SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Aset Recovery
Presented By : Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
Objektivitas Materi Presentasi
• Mengenalkan terhadap beberapa metode
aset recovery
• Pengenalan Pengadilan dan lembaga
arbitase sebagai salah satu metode aset
recovery
• Kepailitan dan Penundaan kewajiban
pembayaran utang
• Mitigasi kerugian dalam aset recovery
Penyelesaian Sengketa
Pengadilan Kepailitan/PKPU
Arbitrase
Cara penyelesaian sengketa Kontrak
Pengadilan Negeri Dalam
Lingkup Peradilan Umum
Lingkup Acara Persidangan Perdata
• Pengajuan Gugatan Perkara
• Pemeriksaan di Persidangan (ex: Jawaban, Replik,
Duplik)
• Pembuktian (Bukti Tertulis, Saksi, Persangkaan, Pengakuan
dan Sumpah Vide: 1866 KUHPer) [Lain-lain: Pemeriksaan
setempat dan Keterangan Ahli]
• Putusan (Jenis: akhir dan sela), (sifat:Condemnatoir,
Constitutif, Declaratoir)
• Pelaksanaan Putusan
• Upaya Hukum (banding, Kasasi, PK)
Pengadilan Umum
1. Perhatikan Syarat Materil dan Formil dalam
penyusunan Gugatan.
Syarat Materil: Yurisprudensi MA No. 547K/SIP/1972
menjelaskan “Semua orang berhak menyusun dan merumuskan
gugatan namun harus memberikan gambaran tentang kejadian
yang nyata yang menjadi dasar gugatan”.
Syarat Formil: Syarat yang wajib dipenuhi dalam menyusun suatu
gugatan, akibat tidak penuhi syarat ini maka gugatan tidak dapat
diterima (Niet onvankelijke Verklaard “NO”)
Contoh: Surat Kuasa, Kompetensi Absolut dan Relatif, Gugatan
Prematur, Tidak Obscuur Libel dan lain-lain
Pengadilan Umum continued
2. Terangkan kepada klien bahwa Negara Indonesia
mengunakan azas Teritorial dalam hukum acaranya.
(436 Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering
“RV”)
3. Adanya upaya hukum jika salah satu pihak tidak
terima dengan putusan hakim.
4. Tidak ada gugatan tanpa permohonan sita jaminan.
5. Sajikan gugatan dengan sederhana dan mudah
dimengerti oleh Hakim
(Plus-Minus) Pengadilan Umum
+
• Putusan memiliki kekuatan
eksekutorial.
• Biaya pendaftaran yang
murah.
• Hukum acara yang mudah
dimengerti
-
• Waktu sengketa yang lama
(Bading, Kasasi, Peninjauan
Kembali)
• Hakim yang tidak
menguasai permasalahan
pertambangan.
• Tidak transparan dalam
mengambil putusan.
• Sidang terbuka untuk
umum
Flow acara pengadilan perdata
Flow Acara Pengadilan Pidana
Arbitrase dan ADR
Definisi Arbitrase
• Cara penyelesaian suatu sengketa perdata
diluar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa (Vide Pasal 1 ayat (1) UU
30/99)
Arbitrase
1. Sengketa/ketidaksefahaman.
2. Antara dua orang/kelompok atau lebih.
3. Diserahkan kepada pihak ketiga yang profesional
(mengerti permasalahan).
4. Penunjukannya “arbiter” disepakati bersama, Terdiri
dari satu atau lebih melalui penyederhanaan prosedur.
5. Dilakukan dengar pendapat secara hukum yang
disepakati.
6. Putusan final dan mengikat
Dasar Hukum
1. Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa
2. Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman
3. Keputusan Presiden No.34 Tahun 1981 Tentang
Pengakuan Konvensi New York 1958 tentang
Pengakuan Putusan Arbitrase Asing
4. Undang Undang No.5 Tahun 1968 Tentang Ratifikasi
World Bank Covention.
5. Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 1990 Tentang
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Luar Negeri
6. Perjanjian / klausula arbitrase dari para pihak
Sengketa Arbitrase
• Sengketa dalam bidang perdagangan yang bersifat
kontraktual ataupun non kontraktual;
• Sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya
oleh pihak yang bersengketa ( Hak-hak Keperdataan);
“Sengketa yang tidak dapat diselesakan melalui
arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan
perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian
( Pasal 5 ayat 2 )”
Bentuk Sengketa Arbitrase
1. Perbedaan penafsiran berkenaan dengan Pelaksanaan
perjanjian:
• Kontraversi pendapat ( Contravercy )
• Kesalahan pengertian ( Misanderstanding )
• Ketidaksepakatan ( Disagreement )
2. Pelanggaran Perjanjian (BC)
• Sah tidaknya kontrak;
• Klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau
perbuatan melawan hukum
Contoh Klausul Arbitrase:
Ambigu Klausul Arbitrase
• “…if the claim is not settled at mediation, the parties
must refer the matter to arbitration under the Rules of
International Chamber of Commerce (ICC) on or before
(14) days after the date of the mediation.
• The arbitration is to be held in Jakarta, Indonesia, under
English language and is binding. Each Party may not
commence any litigation and must continue to perform
their obligations notwithstanding any dispute resolution
proceedings being heard or considered.”
Perhatian Utama dalam Arbitrase
1. Harus adanya perjanjian arbitrase, baik dibuat sebelum
ada sengketa (pactum de compromitendo) atau dibuat
setelah ada sengketa (akta kompromis).
2. Jelaskan Biaya untuk berpekara di Arbitrase berbeda
dengan berpekara di Peradilan Umum.
3. Arbitrase hanya akan efektif apabila para pihak
memiliki kesungguhan untuk menyelesaikan melalui
arbitrase
4. Putusan arbitrase telah diciptakan agar tidak dapat
dibatalkan (lihat perkara Bungo Raya Nusantara Vs. Jambi Resources)
Klausula Arbitrase vs Perbuatan
Melawan Hukum
• Adanya pihak ketiga yang terlibat dalam
sengketa, namun tidak terikat perjanjian
arbitrase.
• Gugatan PMH mengenai Perbuatan Melawan
Hukum yang terjadi sebelum dibuatnya
perjanjian arbitrase,
• Adendum perjanjian tidak mengatur pilihan
forum sengketa. (lihat kasus Conoco Phillips Vs. Sapta,
Indah Kiat Pulp and Paper dll)
Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU)
Dasar hukum Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
• Undang-undang Republik Indonesia No. 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran
Hutang
• PP No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan
Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank
• Undang-undang Republik Indonesia No. 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
• Undang-undang Perpajakan
• KUHPerdata
• KUHDagang
Azas Hukum Kepailitan/PKPU
• Azas Keseimbangan
• Azas Kelangsungan Usaha
