Dokumen tersebut merangkum studi pustaka tentang formulasi krim kloramfenikol dan hidrokortison asetat, mencakup definisi krim, jenis krim, persyaratan krim sebagai obat luar, metode pembuatan dan pembentukan krim, penyimpanan krim, serta monografi zat aktif dan zat tambahan yang digunakan.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Dokumen tersebut merangkum studi pustaka tentang formulasi krim kloramfenikol dan hidrokortison asetat, mencakup definisi krim, jenis krim, persyaratan krim sebagai obat luar, metode pembuatan dan pembentukan krim, penyimpanan krim, serta monografi zat aktif dan zat tambahan yang digunakan.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Laporan praktikum ini membahas percobaan tegangan permukaan yang bertujuan untuk menentukan berbagai tegangan permukaan cairan dengan metode kenaikan pipa kapiler. Pada percobaan diperoleh data kenaikan cairan dalam pipa kapiler pada berbagai suhu untuk menghitung tegangan permukaannya. Hasilnya adalah tegangan permukaan air 70,1 dyne/cm pada 40°C dan 68,2 dyne/cm pada 50°C.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang isotonic dan pengatur pH. Isotonic merupakan larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dengan cairan tubuh. Larutan obat suntik harus isotonic agar tidak merusak jaringan. Pengatur pH digunakan untuk menstabilkan obat dan mengurangi iritasi. Dapar seperti asam asetat dan sitrat dapat digunakan sebagai pengatur pH.
Vitamin K injection ampoules were proposed for a practicum on sterile preparations. The proposal discussed the active ingredient vitamin K, which is used to prevent or treat bleeding caused by vitamin K deficiency. Vitamin K is a crucial cofactor in liver enzyme reactions that activate blood clotting precursor factors. The document provided details on the preformulation data, pharmaceutical technology, and sterilization method for the vitamin K injection ampoules. Key requirements for parenteral solutions like freedom from microbes and pyrogens were also reviewed.
Mahasiswa membuat gel Na Diklofenak untuk tujuan praktikum. Gel dibuat dengan bahan Na Diklofenak 1%, CMC Na 6%, dan Nipagin 0,3% dalam air. Gel dievaluasi melalui uji pH, homogenitas, kemampuan proteksi, daya sebar dan lekat. Hasil uji menunjukkan gel bersifat netral, homogen, dan mampu menyebar seiring bertambahnya beban.
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatFirda Shabrina
Laporan praktikum kimia ini memberikan ringkasan singkat tentang sintesis asam benzoat dari oksidasi toluena menggunakan KMnO4. Prosesnya melibatkan reaksi oksidasi toluena menjadi aldehida lalu asam benzoat dalam kondisi basa. Hasil akhir adalah kristal asam benzoat berbentuk panjang tajam berwarna putih seberat 0,171 gram.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang kromatografi lapis tipis (KLT) yang merupakan salah satu metode kromatografi, dengan menjelaskan sejarah, prinsip kerja, alat-alat, dan teknik standar pemisahan KLT.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi netralisasi antara asam dan basa. Tujuannya adalah menentukan kadar asam asetat dengan menggunakan titrasi alkalimetri menggunakan larutan NaOH sebagai titran dan indikator sebagai penanda titik akhir reaksi.
Mata kuliah Farmakognosi membahas tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang definisi dan sejarah Farmakognosi, tatanama tumbuhan dan hewan obat, aktivitas farmakologi bahan alami, serta identifikasi dan pengembangan obat baru dari sumber alam."
