2. Pengantar
Devaluasi bath pada bulan Juli 1997 diikuti oleh krisis keuangan di Indonesia,
Malaysia, Philipina, Taiwan, Hongkong, Korea, Estonia, Rusia, Brasil, Australia, dan
Selandia Baru.
Pada awal 1980an Amerika Latin, kawasan lain yang juga berkembang dengan
pesat, tiba-tiba menghadapi permasalahan hutang dan krisis pembangunan.
Perbedaan antara kasus Amerika Latin dengan Asia Timur:
Menurut para analis, krisis Amerika Latin disebabkan oleh kombinasi antara
kebijakan makro ekonomi yang buruk dan hutang luar negeri pemerintah yang
tak berguna dan korup karena lebih di lakukan oleh pemerintah daripada
perusahaan swasta
Krisis Asia terjadi dalam kondisi yang berbeda, krisis di Asia Timur dan Asia
Tenggara sebagian besar hutang merupakan hutang swasta. Sedangkan
pondasi makro ekonomi terlihat baik-baik saja. Negara-negara tersebut juga
memiliki inflasi yang rendah, surplus anggaran atau defisit yang rendah, dan
sampai akhir-akhir sebelum krisis memiliki neraca perdagangan yang mapan
atau bahkan meningkat
3. Perdebatan
Penyebab krisis Asia Timur menjadi perdebatan panjang, seperti
halnya perdebatan Bretton Woods System pasca perang dunia II
Secara garis besar, perdebatan tersebut muncul dari kalangan pro
liberalisme yang direpresentasikan oleh IMF dan kalangan anti
liberalisme
Kalangan pro liberalisme berpendapat bahwa penyebab krisis Asia
Timur adalah campur tangan pemerintah yang terlalu besar dalam
perekonomian
– Pemerintah negara-negara tersebut tidak memiliki kemampuan
manajemen hutang yang baik dan cenderung bersifat korup.
– Negara-negara harus meliberalisasi keuangan dan perdagangan sesuai
konsensus Washington
– IMF akan menyediakan $95 miliar sebagai uang talangan yang akan
berguna untuk mengembalikan kepercayaan publik dan memberikan
kepada perusahaan2 agar mampu bangkit kembali
– Krisis yang berkelanjutan disebabkan oleh kegagalan negara dalam
melakukan reformasi struktural
4. Perdebatan
Kalangan anti-liberal berpendapat bahwa penyebab krisis Asia
Timur adalah karena kebebasan pasar yang tidak terkendali
1. Adanya deregulasi finansial, bank dan perusahaan dibiarkan untuk
meminjam ke luar tanpa adanya kontrol atau koordinasi dari
pemerintah
2. Pelaku modal (bankers) internasional juga tidak memiliki regulasi,
mereka sangat senang ketika menyediakan dana untuk perusahaan-
perusahaan asia dengan jumlah besar dan jangka pendek
3. Ketidakpastian regulasi keuangan tersebut mengakibatkan para
penabung panik dan cenderung berkeinginan untuk menarik uang
nya dari bank. Hal ini secara terus menerus sehingga mempercepat
kebangkrutan dan devaluasi radikal
4. Mekanisme IMF menghalangi negara-negara untuk mencegah krisis.
Mahatir berani melawan IMF, yaitu dengan menjaga suku bunga
tetap rendah, mengerem arus uang spekulan, dll
5. Pendanaan IMF riskan karena berpotensi untuk menimbulkan
capital flight
5. Sudut Pandang Lain
• The high debt model
Menekankan pada tingginya hutang luar negeri
perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan
ketidakmampuan ntuk melakukan pengembalian
hutang
• The Wall Street-Treasury-IMF complex
Menekankan pada peran IMF dalam struktur
finansial internasional di mana IMF berusaha
untuk mendominasi, mengatur, dan memaksakan
liberalisasi finansial internasional
6. Posisi saya?
Saya memilih pada posisi kedua yang menyatakan bahwa krisis Asia Timur
merupakan dampak dari liberalisasi keuangan dan perdagangan yang tidak
tekendali. Hal ini dapat dilihat (misalnya) dalam dua pola yang nampak dalam krisis
tersebut
Pola Korea Selatan
Track record mengesankan, pendapatan perkapita meningkat delapan kali lipat dalam waktu 30
tahun. Pada masa tranformasi itu, mereka sangat ketat mengawasi pasar keuangannya. Atas
tekanan AS, Korea Selatan mengijinkan beberapa perusahaan untuk meminjam dana dari luar.
Akibat rumor yang berkembang pada tahun 1997, bank-bank memutuskan untuk tidak
menggulirkan pinjaman. Korea mengalami krisis.
Pola Thailand
Penyebab pertama krisis di Thailand juga berkaitan dengan jatuh tempo pelunasan hutang jangka
pendek yang tinggi. Sedangkan penyebab kedua adalah ulah spekulan. Mereka yakin bahwa mata
uang Bath akan terdevaluasi. Pedagang menjual dollar, dollar di pasar habis, pemerintah menjual
dollar dari cadangan devisa, devisa habis, dan akhirnya mata uang Bath jatuh. Missal: dulu 24 Bath
per 1 dollar, sekarang 40 Bath per 1 dollar.