• Azas Keadilan
• Azas Itegrasi
(vide: Penjelasan Umum UU 37 Tahun 2004)
Kontruksi UUKPKPU
• Bab I : Ketentuan Umum
• Bab II : Kepailitan
• Bab III : Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
• Bab IV : Permohonan Peninjauan Kembali
• Bab V : Ketentuan Lain-lain
Definisi Kepailitan
• Berasal dr Bahasa perancis “Failite” yang
berarti Kemacetan pembayaran.
• “Kepailitan adalah SITA UMUM atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh
Kurator di bawah Pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Ini.”
(Pasal 1 angka 1 UUK No. 37 Tahun 2004)
Perbedaan UUK Lama (diatur dalam
KUH Dagang) dengan UUK 37/2004
Faillisement verordening/
KUHDagang
UUK 37/2004
Perbedaan-perbedaan antara UU No. 4
Tahun 1988 dan UU No. 37 Tahun 2004
• P. Niaga (30 hr), Kasasi (30 Hr) dan PK (30Hr)
• Tidak ada penjelasan mengenai arti hutang
• Waktu dihitung berdasarkan jam
• Tidak ada definisi kreditur dan debitur
• Hak khusus untuk permohonan pailit hanya
untuk Perbankan dan Sekuritas.
• Tidak ada wewenang untuk menolak
pendaftaran pailit
• Hakim ad hoc hanya dikenal pada tinggkat P.
Niaga pada P. Negeri
• Tidak ada penjelasan lengkap mengenai
kewenangan arbitrase
• Tidak ada pembatasan jumlah pekerjaan bagi
kurator
• Tidak ada penjelasan lengkap mengenai hak
kreditur seperatis untuk mengajukan
permohonan pailit
• Kreditur seperatis tidak dapat terlibat dalam
voting kecuali melepas hak separatisnya
• Kreditur tidak dapat mengajukan PKPU
• P. Niaga (60 hr), Kasasi (60 Hr) dan PK (60Hr)
• Definisi hutang jelas
• Waktu dihitung berdasarkan Hari
• Definisi kreditur dan debitur cukup jelas
• Hak khusus untuk permohonan pailit diperluas
hingga BUMN, asuransi dan dana Pensiun.
• Panitera berhak menolak pendaftaran
terhadap perusahaan tertentu
• Hakim ad hoc dimungkinkan untuk semua
tingkatan
• Pengadilan Niaga memiliki kewenangan
terhadap klausula Arbitrase
• Pembatasan jumlah pekerjaan bagi kurator
maxsimal 3 perkara.
• kreditur seperatis dapat mengajukan
permohoan tanpa harus mengeksekusi
jaminan.
• Kreditur seperatis dapat terlibat dalam voting
tanpa melepas hak separatisnya
• Kreditur dapat mengajukan PKPU
UU 4 Tahun 1998 UU 37 Tahun 2004
Proses Acara Permohonan Pailit
Tingkat Pertama (Pengadilan Niaga)
Siapa yang dapat mengajukan
Permohonan Pailit
• Debitor
• Seorang atau lebih kreditor
• Kejaksaan demi kepentingan umum
• Bank Indonesia (BI)
• Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK)
• Menteri Keuangan (Menkeu)
(Pasal 2 UUK No 37 Tahun 2004)
 Wajib didaftarkan oleh Advokat
(Pasal 7 UUK No 37 Tahun 2004)
Siapa Yang Dapat Dipailitkan
• Individu (Hidup atau Mati)
• Kumpulan Individu ( Partnership, Firma & CV)
• Perseroan Terbatas
• Yayasan
• Koperasi
• Badan Hukum Lainnya
• BUMN (Persero & Perum)
• BUMD
Akibat Kepailitan
•Harta debitor dalam Sita Umum
•Debitor Kehilangan hak untuk
menguasai/mengurus kekayaan harta pailit
•Semua perikatan debitor setelah putusan pailit
tidak dapat dibayarkan dari harta pailit.
•Tuntutan terhadap harta pailit diajukan ke Kurator
•Seluruh perkara yang sedang berjalan
ditangguhkan.
•Gugatan perdata terhadap harta debitor gugur
•Sita terhadap debitor diangkat
•PHK pekerja dapat dilakukan
Ciri – Ciri Khusus UUKPKPU
• Disidangkan oleh Pengadilan Khusus dalam lingkup Peradilan
umum
• Diperiksa dan Diputus oleh Majelis Hakim Niaga
• Diajukan di wilayah domisili hukum termohon pailit
• Terdapat 5 pengadilan Niaga (Jakarta, Surabaya, Medan,
Semarang, Unjung Pandang “Makasar”)
• Jenjang Pemeriksaan (Pailit: Pengadilan Negeri – Kasasi MA
dan Peninjauan Kembali) [PKPU: Tidak ada upaya Hukum]
• Hukum Acara diatur dalam UUK 37/04 Juncto HIR/RBG
• Bentuknya “Permohonan” namun hasilnya “Putusan”
• Jangka waktu persidangan, PKPU, Debitur 3 hari / Kreditur 20
Hari.
• Putusan bersifat serta merta (Uit Voorbar bij voraad)
Rasio Kepailitan
• Pasal 1131 KUH Perdata Juncto Pasal 21 UUK
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada,
maupun yang baru akan ada di kemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan”
• Pasal 1132 KUH Perdata
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama
bagi semua orang yang mengutangkan padanya,
pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi
menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya
piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan”.
Rasio Kepailitan [Continued]
•Pasal 1134 KUH Perdata
“Hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang-
undang diberikan kepada seorang berpiutang
sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang
berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya. Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi
daripada hak istimewa, kecuali dalam hal-hal dimana
oleh Undang-Undang ditentukan sebaliknya”
•Pasal 1135 KUHPerdata
“Di antara orang-orang berpiutang yang
diistimewakan, tingkatannya diatur menurut berbagai-
bagai sifat hak-hak istimewanya”
Dengan demikian rasio dari kepailitan adalah
untuk mencegah terjadinya perebutan
pelunasan hutang diantara para kreditur.
Dimana dengan menggunakan mekanisme
kepailitan pembagian boedel pailit dilakukan
berdasarkan kedudukan kreditur sehingga
kreditur yang kedudukannya lebih tinggi
mendapatkan pembagian dahulu dari pada
yang kedudukannya lebih rendah dan kreditur
yang mempunyai hak sama memperoleh
pembayaran dengan asas prorata (pari passu
prorata parte)
Rasio Kepailitan [Continued]
Kreditur dalam Kepailitan
•Kreditur Separatis
 Kreditur yang memegang agunan dengan
gadai, Jaminan Fidusia, Hak Tanggungan,
Hipotek atau hak agunan atas kebendaan
lainnya yang telah sempurna
pengikatannya.
 Kreditur ini tidak terkena akibat putusan
kepailitan namun hak eksekusi pemegang
agunan kebendaan ini ditangguhkan
selama 90 Hari sejak putusan pernyataan
pailit diucapkan (Vide Pasal 55 Jo 56 ayat (1)
UUK 37/2004)
•Kreditur Preferen
 Kreditur yang karena sifatnya piutangnya oleh
undang-undang diberi kedudukan istimewa.
 Pajak : 1137 KUHPerdata Jo UU Perpajakan
 Khusus : 1139 KUHPerdata
 Umum : 1149 KUHperdata
• Kreditur Kongkuren