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin ditimbang sebanyak 5 gram dan dicampur dengan PEG yang dilelehkan untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi 8 buah suppositoria. Suppositoria didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan untuk penyimpanan.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, keuntungan, keterbatasan, teknik pembuatan, karakterisasi, dan aplikasi nanoemulsi. Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan dengan ukuran tetesan antara 50-500 nm yang stabil secara kinetik dan termodinamika. Keuntungan nanoemulsi antara lain penetrasi obat yang lebih baik dan stabilitas jangka panjang. Teknik pembuatannya meliputi homogenisasi tekanan tinggi
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfarAnna Lisstya
Penelitian ini mengembangkan formulasi mikroemulsi minyak ikan patin dengan variasi konsentrasi polysorbate 80 sebagai surfaktan. Minyak ikan patin diekstrak dan dibuat mikroemulsinya dengan menggunakan polysorbate 80, air, dan bahan tambahan. Tiga formula mikroemulsi dibuat dengan konsentrasi polysorbate 80 yang berbeda. Evaluasi sifat fisik mikroemulsi menunjukkan formula dengan konsentrasi polysorbate 80 terting
Laporan praktikum ini membahas percobaan tegangan permukaan yang bertujuan untuk menentukan berbagai tegangan permukaan cairan dengan metode kenaikan pipa kapiler. Pada percobaan diperoleh data kenaikan cairan dalam pipa kapiler pada berbagai suhu untuk menghitung tegangan permukaannya. Hasilnya adalah tegangan permukaan air 70,1 dyne/cm pada 40°C dan 68,2 dyne/cm pada 50°C.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang isotonic dan pengatur pH. Isotonic merupakan larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dengan cairan tubuh. Larutan obat suntik harus isotonic agar tidak merusak jaringan. Pengatur pH digunakan untuk menstabilkan obat dan mengurangi iritasi. Dapar seperti asam asetat dan sitrat dapat digunakan sebagai pengatur pH.
Vitamin K injection ampoules were proposed for a practicum on sterile preparations. The proposal discussed the active ingredient vitamin K, which is used to prevent or treat bleeding caused by vitamin K deficiency. Vitamin K is a crucial cofactor in liver enzyme reactions that activate blood clotting precursor factors. The document provided details on the preformulation data, pharmaceutical technology, and sterilization method for the vitamin K injection ampoules. Key requirements for parenteral solutions like freedom from microbes and pyrogens were also reviewed.
Mahasiswa membuat gel Na Diklofenak untuk tujuan praktikum. Gel dibuat dengan bahan Na Diklofenak 1%, CMC Na 6%, dan Nipagin 0,3% dalam air. Gel dievaluasi melalui uji pH, homogenitas, kemampuan proteksi, daya sebar dan lekat. Hasil uji menunjukkan gel bersifat netral, homogen, dan mampu menyebar seiring bertambahnya beban.
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatFirda Shabrina
Laporan praktikum kimia ini memberikan ringkasan singkat tentang sintesis asam benzoat dari oksidasi toluena menggunakan KMnO4. Prosesnya melibatkan reaksi oksidasi toluena menjadi aldehida lalu asam benzoat dalam kondisi basa. Hasil akhir adalah kristal asam benzoat berbentuk panjang tajam berwarna putih seberat 0,171 gram.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang kromatografi lapis tipis (KLT) yang merupakan salah satu metode kromatografi, dengan menjelaskan sejarah, prinsip kerja, alat-alat, dan teknik standar pemisahan KLT.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi netralisasi antara asam dan basa. Tujuannya adalah menentukan kadar asam asetat dengan menggunakan titrasi alkalimetri menggunakan larutan NaOH sebagai titran dan indikator sebagai penanda titik akhir reaksi.
Mata kuliah Farmakognosi membahas tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang definisi dan sejarah Farmakognosi, tatanama tumbuhan dan hewan obat, aktivitas farmakologi bahan alami, serta identifikasi dan pengembangan obat baru dari sumber alam."
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin ditimbang sebanyak 5 gram dan dicampur dengan PEG yang dilelehkan untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi 8 buah suppositoria. Suppositoria didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan untuk penyimpanan.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, keuntungan, keterbatasan, teknik pembuatan, karakterisasi, dan aplikasi nanoemulsi. Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan dengan ukuran tetesan antara 50-500 nm yang stabil secara kinetik dan termodinamika. Keuntungan nanoemulsi antara lain penetrasi obat yang lebih baik dan stabilitas jangka panjang. Teknik pembuatannya meliputi homogenisasi tekanan tinggi
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfarAnna Lisstya
Penelitian ini mengembangkan formulasi mikroemulsi minyak ikan patin dengan variasi konsentrasi polysorbate 80 sebagai surfaktan. Minyak ikan patin diekstrak dan dibuat mikroemulsinya dengan menggunakan polysorbate 80, air, dan bahan tambahan. Tiga formula mikroemulsi dibuat dengan konsentrasi polysorbate 80 yang berbeda. Evaluasi sifat fisik mikroemulsi menunjukkan formula dengan konsentrasi polysorbate 80 terting
Anamoliksir adalah eliksir yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktif untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri. Produk ini diproduksi oleh PT. Anapharma Javanesia dengan rasa jeruk dan dapat dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa untuk mengatasi sakit kepala, gigi, dan demam dengan aturan pemakaian yang berbeda untuk setiap kelompok usia.
