Teori etika tindakan tidak bermaksud menyatakan bahwaTeori etika tindakan tidak bermaksud menyatakan bahwa perdebatan moral hanyalah berpangkal pada perbedaanperdebatan moral hanyalah berpangkal pada perbedaan pemahaman faktual saja sehingga kalau kedua belah pihak setujupemahaman faktual saja sehingga kalau kedua belah pihak setuju mengenai fakta-faktanya maka akan sampai ke persetujuanmengenai fakta-faktanya maka akan sampai ke persetujuan putusan moral.putusan moral.  Teori etika tindakan tetap menyadari bahwa ruang lingkup etikaTeori etika tindakan tetap menyadari bahwa ruang lingkup etika adalah bidang normatif atau apa yang semestinya dilakukan.adalah bidang normatif atau apa yang semestinya dilakukan.  Yang mau ditandaskan oleh teori etika tindakan adalah bahwaYang mau ditandaskan oleh teori etika tindakan adalah bahwa peraturan/prinsip-prinsip moral umum hanya berfungsi sebagaiperaturan/prinsip-prinsip moral umum hanya berfungsi sebagai pedoman dan bukan penentu a priori benar/salah-nya suatupedoman dan bukan penentu a priori benar/salah-nya suatu tindakan secara moral.tindakan secara moral.
  • 79. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Teori Kohlberg kalau mau dipakai sebagai dasarTeori Kohlberg kalau mau dipakai sebagai dasar pendidikan moral perlu dilengkapi denganpendidikan moral perlu dilengkapi dengan pendekatan yang lebih pragmatis dan mengacupendekatan yang lebih pragmatis dan mengacu pada teori etika tindakan.pada teori etika tindakan.  Dalam pendidikan moral tidak cukup bahwa anakDalam pendidikan moral tidak cukup bahwa anak didik dilatih untuk semakin memahami prinsip-didik dilatih untuk semakin memahami prinsip- prinsip moral yang berlaku umum dan semakinprinsip moral yang berlaku umum dan semakin bertindak atas dasar pemahaman tersebut, tetapibertindak atas dasar pemahaman tersebut, tetapi perlu dilatih untuk melihat kompleksitasperlu dilatih untuk melihat kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam kehidupanpermasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan dilatih bagaimana bisa mengambilsehari-hari dan dilatih bagaimana bisa mengambil keputusan secara bertanggungjawab dalam situasikeputusan secara bertanggungjawab dalam situasi konkret tersebut.konkret tersebut.
  • 80. Tahap-Tahap...Tahap-Tahap...  Bias pada faham moral lelakiBias pada faham moral lelaki  Karena tekanan pemahaman kognitif bersifat sentral dalam teoriKarena tekanan pemahaman kognitif bersifat sentral dalam teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg, penilaian mengenaiperkembangan kesadaran moral Kohlberg, penilaian mengenai kedewasaan kesadaran moral orang kurang menganggap penting nilai-kedewasaan kesadaran moral orang kurang menganggap penting nilai- nilai afektif. Konsep moralitas yang menekankan “caring” memusatkannilai afektif. Konsep moralitas yang menekankan “caring” memusatkan perhatian pada pengertian tanggungjawab dan hubungan dengan orangperhatian pada pengertian tanggungjawab dan hubungan dengan orang lain.lain.  Komentar atas Tanggapan di atasKomentar atas Tanggapan di atas  Teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg di latarbelakangi olehTeori perkembangan kesadaran moral Kohlberg di latarbelakangi oleh faham etika Kant yang bersifatfaham etika Kant yang bersifat deontologis.deontologis.  Kekuatan teori etika deontologis terletak dalam kemampuan untukKekuatan teori etika deontologis terletak dalam kemampuan untuk menerangkan rasionalitas, keberlakuan umum dan kemutlakan kesadaranmenerangkan rasionalitas, keberlakuan umum dan kemutlakan kesadaran moral/suara hati yang dewasa.moral/suara hati yang dewasa.  Kelemahannya terletak dalam kecenderungannya untuk menjadi formalKelemahannya terletak dalam kecenderungannya untuk menjadi formal dan tidak mengindahkan konteks/situasi konkret dengan segaladan tidak mengindahkan konteks/situasi konkret dengan segala kompleksitas masalah yang melingkupi suatu pertimbangan dan putusankompleksitas masalah yang melingkupi suatu pertimbangan dan putusan moral.moral.  Kalau mau dipakai sebagai dasar kebijakan untuk pendidikan moral diKalau mau dipakai sebagai dasar kebijakan untuk pendidikan moral di sekolah, teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg memang perlusekolah, teori perkembangan kesadaran moral Kohlberg memang perlu dilengkapi dengan pendekatan yang lebih memberi tempat pada latihandilengkapi dengan pendekatan yang lebih memberi tempat pada latihan pengambilan keputusan dan tidak berhenti pada pemahaman kognitifpengambilan keputusan dan tidak berhenti pada pemahaman kognitif tentang prinsip-prinsip. Pembentukan dan pelatihan tekad moral pentingtentang prinsip-prinsip. Pembentukan dan pelatihan tekad moral penting