 Kreditur yang tidak dijamin dengan hak
kebendaan dan/atau tidak mempunyai
kedudukan istimewa (Vide Pasal 1131 KUHPerdata)
Kreditur dalam Kepailitan [Continued]
Kreditur dalam Kepailitan [Continued]
Kreditur
Preferensi
Tertinggi
(1137 Jo 1349 KUHPerd)
Separatis
(1133 KUHPerd)
Istimewa
(1134 KUHPerd)
Preferensi Khusus
(1139 KUHPerd)
Preferensi Umum
(1149 KUHPerd)
Kreditur
Kongkuren
(1131 KUHPer)
Pajak, UU Perpajakan dan Buruh (putsan
MK No. No. 67/PUU-XI/2013
Hak Tanggungan
(Pasal 1 ayat 1 dan 6 UUHT)
Gadai
(Pasal 1155 KUHPerd)
Fidusia
(Pasal 27 dan 15 UU Fidusia
Buruh
(Pasal 95 ayat (4) UU Perburuhan 13/2003 )
Hak Retain
(Psl 1812 KUHPerd)
Ex: Penjual yang sudah menyerahkan
barang tapi belum dibayar.
Ex: Penyewa yang tempatnya sudah
disewa tapi belum dibayar
Urutan pembagian boedel Pailit.
1. Biaya dan ongkos perkara dikeluarkan lebih
dahulu (Vide pasal 18 ayat 5 UUK 37/2004)
Ex: Yang termasuk biaya dan ongkos perkara
adalah seluruh biaya kepailitan termasuk
fee kurator, fee akuntan dan lain-lain.
2. Kreditur berdasarkan golongannya
sebagaimana diatur dalam Pasal 189 UUK No.
37/2004. (Merujuk slide presentasi sebelumnya).
Stay Pelaksanaan Eksekusi Pemegang
Hak Agunan
Pailit
•Jangka waktu
eksekusi
pemegang Hak
Agunan dalam
proses pailit Max
2 bulan semenjak
keadaan
Insolvensi (Vide
Pasal 59 UUK)
PKPU
•Tidak dapat
melaksanakan
eksekusi selama
proses PKPU
berlangsung
(Vide Pasal 246
UUK)
Boedel Pailit/Harta Pailit
• Boedel Pailit/Harta Pailit adalah segala
harta kebendaan yang dimiliki oleh
Debitor pailit yang pengurusannya
dibawah kekuasaan Kurator.
• Ciri-ciri harta Pailit:
– Dikuasai penuh oleh Debitor pailit
– Kebendaan atas nama debitur pailit
– Tidak dalam penguasaan pihak lain.
Kedudukan Buruh dalam Kepailitan
•Karyawan digolongkan sebagai kreditur istimewa atas benda
pada umumnya (Pasal 1149 (4) KUHPerdata) dibayarkan dari
hasil penjualan yang tidak dijaminkan. (vide putusan . 18/PUU-
VI/2008)
•Putusan Mahkamah Konstitusi Terbaru No. 67/PUU-XI/2013
mepertegas kedudukan buruh/karyawan dimana “Kreditur
Istimewa (Buruh) kedudukannya berada diatas Kreditur
Separatis yang telah dijamin dengan gadai, hipotik, fidusia,
Hak Tanggungan dan Juga Tagihan Negara”
• Kutipan Putusan Mahkamah Konstitusi: “Konteks Pasal 95 UU
Ketenagakerjaan harus dimaknai pembayaran upah pekerja/buruh yang terhutang
didahulukan atas semua jenis kreditor termasuk atas tagihan kreditur separati, tagihan hak
negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, sedangkan
pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainya didahulukan atas semua tagihan hak negara,
kantor lelang dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, kecuali dari kreditor separatis”
Penundaan Kwajiban Pembayaran
Utang (PKPU)
Jenis PKPU:
• PKPU Sementara : 45 Hari
• PKPU Tetap : 270 Hari
Alasan PKPU :
• Debitur akan merektrurisasi Hutang
• Sebagai bentuk perlawanan dari Kepailitan
Akhir dari PKPU:
• Perdamaian di Homologasi
• Perdamaian ditolak  Pailit  Insolensi
Tangkisan Terhadap Permohonan Pailit
• Hutang Belum Jatuh Tempo.
• Tidak ada kreditur lain.
• Tidak ada hutang.
• Termohon pailit mengajukan PKPU.
• Exceptio non adimpleti contractus
(“Karena pihak yang satu tidak melakukan
kewajibannya maka pihak yang lain
mempunyai hak untuk menghentikan
kewajibannya yang belum dilaksanakan”)
Berakhirnya Kepailitan
•Karena dibatalkan oleh putusan kasasi
atau Peninjauan Kembali (PK)
•Karena tercapainya Perdamaian yang
telah dihomologasi.
•Dicabutnya pailit dengan alasan harta
debitur pailit tidak mencukupi untuk
membayar biaya kepailitan.
•Rehabilitasi.
Permasalahan pemegang hak jaminan
dalam kepailitan dan atau PKPU
• Jaminan kebendaan yang dilakukan
kreditur tidak dilakukan secara
sempurna.
• Kurangnya pemahaman dari Kreditur
pemegang hak jaminan terhadap
Hukum Kepailitan.
• Adanya itikad tidak baik dari Kurator
dan atau Pengurus.
Perbedaan Kepailitan dengan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Hutang
DESKRIPSI KEPAILITAN PKPU
Upaya Hukum Kasasi ke Mahkamah Agung
(Pasal 11 ayat (1) UUK)
Peninjauan Kembali ke
Mahkamah Agung
(Pasal 14 UUK)
Terhadap putusan PKPU
tidak dapat diajukan upaya
hukum apapun
(Pasal 235 ayat (1) UUK)
Yang bertanggung jawab Kurator
(Pasal 1 angka 5 UUK)
Pengurus
(Pasal 225 ayat (2) dan ayat
(3) UUK)
Waktu penyelesaian Hingga proses pemberesan
berakhir.
45 Hari dan perpanjangan
Maxsimal 270 hari.
(Pasal 225 ayat (4) jo 228
ayat (6) UUK)
Jangka Waktu Persidangan Max 60 Hari harus sudah
Putus
(Pasal 8 ayat (5) UUK)
Max 20 Hari putus jika
Pemohon adalah Kreditor
(Pasal 225 ayat (3) UUK)
Max 3 Hari putus jika
pemohon adalah Debitor
(Pasal 225 ayat (2) UUK)
Perbedaan Kepailitan dengan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Hutang Continued
DESKRIPSI KEPAILITAN PKPU
Kewenangan Debitur Tidak berwenang atas
harta kekayaannya
semenjak Putusan Pailit
(Pasal 24 ayat (1) UUK)
Debitur masih cakap
melakukan pengurusan
hartanya sepanjang
mendapat persetujuan
dari Pengurus
(Pasal 240 UUK)
Kreditor Separatis dalam
Voting Perdamaian
Tidak boleh
mengeluarkan suara
kecuali melepas Hak
Separatisnya
(Pasal 149 UUK)
Wajib ikut dalam voting
proses perdamaian
(Pasal 281 UUK)
Hasil Perdamaian Mengingat seluruh kreditur
selain kreditur Separatis
(pasal 162 UUK)
Mengingat seluruh kreditur
(Pasal 281 UUK)
Kepailitan Vs Arbitrase
• Pasal 303 UUK
“Pengadilan tetap berwenang memeriksa
dan menyelesaikan permohonan pernyataan
pailit dari para pihak yang terikat perjanjian
yang memuat klausula arbitrase, sepanjang
utang yang menjadi dasar permohonan
pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) Undang-undang ini.”
Kesimpulan
• Lakukan due deligece dan/atau uji tuntas
secara menyeluruh sebelum melakukan
langkah hukum
• Usahakan penyelesaian secara amicable
settlement .
• Lakukan langkah hukum sesegera mungkin
setelah ada default
Kasih Terima
Setiabudi 2 6th floor suite 605C
H.R. Rasuna Said, Kuningan
Jakarta 12920 - Indonesia
Telp. (021) 52903034
Fax. (021) 52903035
Mobile. 0818-101012/0811-8101012
rizky.dwinanto@adisuryo.com
rizky.dwinanto@adcolaw.com