This document discusses nanosuspensions as a drug delivery system for poorly soluble drugs. It defines a nanosuspension as solid drug particles less than 1 micron in size, stabilized by surfactants and polymers in an aqueous vehicle. Top-down and bottom-up methods are used to prepare nanosuspensions, including wet milling, high pressure homogenization, and precipitation techniques. Nanosuspensions can improve drug solubility, dissolution rate, and bioavailability, making them useful for oral and parenteral drug delivery applications. Characterization techniques include particle sizing, zeta potential measurement, and assessing crystal structure, entrapment efficiency, and dissolution properties.
This was my pharmaceutics presentation for mixing. Provides definitions, mechanism, types of mixers etc.
P.S: I am not the sole presenter. Ideas are from my two other colleagues as well.
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
Emulsi
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Apa saja komponen Emulsi ?
Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
• Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
• Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
• Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat). Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).
2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, antara lain :
• Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis (memperbaiki rasa obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen colouris ( memperbaiki warna obat), corigen solubilis (memperbaiki kelarutan obat)
• Preservative (pengawet) : Preservative yang digunakan Antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
• Anti oksidan. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.
Apa saja tipe Emulsi ?
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi farmasi. Emulsi didefinisikan sebagai sistem dua fase dimana salah satu cairan terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk butiran kecil yang distabilkan oleh zat pengemulsi. Jenis emulsi meliputi oral, topikal, dan injeksi. Komponen utama emulsi adalah fase dispersi, fase pendispersi, dan emulgator. Metode pembuatan emulsi meliputi metode gom basah
Laporan ini membahas proses pembuatan dry syrup kotrimoxazol. Terdapat informasi tentang tujuan pembuatan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dry syrup direncanakan untuk mengandung kotrimoxazol 240 mg/5 mL dan akan dievaluasi secara organoleptis, pH, dan ukuran partikel.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan cair dan semi padat seperti salep, termasuk macam-macam basis yang digunakan seperti basis berlemak, basis serap, dan basis yang larut air. Juga dibahas tentang cara pembuatan salep dengan metode pencampuran dan peleburan, serta pengemasan dan penyimpanan salep.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.2110070100058
Body lotion adalah produk perawatan kulit yang digunakan untuk melembapkan dan merawat kulit tubuh. Biasanya berbentuk cairan atau krim yang dioleskan ke kulit setelah mandi atau kapan pun dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembapan alami kulit, mencegah kekeringan, dan meningkatkan elastisitasnya.
Berikut adalah beberapa karakteristik umum dari body lotion:
Konsistensi: Body lotion biasanya memiliki konsistensi yang lebih ringan daripada krim tubuh, membuatnya mudah untuk meresap ke dalam kulit tanpa meninggalkan rasa berat atau lengket.
Formulasi: Formulasi body lotion dapat bervariasi tergantung pada jenis kulit dan kebutuhan. Beberapa produk mungkin diformulasikan khusus untuk kulit kering, sensitif, berminyak, atau normal. Ada juga produk dengan tambahan bahan aktif seperti vitamin, antioksidan, atau pelembap khusus.
Aroma: Sebagian besar body lotion memiliki aroma yang menyegarkan atau harum yang menyenangkan. Aroma ini dapat berasal dari bahan alami seperti bunga, buah-buahan, atau bahan sintetis yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman pengguna.
Kandungan bahan: Body lotion umumnya mengandung bahan-bahan seperti air, minyak, emolien, humektan, dan bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, atau pewangi. Bahan-bahan ini bekerja sama untuk menjaga kelembapan kulit dan meningkatkan tekstur dan penampilannya.
