Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Metodologi Studi Islam Adalah Salah Satu Mata Kuliah Di UIN-SU.
TOopik Pembicaraannya adlah mengenai Islam Sebagai Sasaran Studi Dabn Penelitian
Pengampuh Mata Kuliahnya: Dr. Ali Imran Sinaga, M. Ag
Metodologi Studi Islam Adalah Salah Satu Mata Kuliah Di UIN-SU.
TOopik Pembicaraannya adlah mengenai Islam Sebagai Sasaran Studi Dabn Penelitian
Pengampuh Mata Kuliahnya: Dr. Ali Imran Sinaga, M. Ag
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuJihad Achmad Gojali
Epistemologi Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasan yang digali lewat inferensi (istidlal).
Pengertian epistemologi keilmuan Islam adalah merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan yang menjelaskan tentang keilmuan Islam dan beberapa aspek yangtermasuk di dalamnya yang diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan yangmeliputi sumber dan sarana untuk mencapai ilmu pengetahuan.
Filsafat Merdeka Belajar MTs Salafiyah Syafi'iyah SUkorejoZainulHasan13
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata falsafah dalam bahasa Arab yang diserap dari kata majemuk φιλοσοφία dalam bahasa Yunani kuno.
Kata majemuk tersebut terdiri atas kata philia (philos/philein) yang berarti cinta dan kata sophia (sophos/sofein) yang berarti pengetahuan, hikmah, atau kebijaksanaan.
Jadi, Philosophia sebagai kata gabungan dalam bahasa Yunani berarti cinta kepada kebijaksanaan (mencakup dimensi kebenaran, kebaikan, dan keindahan).
2. Secara spesifik pengertian epistemologi
burhani, dalam bahasa Arab, berasal
dari kata “al-burhan” yang berarti
argumen (al-hujjah) yang jelas (al-
bayyinah). Dan distinc (al-fashl), dalam
bahasa Inggris adalah demonstration,
yang mempunyai akar bahasa latin dari
kata demontratio (berarti memberi
isyarat, sifat, keterangan, dan
penjelasan).
3. burhani merupakan aktivitas berfikir untuk
menetapkan kebenaran melalui metode
penyimpulan (al-istintaj), dengan
menghubungkan presmis tersebut
terhadap premis yang lain dan
dibenarkan oleh nalar atau telah
terbukti kebenarannya
4. epistemologi burhani dikedepankan untuk
menghasilkan pengetahuan yang valid
dan konstruksi pengetahuan yang
meyakinkan tentang persoalan duniawi
dan alam
5. Istilah burhani yang mempunyai akar
pemikiran dalam filsafat Aristoteles ,
digunakan oleh al-Jabiri sebagai sebutan
terhadap sebuah sistem pengetahuan
(nidham ma’rifi) yang menggunakan
metode tersendiri dalam pemikiran dan
memiliki pandangan dunia tertentu, tanpa
bersandar pada otoritas pengetahuan
yang lain. Ia bertumpu pada kekuatan
natural manusia, yaitu pengalaman empiris
dan penilaian akal yang mengikat pada
sebab akibat
6. Asal-usul dan Sejarah Epistemologi
Burhani
Nalar burhani masuk pertama kali ke
dalam peradaban Arab-Islam dibawa
oleh al-Kindi (185-252 H)
al-Kindi menegasakan bahwa filsafat
merupakan ilmu pengetahuan manusia
yang menempati posisi paling tinggi dan
paling agung, karena dengannya
hakikat segala sesuatu dapat diketahui
7. Karateristik Epistemologi Burhani
Ilmu burhani berpola dari nalar burhani dan
nalar burhani bermula dari proses abstraksi
yang bersifat akali terhadap realitas
sehingga muncul makna, sedang makna
sendiri butuh aktualisasi sebagai upaya
untuk bisa dipahami dan dimengerti
8. burhani (al-qiyas al-’ilmi) menekankan tiga
syarat
1. mengetahui terma perantara yang ‘illah
(causa) bagi kesimpulan (ma’rifat al-hadd al-
ausat wa al-natijah),
2. keserasian hubungan relasional antara
terma-terma dan kesimpulan (tartib al-
`alaqah bayn al-illah wa al-ma’lul), antara
terma perantara dan kesimpulan-kesimpulan
sebagai sistematika qiyas; dan
3. natijah (kesimpulan) harus muncul secara
otomatis dan tidak mungkin muncul
kesimpulan yang lain. Qiyas ketiga ini yang
inheren dengan epistemologi burhani.
9. Epistemologi Burhani yakni pengetahuan
yang didapat dari latihan rasio atau akal
. Burhani merupakan aktivitas berfikir
untuk menetapkan kebenaran melalui
metode penyimpulan (al-istintaj),
dengan menghubungkan presmis
tersebut terhadap premis yang lain dan
dibenarkan oleh nalar atau telah
terbukti kebenarannya.