More Related Content

What's hot

Asas Tujuan & Pemohon Pailit
Asas Tujuan & Pemohon Pailit Asas Tujuan & Pemohon Pailit
Asas Tujuan & Pemohon Pailit alsalcunsoed
 
Hukum Bisnis "Kepailitan"
Hukum Bisnis "Kepailitan"Hukum Bisnis "Kepailitan"
Hukum Bisnis "Kepailitan"Putri Sanuria
 
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pstAnalisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pstImam Bukhori
 
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh Kasus
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh KasusPenyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh Kasus
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh KasusLeks&Co
 
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar alsalcunsoed
 
Pengantar Hukum Kepailitan dan PKPU
Pengantar Hukum Kepailitan dan PKPUPengantar Hukum Kepailitan dan PKPU
Pengantar Hukum Kepailitan dan PKPUMuhamad Arifudin
 
TUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAAN
TUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAANTUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAAN
TUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAANNurul Qamar
 
Pengurusan Budel Pailit dalam Praktek
Pengurusan Budel Pailit dalam PraktekPengurusan Budel Pailit dalam Praktek
Pengurusan Budel Pailit dalam Praktekalsalcunsoed
 
Makalah hukum dagang tentang kepailitan
Makalah  hukum dagang tentang kepailitanMakalah  hukum dagang tentang kepailitan
Makalah hukum dagang tentang kepailitanLarasati Luthpy
 
Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah
Perjanjian Pengikatan Jual Beli TanahPerjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah
Perjanjian Pengikatan Jual Beli TanahLeks&Co
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Indonesia
 
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Ricco Survival Yubaidi
 
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganNakano
 
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
Pembagian Harta Pailit
Pembagian Harta Pailit Pembagian Harta Pailit
Pembagian Harta Pailit alsalcunsoed
 

What's hot (20)

Asas Tujuan & Pemohon Pailit
Asas Tujuan & Pemohon Pailit Asas Tujuan & Pemohon Pailit
Asas Tujuan & Pemohon Pailit
 
Hukum Bisnis "Kepailitan"
Hukum Bisnis "Kepailitan"Hukum Bisnis "Kepailitan"
Hukum Bisnis "Kepailitan"
 
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pstAnalisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
 
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh Kasus
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh KasusPenyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh Kasus
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh Kasus
 
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
 
Pengantar Hukum Kepailitan dan PKPU
Pengantar Hukum Kepailitan dan PKPUPengantar Hukum Kepailitan dan PKPU
Pengantar Hukum Kepailitan dan PKPU
 
TUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAAN
TUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAANTUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAAN
TUGASKU: KEPAILITAN PERUSAHAAN
 
Pengurusan Budel Pailit dalam Praktek
Pengurusan Budel Pailit dalam PraktekPengurusan Budel Pailit dalam Praktek
Pengurusan Budel Pailit dalam Praktek
 
Pailit
PailitPailit
Pailit
 
Makalah hukum dagang tentang kepailitan
Makalah  hukum dagang tentang kepailitanMakalah  hukum dagang tentang kepailitan
Makalah hukum dagang tentang kepailitan
 
Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah
Perjanjian Pengikatan Jual Beli TanahPerjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah
Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum Jaminan
 
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
 
Hukum jaminan sudjito
Hukum jaminan   sudjitoHukum jaminan   sudjito
Hukum jaminan sudjito
 