Manfaat: Penggunaan body lotion secara teratur dapat memberikan banyak manfaat bagi kulit, termasuk melembapkan kulit yang kering, mengurangi rasa gatal, menjaga kekenyalan kulit, dan memberikan perlindungan dari faktor-faktor eksternal seperti sinar matahari dan polusi.
Kemasan: Body lotion umumnya dijual dalam botol atau tabung yang mudah digunakan. Beberapa produk mungkin juga tersedia dalam kemasan yang lebih besar untuk penggunaan jangka panjang atau kemasan kecil yang cocok untuk perjalanan.
Penggunaan: Cara penggunaan body lotion adalah dengan mengoleskan secara merata ke seluruh tubuh setelah mandi atau kapan pun diperlukan. Gunakan gerakan melingkar untuk membantu penyerapan dan memastikan produk merata di kulit.
Dengan menggunakan body lotion secara teratur sebagai bagian dari rutinitas perawatan kulit, Anda dapat menjaga kulit tubuh tetap sehat, lembut, dan terlindungi dari berbagai masalah kulit.
Sediaan semi padat seperti salep memiliki berbagai basis yang digunakan, termasuk basis berlemak, serap, dan larut air. Basis berlemak seperti petrolatum memberikan efek emolien yang baik namun sulit dicuci, sedangkan basis serap seperti lanolin dapat menyerap air namun tidak sebaik basis berlemak. Basis larut air seperti polietilen glikol mudah larut air dan digunakan untuk campuran berair.
Dokumen tersebut merangkum tentang formulasi dan pembuatan krim betametason. Krim ini mengandung betametason sebagai zat aktifnya dan beberapa bahan penstabil seperti cetomacrogolum-1000, cetostearylalkohol, parafin cair, dan vaselin album. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pembuatan krim betametason melalui pencampuran dan pengadukan bahan-bahannya hingga membentuk sediaan krim yang homogen.
Emulsi terdiri dari dua cairan yang tidak dapat bercampur (biasanya minyak dan air), dengan salah satu cairan terdispersi sebagai tetesan kecil (d = 0,1-100 mm) berbentuk bola di cairan lainnya. Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika. Ada dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air (o/w) dan emulsi air dalam minyak (w/o). Emulsi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut merupakan resume praktikum pembuatan es krim dari susu, (2) Terdapat beberapa tahapan pembuatan es krim mulai dari pencampuran bahan, pendidihan, homogenisasi, hingga pengukuran volume dan perubahan tekstur, (3) Es krim yang dihasilkan berwarna merah muda dengan rasa manis dan aroma khas strawberry serta tekstur lembut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Shower gel yang menggunakan ekstrak Buddleja davidii dan Thymus vulgaris sebagai zat aktifnya mampu membersihkan tubuh secara efektif serta memberikan aroma yang menenangkan.
1. EMULSI MINUMAN
Djonny Tungadi
R&D - PT Aroma Daun Seruni
mulsi minuman (beverage emulsion) adalah salah satu jenis emulsi yang dipakai
oleh industri minuman. Emulsi jenis ini biasanya diproduksi oleh perusahaan
pembuat flavor, di mana teknologi emulsi dikembangkan dan dimanfaatkan
sebagai sarana pembawa (delivery system) komponen flavor tertentu. Oleh sebab itulah
emulsi minuman digolongkan sebagai flavor.
Pada umumnya emulsi minuman digunakan pada produk minuman yang berpenampak-
an keruh. Emulsi minuman memiliki karakteristik yang khas, dan merupakan salah satu
komponen kritis dalam kestabilan penampakan suatu produk minuman. Maka, di dalam
aplikasinya diperlukan pemahaman yang memadai, sehingga bisa dipilih emulsi minuman
yang tepat, yang akan memberikan hasil optimum.
KOMPOSISI
Pada dasarnya emulsi minuman merupakan campuran stabil antara air dan minyak
dengan tipe O/W (oil-in-water), yaitu minyak terdispersi merata sebagai butiran/partikel
yang sangat kecil di dalam air. Dalam hal ini, minyak yang digunakan berupa minyak
flavor atau minyak netral.