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggungan
 
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
Pembagian Harta Pailit
Pembagian Harta Pailit Pembagian Harta Pailit
Pembagian Harta Pailit
 

Similar to EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner at ADCO Attorneys at Law

Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptxdeltarahyudaputra
 
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxMemahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxKuswidiyantoAriefWic
 
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...Risa Tsamara
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdatazahraayu24
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdatazahraayu24
 
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNISREFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIShelmikurniawan11
 
materi kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptx
materi kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptxmateri kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptx
materi kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptxakbarhidayatullah8
 
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptxPERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptxMahyudinAliSyukri
 
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP UndipBahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP UndipardinmarL
 
Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009pamuaralabuh
 
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas ARianSugandi
 
Study club prepare for semunas 2014
Study club prepare for semunas 2014Study club prepare for semunas 2014
Study club prepare for semunas 2014alsalcunsoed
 

Similar to EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner at ADCO Attorneys at Law (20)

Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx
 
pengadilan Arbitrase
pengadilan Arbitrasepengadilan Arbitrase
pengadilan Arbitrase
 
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxMemahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
 
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNISREFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
 
materi kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptx
materi kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptxmateri kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptx
materi kepailitan tentang lelang di masa insolvensi.pptx
 
ARBITRASE BANI
ARBITRASE BANIARBITRASE BANI
ARBITRASE BANI
 
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptxPERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
 
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP UndipBahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
Bahan kuliah-alternatif-penyelesaian-sengketa-dagang-9 - FISIP Undip
 
kuliah1.ppt
kuliah1.pptkuliah1.ppt
kuliah1.ppt
 
MATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.pptMATERI ARBITRASE I.ppt
MATERI ARBITRASE I.ppt
 
Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009
 
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
 
MATERI ARBITRASE III.pptx
MATERI ARBITRASE III.pptxMATERI ARBITRASE III.pptx
MATERI ARBITRASE III.pptx
 
Arbitrase _done.pptx
Arbitrase _done.pptxArbitrase _done.pptx
Arbitrase _done.pptx
 
Study club prepare for semunas 2014
Study club prepare for semunas 2014Study club prepare for semunas 2014
Study club prepare for semunas 2014
 
Gugatan Sederhana.pptx
Gugatan Sederhana.pptxGugatan Sederhana.pptx
Gugatan Sederhana.pptx
 

More from EMLI Indonesia

EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.
EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.
EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.EMLI Indonesia
 
Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc dendi adisuryo 27072017 (4)
Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc   dendi adisuryo 27072017 (4)Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc   dendi adisuryo 27072017 (4)
Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc dendi adisuryo 27072017 (4)EMLI Indonesia
 
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksiUndang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksiEMLI Indonesia
 
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasPP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasEMLI Indonesia
 
Manajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset Recovery
Manajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset RecoveryManajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset Recovery
Manajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset RecoveryEMLI Indonesia
 
Dendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at Law
Dendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at LawDendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at Law
Dendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at LawEMLI Indonesia
 
EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...
EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...
EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...EMLI Indonesia
 
EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.EMLI Indonesia
 
EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...
EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...
EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...EMLI Indonesia
 
EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...
EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...
EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...EMLI Indonesia
 
Legal Due Diligence (LDD) - EMLI Training
Legal Due Diligence (LDD) - EMLI TrainingLegal Due Diligence (LDD) - EMLI Training
Legal Due Diligence (LDD) - EMLI TrainingEMLI Indonesia
 
Introduction to Commercial Contract Drafting
Introduction to Commercial Contract DraftingIntroduction to Commercial Contract Drafting
Introduction to Commercial Contract DraftingEMLI Indonesia
 

More from EMLI Indonesia (12)

EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.
EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.
EMLI Training-COAL BUSINESS DISPUTE SETTLEMENT By Dendi Adisuryo, S.H.
 
Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc dendi adisuryo 27072017 (4)
Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc   dendi adisuryo 27072017 (4)Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc   dendi adisuryo 27072017 (4)
Sengketa di dalam pelaksanaan perjanjian epc dendi adisuryo 27072017 (4)
 
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksiUndang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
Undang undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa konstruksi
 
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasPP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
 
Manajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset Recovery
Manajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset RecoveryManajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset Recovery
Manajemen NPL (Non Performing Loan) dan Strategy Asset Recovery
 
Dendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at Law
Dendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at LawDendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at Law
Dendi adi suryo, S.H. - Partner at ADCO Attorneys at Law
 
EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...
EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...
EMLI Training-An introduction to epc contract-clause by clause-Prepared by: D...
 
EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
EMLI Training-Biografi Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
 
EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...
EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...
EMLI Training-Drafting Perjanjian di Bidang Pertambangan (Kontrak Jual Bali B...
 
EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...
EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...
EMLI Training-Legal Due Diligence for Acquisition Deal in Indonesian Mining P...
 
Legal Due Diligence (LDD) - EMLI Training
Legal Due Diligence (LDD) - EMLI TrainingLegal Due Diligence (LDD) - EMLI Training
Legal Due Diligence (LDD) - EMLI Training
 
Introduction to Commercial Contract Drafting
Introduction to Commercial Contract DraftingIntroduction to Commercial Contract Drafting
Introduction to Commercial Contract Drafting
 

EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner at ADCO Attorneys at Law

  • 1. Aset Recovery Presented By : Rizky Dwinanto, S.H., M.H.
  • 2. Objektivitas Materi Presentasi • Mengenalkan terhadap beberapa metode aset recovery • Pengenalan Pengadilan dan lembaga arbitase sebagai salah satu metode aset recovery • Kepailitan dan Penundaan kewajiban pembayaran utang • Mitigasi kerugian dalam aset recovery
  • 6. Lingkup Acara Persidangan Perdata • Pengajuan Gugatan Perkara • Pemeriksaan di Persidangan (ex: Jawaban, Replik, Duplik) • Pembuktian (Bukti Tertulis, Saksi, Persangkaan, Pengakuan dan Sumpah Vide: 1866 KUHPer) [Lain-lain: Pemeriksaan setempat dan Keterangan Ahli] • Putusan (Jenis: akhir dan sela), (sifat:Condemnatoir, Constitutif, Declaratoir) • Pelaksanaan Putusan • Upaya Hukum (banding, Kasasi, PK)
  • 7. Pengadilan Umum 1. Perhatikan Syarat Materil dan Formil dalam penyusunan Gugatan. Syarat Materil: Yurisprudensi MA No. 547K/SIP/1972 menjelaskan “Semua orang berhak menyusun dan merumuskan gugatan namun harus memberikan gambaran tentang kejadian yang nyata yang menjadi dasar gugatan”. Syarat Formil: Syarat yang wajib dipenuhi dalam menyusun suatu gugatan, akibat tidak penuhi syarat ini maka gugatan tidak dapat diterima (Niet onvankelijke Verklaard “NO”) Contoh: Surat Kuasa, Kompetensi Absolut dan Relatif, Gugatan Prematur, Tidak Obscuur Libel dan lain-lain
  • 8. Pengadilan Umum continued 2. Terangkan kepada klien bahwa Negara Indonesia mengunakan azas Teritorial dalam hukum acaranya. (436 Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering “RV”) 3. Adanya upaya hukum jika salah satu pihak tidak terima dengan putusan hakim. 4. Tidak ada gugatan tanpa permohonan sita jaminan. 5. Sajikan gugatan dengan sederhana dan mudah dimengerti oleh Hakim
  • 9. (Plus-Minus) Pengadilan Umum + • Putusan memiliki kekuatan eksekutorial. • Biaya pendaftaran yang murah. • Hukum acara yang mudah dimengerti - • Waktu sengketa yang lama (Bading, Kasasi, Peninjauan Kembali) • Hakim yang tidak menguasai permasalahan pertambangan. • Tidak transparan dalam mengambil putusan. • Sidang terbuka untuk umum
  • 13. Definisi Arbitrase • Cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (Vide Pasal 1 ayat (1) UU 30/99)
  • 14. Arbitrase 1. Sengketa/ketidaksefahaman. 2. Antara dua orang/kelompok atau lebih. 3. Diserahkan kepada pihak ketiga yang profesional (mengerti permasalahan). 4. Penunjukannya “arbiter” disepakati bersama, Terdiri dari satu atau lebih melalui penyederhanaan prosedur. 5. Dilakukan dengar pendapat secara hukum yang disepakati. 6. Putusan final dan mengikat
  • 15. Dasar Hukum 1. Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa 2. Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman 3. Keputusan Presiden No.34 Tahun 1981 Tentang Pengakuan Konvensi New York 1958 tentang Pengakuan Putusan Arbitrase Asing 4. Undang Undang No.5 Tahun 1968 Tentang Ratifikasi World Bank Covention. 5. Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 1990 Tentang Pelaksanaan Putusan Arbitrase Luar Negeri 6. Perjanjian / klausula arbitrase dari para pihak
  • 16. Sengketa Arbitrase • Sengketa dalam bidang perdagangan yang bersifat kontraktual ataupun non kontraktual; • Sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa ( Hak-hak Keperdataan); “Sengketa yang tidak dapat diselesakan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian ( Pasal 5 ayat 2 )”
  • 17. Bentuk Sengketa Arbitrase 1. Perbedaan penafsiran berkenaan dengan Pelaksanaan perjanjian: • Kontraversi pendapat ( Contravercy ) • Kesalahan pengertian ( Misanderstanding ) • Ketidaksepakatan ( Disagreement ) 2. Pelanggaran Perjanjian (BC) • Sah tidaknya kontrak; • Klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau perbuatan melawan hukum
  • 19. Ambigu Klausul Arbitrase • “…if the claim is not settled at mediation, the parties must refer the matter to arbitration under the Rules of International Chamber of Commerce (ICC) on or before (14) days after the date of the mediation. • The arbitration is to be held in Jakarta, Indonesia, under English language and is binding. Each Party may not commence any litigation and must continue to perform their obligations notwithstanding any dispute resolution proceedings being heard or considered.”
  • 20. Perhatian Utama dalam Arbitrase 1. Harus adanya perjanjian arbitrase, baik dibuat sebelum ada sengketa (pactum de compromitendo) atau dibuat setelah ada sengketa (akta kompromis). 2. Jelaskan Biaya untuk berpekara di Arbitrase berbeda dengan berpekara di Peradilan Umum. 3. Arbitrase hanya akan efektif apabila para pihak memiliki kesungguhan untuk menyelesaikan melalui arbitrase 4. Putusan arbitrase telah diciptakan agar tidak dapat dibatalkan (lihat perkara Bungo Raya Nusantara Vs. Jambi Resources)
  • 21. Klausula Arbitrase vs Perbuatan Melawan Hukum • Adanya pihak ketiga yang terlibat dalam sengketa, namun tidak terikat perjanjian arbitrase. • Gugatan PMH mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang terjadi sebelum dibuatnya perjanjian arbitrase, • Adendum perjanjian tidak mengatur pilihan forum sengketa. (lihat kasus Conoco Phillips Vs. Sapta, Indah Kiat Pulp and Paper dll)
  • 22. Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
  • 23. Dasar hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang • Undang-undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang • PP No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank • Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. • Undang-undang Perpajakan • KUHPerdata • KUHDagang
  • 24. Azas Hukum Kepailitan/PKPU • Azas Keseimbangan • Azas Kelangsungan Usaha • Azas Keadilan • Azas Itegrasi (vide: Penjelasan Umum UU 37 Tahun 2004)