Untuk memperoleh emulsi akhir yang stabil, diperlukan bahan-bahan tambahan dengan
fungsi tertentu yang lebih dulu dicampurkan kedalam air dan kedalam minyak untuk
memperoleh fase air dan fase minyak, sebelum akhirnya distabilisasi dengan proses yang
menggunakan energi mekanis (homogenisasi).
Pada fase air, komponen utama dan terbanyak adalah air. Selain itu, beberapa bahan
tambahan yang dipergunakan adalah pengemulsi, pengawet-pengasam dan adakalanya
pewarna. Bahan pengemulsi merupakan bahan tambahan yang terpenting karena bahan
inilah yang paling berperan dalam stabilisasi emulsi. Bahan pengemulsi berperan
menurunkan tegangan permukaan masing-masing fase air dan fase minyak sehingga
memudahkan proses homogenisasi, serta meningkatkan viskositas fase air yang bisa
memperlambat pergerakan butiran-butiran minyak. Bahan pengemulsi yang digunakan
dalam penyiapan emulsi minuman berupa hidrokoloid, misalnya gum arabik dan
beberapa gum alami lainnya, atau pati termodifikasi. Bahan pengawet-pengasam yang
umum digunakan adalah kombinasi Na-benzoat/K-sorbat dengan asam sitrat.
E
2. Pada fase minyak biasanya ditambahkan weighting agent atau bahan pemberat pada
minyak flavor/minyak netral dengan tujuan untuk meningkatkan densitas minyak agar
sama atau mendekati densitas minuman. Cara ini bisa membantu mempertahankan
kestabilan emulsi ketika diaplikasikan. Weighting agent terbaik sebenarnya adalah BVO
(brominated vegetable oil). Pada masa lalu BVO sangat umum digunakan dalam produksi
emulsi minuman, tapi kemudian diketahui memiliki sifat toksik yang membahayakan bagi
kesehatan sehingga sekarang sudah dilarang atau dibatasi penggunaannya dalam produk-
produk pangan. Saat ini weighting agent yang banyak digunakan adalah ester gum,
dammar gum atau SAIB (sukrosa asetat iso-butirat). Di samping itu, pada fase minyak
juga ditambahkan antioksidan (BHA/BHT atau tokoferol) untuk memperlambat proses
ketengikan pada fase minyak.
PROSES PEMBUATAN
Proses pembuatan emulsi minuman secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tahap,
yaitu:
[1] penyiapan fase, dalam hal ini secara terpisah masing-masing komponen kedua fase
yang disebutkan di atas dicampurkan untuk mendapatkan fase air dan fase minyak;
[2] prehomogenisasi, di mana fase minyak dicampurkan kedalam fase air lalu diaduk
dengan high-shear mixer berkecepatan tinggi untuk memecah fase minyak menjadi
butiran-butiran dan mendispersikannya dalam fase air, sehingga diperoleh campuran
pra-emulsi; dan
[3] homogenisasi, merupakan tahap yang terpenting, di mana campuran pra-emulsi
diproses melalui homogenizer tekanan tinggi yang tekanannya bisa mencapai 150-500
kg/cm2
, dengan tujuan untuk memecah lebih lanjut butiran-butiran minyak menjadi
partikel-partikel yang sangat kecil dan seragam.
MUTU DAN STABILITAS
Mutu emulsi minuman ditunjukkan oleh kestabilannya. Kestabilan adalah faktor utama
yang menentukan apakah suatu emulsi minuman bisa dipakai dalam suatu aplikasi atau
tidak. Berbeda dengan emulsi lain, emulsi minuman termasuk unik karena digunakan dan
dikonsumsi dalam kondisi yang sangat encer ketika diaplikasikan ke produk minuman
dan pengencerannya bisa mencapai beberapa ratus kali. Dengan kondisi ini dibutuhkan
produk emulsi yang stabil, baik dalam bentuk konsentrat emulsi minuman itu sendiri, dan
terutama setelah diencerkan.