  • 25. Kontruksi UUKPKPU • Bab I : Ketentuan Umum • Bab II : Kepailitan • Bab III : Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang • Bab IV : Permohonan Peninjauan Kembali • Bab V : Ketentuan Lain-lain
  • 26. Definisi Kepailitan • Berasal dr Bahasa perancis “Failite” yang berarti Kemacetan pembayaran. • “Kepailitan adalah SITA UMUM atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah Pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Ini.” (Pasal 1 angka 1 UUK No. 37 Tahun 2004)
  • 27. Perbedaan UUK Lama (diatur dalam KUH Dagang) dengan UUK 37/2004 Faillisement verordening/ KUHDagang UUK 37/2004
  • 28. Perbedaan-perbedaan antara UU No. 4 Tahun 1988 dan UU No. 37 Tahun 2004 • P. Niaga (30 hr), Kasasi (30 Hr) dan PK (30Hr) • Tidak ada penjelasan mengenai arti hutang • Waktu dihitung berdasarkan jam • Tidak ada definisi kreditur dan debitur • Hak khusus untuk permohonan pailit hanya untuk Perbankan dan Sekuritas. • Tidak ada wewenang untuk menolak pendaftaran pailit • Hakim ad hoc hanya dikenal pada tinggkat P. Niaga pada P. Negeri • Tidak ada penjelasan lengkap mengenai kewenangan arbitrase • Tidak ada pembatasan jumlah pekerjaan bagi kurator • Tidak ada penjelasan lengkap mengenai hak kreditur seperatis untuk mengajukan permohonan pailit • Kreditur seperatis tidak dapat terlibat dalam voting kecuali melepas hak separatisnya • Kreditur tidak dapat mengajukan PKPU • P. Niaga (60 hr), Kasasi (60 Hr) dan PK (60Hr) • Definisi hutang jelas • Waktu dihitung berdasarkan Hari • Definisi kreditur dan debitur cukup jelas • Hak khusus untuk permohonan pailit diperluas hingga BUMN, asuransi dan dana Pensiun. • Panitera berhak menolak pendaftaran terhadap perusahaan tertentu • Hakim ad hoc dimungkinkan untuk semua tingkatan • Pengadilan Niaga memiliki kewenangan terhadap klausula Arbitrase • Pembatasan jumlah pekerjaan bagi kurator maxsimal 3 perkara. • kreditur seperatis dapat mengajukan permohoan tanpa harus mengeksekusi jaminan. • Kreditur seperatis dapat terlibat dalam voting tanpa melepas hak separatisnya • Kreditur dapat mengajukan PKPU UU 4 Tahun 1998 UU 37 Tahun 2004
  • 29. Proses Acara Permohonan Pailit Tingkat Pertama (Pengadilan Niaga)
  • 30. Siapa yang dapat mengajukan Permohonan Pailit • Debitor • Seorang atau lebih kreditor • Kejaksaan demi kepentingan umum • Bank Indonesia (BI) • Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) • Menteri Keuangan (Menkeu) (Pasal 2 UUK No 37 Tahun 2004)  Wajib didaftarkan oleh Advokat (Pasal 7 UUK No 37 Tahun 2004)
  • 31. Siapa Yang Dapat Dipailitkan • Individu (Hidup atau Mati) • Kumpulan Individu ( Partnership, Firma & CV) • Perseroan Terbatas • Yayasan • Koperasi • Badan Hukum Lainnya • BUMN (Persero & Perum) • BUMD
  • 32. Akibat Kepailitan •Harta debitor dalam Sita Umum •Debitor Kehilangan hak untuk menguasai/mengurus kekayaan harta pailit •Semua perikatan debitor setelah putusan pailit tidak dapat dibayarkan dari harta pailit. •Tuntutan terhadap harta pailit diajukan ke Kurator •Seluruh perkara yang sedang berjalan ditangguhkan. •Gugatan perdata terhadap harta debitor gugur •Sita terhadap debitor diangkat •PHK pekerja dapat dilakukan
  • 33. Ciri – Ciri Khusus UUKPKPU • Disidangkan oleh Pengadilan Khusus dalam lingkup Peradilan umum • Diperiksa dan Diputus oleh Majelis Hakim Niaga • Diajukan di wilayah domisili hukum termohon pailit • Terdapat 5 pengadilan Niaga (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Unjung Pandang “Makasar”) • Jenjang Pemeriksaan (Pailit: Pengadilan Negeri – Kasasi MA dan Peninjauan Kembali) [PKPU: Tidak ada upaya Hukum] • Hukum Acara diatur dalam UUK 37/04 Juncto HIR/RBG • Bentuknya “Permohonan” namun hasilnya “Putusan” • Jangka waktu persidangan, PKPU, Debitur 3 hari / Kreditur 20 Hari. • Putusan bersifat serta merta (Uit Voorbar bij voraad)
  • 34. Rasio Kepailitan • Pasal 1131 KUH Perdata Juncto Pasal 21 UUK “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada, maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan” • Pasal 1132 KUH Perdata “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.
  • 35. Rasio Kepailitan [Continued] •Pasal 1134 KUH Perdata “Hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang- undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hal-hal dimana oleh Undang-Undang ditentukan sebaliknya” •Pasal 1135 KUHPerdata “Di antara orang-orang berpiutang yang diistimewakan, tingkatannya diatur menurut berbagai- bagai sifat hak-hak istimewanya”
  • 36. Dengan demikian rasio dari kepailitan adalah untuk mencegah terjadinya perebutan pelunasan hutang diantara para kreditur. Dimana dengan menggunakan mekanisme kepailitan pembagian boedel pailit dilakukan berdasarkan kedudukan kreditur sehingga kreditur yang kedudukannya lebih tinggi mendapatkan pembagian dahulu dari pada yang kedudukannya lebih rendah dan kreditur yang mempunyai hak sama memperoleh pembayaran dengan asas prorata (pari passu prorata parte) Rasio Kepailitan [Continued]
  • 37. Kreditur dalam Kepailitan •Kreditur Separatis  Kreditur yang memegang agunan dengan gadai, Jaminan Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang telah sempurna pengikatannya.  Kreditur ini tidak terkena akibat putusan kepailitan namun hak eksekusi pemegang agunan kebendaan ini ditangguhkan selama 90 Hari sejak putusan pernyataan pailit diucapkan (Vide Pasal 55 Jo 56 ayat (1) UUK 37/2004)
  • 38. •Kreditur Preferen  Kreditur yang karena sifatnya piutangnya oleh undang-undang diberi kedudukan istimewa.  Pajak : 1137 KUHPerdata Jo UU Perpajakan  Khusus : 1139 KUHPerdata  Umum : 1149 KUHperdata • Kreditur Kongkuren  Kreditur yang tidak dijamin dengan hak kebendaan dan/atau tidak mempunyai kedudukan istimewa (Vide Pasal 1131 KUHPerdata) Kreditur dalam Kepailitan [Continued]