Kestabilan emulsi minuman ditentukan terutama oleh pemilihan bahan pengemulsi dan
weighting agent yang pas dan bermutu baik, yang diformulasi secara seimbang, diproduksi
dengan peralatan dan kondisi proses yang tepat, serta diaplikasikan dengan benar. Sejak
pelarangan/pembatasan penggunaan BVO, semakin sulit untuk menghasilkan emulsi
minuman yang stabil, khususnya untuk aplikasi pada sirup. Tanpa BVO, formulasi yang
3. tepat saja tidak memadai, sehingga dibutuhkan proses pembuatan yang lebih seksama
dengan kontrol yang lebih ketat untuk menghasilkan emulsi minuman bermutu baik.
Salah satu parameter terpenting yang menentukan mutu/kestabilan suatu emulsi adalah
distribusi ukuran partikel minyak. Distribusi ukuran partikel ini sangat ditentukan oleh
kehandalan homogenizer yang dipakai serta kontrol terhadap kondisi proses yang diterap-
kan. Untuk emulsi minuman, tergantung pada komposisi emulsi itu sendiri dan jenis
aplikasinya, diperlukan rataan ukuran partikel yang lebih kecil dari dua mikron, dan
semakin seragam (diagram distribusi semakin lancip) semakin baik. Ukuran partikel ini
secara visual bisa diamati dengan jelas melalui mikroskop fase kontras pada perbesaran
1000X atau lebih. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat bisa digunakan
particle size analyzer, yang mampu memberikan diagram distribusi partikel lengkap
dengan perhitungan statistiknya.
Berikut ini adalah dua kondisi ketidakstabilan yang umum dijumpai dan menjadi masalah
dalam aplikasi emulsi minuman, yaitu:
(a) creaming/ringing, yaitu timbulnya lingkaran putih pada leher botol karena emulsi
yang terpisah dan mengambang ke permukaan, akibat formulasi dan/atau proses yang
kurang tepat, dan
(b) sedimentasi, yaitu adanya endapan putih di dasar botol karena emulsi yang terlalu
berat, akibat formulasi dengan kandungan weighting agent berlebihan.
Ketidakstabilan emulsi minuman dalam aplikasinya juga bisa dipicu oleh kandungan
cemaran yang tinggi, yang mungkin berasal dari komponen lain, seperti gula, air atau
bahan lain yang digunakan dalam pembuatan minuman tersebut.
APLIKASI
Pada banyak aplikasi, flavor yang sangat populer adalah jenis sitrus (jeruk, lemon, limau,
dan sebagainya). Flavor sitrus ini terutama berbasis minyak atsiri yang tidak larut dalam
air. Salah satu cara untuk membuat flavor jenis ini bisa diaplikasikan dalam produk-
produk minuman adalah dengan mengubah minyak tersebut menjadi emulsi minuman
yang mampu terdispersi dalam air.
Emulsi minuman pada umumnya keruh. Kekeruhan ini tidak lain daripada butiran-
butiran minyak tersuspensi yang menyebarkan cahaya sehingga menciptakan efek keruh.
Oleh sebab itu, selain berfungsi sebagai pembawa flavor sebagaimana disebutkan di atas,
emulsi minuman juga bersifat memberikan kekeruhan pada produk minuman. Efek keruh
ini pada beberapa formulasi minuman tertentu dibutuhkan untuk memperbaiki
penampakan minuman sehingga berkesan lebih alami.
Menilik fungsinya tersebut, emulsi minuman dikelompokkan menjadi dua, yaitu emulsi
minuman berflavor dan emulsi minuman netral. Emulsi minuman berflavor selain
memberikan kekeruhan pada minuman, juga memberikan flavor, dan ada kalanya warna.
4. Sedangkan emulsi minuman netral semata-mata memberikan kekeruhan pada minuman,
tanpa sumbangan flavor yang berarti. Kedua kelompok ini dibedakan oleh jenis kandung-
an minyaknya. Emulsi minuman berflavor dibuat dari minyak flavor, terutama minyak
sitrus. Sementara emulsi minuman netral dibuat dari minyak sayur, trigliserida rantai
sedang ataupun terpena.