  • 39. Kreditur dalam Kepailitan [Continued] Kreditur Preferensi Tertinggi (1137 Jo 1349 KUHPerd) Separatis (1133 KUHPerd) Istimewa (1134 KUHPerd) Preferensi Khusus (1139 KUHPerd) Preferensi Umum (1149 KUHPerd) Kreditur Kongkuren (1131 KUHPer) Pajak, UU Perpajakan dan Buruh (putsan MK No. No. 67/PUU-XI/2013 Hak Tanggungan (Pasal 1 ayat 1 dan 6 UUHT) Gadai (Pasal 1155 KUHPerd) Fidusia (Pasal 27 dan 15 UU Fidusia Buruh (Pasal 95 ayat (4) UU Perburuhan 13/2003 ) Hak Retain (Psl 1812 KUHPerd) Ex: Penjual yang sudah menyerahkan barang tapi belum dibayar. Ex: Penyewa yang tempatnya sudah disewa tapi belum dibayar
  • 40. Urutan pembagian boedel Pailit. 1. Biaya dan ongkos perkara dikeluarkan lebih dahulu (Vide pasal 18 ayat 5 UUK 37/2004) Ex: Yang termasuk biaya dan ongkos perkara adalah seluruh biaya kepailitan termasuk fee kurator, fee akuntan dan lain-lain. 2. Kreditur berdasarkan golongannya sebagaimana diatur dalam Pasal 189 UUK No. 37/2004. (Merujuk slide presentasi sebelumnya).
  • 41. Stay Pelaksanaan Eksekusi Pemegang Hak Agunan Pailit •Jangka waktu eksekusi pemegang Hak Agunan dalam proses pailit Max 2 bulan semenjak keadaan Insolvensi (Vide Pasal 59 UUK) PKPU •Tidak dapat melaksanakan eksekusi selama proses PKPU berlangsung (Vide Pasal 246 UUK)
  • 42. Boedel Pailit/Harta Pailit • Boedel Pailit/Harta Pailit adalah segala harta kebendaan yang dimiliki oleh Debitor pailit yang pengurusannya dibawah kekuasaan Kurator. • Ciri-ciri harta Pailit: – Dikuasai penuh oleh Debitor pailit – Kebendaan atas nama debitur pailit – Tidak dalam penguasaan pihak lain.
  • 43. Kedudukan Buruh dalam Kepailitan •Karyawan digolongkan sebagai kreditur istimewa atas benda pada umumnya (Pasal 1149 (4) KUHPerdata) dibayarkan dari hasil penjualan yang tidak dijaminkan. (vide putusan . 18/PUU- VI/2008) •Putusan Mahkamah Konstitusi Terbaru No. 67/PUU-XI/2013 mepertegas kedudukan buruh/karyawan dimana “Kreditur Istimewa (Buruh) kedudukannya berada diatas Kreditur Separatis yang telah dijamin dengan gadai, hipotik, fidusia, Hak Tanggungan dan Juga Tagihan Negara” • Kutipan Putusan Mahkamah Konstitusi: “Konteks Pasal 95 UU Ketenagakerjaan harus dimaknai pembayaran upah pekerja/buruh yang terhutang didahulukan atas semua jenis kreditor termasuk atas tagihan kreditur separati, tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, sedangkan pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainya didahulukan atas semua tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, kecuali dari kreditor separatis”
  • 44. Penundaan Kwajiban Pembayaran Utang (PKPU) Jenis PKPU: • PKPU Sementara : 45 Hari • PKPU Tetap : 270 Hari Alasan PKPU : • Debitur akan merektrurisasi Hutang • Sebagai bentuk perlawanan dari Kepailitan Akhir dari PKPU: • Perdamaian di Homologasi • Perdamaian ditolak  Pailit  Insolensi
  • 45. Tangkisan Terhadap Permohonan Pailit • Hutang Belum Jatuh Tempo. • Tidak ada kreditur lain. • Tidak ada hutang. • Termohon pailit mengajukan PKPU. • Exceptio non adimpleti contractus (“Karena pihak yang satu tidak melakukan kewajibannya maka pihak yang lain mempunyai hak untuk menghentikan kewajibannya yang belum dilaksanakan”)
  • 46. Berakhirnya Kepailitan •Karena dibatalkan oleh putusan kasasi atau Peninjauan Kembali (PK) •Karena tercapainya Perdamaian yang telah dihomologasi. •Dicabutnya pailit dengan alasan harta debitur pailit tidak mencukupi untuk membayar biaya kepailitan. •Rehabilitasi.
  • 47. Permasalahan pemegang hak jaminan dalam kepailitan dan atau PKPU • Jaminan kebendaan yang dilakukan kreditur tidak dilakukan secara sempurna. • Kurangnya pemahaman dari Kreditur pemegang hak jaminan terhadap Hukum Kepailitan. • Adanya itikad tidak baik dari Kurator dan atau Pengurus.
  • 48. Perbedaan Kepailitan dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang DESKRIPSI KEPAILITAN PKPU Upaya Hukum Kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 11 ayat (1) UUK) Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung (Pasal 14 UUK) Terhadap putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun (Pasal 235 ayat (1) UUK) Yang bertanggung jawab Kurator (Pasal 1 angka 5 UUK) Pengurus (Pasal 225 ayat (2) dan ayat (3) UUK) Waktu penyelesaian Hingga proses pemberesan berakhir. 45 Hari dan perpanjangan Maxsimal 270 hari. (Pasal 225 ayat (4) jo 228 ayat (6) UUK) Jangka Waktu Persidangan Max 60 Hari harus sudah Putus (Pasal 8 ayat (5) UUK) Max 20 Hari putus jika Pemohon adalah Kreditor (Pasal 225 ayat (3) UUK) Max 3 Hari putus jika pemohon adalah Debitor (Pasal 225 ayat (2) UUK)
  • 49. Perbedaan Kepailitan dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang Continued DESKRIPSI KEPAILITAN PKPU Kewenangan Debitur Tidak berwenang atas harta kekayaannya semenjak Putusan Pailit (Pasal 24 ayat (1) UUK) Debitur masih cakap melakukan pengurusan hartanya sepanjang mendapat persetujuan dari Pengurus (Pasal 240 UUK) Kreditor Separatis dalam Voting Perdamaian Tidak boleh mengeluarkan suara kecuali melepas Hak Separatisnya (Pasal 149 UUK) Wajib ikut dalam voting proses perdamaian (Pasal 281 UUK) Hasil Perdamaian Mengingat seluruh kreditur selain kreditur Separatis (pasal 162 UUK) Mengingat seluruh kreditur (Pasal 281 UUK)
  • 50. Kepailitan Vs Arbitrase • Pasal 303 UUK “Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat perjanjian yang memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang ini.”
  • 51. Kesimpulan • Lakukan due deligece dan/atau uji tuntas secara menyeluruh sebelum melakukan langkah hukum • Usahakan penyelesaian secara amicable settlement . • Lakukan langkah hukum sesegera mungkin setelah ada default
  • 52. Kasih Terima Setiabudi 2 6th floor suite 605C H.R. Rasuna Said, Kuningan Jakarta 12920 - Indonesia Telp. (021) 52903034 Fax. (021) 52903035 Mobile. 0818-101012/0811-8101012 rizky.dwinanto@adisuryo.com rizky.dwinanto@adcolaw.com