Emulsi minuman ini dipergunakan dalam pembuatan minuman siap-santap atau sirup,
baik yang mengandung maupun yang tidak mengandung sari buah. Perlu diperhatikan di
sini, bahwa emulsi minuman biasanya dikembangkan untuk tujuan aplikasi tertentu,
sehingga belum tentu cocok digunakan untuk semua aplikasi (emulsi minuman yang
cocok untuk minuman siap-santap belum tentu cocok untuk sirup). Hal ini disebabkan
oleh tingkat kandungan gula (ditunjukkan oleh °Brix), yang merupakan faktor penting
dalam kaitan dengan kestabilian emulsi dalam aplikasinya. Kandungan gula minuman
siap-santap (5-15 °Brix) sangat berbeda dengan kandungan gula sirup (25-45 °Brix).
Emulsi minuman berflavor yang ditambahkan pada produk-produk minuman yang
mengandung sari buah bisa meningkatkan/memperkuat kontribusi rasa dari sari buah
yang digunakan, serta memperbaiki penampakan produk. Sedangkan penggunaan emulsi
minuman netral biasanya dipadukan dengan pemakaian flavor-flavor yang larut air pada
produk-produk minuman yang membutuhkan penampakan keruh.
BEBERAPA PERTIMBANGAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan/dipertimbangkan di dalam
penggunaan dan penanganan suatu produk emulsi minuman.
Aspek legal. Emulsi minuman mengandung bahan pengemulsi, pengawet, pewarna,
weighting agent dan antioksidan yang tergolong bahan tambahan makanan yang peng-
gunaannya diatur atau dibatasi. Oleh sebab itu, sebelum menjatuhkan pilihan terhadap
suatu emulsi minuman, harus diperiksa dengan seksama regulasi pangan yang berlaku di
negara tujuan produk minuman akan dipasarkan. Sebagai contoh, weighting agent;
beberapa negara mengizinkan penggunaan gum/resin, sementara negara-negara lain
hanya mengizinkan SAIB. Untuk Indonesia, hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 72/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, yang antara
lain mencantumkan larangan penggunaan BVO.
Penyimpanan. Melihat komposisinya, emulsi minuman merupakan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga biasanya diberi bahan pengawet
untuk memperpanjang umur simpannya. Di samping itu, emulsi minuman adalah suatu
sistem yang dinamis; jadi kalau kondisi penyimpanannya tidak dijaga optimum, akan
lebih cepat mengalami proses kearah pecah kembali menjadi fase air dan fase minyak.
Itulah sebabnya emulsi minuman dianjurkan untuk disimpan di tempat kering pada suhu
10-20 °C dalam wadah asli yang masih tersegel. Pada kondisi ini, umur simpannya bisa
mencapai hingga sedikitnya enam bulan. Kebersihan dalam penanganannya pun sebaik-
5. nya diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, terutama jika
emulsi minuman dalam satu wadah tidak dihabiskan sekali pakai.
Prosedur pemakaian/aplikasi. Untuk memastikan homogenitasnya, dianjurkan agar
emulsi minuman khususnya yang sudah tersimpan lama dikocok dengan seksama
sebelum dikeluarkan dari wadahnya. Selanjutnya, perlu dihindari terjadinya temperature-
shock dan concentration-shock, yang mungkin menyebabkan struktur emulsi pecah. Untuk
mencegah temperature-shock, usahakan agar perbedaan suhu antara emulsi minuman dan
minuman/sirup tidak terlampau besar pada waktu pencampuran. Concentration-shock
mungkin terjadi ketika konsentrat emulsi minuman dicampurkan kedalam minuman/
sirup, maka dianjurkan untuk terlebih dulu mengencerkannya dengan air paling sedikit
1:1, meskipun mungkin hal ini tidak selalu diperlukan, agar risiko terjadinya kerusakan
produk bisa diminimalkan. Selain itu, proses pengadukan dan transfer produk minuman
akhir juga tidak boleh dilakukan terlalu kencang/cepat karena bisa menimbulkan busa
berlebihan, yang juga mungkin berefek negatif terhadap kestabilan emulsi.
Referensi
C.T. Tan, Beverage Emulsion, di dalam Food Emulsion (K. Larsson & S.E. Friberg, eds.),
Marcel Dekker, Inc., New York and Basel, 1990.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan
Tambahan Makanan, DitJen POM DepKes, Jakarta, 1989/1990. concentration-shock